Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Pemerasan “Dwelling Time” di Pelabuhan Belawan
ABSTRAK
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU
PEMERASAN “DWELLING TIME” DI PELABUHAN BELAWAN
Eryanza Firmanda *
Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH., MS. **
Syafruddin, SH., MH.,DFM. ***
Pemerasan atau pungutan liar merupakan kejahatan yang dilakukan oleh
seseorang atau Pegawai Negeri atau Pejabat Negara dengan cara meminta yang
berkaitan dengan pembayaran tersebut. Pengeturan mengenai pemerasan / punutan
liar telah diatur dalam Pasal 368 KUHP dan Pasal 423 KUHP serta UndangUndang Nomro 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomro
31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Pada akhir
November 2016 Kepolisian Daerah Sumatera Utara melakukan Operasi Tangkap
Tangan (OTT) atas kasus pemerasan / pungutan liar yang dilakukan di Pelabuhan
Belawan. Permasalahan dalam penulisan ini adalah : Bagaimana pengaturan
hukum nasional terhadap pelaku tindak pidana pemerasan / pungutan liar, Analisis
hukum pidana terhadap Putusan Pengadilan Negeri Nomor 664/Pid.B/2017/PNMDN (dengan terdakwa Mafrizal, bersama Sabam Parulian Manalu dan Frans
Holmes Sitanggang), dan Bagaimana pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku
pemerasan / pungutan liar dalam proses “dwelling time” di Pelabuhan Belawan.
Penelitian skripsi ini dibuat melalui penelitian hukum normatif-empiris
dengan menggunakan data berupa bahan hukum primer, skunder, dan tersier. Data
dikumpulkan melalui studi pustaka atau (librari research) serta hasil data
lapangan sebagai data penunjang yang diperoleh melalui informasi dan pendapatpendapat dari informan yang ditentukan.
Pada kasus pemerasan yang terjadi di Pelabuhan Belawan para terdakwa
dengan ketentuan Pasal 368 KUHP Jo. Pasal 55 ayat (1) angka 1 KUHP jo. Pasal
64 ayat (1) KUHP dan Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang Jo. Pasal 55 ayat (1) angka 1 KUHP. Pembentukan peraturan hukum yang
jelas guna memberikan jaminan kepastan hukum yang mempertegas penegakan
hukum mengenai tindak pidana pemerasan / pungutan liar.
Kata Kunci : Dwelling Time, Pertanggungjawaban Pidana
* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
** Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
*** Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
vii
Universitas Sumatera Utara
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU
PEMERASAN “DWELLING TIME” DI PELABUHAN BELAWAN
Eryanza Firmanda *
Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH., MS. **
Syafruddin, SH., MH.,DFM. ***
Pemerasan atau pungutan liar merupakan kejahatan yang dilakukan oleh
seseorang atau Pegawai Negeri atau Pejabat Negara dengan cara meminta yang
berkaitan dengan pembayaran tersebut. Pengeturan mengenai pemerasan / punutan
liar telah diatur dalam Pasal 368 KUHP dan Pasal 423 KUHP serta UndangUndang Nomro 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomro
31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Pada akhir
November 2016 Kepolisian Daerah Sumatera Utara melakukan Operasi Tangkap
Tangan (OTT) atas kasus pemerasan / pungutan liar yang dilakukan di Pelabuhan
Belawan. Permasalahan dalam penulisan ini adalah : Bagaimana pengaturan
hukum nasional terhadap pelaku tindak pidana pemerasan / pungutan liar, Analisis
hukum pidana terhadap Putusan Pengadilan Negeri Nomor 664/Pid.B/2017/PNMDN (dengan terdakwa Mafrizal, bersama Sabam Parulian Manalu dan Frans
Holmes Sitanggang), dan Bagaimana pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku
pemerasan / pungutan liar dalam proses “dwelling time” di Pelabuhan Belawan.
Penelitian skripsi ini dibuat melalui penelitian hukum normatif-empiris
dengan menggunakan data berupa bahan hukum primer, skunder, dan tersier. Data
dikumpulkan melalui studi pustaka atau (librari research) serta hasil data
lapangan sebagai data penunjang yang diperoleh melalui informasi dan pendapatpendapat dari informan yang ditentukan.
Pada kasus pemerasan yang terjadi di Pelabuhan Belawan para terdakwa
dengan ketentuan Pasal 368 KUHP Jo. Pasal 55 ayat (1) angka 1 KUHP jo. Pasal
64 ayat (1) KUHP dan Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang Jo. Pasal 55 ayat (1) angka 1 KUHP. Pembentukan peraturan hukum yang
jelas guna memberikan jaminan kepastan hukum yang mempertegas penegakan
hukum mengenai tindak pidana pemerasan / pungutan liar.
Kata Kunci : Dwelling Time, Pertanggungjawaban Pidana
* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
** Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
*** Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
vii
Universitas Sumatera Utara