Kewenangan Lembaga Adat Sulang Silima Di Bidang Pertanahan Pada Masyarakat Pakpak Di Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi

(1)

BAB II

KEDUDUKAN LEMBAGA ADAT SULANG SILIMA MARGA-MARGA PADA MASYARAKAT PAKPAK DI KECAMATAN SIDIKALANG

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 1. Kecamatan Sidikalang Dalam Angka

Kecamatan Sidikalang terletak diantara 2E-3E lintang utara dan 98E 98E30’ Bujur Timur dan terletak di ketinggian 700-1100 meter diatas permukaan laut dan ketinggian kota Sidikalang sebagai ibukota Kecamatan Sidikalang dan sekaligus ibu kota Kabupaten Dairi adalah 1.066m di atas permukaan laut.

Kecamatan Sidikalang memiliki luas wilayah : 70.67 km2 atau total 4,20% dari total luas Kabupaten Daerah Tingkat II Dairi, yang memanjang dari arah utara ke tenggara di mana sebagian besar arealnya terdiri dari pegunungan yang bergelombang dan hanya sebagaian kecil yang rata/datar.30

Kecamatan Sidikalang di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Siempat Nempu di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kerajaan di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Berampu dan di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sitinjo/Sumbul.

Kecamatan Sidikalang terdiri dari 11 kelurahan/desa yaitu : Kelurahan Batang Beruh, Kelurahan Kalang, Kelurahan Sidiangkat, Kelurahan Huta Rakyat, Kelurahan Bintang, Kelurahan Belang Malum, Kelurahan Kuta Gambir, Kelurahan Bintang 30 Kecamatan sidikalang dalam angka sidikalang in figure, integrasi pengolahan dan diseminasi statistik, 2008


(2)

Marsada, Kelurahan Kalang Simbara, Kelurahan Bintang Hulu, Kelurahan Kota Sidikalang.

Kecamatan Sidikalang memiliki jumlah penduduk 44.202 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 22.120 jiwa dan perempuan sebanyak 22.082 jiwa.

Kepadatan penduduk adalah sebanyak 625 jiwa per km persegi yang tidak merata pada setiap desa/kelurahan.31 Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Sidikalang masih didominasi sektor pertanianyaitu sebesar 41,16%.

Dari total luas Kecamatan Sidikalang terdapat luas tanah sawah kurang lebih 563 hektar. Luas tanah kering 3.894 hektar dan luas untuk bangunan dan halaman sekitarnya 1.725 hektar dan lainnya sekitar 930 hektar. Tanaman keras yang paling banyak adalah kopi (kopi arabika) dan produksi buah-buahan terbesar adalah pisang.

Karakteristik sosial adat istiadat di Kecamatan Sidikalang dipengaruhi oleh penduduk yang ada, seperti Suku Pakpak, Toba, Simalungun, Karo, dan Suku lainnya serta sifat masih dipengaruhi oleh suku-suku di atas, sehingga kegiatannya masih sangat dipengaruhi oleh norma adat yang berlaku.

Masyarakat adat masih tersebar diberbagai daerah di Kecamatan Sidikalang yang menempati hak ulayatnya/tanah marga masing-masing.

Sampai saat ini eksistensi/keberadaan tanah marga di Kecamatan Sidikalang masih tetap terjaga. Marga-marga yang dianggap sebagai pemilik tanah marga di Kecamatan Sidikalang adalah Marga Angkat, Ujung, dan Marga Bintang.


(3)

2. Profil Singkat Kelurahan Sidiangkat

Kelurahan Sidiangkat adalah salah satu kelurahan yang terdapat di Kecamatan Sidikalang, luas wilayahnya 2000 hektar, dengan jumlah penduduk 5371 jiwa, dengan jumlah laki-laki adalah 2005 jiwa, perempuan 2364 jiwa, dan jumlah kepala keluarga adalah 940. Kelurahan Sidiangkat berbatasan dengan sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Batang Beruh, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pakpak Bharat, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Panji Dabutar, sebelah barat berbatasan dengan Desa Karing.32 Kelurahan Sidiangkat terbagi dalam delapan lingkungan yang masing-masing lingkungan dikepalai oleh Kepala Lingkungan (kepling), dan Kepala Lingkungan bertanggung jawab kepada Lurah sebagai kepala Kelurahan Sidiangkat33

Kepala Lingkungan yang mengepalai lingkungan di Kelurahan Sidiangkat adalah mereka yang diangkat dan diberhentikan oleh Lurah dan mendapat honorarium dari Pemerintah atas kerja dan tanggungjawab kerjanya dalam lingkungan masing-masing kemudian kerja Kepala Lingkungan dimasing-masing lingkungan dilaporkan kepada kecamatan melalui pertanggungjawaban Lurah sebagai Kepala Lingkungan di Kelurahan Sidiangkat.34

Pada umumnya mata pencaharian penduduk di Kelurahan Sidiangkat adalah bertani, sebagian kecil ada yang menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), Tentara Nasional Indonesia (TNI), Polisi Republik Indonesia (POLRI), buruh tani.

32

Daftar Isian Monografi, Kelurahan Sidiankgat, 2008

33Hasil Wawancaradengan Masran Bako Lurah Kelurahan Sidiangkat Tanggal 14 Mei 2013

34


(4)

Di Kelurahan Sidiangat terdapat tanah sawah seluas 117 Hektar, lahan kering 330 Hektar, Kebun 196 Hektar, Kolam 22 Hektar. Tanaman unggulan Kelurahan Sidiangkat adalah kopi, namun belakangan masyarakat Kelurahan Sidiangkat telah banyak yang beralih ke tanaman jeruk, hal ini dilatarbelakangi adanya peningkatan pendapatan masyarakat menanam jeruk daripada tanamana kopi, dan sebagian ada yang menanam padi, menanam jagung, dan tanaman sayur mayur.

Kelurahan Sidiangkat telah melakukan beberapa Program Pemerintah yang dituju untuk pembangunan masyarakat, seperti program P2KP (Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan) yaitu pengaspalan jalan, pembukaan jalan. Dan juga telah melakukan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) yaitu pembuatan sumur bor untuk masyarakat, pembuatan parit.35

Tingkat keberhasilan program Kelurahan Sidiangkat sangat baik, dan juga fungsi Kepala Lingkungan sangat efektif dalam melakukan aktifitas-aktifitas pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat Kelurahan Sidiangkat, seperti pelayanan Kartu Tanda Penduduk (KTP), pelayanan Kartu Keluarga (KK), dan pelayanan administrasi Lainnya.

Kelurahan Sidiangkat dihuni oleh beragam suku, seperti Suku Pakpak, Suku Simalungun, Batak Toba, Suku Karo, Minang. Sosial kehidupan masyarakat dipengaruhi oleh adat istiadat yang masih dipegang dan dijadikan sebagai sistim kehidupan masyarakat setempat. Kehidupan masyarakat Kelurahan Sidiangkat yang


(5)

masih terikat dengan adat istiadat terlihat dari proses pewarisan, perkawinan, pertanahan. Kehidupan masyarakat yang masih menghormati dan mempraktekkan adat sudah terjadi dari zaman penjajahan dahulu dan sampai hari ini.

Pada Kelurahan Sidiangkat Marga Angkat adalah tuan tanah atau marga tanah yang menguasai tanah-tanah yang terdapat pada Kelurahan Sidiangkat. Kelurahan Sidiangkat masih mempunyai Tanah Marga (Angkat) yang belum dilakukan penyerahan kepada perorangan maupun badan hukum (statusnya adalah tanah marga). Tanah marga tersebut terdapat di Lingkunagan Lima Gunung Amal dan mayoritas penduduknya adalah Marga Angkat atau Keturunan Marga Angkat.

3. Profil Singkat Kelurahan Batang Beruh

Kelurahan Batang Beruh adalah salah satu dari 11 kelurahan yang terdapat di Kecamatan Sidikalang. Luas wilayah kelurahan Batang Beruh adalah 648 Ha/M2 yang berbatasan dengan sebelah utara dengan Desa Kalang Simbara, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Belang Malum, sebelah timur berbatasan dengan Sitinjo, sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Sidikalang.36

Luas tanah sawah di Kelurahan Batang Beruh sebanyak 14 Hektar, luas tanah kering sebanyak 480 Hektar, dan selebihnya masuk kategori tanah hutan dan lain sebagainya.

Kelurahan Batang Beruh terletak pada pada ketinggian 700-1100 meter di atas permukaan laut dan beriklim tropis dengan suhu rata-rata 180C-240C.

36Daftar Isian Tingkat Perkembangan Desa Dan Kelurahan, Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Pemdes, 2009


(6)

Jumlah penduduk Kelurahan Batang Beruh adalah sebanyak 9.111 jiwa dengan jumlah penduduk laki sebanyak 4577 jiwa, jumlah penduduk perempuan sebanyak 4.534 jiwa dan jumlah Kepala Keluarga (KK) adalah sebanyak 1.874.37

Kelurahan Batang Beruh terbagi menjadi 11 lingkungan, dan masing-masing lingkungan dikepalai oleh Kepala Lingkungan yang diangkat dan diberhentikan oleh Lurah dan bertanggungjawab atas kerjanya masing dilingkungannya masing-masing sekaligus mendapat honorarium dari Lurah. Sebelum tahun 2012 Kelurahan Batang Beruh hanya terdiri dari delapan lingkungan, namun atas beberapa pertimbangan baik menyangkut jumlah kepadatan penduduk dan untuk memudahkan urusan administrasi di wilayah Kelurahan Batang Beruh, maka Lurah Batang Beruh memecah lingkungan di wilayah Kelurahan Batang Beruh menjadi dua belas lingkungan.38

Mata pencaharian penduduk adalah bertani (1450 orang), Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 1462 orang, Buruh Tani sebanyak 275 orang, Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebanyak 104 orang, pensiunan PNS/TNI/Polri sebanyak 377 orang, pengusaha kecil dan menengah sebanysk 1066 orang.39

Agama yang dipeluk oleh masyarakat Kelurahan Batang Beruh mayoritas adalah memeluk agama Kristen sebanyak 6319 orang, pemeluk agama Islam sebanyak 1961 orang, pemeluk agama Katholik sebanyak 565 orang, pemeluk agama 37Daftar Isian Tingkat Perkembangan Desa Dan Kelurahan, Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Pemdes, 2009

38Hasil Wawancara Dengan Terang Dewi S Ujung Lurah Kelurahan Batang Beruh Tanggal 15 Mei 2013

39Daftar Isian Tingkat Perkembangan Desa Dan Kelurahan, Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Pemdes, 2009


(7)

Hindu sebanyak 5 orang dan pemeluk agama Buddha sebanyak 9 orang. Semua penduduk Kelurahan Batang Beruh adalah Warga Negara Indonesia (WNI).40

Jarak tempuh Kelurahan Batang Beruh dengan ibukota Kecamatan adalah 3 km dan jarah Kelurahan Batang Beruh dengan ibukota Kabupaten adalah 2,5 km, dan ini juga menjadi penyebab banyaknya Pegawai Negeri Sipil (PNS) memilih untuk bertempat tinggal dan berdomisili di wilayah Kelurahan Batang Beruh.

Dan letak wilayak Kelurahan Batang Beruh yang strategis, yang menjadi lintasan antar wilayah kelurahan serta menjadi lintasan jalan Provinsi baik menuju Kotamadya Medan dan jalan menuju Provinsi Nanggroe Aceh Darusallam membuat Kelurahan Batang Beruh berkembang cukup pesat.

Pendidikan pada masyarakat Kelurahan Batang Beruh sangat baik, dan tidak ada buta huruf ataupun buta aksara pada masyarakat Kelurahan Batang Beruh, masyarakat Batang Beruh seluruhnya bisa membaca dan menulis. Tingkat pendidikan pada masyarakat Kelurahan Batang Beruh yang tingkat pendidikannya lulusan Pascasarjana (S2) adalah sebanyak 46 orang, lulus Sarjana (S1) sebanyak 251 orang, lulus D3/sederajat sebanyak 553 orang, lulus D2/sederajat sebanyak 540 arang, lulus D1/sederajat sebanyak 245 orang, lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 2381 orang, lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 1700 orang.41

40Daftar Isian Tingkat Perkembangan Desa Dan Kelurahan, Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Pemdes, 2009

41Ekspose Lurah Batang Beruh, Dalam Rangka Penilaian Perlombaan Desa/Kelurahan Tingkat Kabupaten Dairi, 2012


(8)

Penduduk Kelurahan Batang Beruh terdiri dari beberapa etnis yaitu Etnis Pakpak, Etnis Karo, Etnis Batak Toba, Etnis Simalungun, Etnis Mandailing, Etnis Jawa, Etnis Minang dan hidup secara rukun. Kehidupan sosial masyarakat Kelurahan Batang Beruh masih terikat dengan adat istiadat yang diakui dan dihormati oleh masyarakat Kelurahan Batang Beruh. Etnis Pakpak diakui sebagai etnis asli yang memiliki tanah marga di wilayah Kelurahan Batang Beruh.

B. Tentang Lembaga Adat Sulang Silima

Pemerintahan di Dairi telah ada jauh sebelum kedatangan penjajahan Belanda. Walaupun saat itu belum dikenal sebutan wilayah/daerah otonom, tetapi kehadiran sebuah pemerintahan pada zaman tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dengan adanya pengakuan terhadap Raja-Raja Adat. Pemerintahan pada masa itu dikendalikan oleh Raja Ekuten/Takal Aur/Kampong/Suak dan Pertaki sebagai Raja-Raja Adat merangkap sebagai Kepala Pemerintahan.

Adapun struktur pemerintahan pada masa itu adalah sebagai berikut :

1. Raja Ekuten, sebagai pemimpin satu wilayah (Suak) atau yang terdiri dari beberapa suku/kuta/kampong Raja Ekuten disebut juga Takal Aur, yang merupakan Kepala Negeri.

2. Pertaki, sebagai pemimpin satu kampong, setingkat di bawah Raja Ekuten, 3. Sulang Silima, sebagai pembantu Pertaki pada setiap Kuta (kampong), yang

terdiri dari :1)Perisang-Isang; 2)Perekur-Ekur; 3)Pertulah Tengah; 4)Perpunca Ndiadep; 5)Perbetekken.


(9)

Menurut literatur sejarah bahwa wilayah Dairi sangat luas dan pernah jaya di masa lalu. Sesuai dengan struktur organisasi di atas, maka wilayah Dairi dibagi atas lima wilayah (Suak/Aur) yaitu ;

1. Suak/Aur Simsim, meliputi wilayah : Salak, Kerajaaan, Siempat Rube, Sitellu Tali Urang Jehe, Sitellu Tali Urang Julu dan Manik.

2. Suak/Aur Pegagan dan Kampong Karo, meliputi wilayah : Silalahi, Paropo, Pegagan Jehe dan Tanah Pinem.

3. Suak/Aur Keppas, meliputi wilayah : Sitellu Nempu, Silima Pungga-Pungga, Lae Luhung dan Parbuluan.

4. Suak/Aur Boang, meliputi wilayah : Simpang Kanan, Simpang Kiri, Lipat Kajang, Belenggen, Gelombang Runding dan Singkil (saat ini wilayah Aceh) 5. Suak/Aur Kelasen, meliputi wilayah : Sienem Koden, Manduamas dan

Barus.42

Dulunya Kepala Adat pada masyarakat Pakpak disebut dengan Pertaki atau Kappung (kepala kampung) yang menjadi pimpinan dan penanggung jawab dari suatu Lebbuh atau Kuta dengan Sulang Silima sebagai pelaksana tugasnya, oleh Karena perkembangan zaman dan perkembangan daerah istilah Pertaki ini perlahan-lahan menghilang keberadaannya dan Sulang Silima yang dianggap sebagai ketua adatnya. Lamban laun Sulang Silima yang tadinya terdiri dari lima unsur yaitu : Perisang-Isang (anak paling besar), Perekur-Ekur (anak paling bungsu), Pertulang Tengah (anak tengah), Perpunca Ndiadep (anak perempuan), Perbetekken (teman


(10)

semarga) juga mengalami perubahan, Sulang Silima yang ada dan yang sekarang hanya beranggotan dari marga-marga Pakpak yang ada.

Pada sekarang ini istilah Pertaki atau Kappung (kepala kampung) sudah tidak dipergunakan lagi tetapi sudah diganti menjadi kepala desa seuai dengan Pengaturan Pemerintah dalam Undang-Undang No 32 tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah, dulunya dialah yang berkauasa penuh dalam pelaksanaan hukum adat terutama masalah pertanahan setelah Pertaki atau Kappung (kepala kampung) tidak lagi digunakan yang berpengaruh saat ini adalah Sulang Silima.

Sulang Silima yang menjadi penentu dan pembuat keputusan dan sumber dari segala sumber hukum adat Pakpak yang berkaitan dengan hukum pertanahan, hukum perkawinan, hukum pewarisan dan juga mengatur tentang kekerabatan pada masyarakat Pakpak, dimana dalam pelaksanaannya di luar dari kelima unsur yang ada dalam Sulang Silima diangkatlah satu orang dengan marga yang sama kepala adat, fungsi kepala adat di sini hanyalah sebagai perantara masyarakat dengan kelima unsur Sulang Silima, kepala adat di sini tidak berhak untuk mengambil keputusan dalam pelaksanaan adat, kepala adat ini hanya berfungsi dengan baik pada saat acara-acara adat saja, sedang Sulang Silima sama dengan peranan Pertaki atau Kappung (kepala kampung). Kelima unsur yang terdapat dalam Sulang Silima bukan satu ketetapan yang mana isi dari kelima unsur masih merupakan satu keluarga dari satu garis keturunan.

Sulang Silima sekarang yang dikenal di Sidikalang dan masih diakui eksistensinya adalah Lembaga Adat Sulang Silima yang dibentuk dan anggotanya


(11)

dipilih sendiri oleh para marganya.walaupun Sulang Silima ini menjadi satu kesatuan, tetapi dalam pembentukannya juga masih berdasarkan keturan keluarga satu empungnya (kakek).

Umumnya peranan Sulang Silima pada saat ini terlihat dalam upaya untuk melestarikan amanah atau warisan tanah marganya. Dalam pelaksanaannya bila ada perbuatan-perbuatan hukum serta permasalahan mengenai tanah marga, maka penyelesaiannya diserahkan kepada Sulang Silima sebagai lembaga adat tertinggi suku Pakpak pada masa sekarang ini.

1. Keberadaan Sulang Silima Marga Angkat

Sulang Silima Marga Angkat adalah organisasi yang kita kenal pada umumnya ditengah-tengah masyarakat yang terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, beberapa divisi/departemen, serta anggota. Seluruh anggota dan pimpinan Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat terdiri dari marga tanah, berru, berre, kula-kula marga angkat itu sendiri

Struktur organisasi Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat terdiri dari Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat besar yang menaungi lima Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat masing-masing Lebbuh/Kuta (kampung). Kelima Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat tersebut menjadi sub bagian dari Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat besar yang saat ini dipimpin oleh DR (HC) Abdul Angkat. Kelima Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat tersebut adalah Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat Kuta Padang, Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat Parmang-Mang, Lembaga Adat Sulang Silima Angkat


(12)

Simbara, Lembaga Adat Sulang Silima Batu Kapur, Lembaga Adat Sulang Silima Batun Kerbo. Lembaga Adat Sulang Silima di masing-masing Lebbuh/Kuta tersebut mandiri sesuai dengan status tanah marganya di Lebbuh masing-masing. Kepengurusan dan keanggotaannya mandiri di Lebbuh masing-masing. Dan hal ini disesuaikan dengan dimana Lebbuh masing-masing mempunyai kompetensi/kewenangan dengan tanah marganya masing. Dan masing-masing Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat mempunyai garis koordinasi dengan Lembaga Adat Sulang Silima Angkat besar. baik itu yang berkaitan dengan peradatan marga maupun pertanahan.

Gambar 6


(13)

Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat besar juga mempunyai struktur pengurusnya yang dipilih melalui musyawarah besar yang diikuti oleh seluruh anggota sub bagian kelima Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat tersebut. Dan biasanya musyawarah besar yang dilakukan oleh Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat tersebut disertai dengan pesta.43 Pemilihan pengurus Lembaga Adat Sulang Silima Besar Marga Angkat tersebut dilakukan secara musyawarah untuk mufakat, dimana masing-masing tokoh di Lebbuh masing-masing dalam musyawarah tersebut dipilih untuk mewakili masing-masing Lebbuh untuk kemudian dilakukan pemilihan pengurus Lembaga Adat Sulang Silima Besar Marga Angkat. Dan setelah terpilihnya pengurus Lembaga Adat Sulang Silima Besar Marga Angkat tersebut siapa-siapa yang menjadi pengurus akan dilantik dan dikukuhkan menjadi pengurus Lembaga Adat Sulang Silima Besar Marga Angkat secara simbolik.44

Di Kelurahan Sidiangkat yang menjadi pemangku tanah marga adalah Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat Kuta Padang. Kantor Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat Kuta Padang saat ini berada di jalan Sidiangkat/Runding No 43, Kelurahan Sidiangkat, Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi.

Dalam anggaran dasarnya lembaga adat ini bernama Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang kemudian disingkat LASSLAKP. Lembaga adat

43Hasil Wawancaradengan Hermanto Angkat Ketua Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat Lebbuh Kuta Padang Tanggal 17 Mei 2013

44

Hasil Wawancaradengan Hermanto Angkat Ketua Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat Lebbuh Kuta Padang Tanggal 17 Mei 2013


(14)

ini berdiri pada tanggal 14 November 2009 sampai dengan waktu yang tidak ditentukan. Dan lembaga adat ini bersifat Perlebbuh (Horong)

Fungsi Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat Kuta Padang adalah :

1. Sebagai wadah dan pemersatu dan ruang adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang yang berada di Lebbuh Kuta Padang atau Simendedah Lebbuh Kuta Padang.

2. Dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan budaya Pakpak dan menjaga harta yang diwasiatkan nenek moyang kami Marga Angkat.

3. Sebagai ruang dinamika dan ekspresi Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang untuk menyalurkan pemikiran dan penalaran yang diwariskan nenek moyang Marga Angkat.

4. Meningkatkan peran serta dalam mengembangkan mutu sumber daya manusia (SDM).

Tujuan Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang adalah :

1. Memajukan anggota, menyaurkan aspirasi anggota, merealisasikan visi dan misi anggota serta menjalin hubungan dengan pihak lain Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang secara independen.

2. Terbentuknya Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang sebagai unsur yang peduli memiliki dan menjaga wilayah yang diwariskan oleh nenek moyang kami Marga Angkat bertanggungjawab serta mampu


(15)

menjaga wasiat adat Pakpak yang diwariskan nenek moyang kami Marga Angkat45.

Kedaulatan Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat Kuta Padang berada ditangan anggota dan dilaksanakan seperlunya oleh musyawarah anggota dan pengurus. Dan Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang adalah yang bersifat kekeluargaan dan kesukuan dan tidak merupakan bagian dari politik.

Yang diterima menjadi anggota Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat Kuta Padang adalah mereka yang menerima tujuan serta bersedia menjalankan peraturan Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang yang anggotanya terdiri dari pemegang hak wilayah (Marga Angkat Kuta Padang), Berrru Angkat Kuta Padang, Kula-Kula Angkat Kuta Padang, Bebere Angkat Kuta Padang.

Keanggotaan Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta adang terdiri atas :

1. Anggota adalah pemegang hak wilayat Lebbuh Angkat Kuta Padang (Marga Angkat Lebbuh Kuta Padang) Berru, Kula-Kula, Beberena se Lebbuh Kuta Padang.

2. Anggota Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang untuk sementara dipegang yang berdomisili di Sidiangkat, Kuta Padang sekitarnya bukan menghilangkan hak Sebeltek Neru yang ada diperantoan.

45Hasil Wawancaradengan Hermanto Angkat Ketua Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat Lebbuh Kuta Padang Tanggal 17 Mei 2013


(16)

Hak anggota Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang adalah sebagai berikut :

1. Anggota bisa memilih, hak dipilih dan memilih. 2. Anggota bisa memilih hak bicara dan berpendapat.

3. Anggota adalah memiliki usulan untuk dijadikan pertimbangan untuk kemajuan Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang.

Kewajiban anggota Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang adalah sebagai berikut46:

1. Menjaga dan menjunjung tinggi nama baik Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang.

2. Menjaga dan menjunjung tinggi nama baik Suku Pakpak dan adat istiadat yang berlaku dan menjaga harta yang di Dedah Lebbuh Kuta Padang.

3. Mentaati anggatan dasar dan anggaran rumah tangga serta peraturan-peraturan lain yang berlaku dan tidak bertentangan dengan anggran dasar dan anggaran rumah tangga.

4. Mempertanggungjawabkan segala perbuatan yang menyangkut Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang.

Keanggotaan hapus apabila :

1. Mengundurkan diri atas permintaan pribadi disertai dengan alasan yang rasional yang dapat diterima.

46

Hasil Wawancaradengan Hermanto Angkat Ketua Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat Lebbuh Kuta Padang Tanggal 17 Mei 2013


(17)

2. Memberhentikan dengan tidak hormat karena mencemarkan nama baik Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang dan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan norma agama dan kesusilaan.

Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang adalah satu-satunya lembaga yang menghimpun Sulang Silima Pakpak yang berada di Lebbuh Angkat Kuta Padang, lembaga ini terdiri dari pengurus, yang merupakan pengurus adalah ketua, sekretaris, dan bendahara, pengurus adalah atas pilihan anggota Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang.

Ketua memiliki kewajiban dan wewenang :

1. Menjaga kesinambungan Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang.

2. Mengangkat dan menetapkan peraturan yang ada di dalam tubuh Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang.

Pengurus Lembaga Adat Sulang Silima Marga Lebbuh Angkat Kuta Padang berkewajiban dan berwenang :

1. Melaksankana amanat musyawarah besar Lebbuh Angkat Kuta Padang (mubes Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang).

2. Mengambil kebijakan yang dianggap perlu demi kepentingan lembaga tersebut.

3. Membentuk dan mengangkat kepanitiaan kegiatan Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang dan wilayah yang di Dedah (yang diwariskan nenek moyang Marga Angkat)


(18)

4. Melakukan konsulatasi dan meminta pendapat kepada orang yang dianggap kompeten untuk memajukan lembaga adat tersebut diatas jadi besar Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang.

5. Menyampaikan laporan pertanggung jawaban kepengurus dalam musyawarah besar Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang.

6. Melakukan resafel kepengurusan dalam waktu tertentu apabila diperlukan. Dalam permusyawaratannya, Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat Kuta Padang mengaturnya sebagai berikut :

1. Musyawarah anggota dan pengurus merupakan keputusan tertinggi Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang.

2. Musyawarah anggota Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang diadakan dalam masa satu periode berlangsung sekali dalam 5 (lima) tahun.

3. Musyawarah anggota memiliki kewenangan yang sama dengan musyawarah besar anggota.

4. Musyawarah anggota dilaksanakan apabila terjadi penyimpangan terhadap konstitusi Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang.

5. Musyawarah anggota dapat dilaksanakan apabila disepakati oleh 2/3 (dua pertiga) pengurus.

Tugas dan wewenang musyawarah besar anggota lembaga adat sulang silima lebbuh angkat kuta padang adalah sebagai berikut :


(19)

1. Meminta dan mengesahkan laporan pertanggungjawaban pengurus Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang.

2. Menetapkan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) lembaga tersebut.

3. Menetapkan dan merekomendasikan Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART), serta garis-garis besar haluan Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang.

4. Memilih dan menetapkan struktur kepengurusan.

Dalam forum pengambilan keputusan musyawarah besar anggota Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang dinyatakan sah apabila di hadiri sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) jumlah peserta. Dan pengambilan keputusannya adalah47:

1. Ketetapan musyawarah besar anggota Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang dinyatakan sah apabila disetujui sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah peserta yang hadir.

2. Dalam pemilihan penentuan harus disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dan jumlah yang hadir.

Susunan pengurus Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang, hasil rapat pembentukan Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta

47

Hasil Wawancaradengan Hermanto Angkat Ketua Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat Lebbuh Kuta Padang Tanggal 17 Mei 2013


(20)

Padang, pada hari ini sabtu, 14 november 2009 jam 16.00 waktu Indonesia barat bertempat dirumah saudara Saleh Angkat di hadiri :

Marga Angkat Lebbuh Kuta Padang beserta Anak Berru, Bebere beranggotakan 26 orang dan turut semua membubuhkan tandatangan di bawah daftar hadir di notulen rapat dan panitia rapat pemilihan ketua, sekretaris, bendahara, penasehat dan seksi-seksi sebagai berikut :

I. Penasehat :

1. Johanis Angkat 2. Toko Angkat 3. Timbul Angkat 4. Luan Angkat 5. Sarif Angkat 6. Umar Angkat 7. Nakno Angkat 8. Jidul Silalahi 9. Midun Limbong 10. Julkifli Limbong 11. Nurdin Tinendung

II. Ketua Umum : Hermanto Angkat Wakil ketua : M.P. Angkat Wakil ketua : Abdi Angkat Wakil ketua : Saleh Angkat


(21)

Wakil ketua : Darwin Angkat Sekretaris Umum : Amir Berutu Wakil sekretaris : Toni Sitanggang Wakil sekretaris : Anto Limbong Wakil sekretaris : Hendri Tinendung Wakil sekretaris : Hotni Sinamo Bendahara Umum : Jasidah Angkat Wakil bendahara : Jamulia Angkat Wakil bendahara : Mukmin Limbong a. Seksi humas

Ketua : Halim Limbong Anggota : - Bangsa Berutu

- Budi Sagala - Amring Ratulangi - Jong Padang - Hasian Sitanggang b. Seksi Bidang Peradatan

Ketua : Jasidah Angkat Anggota : - Karim Angkat

- Sabar Lembeng - Saleh Angkat - Julkifli Limbong


(22)

- Amir Berutu - Makmin Limbong c. Seksi Bidang Pertahanan

Ketua : Karim Angkat Anggota : - Saleh Angkat

- Sehat Angkat - Nakno Angkat - Julkifli Angkat - Amir Berutu - Makmin Limbong

d. Nama-nama anggota yang menghadiri rapat pada hari sabtu tanggal 14 November 2009 :

1. Julkifli Limbong 2. Amir Berutu 3. Karim Angkat 4. Saleh Angkat 5. Abdi Angkat 6. Ameng Ratulangi 7. Jasidah Angkat 8. Bangsa Berutu 9. Dahlan Limbong 10. Budi Sagala 11. Anto Limbong


(23)

12. Antoni Sitanggang 13. Makmin Limbong 14. Darwin Angkat 15. Hermanto Angkat 16. M.P. Angkat 17. Bangun Berutu 18. Hendra Saputra 19. Jamulia Angkat 20. Hasian Sitanggang 21. Midun Limbong 22. Donni Angkat 23. Hidayat Caniago 24. Hendri Limbong 25. Sabar Limbong 26. Iwan Solin 27. Asbir Limbong 28. Jonni Situmeang 29. Mahidin Padang 30. Dani Pasi

2. Keberadaan Sulang Silima Marga Ujung

Dalam akta pendiriannya, Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung menjelaskan dengan singkat bahwa mukadimah sesungguhnya Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung telah ada dan berfungsi sebagai tatanan pelaksanaan mekanisme


(24)

kebudayaan dan penyelenggaraan adat istiadat Pakpak dalam keluarga Marga Ujung. Sejak adanya Marga Ujung sejajar dengan keberadaaan-keberadaan marga-marga Pakpak Silima Suak ditanah Pakpak dahulu kala48.

Didorong oleh kewajiban dan tanggung jawab bersama secara turun temurun maka dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, maka dengan ini Marga Ujung membenahi kembali Sulang Silima Marga Ujung, guna berfungsi dan bermanfaat dalam melestarikan dan mengembangkan adat budaya Pakpak, khusunya dalam lingkungan keluarga besar keturunan Marga Ujung.

Organisasi ini disebut bernama Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung, yang di singkat dengan LSMU, yang berlaku dan berjalan sejak tanggal 18 (delapan belas) November 1994 (seribu Sembilan ratus Sembilan puluh empat). Masa keberadaan organisasi ini adalah selama masih ada keturunan Marga Ujung dan tidak dapat dibubarkan oleh pihak manapun. Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung bertempat di atas tanah marga ujung sebagai bagian dari suku, yaitu Terianken Tanohna, Terkataken Katana, Teradatkan Adatna dan Terpalu Gruk-Grukna.

Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung berazaskan Pancasila, UUD 1945 dan berdasarkan adat budaya Pakpak. sifat dari organisasi ini adalah sebagai pengayom dan berfungsi sebagai puncak tertinggi kuasa kerajaan adat budaya di hidup dan kesejahteraan keturunan marga ujung ditanah leluhurnya sebagai suatu kesatuan yang utuh dari keluarga besar Marga Ujung49.

48Hasil Wawancara dengan Raja Ardin Ujung Ketua Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung Tanggal 18 Mei 2013

49

Hasil Wawancaradengan Raja Ardin Ujung Ketua Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung Tanggal 18 Mei 2013


(25)

Gambar 7

Kantor Lembaga Adat ulang Silima Marga Ujung

Dalam akta pendiriannya tujuan Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung adalah sebagai berikut :

1. Memelihara dan melestarikan adat kebudayaan Marga Ujung baik moril maupun materil dan ikut serta melaksanakan pembangunan.

2. Memelihara serta melindungi hak-hak pusaka, warisan adat dan benda-benda budaya milik pusaka Marga Ujung.

Anggota Sulang Silima Marga Ujung adalah seluruh keturunan Marga Ujung dan Berru.


(26)

Kepengurusan Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung adalah sebagai berikut :

1. Kepengurusan Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung terdiri dari : penasehat dan pengurus harian

2. Penasehat terdiri dari Pengetua-Pengetua, Tokoh-Tokoh Adat dan cendekiawan Marga Ujung yang jumlahnya ditentukan menurut kebutuhan 3. Pengurus harian terdiri dari : ketua, sekretaris, bendahara dan seksi-seksi 4. Kepengurusan Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung dipilih dalam

musyawarah besar oleh anggota pleno (mewakili kuta-kuta) untuk masa jabatan 5 (lima) tahun

Dalam akta pendiran Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung menjelaskan bahwa penasehat bertugas memberikan petunjuk-petunjuk, saran-saran serta pertimbangan kepada pengurus harian untuk memajukan organisasi dan bertanggung jawab kepada anggota pleno. Pengurus harian bertugas menyelenggarakan roda organisasi Sulang Silima Marga Ujung dan bertanggung jawab ke luar dan ke dalam.

Keuangan organisasi Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung sebagai lembaga adat budaya berusaha untuk meningkatkan keuangan organisasi ini dengan cara memperoleh dana dari dermawan Marga Ujung dan Berruna serta usaha lainnya yang sah untuk keperluan kegiatan organisasi.

Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung berusaha meningkatkan kesejahteraan anggotanya dengan mendirikan unit-unit yang bersifat ekonomi, sosial, pertanian, yayasan pendidikan, kesenian dan usaha-usaha lainnya yang tidak


(27)

bertentangan dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung dan ketentuan Pemerintah50.

Peninjauan anggaran dasar Sulang Silima Marga Ujung dilakukan 1 (satu) kali dalam lima tahun dengan masa bakti kepengurusan Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung.

Adapun kepengurusan Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung adalah sebagai berikut51:

A. Penasehat

1. Dengga Ujung 2. Mangasi Ujung 3. Henni Ujung

4. Asal Mulana Ujung 5. Gomok Ujung 6. Baringin Ujung 7. Raya Ujung 8. Raja Ulasi Ujung 9. Let Awaldin Ujung 10. Jamel Ujung 11. S. Ujung

50Hasil Wawancara dengan Raja Ardin Ujung Ketua Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung Tanggal 17 Mei 2013

51Hasil Wawancara dengan Raja Ardin Ujung Ketua Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung Tanggal 17 Mei 2013


(28)

12. Jongguk Ujung 13. Drs. R. Kuson Ujung 14. Drs. Victor Ujung

15. Drs. Edward Karel Ujung 16. R. Sungkunen Ujung, SH 17. Nempu Ujung

18. Anthony Ujung 19. Hasan Ujung 20. Mahyuddin Ujung 21. Kula-Kula Marga Saran B. Pengurus Harian :

Ketua umum : Malum Ujung

Ketua I : Zainuddin Ujung

Ketua II : Umar Ujung

Ketua III : R. Yakin Ujung

Ketua IV : Abdul Ujung

Ketua V : Saini Ujung

Sekretaris Umum : Takdir Ujung Sekretaris I : April Ujung Sekretaris II : Hasiholan Ujung Sekretaris III : Bungaran Ujung


(29)

Bendahara I : Aprillen Ujung Bendahara II : Saharani Ujung C. Seksi-Seksi

I. Seksi Peradatan : 1. Herbin Ujung 2. Hasiholan Ujung 3. Jamnes Ujung 4. Syarifuddin Ujung 5. Berru Marga Dabutar II. Seksi Pertanohen: 1. Burhan Ujung

2. Rahmad Ujung 3. Hasanuddin Ujung 4. Bhari Ujung 5. Nalangi Ujung III.Seksi Pendidikan: 1. Drs.Sudung Ujung

Dan kebudayaan 2. Takdir Ujung 3. Junior Ujung 4. Jadongan Ujung 5. Syamsul Ujung

6.Sobar Ujung IV.Seksi Kesejahteraan: 1. Sahala Ujung

Dan sosial 2. Victor Ujung 3. Maman Ujung


(30)

4. Alam Ujung 5. Kaman Ujung 6. Mahrim Ujung 7. Potan Ujung 3. Hukum Adat Tanah Suku Pakpak

Tanah merupakan satu kesatuan dengan kehidupan masyarakat Pakpak atau menunjukkan identitas tentang keberadaan anggota masyarakat tersebut sehingga tanah menentukan hidup matinya masyarakat tersebut. Tanah dikuasai oleh marga sebagai pemilik ulayat tanah tersebut. Adapun bentuk-bentuk tanah sebagai berikut : a. Tanah tidak diusahai, yaitu “ Tanah Karangan Longo-Longoan” (hutan dan tidak

pernah dikunjungi orang), “Tanah Kayu Ntua” (tanah yang luas penuh dengan pohon-pohon tua yang besar), “Tanah Talin Tua” (tanah pekuburan untuk selama-lamanya), “Tanah Balik Batang” (tanah bekas ladang yang tidak diusahai lagi) dan “Rambah Keddep” (lapangan luas yang subur tempat kerbau dan kuda makan).

b. Tanah yang diusahai yaitu “Tahuma Pargadongen” (ladang ubi), “Perkemenjemen) (ladang kemenyan), dan “Bangus” (tanah luas dan banyak terdapat tanaman-tanmana tua).

c. Tanah Perpulungen yaitu Embal-Embal (warisan) Jampalan (tanah yang subur biasanya menjadi tempat makan ternak dari masyarakat sekitar).


(31)

d. Tanah Sembahen, yaitu tanah-tanah yang mempunyai sifat magis (keramat) terdiri dari tanah Sembahen Kuta (tidak dapat diperladangi) dan tanah Sembahen Balillon (dapat diperladangi)

e. Tanah Pendebaan yaitu tanah yang diperuntukkan bagi perkuburan.

f. Tanah Persediaan yaitu tanah cadangan dimana tanah ini tetap hak marga, tanah yang dijaga oleh Permangmang (orang yang sangat dihormati) dan tidak boleh diganggu.

Menyangkut pergeseran/pengalihan tanah tidak ada dalam hukum adat Pakpak, kecuali tanah Rading Berru (tanah yang diberikan kepada anak perempuan/menantu sepanjang masih dipakai) dan bila tidak dipakai lagi harus dikembalikan kepada kula-kulanya atau yang memberikan tanah Rading Berru.

Tetapi dalam hal perkembangan sidikalang yang berkembang dengan pesat serta kebutuhan akan tanah dan kepentingan akan uang pergeseran/pengalihan tanah yang dikatakan tidak ada tersebut dapat dikesampingkan asal sesuai dengan tata cara adat dan telah mendapat izin dari Sulang Silima. Disinilah peran serta dan pentingnya Sulang Silima sebagai Kepala Adat.

4. Kondisi Sulang Silima Marga Suku Pakpak

Eksistensi atau keberadaan Sulang Silima Marga Pada Suku Pakpak adalah salah satu lembaga adat yang mempunyai peranan penting di tengah- tengah masyarakat Suku Pakpak, diakui dan di hormati sebagai lembaga adat.

Secara de facto dan de jure peranan Lembaga Adat Sulang Silima Marga terlihat dari sejak dulu sebelum datangya Kolonial Belanda ke nusantara sampai


(32)

zaman kemerdekaan sekarang. Ini menandakan bahwa adat merupakan salah satu peninggalan nenek moyang bangsa yang belum punah atau hilang sesuai dengan perekembangan zaman. Dan hal ini selaras berjalan beriringan dengan semangat yang di cita-citakan UUPA bahwasanya hukum tanah adat nasional hendaknya berdasarkan hukum adat Bangsa Indonesia.

Hal ini tentunya merupakan bagian dari identitas dan entitas Bangsa Indonesia yang perlu dilestarikan sebagai salah satu ciri bangsa dalam menghadapi perkembangan zaman. Dan dimungkinkan pula penyesuaian oleh Lembaga Adat Sulang Silima Marga terhadap perkembangan zaman.

Hal ini memang telah dilakukan Lembaga Adat Sulang Silima Marga, yang mana pada awalnya struktur Pemerintahan saat itu dipegang oleh Takal Aur untuk satu wilayah (Kabupaten) dan Pertaki sebagai kepala kappung dan dibantu oleh Sulang Silima Marga dimasing-masing Lebbuh/Kuta. Oleh karena penyesuaian dan perkembangan zaman maka istilah Takal Aur dan Pertaki hilang, dan saat ini yang dikenal pada masyarakat Pakpak adalah Sulang Silima Marga yang mempunyai peranan di bidang pertanahan, warisan, perkawinan pada masyarakat Pakpak.

Dahulu hukum adat yang sifatnya lisan disatu sisi dan perkembangan zaman sekarang mendorong masyarakat untuk melakukan perbuatan hukum tertentu secara tertulis akhirnya membuat peranan Sulang Silima beradaptasi dengan perubahan-perubahan di tengah-tengah masyarkat, hal ini tentunya berkaitan langsung dengan administrasi pertanahan, sumber daya manusia, dan pengelolaan Sulang Sulima yang baik.


(33)

Fakta dilapangan memang menunjukkan adanya kekurangan sumber daya manusia dalam hal administrasi pertanahan pada masyarakat Pakpak Sidikalang, sehingga kadang kala menimbulkan salah paham dan carut marut di tengah-tengah masyarakat. Peningkatan sumber daya manusia khususnya kepada tokoh-tokoh adat dan pimpinan Lembaga Adat Sulang Silima Marga pada masyarakat Pakpak untuk meningkatkan pemahaman tentang pertanahan dan pengelolaan lembaga dengan arif dan bijaksana demi kepentingan masyarakat banyak. Dan bila dimungkinkan hal ini bisa dilakukan oleh Pemerintah melalui biro hukum atau lembaga yang kompeten untuk memberikan pemahaman melalui pelatihan dan pemahaman tentang pertanahan di Sidikalang (adat/tanah marga) kepada masyarakat umum khususnya kepada Penetua Adat serta pengurus Lembaga Adat Sulang Silima Marga Pakpak.

Hal ini didasarkan pada bahwa Lembaga Adat Sulang Silima Marga adalah lembaga yang menerbitkan alas hak tanah yang mana status tanah tersebut dari tanah marga. Kemudian setetelah dikeluarkannya tanah tersebut dari tanah marga melalui alas hak tanah tersebut untuk dilakukan proses sertipikasi surat tanah untuk dimiliki masyarakat ataupun pemerintah. Dengan adanya mekanisme tersebut maka dibutuhkan kemampuan administrasi sehingga dengan adanya tertib administrasi diharapkan mampu meminimalisir persoalan pertanahan baik berupa persoalan tumpang tindih kepemilikan tanah, konflik pertanahan.


(1)

12. Jongguk Ujung 13. Drs. R. Kuson Ujung 14. Drs. Victor Ujung

15. Drs. Edward Karel Ujung 16. R. Sungkunen Ujung, SH 17. Nempu Ujung

18. Anthony Ujung 19. Hasan Ujung 20. Mahyuddin Ujung 21. Kula-Kula Marga Saran B. Pengurus Harian :

Ketua umum : Malum Ujung

Ketua I : Zainuddin Ujung

Ketua II : Umar Ujung

Ketua III : R. Yakin Ujung

Ketua IV : Abdul Ujung

Ketua V : Saini Ujung

Sekretaris Umum : Takdir Ujung Sekretaris I : April Ujung Sekretaris II : Hasiholan Ujung Sekretaris III : Bungaran Ujung


(2)

Bendahara I : Aprillen Ujung Bendahara II : Saharani Ujung C. Seksi-Seksi

I. Seksi Peradatan : 1. Herbin Ujung 2. Hasiholan Ujung 3. Jamnes Ujung 4. Syarifuddin Ujung 5. Berru Marga Dabutar II. Seksi Pertanohen: 1. Burhan Ujung

2. Rahmad Ujung 3. Hasanuddin Ujung 4. Bhari Ujung 5. Nalangi Ujung III.Seksi Pendidikan: 1. Drs.Sudung Ujung

Dan kebudayaan 2. Takdir Ujung 3. Junior Ujung 4. Jadongan Ujung 5. Syamsul Ujung

6.Sobar Ujung IV.Seksi Kesejahteraan: 1. Sahala Ujung

Dan sosial 2. Victor Ujung 3. Maman Ujung


(3)

4. Alam Ujung 5. Kaman Ujung 6. Mahrim Ujung 7. Potan Ujung 3. Hukum Adat Tanah Suku Pakpak

Tanah merupakan satu kesatuan dengan kehidupan masyarakat Pakpak atau menunjukkan identitas tentang keberadaan anggota masyarakat tersebut sehingga tanah menentukan hidup matinya masyarakat tersebut. Tanah dikuasai oleh marga sebagai pemilik ulayat tanah tersebut. Adapun bentuk-bentuk tanah sebagai berikut : a. Tanah tidak diusahai, yaitu “ Tanah Karangan Longo-Longoan” (hutan dan tidak

pernah dikunjungi orang), “Tanah Kayu Ntua” (tanah yang luas penuh dengan pohon-pohon tua yang besar), “Tanah Talin Tua” (tanah pekuburan untuk selama-lamanya), “Tanah Balik Batang” (tanah bekas ladang yang tidak diusahai lagi) dan “Rambah Keddep” (lapangan luas yang subur tempat kerbau dan kuda makan).

b. Tanah yang diusahai yaitu “Tahuma Pargadongen” (ladang ubi), “Perkemenjemen) (ladang kemenyan), dan “Bangus” (tanah luas dan banyak terdapat tanaman-tanmana tua).

c. Tanah Perpulungen yaitu Embal-Embal (warisan) Jampalan (tanah yang subur biasanya menjadi tempat makan ternak dari masyarakat sekitar).


(4)

d. Tanah Sembahen, yaitu tanah-tanah yang mempunyai sifat magis (keramat) terdiri dari tanah Sembahen Kuta (tidak dapat diperladangi) dan tanah Sembahen Balillon (dapat diperladangi)

e. Tanah Pendebaan yaitu tanah yang diperuntukkan bagi perkuburan.

f. Tanah Persediaan yaitu tanah cadangan dimana tanah ini tetap hak marga, tanah yang dijaga oleh Permangmang (orang yang sangat dihormati) dan tidak boleh diganggu.

Menyangkut pergeseran/pengalihan tanah tidak ada dalam hukum adat Pakpak, kecuali tanah Rading Berru (tanah yang diberikan kepada anak perempuan/menantu sepanjang masih dipakai) dan bila tidak dipakai lagi harus dikembalikan kepada kula-kulanya atau yang memberikan tanah Rading Berru.

Tetapi dalam hal perkembangan sidikalang yang berkembang dengan pesat serta kebutuhan akan tanah dan kepentingan akan uang pergeseran/pengalihan tanah yang dikatakan tidak ada tersebut dapat dikesampingkan asal sesuai dengan tata cara adat dan telah mendapat izin dari Sulang Silima. Disinilah peran serta dan pentingnya Sulang Silima sebagai Kepala Adat.

4. Kondisi Sulang Silima Marga Suku Pakpak

Eksistensi atau keberadaan Sulang Silima Marga Pada Suku Pakpak adalah salah satu lembaga adat yang mempunyai peranan penting di tengah- tengah masyarakat Suku Pakpak, diakui dan di hormati sebagai lembaga adat.

Secara de facto dan de jure peranan Lembaga Adat Sulang Silima Marga terlihat dari sejak dulu sebelum datangya Kolonial Belanda ke nusantara sampai


(5)

zaman kemerdekaan sekarang. Ini menandakan bahwa adat merupakan salah satu peninggalan nenek moyang bangsa yang belum punah atau hilang sesuai dengan perekembangan zaman. Dan hal ini selaras berjalan beriringan dengan semangat yang di cita-citakan UUPA bahwasanya hukum tanah adat nasional hendaknya berdasarkan hukum adat Bangsa Indonesia.

Hal ini tentunya merupakan bagian dari identitas dan entitas Bangsa Indonesia yang perlu dilestarikan sebagai salah satu ciri bangsa dalam menghadapi perkembangan zaman. Dan dimungkinkan pula penyesuaian oleh Lembaga Adat Sulang Silima Marga terhadap perkembangan zaman.

Hal ini memang telah dilakukan Lembaga Adat Sulang Silima Marga, yang mana pada awalnya struktur Pemerintahan saat itu dipegang oleh Takal Aur untuk satu wilayah (Kabupaten) dan Pertaki sebagai kepala kappung dan dibantu oleh Sulang Silima Marga dimasing-masing Lebbuh/Kuta. Oleh karena penyesuaian dan perkembangan zaman maka istilah Takal Aur dan Pertaki hilang, dan saat ini yang dikenal pada masyarakat Pakpak adalah Sulang Silima Marga yang mempunyai peranan di bidang pertanahan, warisan, perkawinan pada masyarakat Pakpak.

Dahulu hukum adat yang sifatnya lisan disatu sisi dan perkembangan zaman sekarang mendorong masyarakat untuk melakukan perbuatan hukum tertentu secara tertulis akhirnya membuat peranan Sulang Silima beradaptasi dengan perubahan-perubahan di tengah-tengah masyarkat, hal ini tentunya berkaitan langsung dengan administrasi pertanahan, sumber daya manusia, dan pengelolaan Sulang Sulima yang baik.


(6)

Fakta dilapangan memang menunjukkan adanya kekurangan sumber daya manusia dalam hal administrasi pertanahan pada masyarakat Pakpak Sidikalang, sehingga kadang kala menimbulkan salah paham dan carut marut di tengah-tengah masyarakat. Peningkatan sumber daya manusia khususnya kepada tokoh-tokoh adat dan pimpinan Lembaga Adat Sulang Silima Marga pada masyarakat Pakpak untuk meningkatkan pemahaman tentang pertanahan dan pengelolaan lembaga dengan arif dan bijaksana demi kepentingan masyarakat banyak. Dan bila dimungkinkan hal ini bisa dilakukan oleh Pemerintah melalui biro hukum atau lembaga yang kompeten untuk memberikan pemahaman melalui pelatihan dan pemahaman tentang pertanahan di Sidikalang (adat/tanah marga) kepada masyarakat umum khususnya kepada Penetua Adat serta pengurus Lembaga Adat Sulang Silima Marga Pakpak.

Hal ini didasarkan pada bahwa Lembaga Adat Sulang Silima Marga adalah lembaga yang menerbitkan alas hak tanah yang mana status tanah tersebut dari tanah marga. Kemudian setetelah dikeluarkannya tanah tersebut dari tanah marga melalui alas hak tanah tersebut untuk dilakukan proses sertipikasi surat tanah untuk dimiliki masyarakat ataupun pemerintah. Dengan adanya mekanisme tersebut maka dibutuhkan kemampuan administrasi sehingga dengan adanya tertib administrasi diharapkan mampu meminimalisir persoalan pertanahan baik berupa persoalan tumpang tindih kepemilikan tanah, konflik pertanahan.