LAPORAN PENELITIAN ALGA DAN SPESIES ZOOL
LAPORAN PENELITIAN KANEKARAGAMAN SPESIES BOTANI
CRYPTOGAMAE DAN ZOOLOGI INVETEBRATA
DI PANTAI BINUANGEUN BANTEN
Laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Zoologi
Invetebrata dan Botani Cryptogamae yang diampu oleh:
1. Drs. H. Uus Toharudin, M.Pd.,
2. Ida Yayu Nurul Hizqiyah, S.Pd, M.Si.,
3. Drs. Otang Hidayat, M.Pd.,
4. Gurnita S.Si.,
Kelompok 3 A
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Fajri Alfi Syahrin
Miniarti Yulistiani
Khintan Kamila
R. Efrila Mutiadha
Adiesti Hereza D
Dinna Nurhikmah
155040001
155040006
155040016
155040023
155040047
155040050
Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Pasundan
Bandung
2016
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Laporan “Penelitian Alga dan Species Zoologi Invetebrata” yang
merupakan tugas mata kuliah Zoologi Invetebrata dan Botani Cryptogamae, yang
dilaksanakan pada tanggal 16 sampai dengan 18 Desember di Pantai Binuangeun
Banten.
Selama kegiatan berlangsung, kami dapat melakukan kegiatan
dengan metode pengamatan dan identifikasi species yang ditemukan di pantai
Binuangeun Banten.
Kemampuan dan pengetahuan kami yang masih terbatas, menyebabkan
banyak kesulitan yang dihadapi. Walaupun demikian, Alhamdulillah dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Kami sadar bahwa penelitian yang dikerjakan,
tidak luput dari kekurangan. Dengan demikian, kami sangat mengharapkan saran
an keritik yang membangun demi perbaikan dimasa mendatang.
Pada kesempatan ini, dengan segala hormat dan kerendahan hati
kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Yth. Drs. H. Uus Toharudin, M.Pd., selaku Dosen Pengampu Mata kuliah
Zoologi Invetebrata
2. Yth. Ida Yayu Nurul Hizqiyah., S.Pd, M.Si., selaku Asisten Dosen Mata
Kuliah Zoologi Invetebrata
3. Yth. Rifky Survani, M.Pd., selaku Pembimbing Penelitian Zoologi Invetebrata
4. Yth. Drs. Otang Hidayat, M.Pd., selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Botani
Cryptogamae
5. Yth. Gurnita, M.Pd., selaku Pembimbing Penelitian Botani Cryptogamae
6. Asisten Praktikum Zoologi Invetebrata dan Botany Cryptogamae
Bandung, Desember 2016
Penulis
Daftar Isi
Daftar Isi...................................................................................................................i
Daftar Gambar........................................................................................................iii
Daftar Tabel............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1. 1
Latar Belakang..........................................................................................1
1. 2
Rumusan Masalah.....................................................................................1
1. 3
Tujuan dan Maksud Penelitian..................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................3
2. 1
Dasar Teori Zoologi Invetebrata................................................................3
2.1.1
Molusca..............................................................................................3
2.1.2
Athropoda...........................................................................................4
2.1.3
Echinodermata...................................................................................5
2. 2
Dasar Teori Botani Cryptogamae..............................................................6
2.2.1
Alga....................................................................................................6
2.2.2
Jamur..................................................................................................7
2.2.3
Lumut.................................................................................................8
2.2.4
Paku....................................................................................................9
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................12
3. 1
Waktu Penelitian......................................................................................12
3. 2
Lokasi Penelitian.....................................................................................12
3. 3
Cara Pengawetan Botani Cryptogamae...................................................12
3.3.1
Pengawetan Kering..........................................................................13
1
3.3.2
3.4
Pengawetan Basah............................................................................13
Cara Pengawetan Zoologi Invetebrata....................................................13
3.4.1
Pengawetan Kering..........................................................................13
3.4.2
Pengawetan Basah............................................................................14
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................15
4.3
Hasil pengamatan....................................................................................15
4.4
pembahasan hasil pengamatan tersebut...................................................27
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................36
5.3
Kesimpulan..............................................................................................36
5.4
Saran........................................................................................................36
2
Daftar Gambar
Gambar Pengamatan Spesies Alga......................................................................................
15
Gambar Pengamatan Spesies Jamur....................................................................................
17
Gambar Pengamatan Spesies Lumut...................................................................................
17
Gambar Pengamatan Spesies Paku......................................................................................
18
Gambar Pengamatan Spesies Athropoda.............................................................................
19
Gambar Pengamatan Spesies Echinodermata......................................................................
21
Gambar Pengamatan Spesies Molusca................................................................................
23
Gambar Pengamatan Spesies Porifera.................................................................................
24
Gambar Pengamatan Spesies Coelenterata..........................................................................
25
3
Daftar Tabel
Tabel Hasil Pengamatan Botani Cryptogamae....................................................................
27
Tabel Hasil Pengamatan Zoologi Invetebrata......................................................................
29
4
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Ilmu yang mempelajari tentang hewan dan tumbuhan atau Zoologi dan
Botani merupakan bagian dari Biologi . Biologi merupakan bagian dari Ilmu
Pengetahuan Alam, maka untuk pengembangan Zoologi dan Botani perlu
menggunakan cara pemecahan ilmiah. Langkah-langkah metode ilmiah
mengobservasi, mempersoalkan, membuat hipotesis, melakukan eksperimen, dan
menyusun teori.
Zoologi invertebrata merupakan salah satu cabang ilmu Biologi yang
kajiannya mencakup hewan tidak bertulang belakang. Habitat hewan invertebrata
ini teradapat pada perairan tawar, laut dan daratan. Namun lebih dominan pada
perairan aquatic terutama pada daerah lautan. Lautan merupakan rumah bagi
kebanyakan filum hewan tersebut salah satunya Molusca, Athropoda dan
Echinodermata.
Botani Cryptogamae merupakan Ilmu yang mempelajari tentang tumbuhtumbuhan tingkat rendah yang berkembang biak dengan tidak memakai biji.
misalnya : Lumut, Ganggang, Jamur dan Paku-pakuan. Namun pada daerah
pantai dan lautan merupakan kebanyakan rumah bagi paku-pakuan dan
kebanyakan alga.
Untuk dapat mengetahui dan memahami lebih lajut tentang spesies apa
saja yang termasuk kedalam Zoologi Invetebrata dan Botani Cryptogamae, maka
diadakanlah kuliah lapangan di Pantai Binuangeun Banten yang memiliki banyak
spesies baik dari Zoologi Invetebrata maupun dari Botani Cryptogamae, sehingga
mahasiswa dapat meneliti dan mengidentifikasi spesies tersebut berdasarkan teori
yang sudah diperoleh pada saat kuliah.
I.2 Rumusan Masalah
1. Hewan apa saja yang ditemukan di Pantai Binuangeun Banten yang
merupakan termasuk kedalam Zoologi invetebrata ?
2. Jenis tumbuhan apa saja yang terdapat di Pantai Binuangeun Banten,
yang termasuk kedalam Botani cryptogamae ?
I.3 Tujuan dan Maksud Penelitian
1. Untuk mengetahui spesies-spesies Zoologi Invetebrata dan Botani
Cryptogamae yang terdapat di lokasi praktikum lapangan
1
2. Untuk mengetahui morfologi spesies yang ditemukan di pantai
Binuangeun Banten
3. Agar dapat membedakan spesies menurut klasifikasinya
4. Untuk mendapatkan bukti fisik langsung (foto dan koleksi spesimen)
dan tak langsung yang dapat dijadikan tanda keberadaan spesies yang
ditemukan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
Dasar Teori Zoologi Invetebrata
Adapun dasar teori yang kami gunakan sebagai referensi adalah sebagai
berikut:
2.2.1
Molusca
Mollusca (dalam bahasa latin, molluscus = lunak) merupakan hewan
yang bertubuh lunak. Tubuhnya lunak dilindungi oleh cangkang, meskipun ada
juga yang tidak bercangkang. Hewan ini tergolong triploblastik selomata. Ukuran
dan bentuk mollusca sangat bervariasi. Misalnya siput yang panjangnya hanya
beberapa milimeter dengan bentuk bulat telur. Namun ada yang dengan bentuk
torpedo bersayap yang panjangnya lebih dari 18 m seperti cum-cumi raksasa.
Mollusca hidup secara heterotrof dengan memakan ganggang, udang, ikan
ataupun sisa-sisa organisme. Habitatnya di air tawar, di laut dan didarat. Beberapa
juga ada yang hidup sebagai parasit (Maskoeri, 1992: 89).
Mollusca merupakan filum terbesar dari kingdom animalia. Mollusca
dibedakan menurut tipe kaki, posisi kaki, dan tipe cangkang, yaitu Gastropoda,
Pelecypoda, dan Cephalopoda. Yang pertama yaitu, Gastropoda (dalam bahasa
latin, gaster =perut, podos=kaki) adalah kelompok hewan yang menggunakan
perut sebagai alat gerak atau kakinya. Misalnya, siput air (Lymnaea sp.), remis
(Corbicula javanica), dan bekicot (Achatia fulica). Hewan ini memiliki ciri khas
berkaki lebar dan pipih pada bagian ventrel tubuhnya. Gastropoda bergerak
lambat menggunakan kakinya. Gastropoda darat terdiri dari sepasang tentakel
panjang dan sepasang tentakel pendek. Pada ujung tentakel panjang terdapat mata
yang berfungsi untuk mengetahui gelap dan terang. Sedangkan pada tentakel
pendek berfungsi sebagai alat peraba dan pembau. Gastropoda akuatik bernapas
dengan insang, sedangkan Gastropoda darat bernapas menggunakan rongga
mantel (Mukayat, 1989: 111).
Coelenterata Filum Mollusca merupakan salah satu anggota hewan
invetebrata. Anggota filum ini antara lain remis, tiram, cumi-cumi, octopus, dan
siput. Berdasarkan kelimpahan spesiesnya Mollusca memiliki kelimpahan spesies
terbesar di samping arthropoda. Ciri umum yang dimiliki Mollusca adalah,
tubuhnya bersimetris bilateral, tidak bersegmen, kecuali Monoplacopora,
memiliki kepala yang jelas dengan organ reseptor kepala yang bersifat khusus.
Pada permukaan ventral dinding tubuh terdapat kaki berotot yang secara umum
digunakan untuk begerak, dinding tubuh sebelah dorsal meluas menjadisatu
3
pasang atau sepasang lipatan yaitu mantel atau pallium. Fungsi mantel adalah
mensekresikan cangkang dan melingkupi rongga mantel yang di dalamnya berisi
insang. Lubang anus dan eksketori umumnya membuka ke dalam rongga mantel.
Saluran pencernaan berkembang baik. Sebuah rongga bukal yang umumnya
mengandung radula berbentuk seperti proboscis. Esophagus merupakan
perkembangan dari stomodeum yang umumnya merupakan daerah khusus untuk
menyimpan makanan dan fragmentasi. Pada daerah pertengahan saluran
pencernaan terdapat ventrikulus (lambung) dan sepasang kelenjar pencernaan
yaitu hati. Sedangkan daerah posterior saluran pencernaan terdiri atas usus
panjang yang terakhir dengan anus. Memiliki sistem peredaran darah dan jantung.
Jantung dibedakan atas aurikel dan ventrikel. Meskipun memiliki pembuluh darah
namun darah biasanya mengalami srkulasi ruang terbuka (Rusyana, 2011: 86).
2.2.2
Athropoda
Kata Arthropoda dari bahasa Yunani yaitu Arthros berarti sendi (ruas) dan
Podos berarti kaki. Jadi arthropoda adalah hewan yang mempunyai kaki bersendisendi (beruas-ruas). Hewan ini banyak ditemukan di darat, air tawar, dan laut,
serta didalam tanah. Hewan ini juga merupakan hewan yang paling banyak jenis
atau macam spesiesnya, lebih kurang 75% dari jumlah keseluruhan spesies hewan
di dunia yang telah diketahui (Setiati, 2012:87).
Segmen terdapat juga ditubuhnya. Tubuh Arthropoda merupakan simetri
bilateral dan tergolong triplobastik selomata. Ukuran dan bentuk tubuh sangat
beragam, beberapa diantaranya memiliki panjang lebih dari 60 cm, namun
kebanyakan berukuran kecil. Begitu pula dengan bentuk Arthropoda pun beragam.
Tubuh Arthropoda bersegmen dengan jumlah segmen yang bervariasi. Pada tiap
segmen tubuh tersebut terdapat sepasang kaki yang beruas. Segmen bergabung
membentuk bagian tubuh, yaitu kaput (kepala), toraks (dada), dan abdomen
(perut). Atrhropoda ditemukan adanya kutikula keras yang membentuk rangka
luar (eksoskeleton). Eksoskeleton tersusun dari kitin yang disekresikan oleh sel
kulit. eksoskeleton melekat pada kulit membentuk perlindungan tubuh yang kuat.
Eksoskeleton terdiri dari lempengan yang dihubungkan oleh ligamen yang
fleksibel dan lunak. Eksoskeleton tidak dapat membesar mengikti pertumbuhan
tubuh. Oleh karena itu, tahap pertumbuhan. Arthropoda selalu di ikuti dengan
pengelupasan eksoskeleton lama dan pembentukan eksoskeleton baru. Tahap
pelepasan eksoskeleton disebut dengan molting atau ekdisis. Hewan yang
biasanya melakukan ekdisis misalnya kepiting, udang, dan laba-laba (Erwin,
2010:122-123).
Filum Arthropoda saat ini yang paling spesies- beragam filum dalam
kerajaan hewan, terdiri dari lebih tiga–perempat dari semua spesies yang dikenal.
4
Approximatelly 1.100.000 spesies Arthropoda telah direkam, dan kemungkinan
bahwa lebih banyak tetap harus diklasifikasikan. Pada kenyataannya, berdasarkan
survei fauna serangga di kanopi hutan hujan, banyak perkiraan spesies belum
terdekskripsikan jauh lebih tinggi. Arthropoda termasuk laba-laba, kalajengking,
kutu, tungau, krustasea, kaki seribu, lipan, serangga, dan lainnya kurang baik–
kelompok terkenal. Selain itu, ada catatan fosil yang kaya meluas ke masa
prakambium sangat terlambat. Arthropoda adalah prostomes eskolomate dengan
baik sitem organ di kembangkan, dan mereka berbagi dengan Annelida miliki
segmentasi mencolok. Namun, analisis molekuler terbaru komparatif
menunjukkan bahwa Annelida, dan arthropoda berevolusi dari nenek moyang
yang berbeda (Roberts, 2006: 374).
2.2.3
Echinodermata
Echinodermata memiliki ciri yang khas yakni bersifat simetri radial
dengan penguat tubuh dari zat-zat kapur dengan tonjolan duri-duri. Kelompok
organisme ini semuanya hidup di laut. Pergerakan dari echinodermata termasuk
lambat, gerakannya diatur oleh tekanan hidrostatis atau system vaskuler air.
System saraf terdiri dari cincin oral dan tali-tali saraf radial. Sistem ekskresi pada
Echinodermata tidak ada sehingga fungsi ekskresi dilakukan melalui penonjolan
kulit (brank/papula). Bentuk tubuh, struktur anatomi dalam fisiologi
echinodermata sangat khas. Bentuk tubuh simetri radial 5 penjuru, meskipun
echinodermata termasuk divisi Bilateria. Sebenarnya pada waktu larva
mempunyai bentuk tubuh simetri bilateral dan hidup sebagai plankton, tetapi pada
akhir stadium larva mengalami metamorfosa menjadi simetri radial.
Echinodermata tidak mempunyai kepala; tubuh tersusun dalam sumbu oral-aboral.
Tubuh tertutup epidermis tipis yang menyelubungi rangka mesodermal. Rangka di
dalam dan terdiri atas ossicle atau pelat-pelat kapur yang dapat digerakkan atau
tidak dapat digerakkan. Bentuk dan letak osscile tiap jenis adalah khas. Rongga
tubuh luas dan dilapisi peritoneum bercilia dalam perkembangannya sebagian
rongga tubuh menjadi system pembuluh air, suatu organ yang tidak terdapat pada
avetebrata lain (Maskoeri, 1992: 117).
Echinodermata terbagi atas 5 kelas, yaitu kelas Asteroidea (bintang
laut), tubuhnya berbentuk bintang dengan 5 lengan, permukaaan tubuh pada
bagian dorsal atau aboral terdapat duri-duri. Pada sekitar duri terdapat modifikasi
duri berupa penjepit, yang berfungsi melindungi insang dermal, mencegah
serpihan-serpihan dan organisme kecil agar tidak tertimbun di permukaan tubuh,
juga untuk menangkap mangsa. Berikutnya kelas Ophiroidea (bintang ular)
memiliki bentuk tubuh bola cakram kecil dengan 5 lengan bulat panjang. Pada
lengan terdapat saluran coelom kecil, batang saraf, pembuluh darah dan cabang5
cabang system vascular. Pada lengan juga terdapat kaki ambulakral yang sering
disebut tentakel dengan alat hisap. Kelas Echinoidea, landak laut yang berbentuk
bulat , tidak berlengan, tapi memiliki duri. Vicera tersimpan dalam cangkok yang
berbentuk bola. Anus terdapat pada permukaan aboral, mulut terletak pada bagian
oral yang dikelilingi oleh 5 buah gigi yang kuat dan tajam. Kelas berikutnya
Holothuroida, mentimun laut memiliki tubuh bulat memanjang mengandung
ossicula yang mikroskopis. Bagian anterior terdapat mulut dan 10-30 tentakel
yang dapat dijulurkan dan tertarik kembali. Kaki ambulakral terletak pada daerah
ventral yang memiliki alat hisap yang berfungsi untuk bergerak (Mukayat, 1989:
71).
Sistem pembuluh air berfungsi untuk menggerakkan kaki tabung
dengan cara mengatur masuk keluarnya air air laut melalui madreporit. Kontraksi
ampula mengatur volumeair dalam kaki tabung, berarti mengatur gerak kaki
tabung. Tergantung jenisnya, kaki tabung juga berfungsi untuk merayap,
berpegang pada substrat, memegang mangsa atau membantu pertukaran gas O2
dan CO2. Alat pernapasan utama echinodermata adalah insang kulit yang
merupakan perluasan rongga tubuh keluar melalui lubang-lubang kecil di antara
ossicle kapur. Rongga tubuh berisi cairan getah bening, mengandung amebocyt
yang berkepentingan dalam peredaran darah, pernapasan dan ekskresi (Rusyana,
2011 : 100).
II.2
Dasar Teori Botani Cryptogamae
Adapun dasar teori yang kami gunakan sebagai referensi adalah sebagai
berikut:
2.2.1
Alga
Dalam dunia tumbuhan ganggang termasuk kedalam dunia tallopyta
(tumbuhan talus), karena belum mempunyai akar, batang dan daun secara jelas.
Dan ganggang ada yang bersel tunggal dan juga ada yang bersel banyak dengan
bentuk Alga (jamak Algae) juga adalah sekelompok organisme autotrof yang
tidak memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat
dianggap tidak memiliki “organ” seperti yang dimiliki tumbuhan (akar, batang,
daun,
dan
sebagainya).
serupa
benang
atau
lembaran.
Tubuh ganggang terdapat zat warna (pigmen), yaitu :
fikosianin
: warna biru
klorofil
: warna hijau
fikosantin
: warna perang/ coklat
fikoeritrin
: warna merah
karoten
: warna keemasan
xantofil
: warna kuning
6
Ganggang bersifat autotrof (dapat membuat makanannya sendiri).
Hampir semua ganggang bersifat eukaryotik. Habitat hidupnya di air tawar, laut
dan tempat-tempat yang lembab. Ganggang terbagi menjadi baeberapa kelas
yaitu:
Cyanophyta
(ganggang biru), masih prokaryotik.
Chlorophyta
(ganggang hijau)
Chrysophyta
(ganggang keemasan)
Phaeophyta
(ganggang coklat/ perang)
Rhodophyta
(ganggang merah)
Tumbuhan alga merupakan tumbuhan tahun yang hidup di air, baik air
tawar maupun air laut, setidak-tidaknya selalu menempati habitat yang lembab
atau basah. Tubuh alga menunjukkan keanekaragaman yang sangat besar, tetapi
sernua selnya selalau jelas mempunyal inti dan plastida dan dalam plastidnya
terdapat zat-zat warna derivat kiorofil yaltu kiorofil a, b atau kedua-duanya. Selain
derivat-derivat klorofil terdapat pula zat-zat warna lain yang justru kadang-kadang
lebih inenonjol dan menyebabkan ketompok-kelompok ganggang tertentu diberi
nama menurut warna tadi.
Ganggang memiliki pigmen hijau daun yang disebut klorofil sehingga
dapat melakukan fotosintesis. Selain itu juga memiliki pigmen – pigmen
tambahan lain yang dominan. Ganggang memiliki ukuran yang beraneka ragam
ada yang mikroskopis, bersel satu, berbentuk benang atau pita,
atau bersel
banyak
berbentuk
lembaran.
2.2.2
Jamur
Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk
dunia jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel
banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan,
struktur tubuh,pertumbuhan, dan reproduksinya.
Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa
membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan
semu menjadi tubuh buah. Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun
dari dinding berbentuk pipa (Pelczar and Reid, 1958). Dinding ini menyelubungi
7
membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel
eukariotik.
Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa
mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan
kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang
tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa senositik dihasilkan oleh
pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma.
Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi
menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat;
haustoria dapat menembus jaringan substrat. Semua jenis jamur bersifat
heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur tidak memangsa
dan mencernakan makanan. untuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat
organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya
dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur
bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan
senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari ingkungannya. Sebagai
makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau
saprofit. Parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada
inangnya, sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia
carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS). Parasit fakultatif
adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang sesuai, tetapi
bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok.
Saprofit merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik
yang mati. Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati
seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit mengeluarkan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul
kompleks menjadi molekul sederhana sehingga mudah diserap oleh hifa. Selain
itu, hifa dapat juga langsung menyerap bahan bahan organik dalam bentuk
sederhana yang dikeluarkan oleh inangnya. (Anonim, 2008)
Jamur benang yang berukuran kecil dan biasanya bersifat uniseluler dapat
diamati dengan mikroskop. Mikroskop merupakan alat bantu yang
memungkinkan kita dapat mengamati obyek yang berukuran sangat kecil. Hal ini
membantu memecahkan persoalan manusia tentang organisme yang berukuran
kecil. Ada dua jenis mikroskop berdasarkan pada kenampakan obyek yang
diamati, yaitu mikroskop dua dimensi (mikroskop cahaya) dan mikroskop tiga
dimensi (mikroskop stereo). Sedangkan berdasarkan sumber cahayanya,
mikroskop dibedakan menjadi mikroskop cahaya dan mikroskop elektron.
8
2.2.3
Lumut
Bryophyta (tumbuhan lumut) merupakan tumbuhan yang tingkat
perkembangannya lebih tinggi dari pada Thallophyta. Pada umumnya mempunyai
warna yang benar-benar hijau, karena mempunyai sel-sel dengan plastida yang
mengandung klorofil a dan b. kebanyakan hidup di darat dan sel-selnya telah
mempunyai dinding yang terdiri dari selulosa. Pada Bryophyta alat-alat kelamin
yang berupa anteridium dan arkegonium, demikian pula sporangiumnya, selalu
terdiri atas banyak sel. Berlainan dengan gametangiumnya dan sporangium
Thallophyta, organ-organ itu selalu berdinding yang terdiri dari sel-sel mandul.
Pada semua tumbuhan yang tergolong dalam Bryophyta terdapat kesamaan bentuk
dan susunan gametangiumnya (baik mikrogametangium = anteridium, maupun
makrogametangium = arkegonium) (Gembong, 1994).
Lumut berperan penting dalam ekonomi alam. Bersama Lichenes,
mereka merupakan tumbuhan pertama diantara yang lain yang tumbuh di daerah
gersang, batuan yang terbuka oleh glasier yang bergerak mundur. Mereka tumbuh
membentuk banyak bahan tumbuhan yang terurai, humus, yang dengan cepat pada
tanah yang sesuai untuk pertumbuhan sebagai tumbuhan yang lebih kompleks
pada hutan yang sudah mantap, tekstur bunga karang bantalan lumut itu menyerap
air dan salju yang mencair dalam musim hujan dan kekeringan sungai dalam
musim panas. Juga mengurangi hilangnya tanah yang memiliki air (Kimball,
2005).
Bryophyta berkembangbiak dengan spora dan telah menunjukkan
pergantian keturunan yang nyata. Gametofit berupa tumhuhan lumutnya. Sporofit
berupa sporangium atau kapsul spora yang terdapat pada gametofit itu, jadi
gametofit dan sporofit belum terpisah. Dari spora tidak terlalu menjadi tumbuhan
lumut, melainkan protonema dulu yang kemudian baru menjadi lumut (Gembong,
1994).
Lumut hati merupakan suatu kelas kecil yang biasanya terdiri atas
tumbuhan berukuran relative kecil yang dapat melakukan fotosintesis, meskipun
selalu bersifat multiseluler dan tampak dengan mata bugil. Lumut hati dapat
dibedakan dalam dua bentuk utama: yang bersifat tipis, pipih, yang merayap dan
cenderung membentuk percabangan berulang hati yang sama kasar, dan yang
bersifat milik kormus, terdiri atas sumbu pokok merayap yang panjangnya dapat
mencapai beberapa inci yang mempunyai bagian-bagian rumit mirip daun
(Nicholas, 1994).
2.2.4
Paku
Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas
mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga
bagian pokoknya yaitu akar, batang dan daun. Namun demikian, pada tumbuhan
9
paku belum dihasilkan biji. Seperti warga divisi–divisi yang telah dibicarakan
sebelumnya alat perkembang–biakan tumbuhan paku yang utama adalah spora.
Oleh sebab itu, sementara ahli taksonomi membagi dunia tumbuhan dalam dua
kelompok saja yang diberi nama Cryptogamae dan phanerogamae. Cryptogamae
(tumbuhan spora) meliputi yang sekarang kita sebut dibawah nama Schizophyta,
Thallophyta, Bryophyta, dan Pteridophyta (Gembong, 1989).
Reproduksi tumbuhan paku yaitu dengan metagenesis pergiliran
reproduksi antara vegetatif dan generatif. Terdapat klasifikasi paku berdasarkan
spora yaitu homospora pada Lycopodium, peralihan pada Equisetum dan
heterospora yaitu pada Marsilea selaginela. Jenis-jenis paku berdasarkan fungsi
yaitu trofofil: steril (mandul) yang hanya digunakan untuk proses fotosintesis,
sporofil yaitu penghasil spora dan troposporofil yaitu penghasil spora dan dapat
juga berperan dalam proses fotosintesis (Prowel, 2010).
Tumbuhan paku dapat hidup di atas tanah atau batu, menempel di kulit
pohon (epifit), di tepi sungai di tempat-tempat yang lembap (higrofit), hidup di air
(hidrofit), atau di atas sampah atau sisa tumbuhan atau hewan (saprofit). Sebagian
besar tumbuhan paku mempunyai batang yang tumbuh di dalam tanah yang
disebut rhizoma. Akar pada tumbuhan paku bersifat seperti serabut yang ujungnya
dilindungi oleh kaliptra (tudung akar). Batang pada sebagian besar paku tidak
terlihat karena berada di dalam tanah dalam bentuk rimpang. Akan tetapi ada pula
tumbuah paku yang memiliki batang di permukaan tanah yang bercabang, seperti
pada Cyathea. Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia kecuali daerah
bersalju abadi dan daerah kering (Budiyanto, 2013).
Sama dengan tumbuhan lumut, tumbuhan paku pada perkembang
biakannya menunjukkan pergiliran keturunan yaitu fase sporofit dan fase
gametofit. Gametofit tumbuhan paku memiliki beberapa perbedaan dengan
gametofit lumut yaitu gametofit pada tumbuhan paku dinamakan dengan
protalium tetapi sama-sama bersifat haploid. Protalium ini hanya berumur
beberapa minggu saja. Bentuk dari protalium ini seperti jantung warnanya hijau
dan melekat pada substratnya. Protalium ini terdapat pada anteridium yang
terdapat pada bagian paling sempit dan arkegonium yang terdapat pada lekukan
bagian yang lebar. Jadi, keduanya berada pada sisi bawah protalium di antara
rizoidnya (Budiyanto, 2013).
Sporofit pada tumbuhan paku sangat berbeda dengan sporofit pada
lumut yaitu jika terjadi pembuahan maka protalium akan segera binasa tetapi jika
tidak terjadi pembuahan maka protalium dapat bertahan hidup sampai lama.
Sporofit inilah yang akan tumbuh menjadi tumbuhan paku (Budiyanto, 2013).
Tumbuhan paku dalam dunia tumbuh-tumbuhan termasuk golongan
besar atau Divisi Pteridophyta (pteris = bulu burung; phyta = tumbuhan), yang
diterjemahkansecara bebas berarti tumbuhan yang berdaun seperti bulu burung.
Tumbuhan paku merupakan tumbuhan peralihan antara tumbuhan bertalus dengan
10
tumbuhan berkormus sebab paku mempunyai campuran sifat dan bentuk antara
lumut dengan tumbuhan tingkat tinggi.
Tumbuhan paku (Pteridophyta) dapat digolongkan sebagai tumbuhan
tingkat rendah, karena meskipun tubuhnya sudah jelas mempunyai kormus serta
mempunyai system pembuluh tetapi belum menghasilkan biji dan alat
perkembangbiakan yang lain. Alat perkembangbiakan tumbuhan paku yang utama
adalah spora. Jadi penempatan tumbuhan paku kedalam golongan tingkat rendah
atau tinggi bisa berbeda-beda tergantung sifat yang digunakan sebagai dasar. Jika
didasarkan pada macam alat perkembangbiakannya, maka sebagai tumbuhan
berspora tergolong tumbuhan tingkat rendah. Namun, jika didasarkan pada macam
ada atau tidaknya system pembuluh, tumbuhan paku dapat digolongkan sebagai
tumbuhan tingkat tinggi karena sudah mempunyai berkas pembuluh.
Meskipun tumbuhan paku mempunyai akar, batang, dan daun, tetapi
untuk yang primitif daunnya masih sangat sederhana. Tumbuhan paku belum
mempunyai lamina dan masih dinamakan microfil. Anggota dari Pteridophyta
mempunyai habitus yang heterogen, dari yang berukuran kecil sampai yang
berukuran besar.
Sebagai tumbuhan tingkat rendah Pteridophyta lebih maju dari pada
Bryophyta karena sudah mempunyai berkas pembuluh. Sporofitnya hidup bebas
dan berumur panjang. Sudah ada akar sejati dan sebagian sudah merupakan
tumbuhan heterospore. Tumbuhan paku dimasukkan dalam divisi tersendiri yaitu
Pteridophyta yang dapat dibedakan atas beberapa kelas yaitu Psilophytineae,
Lycopodineae, Equisetaneae, dan Filicineae.
11
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1
Waktu Penelitian
Penilitian dilakukan pada tanggal 16-18 Desember 2016. Penelitian ke
lapangan dilakukan pada hari sabtu tanggal 17 Desember 2016 dari pukul 08.00
WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB.
III.2
Lokasi Penelitian
Lokasi
:
Pantai
Binuangeun
Kecamatan
Wanasalam,
Kabupaten Lebak Banten 42396.
III.3
Cara Pengawetan Botani Cryptogamae
Pengawetan species dibagi menjadi 2 cara, yaitu pengawetan kering dan
basah. Adapun langkah-langkah untuk membuat awetan kering dan basah adalah
sebagai berikut :
12
3.3.1
Pengawetan Kering
Species yang ditemukan dibersihkan terlebih dahulu
Rendam oleh alkohol 70%
Press menggunakan koran dan buku tebal selama 1 minggu sambil dijemur
(agar tidak berjamur)
Letakan species yang sudah kering pada papan dan jahit batangnya dengan
benang yang berwarna bening
Beri nama dan klasifikasi species tersebut
Kemas dengan menggunakan plastik bening.
3.3.2
Pengawetan Basah
Alga yang ditemukan dibersihkan
Letakan alga di dalam toples
Masukan alkohol 70% kedalam toples.
3.4 Cara Pengawetan Zoologi Invetebrata
Pengawetan species dibagi menjadi 2 cara, yaitu pengawetan kering dan
basah. Pengawetan kering pada zoologi invetebrata biasanya dilakukan pada
serangga atau hewan darat, sedangkan pengawetan basah pada Zoologi
Invetebrata dilakukan pada species yang hidup di Air. Adapun langkah-langkah
untuk membuat awetan kering dan basah adalah sebagai berikut :
3.4.1
Pengawetan Kering
Celupkan kapas kedalam klorofom
Bius serangga dengan kapas yang sudah dicelup klorofom sampai mati
Suntik serangga pada bagian abdeomen dengan menggunakan formalin
40% atau alkohol 70%
Oleh tubuh serangga dengan menggunakan formalin 40% atau alkohol
70%
impan pada steroform dan tunjukan bagian-bagian tubuhnya.
3.4.2
Pengawetan Basah
Bius species menggunakan klorofom
Masukan species kedalam toples
Masukan alkohol 70% atau formalin 40%.
13
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1
Hasil pengamatan
Adapun tumbuhan & hewan yang kami temukan di pantai Binuangeun adalah
sebagai berikut :
4.1.1
Hasil Pengamatan Botani Cryptogamae
A. Gambar Alga
Nama Spesies
Coralina
Kingdom
Divisi
Sub Divisi
Classis
Ordo
Genus
Spesies
Valonia
Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
aghardeha
Spesies
14
Klasifikasi
: Plantae
: Thallophyta
: Algae
: Rhodophyceae
: Criptonemiales
: Corallina
: Corallina sp
: Plantae
: Clorophyta
: Clorophyceae
: Siphonocladales
: Valoniceae
: Valoniace
: Valonia ventriosa
Padina
Chaetomorfa
Turbinaria
15
Kingdom
Divisi
Sub Divisi
Classis
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Plantae
: Thallophyta
: Algae
: Phaeophyceae
: Dictyotales
: Dictyotaceae
: Padina
: Padina sp
Kingdom
Subkingdom
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
: Plantae
: Viridaeplantae
: Chlorophycophyta
: Ulvophyceae
: Cladophorales
: Cladophoraceae
: Chaetomorpha
Kingdom
Divisi
Sub Divisi
Classis
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Plantae
: Thallophyta
: Algae
: Phaeophyceae
: Fucales
: Fucaceae
: Turbinaria
: Turbinaria sp
Gracilaria
Kingdom
Divisi
Classis
Ordo
Famili
Genus
Spesies
Kingdom
Divisi
Sub Divisi
Classis
Ordo
Famili
Genus
Spesies
Sargassum
: Plantae
: Thallophyta
: Rhodophyceae
: Gigartinales
: Gigartinaceae
: Gracilaria
: Gracilaria sp
: Plantae
: Thallophyta
: Algae
: Phaeophyceae
: Fucales
: Fucaceae
: Sargassum
: Sargassum sp
B. Gambar Jamur
Nama spesies
Jamur Grigit
Devisi
Sub divisi
Classis
Sub classis
Ordo
Sub ordo
Famili
Genus
Spesies
16
Klasifikasi
: Thallophyta
: Fungi
: Eumycetes
: Basidiomycetes
: Himenomycetales
: Aphyllophrales
: Polyporaceae
: Ganoderma
: Ganoderma
applanatum
C. Gambar Lumut
Nama Spesies
Lumut daun / Muschi
Kingdom
Divisi
Classis
Ordo
Famili
Genus
Spesies
Klasifikasi
: Plantae
: Bryophyta
: Bryopsida
: Andreaeales
: Andreaeaceae
: Andreaea
: Andreaea sp
Kingdom
Divisi
Kelas
Sub Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
Klasifikasi
: Plantae
: Pteridophyta
: Filicopsida
: Polypoditae
: Polypodiales
: Pteridaceae
: Acrostichum
: Acrostichum aureum
Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species
: Plantae
: Pterydophyta
: Pteropsida
: Polypodiales
: Polypodiaceae
: Polypodium
: Polypodium glycyrriza
D. Gambar Paku
Nama Spesies
Acrasticum aureum
Polypodium sp
17
4.1.2
18
4.1.2
Hasil Pengamatan Zoologi Invetebrata
A. Gambar Athropoda
Nama spesies
P. Flavescens
Kerajaan
Filum
Kelas
Ordo
Upaordo
Famili
Genus
Spesies
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Subfamily
Genus
Species
Cethosia sp
Klasifikasi
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Odonata
: Anisoptera
: Libellulidae
: Pantala
: P. Flavescens
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Lepidoptera
: Nymphalidae
: Heliconiinae
: Cethosia
: Cethosia sp
Kerajaan
Filum
Arthropoda
Upakelas
Infrakelas
Superordo
Endopterygota
Ordo
Coleoptera
Kumbang
Chalcosoma sp
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
SubFamily
19
: Animalia
:
: Pterygota
: Neoptera
:
:
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Coleoptera
: Scarabaeidae
: Dynastinae
Genus
Species
: Chalcosoma
: Chalcosoma sp
Gryllus mitratus
Kingdom
Phylum
Kelas
Ordo
Sub Ordo
Famili
Sub Famili
Genus
Spesies
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Orthoptera
: Ensifera
: Gryllidae
: Gryllinae
: Gryllids
: Gryllus mitratus
Dolichoderus thoracicus Smith
Filum : Arthropoda
Kelas
: Hexapoda
Ordo
: Hymenoptera
Famili : Formicidae
Genus : Dolichoderus
Spesies : Dolichoderus thoracicus
Smith
Kingdom
Filum
Sub filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
nigricornis
Kingdom
Filum
Kelas
Ordo
Valanga nigricornis
Araneus sp
20
: Animalia
: Arthropoda
: Mandibulata
: Insecta
: Orthoptera
: Acrididae
: Valanga
: Valanga
: Animalia
: Arthopoda
: Arachnida
: Araneae
Scylla sp
Famili
Genus
Species
: Araneidae
: Araneus
: Araneus sp
Kingdom
Filum
Upfilum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
:
:
:
:
:
:
:
:
Filum
Kelas
Subkelas
Infraordo
Ordo
Familia
Genus
Species
: Arthropoda
: Crustacea
: Malacostraca
: Anomura
: Decapoda
: Coenobitidae
: Birgus / Coenobita
: Coenobita sp
Filum
Sub filum
Kelas
Sub kelas
Ordo
Famili
Genus
: Echinodermata
: Echinozoa
: Holothuroidea
: Apidochirotacea
: Aspidochirotida
: Holothuridae
: Holothuria
Animalia
Arthropoda
Crustacea
Malacostraca
Decapoda
Portunidae
Scylla
Scylla sp
Coenobita sp
B. Gambar Echinodermata
Holothuria sp
21
Echinus sp
ophiuroidea
22
Spesies
: Holothuria sp
Kingdom
: Animalia
Phyllum
: Echinodermata
Class
: Echinodea
Ordo
: Cidaroidea
Familly
: Diadematidae
Genus
: Echinus
Spesies
: Echinus sp
Kingdom
Phylum
Class
Genus
Spesies
brevispinum
: Animalia
: Echinodermata
: Ophiuroidea
: Ophiuroidea
: Ophiuroidea
C. Gambar Molusca
Nama spesies
Helix pomatia
Klasifikasi
Mytilus sp
Anadara granosa
23
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Mollusca
Classis
: Gastropoda
Ordo
: Pulmonata
Familia
: Helicidae
Genus
: Helix
Spesies
Kingdom
Phylum
Class
Subclass
Order
Family
Subfamily
Genus
Species
: Helix pomatia
: Animalia
: Mollusca
: Bivalvia
: Heterodonta
: Mytiloida
: Mytilidae
: Mytilinae
: Mytilus
: Mytilus sp
Kindom
: Animalia
Fillum
Kelas
Subkelas
Ordo
Famili
Subfamili
Genus
Spesies
granosa
Kerajaan
Filum
Kelas
Urutan
Keluarga
Genus
Spesies
fluminea
Corbiculla sp
: Moluska
: Bivalva
: Pteriomorphia
: Arcoida
: Arcidae
: Anadarinae
: Anadara
: Anadara
: Animalia
: Mollusca
: Bivalvia
: Veneroida
: Corbiculidae
: Corbicula
: Corbicula
D. Gambar Porifera
Nama spesies
Klasifikasi
24
Spongia sp
Kingdom
Kelas
Ordo
Family
Genus
Spesies
25
: Animalia
: Demospongia
: Asconasa
: Ascanosae
: Apongia
: Spongia sp
E. Gambar Coelenterata
Nama Spesies
Acropra sp
Kingdom
Filum
Clasiss
Ordo
Genus
Species
Leptratea sp
Klasifikasi
: Animalia
: Coelenterata
: Anthozoa
: Scelatinia
: Acropora
: Acropra sp
Kingdom : Animalia
Filum
: Cnidaria
Classis : Anthozoa
Ordo
: Scleractinia
26
Family
Genus
Species
Astrangia danae
Heliopora coerulea
: Faviidae
: Leptastrea
: Leptratea sp
Kingdom
: Animalia
Filum
: Coelenterata
Classis
: Anthozoa
Ordo
: Madreporar
Genus
: Astrangia
Species
: Astrangia danae
Kingdom : Animalia
4.2
27
Filum
Family
: Coelenterata
: Helioporidae
Ordo
: Helioporacea
Genus
: Heliopora
Spesies
: Heliopora coerulea
IV.2
Pembahasan Hasil Pengamatan
Adapun pembahasan spesies hasil pengamatan yang telah kami lakukan adalah
sebagai berikut :
4.2.2
No
Tabel Pembahasan Hasil Pengamatan Botani Criptogamae
Nama
Spesies
4.2.2.1.1.1.1
Lumut Daun /
Divisi
Bryophyta
Muchi sp
Ciri umum
- Berwarna hijau
- Mempunyai daun sederhana
Pigmen
dominan
Hijau
4.2.2.1.1.1.2
Acrasticum
Pteridophyta
spiciosum
yang basah dan
lembab
Hijau
meter
- Daun tebal dan agak kasar
- Berukuran lebih dari 3,3 meter
4.2.2.1.1.1.3
Gracillaria
Rhodophyta
tengah 2-3 cm dan bercabang-
- Hidup di
Sepanjang
kali dan
sungai payau
- Tempat /
panjangnya dan lebar9-20 inci
- Ujung daun berbentuk setengah
lingkaran
- Tepi daun bergelombang
- Bentuk talus dengan garis
Hidup
ditempat / tanah
berbentuk pipih dan
mengandung kloroplas
- Reproduksi secara generatif
- Tinggi tanaman mencapai 4-6
Habitat
tanah yang
Merah
kecoklatan
cabang
- Tinggi kurang lebih 10-20cm
- Bentuk lancip agak transparan
- Dinding thalusnya terdapat
agak lembab
- Semua
perairan
tropic
lendir
- Warna thalus putih bercampur
4.2.2.1.1.1.4
Polypodium
Pteridophyta
-
merah muda.
Bentuk ujung daun meruncing
Ukuran daunnya sama/serupa
Warna daun hijau muda
Bentuk batang bulat beralur
Permukaan batang halus,
Hijau
yang menjala
di tanah
- Hutan basah
terdapat rambut-rambut/sisik
(lembab) /
berwarna hitam/ merah
pada daerah
kecoklatan
4.2.2.1.1.1.5
Jamur / fungi
- Tidak memiliki klorofil,
heterotrof yang hidup sebagai
parasit
- Tubuh berupa benang-benang
halus yang disebut hifa
28
- Epitif di tanah
- Rimpang
Putih
tropis
- Kayu lapuk
-
4.2.2.1.1.1.6
Turbinaria
Dinding tersusun oleh zat kitin
Berwarna putih
Batang slindris, tegak dan kasar
Terdapat bekas-bekas
coklat
- Hidup di
daerah rataan
percabangan
- Holdfast berupa cakram kecil
- Percabangan berputar sekeliling
terumbu, dan
- Menempel
pada batu
cabang utama
- Daun merupakan kesatuan yang
karang
terdiri dari tangkai, dan
4.2.2.1.1.1.7
Coralline sp
Thallophyta
lembaran
- Thallus berwarna merah sampai
Merah
ungu
- Mengandung klorofil A dan
- Hidup di
perairan laut
dangkal dan
Karotenoid
- Tubuhya menyerupai kerak dan
menempel
pada terumbu
melekat diatas batu karang
- Mengandung zat kapur da
karang
bersegmen-segmen
- Jika sudah mati akan berwarna
4.2.2.1.1.1.8
Sargassum
Phaeophyta
putih
- Batang utama bulat, agak kasar,
Coklat
dan holdfast berbentuk cakram
- Cabang pertama timbul bagian
- Hidup dilaut
tropis dan
melekat pada
pangkal sekitar 1cm dari
batu karang
holdfast percabangan
yang kering
berselang-selang secara teratur
- Bentuk daun oval dan
memanjang, pinggir daun
bergerigi jarang, berombak dan
4.2.2.1.1.1.9
Padina
Phaeophyta
ujung melengkung/meruncing
- Memiliki bentuk lembaran /
Coklat
filamen yang lebar berwarna
- Hidup
diperairan laut
coklat transparan
- Berwarna coklat karena dari
dari perairan
dangkal
dalam thalusnya terdapat
sampai dalam
kandungan pigmen pikosautin
4.2.2.1.1.1.10
Chaetomorfa
Clorophyta
dan xantofil
- Memiliki klorofil A&C
- Bentuk thalus beragam
- Ada yg bulat seperti tabung,
pipih, gepeng, bulat, seperti
kantong, susunan thallus terdiri
29
Hijau
- Hidup di laut,
banyak
ditemukan di
zona pasang
satu sel dan banyak sel.
4.2.3
No
1.
surut.
Tabel Pembahasan Hasil Pengamatan Zoologi Invetebrata
Nama spesies
P. Flavescens
Ciri-ciri
Dikenal dengan wana badan yang merah
Habitat
Lingkungan air tergenang
kekuning-kunigan dan sayap bening dengan
atau yang mengalir lamban,
bercak kuning
yang ditumbuhi rerumputan,
misanya danau, kolam,
Kepala sebesar biji kedelai dadanya besar
kacang tanah dan perutnya gilig memanjang,
genangan sawah yang
sekitar 3cm, garis tengahnya3mm di pangkal,
belum ditanamai dan tepi
2mm di ujung.
sungai yang mengalir
lingkungan air tergenang atau yang mengalir
lamban.
lamban, yang ditumbuhi rerumputan, misanya
danau,kolam,genangan sawah yang belum
ditanamai dan tepi sungai yang mengalir
lamban.
2.
Yang ditemukan di
Cethosia sp
Warna tubuh dan sayap kupu-kupu berwarnawarni yang berfungsi untuk mengelabui
musuhnya
permukaan iklim yang
berbeda.
Memiliki sepasang ( dua sayap ) yang lentur
yang berfungsi untuk memudahkan kupukupu sewaktu terbang
Memiliki mulut berbentuk seperti terompet
yang berfungsi memudahkan kupu-kupu saat
menghisap madu atau membantu
penyerbukan tanaman
3.
Chalcosoma
sp
4.
Grycllus
mitratus
Memiliki telapak kaki yang halus sehingga
bunga yang dihinggapinya tidak rusak
kumbang tanduk memiliki panjang 3,5 cm
sampai dengan 11,5 cm. Sedangkan untuk
masa hidup bisa mencapai 8 bulan untuk
kumbang tanduk jantan dan 2 tahun untuk
kumbang tanduk betina.
1. Indukan:
sungutnya (antena) masih panjang dan
lengkap.
kedua kaki belakangnya masih lengkap.
bisa melompat dengan tangkas, gesit dan
kelihatan sehat.
30
-
Kumbang
tanduk
merupakan
hewan
noktural yaitu hewan
yang hidup di malam hari
sama seperti burung hantu
dan kelelawar.
Di
hutan
atau
daerah
bervegetasi.
5.
Dolichoderus
thoroucus
smith
badan dan bulu jangkrik berwarna hitam
mengkilap.
pilihlah induk yang besar.
dangan memilih jangkrik yang
mengeluarkan zat cair dari mulut dan
duburnya apabila dipegang.
2. Induk jantan:
selalu mengeluarkan suara mengerik.
permukaan sayap atau punggung kasar dan
bergelombang.
tidak mempunyai ovipositor di ekor.
Induk betina: tidak mengerik.
permukaan punggung atau sayap halus.
ada ovipositor dibawah ekor untuk
mengeluarkan telur
1. Semut memiliki ukuran tubuh yang kecil.
2. Semut memiliki tiga bagian tubuh yaitu
kepala, dada dan perut.
3. Semut memiliki mata majemuk(lensa
majemuk).
4. Semut memiliki sepasang antena di
kepalanya.
5. Semut bisa menghasilkan zat asam.
6. Semut memiliki kerangka luar guna
melindungi otot dan menempelnya otot.
7. Semut bernafas dengan lubang lubang kecil di
dada.
8. Sistem saraf semut terdiri dari satu otot
ventral.
9. Semut memiliki penglihatan yang buruk dan
bahkan kadang buta.
10. Terdapat sepasang rahang di depan
kepalanya
11. Semut memiliki 6 buah kaki,
sepasang kaki depan, sepasang
kaki tengah dan sepasang kaki
belakang.
12. Berkembang biak dengan cara
bertelur.
13. Semut hewan yang hidup secara
berkelompok/berkoroni.
14. Semut memiliki mulut yang kecil.
15. Makan makanan manis.
16. Semut memiliki tubuh yang
berwarna hitam, orange, merah,
cokelat.
31
Habitat di daratan, di pohon,
di seluruh tempat kecuali di
perairan.
6.
Valanga
nigricornus
a. Tubuh yang terdiri dari buku-buku
b. Adanya antena khusus yang berukuran
Tampaknya species ini lebih
sedang hingga pendek
c. Memiliki sayap dengan tekstur lembut yang
permukaan tanah, di
dapat digunakan untuk terbang, meski pada
dibanding dengan hinggap di
beberapa
spesies
sayap
ini
tidak
dapat
menyenangi hinggap di
rerumputan, sawah-sawa
helai daun-daun tumbuhan.
digunakan untuk terbang
d. Memiliki femur belakang yang besar dan
7.
8.
Araneus sp
Scylla sp
kaku yang digunakan untuk melompat
1. Termasuk hewan berbuku buku atau
anthropoda.
2. Laba laba memiliki delapan buah kaki.
3. Berkembang biak dengan cara bertelur.
4. Laba laba tinggal di sarangnya yang biasanya
berupa jaring jaring.
5. laba tidak memiliki sayap.
6. Memiliki ukuran tubuh yang kecil.
7. Memiliki warna yang beragam tergantung
spesiesnya apa.
8. Memiliki alat penyedot.
9. Laba laba tidak memiliki mulut dan gigi.
10. Laba laba memiliki mata berlensa
tunggal.
11. Memiliki taring untuk
menyuntikkan racun ke tubuh
mangsanya.
12. Menangkap mangsa dengan jaring
jaring.
13. Bernafas dengan lubang lubang
kecil di perut.
14. Laba laba memiliki dua bagian
tubuh.
1. memiliki cangkang luar yang melindungi
Habitat hidup laba-laba atau
Ekologi Laba-laba
mempunyai ciri tertentu.
Laba-laba mampu beradaptasi
di berbagai habitat namun
laba-laba sangat sensitif
terhadap gangguan yang
terjadi di lingkungannya
Di perairan
tubuhnya yang sangat keras
2. memiliki kaki sejumlah 5 pasang
3. memiliki capit utk melindungi diri serta
mencari makanan
9.
Coenobita sp
Mempunyai ukuran tubuh yang tidak terlalu
besar
Warna kulit abu-abu, hitam, atau putih.
kadangkala ditemukan juga yang berwarna
merah tua, merah jambu, biru, atau ungu
muda.
32
Hidup di pesisir pantai
Ciri utama jenis kelomang ini adalah
terdapatnya seta (pori) yang merata pada
hampir seluruh permukaan tubuhnya, serta
sebuah parut atau pola mirip bekas jahitan
pada sisi luar sepit kirinya yang disebut
stridulatory ridge.
10.
Holothuhuria
Tubuh teripang lunak, berdaging dan bentuknya
Teripang ditemukan hampir di
sp
silindris memanjang seperti buah ketimun,
seluruh perairan pantai mulai
itulah sebabnya hewan ini dinamakan ketimun
dari daerah pasang surut yang
laut. Gerakannya sangat lambat sehingga
dangkal sampai perairan yang
hampir seluruh hidupnya berada di dasar laut.
dalam,
Habitat
spesies
Warnanya pun bermacam – macam mulai dari
teripang
yaitu
paparan
hitam, abu – abu, kecoklat – coklatan, kemerah
terumbu
karang,
tempat
– merahan, kekuning – kuningan, sampai putih
berpasir, tempat berbatu dan
pasir lumpur teripang dapat
dijumpai pada dasar perairan
yang
berpasir,
sedikit
berlumpur atau pada pecahan
11.
12.
karang bercampur lumpur laut
Habitat nya di laut
Echinus sp
Berbentuk bulat dan berlengan pendek.
Simetri radial
Dinding tubuh berupa kepingan kapur.
Tubuh dilengkapi dengan duri spina yang
digunakan untuk bergerak.
Hewan ini jenis tubuhnya memiliki 5
Ophiuroidea
a.
brevispinum
lengan yang panjang-panjang.
dalam, bersembunyi di bawah
b.
batu-batu karang atau rumput
Kelima tangan ini juga bisa digerak-
Habitatnya di laut dangkal-
gerakkan sehingga menyerupai ular.
laut, mengubukan diri dalam
c.
lumpur atau pasir, aktif pada
Mulut dan madreporitnya terdapat di
permukaan oral.
d.
malam hari.
Hewan ini tidak mempunyai amburakal
dan anus, sehingga sisa makanan atau
kotorannya dikeluarkan dengan cara
dimuntahkan melalui mulutnya.
e.
Hewan ini hidup di laut yang dangkal
33
atau dalam.
f.
Biasanya bersembunyi di sekitar batu
karang, rumput laut, atau mengubur diri di
lumpur/pasir.
g.
Bintang ular sangat aktif di malam hari.
h.
Makanannya adalah udang, kerang atau
serpihan organisme lain (sampah).
13.
pomatica
14.
15.
Di daerah pasang surut air
Helix
Bentuk cangkangnya bulat spiral dengan ukuran
yang cukup besar. Tekstur cangkangnya agak
kasar. Bagian tubuhnya terdiri dari kepala, leher,
dan kaki. Sama halnya dengan Achatina fulica,
pada bagian kepala Helix pomatia ini juga
terdapat sepasang tentekel yang panjang dan
yang pendek namun lebih panjang dari
tentakelnya Achatina fulica. Tentakel yang
panjang berfungsi sebagai alat penglihat dan
yang pendek sepagai alat pembau. Bila
ditempatkan
di
daerah
yang
kurang
menguntungkan kepala dan tubuhnya akan
disimpannya di dalam cangkangnya.
Kerang hijau hidup pada
Mytilus sp
Anadara
Kerang hijau memiliki anatomi dengan Panjang
tubuh
CRYPTOGAMAE DAN ZOOLOGI INVETEBRATA
DI PANTAI BINUANGEUN BANTEN
Laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Zoologi
Invetebrata dan Botani Cryptogamae yang diampu oleh:
1. Drs. H. Uus Toharudin, M.Pd.,
2. Ida Yayu Nurul Hizqiyah, S.Pd, M.Si.,
3. Drs. Otang Hidayat, M.Pd.,
4. Gurnita S.Si.,
Kelompok 3 A
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Fajri Alfi Syahrin
Miniarti Yulistiani
Khintan Kamila
R. Efrila Mutiadha
Adiesti Hereza D
Dinna Nurhikmah
155040001
155040006
155040016
155040023
155040047
155040050
Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Pasundan
Bandung
2016
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Laporan “Penelitian Alga dan Species Zoologi Invetebrata” yang
merupakan tugas mata kuliah Zoologi Invetebrata dan Botani Cryptogamae, yang
dilaksanakan pada tanggal 16 sampai dengan 18 Desember di Pantai Binuangeun
Banten.
Selama kegiatan berlangsung, kami dapat melakukan kegiatan
dengan metode pengamatan dan identifikasi species yang ditemukan di pantai
Binuangeun Banten.
Kemampuan dan pengetahuan kami yang masih terbatas, menyebabkan
banyak kesulitan yang dihadapi. Walaupun demikian, Alhamdulillah dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Kami sadar bahwa penelitian yang dikerjakan,
tidak luput dari kekurangan. Dengan demikian, kami sangat mengharapkan saran
an keritik yang membangun demi perbaikan dimasa mendatang.
Pada kesempatan ini, dengan segala hormat dan kerendahan hati
kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Yth. Drs. H. Uus Toharudin, M.Pd., selaku Dosen Pengampu Mata kuliah
Zoologi Invetebrata
2. Yth. Ida Yayu Nurul Hizqiyah., S.Pd, M.Si., selaku Asisten Dosen Mata
Kuliah Zoologi Invetebrata
3. Yth. Rifky Survani, M.Pd., selaku Pembimbing Penelitian Zoologi Invetebrata
4. Yth. Drs. Otang Hidayat, M.Pd., selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Botani
Cryptogamae
5. Yth. Gurnita, M.Pd., selaku Pembimbing Penelitian Botani Cryptogamae
6. Asisten Praktikum Zoologi Invetebrata dan Botany Cryptogamae
Bandung, Desember 2016
Penulis
Daftar Isi
Daftar Isi...................................................................................................................i
Daftar Gambar........................................................................................................iii
Daftar Tabel............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1. 1
Latar Belakang..........................................................................................1
1. 2
Rumusan Masalah.....................................................................................1
1. 3
Tujuan dan Maksud Penelitian..................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................3
2. 1
Dasar Teori Zoologi Invetebrata................................................................3
2.1.1
Molusca..............................................................................................3
2.1.2
Athropoda...........................................................................................4
2.1.3
Echinodermata...................................................................................5
2. 2
Dasar Teori Botani Cryptogamae..............................................................6
2.2.1
Alga....................................................................................................6
2.2.2
Jamur..................................................................................................7
2.2.3
Lumut.................................................................................................8
2.2.4
Paku....................................................................................................9
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................12
3. 1
Waktu Penelitian......................................................................................12
3. 2
Lokasi Penelitian.....................................................................................12
3. 3
Cara Pengawetan Botani Cryptogamae...................................................12
3.3.1
Pengawetan Kering..........................................................................13
1
3.3.2
3.4
Pengawetan Basah............................................................................13
Cara Pengawetan Zoologi Invetebrata....................................................13
3.4.1
Pengawetan Kering..........................................................................13
3.4.2
Pengawetan Basah............................................................................14
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................15
4.3
Hasil pengamatan....................................................................................15
4.4
pembahasan hasil pengamatan tersebut...................................................27
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................36
5.3
Kesimpulan..............................................................................................36
5.4
Saran........................................................................................................36
2
Daftar Gambar
Gambar Pengamatan Spesies Alga......................................................................................
15
Gambar Pengamatan Spesies Jamur....................................................................................
17
Gambar Pengamatan Spesies Lumut...................................................................................
17
Gambar Pengamatan Spesies Paku......................................................................................
18
Gambar Pengamatan Spesies Athropoda.............................................................................
19
Gambar Pengamatan Spesies Echinodermata......................................................................
21
Gambar Pengamatan Spesies Molusca................................................................................
23
Gambar Pengamatan Spesies Porifera.................................................................................
24
Gambar Pengamatan Spesies Coelenterata..........................................................................
25
3
Daftar Tabel
Tabel Hasil Pengamatan Botani Cryptogamae....................................................................
27
Tabel Hasil Pengamatan Zoologi Invetebrata......................................................................
29
4
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Ilmu yang mempelajari tentang hewan dan tumbuhan atau Zoologi dan
Botani merupakan bagian dari Biologi . Biologi merupakan bagian dari Ilmu
Pengetahuan Alam, maka untuk pengembangan Zoologi dan Botani perlu
menggunakan cara pemecahan ilmiah. Langkah-langkah metode ilmiah
mengobservasi, mempersoalkan, membuat hipotesis, melakukan eksperimen, dan
menyusun teori.
Zoologi invertebrata merupakan salah satu cabang ilmu Biologi yang
kajiannya mencakup hewan tidak bertulang belakang. Habitat hewan invertebrata
ini teradapat pada perairan tawar, laut dan daratan. Namun lebih dominan pada
perairan aquatic terutama pada daerah lautan. Lautan merupakan rumah bagi
kebanyakan filum hewan tersebut salah satunya Molusca, Athropoda dan
Echinodermata.
Botani Cryptogamae merupakan Ilmu yang mempelajari tentang tumbuhtumbuhan tingkat rendah yang berkembang biak dengan tidak memakai biji.
misalnya : Lumut, Ganggang, Jamur dan Paku-pakuan. Namun pada daerah
pantai dan lautan merupakan kebanyakan rumah bagi paku-pakuan dan
kebanyakan alga.
Untuk dapat mengetahui dan memahami lebih lajut tentang spesies apa
saja yang termasuk kedalam Zoologi Invetebrata dan Botani Cryptogamae, maka
diadakanlah kuliah lapangan di Pantai Binuangeun Banten yang memiliki banyak
spesies baik dari Zoologi Invetebrata maupun dari Botani Cryptogamae, sehingga
mahasiswa dapat meneliti dan mengidentifikasi spesies tersebut berdasarkan teori
yang sudah diperoleh pada saat kuliah.
I.2 Rumusan Masalah
1. Hewan apa saja yang ditemukan di Pantai Binuangeun Banten yang
merupakan termasuk kedalam Zoologi invetebrata ?
2. Jenis tumbuhan apa saja yang terdapat di Pantai Binuangeun Banten,
yang termasuk kedalam Botani cryptogamae ?
I.3 Tujuan dan Maksud Penelitian
1. Untuk mengetahui spesies-spesies Zoologi Invetebrata dan Botani
Cryptogamae yang terdapat di lokasi praktikum lapangan
1
2. Untuk mengetahui morfologi spesies yang ditemukan di pantai
Binuangeun Banten
3. Agar dapat membedakan spesies menurut klasifikasinya
4. Untuk mendapatkan bukti fisik langsung (foto dan koleksi spesimen)
dan tak langsung yang dapat dijadikan tanda keberadaan spesies yang
ditemukan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
Dasar Teori Zoologi Invetebrata
Adapun dasar teori yang kami gunakan sebagai referensi adalah sebagai
berikut:
2.2.1
Molusca
Mollusca (dalam bahasa latin, molluscus = lunak) merupakan hewan
yang bertubuh lunak. Tubuhnya lunak dilindungi oleh cangkang, meskipun ada
juga yang tidak bercangkang. Hewan ini tergolong triploblastik selomata. Ukuran
dan bentuk mollusca sangat bervariasi. Misalnya siput yang panjangnya hanya
beberapa milimeter dengan bentuk bulat telur. Namun ada yang dengan bentuk
torpedo bersayap yang panjangnya lebih dari 18 m seperti cum-cumi raksasa.
Mollusca hidup secara heterotrof dengan memakan ganggang, udang, ikan
ataupun sisa-sisa organisme. Habitatnya di air tawar, di laut dan didarat. Beberapa
juga ada yang hidup sebagai parasit (Maskoeri, 1992: 89).
Mollusca merupakan filum terbesar dari kingdom animalia. Mollusca
dibedakan menurut tipe kaki, posisi kaki, dan tipe cangkang, yaitu Gastropoda,
Pelecypoda, dan Cephalopoda. Yang pertama yaitu, Gastropoda (dalam bahasa
latin, gaster =perut, podos=kaki) adalah kelompok hewan yang menggunakan
perut sebagai alat gerak atau kakinya. Misalnya, siput air (Lymnaea sp.), remis
(Corbicula javanica), dan bekicot (Achatia fulica). Hewan ini memiliki ciri khas
berkaki lebar dan pipih pada bagian ventrel tubuhnya. Gastropoda bergerak
lambat menggunakan kakinya. Gastropoda darat terdiri dari sepasang tentakel
panjang dan sepasang tentakel pendek. Pada ujung tentakel panjang terdapat mata
yang berfungsi untuk mengetahui gelap dan terang. Sedangkan pada tentakel
pendek berfungsi sebagai alat peraba dan pembau. Gastropoda akuatik bernapas
dengan insang, sedangkan Gastropoda darat bernapas menggunakan rongga
mantel (Mukayat, 1989: 111).
Coelenterata Filum Mollusca merupakan salah satu anggota hewan
invetebrata. Anggota filum ini antara lain remis, tiram, cumi-cumi, octopus, dan
siput. Berdasarkan kelimpahan spesiesnya Mollusca memiliki kelimpahan spesies
terbesar di samping arthropoda. Ciri umum yang dimiliki Mollusca adalah,
tubuhnya bersimetris bilateral, tidak bersegmen, kecuali Monoplacopora,
memiliki kepala yang jelas dengan organ reseptor kepala yang bersifat khusus.
Pada permukaan ventral dinding tubuh terdapat kaki berotot yang secara umum
digunakan untuk begerak, dinding tubuh sebelah dorsal meluas menjadisatu
3
pasang atau sepasang lipatan yaitu mantel atau pallium. Fungsi mantel adalah
mensekresikan cangkang dan melingkupi rongga mantel yang di dalamnya berisi
insang. Lubang anus dan eksketori umumnya membuka ke dalam rongga mantel.
Saluran pencernaan berkembang baik. Sebuah rongga bukal yang umumnya
mengandung radula berbentuk seperti proboscis. Esophagus merupakan
perkembangan dari stomodeum yang umumnya merupakan daerah khusus untuk
menyimpan makanan dan fragmentasi. Pada daerah pertengahan saluran
pencernaan terdapat ventrikulus (lambung) dan sepasang kelenjar pencernaan
yaitu hati. Sedangkan daerah posterior saluran pencernaan terdiri atas usus
panjang yang terakhir dengan anus. Memiliki sistem peredaran darah dan jantung.
Jantung dibedakan atas aurikel dan ventrikel. Meskipun memiliki pembuluh darah
namun darah biasanya mengalami srkulasi ruang terbuka (Rusyana, 2011: 86).
2.2.2
Athropoda
Kata Arthropoda dari bahasa Yunani yaitu Arthros berarti sendi (ruas) dan
Podos berarti kaki. Jadi arthropoda adalah hewan yang mempunyai kaki bersendisendi (beruas-ruas). Hewan ini banyak ditemukan di darat, air tawar, dan laut,
serta didalam tanah. Hewan ini juga merupakan hewan yang paling banyak jenis
atau macam spesiesnya, lebih kurang 75% dari jumlah keseluruhan spesies hewan
di dunia yang telah diketahui (Setiati, 2012:87).
Segmen terdapat juga ditubuhnya. Tubuh Arthropoda merupakan simetri
bilateral dan tergolong triplobastik selomata. Ukuran dan bentuk tubuh sangat
beragam, beberapa diantaranya memiliki panjang lebih dari 60 cm, namun
kebanyakan berukuran kecil. Begitu pula dengan bentuk Arthropoda pun beragam.
Tubuh Arthropoda bersegmen dengan jumlah segmen yang bervariasi. Pada tiap
segmen tubuh tersebut terdapat sepasang kaki yang beruas. Segmen bergabung
membentuk bagian tubuh, yaitu kaput (kepala), toraks (dada), dan abdomen
(perut). Atrhropoda ditemukan adanya kutikula keras yang membentuk rangka
luar (eksoskeleton). Eksoskeleton tersusun dari kitin yang disekresikan oleh sel
kulit. eksoskeleton melekat pada kulit membentuk perlindungan tubuh yang kuat.
Eksoskeleton terdiri dari lempengan yang dihubungkan oleh ligamen yang
fleksibel dan lunak. Eksoskeleton tidak dapat membesar mengikti pertumbuhan
tubuh. Oleh karena itu, tahap pertumbuhan. Arthropoda selalu di ikuti dengan
pengelupasan eksoskeleton lama dan pembentukan eksoskeleton baru. Tahap
pelepasan eksoskeleton disebut dengan molting atau ekdisis. Hewan yang
biasanya melakukan ekdisis misalnya kepiting, udang, dan laba-laba (Erwin,
2010:122-123).
Filum Arthropoda saat ini yang paling spesies- beragam filum dalam
kerajaan hewan, terdiri dari lebih tiga–perempat dari semua spesies yang dikenal.
4
Approximatelly 1.100.000 spesies Arthropoda telah direkam, dan kemungkinan
bahwa lebih banyak tetap harus diklasifikasikan. Pada kenyataannya, berdasarkan
survei fauna serangga di kanopi hutan hujan, banyak perkiraan spesies belum
terdekskripsikan jauh lebih tinggi. Arthropoda termasuk laba-laba, kalajengking,
kutu, tungau, krustasea, kaki seribu, lipan, serangga, dan lainnya kurang baik–
kelompok terkenal. Selain itu, ada catatan fosil yang kaya meluas ke masa
prakambium sangat terlambat. Arthropoda adalah prostomes eskolomate dengan
baik sitem organ di kembangkan, dan mereka berbagi dengan Annelida miliki
segmentasi mencolok. Namun, analisis molekuler terbaru komparatif
menunjukkan bahwa Annelida, dan arthropoda berevolusi dari nenek moyang
yang berbeda (Roberts, 2006: 374).
2.2.3
Echinodermata
Echinodermata memiliki ciri yang khas yakni bersifat simetri radial
dengan penguat tubuh dari zat-zat kapur dengan tonjolan duri-duri. Kelompok
organisme ini semuanya hidup di laut. Pergerakan dari echinodermata termasuk
lambat, gerakannya diatur oleh tekanan hidrostatis atau system vaskuler air.
System saraf terdiri dari cincin oral dan tali-tali saraf radial. Sistem ekskresi pada
Echinodermata tidak ada sehingga fungsi ekskresi dilakukan melalui penonjolan
kulit (brank/papula). Bentuk tubuh, struktur anatomi dalam fisiologi
echinodermata sangat khas. Bentuk tubuh simetri radial 5 penjuru, meskipun
echinodermata termasuk divisi Bilateria. Sebenarnya pada waktu larva
mempunyai bentuk tubuh simetri bilateral dan hidup sebagai plankton, tetapi pada
akhir stadium larva mengalami metamorfosa menjadi simetri radial.
Echinodermata tidak mempunyai kepala; tubuh tersusun dalam sumbu oral-aboral.
Tubuh tertutup epidermis tipis yang menyelubungi rangka mesodermal. Rangka di
dalam dan terdiri atas ossicle atau pelat-pelat kapur yang dapat digerakkan atau
tidak dapat digerakkan. Bentuk dan letak osscile tiap jenis adalah khas. Rongga
tubuh luas dan dilapisi peritoneum bercilia dalam perkembangannya sebagian
rongga tubuh menjadi system pembuluh air, suatu organ yang tidak terdapat pada
avetebrata lain (Maskoeri, 1992: 117).
Echinodermata terbagi atas 5 kelas, yaitu kelas Asteroidea (bintang
laut), tubuhnya berbentuk bintang dengan 5 lengan, permukaaan tubuh pada
bagian dorsal atau aboral terdapat duri-duri. Pada sekitar duri terdapat modifikasi
duri berupa penjepit, yang berfungsi melindungi insang dermal, mencegah
serpihan-serpihan dan organisme kecil agar tidak tertimbun di permukaan tubuh,
juga untuk menangkap mangsa. Berikutnya kelas Ophiroidea (bintang ular)
memiliki bentuk tubuh bola cakram kecil dengan 5 lengan bulat panjang. Pada
lengan terdapat saluran coelom kecil, batang saraf, pembuluh darah dan cabang5
cabang system vascular. Pada lengan juga terdapat kaki ambulakral yang sering
disebut tentakel dengan alat hisap. Kelas Echinoidea, landak laut yang berbentuk
bulat , tidak berlengan, tapi memiliki duri. Vicera tersimpan dalam cangkok yang
berbentuk bola. Anus terdapat pada permukaan aboral, mulut terletak pada bagian
oral yang dikelilingi oleh 5 buah gigi yang kuat dan tajam. Kelas berikutnya
Holothuroida, mentimun laut memiliki tubuh bulat memanjang mengandung
ossicula yang mikroskopis. Bagian anterior terdapat mulut dan 10-30 tentakel
yang dapat dijulurkan dan tertarik kembali. Kaki ambulakral terletak pada daerah
ventral yang memiliki alat hisap yang berfungsi untuk bergerak (Mukayat, 1989:
71).
Sistem pembuluh air berfungsi untuk menggerakkan kaki tabung
dengan cara mengatur masuk keluarnya air air laut melalui madreporit. Kontraksi
ampula mengatur volumeair dalam kaki tabung, berarti mengatur gerak kaki
tabung. Tergantung jenisnya, kaki tabung juga berfungsi untuk merayap,
berpegang pada substrat, memegang mangsa atau membantu pertukaran gas O2
dan CO2. Alat pernapasan utama echinodermata adalah insang kulit yang
merupakan perluasan rongga tubuh keluar melalui lubang-lubang kecil di antara
ossicle kapur. Rongga tubuh berisi cairan getah bening, mengandung amebocyt
yang berkepentingan dalam peredaran darah, pernapasan dan ekskresi (Rusyana,
2011 : 100).
II.2
Dasar Teori Botani Cryptogamae
Adapun dasar teori yang kami gunakan sebagai referensi adalah sebagai
berikut:
2.2.1
Alga
Dalam dunia tumbuhan ganggang termasuk kedalam dunia tallopyta
(tumbuhan talus), karena belum mempunyai akar, batang dan daun secara jelas.
Dan ganggang ada yang bersel tunggal dan juga ada yang bersel banyak dengan
bentuk Alga (jamak Algae) juga adalah sekelompok organisme autotrof yang
tidak memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat
dianggap tidak memiliki “organ” seperti yang dimiliki tumbuhan (akar, batang,
daun,
dan
sebagainya).
serupa
benang
atau
lembaran.
Tubuh ganggang terdapat zat warna (pigmen), yaitu :
fikosianin
: warna biru
klorofil
: warna hijau
fikosantin
: warna perang/ coklat
fikoeritrin
: warna merah
karoten
: warna keemasan
xantofil
: warna kuning
6
Ganggang bersifat autotrof (dapat membuat makanannya sendiri).
Hampir semua ganggang bersifat eukaryotik. Habitat hidupnya di air tawar, laut
dan tempat-tempat yang lembab. Ganggang terbagi menjadi baeberapa kelas
yaitu:
Cyanophyta
(ganggang biru), masih prokaryotik.
Chlorophyta
(ganggang hijau)
Chrysophyta
(ganggang keemasan)
Phaeophyta
(ganggang coklat/ perang)
Rhodophyta
(ganggang merah)
Tumbuhan alga merupakan tumbuhan tahun yang hidup di air, baik air
tawar maupun air laut, setidak-tidaknya selalu menempati habitat yang lembab
atau basah. Tubuh alga menunjukkan keanekaragaman yang sangat besar, tetapi
sernua selnya selalau jelas mempunyal inti dan plastida dan dalam plastidnya
terdapat zat-zat warna derivat kiorofil yaltu kiorofil a, b atau kedua-duanya. Selain
derivat-derivat klorofil terdapat pula zat-zat warna lain yang justru kadang-kadang
lebih inenonjol dan menyebabkan ketompok-kelompok ganggang tertentu diberi
nama menurut warna tadi.
Ganggang memiliki pigmen hijau daun yang disebut klorofil sehingga
dapat melakukan fotosintesis. Selain itu juga memiliki pigmen – pigmen
tambahan lain yang dominan. Ganggang memiliki ukuran yang beraneka ragam
ada yang mikroskopis, bersel satu, berbentuk benang atau pita,
atau bersel
banyak
berbentuk
lembaran.
2.2.2
Jamur
Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk
dunia jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel
banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan,
struktur tubuh,pertumbuhan, dan reproduksinya.
Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa
membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan
semu menjadi tubuh buah. Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun
dari dinding berbentuk pipa (Pelczar and Reid, 1958). Dinding ini menyelubungi
7
membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel
eukariotik.
Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa
mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan
kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang
tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa senositik dihasilkan oleh
pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma.
Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi
menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat;
haustoria dapat menembus jaringan substrat. Semua jenis jamur bersifat
heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur tidak memangsa
dan mencernakan makanan. untuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat
organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya
dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur
bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan
senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari ingkungannya. Sebagai
makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau
saprofit. Parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada
inangnya, sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia
carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS). Parasit fakultatif
adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang sesuai, tetapi
bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok.
Saprofit merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik
yang mati. Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati
seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit mengeluarkan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul
kompleks menjadi molekul sederhana sehingga mudah diserap oleh hifa. Selain
itu, hifa dapat juga langsung menyerap bahan bahan organik dalam bentuk
sederhana yang dikeluarkan oleh inangnya. (Anonim, 2008)
Jamur benang yang berukuran kecil dan biasanya bersifat uniseluler dapat
diamati dengan mikroskop. Mikroskop merupakan alat bantu yang
memungkinkan kita dapat mengamati obyek yang berukuran sangat kecil. Hal ini
membantu memecahkan persoalan manusia tentang organisme yang berukuran
kecil. Ada dua jenis mikroskop berdasarkan pada kenampakan obyek yang
diamati, yaitu mikroskop dua dimensi (mikroskop cahaya) dan mikroskop tiga
dimensi (mikroskop stereo). Sedangkan berdasarkan sumber cahayanya,
mikroskop dibedakan menjadi mikroskop cahaya dan mikroskop elektron.
8
2.2.3
Lumut
Bryophyta (tumbuhan lumut) merupakan tumbuhan yang tingkat
perkembangannya lebih tinggi dari pada Thallophyta. Pada umumnya mempunyai
warna yang benar-benar hijau, karena mempunyai sel-sel dengan plastida yang
mengandung klorofil a dan b. kebanyakan hidup di darat dan sel-selnya telah
mempunyai dinding yang terdiri dari selulosa. Pada Bryophyta alat-alat kelamin
yang berupa anteridium dan arkegonium, demikian pula sporangiumnya, selalu
terdiri atas banyak sel. Berlainan dengan gametangiumnya dan sporangium
Thallophyta, organ-organ itu selalu berdinding yang terdiri dari sel-sel mandul.
Pada semua tumbuhan yang tergolong dalam Bryophyta terdapat kesamaan bentuk
dan susunan gametangiumnya (baik mikrogametangium = anteridium, maupun
makrogametangium = arkegonium) (Gembong, 1994).
Lumut berperan penting dalam ekonomi alam. Bersama Lichenes,
mereka merupakan tumbuhan pertama diantara yang lain yang tumbuh di daerah
gersang, batuan yang terbuka oleh glasier yang bergerak mundur. Mereka tumbuh
membentuk banyak bahan tumbuhan yang terurai, humus, yang dengan cepat pada
tanah yang sesuai untuk pertumbuhan sebagai tumbuhan yang lebih kompleks
pada hutan yang sudah mantap, tekstur bunga karang bantalan lumut itu menyerap
air dan salju yang mencair dalam musim hujan dan kekeringan sungai dalam
musim panas. Juga mengurangi hilangnya tanah yang memiliki air (Kimball,
2005).
Bryophyta berkembangbiak dengan spora dan telah menunjukkan
pergantian keturunan yang nyata. Gametofit berupa tumhuhan lumutnya. Sporofit
berupa sporangium atau kapsul spora yang terdapat pada gametofit itu, jadi
gametofit dan sporofit belum terpisah. Dari spora tidak terlalu menjadi tumbuhan
lumut, melainkan protonema dulu yang kemudian baru menjadi lumut (Gembong,
1994).
Lumut hati merupakan suatu kelas kecil yang biasanya terdiri atas
tumbuhan berukuran relative kecil yang dapat melakukan fotosintesis, meskipun
selalu bersifat multiseluler dan tampak dengan mata bugil. Lumut hati dapat
dibedakan dalam dua bentuk utama: yang bersifat tipis, pipih, yang merayap dan
cenderung membentuk percabangan berulang hati yang sama kasar, dan yang
bersifat milik kormus, terdiri atas sumbu pokok merayap yang panjangnya dapat
mencapai beberapa inci yang mempunyai bagian-bagian rumit mirip daun
(Nicholas, 1994).
2.2.4
Paku
Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas
mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga
bagian pokoknya yaitu akar, batang dan daun. Namun demikian, pada tumbuhan
9
paku belum dihasilkan biji. Seperti warga divisi–divisi yang telah dibicarakan
sebelumnya alat perkembang–biakan tumbuhan paku yang utama adalah spora.
Oleh sebab itu, sementara ahli taksonomi membagi dunia tumbuhan dalam dua
kelompok saja yang diberi nama Cryptogamae dan phanerogamae. Cryptogamae
(tumbuhan spora) meliputi yang sekarang kita sebut dibawah nama Schizophyta,
Thallophyta, Bryophyta, dan Pteridophyta (Gembong, 1989).
Reproduksi tumbuhan paku yaitu dengan metagenesis pergiliran
reproduksi antara vegetatif dan generatif. Terdapat klasifikasi paku berdasarkan
spora yaitu homospora pada Lycopodium, peralihan pada Equisetum dan
heterospora yaitu pada Marsilea selaginela. Jenis-jenis paku berdasarkan fungsi
yaitu trofofil: steril (mandul) yang hanya digunakan untuk proses fotosintesis,
sporofil yaitu penghasil spora dan troposporofil yaitu penghasil spora dan dapat
juga berperan dalam proses fotosintesis (Prowel, 2010).
Tumbuhan paku dapat hidup di atas tanah atau batu, menempel di kulit
pohon (epifit), di tepi sungai di tempat-tempat yang lembap (higrofit), hidup di air
(hidrofit), atau di atas sampah atau sisa tumbuhan atau hewan (saprofit). Sebagian
besar tumbuhan paku mempunyai batang yang tumbuh di dalam tanah yang
disebut rhizoma. Akar pada tumbuhan paku bersifat seperti serabut yang ujungnya
dilindungi oleh kaliptra (tudung akar). Batang pada sebagian besar paku tidak
terlihat karena berada di dalam tanah dalam bentuk rimpang. Akan tetapi ada pula
tumbuah paku yang memiliki batang di permukaan tanah yang bercabang, seperti
pada Cyathea. Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia kecuali daerah
bersalju abadi dan daerah kering (Budiyanto, 2013).
Sama dengan tumbuhan lumut, tumbuhan paku pada perkembang
biakannya menunjukkan pergiliran keturunan yaitu fase sporofit dan fase
gametofit. Gametofit tumbuhan paku memiliki beberapa perbedaan dengan
gametofit lumut yaitu gametofit pada tumbuhan paku dinamakan dengan
protalium tetapi sama-sama bersifat haploid. Protalium ini hanya berumur
beberapa minggu saja. Bentuk dari protalium ini seperti jantung warnanya hijau
dan melekat pada substratnya. Protalium ini terdapat pada anteridium yang
terdapat pada bagian paling sempit dan arkegonium yang terdapat pada lekukan
bagian yang lebar. Jadi, keduanya berada pada sisi bawah protalium di antara
rizoidnya (Budiyanto, 2013).
Sporofit pada tumbuhan paku sangat berbeda dengan sporofit pada
lumut yaitu jika terjadi pembuahan maka protalium akan segera binasa tetapi jika
tidak terjadi pembuahan maka protalium dapat bertahan hidup sampai lama.
Sporofit inilah yang akan tumbuh menjadi tumbuhan paku (Budiyanto, 2013).
Tumbuhan paku dalam dunia tumbuh-tumbuhan termasuk golongan
besar atau Divisi Pteridophyta (pteris = bulu burung; phyta = tumbuhan), yang
diterjemahkansecara bebas berarti tumbuhan yang berdaun seperti bulu burung.
Tumbuhan paku merupakan tumbuhan peralihan antara tumbuhan bertalus dengan
10
tumbuhan berkormus sebab paku mempunyai campuran sifat dan bentuk antara
lumut dengan tumbuhan tingkat tinggi.
Tumbuhan paku (Pteridophyta) dapat digolongkan sebagai tumbuhan
tingkat rendah, karena meskipun tubuhnya sudah jelas mempunyai kormus serta
mempunyai system pembuluh tetapi belum menghasilkan biji dan alat
perkembangbiakan yang lain. Alat perkembangbiakan tumbuhan paku yang utama
adalah spora. Jadi penempatan tumbuhan paku kedalam golongan tingkat rendah
atau tinggi bisa berbeda-beda tergantung sifat yang digunakan sebagai dasar. Jika
didasarkan pada macam alat perkembangbiakannya, maka sebagai tumbuhan
berspora tergolong tumbuhan tingkat rendah. Namun, jika didasarkan pada macam
ada atau tidaknya system pembuluh, tumbuhan paku dapat digolongkan sebagai
tumbuhan tingkat tinggi karena sudah mempunyai berkas pembuluh.
Meskipun tumbuhan paku mempunyai akar, batang, dan daun, tetapi
untuk yang primitif daunnya masih sangat sederhana. Tumbuhan paku belum
mempunyai lamina dan masih dinamakan microfil. Anggota dari Pteridophyta
mempunyai habitus yang heterogen, dari yang berukuran kecil sampai yang
berukuran besar.
Sebagai tumbuhan tingkat rendah Pteridophyta lebih maju dari pada
Bryophyta karena sudah mempunyai berkas pembuluh. Sporofitnya hidup bebas
dan berumur panjang. Sudah ada akar sejati dan sebagian sudah merupakan
tumbuhan heterospore. Tumbuhan paku dimasukkan dalam divisi tersendiri yaitu
Pteridophyta yang dapat dibedakan atas beberapa kelas yaitu Psilophytineae,
Lycopodineae, Equisetaneae, dan Filicineae.
11
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1
Waktu Penelitian
Penilitian dilakukan pada tanggal 16-18 Desember 2016. Penelitian ke
lapangan dilakukan pada hari sabtu tanggal 17 Desember 2016 dari pukul 08.00
WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB.
III.2
Lokasi Penelitian
Lokasi
:
Pantai
Binuangeun
Kecamatan
Wanasalam,
Kabupaten Lebak Banten 42396.
III.3
Cara Pengawetan Botani Cryptogamae
Pengawetan species dibagi menjadi 2 cara, yaitu pengawetan kering dan
basah. Adapun langkah-langkah untuk membuat awetan kering dan basah adalah
sebagai berikut :
12
3.3.1
Pengawetan Kering
Species yang ditemukan dibersihkan terlebih dahulu
Rendam oleh alkohol 70%
Press menggunakan koran dan buku tebal selama 1 minggu sambil dijemur
(agar tidak berjamur)
Letakan species yang sudah kering pada papan dan jahit batangnya dengan
benang yang berwarna bening
Beri nama dan klasifikasi species tersebut
Kemas dengan menggunakan plastik bening.
3.3.2
Pengawetan Basah
Alga yang ditemukan dibersihkan
Letakan alga di dalam toples
Masukan alkohol 70% kedalam toples.
3.4 Cara Pengawetan Zoologi Invetebrata
Pengawetan species dibagi menjadi 2 cara, yaitu pengawetan kering dan
basah. Pengawetan kering pada zoologi invetebrata biasanya dilakukan pada
serangga atau hewan darat, sedangkan pengawetan basah pada Zoologi
Invetebrata dilakukan pada species yang hidup di Air. Adapun langkah-langkah
untuk membuat awetan kering dan basah adalah sebagai berikut :
3.4.1
Pengawetan Kering
Celupkan kapas kedalam klorofom
Bius serangga dengan kapas yang sudah dicelup klorofom sampai mati
Suntik serangga pada bagian abdeomen dengan menggunakan formalin
40% atau alkohol 70%
Oleh tubuh serangga dengan menggunakan formalin 40% atau alkohol
70%
impan pada steroform dan tunjukan bagian-bagian tubuhnya.
3.4.2
Pengawetan Basah
Bius species menggunakan klorofom
Masukan species kedalam toples
Masukan alkohol 70% atau formalin 40%.
13
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1
Hasil pengamatan
Adapun tumbuhan & hewan yang kami temukan di pantai Binuangeun adalah
sebagai berikut :
4.1.1
Hasil Pengamatan Botani Cryptogamae
A. Gambar Alga
Nama Spesies
Coralina
Kingdom
Divisi
Sub Divisi
Classis
Ordo
Genus
Spesies
Valonia
Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
aghardeha
Spesies
14
Klasifikasi
: Plantae
: Thallophyta
: Algae
: Rhodophyceae
: Criptonemiales
: Corallina
: Corallina sp
: Plantae
: Clorophyta
: Clorophyceae
: Siphonocladales
: Valoniceae
: Valoniace
: Valonia ventriosa
Padina
Chaetomorfa
Turbinaria
15
Kingdom
Divisi
Sub Divisi
Classis
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Plantae
: Thallophyta
: Algae
: Phaeophyceae
: Dictyotales
: Dictyotaceae
: Padina
: Padina sp
Kingdom
Subkingdom
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
: Plantae
: Viridaeplantae
: Chlorophycophyta
: Ulvophyceae
: Cladophorales
: Cladophoraceae
: Chaetomorpha
Kingdom
Divisi
Sub Divisi
Classis
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Plantae
: Thallophyta
: Algae
: Phaeophyceae
: Fucales
: Fucaceae
: Turbinaria
: Turbinaria sp
Gracilaria
Kingdom
Divisi
Classis
Ordo
Famili
Genus
Spesies
Kingdom
Divisi
Sub Divisi
Classis
Ordo
Famili
Genus
Spesies
Sargassum
: Plantae
: Thallophyta
: Rhodophyceae
: Gigartinales
: Gigartinaceae
: Gracilaria
: Gracilaria sp
: Plantae
: Thallophyta
: Algae
: Phaeophyceae
: Fucales
: Fucaceae
: Sargassum
: Sargassum sp
B. Gambar Jamur
Nama spesies
Jamur Grigit
Devisi
Sub divisi
Classis
Sub classis
Ordo
Sub ordo
Famili
Genus
Spesies
16
Klasifikasi
: Thallophyta
: Fungi
: Eumycetes
: Basidiomycetes
: Himenomycetales
: Aphyllophrales
: Polyporaceae
: Ganoderma
: Ganoderma
applanatum
C. Gambar Lumut
Nama Spesies
Lumut daun / Muschi
Kingdom
Divisi
Classis
Ordo
Famili
Genus
Spesies
Klasifikasi
: Plantae
: Bryophyta
: Bryopsida
: Andreaeales
: Andreaeaceae
: Andreaea
: Andreaea sp
Kingdom
Divisi
Kelas
Sub Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
Klasifikasi
: Plantae
: Pteridophyta
: Filicopsida
: Polypoditae
: Polypodiales
: Pteridaceae
: Acrostichum
: Acrostichum aureum
Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species
: Plantae
: Pterydophyta
: Pteropsida
: Polypodiales
: Polypodiaceae
: Polypodium
: Polypodium glycyrriza
D. Gambar Paku
Nama Spesies
Acrasticum aureum
Polypodium sp
17
4.1.2
18
4.1.2
Hasil Pengamatan Zoologi Invetebrata
A. Gambar Athropoda
Nama spesies
P. Flavescens
Kerajaan
Filum
Kelas
Ordo
Upaordo
Famili
Genus
Spesies
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Subfamily
Genus
Species
Cethosia sp
Klasifikasi
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Odonata
: Anisoptera
: Libellulidae
: Pantala
: P. Flavescens
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Lepidoptera
: Nymphalidae
: Heliconiinae
: Cethosia
: Cethosia sp
Kerajaan
Filum
Arthropoda
Upakelas
Infrakelas
Superordo
Endopterygota
Ordo
Coleoptera
Kumbang
Chalcosoma sp
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
SubFamily
19
: Animalia
:
: Pterygota
: Neoptera
:
:
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Coleoptera
: Scarabaeidae
: Dynastinae
Genus
Species
: Chalcosoma
: Chalcosoma sp
Gryllus mitratus
Kingdom
Phylum
Kelas
Ordo
Sub Ordo
Famili
Sub Famili
Genus
Spesies
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Orthoptera
: Ensifera
: Gryllidae
: Gryllinae
: Gryllids
: Gryllus mitratus
Dolichoderus thoracicus Smith
Filum : Arthropoda
Kelas
: Hexapoda
Ordo
: Hymenoptera
Famili : Formicidae
Genus : Dolichoderus
Spesies : Dolichoderus thoracicus
Smith
Kingdom
Filum
Sub filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
nigricornis
Kingdom
Filum
Kelas
Ordo
Valanga nigricornis
Araneus sp
20
: Animalia
: Arthropoda
: Mandibulata
: Insecta
: Orthoptera
: Acrididae
: Valanga
: Valanga
: Animalia
: Arthopoda
: Arachnida
: Araneae
Scylla sp
Famili
Genus
Species
: Araneidae
: Araneus
: Araneus sp
Kingdom
Filum
Upfilum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
:
:
:
:
:
:
:
:
Filum
Kelas
Subkelas
Infraordo
Ordo
Familia
Genus
Species
: Arthropoda
: Crustacea
: Malacostraca
: Anomura
: Decapoda
: Coenobitidae
: Birgus / Coenobita
: Coenobita sp
Filum
Sub filum
Kelas
Sub kelas
Ordo
Famili
Genus
: Echinodermata
: Echinozoa
: Holothuroidea
: Apidochirotacea
: Aspidochirotida
: Holothuridae
: Holothuria
Animalia
Arthropoda
Crustacea
Malacostraca
Decapoda
Portunidae
Scylla
Scylla sp
Coenobita sp
B. Gambar Echinodermata
Holothuria sp
21
Echinus sp
ophiuroidea
22
Spesies
: Holothuria sp
Kingdom
: Animalia
Phyllum
: Echinodermata
Class
: Echinodea
Ordo
: Cidaroidea
Familly
: Diadematidae
Genus
: Echinus
Spesies
: Echinus sp
Kingdom
Phylum
Class
Genus
Spesies
brevispinum
: Animalia
: Echinodermata
: Ophiuroidea
: Ophiuroidea
: Ophiuroidea
C. Gambar Molusca
Nama spesies
Helix pomatia
Klasifikasi
Mytilus sp
Anadara granosa
23
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Mollusca
Classis
: Gastropoda
Ordo
: Pulmonata
Familia
: Helicidae
Genus
: Helix
Spesies
Kingdom
Phylum
Class
Subclass
Order
Family
Subfamily
Genus
Species
: Helix pomatia
: Animalia
: Mollusca
: Bivalvia
: Heterodonta
: Mytiloida
: Mytilidae
: Mytilinae
: Mytilus
: Mytilus sp
Kindom
: Animalia
Fillum
Kelas
Subkelas
Ordo
Famili
Subfamili
Genus
Spesies
granosa
Kerajaan
Filum
Kelas
Urutan
Keluarga
Genus
Spesies
fluminea
Corbiculla sp
: Moluska
: Bivalva
: Pteriomorphia
: Arcoida
: Arcidae
: Anadarinae
: Anadara
: Anadara
: Animalia
: Mollusca
: Bivalvia
: Veneroida
: Corbiculidae
: Corbicula
: Corbicula
D. Gambar Porifera
Nama spesies
Klasifikasi
24
Spongia sp
Kingdom
Kelas
Ordo
Family
Genus
Spesies
25
: Animalia
: Demospongia
: Asconasa
: Ascanosae
: Apongia
: Spongia sp
E. Gambar Coelenterata
Nama Spesies
Acropra sp
Kingdom
Filum
Clasiss
Ordo
Genus
Species
Leptratea sp
Klasifikasi
: Animalia
: Coelenterata
: Anthozoa
: Scelatinia
: Acropora
: Acropra sp
Kingdom : Animalia
Filum
: Cnidaria
Classis : Anthozoa
Ordo
: Scleractinia
26
Family
Genus
Species
Astrangia danae
Heliopora coerulea
: Faviidae
: Leptastrea
: Leptratea sp
Kingdom
: Animalia
Filum
: Coelenterata
Classis
: Anthozoa
Ordo
: Madreporar
Genus
: Astrangia
Species
: Astrangia danae
Kingdom : Animalia
4.2
27
Filum
Family
: Coelenterata
: Helioporidae
Ordo
: Helioporacea
Genus
: Heliopora
Spesies
: Heliopora coerulea
IV.2
Pembahasan Hasil Pengamatan
Adapun pembahasan spesies hasil pengamatan yang telah kami lakukan adalah
sebagai berikut :
4.2.2
No
Tabel Pembahasan Hasil Pengamatan Botani Criptogamae
Nama
Spesies
4.2.2.1.1.1.1
Lumut Daun /
Divisi
Bryophyta
Muchi sp
Ciri umum
- Berwarna hijau
- Mempunyai daun sederhana
Pigmen
dominan
Hijau
4.2.2.1.1.1.2
Acrasticum
Pteridophyta
spiciosum
yang basah dan
lembab
Hijau
meter
- Daun tebal dan agak kasar
- Berukuran lebih dari 3,3 meter
4.2.2.1.1.1.3
Gracillaria
Rhodophyta
tengah 2-3 cm dan bercabang-
- Hidup di
Sepanjang
kali dan
sungai payau
- Tempat /
panjangnya dan lebar9-20 inci
- Ujung daun berbentuk setengah
lingkaran
- Tepi daun bergelombang
- Bentuk talus dengan garis
Hidup
ditempat / tanah
berbentuk pipih dan
mengandung kloroplas
- Reproduksi secara generatif
- Tinggi tanaman mencapai 4-6
Habitat
tanah yang
Merah
kecoklatan
cabang
- Tinggi kurang lebih 10-20cm
- Bentuk lancip agak transparan
- Dinding thalusnya terdapat
agak lembab
- Semua
perairan
tropic
lendir
- Warna thalus putih bercampur
4.2.2.1.1.1.4
Polypodium
Pteridophyta
-
merah muda.
Bentuk ujung daun meruncing
Ukuran daunnya sama/serupa
Warna daun hijau muda
Bentuk batang bulat beralur
Permukaan batang halus,
Hijau
yang menjala
di tanah
- Hutan basah
terdapat rambut-rambut/sisik
(lembab) /
berwarna hitam/ merah
pada daerah
kecoklatan
4.2.2.1.1.1.5
Jamur / fungi
- Tidak memiliki klorofil,
heterotrof yang hidup sebagai
parasit
- Tubuh berupa benang-benang
halus yang disebut hifa
28
- Epitif di tanah
- Rimpang
Putih
tropis
- Kayu lapuk
-
4.2.2.1.1.1.6
Turbinaria
Dinding tersusun oleh zat kitin
Berwarna putih
Batang slindris, tegak dan kasar
Terdapat bekas-bekas
coklat
- Hidup di
daerah rataan
percabangan
- Holdfast berupa cakram kecil
- Percabangan berputar sekeliling
terumbu, dan
- Menempel
pada batu
cabang utama
- Daun merupakan kesatuan yang
karang
terdiri dari tangkai, dan
4.2.2.1.1.1.7
Coralline sp
Thallophyta
lembaran
- Thallus berwarna merah sampai
Merah
ungu
- Mengandung klorofil A dan
- Hidup di
perairan laut
dangkal dan
Karotenoid
- Tubuhya menyerupai kerak dan
menempel
pada terumbu
melekat diatas batu karang
- Mengandung zat kapur da
karang
bersegmen-segmen
- Jika sudah mati akan berwarna
4.2.2.1.1.1.8
Sargassum
Phaeophyta
putih
- Batang utama bulat, agak kasar,
Coklat
dan holdfast berbentuk cakram
- Cabang pertama timbul bagian
- Hidup dilaut
tropis dan
melekat pada
pangkal sekitar 1cm dari
batu karang
holdfast percabangan
yang kering
berselang-selang secara teratur
- Bentuk daun oval dan
memanjang, pinggir daun
bergerigi jarang, berombak dan
4.2.2.1.1.1.9
Padina
Phaeophyta
ujung melengkung/meruncing
- Memiliki bentuk lembaran /
Coklat
filamen yang lebar berwarna
- Hidup
diperairan laut
coklat transparan
- Berwarna coklat karena dari
dari perairan
dangkal
dalam thalusnya terdapat
sampai dalam
kandungan pigmen pikosautin
4.2.2.1.1.1.10
Chaetomorfa
Clorophyta
dan xantofil
- Memiliki klorofil A&C
- Bentuk thalus beragam
- Ada yg bulat seperti tabung,
pipih, gepeng, bulat, seperti
kantong, susunan thallus terdiri
29
Hijau
- Hidup di laut,
banyak
ditemukan di
zona pasang
satu sel dan banyak sel.
4.2.3
No
1.
surut.
Tabel Pembahasan Hasil Pengamatan Zoologi Invetebrata
Nama spesies
P. Flavescens
Ciri-ciri
Dikenal dengan wana badan yang merah
Habitat
Lingkungan air tergenang
kekuning-kunigan dan sayap bening dengan
atau yang mengalir lamban,
bercak kuning
yang ditumbuhi rerumputan,
misanya danau, kolam,
Kepala sebesar biji kedelai dadanya besar
kacang tanah dan perutnya gilig memanjang,
genangan sawah yang
sekitar 3cm, garis tengahnya3mm di pangkal,
belum ditanamai dan tepi
2mm di ujung.
sungai yang mengalir
lingkungan air tergenang atau yang mengalir
lamban.
lamban, yang ditumbuhi rerumputan, misanya
danau,kolam,genangan sawah yang belum
ditanamai dan tepi sungai yang mengalir
lamban.
2.
Yang ditemukan di
Cethosia sp
Warna tubuh dan sayap kupu-kupu berwarnawarni yang berfungsi untuk mengelabui
musuhnya
permukaan iklim yang
berbeda.
Memiliki sepasang ( dua sayap ) yang lentur
yang berfungsi untuk memudahkan kupukupu sewaktu terbang
Memiliki mulut berbentuk seperti terompet
yang berfungsi memudahkan kupu-kupu saat
menghisap madu atau membantu
penyerbukan tanaman
3.
Chalcosoma
sp
4.
Grycllus
mitratus
Memiliki telapak kaki yang halus sehingga
bunga yang dihinggapinya tidak rusak
kumbang tanduk memiliki panjang 3,5 cm
sampai dengan 11,5 cm. Sedangkan untuk
masa hidup bisa mencapai 8 bulan untuk
kumbang tanduk jantan dan 2 tahun untuk
kumbang tanduk betina.
1. Indukan:
sungutnya (antena) masih panjang dan
lengkap.
kedua kaki belakangnya masih lengkap.
bisa melompat dengan tangkas, gesit dan
kelihatan sehat.
30
-
Kumbang
tanduk
merupakan
hewan
noktural yaitu hewan
yang hidup di malam hari
sama seperti burung hantu
dan kelelawar.
Di
hutan
atau
daerah
bervegetasi.
5.
Dolichoderus
thoroucus
smith
badan dan bulu jangkrik berwarna hitam
mengkilap.
pilihlah induk yang besar.
dangan memilih jangkrik yang
mengeluarkan zat cair dari mulut dan
duburnya apabila dipegang.
2. Induk jantan:
selalu mengeluarkan suara mengerik.
permukaan sayap atau punggung kasar dan
bergelombang.
tidak mempunyai ovipositor di ekor.
Induk betina: tidak mengerik.
permukaan punggung atau sayap halus.
ada ovipositor dibawah ekor untuk
mengeluarkan telur
1. Semut memiliki ukuran tubuh yang kecil.
2. Semut memiliki tiga bagian tubuh yaitu
kepala, dada dan perut.
3. Semut memiliki mata majemuk(lensa
majemuk).
4. Semut memiliki sepasang antena di
kepalanya.
5. Semut bisa menghasilkan zat asam.
6. Semut memiliki kerangka luar guna
melindungi otot dan menempelnya otot.
7. Semut bernafas dengan lubang lubang kecil di
dada.
8. Sistem saraf semut terdiri dari satu otot
ventral.
9. Semut memiliki penglihatan yang buruk dan
bahkan kadang buta.
10. Terdapat sepasang rahang di depan
kepalanya
11. Semut memiliki 6 buah kaki,
sepasang kaki depan, sepasang
kaki tengah dan sepasang kaki
belakang.
12. Berkembang biak dengan cara
bertelur.
13. Semut hewan yang hidup secara
berkelompok/berkoroni.
14. Semut memiliki mulut yang kecil.
15. Makan makanan manis.
16. Semut memiliki tubuh yang
berwarna hitam, orange, merah,
cokelat.
31
Habitat di daratan, di pohon,
di seluruh tempat kecuali di
perairan.
6.
Valanga
nigricornus
a. Tubuh yang terdiri dari buku-buku
b. Adanya antena khusus yang berukuran
Tampaknya species ini lebih
sedang hingga pendek
c. Memiliki sayap dengan tekstur lembut yang
permukaan tanah, di
dapat digunakan untuk terbang, meski pada
dibanding dengan hinggap di
beberapa
spesies
sayap
ini
tidak
dapat
menyenangi hinggap di
rerumputan, sawah-sawa
helai daun-daun tumbuhan.
digunakan untuk terbang
d. Memiliki femur belakang yang besar dan
7.
8.
Araneus sp
Scylla sp
kaku yang digunakan untuk melompat
1. Termasuk hewan berbuku buku atau
anthropoda.
2. Laba laba memiliki delapan buah kaki.
3. Berkembang biak dengan cara bertelur.
4. Laba laba tinggal di sarangnya yang biasanya
berupa jaring jaring.
5. laba tidak memiliki sayap.
6. Memiliki ukuran tubuh yang kecil.
7. Memiliki warna yang beragam tergantung
spesiesnya apa.
8. Memiliki alat penyedot.
9. Laba laba tidak memiliki mulut dan gigi.
10. Laba laba memiliki mata berlensa
tunggal.
11. Memiliki taring untuk
menyuntikkan racun ke tubuh
mangsanya.
12. Menangkap mangsa dengan jaring
jaring.
13. Bernafas dengan lubang lubang
kecil di perut.
14. Laba laba memiliki dua bagian
tubuh.
1. memiliki cangkang luar yang melindungi
Habitat hidup laba-laba atau
Ekologi Laba-laba
mempunyai ciri tertentu.
Laba-laba mampu beradaptasi
di berbagai habitat namun
laba-laba sangat sensitif
terhadap gangguan yang
terjadi di lingkungannya
Di perairan
tubuhnya yang sangat keras
2. memiliki kaki sejumlah 5 pasang
3. memiliki capit utk melindungi diri serta
mencari makanan
9.
Coenobita sp
Mempunyai ukuran tubuh yang tidak terlalu
besar
Warna kulit abu-abu, hitam, atau putih.
kadangkala ditemukan juga yang berwarna
merah tua, merah jambu, biru, atau ungu
muda.
32
Hidup di pesisir pantai
Ciri utama jenis kelomang ini adalah
terdapatnya seta (pori) yang merata pada
hampir seluruh permukaan tubuhnya, serta
sebuah parut atau pola mirip bekas jahitan
pada sisi luar sepit kirinya yang disebut
stridulatory ridge.
10.
Holothuhuria
Tubuh teripang lunak, berdaging dan bentuknya
Teripang ditemukan hampir di
sp
silindris memanjang seperti buah ketimun,
seluruh perairan pantai mulai
itulah sebabnya hewan ini dinamakan ketimun
dari daerah pasang surut yang
laut. Gerakannya sangat lambat sehingga
dangkal sampai perairan yang
hampir seluruh hidupnya berada di dasar laut.
dalam,
Habitat
spesies
Warnanya pun bermacam – macam mulai dari
teripang
yaitu
paparan
hitam, abu – abu, kecoklat – coklatan, kemerah
terumbu
karang,
tempat
– merahan, kekuning – kuningan, sampai putih
berpasir, tempat berbatu dan
pasir lumpur teripang dapat
dijumpai pada dasar perairan
yang
berpasir,
sedikit
berlumpur atau pada pecahan
11.
12.
karang bercampur lumpur laut
Habitat nya di laut
Echinus sp
Berbentuk bulat dan berlengan pendek.
Simetri radial
Dinding tubuh berupa kepingan kapur.
Tubuh dilengkapi dengan duri spina yang
digunakan untuk bergerak.
Hewan ini jenis tubuhnya memiliki 5
Ophiuroidea
a.
brevispinum
lengan yang panjang-panjang.
dalam, bersembunyi di bawah
b.
batu-batu karang atau rumput
Kelima tangan ini juga bisa digerak-
Habitatnya di laut dangkal-
gerakkan sehingga menyerupai ular.
laut, mengubukan diri dalam
c.
lumpur atau pasir, aktif pada
Mulut dan madreporitnya terdapat di
permukaan oral.
d.
malam hari.
Hewan ini tidak mempunyai amburakal
dan anus, sehingga sisa makanan atau
kotorannya dikeluarkan dengan cara
dimuntahkan melalui mulutnya.
e.
Hewan ini hidup di laut yang dangkal
33
atau dalam.
f.
Biasanya bersembunyi di sekitar batu
karang, rumput laut, atau mengubur diri di
lumpur/pasir.
g.
Bintang ular sangat aktif di malam hari.
h.
Makanannya adalah udang, kerang atau
serpihan organisme lain (sampah).
13.
pomatica
14.
15.
Di daerah pasang surut air
Helix
Bentuk cangkangnya bulat spiral dengan ukuran
yang cukup besar. Tekstur cangkangnya agak
kasar. Bagian tubuhnya terdiri dari kepala, leher,
dan kaki. Sama halnya dengan Achatina fulica,
pada bagian kepala Helix pomatia ini juga
terdapat sepasang tentekel yang panjang dan
yang pendek namun lebih panjang dari
tentakelnya Achatina fulica. Tentakel yang
panjang berfungsi sebagai alat penglihat dan
yang pendek sepagai alat pembau. Bila
ditempatkan
di
daerah
yang
kurang
menguntungkan kepala dan tubuhnya akan
disimpannya di dalam cangkangnya.
Kerang hijau hidup pada
Mytilus sp
Anadara
Kerang hijau memiliki anatomi dengan Panjang
tubuh