Implementasi Program LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah) di Kota Padangsidimpuan (Studi Pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan)

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM LARASITA (LAYANAN RAKYAT SERTIFIKASI ATAS TANAH) DI KOTA PADANG SIDIMPUAN (Studi Pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Studi untuk memperoleh gelar Sarjana (S1)

Dalam bidang studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh :

NURHOLIJAH SIREGAR 110903022

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

MEDAN 2015


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh : Nama : Nurholijah Siregar

Nim : 110903022

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Implementasi Program LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah) di Kota Padangsidimpuan (Studi Pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan)

Medan 31 Maret 2015

Dosen Pembimbing Ketua Departemen Ilmu

Administrasi Negara

Arlina SH, M.,Hum

NIP:195603041977102001 NIP: 19640108199121001 Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si

Dekan,

FISIP USU MEDAN

NIP:

Prof. Drs. Badaruddin, M.Si 196805251992031002


(3)

ABSTRAK

Judul : Implementasi Program LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah) di Kota Padangsidimpuan (Studi Pada Kantor BPN Kota Padangsidimpuan)

Nama : Nurholijah Siregar N I M : 110903022

Corak permasalahan yang biasa terjadi pada Kantor Badan Pertanahan adalah Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang cenderung mengitari pengurusan sertifikat tanah adalah birokrasi yang rumit dan tidak praktis, serta perilaku sejumlah oknum yang mengambil keuntungan. Kondisi semacam ini yang menyebabkan masyarakat menjadi apatis dalam mengurus sertifikat tanah. Adapun upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah mengenai pelayanan publik adalah dengan mencari formula-formula yang dapat membantu masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Maka salah satu instansi yaitu Kantor Badan Pertanahan Nasional membuat suatu inovasi yaitu dengan mengeluarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tentang LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikat Tanah).

Bentuk penelitian yang akan digunakan oleh peneliti di dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang mengemukakan gejala /keadaan / peristiwa / masalah sebagaimana adanya secara lengkap dan diikuti dengan pemberian analisa dan interpretasi.

Pelaksanaan program LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah) dapat dikatakan sudah cukup efektif dalam memudahkan proses kepengurusan tanah sejauh ini. Dari ke-enam faktor ini ada dua faktor yang masih belum terpenuhi dengan baik yaitu : faktor komunikasi dan faktor sumber daya manusia. Dari faktor komunikasi yang menjadi masalah adalah dapat dilihat dari wawancara yang dilakukan bahwa masih banyak masyarakat yang belum mengerti betul mengenai program ini, sebagian besar hanya masih mengetahui tentang tujuan dari program LARASITA ini, sedangkan untuk persyaratan dan prosedurnya masyarakat masih banyak yang tidak mengerti. Hal ini dapat dimaklumi, karena dari pihak pelaksana tidak pernah melakukan sosialisasi program LARASITA ini kepada sasaran program/ masyarakat. Sedangkan dari segi faktor sumber daya, dari pihak pelaksana berdasarkan kuantitas masih sangat kurang. Sehingga karena kekurangan pegawai/staff ini mengakibatkan program ini dilibatkan kesuluruh staff/pegawai BPN Kota Padangsidimpuan. Dan dapat dipastikan adanya penumpukan tugas yang terjadi. Walaupun dari segi kualitas pelaksana dapat dikatakan cukup baik, tetapi dari segi kuantitas pelaksana membutuhkan penambahan pegawai/staff.

Kata Kunci : LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikasi Tanah), Sertifikat Tanah. Badan Pertanahan Nasional.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Implementasi Program LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikat Atas Tanah”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan bagi mahasiswa program S1 pada program studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis penyusun skripsi ini hingga selesai, terutama kepada yang saya hormati :

1. Bapak selaku Prof. Dr. dr Syahril Pasaribu DTM&H MSc (CTM) SpA(K) Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(5)

3. Bapak Drs. M. Husni Thamrin M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Elita Dewi M.Sp selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Adminstrasi Negara Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Arlina SH., M.Hum selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah memberikan kritik dan saran bimbingan maupun arahan yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak/Ibu dosen dan staff di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik khususnya Jurusan Ilmu Administrasi Negara yang telah banyak membantu penulis untuk dapat melaksanakan penulisan dalam studi.

7. Teristimewa kepada kedua Orang Tua penulis, Ahmad Husein Siregar dan Salmawati Siamtupang S.sos yang selalu mendoakan, memberi motivasi dan pengorbanannya baik dari segi moril maupun materi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Terima kasih juga kepada kedua Uwak penulis, Timbul Harahap dan Nurlela Simatupang yang tanpa dukungan mereka juga penulis tidak akan sampai pada proses ini.

9. Terima kasih kepada kedua saudara yang sangat penulis sayangi Mira Dwi Hasanah Siregar dan Khofifah Meidinda Siregar yang selalu memberikan hiburan dikala penulis sedang stress dengan skripsi ini.

10.Terima kasih juga penulis ucapkan untuk seluruh keluarga dari pihak Ibu penulis yang selalu memberikan berbagai motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.


(6)

11.Terima kasih juga kepada sahabat-sahabat penulis yang jauh tapi terasa dekat Indah Permatasari Siregar, Afridina Yuana Siregar, Elfrida Sami Siregar, Fitri M Adil Harahap, Perdinal Harahap, dan Ilham Fauzi Harahap yang tidak pernah bosan mendukung penulis dan memberikan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

12.Terima kasih untuk Ivan Adian Rahman Batubara yang selalu menemani penulis dalam mengerjakan skripsi ini ditengah malam.

13.Terima kasih juga untuk Anggi Dewi Pratiwi yang sudah penulis anggap seperti adik sendiri yang selalu mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, dan untuk Kak Mila Thursina Batubara yang juga memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

14.Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua teman terdekat penulis selama kuliah, Rissa Nurfiani dan Mardiana Hutagalung yang selalu menegur penulis ketika penulis lengah dan melupakan skripsi ini.

15.Terima kasih kepada semua anggota Kelompok III Magang yaitu Kelompok Keledai yang didalamnya berisikan orang-orang super aneh ; Wandi Siagian, Endang Jaka Malik, M. Fajar Fadly, Finta Kuhini, Devi Lestari, Abdul Haris, Abdi Permana, Rudi Salim dan Bayu Azhari yang membantu menghilangkan atau terkadang menambah stress penulis.

16.Terima kasih juga buat teman-teman penulis yang juga memberikan hiburan disaat tengah malam dengan begadang menonton film drama korea dan menggosip Vivin Rahayu Noviansyah dan Evi Hardiyanti Simamora.


(7)

17.Dan untuk keempat perempuan-perempuan hang-out penulis Yedesiah Pratidina Siagian, Neni Simbolon, Ayu Febrina Panjaitan dan Astry Silalahi penulis ucapkan terima kasih.

18.Terima kasih juga kepada semua teman-teman Ilmu Administrasi Negara stambuk 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu yang sudah memberi berbagai masukan untuk penulisan skripsi ini.

19.Terakhir, tidak lupa terima kasih kepada Bapak Kepala BPN Pak Fachrul Husin Nasution, SH, M.Kn yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan memberikan banyak data maupun informasi mengenai LARASITA ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan masukan bagi dunia pendidikan.

Medan, Maret 2015

Nurholijah Siregar NIM. 110903022


(8)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... x

Daftar Bagan ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Kerangka Teori ... 10

II.2 Kebijakan Publik ... 10

II.3 Implementasi Kebijakan ... 12

II.4 Hak Atas Tanah ... 21

II.5 Pendaftaran Tanah ... 22

II.5.1 Tujuan Pendafataran Tanah ... 22


(9)

II.7 LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah) ... 25

II.8 Definisi Konsep ... 27

II.9 Sistematika Penulisan ... 29

BAB III METODE PENELITIAN III.1 Bentuk Penelitian ... 31

III.2 Lokasi Penelitian ... 31

III.3 Informan Penelitian ... 31

III.4 Teknik Pengumpulan Data ... 32

III.5 Teknik Analisa Data ... 33

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN IV.1 Sejarah Wilayah ... 35

IV.2 Letak Wilayah ... 35

IV.3 Luas Wilayah ... 36

IV.4 Administrasi Wilayah ... 37

IV.5 Badan Pertanahan Nasional ... 40

IV.6 Visi dan Misi Kantor BPN Kota Padangsidimpuan ... 45


(10)

IV.8 Loket Pelayanan Kantor ... 47

IV.9 Struktur Organisasi ... 49

BAB V ANALISIS DAN PENYAJIAN DATA V.1 Implementasi LARASITA di Kota Padangsidimpuan ... 56

V.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Implementasi ... 59

a. Standar dan Sasaran Kebijakan ... 59

b. Sumber Daya ... 61

c. Hubungan Antar Organisasi ... 65

d. Karakteristik Organisasi Pelaksana ... 71

e. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Politik ... 73

f. Disposisi ... 74

V.3 Analisis Data ... 79

BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan ... 84

VI.2 Saran ... 85


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Kecamatan Kota Padangsidimpuan ... 39

Tabel 4.2 Daftar Walikota Padangsidimpuan ... 40

Tabel 4.3 Pemanfaatan Sarana & Prasarana Kantor BPN Padangsidimpuan ... 48

Tabel 4.4 Daftar Pegawai Sipil Kantor BPN Kota Padangsidimpuan ... 52

Tabel 4.5 Struktur Organisasi LARASITA Kantor BPN Padangsidimpuan ... 54

Tabel 4.6 Struktur Tim LARASITA Kantor BPN Padangsidimpuan ... 55

Tabel 4.7 Lokasi Kegiatan LARASITA ... 59


(12)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Proses Kebijakan Publik ... 11

Bagan 2.2 Kerangka Analisis Kebijakan Publik ... 15

Bagan 2.3 Kerangka Proses Kebijakan Publik ... 18

Bagan 2.4 Faktor Penentu Implementasi Menurut Edward III ... 19


(13)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam sejarah peradaban umat manusia, tanah merupakan faktor paling utama dalam menentukan produksi setiap fase peradaban. Tanah tidak hanya mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, tetapi juga nilai filosofis, politik, sosial dan kultural. Tidak mengherankan jika tanah menjadi harta istimewa yang tidak henti-hentinya memicu berbagai masalah sosial. Permasalahan tanah yang dari segi empiris sangat lekat dengan peristiwa sehari-hari, tampak semakin kompleks dengan terbitnya berbagai kebijakan deregulasi dan debirokratisasi di bidang pertanahan menyongsong era perdagangan bebas. Kebijakan di bidang pertanahan ditujukan untuk mencapai tiga hal pokok yang saling melengkapi, yakni efisiensi dan pertumbuhan ekonomi, keadilan sosial, pelestarian lingkungan dan pola penggunaan tanah yang berkelanjutan. Sebagai sumber agraria yang paling penting, tanah merupakan sumber produksi yang sangat dibutuhkan sehingga ada banyak kepentingan yang kerap melingkupinya.

Falsafah Indonesia dalam konsep hubungan antara manusia dengan tanah menempatkan individu dan masyarakat sebagai kesatuan yang tak terpisahkan, bahwa pemenuhan kebutuhan seseorang terhadap tanah diletakkan dalam kerangka kebutuhan seluruh masyarakat sehingga hubungannya tidak bersifat individualistis semata, tetapi lebih bersifat kolektif dengan tetap memberikan tempat dan penghormatan terhadap hak perseorangan.


(14)

Tanah pada hakikatnya juga merupakan salah satu modal pokok bagi bangsa Indonesia dalam pencapaian tujuan-tujaun Negara. Tanah adalah suatu unsur yang utama dalam pembangunan menuju terbentuknya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) secara tegas mengatakan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat), tidak berdasarkan kekuasaan belaka (Machststaat), hal ini ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 amandemen ke tiga (3), yang berbunyi : ”Negara Indonesia adalah negara hukum”.

Kepemilikan hak atas tanah merupakan hal penting bagi seseorang yang memiliki tanah. Kepemilikan hak atas tanah tersebut ditunjukkan lewat sertifikat tanah yang diurus di Kantor Badan Pertanahan. Sertifikat tanah yang dimaksud merupakan bukti fisik yang wajib dimiliki oleh pemilik tanah dan didalam Dasar-Dasar Pokok Keagrariaan yang dikenal dengan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) Nomor 5 Tahun 1960 Pasal 19 ayat 1 dinyatakan bahwa untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah diwajibkan untuk mendaftarkan tanah yang ia miliki untuk memperoleh sertifikat tanah. Dan untuk lebih menjamin kepastian hukum maka dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1960 yang direvisi menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Pasal 3 tentang Pendaftaran Tanah mengenai tujuan pendaftaran tanah yang meliputi : 1) Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah; 2) Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan; dan 3) Terselenggaranya tertib administrasi


(15)

pertanahan. Terungkapnya kasus-kasus berkenaan dengan gugatan terhadap pemegang sertifikat oleh pemegang hak atas tanah semula, telah memunculkan rasa tidak aman lagi bagi para pemegang sertifikat.

Tujuan yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup mengkehendaki tersedianya peraturan tentang penggunaan tanah yang komperhensif, kemampuan menggali peran serta masyarakat setempat dalam pengelolaan sumber daya alam, serta koordinasi cabang-cabang administrasi yang efektif.

Menerjemahkan orientasi kebijakan dengan memperhatikan tujuan masih belumlah cukup. Diperlukan penjabaran berbagai aktivitas yang dapat digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Berbagai sarana tersebut berupa tersedianya peraturan perundang-undangan yang mampu menjabarkan berbagai aspek dari orientasi kebijakan dan tujuannya, yakni : (1) Demokratisasi berupa pengawasan terhadap kekuasaan, jaminan stabilitas politik sebagai akibat demokratisasi dan perlindungan hak asasi manusia; (2) Peningkatan kepastian hukum melalui pembuatan peraturan perunddang-undangan yang diperlukan dan pelaksanaannya yang konsisten; (3) Pemberdayaan kelembagaan yakni memperkuat adminsitrasi pertanahan, meningkatkan kemampuan sumber daya manusia pendukung dan transparansi dalam proses pembuat keputusan; (4) Meningkatkan insentif ekonomi berupa efektivitas perpajakan dan transparansi di dalam pasar tanah; dan (5) Menetapkan batas-batas kewenangan pemerintah berupa perumusan tanggungjawab pokok dan pengembangan modal kemitraan antara swasta dan pemerintah.


(16)

Dalam rangka meningkatkan pelayanan di bidang pertanahan juga dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 14 ayat (1) huruf (K) yang mengatakan bahwa pelayanan pertanahan merupakan urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah merupakan urusan yang berskala Kabupaten/Kota, yang menjadi tugas dan wewenang Kantor Badan Pertanahan Nasional ( BPN ) melalui instansi vertikalnya di daerah yaitu yg disebut dengan Kantor Pertanahan.

Keluhan masyarakat terhadap kurangnya kualitas pelayanan merupakan salah satu indikator yang menunjukkan belum memadainya pelayanan yang diberikan oleh aparatur birokrasi. Tuntutan dan kebutuhan masyarakat tersebut merupakan tantangan bagi birokrasi untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik serta untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Untuk itu, institusi birokrasi perlu menerapkan strategi peningkatan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang menghendaki kualitas pelayanan. Penataan dan pembinaan, dan pendayagunaan aparatur yang cenderung “gagap teknologi” sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan perkembangan zaman ini untuk dapat mencapai pelayanan publik yang berkualitas sesuai dengan yang didambakan masyarakat.

Corak permasalahan yang biasa terjadi pada Kantor Badan Pertanahan adalah Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang cenderung mengitari pengurusan sertifikat tanah adalah birokrasi yang rumit dan tidak praktis, serta perilaku sejumlah oknum yang mengambil keuntungan. Kondisi semacam ini yang menyebabkan masyarakat menjadi apatis dalam mengurus sertifikat tanah.


(17)

Adapun upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah mengenai pelayanan publik adalah dengan mencari formula-formula yang dapat membantu masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Maka salah satu instansi yaitu Kantor Badan Pertanahan Nasional membuat suatu inovasi yaitu dengan mengeluarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tentang LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah).

Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah (LARASITA) merupakan program yang memadukan teknologi informasi dengan pelayanan tugas BPN dalam bentuk pelayanan bergerak, diharapkan mampu menghapus praktik persoalan sertifikat tanah dan memberikan kemudahan serta akses yang murah dan mudah dalam mewujudkan kepastian hukum. Tujuannya adalah untuk menembus daerah-daerah yang sulit dijangkau, sehingga masyarakat yang tinggal di derah terpencil dapat dengan mudah mendapatkan pelayanan pertanahan tanpa tanpa harus menempuh jarak yang jauh dan biaya transportasi yang besar.

Pengembangan dan penyederhanaan proses-proses pelayanan pertanahan terus dijalankan, dengan membangun terobosan-terobosan baru menjadi keniscayaan ketika kita menghadapi kenyataan bahwa masih ada 69% dari lebih kurang 85 juta bidang tanah yang belum teregalisasi. Jika kita menggunakan skema yang sudah dijalankan selama ini, maka perlu 110 tahun untuk dapat mensertifikatkan semua tanah diseluruh Indonesia. Dan, dengan LARASITA dapat memotong legalisasi asset seluruh Indonesia yang semula memerlukan waktu lebih dari 100 tahun menjadi kurang 15 tahun. Program LARASITA ini menjadi penting untuk dikembangkan ke seluruh nusantara, sebagai perluasan keberhasilan hasil uji coba


(18)

LARASITA di 13 Kabupaten/Kota. Dan, sambutan baik serta harapan besar datang dari masyarakat atas program LARASITA. Salah satu berita mengenai masalah pertanahan dapat dilihat sebagai berikut :

Jumat, 1 APRIL 2011

Permasalahan Tanah Makin Pelik Dan Kompleks Di Tapanuli Selatan PADANGSIDIMPUAN (Waspada): Meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang memerlukan tanah, membuat kebutuhan dan permintaan di bidang tanah semakin meningkat, sedangkan luas tanah sangat terbatas. Akibatnya muncul berbagai permasalahan di bidang tanah yang semakin pelik dan kompleks. Demikian Bupati Tapanuli Selatan pada acara penyuluhan hukum pertanahan di Padangsidimpuan Rabu (26/3). Dikatakan masih banyak warga Tapanuli Selatan belum memiliki sertifikat Prona dan kemungkinan ini diakibatkan keterangan kurang jelas serta merasa ditakut-takuti.

Penggusuran penduduk dari tanah yang diduduki tanpa izin yang berhak karena pemilik tidak memanfaatkan atau memeliharanya. Sementara ada pula permasalahan menyangkut pengurusan permohonan dan pendaftaran hak atas tanah karena pemohon kurang mengetahui tentang pengurusannya, sehingga calo sering memanfaatkan kondisi semacam ini.

Dari gambaran tersebut, kata bupati, menunjukkan masih beratnya beban tugas Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan seluruh jajarannya dalam upaya meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat termasuk aparat pemerintah mengenai hukum pertanahan. Untuk mewujudkan cita-cita yang terkandung dalam UUPA, secara sistematis telah dan akan terus dikeluarkan berbagai peraturan pelaksanaannya seirama dengan tuntutan pembangunan agar segera dapat mengikis sisa-sisa dualisme hukum tanah.

Setelah lahir UUPA, segera ditertibkan peraturan mengenai konversi hak-hak atas tanah yang berlandaskan hukum berat dan hukum adat ke dalam hakhak atas tanah berdasarkan UUPA. Sampai saat ini tidak kurang dari dua puluh peraturan mengenai konversi telah ditertibkan, katanya.

Dalam UUPA ditegaskan arti menguasai bukanlah memiliki, tetapi negara mempunyai kewenangan untuk mengatur dengan tujuan agar penguasaan dan pemanfaatannya dapat memberikan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Bupati mengimbau instansi terkait agar memberikan penyuluhan tentang hukum pertanahan kepada masyarakat di daerah ini supaya tidak menimbulkan masalah. "Di samping itu kita harus cepat tanggap, selalu mengadakan koordinasi dengan instansi terkait, tukar-menukar informasi dan selalu bermusyawarah dalam menghadapi berbagai kendala, "ujarnya. (cml) “


(19)

Sebelumnya Padangsidimpuan merupakan ditetapkan sebagai Daerah Otonom dan merupakan hasil penggabungan dari Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Kecamatan Padangsidimpuan Selatan, Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua, Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru, dan Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara yang sebelumnya masuk wilaya

Secara geografis, kota Padangsidimpuan secara keseluruhan dikelilingi oleh Kabupaten Tapanuli Selatan yang dulunya merupakan kabupaten induknya. Kota ini merupakan persimpangan jalur darat untuk menuju kota Medan, Sibolga, dan Padang (Sumatera barat) di jalur lintas barat Sumatera.

Topografi wilayahnya yang berupa lembah yang dikelilingi oleh bukit barisan, sehingga kalau dilihat dari jauh, wilayah kota Padangsidimpuan tak ubahnya seperti cekungan yang meyerupai danau. Puncak tertinggi dari bukit dan gunung yang mengelilingi kota ini adalah Gunung Lubuk Raya dan Bukit (Tor) Sanggarudang yang terletak berdampingan disebelah utara kota. Salah satu puncak Bukit yang terkenal di kota Padangsidimpuan yaitu Bukit (Tor) Simarsayang. Juga terdapat banyak sungai yang melintasi kota ini, antara lain sungai Batang Ayumi dan Aek Sibontar.


(20)

Setelah pemekaran menjadi daerah otonom, kota Padangsidimpuan merupakan kota yang masih memiliki desa. Dan juga, setelah pemekaran semakin banyaknya permasalahan mengenai tanah seperti berita yang tertera diatas.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana implementasi dari Program LARASITA yang dilakukan oleh Badan Pertanahan Nasional di kota Padangsidimpuan melihat program ini sudah dijalankan dari tahun 2009 dengan kondisi yang sekarang masih ada konflik tentang sertifikat tanah.

I.2 Rumusan Masalah

Arikunto (1993:17) menguraikan agar penelitian dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka penulis harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana harus memulai, ke mana harus pergi, dan dengan apa ia melakukan penelitian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pentingnya perumusan masalah adalah agar diketahui arah jalan suatu penelitian. Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan diangkat adalah :

“ Bagaimanakah Implementasi Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah (LARASITA) pada Kantor Badan Pertahanan Nasional (BPN) di Kota Padangsidimpuan ? “

I.3 Tujuan Penelitian


(21)

1. Untuk menggambarkan apa itu Program LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah).

2. Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Program LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah) pada Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) di kota Padangsidimpuan.

I.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis, guna mendalami masalah yang berkaitan dengan implementasi kebijakan.

2. Bagi program terkait, sebagai masukan ilmu yang berkaitan dengan Program LARASITA ( Layanan Rakyat Untuk Sertifikasi Atas Tanah ).

3. Diharapkan bagi peneliti berikutnya, temuan-temuan dari penelitian ini dapat menjadi referensi dalam rangka menguji masalah yang sama.

BAB II


(22)

II.1 Kerangka Teori

Teori merupakan seperangkat proposisi yang menggambarkan suatu gejala terjadi seperti itu. Proposisi-proposisi yang dikandung dan yang membentuk teori terdiri atas beberapa konsep yang terjalin dalam bentuk hubungan sebab-akibat. Adapun teori dalam penelitian ini adalah :

II.2 Kebijakan Publik

Chandler dan Plano (1988:107) berpendapat bahwa kebijakan publik adalah pemanfaatan strategis terhadap sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Kebijakan publik menurut Thomas Dye (1981:1) adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan (public policy is whatever governments choose to do or not). Definisi kebijakan publik menurut Thomas Dye tersebut mengandung makna bahwa : (1) Kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan swasta; (2) Kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh badan pemerintah. Sedangkan James E. Anderson (1979:3) mendefiniskan kebijakan publik sebagai kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat pemerintah. Walaupun disadari bahwa bahwa kebijakan publik dapat dipengaruhi oleh para aktor dan faktor dari luar pemerintah. Dalam pandangan David Easton ketika pemerintah membuat kebijakan publik, ketika itu pula pemerintah mengalokasi nilai-nilai kepada masyarakat, karena setiap kebijakan mengandung seperangkat nilai di dalamnya ( dikutip Dye, 1981:366-377 ). Harrold Laswell dan Abraham Kaplan berpendapat bahwa kebijakan publik


(23)

hendaknya berisi tujuan, nilai-nilai, dan praktika-pratika sosial yang ada dalam masyarakat ( Subarsono, 2009:3 ). Ketika kebijakan publik berisi nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, maka kebijakan publik tersebut akan mendapat resistensi ketika diimplementasikan. Sebaliknya, suatu kebijakan publik harus mampu mengakomodasi nilai-nilai dan praktika-praktika yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.

Dalam pandangan Ripley (1985:49), tahapan kebijakan publik digambarkan sebagai berikut :

Bagan 2.1 Proses Kebijakan Publik

Diikuti

Diperlukan

Diperlukan Evaluasi thd

Implementasi, Kinerja,

Kinerja dan Dampak Kebijakan

Kebijakan Baru

Hasil

Hasil

Hasil

Mengarah ke

Penyusunan Agenda Agenda Pemerintah

Formulasi & Legitimasi

Kebijakan Kebijakan

Implementasi

Kebijakan Tindakan Kebijakan

Dalam penyusunan agenda kebijakan ada tiga kegiatan yang diperlukan yakni ; (1) Membangun persepsi dikalangan stakeholders bahwa sebuah fenomena benar-benar dianggap sebagai masalah. Sebab bisa jadi suatu gejala oleh sekelompok masyarakat tertentu dianggap masalah, tetapi oleh sebagaian


(24)

masyarakat yang lain atau elite politik bukan dianggap sebagai masalah; (2) Membuat batasan masalah; dan (3) Memobilisasi dukungan agar masalah tersebut dapat masuk dalam agenda pemerintah. Pada tahap formulasi dan legitimasi kebijakan, analisis kebijakan perlu mengumpulkan dan menganalisis informasi yang berhubungan dengan masalah yang bersangkutan, kemudian berusaha mengembangkan alternatif-alternatif kebijakan, membangun dukungan dan melakukan negoisasi, sehingga sampai pada sebuah kebijakan yang terpilih. Tahap selanjutnya adalah implementasi kebijakan. Pada tahap ini perlu dukungan sumberdaya, dan penyusunan organisasi pelaksanan kebijakan. Dalam proses implementasi sering ada mekanisme insentif dan sanksi agar implementasi suatu kebijakan berjalan dengan baik. Dari tindakan kebijakan akan dihasilkan kinerja dan dampak kebijakan, dan proses selanjutnya adalah evaluasi terhadap implementasi, kinerja, dan dampak kebijakan. Hasil evaluasi ini bermanfaat bagi penentuan kebijakan baru di masa yang akan datang, agar kebijakan yang akan datang lebih baik dan berhasil

II.3 Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan merupakan rangkaian kegiatan setelah suatu kebijakan dirumuskan. Tanpa suatu implementasi maka suatu kebijakan yang telah dirumuskan akan sia-sia belaka. Oleh karena itulah impelementasi kebijakan mempunyai kedudukan yang penting di dalam kebijakan publik. Menurut Robert Nakamura dan Frank Smallwood (Tangkilisan, 2003:17), hal-hal yang berhubungan dengan implementasi kebijakan adalah keberhasilan dalam mengevaluasi masalah dan kemudian menerjemahkan ke dalam


(25)

keputusan-keputusan yang bersifat khusus. Sedangkan menurut Pressman dan Wildavsky (1984:21), implementasi diartikan sebagai interaksi antara penyusunan tujuan dengan sarana-sarana tindakan dalam mencapai tujuan tersebut, atau kemampuan untuk menghubungkan dalam hubungan kausal antara yang diinginkan dengan cara untuk mencapainya. Dan menurut Patton dan Sawicki (1986:25) bahwa implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untuk mengorganisir, menginterpretasikan dan menerapkan kebijakan yang telah diseleksi. Jadi tahap implementasi merupakan peristiwa yang berhubungan dengan apa yang terjadi setelah suatu perundang-undangan ditetapkan dengan memberikan otoritas pada suatu kebijakan dengan membentuk output yang jelas dan dapat diukur.

Implementasi melibatkan usaha dari policy makers untuk memengaruhi apa yang oleh Lipsky disebut “street level bureaucrats” untuk memberikan pelayanan atau mengatur perilaku kelompok sasaran (target group). Untuk kebijakan yang sederhana, implementasi hanya melibatkan satu badan yang berfungsi sebagai implementor. Dan untuk kebijakan makro usaha-usaha implementasi akan melibatkan berbagai institusi (Tangkilisan, 2003:18)

Berbagai studi kasus berfokus pada satu kebijakan atau satu aspek sebuah kebijakan. Mereka memberikan yang kaya akan nuansa yang berakitan dengan pembuatan kebijakan dan menguji ke dalam nuansa yang mungkin hilang dalam perlakuan lebih luas. Namun demikian, pendekatan studi terhadap pengkajian implementasi kebijakan sifatnya terbatas. Dengan sifat yang amat alaminya dalam


(26)

memfokuskan secara sempit dalam satu isu, sebuah studi kasus tidak bisa berfungsi sebagai basis untuk generalisasi sederetan luas kebijakan. Studi kasus implementasi belum secara sistematis mengidentifikasikan atau menganalisis berbagai faktor yang kritis dalam implementasi kebijakan publik .

Dalam sebuah studi yang berkualitas, Eugene Bardach telah memakai metafora induk “permainan” untuk mengkaji implementasi. Bardach (Edward III, 1980:1) memperdebatkan bahwa kerangka kerja permainan yang ia telah kembangkan menerangi pembuatan keputusan dengan mengarahkan perhatian pada para pemain (mereka yang terlibat dalam impelementasi), taruhan, strategi dan taktik, sumberdaya, aturan main dan komunikasinya, serat tingkat ketidakpastian seputar hasil.

Proses implementasi kebijakan hendaknya melalui alur seperti yang dikemukakan oleh Dye (1981:70) sebagai berikut :

Bagan 2.2 Kerangka Analisis Kebijakan Publik Public Policy

Public Environment

Sumber : Thomas R. Dye, Understanding Public Policy, 3 th ed. (Englewood Cliffs, NJ; Pretice Hall, 1981)

Berdasarkan gambar/bagan pemikiran dihubungkan dengan permasalahan yang diteliti sebagai berikut :


(27)

1. Public Policy, merupakan rangkaian pilihan yang harus lebih saling berhubungan (termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak) yang dibuat oleh badan dan pejabat pemerintah, diformulasikan di dalam bidang-bidang isu sejak pertahanan, energi, dan kesehatan sampai pendidikan, kesejahteraan, dan kejahatan. Pada salah satu bidang isu tersebut terdapat banyak isu kebijakan, yaitu serangkaian arah tindakan pemerintah yang aktual ataupun yang potensial yang mengandung konflik diantara segmen-segmen yang ada dalam masyarakat.

2. Policy Stakeholder, yaitu para individu dan atau kelompok individu yang mempunyai andil di dalam kebijakan karena mereka mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keputusan pemerintah.

3. Policy Environment, yaitu konteks khusus dimana kejadian-kejadian di sekeliling isu kebijakan terjadi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pembuat kebijakan dan kebijakan publik, oleh karena itu sistem kebijakan berisi proses yang bersifat dialektis, yang berarti bahwa dimensi obyektif dan subyektif dari pembuatan kebijakan tidak terpisahkan di dalam prakteknya. Sistem kebijakan adalah produk manusia yang subyektif yang diciptakan melalui pilihan-pilihan yang sadar oleh para pelaku kebijakan; sistem kebijakan adalah realitas objektif yang dimanifestasikan dalam tindakan-tindakan yang teramati berikut konsekuensinya; para pelaku kebijakan merupakan produk dari sistem kebijakan.


(28)

Input Proses Output Outcomes

1. Input, sumberdaya-sumberdaya yang digunakan sebagai ujung tombak dalam proses administrasi maupun organisasi pelaksana.

2. Proses, adalah proses interaksi antara aktor yakni antara instansi teknis sebagai pelaksana dengan pengusaha dan masyarakat.

3. Output, yaitu keluaran yang dihasilkan langsung dari proses kebijakan tersebut.

4. Outcomes, yaitu hasil yang diharapkan dimana akan memberikan tujuan kebijakan yang positif kepada pemerintah dan masyarakat sebagai penerima manfaat.

Pendekatan yang digunakan terhadap studi implementasi kebijakan dimulai dari sebuah intisari dan menanyakan : Apakah prakondisi untuk implementasi kebijakan yang sukses? Ada empat faktor atau variabel kritis dalam mengimplementasikan kebijakan publik menurut George C. Edwards III (1980: 9-12) :

1) Komunikasi

Agar implementasi menjadi efektif, maka mereka yang tanggungjawabnya adalah untuk mengimplementasikan sebuah keputusan harus tahu apa yang mereka kerjakan. Komando untuk mengimplementasikan kebijakan mesti ditransmisikan kepada personalia yang tepat, dan kebijakan ini mesti jelas, akurat dan konsisten.


(29)

2) Sumberdaya

Sumberdaya yang penting meliputi staf ukuran yang tepat dengan keahlian yang diperlukan; informasi yang relevan dan cukup tentang cara mengimplementasikan kebijakan dan dalam penyesuaian lainnya yang terlibat didalam implementasi; kewenangan untuk meyakinkan bahwa kebijakan ini dilakukan semuanya sebagaimana dimaksudkan; dan berbagai fasilitas (termasuk bangunan, peralatan, tanah dan persediaan) di dalamnya atau dengannya harus memberikan pelayanan.

3) Disposisi

Disposisi atau sikap dari implementor adalah faktor kritis ketiga di dalam pendekatan terhadap studi implementasi kebijakan publk. Jika implementasi adalah untuk melanjutkan secara efektif, bukan saja mesti para implementor tahu apa yang harus dikerjakan dan memiliki kapasitas untuk melakukan hal ini, melainkan juga mereka mesti berkehendak untuk melakukan suatu kebijakan.

4) Struktur Birokrasi

Bahkan jika sumberdaya yang cukup untuk mengimplementasikan sebuah kebijakan ini ada dan para implementor tahu apa yang harus dikerjakan dan ingin menegerjakannya, impelentasi mungkin masih dicegah karena kekurangan dalam strukltur birokrasi. Fragmentasi organisasional mungkin merintangi koordinasi yang perlu untuk mengimplementasikan dengan sukses sebuah kebijakan kompleks yang mensyaratkan kerjasama banyak orang, dan mungkin juga memboroskan sumberdaya langka, merintangi perubahan, menciptakan


(30)

kekacauan, mengarah kepada kebijakan bekerja dalam lintas-tujuan, dan menghasilkan fungsi-fungsi penting yang terabaikan.

Bagan 2.4 Faktor Penentu Implementasi Menurut Edward III Komunikasi

Sumber Daya

Implementasi Disposisi

Struktur birokrasi

Dan menurut Merilee S. Grindle (1980:9), keberhasilan implementasi dipengaruhi oleh dua variabel yaitu :

1. Isi Kebijakan (content of policy) Variabel isi kebijakan ini mencakup :

a) Sejauh mana kepentingan kelompok sasaran termuat dalam isi kebijakan;

b) Jenis manfaat yang diterima oleh target group ;


(31)

d) Apakah letak sebuah program sudah tepat;

e) Apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan rinci; dan

f) Apakah sebuah program didukung oleh sumberdaya yang memadai. 2. Lingkungan Implementasi (context of implementation)

Variabel kebijakan ini mencakup :

a) Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan;

b) Karakteristik institusi dan rejim yang sedang berkuasa; c) Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.

Menurut Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn (Subarsono, 2005:99) , ada enam variabel yang memengaruhi kinerja implementasi, yakni :

1. Standar dan sasaran kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir. Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multiinterpretasi dan mudah menimbulkan konflik di antara para agen implementasi.

2. Sumberdaya

Implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya baik sumberdaya manusia maupun sumberdaya non-manusia.


(32)

Dalam banyak program implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dari instansi lain. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.

4. Karakteristik Agen Pelaksana

Yang dimaksud dengan karakteristik agen pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan memengaruhi implementasi itu.

5. Kondisi Sosial, Politik, dan Ekonomi

Variabel ini mencakup sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan; sejauhmana kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan; karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak; bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan; dan apakah elite politik mendukung implementasi kebijakan.

6. Disposisi Implementor

Disposisi implementor ini mencakup tiga hal penting, yakni : (a) respon implementor terhadap kebijakan, yang akan memengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan; (b) kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan; dan (c) intensitas disposisi implementor, yakni prefensi nilai yang dimiliki oleh para implementor.


(33)

Hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada seseorang yang mempunyai hak untuk mempergunakan atau mengambil manfaat atas tanah tersebut. Hak atas tanah berbeda dengan hak penggunaan tanah.

Ciri khas dari hak atas tanah adalah seseorang yang mempunyai hak atas tanah berwenang untuk menggunakan atau mengambil manfaat atas tanah yang menjadi hak-haknya. Hak-hak atas tanah yang dimaksud adalah ditentukan dalam pasal 16 jo pasal 53 UUPA :

1) Hak milik 2) Hak guna usaha 3) Hak guna bangunan 4) Hak pakai

5) Hak sewa

6) Hak membuka tanah

7) Hak memunguti hasil hutan

8) Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut diatas yang telah ditetapkan oleh undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara sebagaimana disebutkan dalam pasal 53.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa hak atas tanah adalah hak yang dimiliki oleh seseorang untuk memanfaatkan dan mengelola tanah yang dimilikinya atau hak menguasai.


(34)

Pendaftaran tanah merupakan rangkain kegiatan yang terdiri atas (Tehupeiory, 2012 :6-7) :

1) Pengumpulan, pengolahan-penyimpanan, dan penyajian data fisik bidang-bidang tanah tertentu;

2) Pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan penyajian data yuridis tertentu;

3) Penerbitan surat tanda bukti haknya; dan

4) Pencatatan perubahan-perubahan pada data fisik dan data yuridis yang terjadi kemudian.

Kegiatan pendaftaran tanah yang akan menghasilkan tanda bukti hak atas tanah yang disebut dengan sertifikat, merupakan realisasi salah satu tujuan UUPA. Kewajiban untuk melakukan pendaftaran itu, pada prinsipnya dibebankan kepada pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan secara bertahap, daerah demi daerah berdasarkan pertimbangan ketersediaan peta dasar pendaftaraan

II.5.1 Tujuan Pendaftaran Tanah

Tugas untuk melakukan pendaftaran tanah diseluruh Indonesia dibebankan kepada pemerintah yang oleh Pasal 19 ayat (1) UUPA ditentukan bertujuan tunggal yaitu untuk menjamin kepastian hukum yang bersifat rechscadaster. Rechascadaster artinya untuk kepentingan pendaftaran tanah saja dan hanya mempermasalahkan haknya apa dan siapa pemiliknya, bukan untuk kepentingan lain seperti perpajakan. Pendaftaran tanah selain berfungsi untuk melindungi si pemilik, juga berfungsi untuk mengetahui status sebidang tanah, siapa pemiliknya, apa haknya, berapa luasnya, untuk apa dipergunakan.


(35)

Tujuan pendaftaran yang semula menurut Pasal 9 ayat (1) UUPA hanya bertujuan tunggal semata-mata untuk menjamin kepastian hukum, maka berdasarkan Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 dikembangkan tujuan pendaftaran tanah juga meliputi :

a) Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan;

b) Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah yang sudah terdaftar;

c) Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan dimana setiap bidang tanah termasuk peralihan, pembebanan dan hapusnya hak atas tanah wajib daftar.

II.6 Sertifikat Hak Atas Tanah

Secara etimologi sertifikat berasal dari bahasa Belanda “certificat” yang artinya surat bukti atau surat keterangan yang membuktikan tentang sesuatu. Jadi kalau dikatakan sertifikat tanah adalah surat keterangan yang membuktikan hak seseorang atau sebidang tanah, atau dengan kata lain keadaan tersebut


(36)

menyatakan bahwa ada seseorang yang memiliki bidang-bidang tanah tertentu dan pemilikan itu mempunyai bukti yang kuat.

Sertifikat hak atas tanah sebagai hasil akhir proses pendaftaran tanah, berisi data fisik (keterangan tentang letak, batas, luas bidang tanah, serta bagian bangunan atau bangunan yang ada diatasnya bila dianggap perlu) dan data yuridis (keterangan tentang status tanah dan bangunan yang didaftar, pemegang hak atas tanah, dan hak-hak pihak lain yang diberada diatasnya).

Sertifikat memberikan berbagai manfaat, misalnya dapat mengurangi kemungkinan timbulnya sengketa dengan pihak lain, memperkuat posisi tawar-menawar apabila hak atas tanah diperlukan hak lain untuk kegiatan pembangunan, serta mempersingkat proses peralihan serta pembebanan hak atas tanah.

Keberadaan sertifikat tanah diaktifkan dalam kegiatan ekonomi masyarakat, sehingga bagi yang menggunakannya telah membantu untuk meningkatkan usaha dalam meningkatkan pendapatan si pemilik tanah sekaligus dapat meningkatkan tingkat perekonomian secara makro, sebab dia telah mengaktifkan modal yang diberikan oleh bank. Dengan demikian surat tanda bukti hak atau sertifikat tanah itu dapat berfungsi menciptakan tertib hukum pertanahan serta mengaktifkan kegiatan perekonomian rakyat. Sebab yang namanya sertifikat hak adalah tanda bukti atas tanah yang telah terdaftar dan didaftar oleh badan resmi yang sah dilakukan oleh Negara atas dasar undang-undang.


(37)

Sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Tentang LARASITA Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, dalam pasal 1 dikatakan bahwa dalam rangka mendekatkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia kepada masyarakat dikembangkan pola pengelolaan pertanahan yang disebut dengan LARASITA.

LARASITA merupakan Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah. LARASITA adalah kebijakan inovatif yang beranjak dari pemenuhan rasa keadilan yang diperlukan, diharapkan dan dipikirkan oleh masyarakat. Program ini memadukan teknologi informasi dengan pelayanan petugas BPN dalam bentuk pelayanan bergerak. Tujuannya adalah untuk menembus daerah-dearah yang sulit dijangkau, sehingga masyarakat mudah mendapatkan layanan pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang jauh dan biaya yang mahal.

LARASITA merupakan tugas pokok dan fungsi yang ada pada Kantor Pertanahan. Namun sesuai dengan sifatnya yang bergerak, pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tersebut diperlukan pemberian atau pendelegasian kewenangan yang diperlukan guna kelancaran pelaksanaan di lapangan. Dengan demikian LARASITA menjadi mekanisme untuk :

1) Menyiapkan masyarakat dalam pelaksanaan pembaruan agraria nasional; 2) Melaksanakan pendampingan dan pemberdayaan masyarakat di bidang

pertanahan;


(38)

4) Melakukan pendeteksian awal atas tanah-tanah yang diindikasi bermasalah;

5) Memfasilitasi penyelesaian tanah yang bermasalah yang mungkin diselesaikan dilapangan;

6) Menyambungkan program BPN RI dengan aspirasi yang berkembang dimasyarakat;

7) Meningkatkan dan mempercepat legalisasi atas tanah Manfaat program LARASITA adalah :

1. Pelayanan kepada masyarakat lebih dekat 2. Beban biaya masyarakat menjadi lebih ringan 3. Masyarakat langsung dilayani petugas BPN 4. Kepastian pelayanan yang bertanggung jawab 5. Proses lebih cepat

Jenis pelayanan yang dilakukan program LARASITA ini sama saja dengan semua pelayanan yang BPN lakukan yaitu :

1. Pendaftaran Tanah Untuk Pertama Kali

2. Pengakuan dan Penegasan Hak Sporadik

3. Pemecahan Sertipikat

4. Pemisahan Sertipikat

5. Penggabungan Sertipikat


(39)

7. Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah

8. Pengukuran Ulang dan Pemetaan Bidang Tanah

9. Peralihan Hak – Hibah

10. Peralihan Hak – Jual Beli

11. Peralihan Hak – Pembagian Hak Bersama

12. Peralihan Hak – Pewarisan

13. Peralihan Hak – Tukar Menukar

14. Peralihan Hak Dari Hak Guna Bangunan Menjadi Hak Milik

15. Salinah Warkah / Peta / Surat Ukur

16. Sertipikat Wakaf Untuk Tanah Terdaftar

II.8 Definisi Konsep

Definisi konsep memberi batasan terhadap bahasan dari permasalahan yang ditentukan oleh peneliti. Adapun definisi konsep dari penelitian ini adalah :

1) Implementasi Kebijakan adalah merupakan rangkaian kegiatan setelah suatu kebijakan dirumuskan. Adapun model implementasi yang dipakai pada penelitian ini adalah model implementasi Van Meter dan E. Van Horn, dimana ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi yaitu : standar dan sasaran kebijakan, sumberdaya,


(40)

hubungan antar organisasi, karakteristik agen pelaksana, kondisi sosial, politik, dan ekonomi dan disposisi implementor.

2) LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah) LARASITA adalah kebijakan inovatif yang beranjak dari pemenuhan rasa keadilan yang diperlukan, diharapkan dan dipikirkan oleh masyarakat. Program ini memadukan teknologi informasi dengan pelayanan petugas BPN dalam bentuk pelayanan bergerak.

3) Implementasi Program LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah) adalah rangkaian kegiatan kebijakan yang diimplementasikan untuk

melihat apakah program ini berjalan dengan baik atau tidak.

II.9 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan ini ditulis dalam enam bab, yang terdiri dari : BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA


(41)

Bab ini terdiri dari kerangka teori, definisi konsep, dan sistematika penulisan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penulisan, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan pengujian keabsahan data.

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum mengenai daerah penelitian yang meliputi keadaan geografis, kependudukan, sosial, ekonomi dan pemerinmtahan serta gambaran umum mengenai program.

BAB V PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

Bab ini membahas tentang hasil data-data yang diperoleh dilapangan dan merupakan tempat melakukan analisa data yang diperoleh saat penelitian dan memberikan interpretasi atas permasalahan yang diajukan.

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan saran-saran yang dianggap perlu sebagai rekomendasi kebijakan.


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN III.1 Bentuk Penelitian

Bentuk yang akan digunakan oleh peneliti di dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang mengemukakan gejala /keadaan / peristiwa / masalah sebagaimana adanya secara lengkap dan diikuti dengan pemberian analisa dan interpretasi.

III.2 Lokasi Penelitian


(43)

Padangsidimpuan yang terletak di Jalan Raya Mandailing Komplek Perkantoran Pal IV Pijorkoling.

III.3 Informan Penelitian

Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Informan ini harus banyak pengalaman tentang penelitian, serta dapat memberikan pandangannya dari dalam tentang nilai-nilai, sikap, proses, dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian setempat. Dalam penelitian ini ada tiga jenis informan yaitu informan kunci, informan utama dan informan tambahan. Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan di dalam penelitian, informan utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti dan informan tambahan adalah mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial. Dan informan utama yang dimaksudkan adalah Kepala Badan Pertanahan Nasional Padangsidimpuan, informan utama adalah staf atau pegawai BPN dan informan tambahan adalah masyarakat yang memanfaatkan program tersebut.

III.4 Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara Sistematik

Wawancara sistematik adalah wawancara yang dilakukan dengan terlebih dahulu pewawancara mempersiapkan pedoman (guide) tertulis tentang apa yang hendak ditanyakan kepada responden. Pedoman wawancara tersebut digunakan oleh pewawancara sebagai alur yang harus diikuti, mulai dari awal sampai akhir wawancara.


(44)

2. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data penelitian tersebut dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti bahwa data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan pancaindra.

3. Studi Dokumen (Dokumentasi)

Studi dokumen yaitu cara pengumpulan data dan telaah pustaka, dimana dokumen-dokumen yang dianggap menunjang dan relevan dengan permasalahan yang akan diteliti baik berupa literatur, laporan tahunan, majalah, jurnal, tabel, karya tulis ilmiah dokumen peraturan pemerintah dan undang-undang yang telah tersedia pada lembaga yang terkait dipelajari, dikaji dan disusun/dikategorikan sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh data guna memberikan informasi berkenaan dengan penelitian yang akan dilakukan.

III.5 Teknik Analisis Data

Dalam melakukan analisis data peneliti mengacu pada beberapa tahapan yang terdiri dari dari beberapa tahapan antara lain :

a) Pengumpulan informasi melalui wawancara terhadap informan kunci yang compatible terhadap penelitian kemudian observasi langsung ke lapangan untuk menunjang penelitian yang dilakukan agar mendapatkan sumber data yang diharapkan;

b) Reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan di lapangan selama meniliti tujuan diadakan transkip data (transformasi


(45)

data) untuk memilih informasi mana yang dianggap sesuai dengan masalah yang menjadi pusat penelitian dilapangan;

c) Uji confirmability, berarti menguji hasil penelitian. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability-nya;

d) Penyajian data, yaitu kegiatan sekumpulan informasi dalam bentuk teks ssnaratif, grafik jaringan, tabel dan bagan yang bertujuan mempertajam pemahaman penelitian terhadap informasi yang dipilih kemudian disajikan dalam tabel ataupun uraian penjelasan.

e) Pada tahap akhir adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi, yang mencari arti pola-pola penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat dan proposisi. Penarikan kesimpulan dilakukan secara cermat dengan melakukan verifikasi berupa tinjauan ulang pada catatan-catatan di lapangan sehingga data-data di uji validitasnya.


(46)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

IV.1 Sejarah Wilayah

Nama kota ini berasal dari "padang na dimpu" (padang yang artinya ‘hamparan luas’, na yang artinya ‘di’, dan dimpu yang artinya ‘tinggi’) sehingga padang sidimpuan berarti "hamparan rumput yang luas yang berada di tempat yang tinggi." Pada zaman dahulu daerah ini merupakan tempat persinggahan para pedagang dari berbagai daerah, pedangan ikan dan garam dari Sibolga-Padangsidimpuan-Panyabungan, Padang Bolak (paluta)-Padangsidimpuan-Sibolga.

Sebelumnya Padangsidimpuan merupakan Kota Administratif, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1982. Kemudian sejak tanggal 21 Juni 2001 , berdasarkan Undang – undang Nomor 4 Tahun 2001, Kota


(47)

Padangsidimpuan ditetapkan sebagai Daerah Otonom dan merupakan hasil penggabungan dari Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Kecamatan Padangsidimpuan Selatan, Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua, Kecamatan Padangsidimmpuan Hutaimbaru, dan Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara yang sebelumnya masuk wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan.

IV.2 Letak Wilayah

Kota Padangsidimpuan dibentuk pada tahun 2001 berdasarkan Undang - Undang No. 04 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Padangsidimpuan. Secara geografis Kota Padangsidimpuan terletak pada posisi 01° 08’ 07’’- 01° 28’ 19’’ Lintang Utara dan 99° 13’ 53’- 99° 21’ 31’’ Bujur Timur. Kota Padangsidimpuan merupakan salah satu kota yang terletak di Propinsi Sumatera Utara dan berada pada posisi sebelah selatan Kota Sibolga. Jarak dari Kota Padangsidimpuan ke Kota Sibolga adalah 88 Km dan dapat ditempuh dengan waktu lebih kurang 3 jam melalui jalan darat. Sedangkan jarak Kota Padangsidimpuan dengan Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara adalah 389 Km dan dapat ditempuh dalam waktu lebih kurang 10 jam melalui jalan darat. Kota Padangsidimpuan terletak antara 260 - 1100 meter diatas permukaan laut (DPL). Dan Batas Wilayah Kota Padangsidimpuan terdiri atas :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan.

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Angkola Timur KabupatenTapanuli Selatan.


(48)

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan.

IV.3 Luas Wilayah

Secara geografis Kota Padangsidimpuan terletak pada posisi 01° 08’ 07’’- 01° 28’ 19’’ Lintang Utara dan 99° 13’ 53’- 99° 21’ 31’’ Bujur Timur dan berada pada 260 - 1100 meter diatas permukaan laut (DPL). Dan luas wilayah Kota Padangsidimpuan ini adalah 114,85 km2 atau sekitar 0,16 % dari luas wilayah Sumatera Utara.

Kota Padangsidimpuan dikelilingi oleh Kabupaten Tapanuli Selatan, jadi semua wilayahnya berbatasan dengan kabupaten tersebut, wilayah ini terbagi atas 6 (enam) kecamatan dan 79 (tujuh puluh sembilan) kelurahan/desa.

IV.4 Administrasi Pemerintahan Kota Padangsidimpuan

Administrasi Pemerintahan Kota Padangsidimpuan terdiri atas enam kecamatan, yaitu:

1. Kecamatan Padangsidimpuan Selatan

2. Kecamatan Padangsidimpuan Utara

3. Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua


(49)

5. Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu

6. Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara

Wilayah administrasi dibawah kecamatan adalah desa/kelurahan yang terdiri dari 42 desa dan 37 kelurahan. Selanjutnya wilayah administrasi paling rendah adalah lingkungan dan dusun. Secara keseluruhan, jumlah lingkungan/dusun di Kota Padangsidimpuan mencapai 265 lingkungan/dusun. Serta instansi-instansi pemerintah yaitu enam badan :

1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

2. Badan Kepegawaian Daerah

3. Badan Pemberdayaan Masyarakat Daerah

4. Badan KB, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

5. Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian

6. Badan Rumah Sakit Umum Daerah

Dan terdiri dari empat belas dinas, yaitu :

1. Sekretaris DPRD Kota Padangsidimpuan

2. Inspektorat Daerah

3. Sekretariat Kopri


(50)

5. Dinas Pekerjaan Umum Daerah

6. Dinas Koperasi, UKM, Perindag dan Pasar

7. Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pencegahan Kebakaran

8. Dinas Pendidikan Daerah

9. Dinas Kesehatan Daerah

10.Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan

11.Dinas Sosial dan Tenaga Kerja

12.Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika

13.Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

14.Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata

Serta terdapat lima kantor, yaitu :

1. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

2. Kantor Kesbang, Politik dan Linmas

3. Kantor Lingkungan Hidup Daerah

4. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu

5. Kantor BNPB


(51)

No Kecamatan

Luas Wilayah

(km2)

Rasio Terhadap Total (%) Jumlah Desa/Kelurahan 1. Kec. Padangsidimpuan Selatan

15,81 10,84 12

2.

Kec. Padangsidimpuan Utara

14,09 9,66 16

3.

Kec. Padangsidimpuan Hutaimbaru

22,34 15,32 10

4.

Kec. Padangsidimpuan Angkola Julu

28,18 19,32 8

5.

Kec. Padangsidimpuan Batunadua

38,74 25,88 15

6.

Kec. Padangsidimpuan Tenggara

27,69 18,99 18

Jumlah/Total 146,85 100,00 79

Sumber : Padangsidimpuan Dalam Angka 2013 BPS Kota Padangsidimpuan Berikut ini adalah daftar walikota Padangsidimpuan :

Tabel 4.2 Daftar Walikota Kota Padangsidimpuan

No. Nama Walikota Mulai Jabatan Akhir Jabatan Keterangan 1. Drs. Zulkarnain Nasution 9 November 2001 2002 Pejabat Walikota

2. Drs. Zulkarnain Nasution 2003 2008 Walikota


(52)

4.

Andar Amin Harahap, S.Stp, M.Si

13 Januari 2013 2018 Walikota

Sumber: padangsidimpuankota.go.id/index.php/2014-08-13-16-08 54/administrasi-pemerintahan

IV.5 Badan Pertanahan Nasional (BPN)

Badan pertanahan nasional terbentuk sesuai dengan keputusan presiden republik Indonesia dengan nomor 26 tahun 1988, pada tahun 2006 diadakan perubahan struktur baik di BPN pusat, kanwil, maupun kantor pertanahan kota/kabupaten. Berdasarkan peraturan kepala badan pertanahan nasional republik Indonesia untuk melaksanakan fungsi badan pertanahan nasional didaerah maka berdasarkan keputusan badan pertanahan nasional nomor 1 tahun 1989 dibentuklah kantor pertanahan ditingkat kota dan kabupaten.

Sebelas agenda Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia :

1. Membangun kepercayaan masyarakat pada badan pertanahan nasional RI.

2. Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran tanah serta sertipikasi tanah secara menyeluruh di seluruh Indonesia.

3. Memastikan penguatan atas hak-hak tanah.

4. Menyelesaikan persoalan-persoalan pertanahan di daerah-daerah korban bencana alam dan di daerah-daerah konflik diseluruh tanah air.

5. Menangani dan menyelesaikan perkara, masalah, sengketa dan konflik pertanahan di seluruh Indonesia secara sistematis.


(53)

6. Membangun sistem informasi dan manajemen pertanahan (SIMTANAS) dan sistem pengamanan dokumen pertanahan di seluruh Indonesia.

7. Menangani masalah KKN serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.

8. Membangun database penguasaan dan pemilikan tanah

9. Melakasanakan secara konsisten semua peraturan perundang-undangan pertanahan yang telah ditetapkan.

10.Menata kelembagaan pertanahan nasional.

11.Mengembangkan dan memperbaharui politik, hukum dan kebijakan pertanahan.

Lambang Badan Pertanahan Nasional adalah bentuk suatu kesatuan gambar dan tulisan terdiri dari:

• Gambar 4 (empat) butir padi melambangkan Kemakmuran dan kesejahteraan. Memaknai atau melambangkan 4 (empat) tujuan Penataan Pertanahan yang akan dan telah dilakukan BPN RI yaitu kemakmuran, keadilan, kesejahteraan sosial dan keberlanjutan.


(54)

• Gambar lingkaran bumi melambangkan sumber penghidupan manusia. Melambangkan wadah atau area untuk berkarya bagi BPN RI yang berhubungan langsung dengan unsur-unsur yang ada didalam bumi yang meliputi tanah, air dan udara.

• Gambar sumbu melambangkan poros keseimbangan. 3 (tiga) Garis

Lintang dan 3 (tiga) Garis Bujur Memaknai atau melambangkan pasal 33 ayat 3 UUD 45 yang mandasari lahirnya Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) nomor 5 tahun 1960.

• Gambar 11(sebelas) bidang grafis bumi memaknai atau melambangkan 11 (Sebelas) agenda pertanahan yang akan dan telah dilakukan BPN RI. Bidang pada sisi sebelah kiri melambangkan bidang bumi yang berada diluar jangkauan wilayah kerja BPN RI.

Warna Coklat melambangkan bumi, alam raya dan cerminan dapat dipercaya dan teguh.

Warna Kuning Emas melambangkan kehangatan, pencerahan, intelektual dan kemakmuran.

Warna Abu-abu melambangkan kebijaksanaan, kedewasaan serta keseimbangan.


(55)

Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan dibentuk berdasarkan Keputusan Walikota Padangsidimpuan Nomor : 189/KPTS/2006 tentang Penetapan Alokasi Tanah untuk Pembangunan Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan dengan kode satker 649991. Luas tanah Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan adalah 4620 m2 , sedangkan luas bangunan adalah 400 m2 . Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan berlokasi di Jalan Raya Mandailing Komplek Perkantoran Pal IV Pijorkoling, keseluruhan wilayah berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan. Luas wilayah domain Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota


(56)

Padangsidimpuan seluas 14. 685. 680 Ha, dengan jumlah penduduk mencapai 193. 322 jiwa, serta berkewenangan mengurusi 6 Kecamatan dan 79 Desa/Kelurahan. Kondisi bangunan kantor pertanahan saat ini masih baik dan sangat layak sebagai Kantor Pelayanan, namun di beberapa tempat masih memerlukan perawatan secara rutin.

Gambaran lokasi Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan yang berada di kompleks perkantoran Pal IV Pijorkoling yang merupakan komplek dari kantor-kantor pemerintah lainnya bisa dikatakan hampir berada di pinggiran Kota Padangsidimpuan, lokasi kompleks yang sepi jauh dari kericuhan kota diharapkan dapat membantu para aparatur untuk lebih dapat berkonsentrasi untuk menyelesaikan pekerjaannya dalam hal pemberian layanan publik kepada masyarakat. Namun jarak yang cukup jauh dari perkotaan dan permukiman warga dapat dikatakan menjadi suatu kendala bagi masyarakat untuk dapat mendapatkan pelayanan dari pemerintah sebagai pemberi layanan publik.

IV.6 Visi dan Misi Pelayanan Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Padangsidimpuan

Visi

Menjadi lembaga yang mampu mewujudkan tanah dan pertanahan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, serta keadilan dan keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Republik Indonesia.

Misi


(57)

1. Peningkatan kesejahteraan rakyat, penciptaan sumber-sumber baru kemakmuran rakyat, pengurangan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan, serta pemantapan ketahanan pangan.

2. Peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dan bermartabat dalam kaitannya dengan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T).

3. Perwujudan tatanan kehidupan bersama yang harmonis dengan mengatasi berbagai sengketa, konflik dan perkara pertanahan di seluruh tanah air dan penataan perangkat hukum dan sistem pengelolaan pertanahan sehingga tidak melahirkan sengketa, konflik dan perkara di kemudian hari.

4. Keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Indonesia dengan memberikan akses seluas-luasnya pada generasi yang akan datang terhadap tanah sebagai sumber kesejahteraan masyarakat. 5. Menguatkan lembaga pertanahan sesuai dengan jiwa, semangat, prinsip

dan aturan yang tertuang dalam UUPA dan aspirasi rakyat secara luas.

IV.7 Sumber Daya Manusia a) Berdasarkan golongan :

• Golongan IV A : 1 (satu) orang

• Golongan III D : 5 (lima) orang

• Golongan III C : 2 (dua) orang

• Golongan III B : 7 (tujuh) orang


(58)

• Golongan II B : 1 (satu) orang

• Golongan II A : 1 (satu) orang b) Berdasarkan sub-bagian dan seksi :

• Tata Usaha : 3 (tiga) orang

• Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan : 5 (lima orang)

• Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah : 4 (empat) orang

• Seksi Pengaturan dan Penataan Tanah : 3 (tiga) orang

• Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara : 2 (dua) orang IV.8 Loket Pelayanan Kantor

Dalam Kantor Badan Pertanahan Nasionala Kota Padangsidimpuan untuk mengoptimalkan pelayanan maka dia lakukan dengan sistem loket, adapun loket-loket tersebut adalah :

Loket 1 : Informasi Pelayanan

Loket 2 : Berkas penerimaan permohonan

2a. Pelayanan :

• Kegiatan Pengukuran

• Pengembalian Batas

• Kutipan SU 2b. Pelayanan :

• Konversi/Pengakuan


(59)

• Peningkatan Hak 2c. Pelayanan :

• Pendaftaran SK

• Peningkatan hak RSS

• Pemecahan/Pemisahan/Penggabungan

• Penggantian Sertipikat 2d. Pelayanan :

• Pengecekan Sertipikat

• SKPT 2e. Pelayanan :

• Peralihan Hak

• Roya

• Pemasangan Hak Tanggungan Loket 3 : Pelayanan Administrasi Pembayaran/Keuangan Loket 4 : Pelayanan administrasi Penyerahan Hasil Pekerjaan

Tabel 4.3 Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Kantor Badan Pertanahan Nasional Padangsidimpuan

Lantai 1

No Pemanfaatan

Luas (M2)

1. Loket Pelayanan 10

2. Ruang Server 5


(60)

Teras

4. Ruang Kepala Kantor 35

5. Ruang Sub Bagian Tata Usaha 40 6. Ruang Seksi Hak Tanah dan

Pendaftaran Tanah

40

7. Ruang Seksi Survey Pengukuran dan Pemetaan

40

8. Ruang Seksi Pemberdayaan

Masyarakat

40

9. Ruang Seksi Sengketa Konflik dan Perkara

40

10. Ruang Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan

40

11. Aula 30

Sumber: Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan IV.9 Struktur Organisasi Badan Pertanahan Nasional

Kantor Badan Pertanahan Nasional kota Padangsidimpuan dipimpin oleh seorang kepala kantor yang bertanggung jawab kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional.

• Kepala kantor Badan Pertanahan Nasional kota Padangsidimpuan, membawahi :

• Kepala sub bagian tata usaha, membawahi : - Kepala urusan umum dan kepegawaian


(61)

- Kepala urusan perencanaan dan keuangan

• Kepala seksi survey, pengukuran dan pemetaan, membawahi : - Kepala sub seksi pengukuran dan pemetaan

- Kepala sub seksi tematik dan potensi tanah

• Kepala seksi hak tanah dan pendaftaran tanah, membawahi : - Kepala sub seksi penetapan hak tanah

- Kepala sub seksi pengaturan tanah pemerintah - Kepala sub seksi pendaftaran hak

- Kepala sub seksi peralihan, pembebanan hak dan PPAT

• Kepala seksi pengaturan dan penetaan pertanahan, membawahi : - Kepala sub seksi penatagunaan tanah dan kawasan tertentu

- Kepala sub seksi landreform dan konsolidasi tanah

• Kepala seksi pengendalian dan pemberdayaan, membawahi : - Kepala sub seksi pengendalian pertanahan

- Kepala sub seksi pemberdayaan masyarakat

• Kepala seksi sengketa, konflik dan perkara, membawahi : - Kepala sub seksi perkara pertanahan


(62)

Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Drs. Hermansyah

Kepala Urusan Perencanaan Dan Keuangan Ardhi Jayali Lubis, S.IP Bagan 4.1. Struktur Organisasi Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota

Padangsidimpuan

Sumber : Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan

Kepala Kantor

Fachrul Husin Nasution, SH, M.Kn

Kepala Urusan Umum Dan Kepegawaian Romadhan Lubis, Kepala Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan Khairul Hasan Lubis,

S. Sit Kepala Seksi Hak

Tanah Dan Pendaftaran Tanah

Amri Siregar,SH Kepala Seksi Survey,

Pengukuran Dan Pemetaan Bambang Hastiyanto, SH Kepala Seksi Pengendalian Pertanahan dan Pemberdayaan Rifi Hamdani Kepala Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara Dapot Tua Simanjuntak, SH

Kasubsi Pengukuran dan Pemetaan Bambang Sutomo, S. Sit

Kasubsi Penetapan Hak Tanah Amri Rangkuti

Kasubsi PGT dan Kawasan Tertentu H. Amril,SP Kasubsi Pemberdayaan Masyarakat Kasubsi Sengketa dan Konflik Masbulan, SH

Kasubsi Tematik dan

Potensi Tanah Kasubsi Pengaturan

Tanah Pemerintah

Kasubsi Pendaftaran

Kasubsi Landreform dan Konsolidasi Tanah Suriati Kasubsi Pengendalian Pertanahan Kasubsi Perkara Pertanahan


(63)

Tabel 4.4 Daftar Pegawai Sipil Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan No . Nama Pegawai

NIP Pangkat/Golong an

Jabatan Foto Pegaw ai 1. Fachrul Husin Nasution, SH, M.Kn 1971101 5 199303 1 002 III/d

Penata TK. I Kepala Kantor

2. Ardhi Jayali Lubis, S.IP 1984120 9 200912 1 001 III/a Penata Muda Kepala Urusan Perencanaan dan

Keuangan 3. Romadhan Lubis, S. Kom 1985052 2 200912 1 002 III/a Penata Muda Kepala Urusan Umum dan Kepegawaian 4. Mardame Pasaribu, Amd 1984120 6 200903 1 005 II/c

Pengatur Staf Tata Usaha

5. Bambang Hastiyanto, SH 1958021 8 198003 1 003 III/d Penata TK. I

Kepala Seksi Survei,Pengukuran dan Pemetaan 6. Bambang Sutomo, S. Sit 1978041 1 199803 1 002 III/b Penata Muda Tk.

I

Kepala Sub Seksi Pengukuran dan

Pemetaan

7. Iman K. Yulianto 1973070 5 200312 1 004 II/b Pengatur Muda TK. I Staf Survei,Pengukuran dan Pemetaan

8. Andri Pratama 1986061 7 200912 1 002 II/a Pengatur Muda Staf Survei,Pengukuran dan Pemetaan

9. Amri Siregar,SH 1959123 1 198203 1 042 III/d Penata TK. I

Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah 10. Amri 1959081 III/a Kepala Sub Seksi

Kasubsi Peralihan, Pembebanan Hak dan

PPAT Parlautan Harahap


(64)

Rangkuti 0 198003

1 005

Penata Muda Penetapan Hak Tanah

11. Parlautan Harahap 1961032 3 198303 1 005 III/b Penata Muda Tk.

I

Kepala Sub Seksi Peralihan,Pembeban

an Hak dan PPAT

12. Khairul Hasan Lubis, S. Sit 1970073 0 199103 1 002 III/c Penata Kepala Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan

13. H. Amril,SP 1961091 8 198603 1 002 III/b Penata Muda Tk.

I

Kepala Sub Seksi PGT dan Kawasan

Tertentu

14. Suriati

1964083 0 198603

2 003

III/b Penata Muda Tk.

I

Kepala Sub Seksi Landreform dan Konsolidasi Tanah 15. Rifi Hamdani Rangkuti, S. Sit 1979022 7 199803 1 003 III/c Piñata Kepala Seksi Pengendalian Pertanahan dan Pemberdayaan

16. Masbulan, SH 1961041 5 198303 2 001 III/d Penata TK. I

Kepala Sub Seksi Sengketa dan Konflik 17. Dapot Tua Simanjunta k, SH 1960020 7 198503 1 004 III/d Penata TK. I

Kepala Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara 18. Drs. Hermansya h 1960010 2 198203 1 003 III/d Penata TK. I

Kepala Sub Bagian Tata Usaha Sumber : Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan


(65)

Tabel 4.5 Struktur Organisasi LARASITA Kantor BPN Kota Padangsidimpuan

NO. NAMA/NIP/PANGKAT/GOL. JABATAN Ditunjuk Sebagai 1.

Fachrul Husin Nasution, SH, M.Kn

197110151993031002 Penata Tk I (III/d)

Kepala Kantor

Penanggung Jawab

2.

Rifi Hamdani Rangkuti, S.Si.T

19790227 199803 1 003

Penata (III/c) Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan Koordinator 3. Suriati

19640830 198603 2 003 Penata Muda Tk. I (III/b)

Kasubsi Landreform dan Konsolidasi Tanah Anggota 4. Masbulan, S.H.

19610415 198303 2 001 Penata Tk I (III/d)

Kasubsi Sengketa dan Konflik Anggota 5. . Andri Pratama

19860617 200912 1 002 Pengatur Muda (II/a)

Staf Seksi Survey,

Pengukuran dan Pemetaan

Anggota

Sumber: Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan

Dan berikut Tabel struktur Tim Pelaksana LARASITA pada Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan Tahun 2015:


(66)

Tabel 4.6 Struktur Tim LARASITA Kantor BPN Kota Padangsidimpuan NO. NAMA/NIP/PANGKAT/GOL. JABATAN Ditunjuk Sebagai

1.

Rifi Hamdani Rangkuti, S.Si.T

19790227 199803 1 003

Penata Muda Tk. I (III/b)

Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan Koordinator 2.

Romadhan Lubis, S.Kom 19850522 200912 1 002 Penata Muda (III/a)

Kepala Urusan Umum dan Kepegawaian Petugas Penerimaan Berkas 3.

Ardhi Jayali Lubis, S.IP.

19841209 200912 1 001

Penata Muda (III/a)

Kepala Urusan Perencanaan dan Keuangan Petugas Penerimaan Berkas 4.

H. AMRIL, SP.

19610918 198603 1 002

Penata Muda Tk. I (III/b)

Kepala Subseksi Penatagunaan Tanah dan Kawasan Tertentu Petugas Penerimaan Uang

Sumber: Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan


(67)

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan, maka dapat digambarkan hasil penelitian sebagai berikut :

V.1 Implementasi LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah) di Kota Padangsidimpuan

Implementasi Program LARASITA di Kota Padangsidimpuan, dapat dilihat dengan membandingkan antara sasaran kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dengan penerima manfaat kebijakan. Artinya, apabila isi kebijakan yang dikeluarkan dapat memberikan manfaat yang baik bagi masyarakat penerima kebijakan maka kebijakan tersebut dianggap berhasil Sebaliknya, apabila Masyarakat mengangap bahwa program yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak cukup efektif maka kebijakan tersebut dianggap gagal . Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Van Meter dan Van Horn (dalam Subarsono, 2005: 99) ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni :

a) Standar dan Sasaran kebijakan b) Sumber Daya

c) Komunikasi antar organisasi d) Karakteristik agen pelaksana

e) Kondisi sosial, ekonomi, dan politik. f) Disposisi implementor


(68)

Adapun sasaran dari pelaksanaan program LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah) adalah memudahkan masyarakat dalam pengurusan tanah utamanya masyarakat yang berada di daerah terpencil. Hal ini juga terdapat dalam UU No.18 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa LARASITA bersifat pendekatan terhadap masyarakat dalam rangka pengurusan tanah. Maka berdasarkan hasil wawancara dan observasi oleh peneliti, maka dapat dijabarkan sebagai berikut :

Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan di Kota Padangsidimpuan berharap dengan adanya program LARASITA ini mengubah sifat BPN yang tadinya pasif menjadi aktif, selain itu program ini juga diharapkan akan mendekatkan masyarakat dengan BPN. Dan dengan program ini diharapkan pengurusan tanah yang dilakukan oleh masyarakat dapat diselesaikan dengan mudah dan cepat.

Terkait dengan program LARASITA ini, berikut tanggapan dari Kepala Kantor Pertanahan bahwa :

Program LARASITA ini memberikan kemudahan bagi masyarakat, karena dengan adanya program ini maka akan menghindarkan masyarakat dari calo. Program ini dapat juga disebut dengan kantor berjalan, karena apapun yang dilakukan dikantor dapat dilakukan pada program LARASITA ini.

(Hasil wawancara 12 Maret 2015)

Sama halnya dengan Kepala Kantor BPN, ini tanggapan dari Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan ;

Program LARASITA ini merupakan pelayanan prima, yang artinya dimana urusan mengenai masalah tanah yang bisa diselesaikan dalam satu hari dan membayar sesuai dengan aturan. LARASITA ini dapat dikatakan dengan sistem jemput bola, dimana kami mendatangi masyarakat langsung dan masyarakat juga bisa langsung mengurus masalah tanah tanpa ada perantara”.


(69)

Berdasarkan hasil wawancara dapat saya simpulkan bahwa dengan adanya program LARASITA ini dianggap lebih memudahkan masyarakat dalam masalah kepengurusan tanah, dan dapat menghindarkan masyarakat dari jaringan penerima jasa atau yang biasa kita kenal dengan sebutan calo. Dan tanggapan masyarakat yang telah memanfaatkan program ini adalah :

“ Dulu saya malas mengurus hal-hal yang berkaitan dengan masalah tanah, karena kantor BPN sangat jauh dari rumah saya. Tetapi dengan adanya program ini saya sangat terbantu, selain menghemat waktu saya juga menghemat ongkos”. (Hasil wawancara 26 Februari 2015)

Dengan program LARASITA ini diharapkan dapat memberikan pelayanan prima diseluruh kecamatan di kota Padangsidimpuan ini, sebagaimana dengan apa yang disampaikan oleh Kepala Seksi Kasi Pengendalian dan Pemberdayaan bahwa :

“Program LARASITA ini dilaksanakan diseluruh kecamatan yang ada dikota Padangsidimpuan ini. Program ini dilaksanakan setiap hari Rabu dan Kamis, dan kami berencana untuk membuat menjadi tiga kali dalam seminggu jika memang bisa.”

(Hasil wawancara 16 Maret 2015)

Adapun lokasi Kegiatan LARASITA meliputi :

Tabel 5.1 Lokasi Kegiatan LARASITA

No Kecamatan


(70)

2. Kec. Padangsidimpuan Utara 3. Kec. Padangsidimpuan Hutaimbaru 4. Kec. Padangsidimpuan Angkola Julu 5. Kec. Padangsidimpuan Batunadua 6. Kec. Padangsidimpuan Tenggara

Sumber: Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan

V.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Implementasi

Dalam implementasi atau pelaksanaan suatu kebijakan dipengaruhi oleh berbagai faktor, begitu juga dengan pelaksanaan program LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikat Tanah) di kota Padangsidimpuan. Adapun berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti, maka dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Standar dan sasaran kebijakan/ukuran dan tujuan kebijakan

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya dari ukuran dan tujuan kebijakan yang bersifat realistis dengan sosio-kultur yang ada di level pelaksana kebijakan. Sama halnya pada kantor BPN kota Padangsidimpuan dimana dengan dikeluarkannya program LARASITA maka para implementor harus mengetahui sasaran dan tujuan dan kebijakan tersebut. Implementasi kebijakan yang berhasil, bisa jadi gagal ketika para pelaksana tidak sepenuhnya menyadari terhadap standar dan tujuan kebijakan. Standar dan tujuan kebijakan memiliki hubungan yang erat dengan disposisi para implementor. Arah disposisi implementor terhadap standar dan tujuan kebijakan juga merupakan hal yang


(1)

terjun langsung dalam proses LARASITA dan sering melakukan kontrol terhadap pegawai-pegawainya.

Intensitas dari disposisi oleh implementor dapat dikatakan sudah cukup baik, hal ini dilihat dari bagaimana para implementor yang selalu melakukan proses pengontrolan terhadap program LARASITA dan juga para implementor yang biasa ikut langsung dalam pelaksanaan program tersebut

Dapat disimpulkan bahwa tanggapan masyarakat yang memanfaatkan LARASITA, ini dapat terlihat dari data-data yang telah ada dan masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan program ini

Manfaat yang dirasakan oleh masyarakat yang memanfaatkan program LARASITA yakni lebih memudahkan masyarakat dalam proses pengurusan sertipikasi tanah, namun yang menjadi kendala bagi masyarakat yang memanfaatkan program LARASITA yaitu ketidak jelasan informasi yang diterima, mengenai syarat dan prosedur-prosedur yang lain.


(2)

BAB VI

PENUTUP

Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bagian ini penulis mencoba mengambil beberapa kesimpulan dan memberikan saran sebagai langkah terakhir dalam penulisan hasil penelitian.

VI.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diikemukakan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa :

1. Pelaksanaan program LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah) dapat dikatakan sudah cukup efektif dalam memudahkan proses kepengurusan tanah sejauh ini. Namun ada beberapa faktor yang harus diperhatikan agar program ini semakin baik. Faktor-faktor yang dimaksud adalah faktor standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, komunikasi antar organisasi dan organisasi lain, karakteristik agen pelaksana, kondisi sosial,ekonomi,dan politik, dan disposisi implementor. Dari ke-enam


(3)

faktor ini ada dua faktor yang masih belum terpenuhi dengan baik yaitu : faktor komunikasi dan faktor sumber daya manusia. Dari faktor komunikasi yang menjadi masalah adalah dapat dilihat dari wawancara yang dilakukan bahwa masih banyak masyarakat yang belum mengerti betul mengenai program ini, sebagian besar hanya masih mengetahui tentang tujuan dari program LARASITA ini, sedangkan untuk persyaratan dan prosedurnya masyarakat masih banyak yang tidak mengerti. Hal ini dapat dimaklumi, karena dari pihak pelaksana tidak pernah melakukan sosialisasi program LARASITA ini kepada sasaran program/ masyarakat. Sedangkan dari segi faktor sumber daya, dari pihak pelaksana berdasarkan kuantitas masih sangat kurang. Sehingga karena kekurangan pegawai/staff ini mengakibatkan program ini dilibatkan kesuluruh staff/pegawai BPN Kota Padangsidimpuan. Dan dapat dipastikan adanya penumpukan tugas yang terjadi. Walaupun dari segi kualitas pelaksana dapat dikatakan cukup baik, tetapi dari segi kuantitas pelaksana membutuhkan penambahan pegawai/staff.

VI.2 SARAN

Adapun saran yang diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Dengan kurangnya jumlah pegawai pada Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan yang jelas berakibat kurang maksimalnya pelayanan, hendaknya dapat diajukan permohonan penambahan jumlah pegawai pada Kantor Pertanahan. Dengan penembahan jumlah pegawai, dapat mengurangi terjadinya penumpukan tugas pada setiap pegawai dan dalam


(4)

pelaksanaan LARASITA dapat menjalankan perannya dengan lebih baik lagi.

2. Program LARASITA ini merupakan program yang sangat memudahkan bahkan dapat dikatakan menguntungkan masyarakat sebagai sasaran dari program ini. Dan agar masyarakat lebih banyak mengetahui tentang program ini dan dapat memanfaatkan dengan baik program ini, seharusnya pihak pelaksana memberikan sosialisasi kepada masyarakat. Dan sosialisasi dapat juga dibantu dengan pihak Lurah tiap kecamatan. Agar tujuan dan sasaran kebijakan ini tepat pada sasarannya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, James. 2010. Public Policy Making. Holt, Rinehart and Winston : Michigan University

Chander, Ralph C dan Plano Jack C. 1992. The Public administration Dictionary. Singapore : John Wilwy & Sons

Dye, Thomas. 1981. Understanding Public Policy. Upper saddle River, New Jersey : Prentice Hall, Pearson Education, Inc.

Edwards, George III. 1980. Implementing Public Policy dalam Buku Tangkilisan. 2003. Implementasi Kebijakan Publik. Yogyakarta : Lukman Offset

Grindle, M.S. 1980. Politics and Policy Implementation in The Third World. Baltimore : Princetown University Town

Hadari, Nawawi. 2007. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajahmada University Press.

Nakamura, Robert T dan Smallwood, Frank. 1980. The Politics of Policy Implementation. New York : St. Martin Press

Patton dan Sawicki. 1993. Basic Methods of Policy Analysis and Planning. Prentice Hall : Michigan University

Ripley. 1985. Public Policy dalam buku Subarsono, Drs. AG.2005.Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar

Sinambela, Lijan Poltak. 2010. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Singarimbun,Masri. 1997. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rajawali Press Subarsono, Drs. AG.2005.Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta Sumardjono.Maria. 2001. Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi. Jakarta : Kompas


(6)

Tangkilisan. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta : Lukman Offset

Tehupeiory, Aartje. 2012. Pentingnya Pendaftaran Tanah di Indonesia. Jakarta : Buku Pintar

Yamin, Muhammad. Rahim, Abd Lubis. 2008. Hukum Pendaftaran Tanah. Bandung : CV.Mandar Maju

Sumber Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3).

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Daerah Otonom.

Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA). Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004, undang-undang 12 tahun 2008

Tentang Pemerintahan Daerah.

Keputusan Presiden Nomor : 26 Tahun 1988 Tentang lembaga Non Departemen Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Pasal 3 Tentang Pendaftaran Tanah.

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 Tentang LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikat Tanah).

Sumber Internet

2014 pukul 20.05

http://www.bpn.go.id/home.aspx diakses pada 15 Januari 2015 pukul 17.00 http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Padang_Sidimpuan diakses pada 15 Januari pukul 17.00

www.kabar-online.com/waspada.permasalahan.tanah.htm diakses pada 15 Januari pukul 17.30


Dokumen yang terkait

Implementasi Program LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah) di Kota Padangsidimpuan (Studi Pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan)

1 44 98

Implementasi Program LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah) di Kota Padangsidimpuan (Studi Pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan)

0 14 99

Implementasi Program LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah) di Kota Padangsidimpuan (Studi Pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan)

0 0 12

Implementasi Program LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah) di Kota Padangsidimpuan (Studi Pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan)

0 0 1

Implementasi Program LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah) di Kota Padangsidimpuan (Studi Pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan)

0 0 9

Implementasi Program LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah) di Kota Padangsidimpuan (Studi Pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan)

0 0 20

Implementasi Program LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah) di Kota Padangsidimpuan (Studi Pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan)

0 0 2

BAB III METODE PENELITIAN III.1 Bentuk Penelitian - Implementasi Program LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah) di Kota Padangsidimpuan (Studi Pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan)

0 0 55

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang - Implementasi Program LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah) di Kota Padangsidimpuan (Studi Pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan)

0 0 9

Implementasi Program LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah) di Kota Padangsidimpuan (Studi Pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan)

0 0 12