Perananan Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung Terhadap Masyarakat di Kecamatan Sidikalang (1994 – 2004)

(1)

PERANAN LEMBAGA

ADATPAKPAKSULANGSILIMAMARGA

UJUNG

TERHADAP MASYARAKAT

DI KECAMATANSIDIKALANG

(1994-2004)

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN

O L E H

NAMA : DARMA SEMBIRING NIM : 100706054

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

LEMBAGAADATPAKPAKSULANGSILIMAMARGAUJUNGDAN

PENGARUHNYADIKECAMATANSIDIKALANG1994 -2004

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O

L E H

DARMA SEMBIRING 100706054

Pembimbing,

Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si. NIP. 196709081993032002

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra Fakultas Ilmu Budaya dalam bidang Ilmu Sejarah

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

LEMBAGAADATSULANGSILIMAMARGAUJUNGDAN

PENGARUHNYADIKECAMATANSIDIKALANG1994 -2004

Yang diajukan oleh: Nama : Darma Sembiring Nim : 100706054

Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh: Pembimbing,

Dra. Junita Setiana Ginting

NIP. 196709081993032002 Tanggal, 12 April 2015

Ketua Departemen Sejarah

Drs. Edi Sumarno, M. Hum Tanggal,12 Mei 2015

NIP.196409221989031001

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(4)

LEMBAR PERSETUJUAN KETUA DEPARTEMEN SEJARAH

DISETUJUI OLEH:

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN SEJARAH Ketua Departemen

Drs. Edi Sumarno, M. Hum NIP 196409221989031001


(5)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI OLEH DEKAN DAN PANITIA UJIAN PENGESAHAN:

Diterima oleh:

Panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana Fakultas Ilmu Budaya dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan

Pada :

Tanggal :

Hari :

Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP 195110131976031001

Panitia Ujian:

No. Nama Tanda Tangan

1. ……… (……….) 2. ……… (……….)

3. ……… (……….) 4. ... (……….)


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang memberikan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat dan tanggung jawab untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul skripsi yang penulis tulis adalah “Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung dan Pengaruhnya di Kecamatan Sidikalang (1994 – 2004)”. Pada proses penulisan skripsi ini penulis banyak mengalami rintangan maupun hambatan. Akan tetapi penulis juga banyak mendapat bimbingan dari berbagai pihak, terutama dari dosen pembimbing penulis dan staf pengajar Departemen Ilmu Sejarah.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dalam memperbaharui skripsi ini dimasa yang akan datang sangat penulis harapkan. Dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna bagi penulis pribadi dan pembaca yang budiman.

Medan, Mei 2015 Penulis


(7)

Ucapan Terima Kasih

Puji syukur kepada Tuhan atas segala berkat yang saya terima sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan tanggung jawab dan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Sastra. penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas akhir ini. Penulis memperoleh banyak bantuan, kritik, saran, motivasi serta doa dari berbagai pihak.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yaitu Ayahanda tercinta Sinarta Sembiring dan Ibunda Rencana br Tarigan. Terima kasih telah melahirkan dan merawat, serta tidak pernah lelah dalam mendidik, menasehati dan memberikan dukungan moral maupun materi serta kasih sayang. Semoga kedua orang tuaku panjang umur dan sehat selalu. Terima juga untuk abangda Wira Frankly Sembiring, Kurniawan Sembiring dan kakak Resi Pebrina Sembiring juga adinda Monalisa Marini Sembiring. Kalian adalah keluarga juga sahabat penulis. Semangat dari kalian sungguh membangkitkan keinginan penulis untuk belajar dan menyelesaikan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU, Pembantu Dekan beserta staf pegawai yang terkait.


(8)

2. Bapak Drs. Edi Sumarno, M. Hum dan ibu Dra. Nurhabsyah M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi. Jasa dan bantuan beliau tidak akan pernah penulis lupakan. Terima kasih telah menganggap penulis seperti anak dan sabar dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Timbun Ritonga, selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis, yang telah memberikan bimbingan akademik bagi penulis dalam menjalani perkuliahan di Departemen sejarah, Fakultas Ilmu Budaya USU.

5. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Sejarah, yang telah memberi pengalaman dan pengetahuan akedemis, sehingga penulis memperoleh banyak wawasan sebagai bekal dikemudian hari.

6. Bang Ampera selaku pegawai di Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU, yang telah membantu dalam segala urusan akademik hingga urusan administrasi.

7. Seluruh informan penelitian yang bersedia memberikan informasi sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

8. Kepada Bapak Raja Ardin Ujung, selaku ketua Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung, terima kasih telah memberikan buku, data dan informasi yang penulis perlukan.

9. Sahabat stambuk 2010 (Kisruh) yang mengiringi canda tawa, suka-duka dari awal masuk kuliah sampai sekarang terkhusus, Hasan Pandiangan, Fahri Wahid,


(9)

Moses Berutu, Mindo Purba, Leo Alfero, Diaz, Rahmat, Jhonly, Rico Purba dan sahabat-sahabat yang lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

10. Kepada seluruh rekan - rekan di Timnas USU, yang telah memahami dan menemani penulis, kalian semua luar biasa baiknya.

11. Kepada seluruh abang dan kakak alumni Sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU, yang telah memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis dalam menjalani kehidupan sebagai mahasiswa.

12. Terima kasih untuk kawan kawan organisasi IMADA, kalian semua kawan-kawan yang baik dan selalu memberikan semangat kepada penulis.

13. Terima kasih kepada sahabat-sahabat yang jauh dimata namun tetap dihati, Avni Riza Situmorang, Novia Ginting, Mona Bintang, Ade Maharani Angkat, Yuli Purba, Novia Yolanda Purba, Yohana Simatupang, Deddy Siagian, Albert Sihombing, Reno Sijabat, Satjan Sitohang, Wasto Sihombing, Rustam Berutu, yang selalu memberikan kegembiraan dan motivasi kepada penulis.

14. Terima kasih kepada rekan-rekan di Tim Bintang Remaja FC, Laehole Fc, RHB FCdan B 94A yang selalu mengajak bermain dan memberikan motivasi kepada penulis.

15. Penulis juga menyapa setiap nama yang tidak dapat penulis cantumkan satu persatu, terima kasih atas doa yang senantiasa mengalir tanpa sepengetahuan penulis.


(10)

Abstrak

Penelitian ini berjudul “Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung dan Pengaruhnya di Kecamatan Sidikalang (1994 – 2004)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah, perkembangan, dan pengaruh Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung. Sulang Silima Marga Ujung merupakan organisasi yang di dalamnya merupakan persatuan dari marga Ujung. Organisasi budaya ini mengatur pola dan tingkah laku adat Pakpak dan juga sebagai Sulang Silima yang melekat dengan sistem kekerabatan dan struktur sosial. Dalam menjaga warisan budaya yang ditinggalkan nenek moyang, Organisasi Budaya ini memiliki pengaruh yang cukup besar di Kecamatan Sidikalang. Organisasi ini menjadi wadah pemersatu seluruh Marga Ujung agar saling menjaga rasa persaudaraan dan kekeluargaan sehingga tercipta suasana rukun dan damai dalam masyarakat.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum dibentuknya sebagai Organisasi, lembaga adat ini dulunya bernama Sulang Silima. Lembaga ini sudah dijadikan Pemerintah sebagai pembantu pertaki (penguasa kampung) sejak lama. Struktur pemerintahan mengalami perkembangan dan pembaharuan. Kini Lembaga Adat Sulang Silima menjadi sebuah Organisasi Budaya yang secara khusus dibentuk untuk menjaga dan melestarikan peninggalan – peninggalan budaya nenek moyang mereka.

Metode yang dipakai pada penulisan ini adalah metode sejarah yaitu Heuristik (pengumpulan data), Verifikasi (kritik), Interpretasi dan Historiografi (penulisan). Pada tahap Heuristik menggunakan dua metode yaitu metode kepustakaan (library research) dan metode lapangan (Field research).


(11)

DAFTAR ISI

Kata pengantar …………..………..vi

Ucapan Terima Kasih…….……….vii

Abstrak...x

Daftar Isi……….……….xi

Daftar Lampiran…………..……….xiv Bab I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah………..1

1.2 Rumusan Masalah………5

1.3 Tujuan Penelitian……….6

1.4 Manfaat Penelitian……….………..6

1.5 Tinjauan Pustaka……….7

1.6 Metode Penelitian………9

Bab II. Gambaran Umum

2.1 Letak Geografis Kecamatan Sidikalang………..12

2.2 Keadaan Penduduk………..14

2.3 Sejarah Marga Ujung di Kecamatan Sidikalang………..16

2.4 Sejarah Berdirinya Sulang Silima Marga Ujung…….………18

Bab III. Perkembangan Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima

Marga Ujung

3.1 Berdirinya Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung………….23


(12)

a. Seksi Peradaten (Adat - istiadat)………31

b. Seksi Pertanohen (Pertanahan)………...33

c. Seksi Pendidikan, Kebudayaan dan Generasi Muda………...34

d. Seksi Kesejahteraan dan Sosial………...35

3.3 Aset………...38

3.4 Anggota……….39

3.5 Program Kerja………...40

Bab IV. Pengaruh Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga

Ujung di Kecamatan Sidikalang

4.1 Pengaruh Terhadap Anggota………..41

4.1.1 Sosial....……….42

4.1.2 Budaya...………43

4.1.3 Pendidikan……....………44

4.1.4 Hukum...……….………45

4.2 Pengaruh Terhadap Masyarakat ...……...………..46

4.2.1 Sosial (sistem kekerabatan)………...46

4.2.2 Pendidikan………..…….……….48

4.2.3 Budaya...50

4.3 Pengaruh Terhadap Pemerintah………...….54

Bab V. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan……….60


(13)

Daftar Pustaka………63

Daftar Informan……….64


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta Kecamatan Sidikalang pada masa kolonial Belanda 2. Lambang Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung 3. Struktur Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung 4. Silsilah keturunan marga Ujung

5. Surat penyerahan tanah

6. Surat Penarikan hak atas tanah 7. Surat jual – beli tanah

8. Surat keterangan tanah 9. Surat alas tanah

10. Surat keterangan kepemilikan tanah 11. Surat keputusan Bupati Dairi 12. Surat pernyataan kepemilikan tanah 13. Surat penerbitan atas tanah

14. Foto Bupati Dairi Bersama Ketua dan tokoh Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung dala acara pesta budaya.

15. Foto salah seorang tokoh Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung, memberikan sambutannya dalam acara pesta budaya.

16. Foto pembukaan pesta budaya oleh Bupati dan Tokoh adat Sulang Silima Marga Ujung


(15)

Abstrak

Penelitian ini berjudul “Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung dan Pengaruhnya di Kecamatan Sidikalang (1994 – 2004)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah, perkembangan, dan pengaruh Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung. Sulang Silima Marga Ujung merupakan organisasi yang di dalamnya merupakan persatuan dari marga Ujung. Organisasi budaya ini mengatur pola dan tingkah laku adat Pakpak dan juga sebagai Sulang Silima yang melekat dengan sistem kekerabatan dan struktur sosial. Dalam menjaga warisan budaya yang ditinggalkan nenek moyang, Organisasi Budaya ini memiliki pengaruh yang cukup besar di Kecamatan Sidikalang. Organisasi ini menjadi wadah pemersatu seluruh Marga Ujung agar saling menjaga rasa persaudaraan dan kekeluargaan sehingga tercipta suasana rukun dan damai dalam masyarakat.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum dibentuknya sebagai Organisasi, lembaga adat ini dulunya bernama Sulang Silima. Lembaga ini sudah dijadikan Pemerintah sebagai pembantu pertaki (penguasa kampung) sejak lama. Struktur pemerintahan mengalami perkembangan dan pembaharuan. Kini Lembaga Adat Sulang Silima menjadi sebuah Organisasi Budaya yang secara khusus dibentuk untuk menjaga dan melestarikan peninggalan – peninggalan budaya nenek moyang mereka.

Metode yang dipakai pada penulisan ini adalah metode sejarah yaitu Heuristik (pengumpulan data), Verifikasi (kritik), Interpretasi dan Historiografi (penulisan). Pada tahap Heuristik menggunakan dua metode yaitu metode kepustakaan (library research) dan metode lapangan (Field research).


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku bangsa yang tersebar di seluruh nusantara. Setiap daerah memiliki suku asli dengan adatnya masing-masing yang berdiam di daerah itu. Berbagai suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah nusantara menjalankan hidupnya dengan adat istiadat yang melekat pada mereka. Salah satu daerah yang masih kental dengan adatnya adalah Kabupaten Dairi. Kabupaten Dairi merupakan salah satu daerah tingkat II yang berada di Provinsi Sumatera Utara dan memiliki suku asli yaitu, Suku Pakpak.

Suku Pakpak sebagai salah satu suku bangsa yang menjadi suku asli di Kabupaten Dairi terdiri dari beberapa marga dan setiap marga memiliki wilayah ulayat masing-masing. Kabupaten Dairi memiliki ibukota Kecamatan Sidikalang yang sebagian besar wilayahnya merupakan wilayah ulayat dari Marga Pakpak yang tertua yaitu Marga Ujung.

Masyarakat Pakpak terdiri dari marga – marga yang mendiami masing – masing kawasan tanah ulayat yang merupakan bagian dari hidupnya. Mereka mendiami kuta (kampung) yang di pimpin oleh Pertaki (penguasa lokal). Kawasan hak tanah ulayat di Kecamatan Sidikalang dikuasai oleh tiga marga Pakpak yaitu Ujung, Angkat dan Bintang. Marga Ujung menguasai Kelurahan Sidiangkat, Batang Beruh, Kalang Simbara, Kalang, Kota Sidikalang. Marga Angkat menguasai


(17)

kelurahan Belang Malum, Huta Gambir dan Huta Rakjat. Marga Bintang menguasai Kelurahan Bintang dan Bintang Mersada.

Marga Ujung dapat menguasai lima kelurahan di Kecamatan Sidikalang karena marga Ujung yang pertama sekali mendiami Kecamatan Sidikalang. Marga Ujung adalah penguasa lokal (Pertaki) serta marga yang dituakan dari marga-marga lainnya. Pada saat masuknya ajaran Agama Islam yang disiarkan oleh Guru Gindo dan Agama Kristen yang disiarkan oleh Zending, mereka mendatangi Pertaki yang didominasi oleh Marga Ujung yang ada di Kecamatan Sidikalang.1

Struktur kemasyarakatan masyarakat Pakpak diletakkan pada Sulang Silima. Sulang silima ini mengatur pola dan tingkah laku adat Pakpak dan juga sebagai organisasi sosial yang melekat dengan sistem kekerabatan (hubungan dalam satu keluarga luas karena perkawinaan dan kelahiran) dan struktur sosial.2 Sulang Silima yang terdiri dari Perisang – isang (anak sulung), Pertulan tengah (Saudara tengah), Perekur – ekur ( anak bungsu), berru mbellen dan Puang marga3. Kelima unsur ini sangat berperan dalam proses pengambilan keputusan terutama dalam sistem kekerabatan (gotong - royong), upacara adat di dalam konteks komunitas Kuta (kampung). Artinya kelima unsur ini harus terlibat agar dalam pengambilan keputusan menjadi sah secara adat.

Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya peraturan pemerintah, Marga Ujung membenahi kembali Sulang Silima menjadi Lembaga Adat Sulang Silima. Hal

1Flores Tanjung, Dairi dalam Kilatan Sejarah, Medan: Perdana Publishing, 2011, hal 22 – 23. 2Mariana Makmur dan Lister Berutu, Sistem Gotong Royong pada Masyarakat Pakpak di Sumatera Utara, Medan: PT. Grasindo Monoratama, 2013, hal. 5.

3Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara, Potensi Etnik Sumatera Utara, Medan, 1996l, hal. 40.


(18)

ini untuk melindungi budaya leluhur yang dianggap positif dan mencerminkan kehidupan bangsa. Budaya perlu tetap dilestarikan, dilindungi dan dikembangkan melalui lembaga adat. Oleh karena itu dibentuklah Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung.

Lembaga Adat merupakan suatu bentuk organisasi adat yang tersusun secara teratur dan terstruktur serta mempunyai otoritas formal dan sanksi hukum sesuai dengan kesepakatan dalam AD/ART agar tercapai kebutuhan – kebutuhan dasar. Dalam pengertian lain Lembaga Adat adalah suatu organisasi kemasyarakatan adat yang dibentuk oleh suatu masyarakat hukum adat tertentu mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri serta berhak dan berwenang untuk mengatur dan mengurus serta menyelesaikan hal-hal yang berkaitan dengan adat.4

Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung dibentuk pada tanggal 18 November 1994 di Kecamatan Sidikalang. Lembaga ini merupakan salah satu dari tiga Lembaga Adat yang ada di Kecamatan Sidikalang bersama Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Angkat dan Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Bintang. Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung memiliki hak untuk memberi masukan dalam pengaturan tata letak kota di tanah leluhurnya, Kecamatan Sidikalang. Salah satu peran penting Lembaga ini melindungi dan mengawasi penggunaan tanah (warisan leluhur) agar tidak menyalahi aturan hukum Adat budaya leluhur mereka. Masyarakat Kecamatan di luar Marga Ujung berhak mengolah dan memakai tanah, begitu juga instansi pemerintahan yang memakai dan mendirikan bangunan di atas tanah Marga Ujung. Saat ini, sudah banyak tanah milik


(19)

Marga Ujung yang dijual kepada penduduk pendatang. Tanah yang sudah menjadi hak milik penduduk pendatang dapat dijual kepada orang lain, namun tetap harus melalui persetujuan Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung sebagai pemilik hak ulayatnya. Jika terjadi permasalahan, akan dibicarakan secara kekeluargaan (berdasarkan hukum Adat Pakpak) dan bila tidak berhasil maka sengketanya diselesaikan melalui jalur hukum yang berlaku di Indonesia. 5Dalam menghormati Marga Ujung sebagai marga pendahulu di Kecamatan Sidikalang, setiap pesta yang dilakukan oleh setiap marga yang ada di kecamatan sidikalang, Marga Ujung selalu mendapatkan bagian penting dalam pembagian jambar (bagian Adat) . Kecamatan Sidikalang juga menjadi tempat berdirinya Tugu Sulang Silima Marga Ujung yaitu di Kalang Simbara serta tempat sekretariat Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung di Sidikalang Kota.

Kekuasaan yang dimiliki Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung menjadi modal yang kuat untuk memainkan peran dalam proses perkembangan Kecamatan Sidikalang. Perkembangan Kecamatan Sidikalang tidak terlepas dari pengaruh dari Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung yang berusaha mengembangkan daerah Pakpak secara khusus dan kabupaten Dairi secara umum. Hal ini lah yang menjadi dasar peneliti untuk melakukan penelitian.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti memilih judul Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung dan Pengaruhnya di Kecamatan Sidikalang tahun 1994 – 2004, karena lembaga adat ini memiliki pengaruh yang cukup besar di Kecamatan

5Wawancara dengan Ardin Ujung, Ketua Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung, kelurahan Sidikalang Kota, 16 juli 2014


(20)

Sidikalang. Peneliti lebih mengarah dan fokus kepada sejarah pembentukan Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung beserta profilnya dan juga pengaruhnya di Kecamatan Sidikalang.

Alasan peneliti menetapkan tahun 1994, sebagai awal dibentuknya Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung yang sebelumnya hanya merupakan perkumpulan Marga Ujung yang belum memiliki landasan hukum. Pembatasan sampai tahun 2004, dimana dikeluarkannya Surat Keputusan Bupati nomor: 590/8859/2004 perihal keberadaan tanah ulayat/tanah marga. Surat ini berupa himbauan kepada elemen pemerintah seperti camat, kepala desa dan lurah agar melibatkan lembaga adat dalam melayani kepentingan masyarakat khususnya menyangkut surat – surat yang berkaitan dengan tanah ulayat. Lembaga adat diharapkan bersikap arif dan bijaksana dan mendudukkan keberadaan hak ulayat/marga. Dengan demikian peran lembaga adat terlihat keberadaannya dalam kehidupan masyarakat serta mengantisipasi dan meminimalkan permasalahan lahan di bidang pertanahan yang mungkin terjadi di tengah masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dibuatlah rumusan mengenai masalah yang diteliti sebagai landasan utama dalam melakukan penelitian yang terangkum dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa Latar Belakang Berdirinya Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung?


(21)

2. Apa yang Dimaksud Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung di Kecamatan Sidikalang (1994 - 2004)?

3. Bagaimana pengaruh Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung di Kecamatan Sidikalang (1994 – 2004)?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menjelaskan latar belakang Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung.

2. Menjelaskan Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung (1994 – 2004).

3. Menjelaskan pengaruh Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung di Kecamatan Sidikalang (1994 - 2004).

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk:

1. Menambah literatur serta wawasan tentang Lembaga Adat marga khususnya marga Pakpak di Dairi.

2. Sebagai pengembangan ilmu bagi penulis dan pembaca untuk perbendaharaan penulisan sejarah kebudayaan Indonesia, khususnya kebudayaan daerah Pakpak.


(22)

1.5 Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan ini, peneliti berpedoman kepada beberapa karya tulis untuk dasar perbandingan yang dapat dijadikan landasan teoritis sehingga mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penelitian. Beberapa karya tulis tersebut diantaranya: Flores Tanjung, dkk dalam “Dairi dalam Kilatan Sejarah” (2011) Buku ini menjelaskan tentang sejarah perkembangan Kecamatan Sidikalang dari zaman dahulu sampai sekarang yang didukung oleh budaya dan etnis yang bermukim di kabupaten dairi khususnya di kecamatan Sidikalang termasuk tentang Marga Ujung. Buku ini membantu peneliti untuk mendapat informasi mengenai dominasi Marga Ujung di Kecamatan Sidikalang.

Pandapotan Nasution dalam “Adat Budaya Mandailing dalam Tantangan Zaman” (2005) Buku ini menjelaskan tentang pemberian marga serta alasan pemberian marga pada suku Batak. Buku ini digunakan peneliti untuk mengetahui peranan dan fungsi marga di dalam masyarakat Batak secara umum.

Ramly Yusuf Angkat dalam “Kewenangan Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima dalam Bidang Pertanahan di Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi” (2013). Beliau menjelaskan tentang sikap lembaga adat terhadap persoalan tanah di daerah Pemerintahan dan bagaimana melindungi serta memperluas hak – hak atas tanah melalui Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima sesuai dengan hukum adat tanah yang berlaku di Kecamatan Sidikalang. Tesis ini membantu peneliti mengetahui pengaruh Lembaga Adat dan Peranannya khususnya di bidang pertanahan dan menjadi perbandingan terhadap konsep organisasi orang Pakpak.


(23)

N. Siahaan dalam “Sedjarah Kebudajaan Batak” (1964). Buku ini menjelaskan tentang suatu studi Suku Batak (Toba, Angkola, Mandailing, Simalungun, Pakpak Dairi, Karo). Buku ini digunakan peneliti untuk mengetahui sejarah kebudayaan Batak khususnya Pakpak Dairi.

Bisuk Siahaan dalam “Batak Toba Kehidupan di Balik Tembok Bambu” (2005). Buku ini menjelaskan tentang perkembangan marga – marga di Batak Toba. Buku ini digunakan sebagai komparatif (perbandingan) untuk mengetahui perkembangan marga pada masyarakat Pakpak, khususnya marga Ujung.

Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara dalam “Potensi Etnik Sumatera Utara” (1996). Karya tulis ini menjelaskan tentang struktur masyarakat Sumatera Utara khususnya Pakpak Dairi serta berisi hukum tanah dan Lembaga Adat Pakpak yang dihubungkan dengan Marga yang sedang diteliti yaitu Marga Ujung, sebagai pemilik hak ulayat tanah di Kecamatan Sidikalang.

Lister Berutu dan Nurbaini Padang dalam “Tradisi dan Perubahan” (1998). Buku ini menjelaskan tentang penelitian Adat Istiadat Pakpak serta kepemilikan tanah Adat Pakpak. Buku ini membantu peneliti dalam menjelaskan tentang cara memperoleh hak milik tanah di dalam hukum Adat Pakpak.

Mariana Makmur dan Lister Berutu dalam “Sistem Gotong Royong pada Masyarakat Pakpak di Sumatera Utara” (2013). Buku ini menjelaskan tentang sistem organisasi dan upacara Adat pada masyarakat Pakpak. Buku ini membantu peneliti untuk menjelaskan sistem organisasi yang dijalankan masyarakat Pakpak.

M. N Angkat dalam “Sedjarah dari Negeri Siteloenempoe” (1964). Buku ini menjelaskan tentang daerah-daerah kekuasaan marga Ujung di Kecamatan


(24)

Sidikalang. Tulisan ini membantu peneliti untuk menjelaskan daerah kekuasaan dan sejarah Marga Ujung.

1.6 Metode Penelitian

Terjemahan buku Louis Gottschalk oleh Dudung Abdurahman menjelaskan metode sejarah sebagai proses menguji, menganalisis kesaksian sejarah untuk menemukan data autentik atau dipercaya.6 Berdasarkan pengertian diatas, Louis Gottschalk menempatkan empat pokok langkah meneliti sejarah, sebagai berikut :

Langkah pertama yang penulis kerjakan yaitu heuristik atau pengumpulan sumber – sumber untuk mendapatkan data – data yang terkait dengan objek penelitian. Dalam hal ini penulis menggunakan metode library research (penelitian kepustakaan) dan field research (penelitian lapangan). Sumber dapat merupakan sumber primer ataupun sumber sekunder. Suatu prinsip yang harus dipegang penulis di dalam heuristik yaitu sejarawan harus mencari terlebih dahulu sumber primer. Sumber primer yaitu sumber yang disampaikan oleh pihak yang mengalami langsung maupun menyaksikan suatu peristiwa. Hal ini dapat dalam bentuk dokumen, misalnya arsip, laporan pemerintah dan lain – lain. Dalam sumber lisan yang dianggap primer adalah wawancara dengan pelaku peristiwa atau saksi mata. Akan tetapi apabila penulis tidak mendapatkan sumber primer sebagai bahan referensi maka sumber sekunder bisa digunakan. Dalam langkah yang pertama ini penulis mencari karya tulis dengan cara penelitian kepustakaan dan penulis juga mencari

6Dudung Abdurahman, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, hal 44.


(25)

data dari orang sekitar yang dianggap mampu memberikan informasi dengan cara penelitian lapangan di Kecamatan Sidikalang tentang Lembaga Adat Pakpak Marga ujung. Selain menggunakan media tulisan, saya juga menggunakan media lisan, yaitu dengan teknis wawancara. Dalam mengumpulkan data tersebut, saya mewawancarai banyak orang yang bersangkutan dengan Marga Ujung sesuai dengan kajian dari skripsi saya yaitu Bapak Raja Ardin Ujung selaku ketua lembaga adat, Bapak Sahala Siagian selaku mantan camat Sidikalang, Bapak Agus Ujung selaku anggota DPRD Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi.

Langkah kedua yaitu kritik sumber (verifikasi). Setelah sumber sejarah terkumpul maka dilanjutkan dengan tahapan kritik sumber untuk mendapat keabsahan/keaslian sumber atau data yang didapat. Penulis dalam melakukan kritik sumber atau menyeleksi terhadap sumber – sumber melalui kritik intern dan kritik ekstern. Kritik intern menelaah dan memverifikasi kebenaran isi baik yang berupa tulisan (buku, artikel, laporan dan arsip) maupun sumber lisan (wawancara). Kritik ekstern yang dilakukan dengan cara memverifikasikan untuk menentukan keaslian sumber (otentisitas) baik sumber tulisan maupun lisan. Hal ini dilaksanakan agar penulis dapat menghasilkan suatu tulisan benar – benar objektif yang berdasarkan data – data yang terpercaya. Dalam tahap kedua ini penulis akan menyeleksi atau menyaring tulisan atau data – data dari informan.

Langkah ketiga yaitu interpretasi untuk menganalisis terhadap hasil dari kritik sumber. Proses interpretasi ini bertujuan untuk menghilangkan kesubjektifitasan sumber walaupun sebenarnya hal ini tidak dapat dihilangkan secara total. Interpretasi ini dapat dikatakan data sementara sebelum penulis membuatkan


(26)

hasil keseluruhan dalam suatu penulisan. Dalam tahap ketiga penulis menginterpretasi arsip atau informan tentang Lembaga Adat Pakpak yang penulis peroleh dari masyarakat sekitar maupun dari keturunan marga yang sedang diteliti.

Langkah terakhir yaitu historiografi. Tahapan ini tentang penulisan, hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Layaknya penelitian ilmiah, penulisan hasil penelitian sejarah hendaknya dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian. Sejak dari tahap awal (heuristik) sampai dengan akhir (penulisan) dapat dikatakan penulisan tersebut bersifat kronologis atau sistematis. Berdasarkan penulisan sejarah itu pula akan dapat dinilai apakah penelitian berlangsung sesuai dengan prosedur yang dipergunakannya tepat atau tidak. Apakah sumber atau data yang mendukung penarikan kesimpulannya memiliki validitas (data yang tepat) dan reliabilitas (data yang dapat dipercaya) yang memadai atau tidak, dan sebagainya. Jadi dengan penulisan sejarah itu akan dapat ditentukan mutu penelitian dan penulisan sejarah itu sendiri.


(27)

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Letak Geografis Kecamatan Sidikalang

Kabupaten Dairi ibukotanya Kecamatan Sidikalang, didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang (Perpu) Nomor 4 tahun 1964 tentang pembentukan Kabupaten Dairi. Wilayahnya ditetapkan berdasarkan undang – undang Nomor 15 Tahun 1964 tentang Wilayah Kecamatan di Kabupaten Dairi, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara. Sejak era pergolakan fisik di masa kolonialis Belanda hingga kini, Kecamatan Sidikalang sudah dipimpin 30 orang yang menjadi camat atau pimpinan. Tahir Ujung menjadi Camat yang pertama setelah Kabupaten Dairi ditetapkan menjadi Kabupaten.7

Secara adminitratif Kecamatan Sidikalang terdiri dari 11 desa/kelurahan, 41 lingkungan dan 34 dusun dengan luas kecamatan 70,67 km2 atau 4,02% dari total luas Kapubaten Daerah Tingkat II Dairi, yang memanjang dari arah Utara ke Tenggara. Batas-batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Siempat Nempu - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kerajaan - Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Berampu

7

Badan Pusat Statistik, Kecamatan Sidikalang dalam angka 1998, Sidikalang: mantri statistik, 1998, hal. ix


(28)

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sitinjo/Sumbul8

Kemiringan lahan Kecamatan Sidikalang adalah 0-25. Ketinggian Kecamatan Sidikalang berkisar antara 700-1.100 m diatas permukaan laut dan ketinggian ibukota kecamatan Sidikalang yang sekaligus ibukota Kabuaten Dairi adalah 1.066 m diatas permukaan laut. Rata-rata hari hujan sebanyak 12 hari dan tidak merata setiap bulannya dengan curah hujan rata-rata 16 mm. Musim hujan yang paling berpengaruh biasanya terjadi pada bulan Januari, April, Mei, September, Nopember dan Desember setiap tahunnya. Angin laut berhembus kencang dari arah barat menuju timur sewaktu menjelang musim yang mengakibatkan musim hujan. Angin barat berhembus dengan kecepatan sedang dari arah timur menuju arah barat sewaktu menjelang musim kering9.

Keadaan lahan dari Kecamatan Sidikalang sebagian besar dibatasi gunung-gunung dan bukit-bukit yang bergelombang, yang memanjang dari timur kearah Barat dan kemiringan lahan yang bervariasi hanya sebagian yang datar. Sebelum

kedatangan Hindia Belanda ke Indonesia produksi dari Kecamatan

Sidikalang/Kabupaten Dairi berupa rotan, damar, kapur barus, kemenyan dan kayu yang menjadi dominasi mata pencaharian yang diperdagangkan. Sesuai dengan keadaan alamnya maka mata pencaharian masyarakat Sidikalang umumnya adalah bercocok tanam. Lahan Kecamatan Sidikalang sangat cocok untuk tanaman muda dan keras seperti kopi, karet dan jagung. Salah satu tanaman utama di Sidikalang adalah tanaman kopi. Sidikalang sangat terkenal dengan penghasil kopi karena banyaknya

8

Ibid., hal. xi

9


(29)

masyarakat yang mengolah lahan dengan menanami tanaman kopi. Kopi dari Sidikalang sangat terkenal karena rasa yang khas dan rasa pahitnya yang cukup kental, dimana kopi ini juga menjadi salah satu komoditi ekspor yang paling besar dari Sidikalang ke luar daerah.

Sidikalang merupakan pusat perekonomian, pemerintahan dan perdagangan. Pemilihan Sidikalang sebagai ibukota Kabupaten Dairi karena letaknya yang strategis sebagai jalur perhubungan utama untuk berhubungan dengan daerah lain termasuk ke Medan, ibukota Sumatera Utara. Hal ini juga didukung oleh kemajuan pembangunan kota dan masyarakat serta dikenal sebagai kota terbesar di Kabupaten Dairi.

2.2 Keadaan Penduduk

Penduduk Kecamatan Sidikalang sebanyak 47.101 jiwa yang terdiri dari laki – laki sebanyak 23.026 jiwa dan perempuan sebanyak 24.075 jiwa. Kepadatan penduduk adalah sebanyak 315 jiwa per km persegi dengan penyebaran yang tidak merata pada setiap desa/ kelurahan. Berdasarkan data, dari 16 desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Sidikalang terdapat penduduk yang terpadat di kelurahan Kota Sidikalang yaitu dengan kepadatan sebanyak 2.569 jiwa per km persegi. Desa/kelurahan yang terjarang penduduknya adalah Desa Pasi dengan tingkat kepadatan 111 jiwa per km persegi.10

Jumlah rumah tangga di Kecamatan Sidikalang sebanyak 8.785 rumah tangga dengan penyebaran yang tidak merata. Rata – rata jumlah jiwa setiap rumah tangga adalah sebanyak 5,36. Mata pencaharian penduduk di kecamatan sidikalang masih

10


(30)

didominasi sektor pertanian yaitu sebanyak 54,02% dan cara pengelolaan tanahnya masih bersifat tradisional sehingga hasilnya masih belum maksimal. Persentase mata pencaharian penduduk per sektor sebagai berikut:

Tabel 1.

Mata pencaharian penduduk per sektor pada tahun 1998

No SEKTOR PERSENTASE

1 Pertanian 54,02

2 Penyedia Jasa 9,94

3 PNS dan TNI 12,13

4 Lainnya 23,84

Sumber data: Kantor Camat Sidikalang

Di Kecamatan Sidikalang terdapat 36 unit Sekolah Dasar (SD) dengan jumlah murid sebanyak 8.890 jiwa dan tenaga pengajar (guru) sebanyak 381 orang. Rata – rata jumlah murid per sekolah adalah 247 jiwa dan banyak murid per tenaga pengajar adalah 23,33jiwa. Tingkat pendidikan SMPT, terdapat 11 unit sekolah SMPT, dengan jumlah murid sebanyak 3.389 orang. Rata – rata banyaknya murid per sekolah adalah 490 jiwa. Banyaknya tenaga pengajar atau guru sebanyak 225 jiwa. Rata – rata banyaknya murid per satu orang guru adalah 23,95 jiwa. Begitu juga tingkat SMTA adalah 11 unit dengan jumlah murid 5.199 jiwa dan guru sebanyak 260 jiwa. Rata – rat a banyak murid per sekolah adalah 472,64 jiwa, dan rata – rata murid per satu orang guru adalah 18 jiwa.11

11


(31)

Penduduk di Kecamatan Sidikalang mayoritas beragama Kristen protestan, yaitu 34.328 jiwa atau 72,88%. Penduduk beragama Islam 7.876 jiwa atau 20,97%, Kristen Katholik 2.476 jiwa atau 5,26% dan beragama Budha 421 jiwa atau 0, 89 %. Karakteristik adat istiadat di kecamatan sidikalang dipengaruhi oleh penduduk yang ada, seperti suku Pakpak, Toba, Simalungun, Karo dan suku lainnya serta sifatnya dipengaruhi oleh suku – suku diatas. Kegiatannya masih sangat dipengaruhi oleh adat dan norma adat yang berlaku.12

2.3 Sejarah Marga Ujung di Kecamatan Sidikalang

Pakpak sebagai salah satu suku dengan berbagai marga menjadi suku asli yang mendiami wilayah Kabupaten Dairi, termasuk Kecamatan Sidikalang memiliki sejarah yang panjang. Menurut sejarah, Pakpak merupakan nenek moyang dari seluruh Marga Pakpak. Pakpak dulunya tinggal di daerah yang bernama Negeri Sitelunempu. Pakpak memiliki dua istri dan memiliki keturunan 7 orang anak laki-laki dan 1 orang anak perempuan. Istri yang pertama adalah boru Saraan yang melahirkan 3 anak laki-laki yaitu: Ujung, Angkat, Bintang dan 1 orang anak perempuan yaitu: Nan Tampuk Mas. Istri yang kedua adalah Boru Padang yang melahirkan 4 orang anak laki-laki yaitu Gajadiri, Gajamanik, Sinamo dan Capah. Keturunan Pakpak dari istri pertama tinggal di satu wilayah yang bernama Sicike-cike. Karena bencana banjir di Sicike-cike maka mereka berangkat bersama

12


(32)

keturunannya masing-masing ke daerah yang kemudian menjadi daerah kekuasaan mereka masing-masing.13

Ujung berangkat ke wilayah yang saat ini dikenal dengan nama Kota Sidikalang yang menjadi ibukota kabupaten Dairi. Keturunan dari Marga Ujung menyebar ke beberapa wilayah yaitu, Batang beruh, Siburabura, Pardomuan, Kalang Simbara, Huta Raja, Kalang Jehe, Kalang Baru, dan Rimo Bunga. Keturunan Marga Ujung menjadi kepala kampung dan raja tanah di daerah yang mereka diami. Saat ini, Marga Ujung menjadi pemangku adat serta pemegang hak ulayat di daerah tersebut.14

Angkat berangkat ke wilayah yang dikenal dengan nama Sidiangkat. Keturunan Marga Angkat kemudian menyebar ke beberapa wilayah yaitu Huta Padang, Lae Laklak, Tumpak Candi, Belang Malum, Kuta Angkat dan Juma Sangkalan. Keturunan Marga Angkat menjadi kepala kampung dan raja tanah di setiap daerah tersebut. Sampai saat ini, Marga Angkat menjadi pemangku adat dan pemegang hak ulayat di daerah tersebut.15

Bintang berangkat ke wilayah yang dikenal dengan Huta Parmasan. Keturunan Marga Bintang kemudian menyebar ke beberapa wilayah yaitu, Tambun, Barung-Barung, Huta Gerat, Bintang Maria, Pancur, Parsaoran dan Lae Pinang. Mereka menjadi kepala kampung dan raja tanah di setiap daerah tersebut. Saat ini, Marga Bintang juga menjadi pemangku adat dan pemegang hak ulayat di daerah tersebut.16

13

M. N. Angkat. Sejarah Dari Negeri Sitelunempu. Sidikalang. Hal. 5

14

Ibid., hal. 7

15

Ibid,. hal. 10


(33)

Suku Pakpak sebagai masyarakat adat mengakui bahwa tidak ada tanah yang tidak bertuan di seluruh nusantara. Demikian halnya dengan tanah di wilayah Kecamatan Sidikalang. Sebagai suku yang pertama kali mendatangi dan mendiami wilayah Kecamatan Sidikalang, Suku Pakpak menjadi pemangku adat dan pemegang hak ulayat di Kecamatan Sidikalang. Setiap bagian daratan yang dibuka oleh keturunan Suku Pakpak menjadi wilayah kekuasaan mereka masing-masing.

2.4 Sejarah Berdirinya Sulang Silima Marga Ujung

Sulang silima sudah ada sejak lama di Dairi. Sejak dulu sudah terbentuk pemerintahan di Dairi yang sekarang ibukotanya Kecamatan Sidikalang dan dibagi ke dalam lima suak yaitu Simsim, Keppas, Pegagan, Boang, Kelasen. Raja Ekuten sebagai pemimpin Suak yang terdiri dari beberapa suku dan Pertaki menjadi pemimpin kampung, setingkat dibawah Raja Ekuten serta Sulang Silima menjadi pembantu Pertaki pada setiap kuta (kampung) yang terdiri dari perisangisang, Perekurekur, Pertulan tengah, Perpunca ndiadep, dan perbetekken. Sulang silima juga merupakan sumber dari segala hukum dalam kehidupan masyarakat Pakpak. Sulang silima ini mengatur pola dan tingkah laku kehidupan masyarakat Pakpak dan menjadi hukum adat yang tersirat serta berjalan sesuai dengan keadaan yang dijadikan perilaku Pakpak yang hidup berdampingan secara rukun dan damai dengan suku lainnya yang berada di daerahnya masing – masing.17

17

Jhonny Sitohang Adinegoro, Bekerja untuk Rakyat, Jakarta:Indomedia Global, 2013. hal 16.


(34)

Seiring perjalanan waktu dan berkembangnya peraturan Pemerintah serta meningkatnya kebutuhan atas tanah terjadi pembaharuan. Sulang silima dibenahi kembali menjadi sebuah lembaga adat dan mengarah kepada sebuah organisasi kebudayaan yang sah secara hukum dan tertulis. Masalah tanah menjadi acuan dibentuknya Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung karena tanah menyangkut harga diri pendukung hak ulayat serta status sosial kelompok adat. Jika masalah tanah telah dapat diatasi maka potensi pembangunan akan lebih mudah digapai sehingga perlu dibina pola komunikasi serta interaksi antar sesama yang diharapkan menjungjung tinggi tata nilai, gagasan yang sependapat dan keyakinan yang dapat dijadikan sebuah pengetahuan dalam menyikapi segala bentuk masalah khususnya masalah warisan yang ditinggalkan oleh nenek moyang. Adanya kontak interaksi merangsang terhadap perkembangan kebudayaan sehingga perlu melibatkan masyarakat dalam kontak budaya dengan sendirinya akan membawa perkembangan budaya di daerah yang bersangkutan.

Dalam warisan budaya dapat kita temukan bangunan dan benda bersejarah serta lambang mengenai nilai luhur, pikiran dan ajaran yang diberikan pendahulu yang perlu dijaga. Salah satu cara untuk menjaga dan melestarikan dengan membentuk lembaga adat. Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung yang dibentuk pada tanggal 18 November 1994. Lembaga adat ini menjadi bukti cinta masyarakat pakpak terhadap peninggalan nenek moyang yang telah diwariskan kepada mereka. Salah satu peninggalan yang dianggap sangat penting adalah tanah. Tanah merupakan satu kesatuan dengan kehidupan masyarakat Pakpak atau


(35)

menunjukkan identitas tentang keberadaan anggota masyarakat tersebut sehingga tanah menentukan hidup matinya masyarakat tersebut. Sulang Silima Marga Ujung merupakan pemangku adat serta pemilik ulayat tanah di beberapa wilayah di Kecamatan Sidikalang.

Marga Ujung merupakan marga tertua dan yang pertama sekali mendiami Kecamatan Sidikalang, sehingga hampir keseluruhan tanah di Kecamatan Sidikalang dikuasai Marga Ujung. Dahulu tanah – tanah yang ada di daerah ini berbentuk hutan dan dibatasi oleh air atau sungai (lae). Selain pewaris, Marga Ujung juga harus mampu melestarikan lingkungan hidup masyarakat Pakpak. Organisasi Budaya Marga Ujung ini rutin melakukan kegiatan seperti menanam petai, jengkol, kemenyan, dammar, pohon kapur barus, dan lainnya.

Banyak juga tanah yang dijadikan sawah, guna membantu masyarakat sekitar untuk mendapat kegiatan sehari- harinya sekaligus sebagai mata pencaharian mereka. Akan tetapi setiap tata cara penanaman dan lainnya tetap dikuasai dan diatur oleh Marga Ujung. Selain tanah, ada juga pembukaan lahan untuk dijadikan kampung. Tanah ini dinamakan tanah perkutaan. Tanah perkutaan merupakan tanah yang dibentuk berbentuk kampung untuk dihuni anak manjae (pecahan keluarga baru) statusnya sesuai dengan penyerahan bagian adat yang diterima, akan tetapi btekken (bagian adat) tanah harus tetap dibayar kepada Marga Ujung sebagai marga tanah. Namun Marga Ujung ini juga ada membagikan tanah untuk diolah sebagai tempat bercocok tanam sebagai hak pakai karena pada umunya sumber kehidupa n


(36)

masyarakat tradisional etnis Pakpak adalah pertanian yang menggunakan lahan yang didapat dari pusaka turun – temurun.

Pembagian jenis tanah merupakan usaha dari Marga Ujung untuk menghindari perpecahan dan gejolak yang mungkin dapat timbul di tengah- tengah masyarakat Pakpak kecamatan Sidikalang. Usaha dalam pembagian jenis tanah dalam beberapa pembagian sangat berguna dalam menjaga sistem kekeluargaan ditengah- tengah masyarakat. Hal ini terlihat pada pembagian-pembagian tanah yang signifikan dalam kondisi dan kegunaannya tanah yang diatur sendiri oleh peraturan-peraturan yang dibuat oleh Marga Ujung itu sendiri.

Sistem Pemilikan Tanah menurut kebudayaan Pakpak secara tradisional seluruh wilayah yang tercakup dalam silima suak (keppas, simsim, pegagan, kelasen, boang) merupakan hak ulayat Etnis Pakpak pada umumnya. Dari wilayah suak tersebut kemudian terbagi - bagi menjadi hak ulayat marga, kuta atau lebuh. Hak ulayat marga mencakup wilayah marga tertua dari setiap suak, seperti di Kecamatan Sidikalang Marga Ujung menjadi marga tertua dan memiliki hak kekuasaan serta mempunyai konsep tersendiri dalam menjalankan sistem Budaya Pakpak. Hak ulayat kuta dan lebuh merupakan segmentasi dari hak ulayat marga. Setiap Marga Pakpak biasanya mempunyai kuta dan lebuh. Terbentuknya kuta dan lebuh disebabkan karena pertumbuhan penduduk dari masing – masing marga, sehingga melalui suatu proses adat tertentu dibentuklah kuta atau lebuh.18 Pada hakekatnya setiap kuta di wilayah

18

Kuta adalah sebuah daerah berbentuk seperti perkampungan yang dimana didalam kuta tersebut terdapat gabungan dari lebuh – lebuh yang dihuni oleh suatu klan besar atau marga tertentu. Lebuh merupakan bagian dari kuta yang dihuni oleh klan kecil.


(37)

Pakpak dimiliki dan dihuni oleh satu marga. Hak ulayat kuta sebenarnya tidak terlepas dari hak ulayat marga, sehingga pengalihan hak atas tanah harus melalui persetujuan Sulang silima marga.


(38)

BAB III

PERKEMBANGAN LEMBAGA ADAT PAKPAK SULANG

SILIMA MARGA UJUNG

3.1 Berdirinya Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung

Jika dilihat dari perspektif sejarah kelahiran Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung menarik dan unik. Pada awalnya, sebelum tiba penjajahan Belanda di Dairi, sudah ada pemerintahan di Dairi. Sulang Silima menjadi bagian dari Pemerintahan ataupun menjadi pembantu pimpinan (pertaki)19 pada saat itu. Ide mulanya, organisasi ini dibentuk oleh kalangan bermarga Ujung untuk menjalin persaudaraan. Lalu, semakin bertambahnya jumlah penduduk pendatang dan berkembangnya peraturan pemerintah, Sulang silima dijadikan sumber hukum adat budaya Pakpak agar dapat mengikat masyarakat pendatang supaya mengikuti aturan budaya adat Pakpak.

Berdirinya Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung telah memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam menjalankan adat istiadat dan sistem kepemilikan tanah. Semakin bertambahnya populasi penduduk pengakuan akan hak atas tanah secara hukum perlu dilakukan. Oleh sebab itu masyarakat mengurus hak ulayat tanah dan membuat hak alas tanah yang sah dan bersertifikat. Hak ulayat dikeluarkan oleh Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung yang telah bekerjasa sama dengan Pemerintah juga badan – badan yang terkait dalam

19


(39)

pengurusan hak alas tanah. Kecamatan Sidikalang yang masih berlandaskan hukum adat dan pengaruh Sulang silima dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat dan dipedomani oleh nilai – nilai luhur para nenek moyang.

Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung dibentuk dan berfungsi sebagai tatanan pelaksanaan mekanisme kebudayaan dan penyelenggaraan adat istiadat Pakpak dalam keluarga Marga Ujung. Sulang silima Marga Ujung menjadi suatu organisasi yang resmi secara hukum dan tertulis setelah dibenahi dan dilestarikan oleh keturunan Marga Ujung. Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung mulai berlaku dan berjalan sejak tanggal 18 November 1994.

Keberadaan Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung akan selalu ada sepanjang keturunan Marga Ujung masih ada dan tidak dapat dibubarkan pihak manapun. Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung bertempat di atas tanah ulayat Marga Ujung. sebagai bagian dari warisan nenek moyang agar tetap menjalankan aturan yang menjadi semboyan adat bagi suku pakpak yaitu: Terianken Tanohna, Terkataken Katana, Teradatkan Adatna, dan Terpalu Gruk-Grukna artinya agar setiap masyarakat yang berdiam di daerah tanah ulayat Marga Ujung menjungjung tinggi hukum adat serta tidak merusak tetapi menjalankan adatnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga keharmonisan dan persaudaraan dapat terjalin seperti yang diinginkan oleh nenek moyang dan hukum adat yang sah secara tertulis dalam adat budaya Pakpak. Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung beranggotakan seluruh keturunan Marga Ujung dan Berru. Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung berazaskan adat budaya Pakpak.


(40)

Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung adalah lembaga pengayom dan berfungsi sebagai puncak tertinggi Kuasa Kerajaan Adat Budaya Marga Ujung. Hal ini berlaku intern dan ekstern guna kelangsungan hidup dan kesejahteraan keturunan Marga Ujung ditanah leluhurnya sebagai suatu kesatuan yang utuh dari keluarga besar Marga Ujung.

Tujuan didirikan Organisasi Sulang Silima Marga Ujung adalah untuk :

1. Memelihara dan melestarikan adat kebudayaan Marga Ujung baik moril maupun materil dan ikut serta melaksanakan pembangunan.

2. Memelihara serta melindungi hak-hak pusaka, warisan adat dan benda-benda budaya milik pusaka Marga Ujung.20

Untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya, Sulang Silima Marga Ujung berusaha mendirikan unit-unit yang bersifat ekonomi, sosial, yayasan pendidikan, kesenian dan usaha-usaha lainnya yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Sulang Silima Marga Ujung dan ketentuan pemerintah.

3.2 Kepengurusan Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung

Kepengurusan Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung terdiri dari penasihat dan pengurus harian. Penasihat terdiri dari pengetua, tokoh adat dan cendikiawan Marga Ujung. Pengurus harian terdiri dari : ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara dan seksi-seksi. Pengurus organisasi Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung dipilih melalui cara musyawarah untuk mufakat oleh seluruh anggota pleno yang mewakili setiap kuta. Sulang Silima Marga Ujung sebagai

20


(41)

lembaga adat budaya bertugas untuk mengatasi keperluan aktifitas adat Marga Ujung dan menjaga warisan Marga Ujung untuk generasi Marga ujung. Sulang Silima Marga Ujung sebagai lembaga adat budaya juga berusaha untuk meningkatkan keuangan organisasi dengan cara memperoleh dana dari dermawan Marga Ujung dan Berruna serta usaha lainnya yang sah untuk keperluan kegiatan organisasi.21

Kepengurusan Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung dipilih dalam musyawarah besar oleh anggota pleno yang mewakili kuta-kuta untuk masa jabatan 5 (lima) tahun. Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung dilindungi oleh Muspida Kabupaten Dairi, dan Sulang Silima Pakpak seluruh dunia. Pengurus harian Lembaga

Adat Sulang Silima Marga Ujung bertugas untuk menjalankan serta

menyelenggarakan roda organisasi dan tanggung jawab keluar dan kedalam. kepengurusan Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung beserta tugas pokok dan fungsinya adalah sebagai berikut :

1.Ketua umum

Ketua umun merupakan pimpinan tertinggi yang menguasai dan mengkoordinir setiap anggota – anggota yang berada didalamnya. Dalam pemilihan ketua umum ini, orang yang dapat mencalon sebagai calon ketua umum ialah harus asli Marga Ujung. Dalam setiap pencalonan, diutamakan calon tersebut memiliki umur yang sudah tua. Hal ini dianggap karena, sudah menjadi keterbiasaan dalam organisasi Marga Ujung ini selalu menghormati orang yang lebih tua.

Fungsi dan tugas dari ketua umum ialah :

21


(42)

1. Pemegang kekuasaan tertinggi dalam memimpin Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung.

2. Merumuskan kebijakan umum yang bersifat internal dan eksternal di Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung.

3. Mengoordinasikan penyelenggaraan dan pengembangan budaya pakpak secara profesional, sistematis dan terarah.

4. Bertindak untuk dan atas nama Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung baik di dalam maupun di luar organisasi.

5. Bertanggung jawab dan mengusahakan agar peninggalan budaya leluhur terjaga dan senantiasa dapat dilestarikan dan melaksanakan peraturan hukum adat yang berlaku.

6. Dalam menjalankan tugasnya harus bertanggung jawab kepada mubes, dan dibantu oleh wakil ketua, sekretaris, bendahara, dan wakil bendahara.

2.Wakil ketua

Wakil ketua merupakan orang yang membantu ketua untuk melaksanakan kegiatan organisasi Marga Ujung ini. Wakil ketua dipilih sama seperti ketua yaitu dengan pemilihan suara. Wakil ketua ini harus laki – laki dan harus merupakan keturunan asli marga Ujung itu sendiri.

Tugas dan tanggungjawab wakil ketua sebagai berikut : 1. Membantu ketua dalam menjalankan tugasnya

2. Dalam hal ketua oleh sebab apapun tidak dapat menjalankan tugas dan kewajibannya, pelaksana tugas dan kewajiban ketua dilakukan oleh wakil ketua.


(43)

3. Dalam hal ketua umum tidak hadir atau berhalangan, maka wakil ketua berhak dan berwenang bertindak dan mewakili ketua Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung.

4. Melaksanakan tugas – tugas yang diberikan ketua baik internal maupun eksternal. 5. Membantu ketua dalam pengawasan internal semua kegiatan mengenai keuangan

lembaga adat pakpak sulang silima marga ujung baik penerimaan maupun pengeluaran oleh pengurus Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung atau program – program yang pendanaanya dibiayai oleh lembaga tersebut.

6. Secara periodi melakukan pemeriksaan laporan keuangan Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung dan melaporkan ke ketua yang terdiri atas laporan bulanan dan tahunan.

7. Memberikan laporan, saran dan pertimbangan kepada Ketua Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan bidang tugasnya.

8. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Ketua Kembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung

9. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Ketua Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung.


(44)

3.Sekretaris

Sama seperti organisasi lain, organisasi Marga Ujung ini juga memiliki seorang sekretaris. Sekretaris ini beda sama ketua dan wakil ketua yaitu, didalam pemilihan sekretaris tersebut tidak diharuskan seorang laki – laki boleh aja calonnya tersebut adalah seorang perempuan namun harus tetap keturunan dari Marga Ujung. Namun yang memiliki hak penuh dalam memilih sekretaris tersebut bukanlah anggota namun ketua yang sedang menjabat.

Tugas dan tanggungjawab sekretaris adalah :

1. Mewakili Ketua atau Wakil ketua apabila berhalangan.

2. Mengoordinasikan, mengarahkan dan bertanggung jawab atas kegiatan kerja Sekretaris Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung.

3. Mengoordinasikan dan mengarahkan kegiatan rekomendasi dan perizinan, bagian hubungan masyarakat.

4. Mengelola seluruh kebutuhan fasilitas dan perlengkapan di lingkungan sekretariat.

5. Melaksanakan kegiatan ketatausahaan, pembinaan personil, pembinaan material, perlengkapan dan kegiatan pembinaan kerumahtanggaan Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung.

6. Mempersiapkan dan menyelenggarakan rapat – rapat pengurus Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung.

7. Mengoordinasi penyusunan laporan sekretariat secara periodik.

8. Mengoordinasi persiapan dan penyelenggaraan mubes dan rapat kerja. 9. Menjadi pendamping dan narasumber pada setiap mubes dan rapat kerja.


(45)

10.Melaksanakan tugas lain yang diberikan Ketua.

11.Dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh wakilnya serta dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada Ketua.

4. Bendahara

Bendahara ini dipilih langsung oleh ketua yang sedang menjabat sebagai pimpinan tertinggi di marga Ujung tersebut. Bendahara tersebut harus merupakan asli keturunan Marga Ujung.

Tugas dan tanggungjawab bendahara ialah :

1. Melaksanakan kebijakan umum serta kebijakan ketua dalam urusan keuangan, perbendeharaan keuangan dan anggaran berdasarkan peraturan yang telah ditentukan.

2. Menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja serta bekerja sama dengan seksi – seksi organisasi.

3. Mengoordinasi pelaksaan anggaran pendapatan dan belanja yang telah disetujui. 4. Bertanggung jawab terhadap pengadaan pendanaan baik dari sektor pemerintah

maupun dari non pemerintah.

5. Bertanggung jawab terhadap pembukuan, verifikasi dan pengeluaran sesuai dengan peraturan yang berlaku.

6. Bertanggung jawab terhadap penyusunan laporan keuangan secara periodik. 7. Menjadi pendamping dan narasumber pada setiap mubes dan rapat kerja. 8. Di dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Wakil bendehara


(46)

5. Wakil bendahara

Wakil bendahara tersebut dipilih oleh bendahara namun harus dapat persetujuan oleh ketua yang sedang menjabat. Wakil bendahara tersebut juga harus keturunan asli Marga Ujung.

1. Membantu bendahara dalam menjalankan tugasnya. 2. Mewakili bendahara apabila berhalangan.

3. Menyusun laporan kerja secara periodiK.

4. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Bendehara

5. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Bendahara.22

Dalam kepengurusan organisasi, Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung memiliki seksi – seksi yang bertugas untuk menjalankan roda organisasi berdasarkan bagiannya masing – masing. Adapun seksi – seksi tersebut adalah :

3.2.1 Seksi peradatan (Adat-Istiadat)

Dalam kemajuan zaman sekarang, pergeseran dan perubahan budaya sangat rentan terjadi karena globalisasi masa kini yang semakin mudah masuk kedalam kehidupan masyarakat. Jadi sesuai dengan misi Organisasi Budaya Sulang Silima Marga Ujung ini yaitu menjaga struktur dan keaslian budaya Pakpak tersebut dibentuklah seksi peradatan. Guna menjaga dan memelihara budaya asli dari Pakpak tersebut dengan mengadakan beberapa agenda demi memelihara adat istiadat di kehidupan masyarakat Pakpak terkhusus di Kecamatan Sidikalang.

Seksi Peradatan tersebut juga memiliki peran dalam kegiatan – kegiatan adat seperti pesta maupun ritual keadatan di Kecamatan Sidikalang. Seksi Peradatan

22


(47)

tersebut memiliki peran sebagai pemberi izin dan sekaligus pengawas apabila ada agenda yang berupa kegiatan keadatan. Didalam acara atau pesta tersebut, seksi ini memiliki kedudukan sebagai raja yang didapet. Kedudukan ini sudah mutlak didapat oleh Marga Ujung sebagai apresiasi masyarakat karena Marga Ujung ini merupakan pemilik hak ulayat di Kecamatan Sidikalang. Dalam kedudukannya, seksi adat ini berhak mendapat jambar (jatah adat) di dalam suatu acara atau pesta adat yang diberikan oleh penyelenggara kepada Marga Ujung berupa lengan hewan yang dikurbankan (perbetekken).

Selain sebagai pemangku kedudukan yang tinggi di suatu acara, seksi adat ini juga memangku tanggung jawab dalam pemeliharaan budaya asli Pakpak. Usaha yang dilakukan oleh Seksi Peradatan ini seperti diadakannya pesta budaya Pakpak. Didalam pesta budaya Pakpak, sangat dikenalkan dan diprioritaskan penampilan – penampilan adat Pakpak demi kekekalan adat tersebut di hati masyarakat Kecamatan Sidikalang agar mereka tidak lupa dan mengindahkan adat – adat asli suku Pakpak yang ditinggalkan nenek moyang mereka. Seksi Peradatan tersebut bertanggung jawab dalam pengadaan baik itu lokasi, acara, dan sistematis yang akan ditampilkan di pesta adat budaya Pakpak tersebut. Dengan demikian, seksi tersebut sangat memiliki peranan penting dan berpengaruh kepada pengembangan dan pemeliharaan struktur budaya Pakpak terkhusus pada masyarakat yang tinggal di kecamatan Sidikalang.


(48)

3.2.2 Seksi Pertanohen (Pertanahan)

Semakin bertambahnya jumlah penduduk mempengaruhi kebutuhan akan sumber daya alam, salah satu contohnya adalah tanah. Dewasa ini banyak pemahaman yang salah tentang pertanahan di daerah Pakpak yang menimbulkan beberapa masalah. Kurangnya pemahaman akan Sulang Silima Adat Pertanohen Pakpak oleh warga pendatang di daerah Kecamatan Sidikalang. Adanya pelaksanaan adat yang berhubungan dengan tanah yang mengkesampingkan hukum adat pertanohen (pertanahan) Pakpak. Membesarnya kebutuhan tanah bagi pembangunan yang sering kali melahirkan benturan kultur dan kepentingan. Kurangnya perlindungan hukum bagi tanah marga dan seringnya ditemukan kerancuan atas pelepasan hak atas tanah. Timbulnya kesalahpahaman dan pengertian atas hukum adat pertanohen (pertanahan) Pakpak dalam kedudukannya sesuai dengan UUPA No. 5 tahun 1960.

Akibat Permasalahan inilah yang membuat Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung membentuk organisasi budaya yang berlandaskan hukum termasuk di bidang seksi pertanahan. Bidang ini akan lebih fokus dan serius dalam menangani setiap permasalahan yang timbul. Untuk setiap pengurusan tanah, baik hal yang menyangkut surat hak alas tanah, surat penyerahan tanah ataupun surat penjualan maupun pembelian tanah di Kecamatan Sidikalang di urus oleh Lembaga Adat Seksi Pertanohen (pertanahan). Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung telah mendapat mandat dan bekerja sama dengan pihak Pemerintah serta badan pertanahan nasional sesuai dengan surat Bupati Dairi No. 590/8859 perihal keberadaan tanah ulayat/ tanah marga. Masyarakat yang ingin mengurusi


(49)

kelengkapan surat – surat tanahnya harus terlebih dahulu melapor dan diketahui oleh lembaga adat seksi pertanohen. Surat hak alas tanah akan diterbitkan Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung untuk dilanjutkan proses administrasinya ke pemerintah maupun Badan Pertanahan Nasional. Proses selanjutnya akan diurus oleh Badan Pertanahan Nasinal sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan.

3.2.3 Seksi Pendidikan, Kebudayaan dan Generasi Muda

Dalam berjalannya sistem Organisasi Budaya Sulang Silima tersebut, mereka tidak mengesampingkan yang namanya pendidikan, kebudayaan, dan generasi muda. Tiga aspek tersebut sangat menentukan perkembangan dari perjalanan dan kredibilitas dari organisasi tersebut. Jadi didalam menjalankan roda organisasi tersebut, Organisasi Sulang Silima tersebut serius dalam bidang ini. Tugas yang ditempuh oleh pengurus seksi ini ialah:

1. Berusaha meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang berahklak mulia, mandiri, terampil, prfesional, dan kritis terhadap lingkungan sosial disekitarnya dan mengusahakan terwujudnya sistem pendidikan nasional yang berorientasi kerakyatan murah dan berkesinambungan.

2. Membugarkan, pelestarian, pengembangan, dan pemanfaatan.

3.Mengajarkan seni beladiri Pakpak seperti mokcak, pencat silat, ilmu kebatinan, dan tari tradisional Pakpak.


(50)

Diatas merupakan misi dari seksi tersebut. Dengan dibuatnya seksi tersebut, diharapkan kepada masyarakat khususnya yang tinggal di daerah Kecamatan Sidikalang untuk menjadi pribadi yang memiliki akhlak, berperilaku baik, da n berharga. Hal ini dikarenakan, Organisasi ini takut dengan perkembangan zaman yang dapat mempengaruhi pola hidup dan pola pikir masyarakat Kecamatan Sidikalang, maka mereka menekankan aspek tersebut guna mencegah berubahnya perilaku masyarakat Kecamatan Sidikalang kearah yang global yang disinyalir dapat memudarkan sisi – sisi nilai kebudayaan dari masyarakat Kecamatan Sidikalang pada umumnya.

3.2.4 Seksi Kesejahteraan dan Sosial

Sebagai Organisasi Budaya yang mengedepankan kekeluargan serta kerukunan, lembaga adat ini selalu melaksanakan pendampingan sosial dalam penanganan masalah sosial demi kesejahteraan sosial. Tugas ini dilaksanakan oleh seksi kesejahteraan sosial, banyak masalah sosial yang terjadi pada masyarakat Pakpak khususnya di Kecamatan Sidikalang seperti anak – anak yang tidak bersekolah dan menjadi korban kekerasan, lanjut usia yang kurang diperhatikan, penyandang cacat yang kurang diperhatikan dan lain sebagainya. Seksi kesejahteraan sosial melakukan identifikasi dan pendataan terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial dan juga memberikan penyuluhan serta bimbingan kepada masyarakat di Kecamatan Sidikalang khususnya kepada kelompok orang yang menjadi sasaran program kesejahteraan sosial.


(51)

Kegiatan – kegiatan sosial yang dilakukan Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung mendapat dukungan dari pihak masyarakat dan selalu dilaporkan kepada pemerintah ataupun instansi sosial yang ada di Kecamatan Sidikalang. hambatan – hambatan dalam melaksanakan tugas dapat dilewati karena telah mendapat dukungan dari pihak Pemerintah sehingga masalah sosial dapat dikurangi dan potensi sumber daya manusia dapat diberdayakan. Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung juga memiliki penasihat yang bertugas memberikan petunjuk -petunjuk, saran-saran, serta pertimbangan kepada pengurus harian untuk memajukan organisasi dan bertanggung jawab kepada anggota pleno.

Dalam menjalankan organisasi tersebut, penasihat memiliki penanggung jawab yaitu seorang ketua. Seorang ketua dalam penasihat ini, memiliki fungsi yang sangat penting dalam berjalannya sistem lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung di Kecamatan Sidikalang. Dimana fungsi penasihat ini ialah memonitoring para pengurus – pengurus harian lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung dalam melaksanakan kegiatan organisasi tersebut. Dalam hal ini, ketua berhak penuh menasihati para pengurus organisasi apabila ada penyimpangan tugas yang tidak wajar. Dalam melaksanakan tugasnya, ketua penasihat ini dibantu oleh wakilnya sendiri, guna memaksimalkan kinerja penasihat dalam melaksanakan jalannya roda organisasi. Dalam pelaksanaan tersebut, penasihat memerlukan sekretaris dalam pelaksanaannya. Dalam hal ini, sekretaris memiliki fungsi membuat dan menerima surat maupun laporan – laporan yang berhubungan dengan jalannya organisasi tersebut. Dalam hal ini, sekretaris bertanggung jawab kepada ketua penasihat.


(52)

Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung juga menggunakan lambang pada papan merek nama, rumah, kantor sekretariat pada stempel, serta kop surat resmi dan lain – lain. Lambang yang digunakan adalah sosok rumah adat Pakpak yang dilingkari padi dan kapas dan di tengahnya ada bintang lima. Lambang ini mengartikan bahwa Lembaga Adat Sulang Silima akan terus menjaga persaudaraan dan budaya lelehur mereka sesuai dengan Falsafah Hukum Adat Pakpak yaitu Sulang silima. Hal ini juga bertujuan mewujudkan kesejahteraan, keadilan, kemakmuran bagi Marga Ujung dan seluruh masyarakat yang berada diatas hak ulayat Marga Ujung. Padi dan kapas yang terikat bersatu melambangkan Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung harus saling berpegangan dan saling bahu membahu serta selalu bekerja sama dalam segala bidang demi meraih cita – cita organisasi Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung yaitu menjaga dan menciptakan kebersamaan antar sesama dan seluruh masyarakat yang berdiam diatas tanah hak ulayat Marga Ujung. Warna dan artinya dari lambang organisasi Lembaga Adat pakpak Sulang Silima Marga Ujung terdiri dari :

 Hitam sebagai ciri khas dari suku Pakpak, berarti kedaulatan dan kekokohan suku

Pakpak.

 Putih yang melambangkan kesucian hati para Marga Ujung yang mencerminkan

ketenangan, ketertiban, kedisiplinan dan hati yang jujur antar sesame juga masyarakat yang berada di daerah hak ulayat Marga Ujung.


(53)

 Merah yang melambangkan keberanian dan ketegaran Marga Ujung dalam

menjaga dan melestarikan warisan budaya nenek moyang yang menjadi jati diri Marga Ujung.

3.3 Aset

Dalam pelaksanaan sistem organisasi, sebuah lembaga pada umunya harus memiliki yang namanya bangunan atau tempat bekerja, guna memaksimalkan kinerja lembaga tersebut, begitu juga dengan Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung. Dalam melaksanakan kinerjanya lembaga ini, sangat didukung dengan adanya lokasi atau tempat bekerja para anggota Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung ini. Pada awalnya, Lembaga Adat Marga Ujung ini berlokasi di rumah – rumah. Dimana rumah tersebut merupakan rumah dari salah satu pengurus dan biasanya dibuat di rumah ketua yang sedang menjabat. Pada awal kepenjabatan ketua yang pertama yaitu bapak Raja Malum Ujung. Di rumah beliau lah dibuat sebagai kantor pusat dari Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung di awal – awal berdirinya. Dirumah inilah para anggota – anggota lembaga tersebut memulai kesibukannya sebagai anggota yang mengurus hak – hak ulayat di Kecamatan Sidikalang. Dimulai dengan pergantian ketua lembaga tersebut, dipindahkanlah kantor pusat dari lembaga tersebut di sebuah kantor yang bukan di rumah dari ketua yang sedang menjabat. Kantor tersebut dibuat di sebuah gedung bertingkat.

Hal tersebut dibuat agar memaksimalkan kinerja dalam mengurus sistem organisasi dan tanggung jawab dalam mengurusi warisan nenek moyang mereka.


(54)

Bangunan itu terletak di jalan Ujung, bertingkat dua. Bangunan tersebut sudah permanen dan menjadi hak milik organisasi Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung. Dalam bangunan tersebut terdapat ruangan yang didalamnya terdapat meja dari ketua dan sekretaris. Selain ruangan tersebut terdapat ruangan rapat bagi anggota-anggota organisasi tersebut, guna memantapkan hasil kinerja para anggota dalam apa yang sudah mereka laksanakan yang ditumpahkan dalam berupa laporan-laporan.23

3.4 Anggota

Perkembangan organisasi berdasarkan keanggotaan cukup baik. Hal ini karena masyarakat yang berdiam di Kecamatan Sidikalang yang Marga Ujung, termasuk pasangan yang berusia muda masuk dan bergabung ke organisasi tersebut.. Begitu juga masyarakat yang memiliki tali persaudaraan darah Marga Ujung. Meskipun organisasi ini sangat khusus namun anggota – anggota yang ada di dalamnya termasuk banyak. Hal inI terbukti masih dominannya Marga Ujung di daerah Kecamatan Sidikalang. Faktor program kerja dan peranannya turut berpengaruh terhadap perkembangan secara keanggotaan. meskipun organisasi tersebut tergolong khusus karena hanya menerima anggota- anggota yang memiliki darah atau tali persaudaraan Marga Ujung.

3.5. Program Kerja

23


(55)

Dalam tubuh organisasi Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung juga memiliki program- program kerja demi mencapai tujuan dan misi dari berdirinya organisasi tersebut. Program- program kerja merupakan agenda harian dalam sistem Organisasi Marga Ujung.

Adapun program kerja Marga Ujung ini ialah :

1. Ikut serta dalam memberi masukan tentang undang – undang pertanahan serta bekerjasama dengan pemerintah daerah dan badan yang terkait seperti badan pertanahan nasional.

2. Melaksanakan acara yang berlatar-belakang tentang kebudayaan Pakpak.

3. Turut dalam mensukseskan perayaan keagamaan seperti Natal, Paskah juga dalam acara berbuka puasa bersama, Halal Bil Halal, Isra Miraj dan lain-lain.

4. Mengikuti dan memantau perkembangan pendidikan di Sidikalang, dengan memberI masukan untuk pemberian pelajaran tentang Budaya Pakpak dalam mata pelajaran muatan lokal di tingkat SD, SMP, SMA.

5. Memberikan penyuluhan serta bimbingan kepada anak – anak di bidang moral dan etika agar tercipta generasi muda yang bermoral dan beretika.

6. Mengadakan rapat dan laporan rutin setiap anggota Lembaga Adat Sulang Silima marga ujung (seksi), guna memantapkan dan mengevaluasi kinerja mereka masing- masing.

7. Mengadakan rapat dan laporan kepada pemerintah setempat guna mengevaluasi kerjasama Marga Ujung dengan pemerintah setempat.


(56)

BAB IV

PENGARUH LEMBAGA ADAT PAKPAK SULANG SILIMA MARGA UJUNG DI KECAMATAN SIDIKALANG

Dalam perjalanan organisasi budaya Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung tentu berpengaruh terhadap anggota (internal) dan masyarakat serta pemerintah daerah (eksternal).

4.1 Pengaruh Terhadap Anggota

Didalam kepengurusan organisasi tersebut, peran anggota yang loyal sangat dituntut demi berjalannya organisasi tersebut sesuai dengan peraturan yang disepakati. Dalam penerimaan atau perekrutan anggota dalam organisasi ini, tidak terlalu sulit. Orang-orang yang ingin masuk dalam organisasi ini hanya bersyaratan harus besinggungan dan memiliki tali persaudaraan dengan Marga Ujung, Seperti orang yang asli Marga Ujung dan orang yang memiliki darah Marga Ujung, baik itu istri/suaminya Marga Ujung, anaknya Marga Ujung, Pariban, Bere, dan lain-lain.

Terdapat sifat kemutlakan dalam pemilihan ketua tersebut yaitu diwajibkan ketuanya harus Marga Ujung asli. Dengan adanya Organisasi Budaya Marga Ujung ini, mereka yang masuk dalam ikatan organisasi ini memiliki solidaritas yang tinggi dan persaudaraan yang kompak.


(57)

Banyak yang mengganggap apabila seseorang telah masuk kedalam organisasi ini akan dihormati. Hal ini bisa terjadi dikarenakan Marga Ujung dari pertama bahkan sampai sekarang sangat dikenal dengan tuan tanahnya, karena mereka disinyalir sebagai orang pertama yang menghuni atau menempati daerah – daerah di Kecamatan Sidikalang. Disamping faktor internal terdapat faktor eksternal. faktor eksternal tersebut seperti setiap masyarakat pendatang yang ingin tinggal atau pun membuat acara dan pesta di wilayah hak ulayat Marga Ujung harus meminta izin kepada Lembaga Adat Marga Ujung tersebut, karena didalam struktur kepengurusan izin, baik dipemerintahan maupun di hukum adat harus ada campur tangan Marga Ujung tersebut. Jadi diwajibkan kepada setiap masyarakat yang ingin tinggal ataupun mengadakan acara-acara adat harus memberikan pemberitahuan kepada Marga Ujung terlebih dahulu, karena merekalah yang mempunyai kewenangan dalam segala kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan Adat - istiadat di daerah Kecamatan Sidikalang tanpa terkecuali marga atau suku apapun yang ingin bermukim di daerah tersebut.24

4.1.1 Sosial

Didalam anggota dan pengurus Lembaga Adat Marga Ujung, setiap anggota diwajibkan untuk membayar iuran yang telah ditetapkan perbulannya, dimana uang hasil kumpulan iuran tersebut akan dipergunakan sebagai dana khas apabila ada anggota yang mengalami kemalangan maupun anggota yang mengadakan pesta. Anggota yang mengalami kemalangan dan sedang mengadakan pesta akan dibantu

24


(58)

berupa dana. Dana tersebut merupakan hasil dari iuran tersebut. Selain hal diatas, setiap anggota mendapat tunjangan setiap tahunnya. Dimana tunjangan tersebut bisa berupa uang ataupun sembako. Tunjangan ini diberikan pada saat hari besar keagamaan, sekalian merupakan tunjangan akhir tahun buat mereka. Setiap anggota -anggota berhak mendapat sesuai dengan ketentuan – ketentuan yang berlaku di Lembaga Adat Marga Ujung. Menurut mereka kegiatan-kegiatan seperti itu perlu dilakukan untuk menambah rasa persaudaraan dan kekeluargaan diantara Marga Ujung.25

4.1.2 Budaya

Setiap anggota yang ada didalam Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung ini sangat dihormati dan dipandang oleh masyarakat yang ada di Kecamatan Sidikalang. Hal ini dikarenakan Marga Ujung yang pertama sekali ada dan tinggal di Kecamatan Sidikalang. Dalam budaya mereka, khususnya antara anggota – anggota yang ada didalamnya sangat memegang erat rasa persaudaraan dan kekeluargaan seperti apa yang telah diajarkan para pendahulu kepada mereka. Bagi mereka menjalin persaudaraan yang kuat merupakan salah satu cara mereka menghormati nenek moyang. Terkait dengan budaya khas Pakpak yang mengedepankan gotong-royong dan kerjasama. Hal ini menjadi pedoman dan motivasi tersendiri bagi Marga Ujung. Terbukti bila diantara Marga Ujung melakukan Kegiatan adat, sesama anggota selalu memberikan bantuan agar keberhasilan dalam kegiatan adat-istiadat dapat terlaksana dengan baik. Seperti contohnya bagi mereka yang mendapat musibah

25


(59)

atau kemalangan, sangat direspon penuh oleh anggota-anggota lain yang ada didalamnya dengan memberikan bantuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.

Dalam adat-istiadat kebudayaan Pakpak, banyak dijumpai acara adat bukan hanya kegiatan kemalangan (pesta njahat) ada juga pesta kegembiraan (pesta baik). Dalam acara ini Peran yang terlihat dari sesama anggota Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung adalah apabila ada dari anggota lembaga ini yang kurang memiliki persyaratan dalam melakukan kegiatan adat (tidak memiliki saudara laki – laki) anggota lain akan selalu membantu dan memberikan bentuk kepeduliannya terhadap anggota yang melakukan pesta. Dapat dikatakan anggota lain menjadi wakil resmi dalam acara pesta tersebut, karena menurut Adat-istiadat Pakpak seorang laki-laki memiliki nilai tersendiri dalam kegiatan adat maupun dalam kehidupan sehari – hari. Nyatanya anak laki-laki menjadi penerus keturunan dan berhak atas warisan.

4.1.3 Pendidikan

Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung selalu mengedepankan pendidikan, terutama yang menyangkut budaya Pakpak. Agar setiap anggota tidak melupakan budaya asli, maka anggota sering kali mendapat ceramah – ceramah tentang budaya Pakpak. Ceramah tersebut merupakan suntikan kepada anggota agar anggota tetap menjalankan Adat-istiadat Pakpak serta dapat mengajarkannya kepada keturunan ataupun anak dari setiap anggota. Hasil ceramah yang sering dilakukan membuat termotivasinya organisasi ini untuk membuat buku yang berisi tentang budaya Pakpak. Kini sudah ada buku yang dibuat Marga Ujung untuk dibagikan


(60)

kepada anggota. Buku itu ada berkat kerjasama antar anggota organisasi dan keseriusan lembaga ini untuk terus mengajarkan adat – istiadat kepada anggota maupun keturunannya. Disamping itu ada juga kegiatan yang dilakukan organisasi ini untuk terus menggali, melestarikan dan mengembangkan budaya Pakpak. Salah satu kegiatan yang dilakukan melalui festival tari – tarian Pakpak. Kegiatan ini secara khusus diperuntukkan untuk generasi muda yang terlibat dalam organisasi ini. Kegiatan seperti itu juga telah menambah motivasi Marga Ujung untuk tetap melestarikan budayanya.

4.1.4 Hukum

Perlu diketahui bahwa Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung setelah dibenahi dan dibentuk menjadi lembaga adat telah mendapat perhitungan dari pemerintah daerah di Kecamatan Sidikalang. Terbukti dalam surat keputusan Bupati Dairi telah memberikan kewenangan kepada Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung dalam setiap pengurusan surat-surat tanah di Kecamatan Sidikalang, terutama di lima daerah kekuasaan Marga Ujung. Lembaga ini juga memberikan masukan terhadap Pemerintah menyangkut aturan pertanahan dan terlibat dalam melindungi tanah anggota.

Setiap anggota yang ada didalam Lembaga Adat Marga Ujung mendapat nilai lebih dan kemudahan dalam pengurusan tanah karena begitu kokoh dan kuatnya tali persaudaraan dari Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung. Ada juga permasalahan mengenai pertanahan diantara Anggota Lembaga Adat yaitu masalah


(61)

batas-batas tanah, ini disebabkan karena pada masa kolonial Belanda mencoba memecah belah melalui politiknya Devide et Impera dan membawa beberapa benda pusaka Pakpak termasuk buku Laklak yang menyangkut seluruh budaya Pakpak begitu juga dengan tanda batas tanah per Suak. Walaupun demikian tidak membuat Marga Ujung menjadi cerai dan goyah tetapi mereka tetap bersatu dan tetap menjalin rasa persatuan dalam menghadapi permasalahan tanah.26

Anggota – anggota Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung yang mengurus masalah tanah, dipermudah dan cepat sistem kepengurusannya. Surat – surat yang berkaitan dengan tanah lebih diutamakan karena menyangkut isu nasional. Marga Ujung mengedepankan kekeluargaan dan persaudaraan sehingga mereka saling membantu. Inilah yang membuat kelebihan di keanggotaan dalam struktur organisasi Marga Ujung, sehingga proses dalam pengurasan tanah lebih cepat.

4.2 Pengaruh Terhadap Masyarakat

Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung juga berpengaruh terhadap masyarakat. Masyarakat yang tinggal di Kecamatan Sidikalang, secara tidak langsung mendapat pengaruh yang signifikan baik dalam kehidupan sehari – hari maupun di berbagai aspek seperti sosial, pendidikan dan budaya.

4.2.1 Sosial (sistem kekerabatan)

Kekerabatan adalah sesuatu yang menyangkut hubungan hukum antara satu dengan yang lain dalam pergaulan hidup. Suku pakpak mengenal prinsip patrilineal,

26


(62)

dimana anak laki-laki yang berhak atas warisan dan penerus marganya. Marga memegang peranan penting dalam menentukan hubungan kekerabatan terhadap satu marga maupun yang bukan satu marga. Artinya dengan marga inilah seseorang dapat memastikan bagaimana pertalian kekerabatan atau sistem panggilan dengan orang lain.

Marga Ujung di Kecamatan Sidikalang juga menjalin hubungan yang baik dengan suku lain yang bermukim di Kecamatan Sidikalang. Marga Ujung mengikuti proses silsilah marganya dan mengetahui hubungan kekerabatan di luar marganya. Keterbukaan Marga Ujung kepada Masyarakat pendatang menambah rasa persaudaraan diantara masyarakat. Selain itu Marga Ujung juga memberikan rasa empati dan simpati kepada masyarakat yang melakukan acara adat yang ada di Kecamatan Sidikalang. Marga Ujung dihormati karena pemilik hak ulayat dan juga kerena memiliki rasa solidaritas yang tinggi terhadap sesama maupun kepada orang lain. Sehingga dalam kegiatan pesta adat yang dilakukan oleh suku lain, Marga Ujung selalu mendapatkan jatah adat (jambar)27. Tujuan diberikannya jatah adat (jambar) adalah untuk menghormati Marga Ujung selaku tuan tanah dan pemilik hak ulayat serta apresiasi kepada Marga Ujung yang selalu menciptakan kekeluargaan dan persaudaraan.28

27

Jambar adalah hak atau bagian yang ditentukan bagi seseorang atau sekelompok orang, sesuai dengan aturan peraturan dalam adat itu sendiri, biasanya jambar tersebut merupakan daging hewan yang sudah disembelih dimana bagian jambar yang paling berharga berada di bagian lengan atau paha hewan tersebut dan akan diterima oleh pemangku adat yang dianggap paling dihormati.

28


(63)

4.2.2 Pendidikan

Pendidikan berperan penting dalam kehidupan setiap manusia, karena dari pendidikanlah diperoleh pengetahuan untuk mencapai kehidupan yang lebih. Pendidikan merupakan alat untuk memerangi kemiskinan dan kebodohan untuk mencapai kemajuan menuju kemakmuran dan melalui pendidikan dapat terlaksana modernisasi dalam segala bidang, seperti sesuai dengan pembangunan dalam bidang materi dan non materi. Salah satu jalan untuk meningkatkan martabat manusia ialah dengan memberikan dan menggunakan pendidikan sebagai faktor yang menunjang kemajuan lebih lanjut.

Pendidikan merupakan suatu pembelajaran pengetahuan dan kebiasaan sekelompok orang yang di transfer dari satu generasi ke generasi berikutnya, melalui pengajaran, pelatihan atau penelitian untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan umumnya dibagi menjadi beberapa tahapan seperti pra sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas dan kemudian perguruan tinggi. Adapun tujuan pendidikan tidak lain hanya untuk mencerdaskan bangsa dan bebas dari penindasan.

Melalui pendidikan terbukalah untuk meningkatkan status sosial menjadi lebih tinggi. Tujuan Pendidikan adalah mencari jalan bagaimana manusia sebaiknya menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah – ubah dan penyesuaian diri itu dengan sendirinya mengadakan perubahan terhadap lingkungannya. Perkembangan di dunia Pendidikan ikut berubah seiring dengan perkembangan jaman dimana pola


(1)

Surat Keputusan Bupati Dairi atas kewenangan Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung di bidang pertanahan


(2)

Surat pernyataan kepemilikan tanah


(3)

(4)

Foto: Bupati Dairi bersama ketua lembaga adat serta tokoh – tokoh Sulang Silima Marga Ujung dalam acara Pesta Budaya Njuah – juah.


(5)

Foto : Kata sambutan salah seorang perwakilan Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung dalam Pesta Budaya Njuah – juah.


(6)

Foto: Pembukaan Pesta Budaya Njuah – juah oleh Bupati Dairi beserta Tokoh adat Sulang silima marga ujung.