PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMU (4)
PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
Maret 18, 2009 — Dadan Wahidin
101 Votes
Saat ini komputer bukan lagi merupakan barang mewah, alat ini sudah digunakan di berbagai
bidang pekerjaan seperti halnya pada bidang pendidikan. Pada awalnya komputer dimanfaatkan
di sekolah sebagai penunjang kelancaran pekerjaan bidang
administrasi dengan memanfaatkan software Microsoft word, excel dan access.
Dengan masuknya materi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam kurikulum baru, maka
peranan komputer sebagai salah satu komponen utama dalam TIK mempunyai posisi yang sangat
penting sebagai salah satu media pembelajaran. Kutipan dari Kurikulum untuk Mata Pelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi
· Visi mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi yaitu agar siswa dapat dan terbiasa
menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal untuk
mendapatkan dan memproses informasi dalam kegiatan belajar, bekerja, dan aktifitas lainnya
sehingga siswa mampu berkreasi, mengembangkan sikap imaginatif, mengembangkan
kemampuan eksplorasi mandiri, dan mudah beradaptasi dengan perkembangan baru di
lingkungannya · Melalui mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi diharapkan siswa
dapat terlibat pada perubahan pesat dalam kehidupan yang mengalami penambahan dan
perubahan dalam penggunaan beragam produk teknologi informasi dan komunikasi.
Siswa menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk mencari,
mengeksplorasi, menganalisis, dan saling tukar informasi secara efisien dan efektif. Dengan
menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi, siswa akan dengan
cepat mendapatkan ide dan pengalaman dari berbagai kalangan. Penambahan kemampuan siswa
karena penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi akan mengembangkan sikap inisiatif
dan kemampuan belajar mandiri, sehingga siswa
dapat memutuskan dan mempertimbangkan sendiri kapan dan dimana penggunaan Teknologi
Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal, termasuk apa implikasinya saat ini dan
dimasa yang akan datang.
· Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mencakup dua aspek, yaitu Teknologi Informasi
dan Teknologi Komunikasi. Teknologi Informasi, meliputi segala hal yang berkaitan dengan
proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Teknologi
Komunikasi merupakan segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk
memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Karena itu, Teknologi
Informasi dan Teknologi Komunikasi adalah suatu padanan yang tidak terpisahkan yang
mengandung pengertian luas tentang segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan,
manipulasi, pengelolaan, dan transfer/pemindahan informasi antar media.
· Secara khusus, tujuan mempelajari Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah:
1. Menyadarkan siswa akan potensi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang
terus berubah sehingga siswa dapat termotivasi untuk mengevaluasi dan mempelajari Teknologi
Informasi dan Komunikasi sebagai dasar untuk belajar sepanjang hayat.
2. Memotivasi kemampuan siswa untuk bisa beradaptasi dan mengantisipasi perkembangan
Teknologi Informasi dan Komunikasi, sehingga siswa bisa melaksanakan dan menjalani aktifitas
kehidupan seharihari secara mandiri dan lebih percaya diri.
3. Mengembangkan kompetensi siswa dalam menggunakan Teknologi Informasi dan
Komunikasi untuk mendukung kegiatan belajar, bekerja, dan berbagai aktifitas dalam kehidupan
seharihari.
4. Mengembangkan kemampuan belajar berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, sehingga
proses pembelajaran dapat lebih optimal, menarik, dan mendorong siswa terampil dalam
berkomunikasi, terampil mengorganisasi informasi, dan terbiasa bekerjasama.
5. Mengembangkan kemampuan belajar mandiri, berinisiatif, inovatif, kreatif, dan
bertanggungjawab dalam penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk pembelajaran,
bekerja, dan pemecahan masalah seharihari.
Dengan melihat isi dari kurikulum tersebut, kita harus mengintegrasikan TIK dalam proses
belajar mengajar di madrasah bukan hanya untuk mata pelajaran teknologi dan informasi saja.
Melihat kondisi TIK pada saat ini dan perkembangannya di masa datang, kita harus
mempersiapkan diri dan melakukan perencanaan yang matang dalam mengimplementasikan TIK
di madrasah. Jika kita tidak memulainya sekarang maka madrasah sebagai salah satu institusi
pendidikan selain sekolah yang berada dibawah Depdiknas akan tertinggal oleh sekolah lain. Jika
ini terjadi, usaha kita akan semakin berat untuk mensejajarkan madrasah dengan sekolah lain. Di
satu sisi, kita sedang berusaha mengejar ketertinggalan dalam mata pelajaran khususnya MIPA
dan BahasaInggris, di sisi lain TIK akan membuat kita tertinggal semakin jauh. Mengamati
Program Pengembagan TIK yang dilakukan Depdiknas Untuk mengejar ketertinggalan
pemanfaatan TIK di sekolah dari negara lain, saat iniDepdiknas mempunyai program
pengembangan TIK secara besarbesaran.
Ada tiga posisi penting di Depdiknas dalam program pengembangan TIK, yaitu:
1. Bidang kejuruan, TIK menjadi salah satu jurusan di SMK. Pengembangan TIK secara teknis
baik hardware dan software masuk dalam kurikum pendidikan. Dibentuknya ICT center di
seluruh Indonesia. Untuk menghubungkan sekolahsekolah di sekitar ICT center dibangun WAN
(Wireless Area Network) Kota.
2. Pustekkom, sebagai salah satu ujung tombak dalam pengembangan TV pendidikan
interaktif, Elearning dan ESMA. Program ini bertujuan untuk mempersempit jurang perbedaan
kualitas pendidikan antara kota besar dengan daerah.
3. Jardiknas (Jejaring Pendidikan Nasional), bertujuan untuk mengintegrasikan kedua program
di atas agar terbentuk sebuah jaringan yang menghubungkan semua sekolah di Indonesia.
Sehingga diperkirakan di masa depan semua sekolah di Indonesia akan terkoneksi dengan
internet. Melihat program yang diadakan oleh Depdiknas kita bisa memanfaatkan fasilitas
tersebut karena bersifat terbuka.
Pengembangan TIK di Madrasah secara Mandiri
Kita belum terlambat untuk mempersiapkan diri dalam penguasaan TIK sebagai media
pembelajaran di madrasah. Mulai saat ini pihak madrasah dan Majlis Madrasah harus membuat
sebuah program pengembangan TIK secara menyeluruh. Ada beberapa poin untuk membuat
suatu perencanaan pengembangan TIK, diantaranya:
1. Mempersatukan visi dan misi pengembangan TIK yang ingin dicapai antara Kepala sekolah,
guru dan majlis madrasah.
2. Pembentukan Komite Teknologi (Organisasi Labkom) yang mandiri
3. Mengidentifikasi infrastruktur lembaga, baik hardware, software maupun sistem dan jaringan
yang sudah dimiliki
4. Penentuan hardware dan software yang akan digunakan atau dikembangkan.
5. Mengidentifikasi SDM yang dimiliki
6. Menentukan bentuk pelatihan penguasaan TIK baik untuk guru dan staf lainnya.
7. Adanya Time schedule yang jelas untuk pencapaian program
8. Penentuan Investasi yang diperlukan secara berkala tiap tahun
9. Mengidentifikasi perkembangan software dan kurikulum baru
10. Mengadakan revisi perencanaan disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi.
Dengan perencanaan yang matang, kita bisa mengembangkan TIK secara bertahap di madrasah
agar tidak tertinggal dari sekolah lain. Program yang dibuat haru dilaksanakan secara
berkelanjutan meskipun terjadi pergantian kepala dan majilis madrasah. Pemanfaatan TIK
Sebagai Media Pembelajaran TIK bukan merupakan teknologi yang berdiri sendiri, tetapi
merupakan kombinasi dari hardware dan software.Ada hal penting yang harus diperhatikan
dalam memanfaatkan TIK sebagai media pembelajaran yaitu hardware dan software yang
tersedia dan jenis metode pembelajaran yang akan digunakan. Beberapa pemanfaatan TIK dalam
pembelajaran diantaranya:
1. Presentasi
Presentasi merupakan cara yang sudah lama digunakan, dengan menggunakan OHP atau chart.
Peralatan yang digunakan sekarang biasanya menggunakan sebuah komputer/laptop dan LCD
proyektor. Ada beberapa keuntungan jika kita memanfaatkan TIK diantaranya kita bisa
menampilkan animasi dan film, sehingga tampilannya menjadi lebih menarik dan memudahkan
siswa untuk menangkap materi yang kita sampaikan. Software yang paling banyak digunakan
untuk presentasi adalah Microsoft Powerpoint. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pembuatan bahan presentasi,
diantaranya:
a. Jangan terlalu banyak tulisan yang harus ditampilkan.
b. Tulisan jangan terlalu kecil karena harus dilihat oleh banyak siswa.
c. Perbanyak memasukkan gambar dan animasi
d. Usahakan bentuk presentasi yang interaktif.
2. Demonstrasi
Demontrasi biasanya digunakan untuk menampilkan suatu kegiatan di depan kelas, misalnya
eksperimen. Kita bisa membuat suatu film caracara melakukan suatu kegiatan misalnya cara
melakukan pengukuran dengan mikrometer yang benar atau mengambil sebagian kegiatan yang
penting. Sehingga dengan cara ini siswa bisa kita arahkan untuk melakukan kegiatan yang benar
atau mengambil kesimpulan dari kegiatan tersebut.
Cara lain adalah memanfaatkan media internet, kita bisa menampilkan animasi yang
berhubungan dengan materi yang kita ajarkan (meskipun tidak semuanya tersedia). Sebagai
contoh untuk menampilkan arah vektor dari perkalian silang kita bisa mengakses internet dengan
alamat
http://www.upscale.utoronto.ca/GeneralInterest/Harrison/Flash/ClassMechanics/
RightHandRule/RightHandRule.html
3. Virtual Experiment
Maksud dari virtual eksperimen disini adalah suatu kegiatan laboratorium yang dipindahkan di
depan komputer. Anak bisa melakukan beberapa eksperimen dengan memanfaatkan software
virtual eksperimen misalnya Crocodile Clips. Software ini bisa didownload di
http://www.crocodileclips. com/s3_1.jsp , tetapi kita harus register dulu untuk mendapatkan
active code yang berlaku untuk satu bulan.
Metode ini bisa digunakan jika kita tidak mempunyai laboratorium IPA yang lengkap atau
digunakan sebelum melakukan eksperimen yang sesungguhnya.
4. Kelas virtual
Maksud kelas virtual di sini adalah siswa belajar mandiri yang berbasiskan web, misalnya
menggunakan moodle. Saya berikan contoh bentuk kelas maya yang sedang kami kembangkan
di MAN 2 Ciamis.Pada kelas maya ini siswa akan mendapatkan materi, tugas dan test secara
online. Kita sebagai guru memperoleh kemudahan dalam memeriksa tugas dan menilai hasil
ujian siswa. Terutama hasil ujian siswa akan dinilai secara otomatis.
Sebenarnya banyak bentuk pemanfaatan TIK lainnya yang dapat digunakan untuk membantu
siswa dalam proses belajar mengajar. Tetapi semua itu tergantung kepada kita bagaimana cara
memanfaatkannya.
MAKALAH : PEMANFAATAN TEKNOLOGI
INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN
MUTU PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
Negara Indonesia telah berkomitmen untuk memasuki dan mengimplementasikan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) untuk pendidikan. Sejak tahun 90-an telah dilakukan berbagai
macam ujii coba pendidikan berbasis TIK terutama pada jenjang pendidikan tinggi (dikti) dan
sekolah menengah kejuruan (SMK). Targetnya adalah menjangkau seluruh jenjang dan jalur
pendidikan.
“Tahun ini kita sudah memberikan akses ke lebih dari sepuluh ribu sekolah terutama
SMA dan SMK, bahkan SD dan SMP pun sudah mulai online. Semua perguruan tinggi negeri
sekarang sudah online dengan Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas) dan lebih 100 perguruan
tinggi swasta sudah online,” kata Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo usai membuka
Simposium Internasional Open, Distance, and E-Learning 2007 di Discovery Kartika Plaza,
Kuta, Denpasar, Bali, Rabu (14/11).
Bambang menyampaikan, kebijakan pemanfaatan TIK untuk pendidikan ini adalah
terobosan yang dilakukan secara masal. Saat ini, kata Bambang, sebanyak 70 persen SMK sudah
memiliki laboratorium komputer, sedangkan SMA sebanyak 30 persen dan SMP 20 persen.
“Pada tahun 2008 pengadaan komputer di sekolah-sekolah akan dilakukan secara besar-besaran,
” katanya.
Menurut Bambang, strategi pemanfaatan TIK dimulai dari jenjang pendidikan yang
paling siap. Perguruan tinggi, kata dia, telah memulai terlebih dahulu, kemudian pemberian akses
dimulai dari jenjang SMA, SMK, dan SMP. “Biasanya daerah perkotaan lebih siap untuk
memulai, kemudian kita rembetkan ke daerah pedesaan.”
Lebih lanjut Bambang mengatakan, program TIK tidak hanya dibatasi pada pendidikan
formal, bahkan sekarang pun pada pendidikan nonformal sudah terdapat program TIK. Saat ini,
kata dia, telah diselenggarakan program kursus komputer yang pada akhir program memberikan
sertifikasi bertaraf internasional. “Sertifikasi itu namanya International Computer Driving
License (ICDL). Ini mulai dikembangkan pada pendidikan nonformal,” ujarnya.
Penerapan TIK, kata Bambang, sejak tahun 2005 juga mengembangkan pendidikan
menggunakan sarana televisi terutama untuk jenjang SMP. “Semua SMP sekarang sudah menjadi
bagian dari TV Education (TVE). Suatu saat nanti antara pendidikan berbasis televisi dan TIK
dapat diintergrasikan, sehingga komunikasi lebih sempurna lagi,” katanya. (dalam pers
depdiknas)
Kehadiran dan kecepatan Perkembangan teknclogi informasi (selanjutnya disebut TI)
telah menyebabkan terjadinya proses Perubahan dramatis dalam segala aspek kehidupan.
Kehadiran TI tidak memberikan pilihan lain kepada dunia pendidikan selain turut serta dalam
memanfaatkannya. TI sekarang ini memungkinkan terjadinya proses komunikasi yang bersifat
global dari dan ke seluruh penjuru dunia sehingga Batas wilayah suatu negara menjadi tiada dan
negara – negara di dunia terhubungkan menjadi satu kesatuan yang disebut global village atau
desa dunia. Melalui Pemanfaatan TI, siapa saja dapat memperoleh layanan pendidikan dari
institusi pendidikan mana saja. di mana saja, dan kapan saja dikehendaki. Secara khusus,
Pemanfaatan TI dalam pembelajaran dipercaya dapat:
(a) meningkatkan kualitas pembelajaran,
(b) mengembangkan keterampilan TI (IT skills) yang diperlukan oleh siswa ketika bekerja dan
dalarn kehidupannya nanti,
(c) memperluas akses terhadap pendidikan dan Pcmbelajaran,
(d) menjawab the technological imperative” (keharusan berparpartisipasi dalam TI).
(e) mengurangi biaya pendidikan.
(f) meningkatkan rasio biaya manfaat dalam pendidikan.
Sistem pendidikan yang tidak memanfaatkan TI akan menjadi kadaluarsa dan kehilangan
kredibilitasnya. Namun, di sisi lain ada juga pendapat yang menyatakan bahwa situasi ini lebih
disebabkan oleh adanya konspirasi yang mengakibatkan terjadinya ketergantungan dunia
pendidikan terhadap TI. Kedua pendapat itu tidak perlu diperdebatkan karena memiliki
kesahihan tersendiri dan persepektif yang berbeda. Justru, yang seharusnya menjadi perhatian
adalah bagaimana dampak TI terhadap sistem pendidikan, terutama sistem pembelajaran, serta
hagaimana strtcgi Pemanfaatan TI dalam pembelajaran? Tentunya, untuk semua itu diperlukan
langkah – langkah strategis agar dapat diperoleh basil yang optimal.
Pembelajaran merupakan salah satu subsistem yang tidak luput dari arus perubahan yang
disebahkan oleh kehadiran TI yang sangat intrusif: Dengan segala atributnya, TI menjadi hal
yang tidak dapat dihindarkan lagi dalam sistem pembelajaran di kelas. Beragam kemungkinan
ditawarkan oleh TI untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Di antaranya ialah (1)
“T’1 untuk peningkatan dan pengembangan kemampuan profesional tenaga pengajar, (2) TI
sebagai sumber bclajar dalam pembelajaran, (3) TI sebagai alat bantu interaksi pembelajaran.
dan (4 ) TI sebagai wadah pembelajaran, tennasuk juga perubahan paradigma pembelajaran yang
diakibatkan oleh pemanfatan TI dalam pembelajaran.
B. Teknologi komunikasi dan informasi dalam pendidikan
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan
pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Rosenberg
(2001), dengan berkembangnya penggunaan
TIK ada lima pergeseran dalam proses
pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang kelas ke di mana dan
kapan saja, (3) dari kertas ke “on line” atau saluran, (4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan
kerja, (5) dari waktu siklus ke waktu nyata. Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan
dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb.
Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga
dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa
harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi
dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan
menggunakan komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang
disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan
menggunakan internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini ialah e-learning yaitu satu model
pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya
internet. Menurut Rosenberg (2001; 28), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi
internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria
yaitu: (1) e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui,
menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi, (2) pengiriman sampai ke
pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar, (3)
memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma
pembelajaran tradisional. Saat ini e-learning telah berkembang dalam
berbagai model
pembelajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer
Based Instruction), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning
Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (LearnerCemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dsb.
Satu bentuk produk TIK adalah internet yang berkembang pesat di penghujung abad 20
dan di ambang abad 21. Kehadirannya telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap
kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi. Internet merupakan salah satu
instrumen dalam era globalisasi yang telah menjadikan dunia ini menjadi transparan dan
terhubungkan dengan sangat mudah dan cepat tanpa mengenal batas-batas kewilayahan atau
kebangsaan. Melalui internet setiap orang dapat mengakses ke dunia global untuk memperoleh
informasi dalam berbagai bidang dan pada glirannya akan memberikan pengaruh dalam
keseluruhan perilakunya. Dalam kurun waktu yang amat cepat beberapa dasawarsa terakhir telah
terjadi revolusi internet di berbagai negara serta penggunaannya dalam berbagai bidang
kehidupan. Keberadaan internet pada masa kini sudah merupakan satu kebutuhan pokok manusia
modern dalam menghadapi berbagai tantangan perkembangan global. Kondisi ini sudah tentu
akan memberikan dampak terhadap corak dan pola-pola kehidupan umat manusia secara
keseluruhan. Dalam kaitan ini, setiap orang atau bangsa yang ingin lestari dalam menghadapi
tantangan global, perlu meningkatkan kualitas dirinya untuk beradaptasi dengan tuntutan yang
berkembang. TIK
telah mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan proses
pembelajaran tradisional yang ditandai dengan interaksi tatap muka antara guru dengan siswa
baik di kelas maupun di luar kelas.
Di masa-masa mendatang, arus informasi akan makin meningkat melalui jaringan
internet yang bersifat global di seluruh dunia dan menuntut siapapun untuk beradaptasi dengan
kecenderungan itu kalau tidak mau ketinggalan jaman. Dengan kondisi demikian maka
pendidikan khususnya proses pembelajaran cepat atau lambat tidak dapat terlepas dari
keberadaan komputer dan internet sebagai alat bantu utama. Majalah Asiaweek terbitan 20-27
Agustus 1999 telah menurunkan tulisan-tulisan dalam tema “Asia in the New Millenium” yang
memberikan gambaran berbagai kecenderungan perkembangan yang akan terjadi di Asia dalam
berbagai aspek seperti ekonomi, politik, agama, sosial, budaya, kesehatan, pendidikan, dsb.
termasuk di dalamnya pengaruh revolusi internet dalam berbagai dimensi kehidupan. Salah satu
tulisan yang berkenaan dengan dunia pendidikan disampaikan oleh Robin Paul Ajjelo dengan
judul “Rebooting:The Mind Starts at School”. Dalam tulisan tersebut dikemukakan bahwa ruang
kelas di era millenium yang akan datang akan jauh berbeda dengan ruang kelas seperti sekarang
ini yaitu dalam bentuk seperti laboratorium komputer di mana tidak terdapat lagi format anak
duduk di bangku dan guru berada di depan kelas. Ruang kelas di masa yang akan datang disebut
sebagai “cyber classroom” atau “ruang kelas maya” sebagai tempat anak-anak melakukan
aktivitas pembelajaran secara individual maupun kelompok dengan pola belajar yang disebut
“interactive learning” atau pembelajaran interaktif melalui komputer dan internet. Anak-anak
berhadapan dengan komputer dan melakukan aktivitas pembelajaran secara interaktif melalui
jaringan internet untuk memperoleh materi belajar dari berbagai sumber belajar. Anak akan
melakukan kegiatan belajar yang sesuai dengan kondisi kemampuan individualnya sehingga
anak yang lambat atau cepat akan memperoleh pelayanan pembelajaran yang sesuai dengan
dirinya. Kurikulum dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk yang lebih kenyal atau lunak
dan fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi anak sehingga memberikan peluang
untuk terjadinya proses pembelajaran maju berkelanjutan baik dalam dimensi waktu maupun
ruang dan materi. Dalam situasi seperti ini, guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran sesuai
dengan peran-peran sebagaimana dikemukakan di atas.
Dalam tulisan itu, secara ilustratif disebutkan bahwa di masa-masa mendatang isi tas
anak sekolah bukan lagi buku-buku dan alat tulis seperti sekarang ini, akan tetapi berupa: (1)
komputer notebook dengan akses internet tanpa kabel, yang bermuatan materi-materi belajar
yang berupa bahan bacaan, materi untuk dilihat atau didengar, dan dilengkapi dengan kamera
digital serta perekam suara, (2) Jam tangan yang dilengkapi dengan data pribadi, uang elektronik,
kode sekuriti untuk masuk rumah, kalkulator, dsb. (3) Videophone bentuk saku dengan perangkat
lunak, akses internet, permainan, musik, dan TV, (4) alat-alat musik, (5) alat olah raga, dan (6)
bingkisan untuk makan siang. Hal itu menunjukkan bahwa segala kelengkapan anak sekolah di
masa itu nanti berupa perlengkapan yang bernuansa internet sebagai alat bantu belajar.
Meskipun teknologi informasi komunikasi dalam bentuk komputer dan internet telah
terbukti banyak menunjang proses pembelajaran anak secara lebih efektif dan produktif, namun
di sisi lain masih banyak kelemahan dan kekurangan. Dari sisi kegairahan kadang-kadang anakanak lebih bergairah dengan internetnya itu sendiri dibandingkan dengan materi yang dipelajari.
Dapat juga terjadi proses pembelajaran yang terlalu bersifat individual sehingga mengurangi
pembelajaran yang bersifat sosial. Dari aspek informasi yang diperoleh, tidak terjamin adanya
ketepatan informasi dari internet sehingga sangat berbahaya kalau anak kurang memiliki sikap
kritis terhadap informasi yang diperoleh. Bagi anak-anak sekolah dasar penggunaan internet
yang kurang proporsional dapat mengabaikan peningkatan kemampuan yang bersifat manual
seperti menulis tangan, menggambar, berhitung, dsb. Dalam hubungan ini guru perlu memiliki
kemampuan dalam mengelola kegiatan pembelajaran secara proporsional dan demikian pula
perlunya kerjasama yang baik dengan orang tua untuk membimbing anak-anak belajar di rumah
masing-masing.
C. Pergeseran pandangan tentang pembelajaran
Untuk dapat memanfaatkan TIK dalam memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal
yang harus diwujudkan yaitu (1) siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital
dan internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan guru, (2) harus tersedia materi yang
berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi siswa dan guru, dan (3) guru harus memilikio
pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan alat-alat dan sumber-sumber digital untuk
membantu siswa agar mencaqpai standar akademik. Sejalan dengan pesatnya perkembangan
TIK, maka telah terjadi pergeseran pandangan tentang pembelajaran baik di kelas maupun di luar
kelas. Dalam pandangan tradisional di masa lalu (dan masih ada pada masa sekarang), proses
pembelajaran dipandang sebagai: (1) sesuatu yang sulit dan berat, (2) upoaya mengisi
kekurangan siswa, (3) satu proses transfer dan penerimaan informasi, (4) proses individual atau
soliter, (5) kegiatan yang dilakukan dengan menjabarkan materi pelajaran kepada satuan-satuan
kecil dan terisolasi, (6) suatu proses linear. Sejalan dengan perkembangan TIK telah terjadi
perubahan pandangan mengenai pembelajaran yaitu pembelajaran sebagai: (1) proses alami, (2)
proses sosial, (3) proses aktif dan pasif, (4) proses linear dan atau tidak linear, (5) proses yang
berlangsung integratif dan kontekstual, (6) aktivitas yang berbasis pada model kekuatan,
kecakapan, minat, dan kulktur siswa, (7) aktivitas yang dinilai berdasarkan pemenuhan tugas,
perolehan hasil, dan pemecahan masalah nyata baik individual maupun kelompok.
Hal itu telah menguban peran guru dan siswa dalam pembelajaran. Peran guru telah
berubah dari: (1) sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, akhli materi, dan
sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, kolaborator, navigator
pengetahuan, dan mitra belajar; (2) dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek
pembelajaran, menjadi lebih banyak memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung jawab
kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu peran siswa dalam pembelajaran
telah mengalami perubahan yaitu: (1) dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan
aktif dalam proses pembelajaran, (2) dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi
menghasilkan dan berbagai pengetahuan, (3) dari pembelajaran sebagai aktiivitas individual
(soliter) menjadi pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain.
Lingkungan pembelajaran yang di masa lalu berpusat pada guru telah bergesar menjadi
berpusat pada siswa. Secara rinci dapat digambarkan sebagai berikut:
Lingkungan
Aktivitas kelas
Penekanan pengajaran
Berpusat pada guru
Guru sebagai sentral dan
bersifat didaktis
Menyampaikan fakta-fakta,
guru sebagai akhli
Mengingat fakta-fakta
Konsep pengetahuan
Akumujlasi
Peran guru
fakta
Berpusat pada siswa
Siswa sebagai sentral dan
bersifat interaktif
Kolaboratif, kadang-kadang
siswa sebagai akhli
Hubungan antara informasi
dan temuan
secara Transformasi fakta-fakta
Penampilan keberhasilan
kuantitas
Penilaian acuan norma
Penilaian
Soal-soal pilihan berganda
Penggunaan teknologi
Latihan dan praktek
Kuantitas pemahaman ,
penilaian acuan patokan
Protofolio, pemecahan
masalah, dan penampilan
Komunikasi,
akses,
kolaborasi, ekspresi
D. Kreativitas dan kemandirian belajar
Dengan memperhatikan pengalaman beberapa negara sebagaimana dikemukakan di
atas, jelas sekali TIK mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap proses dan hasil
pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. TIK telah memungkinkan terjadinya
individuasi, akselerasi, pengayaan, perluasan, efektivitas dan produktivitas pembelajaran yang
pada gilirannya akan meningkatkan kualitas pendidikan sebagai infrastruktur pengembangan
sumber daya manusia secara keseluruhan. Melalui penggunaan TIK setiap siswa akan terangsang
untuk belajar maju berkelanjutan sesuai dengan potensi dan kecakapan yang dimilikinya.
Pembelajaran dengan menggunakan TIK menuntut kreativitas dan kemandirian diri sehingga
memungkinkan mengembangkan semua potensi yang dimilikinya..
Dalam menghadapi tantangan kehidupan modern di abad-21 ini kreativitas dan
kemandirian sangat diperlukan untuk mampu beradaptasi dengan berbagai tuntutan. Kreativitas
sangat diperlukan dalam hidup ini dengan beberapa alasan antara lain: pertama, kreativitas
memberikan peluang bagi individu untuk mengaktualisasikan dirinya, kedua, kreativitas
memungkinkan orang dapat menemukan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah, ketiga,
kreativitas dapat memberikan kepuasan hidup, dan keempat, kreativitas memungkinkan manusia
meningkatkan kualitas hidupnya. Dari segi kognitifnya, kreativitas merupakan kemampuan
berfikir yang memiliki kelancaran, keluwesan, keaslian, dan perincian. Sedangkan dari segi
afektifnya kreativitas ditandai dengan motivasi yang kuat, rasa ingin tahu, tertarik dengan tugas
majemuk, berani menghadapi resiko, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, memiliki
rasa humor, selalu ingin mencari pengalaman baru, menghargai diri sendiri dan orang lain, dsb.
Karya-karya kreatif ditandai dengan orisinalitas, memiliki nilai, dapat ditransformasikan, dan
dapat dikondensasikan. Selanjutnya kemandirian sangat diperlukan dalam kehidupan yang penuh
tantangan ini sebab kemandirian merupakan kunci utama bagi individu untuk mampu
mengarahkan dirinya ke arah tujuan dalam kehidupannya. Kemandirian didukung dengan
kualitas pribadi yang ditandai dengan penguasaan kompetensi tertentu, konsistensi terhadap
pendiriannya, kreatif dalam berfikir dan bertindak, mampu mengendalikan dirinya, dan memiliki
komitmen yang kuat terhadap berbagai hal.
Dengan memperhatikan ciri-ciri kreativitas dan kemandirian tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa TIK memberikan peluang untuk berkembangnya kreativitas dan kemandirian
siswa. Pembelajaran dengan dukungan TIK memungkinkan dapat menghasilkan karya-karya
baru yang orsinil, memiliki nilai yang tinggi, dan dapat dikembangkan lebih jauh untuk
kepentingan yang lebih bermakna. Melalui TIK siswa akan memperoleh berbagai informasi
dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga meningkatkan wawasannya. Hal ini
merupakan rangsangan yang kondusif bagi berkembangnya kemandirian anak terutama dalam
hal pengembangan kompetensi, kreativitas, kendali diri, konsistensi, dan komitmennya baik
terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain.
E. Peran guru
Semua hal itu tidak akan terjadi dengan sendirinya karena setiap siswa memiliki kondisi
yang berbeda antara satu dengan lainnya. Siswa memerlukan bimbingan baik dari guru maupun
dari orang tuanya dalam melakukan proses pembelajaran dengan dukungan TIK. Dalam kaitan
ini guru memegang peran yang amat penting dan harus menguasai seluk beluk TIK dan yang
lebih penting lagi adalah kemampuan memfasilitasi pembelajaran anak secara efektif. Peran guru
sebagai pemberi informasi harus bergeser menjadi manajer pembelajaran dengan sejumlah
peran-peran tertentu, karena guru bukan satu-satunya sumber informasi melainkan hanya salah
satu sumber informasi. Dalam bukunya yang berjudul “Reinventing Education”, Louis V.
Gerstmer, Jr. dkk (1995), menyatakan bahwa di masa-masa mendatang peran-peran guru
mengalami perluasan yaitu guru sebagai: pelatih (coaches), konselor, manajer pembelajaran,
partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang. Sebagai pelatih (coaches), guru harus
memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi siswa untuk mengembangkan cara-cara
pembelajarannya sendiri sesuai dengan kondisi masing-masing. Guru hanya memberikan prinsipprinsip dasarnya saja dan tidak memberikan satu cara yang mutlak. Hal ini merupakan analogi
dalam bidang olah raga, di mana pelatih hanya memberikan petunjuk dasar-dasar permainan,
sementara dalam permainan itu sendiri para pemain akan mengembangkan kiat-kiatnya sesuai
dengan kemampuan dan kondisi yang ada. Sebagai konselor, guru harus mampu menciptakan
satu situasi interaksi belajar-mengajar, di mana siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam
suasana psikologis yang kondusif dan tidak ada jarak yang kaku dengan guru. Disamping itu,
guru diharapkan mampu memahami kondisi setiap siswa dan membantunya ke arah
perkembangan optimal. Sebagai manajer pembelajaran, guru memiliki kemandirian dan
otonomi yang seluas-luasnya dalam mengelola keseluruhan kegiatan belajar-mengajar dengan
mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang pembelajaran. Sebagai partisipan, guru tidak
hanya berperilaku mengajar akan tetapi juga berperilaku belajar dari interaksinya dengan siswa.
Hal ini mengandung makna bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi anak, akan
tetapi ia sebagai fasilitator pembelajaran siswa. Sebagai pemimpin, diharapkan guru mampu
menjadi seseorang yang mampu menggerakkan orang lain untuk mewujudkan perilaku menuju
tujuan bersama. Disamping sebagai pengajar, guru harus mendapat kesempatan untuk
mewujudkan dirinya sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan lain di luiar
mengajar. Sebagai pembelajar, guru harus secara terus menerus belajar dalam rangka
menyegarkan kompetensinya serta meningkatkan kualitas profesionalnya. Sebagai pengarang,
guru harus selalu kreatif dan inovatif menghasilkan berbagai karya yang akan digunakan untuk
melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Guru yang mandiri bukan sebagai tukang atau teknisi
yang harus mengikuti satu buku petunjuk yang baku, melainkan sebagai tenaga yang kreatif yang
mampu menghasilkan berbagai karya inovatif dalam bidangnya. Hal itu harus didukung oleh
daya abstraksi dan komitmen yang tinggi sebagai basis kualitas profesionaliemenya.
F. Teknologi informasi dan penerapannya dalam bidang pendidikan
Perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang demikian pesat telah mengubah paradigma
manusia dan telah menyebar dalam setiap aspek kehidupannya, serta memberikan dampak yang
positif maupun negatif . Hal ini telah menyebabkan munculnya paradigma baru, yaitu paradigma
‘`e” yang berarti ‘electronic Paradigma ini mulai melekat dalam seluruh aspek kehidupan kita
dan teknologi ini akan merubah jalan hidup manusia. Dengan munculnya paradigma “e”, akan
memicu kita untuk better (multimedia standard), faster (data communication process),
accessbility (internet reaches any point), available web-based & collaborative software.
Pengaruh penggunaan TI telah masuk dalam dunia pendidikan, dan telah membawa
dampak positip yang besar dalam sistem pendidikan di Indonesia, serta menciptakan suatu
paradigma baru dalam penyelenggaraan pendidikan. Secara khusus TI mempunyai kemampuan
dan kontribusi yang sangat besar dalam merubah learning and teaching process, clan budaya
belajar. Perubaham paradigma ini, lebih mengarah pada terciptanya budaya learning how lo
learn,dan budaya long live learning yang tidak tergantung tempat dan waktu.
Keunggulan TI yang diperankan oleh Internet dalam menyediakan informasi apa saja,
yang ditayangkan secara multimedia, telah membawa perubahan dalam budaya belajar
khususnya dalam Proses Relajar Mengajar (PBM). Saat ini, hanyak lembaga pendidikan
(berbagai negara, telah menyelenggarakan pendidikan jarak jauh dengan menggunakan bantuan
TI. pendidikan seperti ini dinamakan sebagal e-Education, e-Learning, e-Campusi, e-dgital,
Tele-Educaton, Cyber-Campus, Virtual Universiy, dll. yang juga dilengkapi dengan dgiital
librarv atau virtual-library termasuk didalamnya ebook.
Narnpaknya model pendidikan e-duction ini, akan sangat diandalkan pada saat ini dan dimasa
mendatang. Pada dekade berikutnya perubahan besar yang terjadi adalah penggunaan teknologi
dan delivery system. Model e-Education dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk
dapat menjawab tantangan perkembangan TI, khususnya dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Model yang dikembangkan dapat saja berbentuk off-line, real time, dan online, yang bersifat non
nteractive,, semi interactive. atau ,fulllv interactive. Penerapan e-Education perlu difokuskan
pada learning and teaching process, berarti bahwa model yang diciptakan juga harus berbentuk
e-Iearning dan e-tcarhing dan implementasinya memerlukan suatu software. yang memiliki
fasilitas learning space. Pembelajaran yang menyenangkan disebut edutainment, perpaduan
antara education (pendidikan) dan entertainment (hiburan). Sebuah proses pembelajaran yang
didesain sedemikian rupa sehingga muatan pendidikan dan hiburan dapat dikombinasikan
dengan harmonis. Sebuah proses pembelajaran yang interaktif yang memberikan ruang kepada
siswa untuk mengalami, rnencoba, merasakan, dan menemukan sendiri. Dave Meier (2000)
dalam Khoiruddin Bashori menyatakan, sudah saatnya pembelajaran pola lama diganti dengan
pendekatan SAVI (Somatic, Auditory. Visual, dan Intellectual). Somatic didefinisikan sebagai
learning by moving and doing (belajar dengan bergerak dan berbuat). Auditory adalah learning
by talking and hearing (belajar dengan berbicara dan mendengarkan). Visual diartikan learning
by observing and picturing (belajar dengan mengamati dan mcnggambarkan). Intellectual
maksudnya adalah learning bv problem solving and reflecting (belajar dengan pemecahan
masalah dan melakukan refleksi). Keempat pendekatan belajar tersebut diintegrasikan
sedemikian rupa sehingga siswa dan guru dapat secara bersama-sama menghidupkan suasana
kelas. Kelas, dengan pendekatan ini tidak lagi seperti kuburan, akan tetapi merupakan arena
bermain yang menyenangkan bagi anak. Pclajaran dikenalkan dalam suasana bermain dan
bereksperimen. Suasana kelas yang menggairahkan sangat bermanfaat tidak saja bagi
peningkatan prestasi belajar siswa, tetapi Juga menurunkan stress, meningkatkan ketrampilan
interpersonal, dan kreativitas siswa.
Di masa depan, proses belajar akan semakin mandiri; diarahkan sendiri dan dipenuhi
sendiri. Ini herarti siswa perlu diberikan cukup ruang untuk mengeksplorasi, bereksperimen dan
mengajari dirinva sendiri. Model pendidikan tradisional yang serius dan over-regulasi perlu
diganti dengan belajar mandiri, berdasarkan prinsip-prinsip ilmu kognitif modern. Dengan model
ini kecintaan belajar secara alami akan tumbuh dalam diri setiap orang. Semangat otodidak dapat
berkembang subur. Setiap individu mcmi!iki gaya belajar dan gava bekerja yang unik, maka
sekolah semestinya dapat melayani setiap gaya belajar individu. Sebagian orang lebih mudah
belajar secara visual: melihat gambar dan diagram. Sebagian lain secara auditorial; suka
mendengarkan. Sebagian lain mungkin adalah pelajar haptic: menggunakan indera perasa atau
mcnggerakkan tubuh (pelajar kinestetik). Beberapa orang berorentasi pada teks tercetak;
membaca buku. Yang lainnya adalah kelompok interaktif; berinteraksi dengan orang lain.
(Dryden &Vos, 2001 dalam Khoiruddin Bashori).
G. Optimalisasi Pemanfaatan TI dalam Pembelajaran
Kehadiran TI pada saat ini sudah tidak mungkin dihindarkan lagi. Oleh karena itu,
diperlukan kesiapan untuk menerima TI, dan kemampuan untuk memanfaatkanya seoptimal
mungkin. Untuk dapat memanfaatkan TI dalam pembelajaram secara optimal, diperlukan hal –
hal berikut:
(1) Visi Pembelajaran – yang menjelaskan bagaimana pembelajaran seharusnya: karakteristik,
proses dan paradigmanya – di masa mendatang. TI mcmbawa peruhahan dalam berbagai
aspek pembelajaran, termasuk paradigma pernbelajarannya. Apakah pembelajaran tetap
berfokus pada materi dan tenaga pengajar Ataukah pembelajaran yang diinginkan adalah
yang berfokus pada siswa atau kompetensi? Apakah pembelajaran akan memiliki sifat
fleksibel, dari sisi peserta pembelajaran serta akses? Apakah pembela.jaran dipersepsikan
memerlukan TI? Dalam hal ini, perlu ada kejelasan isi pembelajaran yang memamfaatkan
TI, sehingga TI dapat dimanfaatkan dengan optimal.
(2) Realokasi sumber daya – hal ini sangat penting karena dari waktu ke waktu penerimaan
setiap lembaga pendidikan relatif tidak meningkat. Untuk memanfaatkan TI, yang memiliki
initial cost yang sangat timggi, diperlukan keberanian pimpinan Lembaga pendidikan untuk
mereloalokasikan sumber daya sesuai denganprioritas yang ditentukan. Alokasi sumberdaya
ini dapat dibuat secara bertahap dan sistematis.
3). Strategi implementasi – Sesuai dengan alokasi sumberdaya yang dibuat bertahap, maka
strategi implementasi pun perlu dilakukan secara bertahap dan sistematik. Pentahapan ini
menjamin
bahwa
langkah
yang
dilakukan
tidak
terlalu
besar
sehingga
dapat
memutarbalikkan tradisi pembelajaran yang sekarang sudah bcrjalan dan banyak orang sudah
merasa nyaman dengan hal itu. Pentahapan juga dapat memberikan gambaran tentang
keuntungan dari pemanfaatun TI, contoh keberhasilan pemanfaatan TI yang kemudian dapat
dimamfaatkan kepada kasus-kasus lainnya, serta nilai tambah yang dapat diperoleh melalui
pemanfaatan TI (misalnya keterampilan tenaga pengajar, siswa)
(4) Infrastruktur – sarana dan prasarana menjadi sangat penting dalam upaya pemanfaaran TI
dalam pembela’jaran. Pemanfaatan TI sangat bergantung pada kehadiran perangkat keras
pendukung, perangkat lunak, jaringan, serta sumberdaya manusia yang dapat mendukung.
Jika salah satu tidak tersedia, maka pemanfaatan TI tidak akan optimal.
(5) Akses siswa kepada TI – walaupun pemanfaatan sudah dirancang dengan sistematis dan
cermat, jika siswa tidak atau belum memiliki akses terhadap TI, maka pemanfaatan TI akan
menjadi beban semata. Jika memungkinkan, institusi pendidikan dapat menyediakan TI yang
dapat diakses oleh siswa atau institusi pendidikan dapat menjamin bahwa siswa dapat
mengakses TImisalnya melalui penyediaan daftar warnet, computer and internet rental.
(6) Kesiapan tenaga pengajar – pembelajaran merupakan proses untuk knowledge prodtion
knowleg transmission, dan knowledge application. Sementara itu, TI adalah alat yang dapat
mempermudah dan mempercepat terjadinya proses tersebut. Tenaga pengajar perlu memiliki
sikap dan pengetahuan yang jelas tentang hal tersebut, sehingga tidak menjadikan TI sebagai
pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu, persiapan tenaga pengajar dimulai dari tahap
penyadaran, sampai tahap adopsi dan pemanfaatan perlu dilakukan, melalui berbagai cara,
seperli pelatihan, learning by doing, sekolah lanjut. Kesiapan tenaga pengajar meliputi
computer., and intenet literacy, pengetahuan teknis dan operasional komputer dan internet,
keterarnpilan merancang pembelajaran berhasis TI keterampilan memproduksi pembelajaran
berbasis TI, serta keterampilan mengintegrasikan TI dalam sistem pembelajaran secara
umum. Institusi pendidikan perlu melakukan penataan tentang penghargaan bagi tenaga
pengajar yang telah mulai berpartisipasi dalarn pemanfaatan TI, sebagai salah satu bentuk
motivasi ekstemal.
(7) Kendali mutu dan penjaminan mutu – Inisiasi pembelajaran berbasis TI perlu disikapi sebagai
proyek pengembangan kualitas pembelajaran. Dalam hal ini, perencanaan secara konseptual
maupun operasional merupakan syarat yang tidak dapat ditawar. Pemantauan inisiasi selama
dilaksanakan juga merupakan mekanisme pengendalian mutu yang tidak dapat dihindarkan ,
kemudian evaluasi keberhasilan (cost-efftctiveness dan cost efficiency) menjadi mata rantai
akhir untuk menentukan sejauhmana pembelajaran berbasis TI dapat memberikan hasil yang
optimal. Perlu diyakinkan bahwa pembelajaran berbasis TI akan memberikan hasil sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, bukannya berkurang atau menyimpang.
(8) Kolaborasi dan konsorsiurn – pembelajaran berbasis TI tidak mungkin untuk berdiri sendiri.
Kolaborasi dan pengembangan jejaring keahlian merupakan landasan dasar dari keberhasilan
pembelajaran berbasis TI. Artinya, dituntut kerjasama dari berbagai pihak dalam beragam
peran untuk dapat mengembangkan pembelajaran berbasis T1, melaksanakannya, serta
mengevaluasi serta merevisi untuk kemudian meningkatkan kualitasnya. Kedelapan strategi
tersebut memerlukan perencanaan dan juga sumberdaya yang tidak sedikit. Apakah kita
mampu dan mau melakukan semua itu? Menurut Machiavelli dalam bukunya The Prince:
“There is nothing more difficu/t to plan, more doubful of success, nor more dangerous to
manage than the creation of a new order of things”. Jika memang kita perlu berubah , maka
kita dapat melakukanyya.
Daftar Pustaka
Garrardus Polia 2O01. Penerpan e-Education diperguruan tinggi Tantangan Perkembangan
Tehnologi Informasi . Makalah seminar Nasional Matematika XI di Universitas Negeri Malang.
Khoiruddin Bashori. 2001 Kelas Bukan “Kuburan”. Majalah Gerbang: Majalah
Surya Muhammad. Prof.Dr. H. Potensi Tehnologi dan komunikasi dalam peningkataan mutu
pembelajaran di kelas. Pustekkom Depdiknas, 2006
KOMUNIKASI SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
Maret 18, 2009 — Dadan Wahidin
101 Votes
Saat ini komputer bukan lagi merupakan barang mewah, alat ini sudah digunakan di berbagai
bidang pekerjaan seperti halnya pada bidang pendidikan. Pada awalnya komputer dimanfaatkan
di sekolah sebagai penunjang kelancaran pekerjaan bidang
administrasi dengan memanfaatkan software Microsoft word, excel dan access.
Dengan masuknya materi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam kurikulum baru, maka
peranan komputer sebagai salah satu komponen utama dalam TIK mempunyai posisi yang sangat
penting sebagai salah satu media pembelajaran. Kutipan dari Kurikulum untuk Mata Pelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi
· Visi mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi yaitu agar siswa dapat dan terbiasa
menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal untuk
mendapatkan dan memproses informasi dalam kegiatan belajar, bekerja, dan aktifitas lainnya
sehingga siswa mampu berkreasi, mengembangkan sikap imaginatif, mengembangkan
kemampuan eksplorasi mandiri, dan mudah beradaptasi dengan perkembangan baru di
lingkungannya · Melalui mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi diharapkan siswa
dapat terlibat pada perubahan pesat dalam kehidupan yang mengalami penambahan dan
perubahan dalam penggunaan beragam produk teknologi informasi dan komunikasi.
Siswa menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk mencari,
mengeksplorasi, menganalisis, dan saling tukar informasi secara efisien dan efektif. Dengan
menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi, siswa akan dengan
cepat mendapatkan ide dan pengalaman dari berbagai kalangan. Penambahan kemampuan siswa
karena penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi akan mengembangkan sikap inisiatif
dan kemampuan belajar mandiri, sehingga siswa
dapat memutuskan dan mempertimbangkan sendiri kapan dan dimana penggunaan Teknologi
Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal, termasuk apa implikasinya saat ini dan
dimasa yang akan datang.
· Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mencakup dua aspek, yaitu Teknologi Informasi
dan Teknologi Komunikasi. Teknologi Informasi, meliputi segala hal yang berkaitan dengan
proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Teknologi
Komunikasi merupakan segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk
memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Karena itu, Teknologi
Informasi dan Teknologi Komunikasi adalah suatu padanan yang tidak terpisahkan yang
mengandung pengertian luas tentang segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan,
manipulasi, pengelolaan, dan transfer/pemindahan informasi antar media.
· Secara khusus, tujuan mempelajari Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah:
1. Menyadarkan siswa akan potensi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang
terus berubah sehingga siswa dapat termotivasi untuk mengevaluasi dan mempelajari Teknologi
Informasi dan Komunikasi sebagai dasar untuk belajar sepanjang hayat.
2. Memotivasi kemampuan siswa untuk bisa beradaptasi dan mengantisipasi perkembangan
Teknologi Informasi dan Komunikasi, sehingga siswa bisa melaksanakan dan menjalani aktifitas
kehidupan seharihari secara mandiri dan lebih percaya diri.
3. Mengembangkan kompetensi siswa dalam menggunakan Teknologi Informasi dan
Komunikasi untuk mendukung kegiatan belajar, bekerja, dan berbagai aktifitas dalam kehidupan
seharihari.
4. Mengembangkan kemampuan belajar berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, sehingga
proses pembelajaran dapat lebih optimal, menarik, dan mendorong siswa terampil dalam
berkomunikasi, terampil mengorganisasi informasi, dan terbiasa bekerjasama.
5. Mengembangkan kemampuan belajar mandiri, berinisiatif, inovatif, kreatif, dan
bertanggungjawab dalam penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk pembelajaran,
bekerja, dan pemecahan masalah seharihari.
Dengan melihat isi dari kurikulum tersebut, kita harus mengintegrasikan TIK dalam proses
belajar mengajar di madrasah bukan hanya untuk mata pelajaran teknologi dan informasi saja.
Melihat kondisi TIK pada saat ini dan perkembangannya di masa datang, kita harus
mempersiapkan diri dan melakukan perencanaan yang matang dalam mengimplementasikan TIK
di madrasah. Jika kita tidak memulainya sekarang maka madrasah sebagai salah satu institusi
pendidikan selain sekolah yang berada dibawah Depdiknas akan tertinggal oleh sekolah lain. Jika
ini terjadi, usaha kita akan semakin berat untuk mensejajarkan madrasah dengan sekolah lain. Di
satu sisi, kita sedang berusaha mengejar ketertinggalan dalam mata pelajaran khususnya MIPA
dan BahasaInggris, di sisi lain TIK akan membuat kita tertinggal semakin jauh. Mengamati
Program Pengembagan TIK yang dilakukan Depdiknas Untuk mengejar ketertinggalan
pemanfaatan TIK di sekolah dari negara lain, saat iniDepdiknas mempunyai program
pengembangan TIK secara besarbesaran.
Ada tiga posisi penting di Depdiknas dalam program pengembangan TIK, yaitu:
1. Bidang kejuruan, TIK menjadi salah satu jurusan di SMK. Pengembangan TIK secara teknis
baik hardware dan software masuk dalam kurikum pendidikan. Dibentuknya ICT center di
seluruh Indonesia. Untuk menghubungkan sekolahsekolah di sekitar ICT center dibangun WAN
(Wireless Area Network) Kota.
2. Pustekkom, sebagai salah satu ujung tombak dalam pengembangan TV pendidikan
interaktif, Elearning dan ESMA. Program ini bertujuan untuk mempersempit jurang perbedaan
kualitas pendidikan antara kota besar dengan daerah.
3. Jardiknas (Jejaring Pendidikan Nasional), bertujuan untuk mengintegrasikan kedua program
di atas agar terbentuk sebuah jaringan yang menghubungkan semua sekolah di Indonesia.
Sehingga diperkirakan di masa depan semua sekolah di Indonesia akan terkoneksi dengan
internet. Melihat program yang diadakan oleh Depdiknas kita bisa memanfaatkan fasilitas
tersebut karena bersifat terbuka.
Pengembangan TIK di Madrasah secara Mandiri
Kita belum terlambat untuk mempersiapkan diri dalam penguasaan TIK sebagai media
pembelajaran di madrasah. Mulai saat ini pihak madrasah dan Majlis Madrasah harus membuat
sebuah program pengembangan TIK secara menyeluruh. Ada beberapa poin untuk membuat
suatu perencanaan pengembangan TIK, diantaranya:
1. Mempersatukan visi dan misi pengembangan TIK yang ingin dicapai antara Kepala sekolah,
guru dan majlis madrasah.
2. Pembentukan Komite Teknologi (Organisasi Labkom) yang mandiri
3. Mengidentifikasi infrastruktur lembaga, baik hardware, software maupun sistem dan jaringan
yang sudah dimiliki
4. Penentuan hardware dan software yang akan digunakan atau dikembangkan.
5. Mengidentifikasi SDM yang dimiliki
6. Menentukan bentuk pelatihan penguasaan TIK baik untuk guru dan staf lainnya.
7. Adanya Time schedule yang jelas untuk pencapaian program
8. Penentuan Investasi yang diperlukan secara berkala tiap tahun
9. Mengidentifikasi perkembangan software dan kurikulum baru
10. Mengadakan revisi perencanaan disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi.
Dengan perencanaan yang matang, kita bisa mengembangkan TIK secara bertahap di madrasah
agar tidak tertinggal dari sekolah lain. Program yang dibuat haru dilaksanakan secara
berkelanjutan meskipun terjadi pergantian kepala dan majilis madrasah. Pemanfaatan TIK
Sebagai Media Pembelajaran TIK bukan merupakan teknologi yang berdiri sendiri, tetapi
merupakan kombinasi dari hardware dan software.Ada hal penting yang harus diperhatikan
dalam memanfaatkan TIK sebagai media pembelajaran yaitu hardware dan software yang
tersedia dan jenis metode pembelajaran yang akan digunakan. Beberapa pemanfaatan TIK dalam
pembelajaran diantaranya:
1. Presentasi
Presentasi merupakan cara yang sudah lama digunakan, dengan menggunakan OHP atau chart.
Peralatan yang digunakan sekarang biasanya menggunakan sebuah komputer/laptop dan LCD
proyektor. Ada beberapa keuntungan jika kita memanfaatkan TIK diantaranya kita bisa
menampilkan animasi dan film, sehingga tampilannya menjadi lebih menarik dan memudahkan
siswa untuk menangkap materi yang kita sampaikan. Software yang paling banyak digunakan
untuk presentasi adalah Microsoft Powerpoint. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pembuatan bahan presentasi,
diantaranya:
a. Jangan terlalu banyak tulisan yang harus ditampilkan.
b. Tulisan jangan terlalu kecil karena harus dilihat oleh banyak siswa.
c. Perbanyak memasukkan gambar dan animasi
d. Usahakan bentuk presentasi yang interaktif.
2. Demonstrasi
Demontrasi biasanya digunakan untuk menampilkan suatu kegiatan di depan kelas, misalnya
eksperimen. Kita bisa membuat suatu film caracara melakukan suatu kegiatan misalnya cara
melakukan pengukuran dengan mikrometer yang benar atau mengambil sebagian kegiatan yang
penting. Sehingga dengan cara ini siswa bisa kita arahkan untuk melakukan kegiatan yang benar
atau mengambil kesimpulan dari kegiatan tersebut.
Cara lain adalah memanfaatkan media internet, kita bisa menampilkan animasi yang
berhubungan dengan materi yang kita ajarkan (meskipun tidak semuanya tersedia). Sebagai
contoh untuk menampilkan arah vektor dari perkalian silang kita bisa mengakses internet dengan
alamat
http://www.upscale.utoronto.ca/GeneralInterest/Harrison/Flash/ClassMechanics/
RightHandRule/RightHandRule.html
3. Virtual Experiment
Maksud dari virtual eksperimen disini adalah suatu kegiatan laboratorium yang dipindahkan di
depan komputer. Anak bisa melakukan beberapa eksperimen dengan memanfaatkan software
virtual eksperimen misalnya Crocodile Clips. Software ini bisa didownload di
http://www.crocodileclips. com/s3_1.jsp , tetapi kita harus register dulu untuk mendapatkan
active code yang berlaku untuk satu bulan.
Metode ini bisa digunakan jika kita tidak mempunyai laboratorium IPA yang lengkap atau
digunakan sebelum melakukan eksperimen yang sesungguhnya.
4. Kelas virtual
Maksud kelas virtual di sini adalah siswa belajar mandiri yang berbasiskan web, misalnya
menggunakan moodle. Saya berikan contoh bentuk kelas maya yang sedang kami kembangkan
di MAN 2 Ciamis.Pada kelas maya ini siswa akan mendapatkan materi, tugas dan test secara
online. Kita sebagai guru memperoleh kemudahan dalam memeriksa tugas dan menilai hasil
ujian siswa. Terutama hasil ujian siswa akan dinilai secara otomatis.
Sebenarnya banyak bentuk pemanfaatan TIK lainnya yang dapat digunakan untuk membantu
siswa dalam proses belajar mengajar. Tetapi semua itu tergantung kepada kita bagaimana cara
memanfaatkannya.
MAKALAH : PEMANFAATAN TEKNOLOGI
INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN
MUTU PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
Negara Indonesia telah berkomitmen untuk memasuki dan mengimplementasikan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) untuk pendidikan. Sejak tahun 90-an telah dilakukan berbagai
macam ujii coba pendidikan berbasis TIK terutama pada jenjang pendidikan tinggi (dikti) dan
sekolah menengah kejuruan (SMK). Targetnya adalah menjangkau seluruh jenjang dan jalur
pendidikan.
“Tahun ini kita sudah memberikan akses ke lebih dari sepuluh ribu sekolah terutama
SMA dan SMK, bahkan SD dan SMP pun sudah mulai online. Semua perguruan tinggi negeri
sekarang sudah online dengan Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas) dan lebih 100 perguruan
tinggi swasta sudah online,” kata Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo usai membuka
Simposium Internasional Open, Distance, and E-Learning 2007 di Discovery Kartika Plaza,
Kuta, Denpasar, Bali, Rabu (14/11).
Bambang menyampaikan, kebijakan pemanfaatan TIK untuk pendidikan ini adalah
terobosan yang dilakukan secara masal. Saat ini, kata Bambang, sebanyak 70 persen SMK sudah
memiliki laboratorium komputer, sedangkan SMA sebanyak 30 persen dan SMP 20 persen.
“Pada tahun 2008 pengadaan komputer di sekolah-sekolah akan dilakukan secara besar-besaran,
” katanya.
Menurut Bambang, strategi pemanfaatan TIK dimulai dari jenjang pendidikan yang
paling siap. Perguruan tinggi, kata dia, telah memulai terlebih dahulu, kemudian pemberian akses
dimulai dari jenjang SMA, SMK, dan SMP. “Biasanya daerah perkotaan lebih siap untuk
memulai, kemudian kita rembetkan ke daerah pedesaan.”
Lebih lanjut Bambang mengatakan, program TIK tidak hanya dibatasi pada pendidikan
formal, bahkan sekarang pun pada pendidikan nonformal sudah terdapat program TIK. Saat ini,
kata dia, telah diselenggarakan program kursus komputer yang pada akhir program memberikan
sertifikasi bertaraf internasional. “Sertifikasi itu namanya International Computer Driving
License (ICDL). Ini mulai dikembangkan pada pendidikan nonformal,” ujarnya.
Penerapan TIK, kata Bambang, sejak tahun 2005 juga mengembangkan pendidikan
menggunakan sarana televisi terutama untuk jenjang SMP. “Semua SMP sekarang sudah menjadi
bagian dari TV Education (TVE). Suatu saat nanti antara pendidikan berbasis televisi dan TIK
dapat diintergrasikan, sehingga komunikasi lebih sempurna lagi,” katanya. (dalam pers
depdiknas)
Kehadiran dan kecepatan Perkembangan teknclogi informasi (selanjutnya disebut TI)
telah menyebabkan terjadinya proses Perubahan dramatis dalam segala aspek kehidupan.
Kehadiran TI tidak memberikan pilihan lain kepada dunia pendidikan selain turut serta dalam
memanfaatkannya. TI sekarang ini memungkinkan terjadinya proses komunikasi yang bersifat
global dari dan ke seluruh penjuru dunia sehingga Batas wilayah suatu negara menjadi tiada dan
negara – negara di dunia terhubungkan menjadi satu kesatuan yang disebut global village atau
desa dunia. Melalui Pemanfaatan TI, siapa saja dapat memperoleh layanan pendidikan dari
institusi pendidikan mana saja. di mana saja, dan kapan saja dikehendaki. Secara khusus,
Pemanfaatan TI dalam pembelajaran dipercaya dapat:
(a) meningkatkan kualitas pembelajaran,
(b) mengembangkan keterampilan TI (IT skills) yang diperlukan oleh siswa ketika bekerja dan
dalarn kehidupannya nanti,
(c) memperluas akses terhadap pendidikan dan Pcmbelajaran,
(d) menjawab the technological imperative” (keharusan berparpartisipasi dalam TI).
(e) mengurangi biaya pendidikan.
(f) meningkatkan rasio biaya manfaat dalam pendidikan.
Sistem pendidikan yang tidak memanfaatkan TI akan menjadi kadaluarsa dan kehilangan
kredibilitasnya. Namun, di sisi lain ada juga pendapat yang menyatakan bahwa situasi ini lebih
disebabkan oleh adanya konspirasi yang mengakibatkan terjadinya ketergantungan dunia
pendidikan terhadap TI. Kedua pendapat itu tidak perlu diperdebatkan karena memiliki
kesahihan tersendiri dan persepektif yang berbeda. Justru, yang seharusnya menjadi perhatian
adalah bagaimana dampak TI terhadap sistem pendidikan, terutama sistem pembelajaran, serta
hagaimana strtcgi Pemanfaatan TI dalam pembelajaran? Tentunya, untuk semua itu diperlukan
langkah – langkah strategis agar dapat diperoleh basil yang optimal.
Pembelajaran merupakan salah satu subsistem yang tidak luput dari arus perubahan yang
disebahkan oleh kehadiran TI yang sangat intrusif: Dengan segala atributnya, TI menjadi hal
yang tidak dapat dihindarkan lagi dalam sistem pembelajaran di kelas. Beragam kemungkinan
ditawarkan oleh TI untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Di antaranya ialah (1)
“T’1 untuk peningkatan dan pengembangan kemampuan profesional tenaga pengajar, (2) TI
sebagai sumber bclajar dalam pembelajaran, (3) TI sebagai alat bantu interaksi pembelajaran.
dan (4 ) TI sebagai wadah pembelajaran, tennasuk juga perubahan paradigma pembelajaran yang
diakibatkan oleh pemanfatan TI dalam pembelajaran.
B. Teknologi komunikasi dan informasi dalam pendidikan
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan
pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Rosenberg
(2001), dengan berkembangnya penggunaan
TIK ada lima pergeseran dalam proses
pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang kelas ke di mana dan
kapan saja, (3) dari kertas ke “on line” atau saluran, (4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan
kerja, (5) dari waktu siklus ke waktu nyata. Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan
dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb.
Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga
dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa
harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi
dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan
menggunakan komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang
disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan
menggunakan internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini ialah e-learning yaitu satu model
pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya
internet. Menurut Rosenberg (2001; 28), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi
internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria
yaitu: (1) e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui,
menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi, (2) pengiriman sampai ke
pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar, (3)
memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma
pembelajaran tradisional. Saat ini e-learning telah berkembang dalam
berbagai model
pembelajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer
Based Instruction), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning
Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (LearnerCemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dsb.
Satu bentuk produk TIK adalah internet yang berkembang pesat di penghujung abad 20
dan di ambang abad 21. Kehadirannya telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap
kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi. Internet merupakan salah satu
instrumen dalam era globalisasi yang telah menjadikan dunia ini menjadi transparan dan
terhubungkan dengan sangat mudah dan cepat tanpa mengenal batas-batas kewilayahan atau
kebangsaan. Melalui internet setiap orang dapat mengakses ke dunia global untuk memperoleh
informasi dalam berbagai bidang dan pada glirannya akan memberikan pengaruh dalam
keseluruhan perilakunya. Dalam kurun waktu yang amat cepat beberapa dasawarsa terakhir telah
terjadi revolusi internet di berbagai negara serta penggunaannya dalam berbagai bidang
kehidupan. Keberadaan internet pada masa kini sudah merupakan satu kebutuhan pokok manusia
modern dalam menghadapi berbagai tantangan perkembangan global. Kondisi ini sudah tentu
akan memberikan dampak terhadap corak dan pola-pola kehidupan umat manusia secara
keseluruhan. Dalam kaitan ini, setiap orang atau bangsa yang ingin lestari dalam menghadapi
tantangan global, perlu meningkatkan kualitas dirinya untuk beradaptasi dengan tuntutan yang
berkembang. TIK
telah mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan proses
pembelajaran tradisional yang ditandai dengan interaksi tatap muka antara guru dengan siswa
baik di kelas maupun di luar kelas.
Di masa-masa mendatang, arus informasi akan makin meningkat melalui jaringan
internet yang bersifat global di seluruh dunia dan menuntut siapapun untuk beradaptasi dengan
kecenderungan itu kalau tidak mau ketinggalan jaman. Dengan kondisi demikian maka
pendidikan khususnya proses pembelajaran cepat atau lambat tidak dapat terlepas dari
keberadaan komputer dan internet sebagai alat bantu utama. Majalah Asiaweek terbitan 20-27
Agustus 1999 telah menurunkan tulisan-tulisan dalam tema “Asia in the New Millenium” yang
memberikan gambaran berbagai kecenderungan perkembangan yang akan terjadi di Asia dalam
berbagai aspek seperti ekonomi, politik, agama, sosial, budaya, kesehatan, pendidikan, dsb.
termasuk di dalamnya pengaruh revolusi internet dalam berbagai dimensi kehidupan. Salah satu
tulisan yang berkenaan dengan dunia pendidikan disampaikan oleh Robin Paul Ajjelo dengan
judul “Rebooting:The Mind Starts at School”. Dalam tulisan tersebut dikemukakan bahwa ruang
kelas di era millenium yang akan datang akan jauh berbeda dengan ruang kelas seperti sekarang
ini yaitu dalam bentuk seperti laboratorium komputer di mana tidak terdapat lagi format anak
duduk di bangku dan guru berada di depan kelas. Ruang kelas di masa yang akan datang disebut
sebagai “cyber classroom” atau “ruang kelas maya” sebagai tempat anak-anak melakukan
aktivitas pembelajaran secara individual maupun kelompok dengan pola belajar yang disebut
“interactive learning” atau pembelajaran interaktif melalui komputer dan internet. Anak-anak
berhadapan dengan komputer dan melakukan aktivitas pembelajaran secara interaktif melalui
jaringan internet untuk memperoleh materi belajar dari berbagai sumber belajar. Anak akan
melakukan kegiatan belajar yang sesuai dengan kondisi kemampuan individualnya sehingga
anak yang lambat atau cepat akan memperoleh pelayanan pembelajaran yang sesuai dengan
dirinya. Kurikulum dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk yang lebih kenyal atau lunak
dan fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi anak sehingga memberikan peluang
untuk terjadinya proses pembelajaran maju berkelanjutan baik dalam dimensi waktu maupun
ruang dan materi. Dalam situasi seperti ini, guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran sesuai
dengan peran-peran sebagaimana dikemukakan di atas.
Dalam tulisan itu, secara ilustratif disebutkan bahwa di masa-masa mendatang isi tas
anak sekolah bukan lagi buku-buku dan alat tulis seperti sekarang ini, akan tetapi berupa: (1)
komputer notebook dengan akses internet tanpa kabel, yang bermuatan materi-materi belajar
yang berupa bahan bacaan, materi untuk dilihat atau didengar, dan dilengkapi dengan kamera
digital serta perekam suara, (2) Jam tangan yang dilengkapi dengan data pribadi, uang elektronik,
kode sekuriti untuk masuk rumah, kalkulator, dsb. (3) Videophone bentuk saku dengan perangkat
lunak, akses internet, permainan, musik, dan TV, (4) alat-alat musik, (5) alat olah raga, dan (6)
bingkisan untuk makan siang. Hal itu menunjukkan bahwa segala kelengkapan anak sekolah di
masa itu nanti berupa perlengkapan yang bernuansa internet sebagai alat bantu belajar.
Meskipun teknologi informasi komunikasi dalam bentuk komputer dan internet telah
terbukti banyak menunjang proses pembelajaran anak secara lebih efektif dan produktif, namun
di sisi lain masih banyak kelemahan dan kekurangan. Dari sisi kegairahan kadang-kadang anakanak lebih bergairah dengan internetnya itu sendiri dibandingkan dengan materi yang dipelajari.
Dapat juga terjadi proses pembelajaran yang terlalu bersifat individual sehingga mengurangi
pembelajaran yang bersifat sosial. Dari aspek informasi yang diperoleh, tidak terjamin adanya
ketepatan informasi dari internet sehingga sangat berbahaya kalau anak kurang memiliki sikap
kritis terhadap informasi yang diperoleh. Bagi anak-anak sekolah dasar penggunaan internet
yang kurang proporsional dapat mengabaikan peningkatan kemampuan yang bersifat manual
seperti menulis tangan, menggambar, berhitung, dsb. Dalam hubungan ini guru perlu memiliki
kemampuan dalam mengelola kegiatan pembelajaran secara proporsional dan demikian pula
perlunya kerjasama yang baik dengan orang tua untuk membimbing anak-anak belajar di rumah
masing-masing.
C. Pergeseran pandangan tentang pembelajaran
Untuk dapat memanfaatkan TIK dalam memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal
yang harus diwujudkan yaitu (1) siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital
dan internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan guru, (2) harus tersedia materi yang
berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi siswa dan guru, dan (3) guru harus memilikio
pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan alat-alat dan sumber-sumber digital untuk
membantu siswa agar mencaqpai standar akademik. Sejalan dengan pesatnya perkembangan
TIK, maka telah terjadi pergeseran pandangan tentang pembelajaran baik di kelas maupun di luar
kelas. Dalam pandangan tradisional di masa lalu (dan masih ada pada masa sekarang), proses
pembelajaran dipandang sebagai: (1) sesuatu yang sulit dan berat, (2) upoaya mengisi
kekurangan siswa, (3) satu proses transfer dan penerimaan informasi, (4) proses individual atau
soliter, (5) kegiatan yang dilakukan dengan menjabarkan materi pelajaran kepada satuan-satuan
kecil dan terisolasi, (6) suatu proses linear. Sejalan dengan perkembangan TIK telah terjadi
perubahan pandangan mengenai pembelajaran yaitu pembelajaran sebagai: (1) proses alami, (2)
proses sosial, (3) proses aktif dan pasif, (4) proses linear dan atau tidak linear, (5) proses yang
berlangsung integratif dan kontekstual, (6) aktivitas yang berbasis pada model kekuatan,
kecakapan, minat, dan kulktur siswa, (7) aktivitas yang dinilai berdasarkan pemenuhan tugas,
perolehan hasil, dan pemecahan masalah nyata baik individual maupun kelompok.
Hal itu telah menguban peran guru dan siswa dalam pembelajaran. Peran guru telah
berubah dari: (1) sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, akhli materi, dan
sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, kolaborator, navigator
pengetahuan, dan mitra belajar; (2) dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek
pembelajaran, menjadi lebih banyak memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung jawab
kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu peran siswa dalam pembelajaran
telah mengalami perubahan yaitu: (1) dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan
aktif dalam proses pembelajaran, (2) dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi
menghasilkan dan berbagai pengetahuan, (3) dari pembelajaran sebagai aktiivitas individual
(soliter) menjadi pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain.
Lingkungan pembelajaran yang di masa lalu berpusat pada guru telah bergesar menjadi
berpusat pada siswa. Secara rinci dapat digambarkan sebagai berikut:
Lingkungan
Aktivitas kelas
Penekanan pengajaran
Berpusat pada guru
Guru sebagai sentral dan
bersifat didaktis
Menyampaikan fakta-fakta,
guru sebagai akhli
Mengingat fakta-fakta
Konsep pengetahuan
Akumujlasi
Peran guru
fakta
Berpusat pada siswa
Siswa sebagai sentral dan
bersifat interaktif
Kolaboratif, kadang-kadang
siswa sebagai akhli
Hubungan antara informasi
dan temuan
secara Transformasi fakta-fakta
Penampilan keberhasilan
kuantitas
Penilaian acuan norma
Penilaian
Soal-soal pilihan berganda
Penggunaan teknologi
Latihan dan praktek
Kuantitas pemahaman ,
penilaian acuan patokan
Protofolio, pemecahan
masalah, dan penampilan
Komunikasi,
akses,
kolaborasi, ekspresi
D. Kreativitas dan kemandirian belajar
Dengan memperhatikan pengalaman beberapa negara sebagaimana dikemukakan di
atas, jelas sekali TIK mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap proses dan hasil
pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. TIK telah memungkinkan terjadinya
individuasi, akselerasi, pengayaan, perluasan, efektivitas dan produktivitas pembelajaran yang
pada gilirannya akan meningkatkan kualitas pendidikan sebagai infrastruktur pengembangan
sumber daya manusia secara keseluruhan. Melalui penggunaan TIK setiap siswa akan terangsang
untuk belajar maju berkelanjutan sesuai dengan potensi dan kecakapan yang dimilikinya.
Pembelajaran dengan menggunakan TIK menuntut kreativitas dan kemandirian diri sehingga
memungkinkan mengembangkan semua potensi yang dimilikinya..
Dalam menghadapi tantangan kehidupan modern di abad-21 ini kreativitas dan
kemandirian sangat diperlukan untuk mampu beradaptasi dengan berbagai tuntutan. Kreativitas
sangat diperlukan dalam hidup ini dengan beberapa alasan antara lain: pertama, kreativitas
memberikan peluang bagi individu untuk mengaktualisasikan dirinya, kedua, kreativitas
memungkinkan orang dapat menemukan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah, ketiga,
kreativitas dapat memberikan kepuasan hidup, dan keempat, kreativitas memungkinkan manusia
meningkatkan kualitas hidupnya. Dari segi kognitifnya, kreativitas merupakan kemampuan
berfikir yang memiliki kelancaran, keluwesan, keaslian, dan perincian. Sedangkan dari segi
afektifnya kreativitas ditandai dengan motivasi yang kuat, rasa ingin tahu, tertarik dengan tugas
majemuk, berani menghadapi resiko, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, memiliki
rasa humor, selalu ingin mencari pengalaman baru, menghargai diri sendiri dan orang lain, dsb.
Karya-karya kreatif ditandai dengan orisinalitas, memiliki nilai, dapat ditransformasikan, dan
dapat dikondensasikan. Selanjutnya kemandirian sangat diperlukan dalam kehidupan yang penuh
tantangan ini sebab kemandirian merupakan kunci utama bagi individu untuk mampu
mengarahkan dirinya ke arah tujuan dalam kehidupannya. Kemandirian didukung dengan
kualitas pribadi yang ditandai dengan penguasaan kompetensi tertentu, konsistensi terhadap
pendiriannya, kreatif dalam berfikir dan bertindak, mampu mengendalikan dirinya, dan memiliki
komitmen yang kuat terhadap berbagai hal.
Dengan memperhatikan ciri-ciri kreativitas dan kemandirian tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa TIK memberikan peluang untuk berkembangnya kreativitas dan kemandirian
siswa. Pembelajaran dengan dukungan TIK memungkinkan dapat menghasilkan karya-karya
baru yang orsinil, memiliki nilai yang tinggi, dan dapat dikembangkan lebih jauh untuk
kepentingan yang lebih bermakna. Melalui TIK siswa akan memperoleh berbagai informasi
dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga meningkatkan wawasannya. Hal ini
merupakan rangsangan yang kondusif bagi berkembangnya kemandirian anak terutama dalam
hal pengembangan kompetensi, kreativitas, kendali diri, konsistensi, dan komitmennya baik
terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain.
E. Peran guru
Semua hal itu tidak akan terjadi dengan sendirinya karena setiap siswa memiliki kondisi
yang berbeda antara satu dengan lainnya. Siswa memerlukan bimbingan baik dari guru maupun
dari orang tuanya dalam melakukan proses pembelajaran dengan dukungan TIK. Dalam kaitan
ini guru memegang peran yang amat penting dan harus menguasai seluk beluk TIK dan yang
lebih penting lagi adalah kemampuan memfasilitasi pembelajaran anak secara efektif. Peran guru
sebagai pemberi informasi harus bergeser menjadi manajer pembelajaran dengan sejumlah
peran-peran tertentu, karena guru bukan satu-satunya sumber informasi melainkan hanya salah
satu sumber informasi. Dalam bukunya yang berjudul “Reinventing Education”, Louis V.
Gerstmer, Jr. dkk (1995), menyatakan bahwa di masa-masa mendatang peran-peran guru
mengalami perluasan yaitu guru sebagai: pelatih (coaches), konselor, manajer pembelajaran,
partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang. Sebagai pelatih (coaches), guru harus
memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi siswa untuk mengembangkan cara-cara
pembelajarannya sendiri sesuai dengan kondisi masing-masing. Guru hanya memberikan prinsipprinsip dasarnya saja dan tidak memberikan satu cara yang mutlak. Hal ini merupakan analogi
dalam bidang olah raga, di mana pelatih hanya memberikan petunjuk dasar-dasar permainan,
sementara dalam permainan itu sendiri para pemain akan mengembangkan kiat-kiatnya sesuai
dengan kemampuan dan kondisi yang ada. Sebagai konselor, guru harus mampu menciptakan
satu situasi interaksi belajar-mengajar, di mana siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam
suasana psikologis yang kondusif dan tidak ada jarak yang kaku dengan guru. Disamping itu,
guru diharapkan mampu memahami kondisi setiap siswa dan membantunya ke arah
perkembangan optimal. Sebagai manajer pembelajaran, guru memiliki kemandirian dan
otonomi yang seluas-luasnya dalam mengelola keseluruhan kegiatan belajar-mengajar dengan
mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang pembelajaran. Sebagai partisipan, guru tidak
hanya berperilaku mengajar akan tetapi juga berperilaku belajar dari interaksinya dengan siswa.
Hal ini mengandung makna bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi anak, akan
tetapi ia sebagai fasilitator pembelajaran siswa. Sebagai pemimpin, diharapkan guru mampu
menjadi seseorang yang mampu menggerakkan orang lain untuk mewujudkan perilaku menuju
tujuan bersama. Disamping sebagai pengajar, guru harus mendapat kesempatan untuk
mewujudkan dirinya sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan lain di luiar
mengajar. Sebagai pembelajar, guru harus secara terus menerus belajar dalam rangka
menyegarkan kompetensinya serta meningkatkan kualitas profesionalnya. Sebagai pengarang,
guru harus selalu kreatif dan inovatif menghasilkan berbagai karya yang akan digunakan untuk
melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Guru yang mandiri bukan sebagai tukang atau teknisi
yang harus mengikuti satu buku petunjuk yang baku, melainkan sebagai tenaga yang kreatif yang
mampu menghasilkan berbagai karya inovatif dalam bidangnya. Hal itu harus didukung oleh
daya abstraksi dan komitmen yang tinggi sebagai basis kualitas profesionaliemenya.
F. Teknologi informasi dan penerapannya dalam bidang pendidikan
Perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang demikian pesat telah mengubah paradigma
manusia dan telah menyebar dalam setiap aspek kehidupannya, serta memberikan dampak yang
positif maupun negatif . Hal ini telah menyebabkan munculnya paradigma baru, yaitu paradigma
‘`e” yang berarti ‘electronic Paradigma ini mulai melekat dalam seluruh aspek kehidupan kita
dan teknologi ini akan merubah jalan hidup manusia. Dengan munculnya paradigma “e”, akan
memicu kita untuk better (multimedia standard), faster (data communication process),
accessbility (internet reaches any point), available web-based & collaborative software.
Pengaruh penggunaan TI telah masuk dalam dunia pendidikan, dan telah membawa
dampak positip yang besar dalam sistem pendidikan di Indonesia, serta menciptakan suatu
paradigma baru dalam penyelenggaraan pendidikan. Secara khusus TI mempunyai kemampuan
dan kontribusi yang sangat besar dalam merubah learning and teaching process, clan budaya
belajar. Perubaham paradigma ini, lebih mengarah pada terciptanya budaya learning how lo
learn,dan budaya long live learning yang tidak tergantung tempat dan waktu.
Keunggulan TI yang diperankan oleh Internet dalam menyediakan informasi apa saja,
yang ditayangkan secara multimedia, telah membawa perubahan dalam budaya belajar
khususnya dalam Proses Relajar Mengajar (PBM). Saat ini, hanyak lembaga pendidikan
(berbagai negara, telah menyelenggarakan pendidikan jarak jauh dengan menggunakan bantuan
TI. pendidikan seperti ini dinamakan sebagal e-Education, e-Learning, e-Campusi, e-dgital,
Tele-Educaton, Cyber-Campus, Virtual Universiy, dll. yang juga dilengkapi dengan dgiital
librarv atau virtual-library termasuk didalamnya ebook.
Narnpaknya model pendidikan e-duction ini, akan sangat diandalkan pada saat ini dan dimasa
mendatang. Pada dekade berikutnya perubahan besar yang terjadi adalah penggunaan teknologi
dan delivery system. Model e-Education dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk
dapat menjawab tantangan perkembangan TI, khususnya dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Model yang dikembangkan dapat saja berbentuk off-line, real time, dan online, yang bersifat non
nteractive,, semi interactive. atau ,fulllv interactive. Penerapan e-Education perlu difokuskan
pada learning and teaching process, berarti bahwa model yang diciptakan juga harus berbentuk
e-Iearning dan e-tcarhing dan implementasinya memerlukan suatu software. yang memiliki
fasilitas learning space. Pembelajaran yang menyenangkan disebut edutainment, perpaduan
antara education (pendidikan) dan entertainment (hiburan). Sebuah proses pembelajaran yang
didesain sedemikian rupa sehingga muatan pendidikan dan hiburan dapat dikombinasikan
dengan harmonis. Sebuah proses pembelajaran yang interaktif yang memberikan ruang kepada
siswa untuk mengalami, rnencoba, merasakan, dan menemukan sendiri. Dave Meier (2000)
dalam Khoiruddin Bashori menyatakan, sudah saatnya pembelajaran pola lama diganti dengan
pendekatan SAVI (Somatic, Auditory. Visual, dan Intellectual). Somatic didefinisikan sebagai
learning by moving and doing (belajar dengan bergerak dan berbuat). Auditory adalah learning
by talking and hearing (belajar dengan berbicara dan mendengarkan). Visual diartikan learning
by observing and picturing (belajar dengan mengamati dan mcnggambarkan). Intellectual
maksudnya adalah learning bv problem solving and reflecting (belajar dengan pemecahan
masalah dan melakukan refleksi). Keempat pendekatan belajar tersebut diintegrasikan
sedemikian rupa sehingga siswa dan guru dapat secara bersama-sama menghidupkan suasana
kelas. Kelas, dengan pendekatan ini tidak lagi seperti kuburan, akan tetapi merupakan arena
bermain yang menyenangkan bagi anak. Pclajaran dikenalkan dalam suasana bermain dan
bereksperimen. Suasana kelas yang menggairahkan sangat bermanfaat tidak saja bagi
peningkatan prestasi belajar siswa, tetapi Juga menurunkan stress, meningkatkan ketrampilan
interpersonal, dan kreativitas siswa.
Di masa depan, proses belajar akan semakin mandiri; diarahkan sendiri dan dipenuhi
sendiri. Ini herarti siswa perlu diberikan cukup ruang untuk mengeksplorasi, bereksperimen dan
mengajari dirinva sendiri. Model pendidikan tradisional yang serius dan over-regulasi perlu
diganti dengan belajar mandiri, berdasarkan prinsip-prinsip ilmu kognitif modern. Dengan model
ini kecintaan belajar secara alami akan tumbuh dalam diri setiap orang. Semangat otodidak dapat
berkembang subur. Setiap individu mcmi!iki gaya belajar dan gava bekerja yang unik, maka
sekolah semestinya dapat melayani setiap gaya belajar individu. Sebagian orang lebih mudah
belajar secara visual: melihat gambar dan diagram. Sebagian lain secara auditorial; suka
mendengarkan. Sebagian lain mungkin adalah pelajar haptic: menggunakan indera perasa atau
mcnggerakkan tubuh (pelajar kinestetik). Beberapa orang berorentasi pada teks tercetak;
membaca buku. Yang lainnya adalah kelompok interaktif; berinteraksi dengan orang lain.
(Dryden &Vos, 2001 dalam Khoiruddin Bashori).
G. Optimalisasi Pemanfaatan TI dalam Pembelajaran
Kehadiran TI pada saat ini sudah tidak mungkin dihindarkan lagi. Oleh karena itu,
diperlukan kesiapan untuk menerima TI, dan kemampuan untuk memanfaatkanya seoptimal
mungkin. Untuk dapat memanfaatkan TI dalam pembelajaram secara optimal, diperlukan hal –
hal berikut:
(1) Visi Pembelajaran – yang menjelaskan bagaimana pembelajaran seharusnya: karakteristik,
proses dan paradigmanya – di masa mendatang. TI mcmbawa peruhahan dalam berbagai
aspek pembelajaran, termasuk paradigma pernbelajarannya. Apakah pembelajaran tetap
berfokus pada materi dan tenaga pengajar Ataukah pembelajaran yang diinginkan adalah
yang berfokus pada siswa atau kompetensi? Apakah pembelajaran akan memiliki sifat
fleksibel, dari sisi peserta pembelajaran serta akses? Apakah pembela.jaran dipersepsikan
memerlukan TI? Dalam hal ini, perlu ada kejelasan isi pembelajaran yang memamfaatkan
TI, sehingga TI dapat dimanfaatkan dengan optimal.
(2) Realokasi sumber daya – hal ini sangat penting karena dari waktu ke waktu penerimaan
setiap lembaga pendidikan relatif tidak meningkat. Untuk memanfaatkan TI, yang memiliki
initial cost yang sangat timggi, diperlukan keberanian pimpinan Lembaga pendidikan untuk
mereloalokasikan sumber daya sesuai denganprioritas yang ditentukan. Alokasi sumberdaya
ini dapat dibuat secara bertahap dan sistematis.
3). Strategi implementasi – Sesuai dengan alokasi sumberdaya yang dibuat bertahap, maka
strategi implementasi pun perlu dilakukan secara bertahap dan sistematik. Pentahapan ini
menjamin
bahwa
langkah
yang
dilakukan
tidak
terlalu
besar
sehingga
dapat
memutarbalikkan tradisi pembelajaran yang sekarang sudah bcrjalan dan banyak orang sudah
merasa nyaman dengan hal itu. Pentahapan juga dapat memberikan gambaran tentang
keuntungan dari pemanfaatun TI, contoh keberhasilan pemanfaatan TI yang kemudian dapat
dimamfaatkan kepada kasus-kasus lainnya, serta nilai tambah yang dapat diperoleh melalui
pemanfaatan TI (misalnya keterampilan tenaga pengajar, siswa)
(4) Infrastruktur – sarana dan prasarana menjadi sangat penting dalam upaya pemanfaaran TI
dalam pembela’jaran. Pemanfaatan TI sangat bergantung pada kehadiran perangkat keras
pendukung, perangkat lunak, jaringan, serta sumberdaya manusia yang dapat mendukung.
Jika salah satu tidak tersedia, maka pemanfaatan TI tidak akan optimal.
(5) Akses siswa kepada TI – walaupun pemanfaatan sudah dirancang dengan sistematis dan
cermat, jika siswa tidak atau belum memiliki akses terhadap TI, maka pemanfaatan TI akan
menjadi beban semata. Jika memungkinkan, institusi pendidikan dapat menyediakan TI yang
dapat diakses oleh siswa atau institusi pendidikan dapat menjamin bahwa siswa dapat
mengakses TImisalnya melalui penyediaan daftar warnet, computer and internet rental.
(6) Kesiapan tenaga pengajar – pembelajaran merupakan proses untuk knowledge prodtion
knowleg transmission, dan knowledge application. Sementara itu, TI adalah alat yang dapat
mempermudah dan mempercepat terjadinya proses tersebut. Tenaga pengajar perlu memiliki
sikap dan pengetahuan yang jelas tentang hal tersebut, sehingga tidak menjadikan TI sebagai
pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu, persiapan tenaga pengajar dimulai dari tahap
penyadaran, sampai tahap adopsi dan pemanfaatan perlu dilakukan, melalui berbagai cara,
seperli pelatihan, learning by doing, sekolah lanjut. Kesiapan tenaga pengajar meliputi
computer., and intenet literacy, pengetahuan teknis dan operasional komputer dan internet,
keterarnpilan merancang pembelajaran berhasis TI keterampilan memproduksi pembelajaran
berbasis TI, serta keterampilan mengintegrasikan TI dalam sistem pembelajaran secara
umum. Institusi pendidikan perlu melakukan penataan tentang penghargaan bagi tenaga
pengajar yang telah mulai berpartisipasi dalarn pemanfaatan TI, sebagai salah satu bentuk
motivasi ekstemal.
(7) Kendali mutu dan penjaminan mutu – Inisiasi pembelajaran berbasis TI perlu disikapi sebagai
proyek pengembangan kualitas pembelajaran. Dalam hal ini, perencanaan secara konseptual
maupun operasional merupakan syarat yang tidak dapat ditawar. Pemantauan inisiasi selama
dilaksanakan juga merupakan mekanisme pengendalian mutu yang tidak dapat dihindarkan ,
kemudian evaluasi keberhasilan (cost-efftctiveness dan cost efficiency) menjadi mata rantai
akhir untuk menentukan sejauhmana pembelajaran berbasis TI dapat memberikan hasil yang
optimal. Perlu diyakinkan bahwa pembelajaran berbasis TI akan memberikan hasil sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, bukannya berkurang atau menyimpang.
(8) Kolaborasi dan konsorsiurn – pembelajaran berbasis TI tidak mungkin untuk berdiri sendiri.
Kolaborasi dan pengembangan jejaring keahlian merupakan landasan dasar dari keberhasilan
pembelajaran berbasis TI. Artinya, dituntut kerjasama dari berbagai pihak dalam beragam
peran untuk dapat mengembangkan pembelajaran berbasis T1, melaksanakannya, serta
mengevaluasi serta merevisi untuk kemudian meningkatkan kualitasnya. Kedelapan strategi
tersebut memerlukan perencanaan dan juga sumberdaya yang tidak sedikit. Apakah kita
mampu dan mau melakukan semua itu? Menurut Machiavelli dalam bukunya The Prince:
“There is nothing more difficu/t to plan, more doubful of success, nor more dangerous to
manage than the creation of a new order of things”. Jika memang kita perlu berubah , maka
kita dapat melakukanyya.
Daftar Pustaka
Garrardus Polia 2O01. Penerpan e-Education diperguruan tinggi Tantangan Perkembangan
Tehnologi Informasi . Makalah seminar Nasional Matematika XI di Universitas Negeri Malang.
Khoiruddin Bashori. 2001 Kelas Bukan “Kuburan”. Majalah Gerbang: Majalah
Surya Muhammad. Prof.Dr. H. Potensi Tehnologi dan komunikasi dalam peningkataan mutu
pembelajaran di kelas. Pustekkom Depdiknas, 2006