Pendaftaran Merek Kolektif Sebagai Upaya Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hak Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan hak yang berasal dari karya,
karsa, dan daya cipta kemampuan intelektualitas manusia yang memiliki manfaat
serta berguna dalam menunjang kehidupan manusia dan mempunyai nilai
ekonomi. 1 Kemajuan teknologi informasi dan transportasi telah mendorong
globalisasi ekonomi, skala investasi dibidang industri dan pemasaran produk tidak
terbatas pada pasar nasional akan menjadi lebih meluas melewati batas-batas
negara. 2 Perubahan pasar di luar batas-batas negara juga diikuti oleh HKI yang
digunakan dalam pembuatan produk dan pemasarannya.Kepentingan yang
dilindungi dengan demikian tidak lagi hanya produknya tapi juga hak kekayaan
intelektualnya. 3
Kekayaan intelektual merupakan kreativitas yang dihasilkan dari olah pikir
manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan hidup manusia.
Kreativitas yang dihasilkan dari olah pikir manusia merupakan suatu karya
intelektual seseorang yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap peradaban

1


Shanti Eka Marthani, “Implementasi Perlindungan Merek Kolektif Dalam Model One
Village One Product (OVOP)”, (Tesis Program Studi Pasca Sarjana Kekhususan Hukum Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta, 2013), hlm.1.
2
Kholis Roisah, Konsep Hukum hak Kekayaan intelektual, (Malang: Setara Press, 2015)
hlm.1.
3
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

manusia.

Kreativitas

tersebut

antara

lain


melalui

penemuan-penemuan

(inventions) dan hasil-hasil di bidang karya cipta dan seni (art and literary work). 4
Dewasa ini, dunia dan kawasan-kawasan didalamnya merupakan pasar
bagi produksi-produksi pengusaha pemilik merek barang dan jasa.Pengusahapengusaha pemilik merek barang dan jasa tersebut ingin produk usaha mereka
memperoleh akses yang sebebas-bebasnya ke pasar. Perkembangan dan
perubahan norma dan tatanan dagang yang bersifat global ini telah menimbulkan
berbagai persoalan yang perlu segera diantisipasi oleh Indonesia. 5
Perkembangan kegiatan perdagangan barang dan jasa di Indonesia dalam
bebarapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan karena
perkembangan teknologi informasi dan sarana transportasi yang menyebabkan
aktivitas

disektor

perkembangan


perdagangan,

yang

sangat

baik

pesat. 6

barang

maupun

Kecenderungan

jasa

mengalami


meningkatnya

arus

perdagangan barang dan jasa akan terus berlangsung sejalan dengan pertumbuhan
ekonomi nasional yang semakin meningkat. Merek sebagai salah satu karya
intelektual manusia yang akrab hubungannya dengan kegiatan ekonomi dan
perdagangan memegang peranan yang sangat penting. 7
Setiap orang atau organisasi perusahaan yang ada, akan sangat peduli akan
pentingnya sebuah nama dan simbol yang digunakan dalam menjalankan bisnis

4

Achmad Gusman Catur Siswandi, “Perlindungan Hukum Terhadap Asset Pengetahuan
Tradisional”. (Hasil penelitian, Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Bandung, 2001).hlm.1.
5
Haryani iswi, Prosedur Mengurus HKI yang benar, (Yogyakarta: Pustaka Yustitia,
2010), hlm.6.
6
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Naskah Akademik Peraturan PerundangUndangan, Rancangan Undang-Undang Tentang Merek, 2015.hlm.1.

7
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

dan pemasaran barang dan jasa. 8 Dengan adanya nama dan simbol maka akan
membantu untuk menunjukkan darimana barang dan/atau jasa tersebut. Dalam
pangsa pasar, nama-nama dan simbol-simbol tersebut dikenali sebagai merek
(trademark), nama usaha (business name), dan nama perusahaan (company
name). 9
Penggunaan suatu merek tidak hanya sebatas nama atau simbol, tetapi
memiliki kesan yang tercipta dan dapat dengan mudah untuk diingat oleh orang
lain sebagai konsumen. Produsen suatu produk yang terdapat di Indonesia tidak
hanya perusahaan-perusahaan besar aja, melainkan banyak Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (“UMKM”) yang mengeluarkan mereknya sendiri. Seperti di
daerah Sumatera Utara, salah satu UMKM yang sukses dengan merek yang dapat
dikatakan terkenal, yaitu “UCOK DURIAN”.
Kegiatan UMKM merupakan salah satu dari beberapa bidang usaha yang
dapat berkembang dan konsisten dalam perekonomian nasional saat ini. UMKM
merupakan suatu wadah yang baik bagi penciptaan lapangan pekerjaan yang

produktif. UMKM tidak perlu modal yang banyak, dan tidak membutuhkan
beragam persyaratan tertentu seperti halnya dalam tingkat pendidikan, keahlian
(keterampilan) pekerja, dan pengalaman pdalam bekerja.Hal ini karena UMKM
merupakan usaha yang bersifat padat karya, dan menggunakan teknologi seadanya
(sederhana). Dewasa ini, UMKM masih memegang peranan penting dalam
perbaikan perekonomian Indonesia, baik ditinjau dari segi jumlah usaha, segi

8

Rahmi Jened, Hukum Merek Dalam Era Global dan Integrasi Ekonomi, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015), hlm.3. (selanjutnya disebut rahmi jened I).
9
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

penciptaan lapangan kerja, maupun dari segi pertumbuhan ekonomi nasional yang
diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB). 10
Semakin luasnya globalisasi di bidang perdagangan barang dan jasa
menuntut adanya perlindungan merek bagi produk dalam negeri.Salah satu

alternatif perlindungan merek adalah dengan mengembangkan satu merek
bersamaatau disebut juga merek kolektif. 11 Pelaksanaan merek kolektif semakin
berkembang seiring dengan perubahan jaman serta memasuki era perdagangan
bebas.Merek lokal banyak tersaingi dengan merek yang sudah terkenal.
Merek lokal misalnya di daerah Sumatera Utara tepatnya di Pematang
Siantar, terdapat merek minuman “BADAK” yang merupakan merek asli lokal
daerah tersebut. Merek minuman tersebut masih terdapat di daerah Sumatera
Utara seperti di Medan, namun sedikit peminatnya terhadap minuman tersebut,
karena orang-orang-orang sekitar lebih berminat terhadap minuman yang
bermerek terkenal seperti “COCACOLA”.
Contoh lain merek lokal yang kalah saing dengan merek terkenal yaitu
merek sepatu “SPECS”. Merek tersebut memang masih banyak beredar di
Indonesia, namun banyak juga orang yang tidak mengetahui merek sepatu
tersebut. Kebanyakan dari kita mengenal sepatu seperti merek ADIDAS, NIKE,
dan merek sepatu terkenal lainnya. Hingga akhirnya, merek “SPECS” tersebut
kalah saing dengan merek terkenal yang berasal dari luar negeri. Namun hal ini
tidak membuat perusahaan merek sepatu “SPECS” bangkrut, merek tersebut
masih beredar di pasar nasional yang peminatnya tidak sebanyak merek terkenal
10


Tulus Tambunan,UMKM di Indonesia, (Jakarta:Ghalia Indonesia,2012), hlm.3.
Shanti Eka Marthani, op.cit., hlm.5.

11

Universitas Sumatera Utara

dari luar negeri. Hal ini yang menyebabkan merek lokal, terutama yang dimiliki
oleh UMKM sulit untuk bersaing.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka suatu daerah dapat distimulasi untuk
mengembangkan merek kolektif yang dimungkinkan dan diatur berdasarkan
Undang-UndangNomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis
(“UU Merek”). Merek tersebut didaftarkan, diciptakan, dikembangkan dan
dikelola oleh suatu lembaga di daerah. Setiap UMKM dimungkinkan meminta
izin dari setiap pemegang merek untuk menggunakan merek kolektif tersebut.
Sebagai imbalannya, UMKM dikenakan biaya bersama untuk membiayai
manajemen merek. Biaya tersebut harus cukup terjangkau dan tidak terlalu
membebankan para pelaku usaha. 12 Solusi ini bisa memecahkan masalah
mahalnya biaya pengembangan merek. Dengan satu merek kolektif, biaya
pengembangan merek tersebut dapat dibagi sehingga lebih terjangkau oleh para

pelaku bisnis di daerah. 13
Merek kolektif butuh pengelolaan secara hati-hati, yaitu salah satunya
dengan memberikan pengawasan mutu yang baik terhadap produk yang
dikeluarkan, agar tidak muncul produk yang kualitasnya di bawah standar.
Apabila hal ini terjadi, maka akan ada risiko produk-produk lain yang
dikembangkan dengan merek kolektif tersebut tidak akan dipercayai oleh
konsumen. Hal ini dapat digunakan selain untuk mengembangkan produk dalam

12

Ibid.,hlm.7.
Ibid.

13

Universitas Sumatera Utara

negeri, juga untuk mengembangkan potensi daerah tertentu guna meningkatkan
perekonomiannya. 14
Dalam kaitannya terhadap pemberdayaan UMKM, merek kolektif yang

didaftarkan oleh beberapa pelaku UMKM didaerah akan mengurangi risiko yang
kemungkinan akan diterima pelaku UMKM apabila tidak mendaftarkan merek
yang dimilikinya sebagai satu merek kolektif. Penggunaan merek kolektif juga
dinilai sebagai salah satu upaya dalam memberdayakan UMKM guna untuk
memperbaiki perekonomian daerah dan menciptakan produk yang mempunyai
daya saing. Akan tetapi, pendaftaran merek kolektif dan pelaksanaannya harus
berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku saat ini.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penulisan skripsi dengan judul “Pendaftaran Merek Kolektif Sebagai upaya
Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Ditinjau Dari UndangUndang Nomor20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan sebelumnya,
permasalahan-permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaturan merek kolektif di Indonesia ?
2. Bagaimanakah prosedur pendaftaran merek kolektif dalam produk
UMKM?

14


Ibid.

Universitas Sumatera Utara

3. Apakah keuntungan yang diperoleh dan hambatan yang dihadapi oleh
UMKM setelah menerima sertifikat merek kolektif?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun Tujuan yang akan dicapai dari penulisan skripsi ini, adalah:
1. Memahami pengaturan merek kolektif di Indonesia.
2. Mengetahui prosedur pendaftaran merek kolektif dalam produk UMKM
3. Mengetahui keuntungan yang diperoleh dan hambatan yang dihadapi
UMKM setelah menerima sertifikat merek kolektif
Penelitian merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk
memperkuat, membina serta mengembangkan ilmu pengetahuan, 15 sehingga
muncul harapan penulis agar penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca. Adapun manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Penulisan skripsi ini diharapkan mampu mengisi ruang-ruang kosong
dalam ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan substansi penulisan
skripsi ini, hingga pada akhirnya skripsi ini memberikan sumbangsih
berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuanhukum terkait HKI,
khususnya terkait merek kolektif dan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah (UMKM).

15

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 2010), hlm. 3.

Universitas Sumatera Utara

2. Secara Praktis
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan infromasi serta
masukan untuk pemerintah, pelaku UMKM, dan pihak lainnya yang
memiliki kepentingan dalam usaha pengembangan HKI khususnya yang
terkait dengan merek.

D. Keaslian penulisan
Sebelum melakukan penulisan skripsi ini,penulis terlebih dahulu telah
melakukan penelusuran pada perpustakaan di lingkungan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara. Oleh karenanya, keaslian dan kebenarannya dapat
dipertanggungjawabkan oleh penulis sendiri dan telah sesuai dengan asas-asas
keilmuan yang harus dijunjung tinggi secara akademik yaitu kejujuran, rasional,
objektif, dan terbuka. Dari permasalahan serta tujuan yang ingin dicapai dalam
penulisan skripsi ini, bahwa dapat dikatakan skripsi ini merupakan karya sendiri
yang asli dan bukan jiplakan dari skripsi orang lain yang diperoleh dari hasil
pemikiran, referensi buku-buku, makalah-makalah, jurnal, media elektronik yaitu
internet serta berbagai bantuan para pihak.
Setelah dilakukan pemeriksaan, selanjutnya perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara mengeluarkan surat pada tanggal 19 Januari 2017
yang menyatakan tidak ada judul yang sama. Jika terdapat judul skripsi yang
hampir sama dengan ini, akan tetapi substansi pembahasannya berbeda.
Adapun skripsi-skripsi yang dimaksud berjudul “Pendaftaran Merek
Sebagai Upaya Perlindungan Hukum Terhadap Praktek Persaingan Curang” atas

Universitas Sumatera Utara

nama Andika Permana (NIM: 070200426) dan “Perlindungan Hukum Terhadap
Hak Merek Pada Bidang Jasa Usaha Menengah Dalam Rangka Menghadapi Pasar
Tunggal Asean” atas nama Yosua Arnold (NIM: 090200484).
Walaupun terdapat kemiripan dengan beberapa judul di atas, namun
terdapat perbedaan signifikan mengenai substansi pembahasan. Penelitian yang
dilakukan

dengan

judul

“Pendaftaran

Merek

Kolektif

Sebagai

Upaya

Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Ditinjau Dari Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis” secara khusus
membahas merek kolektif sebagai upaya pemberdayaan UMKM ditinjau undangundang tentang merek yang terbaru. Sedangkan kedua judul diatas membahas
tentang hal yang berbeda. Judul pertama membahas mengenai pendaftaran merek
sebagai usaha untuk mencegah praktek persaingan curang, sementara judul yang
dibahas dalam skripsi ini tidak menyinggung tentang persaingan curang dan
didalam skripsi ini bukan cuma merek yang dibahas namun juga merek kolektif.
Judul kedua membahas mengenai perlindungan hukum terhadap hak merek jasa
usaha dalam rangka menghadapi pasar tunggal ASEAN, sementara judul yang
dibahas dalam skripsi ini tidak menyinggung tentang pasar tunggal ASEAN.
Surat dari Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas
Sumatera

Utara

tersebut

kemudian

dijadikan

dasar

bagi

Windha

SH,MHum.(Ketua Departemen Hukum Ekonomi) untuk menerima judul yang
diajukan oleh penulis, karena substansi yang terdapat dalam skripsi ini dinilai
berbeda dengan judul-judul skripsi lain yang terdapat di lingkungan Perpustakaan
Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulis juga

Universitas Sumatera Utara

menelusuri berbagai judul karya ilmiah melalui media internet, dan sepanjang
penelusuran yang penulis lakukan, belum ada penulis lain yang pernah
mengangkat topik tersebut. Sekalipun ada, hal itu adalah diluar sepengetahuan
penulis dan tentu saja substansinya berbeda dengan substansi dalam skripsi ini.
Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah murni hasil pemikiran
Penulis yang didasarkan pada pengertian-pengertian, teori-teori, dan aturan
hukum yang diperoleh melalui referensi media cetak maupun media elektronik.
Oleh karena itu, Penulis menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya asli penulis
dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan
Pada bagian ini, penulis akan melakukan pembatasan atau memberikan
definisi terhadapa beberapa istilah yang akan dibahas dan menjadi fokus utama
penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Pendaftaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendaftaran adalah suatu proses,
caraatau perbuatan untuk mencatatkan sejumlah nama atau hal (tentang
kata-kata, nama orang, barang dan sebagainya). 16

2. Merek Kolektif
a. Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa
gambar, logo, nama, kata, huruf, angka,susunan warna, dalam bentuk 2

16

Diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, http://kbbi.web.id (diakses pada
tanggal 3 Februari 2017).

Universitas Sumatera Utara

(dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau
kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan
barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum
dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa. 17
b. Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang dan/atau
jasa dengan karakteristik yang sama mengenai sifat, ciri umum, dan
mutu barang atau jasa serta pengawasannya yang akan diperdagangkan
oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk
membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya. 18
Berdasarkan pada pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa merek
kolektif pada dasarnya dapat berupa merek barang, merek jasa atau
merek barang dan/atau jasa. Kemudian suatu merek dapat dijadikan
merek kolektif apabila memenuhi persyaratan, dimana produk barang
dan/atau jasa yang diberikan merek tersebut memiliki karakteristik yang
sama. Untuk mendapatkan hak atas merek kolektif, sehingga
memperoleh hak eksklusif proses dan prosedurnya sama dengan jenis
merek dagang atau jasa yakni melalui pendaftaran. 19

3. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
Dalam istilah Pemberdayaan UMKM terdapat dua pengertian penting,
yaitu Pemberdayaan dan UMKM.

17

Indonesia (Merek), Undang-Undang tentang Merek dan Indikasi Geografis, UU No.
20/2016, LN Tahun 2016 Nomor 252, TLN Nomor 5953, Pasal 1 angka 1.
18
Ibid, Pasal. 1 angka 4.
19
World Intellectual Property Organization (WIPO), Membuat Sebuah Merek: Pengantar
Merek untuk UMKM, (Jakarta: Kamar Dagang dan Indsutri Indonesia, 2008), hlm.10.

Universitas Sumatera Utara

a. Pemberdayaan
Dubois dan Miley mengemukakan bahwa dasar-dasar pemberdayaan
meliputi, antara lain: 20
1) Pemberdayaan adalah proses kerja sama antara klien dan pelaksana
kerja secara bersama-sama yang bersifat mutual benefit.
2) Proses pemberdayaan memandang sistem klien sebagai komponen
dan kemampuan yang memberikan jalan ke sumber penghasilan
dan memberikan kesempatan.
3) Klien harus merasa dirinya sebagai agen bebas yang dapat
mempengaruhi.
4) Kompetensi diperoleh atau diperbaiki melalui pengalaman hidup,
pengalaman khusus, yang kuat daripada keadaan yang menyatakan
apa yang dilakukan.
5) Pemberdayaan meliputi jalan ke sumber-sumber penghasilan dan
kapasitas untuk menggunakan sumber-sumber pendapatan tersebut
dengan cara efektif.
6) Proses pemberdayaan adalah masalah yang dinamis, sinergis,
pernah berubah, dan evolusioner yang selalu memiliki banyak
solusi.
7) Pemberdayaan adalah pencapaian melalui struktur-struktur paralel
dari perseorangan dan perkembangan masyarakat. 21

20

B. Dubois dan Miley, Social Work: An Empowering Profession, (Boston: Allyn and
Bacon), 1992 dalam Gunawan Sumodiningrat dan Ari Wulandari, Menuju Ekonomi Berdikari
(Yogyakarta: Media Pressindo, 2015), hlm.19-20.
21
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemberdayaan adalah proses
menyeluruh; suatu proses aktif antara motivator, fasilitator, dan
kelompok masyarakat yang perlu diberdayakan melalui peningkatan
pengetahuan, keterampilan, pemberian berbagai kemudahan serta
peluang untuk mencapai akses sistem sumber daya alam dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 22 Proses pemberdayaan
hendaknya

meliputi

enabling

(menciptakan

suasana

kondusif),

empowering (penguatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat),
protecting (perlindungan dariketidakadilan), supporting (bimbingan dan
dukungan), dan foresting (memelihara kondisi yang kondusif tetap
seimbang). 23

b. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (“UU UMKM”), istilah UMKM dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Usaha Mikro
Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangandan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

24

Usaha mikro

22

Ibid.
Randy R.W., dan Riant Nugroho Dwijowijoto, Manajemen Pemberdayaan: Sebuah
Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: Elex Media Computindo,
2007) hlm.116-117.
24
Indonesia (UMKM), Undang-Undang tentang Usaha Mikro, kecil, dan Menengah , UU
No. 20/2008, LN Tahun 2008 Nomor 93, TLN Nomor 4866, Pasal 1 angka 1.
23

Universitas Sumatera Utara

merupakan usaha produktif yang kekayaannya sampai 50 Juta
Rupiah dengan pendapatan 300 Juta Rupiah per tahun. 25
2) Usaha Kecil
Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi
kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
ini. 26 Usaha kecil merupakan usaha produktif dengan nilai kekayaan
usaha antara 50 sampai 500 Juta Rupiah dengan total penghasilan
sekitar 300 juta sampai 2,5 Milyar Rupiah per tahun. 27
3) Usaha Menengah
Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yangberdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini. 28 Usaha menengah merupakan usaha
produktif yang memiliki kekayaan (modal) 500 Juta Rupiah dengan

25

Ibid,, Pasal 6 angka 1.
Ibid,, Pasal 1 angka 2.
27
Ibid,, Pasal 6 angka 2.
28
Ibid., Pasal 1 angka 3.

26

Universitas Sumatera Utara

jumlah pendapatan sekitar 2,5 Milyar Rupiah sampai 50 Milyar
Rupiah per tahun. 29

F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Dalam suatu penulisan skripsi, posisi metodologi sangatlah penting
sebagai suatu pedoman. Metodologi merupakan logika yang menjadi dasar suatu
penelitian ilmiah. 30 Penelitian yang dilakukan dalam hal ini adalah penelitian
hukum yuridis-normatif. 31 Jenis penelitian yang digunakan didalam penulisian
skripsi ini adalah penelitian hukum normatif atau kepustakaan, karena penelitian
hukum ini hanya meneliti peraturan perundang-undangan, dan sumber data yang
digunakan berasal dari data sekunder. Penelitian hukum normatif terutama
dilakukan untuk penelitian norma hukum dalam pengertian ilmu hukum sebagai
ilmu tentang kaidah atau apabila hukum dipandang sebagai sebuah kaidah yang
perumusannya secara otonom tanpa dikaitkan dengan masyarakat. 32

2. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitain ini adalah data sekunder yang
terdiri dari:

29

Ibid. Pasal 6 angka 3
Soerjono Soekanto, op. cit., hlm. 6.
31
Ibid.hlm. 9-10.
32
Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Metode penelitian dan Penulisan Hukum Sebagai
Bahan Ajar, (Medan : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2009), hlm.54.
30

Universitas Sumatera Utara

a. Bahan Hukum Primer
• Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan
Indikasi Geografis (“UU Merek”).
• Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (“UU UMKM”).
• Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (“PP UMKM”)
• Peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan.

b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan yang memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer, seperti misalnya literatur yang
diperoleh dari perpustakaan seperti bahan bacaan, buku-buku, jurnaljurnal, skripsi, tesis, dan artikel-artikel lain yang berhubungan dengan
merek kolektif sebagai upaya pemberdayaan UMKM.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier, yakni bahan yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder, contohnya adalah kamus, ensiklopedia dan sebagainya.
d. Bahan Non Hukum
Di samping bahan-bahan hukum, skripsi ini juga akan menggunakan
bahan non hukum. Penggunaan bahan non hukum ini bertujuan untuk
memperluas wawasan dalam proses pembuatan skripsi ini. Studi yang

Universitas Sumatera Utara

dilakukan dengan menggunakan bahan non hukum seperti interview
atau wawancara dengan narasumber-narasumber yang terkait dengan
skripsi ini. Narasumber antara lain dengan bapak Jawasmer, SH.M.Kn
selaku Kepala Sub Bidang Kekayaan Intelektual di dalam Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan Ham Sumatera Utara dan dengan
bapak Ali Mansyur, S.Sos selaku Bendahara Umum Koperasi Agrina
dan beliau juga sebagai salah satu pendiri Koperasi Agrina.

3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data diperlukan untuk memperoleh suatu kebenaran
dalam penulisan skripsi, dalam hal ini digunakan metode pengumpulan data
dengan cara studi kepustakaan (library research), yaitu mempelajari dan
menganalisis data secara sistematis melalui buku-buku, surat kabar, makalah
ilmiah, internet, peraturan perundang-undangan, dan bahan-bahan lain yang
berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini. Hasil dari kegiatan
pengkajian tersebut kemudian dibuat ringkasan secara sistematis sebagai inti sari
hasil pengkajian studi dokumen. Tujuan dari teknik dokumentasi ini adalah untuk
mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, pendapat-pendapat atau penemuanpenemuan yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. 33

33

Ibid, hlm 24

Universitas Sumatera Utara

4. Analisis Data
Data primer dan data sekunder yang telah disusun secara sistematis
kemudian dianalisa secara kualitatif dengan menggunakan metode deduktif dan
induktif. Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan, dan
membandingkan, sedangkan metode induktif dilakukan dengan menerjemahkan
berbagai sumber yang berhubungan dengan topik dalam skripsi ini, sehingga
diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah
dirumuskan.

G. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini ditulis secara sistematis agar memberikan kemudahan
bagi pembaca dalam memahami makna dan memperoleh manfaatnya. Adapun
sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab I memuat pendahuluan yang menggambarkan secara umum tentang
latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian
penulisan, tinjauan kepustakaan, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan
yang berkenaan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.
Bab II memuat tentang pengaturan merek kolektif di Indonesia. Bab ini
terdiri dari 2 (dua) sub bab, yakni tinjauan umum hak merek, dan tinjauan umum
merek kolektif. Pembahasan dalam bab II akan menjawab perumusan masalah
pertama dalam skripsi ini.
Bab III memuat tentang prosedur pendaftaran merek kolektif dalam
produk usaha mikro kecil dan menengah. Bab ini menerangkan tentang usaha

Universitas Sumatera Utara

mikro kecil dan menengah di Indonesia dan prosedur pendaftaran merek kolektif
dalam produk usaha mikro kecil dan menengah. Pembahasan dalam bab III akan
menjawab perumusan masalah kedua dalam skripsi ini.
Kemudian, bab IV akan memuat keuntungan dan hambatan yang diperoleh
pelaku usaha mikro kecil dan menengah setelah menerima sertifikat merek
kolektif. Pembahasan dalam bab IV akan menjawab perumusan masalah ketiga
dalam skripsi ini.
Akhirnya, bab V memuat kesimpulan dan saran. Bab ini berisi kesimpulan
dari bab-bab yang telah dibahas sebelumnya dan saran yang mungkin berguna dan
dapat dipergunakan untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pendaftaran Merek Kolektif Sebagai Upaya Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis

5 46 107

Penerapan Sistem Konstitutif Pada Pendaftaran Merek Bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek.

0 0 2

Pendaftaran Merek Kolektif Sebagai Upaya Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis

1 1 9

Pendaftaran Merek Kolektif Sebagai Upaya Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis

0 1 1

Pendaftaran Merek Kolektif Sebagai Upaya Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis

0 1 21

Perlindungan Hukum Terhadap Merek Medan Napoleon Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

1 1 6

Perlindungan Hukum Terhadap Merek Medan Napoleon Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

0 2 1

Perlindungan Hukum Terhadap Merek Medan Napoleon Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

1 4 17

Perlindungan Hukum Terhadap Merek Medan Napoleon Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

1 5 30

PEMAKAIAN NAMA DAERAH DALAM USAHA KULINER BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS

0 1 16