LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN PREVENTIV

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN PREVENTIVE MAINTENANCE USING CATHODIC PROTECTION FOR STORAGE TANK

42 T 301B and 42 T 301C PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT VI BALONGAN – INDRAMAYU JAWA BARAT

Disusun Oleh: Noor Muhammad Bintang Nim: 201403030

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK ENJINERING INDORAMA

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat melaksanakan kerja praktek di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan, dan dapat menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan yang b erjudul “PREVENTIVE MAINTENANCE USING CATHODIC PROTECTION FOR STORAGE TANK

42 T 301B and 42 T 301C PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT VI BALONGAN – INDRAMAYU JAWA BARAT”.

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat memenuhi mata kuliah praktek kerja lapangan Program Studi Teknik Elektro POLITEKNIK ENJINERING INDORAMA. Laporan kerja praktek ini disusun berdasarkan data-data literature dan petunjuk serta penjelasan dari supervisor lapangan dan pembimbing.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu kelancaran selama kegiatan kerja praktek serta dalam penulisan laporan ini, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT karena atas segala berkah dan rahmatnya penulis masih diberikan kesempatan, kemampuan dan kesabaran untuk menyelesaikan laporan kerja praktek ini.

2. Orang tua, yang telah memberikan dukungan, kasih saying dan kepercayaan serta gurauan-gurauan yang berpengaruh besar pada semangat penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.

3. Bapak Bima O, selaku pembimbing kerja praktek di PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan yang telah mengarahkan, memberi informasi dan selalu membimbing penulis selama kerja praktek.

4. Bapak Yanto, Bapak Daud serta segenap staf pusdiklat yang telah membantu memberi referensi dan saran untuk penulis sehinga diberi kelancaran dalam melaksanakan kerja praktek.

5. Bapak Dr. Ir. Junaidy Burhan M.Sc. selaku kepala program studi Teknik Elektro sekaligus dosen pembimbing yang senantiasa membantu dan memberikan pengarahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini.

6. Tiara Lidia Kani, yang selalu memberi semangat serta membantu dalam menyelesaikan laporan penulis.

7. Rekan-Rekan kuliah dan rekan-rekan Himpunan Mahasiswa Elektro PEI, yang selalu memberi dukungan moril selama kerja praktek.

8. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, yang telah sangat berjasa membantu penulis selama kerja praktek di PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dari laporan ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Akhir kata penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat sebagai ilmu bagi adik kelas ataupun generasi muda lainnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Balongan,Januari 2017

Penulis

DAFTAR ISTILAH

RU, Refinery Unit BBM, Bahan Bakar Minyak RCC, Residue Catalytic Cracking CDU, Crude Destilation unit ARHDM, Athmospheric Residue Hydro Demetalization NPU, Naptha Processing Unit ROPP, RCC off Gas to Propylene Project LEU, Light End Unit HTU, Hydrotreating Unit CCU, Chief Compliance Officer LPG, Liquid Petroleum Gas UUD, Undang-Undang Dasar UU, Undang-Undang PP, Peraturan Pemerintah KBPSD, Kilo Barrel per Steam Day EXOR I, Export Oriented Refinery I MMSCFD, Metrix Standard Cubic Feet per Day UPPDN, Unit Pengolahan dan Pemasaran Dalam Negri SBM, Single Buoy Mooring BUMN, Badan Usaha Milik Negara HSE, Healt and Safety Environtment T/A, Turn Around CSR, Corporate Social Responsibility

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pemberitahuan PKL Lampiran 2 Absensi Praktek Kerja Lapangan Lampiran 3 Perbandingan Sistem Impressed Current dan Sacrificial Anode Lampiran 4 Peta Area Tangki (Lama) PT. Pertamina RU VI Lampiran 5 Cathodic Area Protection 42 T 301 A/B/C, 302A/B, 303 A/B Lampiran 6 Detail Instalasi Zinc Refrence Electrode Tank Lampiran 7 Groundbed Construction Detail Lampiran 8 Cathodic Area Protection 42 T 301 A/B/C, 302A/B, 303 A/B ( Wiring Diagram ) Lampiran 9 Transformer Rectifier Lampiran 10 Proses Pengambilan Data Lampiran 11 LogBook Aktifitas Selama PKL Lampiran 12 Formulir Bimbingan PKL Lampiran 13 E&D ( Engineering and Development ) Organization Structure

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Peran minyak bumi sebagai penopang keberlangsungan energi sangatlah sentral di Indonesia. Sejak ditemukan pada abad ke-17 sampai sekarang, minyak telah berkontribusi banyak membantu mencukupi kebutuhan energi masyarakat. Saat ini Bahan Bakar Minyak yang dijuluki sebagai emas hitam yang memiliki ciri fisik cairan kental atau cokelat gelap yang mudah terbakar ini sudah menjadi salah satu kebutuhan primer. Manusia telah mengenal minyak bumi sejak lama yaitu sekitar 6000 tahun yang lalu, yang digunakan untuk keperluan pengobatan, bahan bakar, penerangan, bahan pembuat jalan raya, bangunan dan untuk peperangan.

Di Indonesia, minyak bumi diolah oleh PT. PERTAMINA (Persero) dalam Unit Pengolahan ( Refinery Unit ). Dalam mengemban tugasnya, PERTAMINA mengoperasikan beberapa Unit Pengolahan diantaranya, RU I pangkalan Brandan, RU II Dumai, RU III Plaju, RU IV Cilacap, RU V Balikpapan, RU VI Balongan dan yang terbaru, RU VII Kasim. Sasaran utama pengadaan Refinery Unit dalam menunjang pembangunan nasional adalah tersedianya BBM dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang memenuhi spesifikasi, suplai yang berkesinambungan, terjamin, dan ekonomis. Pemenuhan kebutuhan BBM merupakan tugas yang cukup berat karena peningkatan kapasitas pengolahan minyak yang dimiliki PERTAMINA tidak sesuai dengan tingginya tingkat konsumsi BBM yang dibutuhkan masyarakat.

Salah satu Unit Pengolahan handal yang dimiliki PT. Pertamina (Persero) adalah Refinery Unit

VI Balongan merupakan kilang keenam dari tujuh kilang Direktorat Pengolahan PT Pertamina (Persero) dengan kegiatan bisnis utamanya VI Balongan merupakan kilang keenam dari tujuh kilang Direktorat Pengolahan PT Pertamina (Persero) dengan kegiatan bisnis utamanya

Refinery Unit VI Balongan di desain untuk mengolah Crude dengan kapasitas residu yang cukup besar sekitar 62% dari total feed . Refinery Unit VI Balongan memiliki ciri utama yaitu RCC yang terdiri atas dua alat utama adalah reaktor dan regenerator. Oleh karena ciri utama tersebut, RU-VI Balongan mengambil logo berbentuk reaktor dan regenerator. Sebagai kilang yang relatif baru dan telah menerapkan teknologi terkini, Pertamina Refinery Unit VI juga memiliki beberapa unit-unit yang menjadi andalan seperti CDU, ARHDM, NPU, H2Plant, ROPP, LEU, Platformer, HTU, CCU dan lain-lain. Dengan produk - produk unggulan seperti Premium, Pertamax, Pertamax Plus, Solar, Pertamina DEX, LPG, Propylene dan Avtur yang nantinya akan disimpan di tangki – tangki penyimpanan untuk sementara.

Hampir 2/3 dari wilayah Refinery Unit VI digunakan untuk area tangki – tangki, diantaranya ada tangki penyimpanan minyak mentah , tangki bola untuk penyimpanan gas, tangki produk – produk yang sudah selesai di proses oleh Refinery Unit VI dan masih banyak lagi. Meskipun tangki tersebut hanya digunakan sebagai tempat penampungan sementara tangki tersebut perlu mendapatkan perlindungan untuk menghindari korosi yang dapat menyebabkan terjadinya penipisan ketebalan dinding dan kebocoran pada tangki salah satunya dengan menggunakan cathodic protection . Perlu diadakannya perawatan pada cathodic protection agar perlindungan dapat selalu terjaga dan bekerja dalam keadaan yang optimal. Salah satunya dengan mengecek apakah adanya kebocoran arus pada cathodic protection tersebut. Karena apabila tangki-tangki dan pipa Hampir 2/3 dari wilayah Refinery Unit VI digunakan untuk area tangki – tangki, diantaranya ada tangki penyimpanan minyak mentah , tangki bola untuk penyimpanan gas, tangki produk – produk yang sudah selesai di proses oleh Refinery Unit VI dan masih banyak lagi. Meskipun tangki tersebut hanya digunakan sebagai tempat penampungan sementara tangki tersebut perlu mendapatkan perlindungan untuk menghindari korosi yang dapat menyebabkan terjadinya penipisan ketebalan dinding dan kebocoran pada tangki salah satunya dengan menggunakan cathodic protection . Perlu diadakannya perawatan pada cathodic protection agar perlindungan dapat selalu terjaga dan bekerja dalam keadaan yang optimal. Salah satunya dengan mengecek apakah adanya kebocoran arus pada cathodic protection tersebut. Karena apabila tangki-tangki dan pipa

1.2 Tujuan Kerja Praktek

Tujuan dari pelaksanaan kerja praktek di PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan ini adalah sebagai berikut :

a. Menambah pengetahuan dan aplikasi dalam bidang Teknik Elektro di dunia industri.

b. Mempelajari bagaimana cathodic protection bekerja dan bagaimana penerapannya.

c. Mempelajari bagaimana cara melakukan preventive maintenance terhadap cathodic protection .

d. Memperoleh pemahaman yang komprehensif akan dunia kerja melalui learning by doing.

1.3 Manfaat Kerja Praktek

Manfaat dari kegiatan kerja praktek ini adalah sebagai berikut :

a. Bagi Perguruan Tinggi Sebagai tambahan referensi khususnya mengenai perkembangan industri

di Indonesia, dan dapat digunakan oleh pihak-pihak yang memerlukan.

b. Bagi Perusahaan Hasil analisa dan penelitian yang dilakuan selama kerja praktek dapat

menjadi bahan masukan bagi perusahaan untuk menentukan kebijakan perusahaan di masa yang akan datang.

c. Bagi mahasiswa Mahasiswa dapat mengetahui secara lebih mendalam tentang kenyataan

yang ada dalam dunia industri sehingga nantinya diharapkan mampu menerapkan ilmu yang telah didapat dalam bidang industri.

1.4 Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek

Kerja praktek dilaksanakan di PT. PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan pada tanggal 13 Desember 2016 s /

d 10 Maret 2017.

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Instansi Tempat PKL

Bahan bakar minyak (BBM) merupakan kebutuhan masyarakat yang sangat vital, dimana minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber devisa Negara yang memegang peran penting dalam pembangunan nasional. Dikaitkan dengan hal tersebut maka salah satu tugas dari PT. PERTAMINA (Persero) adalah menyediakan dan melayani kebutuhan BBM bagi masyarakat luas. Tugas tersebut didasari oleh UUD 1945 Pasal 33 dan UU no.8 tahun 1971 yaitu melaksanakan pengusahaan minyak dan gas bumi dengan memperoleh hasil yang sebesar- besarnya bagi kemakmuran rakyat dan Negara.

Usaha pengeboran minyak di Indonesia pertama kali dilakukan oleh Jan Raerink pada tahun 1871 di Cibodas dekat Majalengka (Jawa Barat), namun usaha tersebut mengalami kegagalan. Kemudian dilanjutkan oleh Aeilo Jan Zykler yang melakukan pengeboran di Telaga Tiga (Sumatera Utara) dan pada tanggal 15 Juni 1885 berhasil ditemukan sumber minyak komersial yang pertama di Indonesia. Sejak itu berturut-turut ditemukan sumber minyak bumi di Kruka (Jawa Timur) tahun 1887, Ledok Cepu (Jawa Tengah) pada tahun 1901, Pamusian Tarakan tahun 1905 dan di Talang Akar Pendopo (Sumatera Selatan) tahun 1921. Penemuan-penemuan daerah penghasil minyak tersebut kemudian mendorong keinginan beberapa perusahaan asing seperti Shell, Royal Deutsche Company, Caltex, Stanvac dan lainnya untuk turut dalam usaha pengeboran minyak di Indonesia sehingga berdirinya PERTAMINA.

PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Republik Indonesia ( state-owned oil company ) yang dibentuk pada tanggal 10 Desember 1957, atas perintah Mayjen Dr. Ibnu Soetowo, PT EMITSU PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Republik Indonesia ( state-owned oil company ) yang dibentuk pada tanggal 10 Desember 1957, atas perintah Mayjen Dr. Ibnu Soetowo, PT EMITSU

Tabel 2. 1 Sejarah Perkembangan PT. PERTAMINA (Persero) [PERTAMINA, 2005]

1945 : Berdirinya Perusahaan Tambang Minyak Negara Republik Indonesia (PTMNRI) di Tarakan.(Tambang Pertama RI)

April 1954 : PT PTMNRI → Tambang Minyak Sumatera Utara

(TMSU)

10 Desember 1957 : TMSU berubah menjadi PT Perusahaan Minyak Nasional (PT PERMINA)

1 Januari 1959 : NVNIAM berubah menjadi PT Pertambangan Minyak

Indonesia (PT PERMINDO)

Februari 1961 : PT PERMINDO berubah menjadi Perusahaan Negara Pertambangan Minyak (PN PERTAMIN) satu-satunya Februari 1961 : PT PERMINDO berubah menjadi Perusahaan Negara Pertambangan Minyak (PN PERTAMIN) satu-satunya

1 Juli 1961 : PT PERMINA dijadikan PN PERMINA (PP No. 198/1961)

20 Agustus 1968 : Peleburan PN PERMINA dan PN PERTAMIN menjadi Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional (PN PERTAMINA) sesuai PP No. 27/1968

15 September : PN PERTAMINA berubah menjadi PT. PERTAMINA 1971

berdasarkan UU No. 8/1971

17 September 2003

: PT. PERTAMINA menjadi PT. PERTAMINA (Persero)

sesuai PP No. 31/2003

Sebagai salah satu elemen penting dalam usaha pemenuhan kebutuhan BBM di Indonesia tantangan yang dihadapi PT. Pertamina (Persero) semakin berat karena lonjakan kebutuhan BBM harus diiringi dengan peningkatan pengolahan minyak bumi agar suplai BBM tetap stabil. Dalam pembangunan nasional, PT. Pertamina (Persero) memiliki tiga peranan penting, yaitu:

a. Menyediakan dan menjamin pemenuhan akan kebutuhan BBM.

b. Sebagai sumber devisa negara.

c. Menyediakan kesempatan kerja sekaligus pelaksana alih teknologi dan pengetahuan.

Untuk mencapai sasaran dan menghadapi tantangan terutama di dalam negeri, PT. Pertamina (Persero) membangun unit pengolahan minyak di berbagai wilayah Untuk mencapai sasaran dan menghadapi tantangan terutama di dalam negeri, PT. Pertamina (Persero) membangun unit pengolahan minyak di berbagai wilayah

a. RU – I Pangkalan Brandan Tidak Beroperasi

b. RU – II Dumai 170KBPSD

c. RU – III Plaju 133.7KBPSD

d. RU – IV Cilacap 330KBPSD

e. RU – V Balikpapan 253.6KBPSD

f. RU – VI Balongan 125KBPSD

g. RU – VII Kasim/Sorong 10KBPSD

Ket. KBPSD : Kilo Barel Per Steam Day Total : 1022.3 KBPSD

2.2 Logo, Slogan, Visi dan Misi Perusahaan

2.2.1 Visi dan Misi PT. Pertamina (Persero) Visi dan misi PERTAMINA (Persero) adalah sebagai berikut: Visi:

 Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia. Misi:

 Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.

2.2.2 Logo dan Slogan PT. PERTAMINA (Persero ) Selama 37 tahun (20 agustus 1968 – 1 Desember 2005) orang mengenal logo

kuda laut sebagai identitas PERTAMINA. Perkiraan perubahan logo sudah dimulai sejak 1976 setelah terjadi krisis PERTAMINA. Pemikiran tersebut dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya dan diperkuat melalui Tim Restrukturisasi PERTAMINA tahun 2000 (Tim Citra) termasuk kajian yang mendalam dan komprehensif sampai pada pembuatan TOR ( Term Of Refrence) dan perhitungan biaya. Akan tetapi, program tersebut tidak sempat terlaksana karena adanya perubahan kebijakan ataupergantian direksi. Wacana perubahan logo tetap berlangsung sampai dengan terbentuknya PT. PERTAMINA (PERSERO) pada tahun 2003. Adapun pertimbangan pergantian logo yaitu agar dapat membangun semangat baru, membangun perubahan corporate cultre bagi seluruh pekerja, mendapatkan pandangan ( image) yang lebih baik diantara global oil dan gas companies serta mendorong daya saing perusahaan dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi, antara lain :

a. Perubahan peran dan status hukum perusahaan menjadi perseroan.

b. Perubahan strategi perusahaan untuk menghadapi persaingan dan semakin banyak terbentuknya entitas bisnis baru di bidang Hulu dan Hilir.

Slogan RENEWABELE SPIRIT yang diterjemahkan menjadi “SEMANGAT TERBARUKAN”. Dengan slogan ini diharapkan perilaku seluruh jajaran pekerja

akan berubah menjadi enterpreneur dan costumer oriented , terkait dengan persaingan yang sedang dan akan dihadapi perusahaan.

Permohonan pendaftaran ciptaan logo baru telah disetujui dan dikeluarkan oleh Direktur Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang, Departemen Hukum dan HAM dengan syarat pendaftaran ciptaan No.0.8344 tanggal 10 Oktober 2005. Logo baru PERTAMINA sebagai Permohonan pendaftaran ciptaan logo baru telah disetujui dan dikeluarkan oleh Direktur Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang, Departemen Hukum dan HAM dengan syarat pendaftaran ciptaan No.0.8344 tanggal 10 Oktober 2005. Logo baru PERTAMINA sebagai

Gambar 2. 1 Logo PT. PERTAMINA (Persero)

Arti Logo :  Elemen logo membentuk huruf P yang secara keseluruhan merupakan

representasi bentuk panah, dimaksudkan sebagai PERTAMINA yang bergerak maju dan progresif

 Warna – warna yang berani menunjukkan langkah besar yang diambil PERTAMINA dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif

dan dinamis dimana:

 Biru : mencerminkan handal, dapat dipercaya dan bertanggung jawab  Hijau : mencerminkan sumber daya energi yang berwawasan lingkungan  Merah : mencerminkan keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam

menghadapi berbagai macam kesulitan

BAB III TINJAUAN KHUSUS PERUSAHAAN

3.1 Sejarah Singkat PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Kilang Balongan dibangun dengan system project financing dimana biaya invetasi pembangunannya dibayar dari revenue kilang Balongan sendiri dan dari keuntungan Pertamina lainnya. Dengan demikian maka tidak ada dana atau equity dari pemerintah yang dimasukkan sebagai penyertaan modal sebagaimana waktu membangun kilang-kilang lainnya sebelum tahun 1990. Oleh karena itu kilang Balongan disebut kilang milik PERTAMINA. Kilang Balongan adalah merupakan kilang yang dirancang untuk mengolah minyak mentah jenis Duri (80%). Pada tahun 1990-an, crude Duri mempunyai harga jual yang relatif rendah karena kualitasnya yang kurang baiksebagai bahan baku kilang. Kualitas yang rendah dari crude duri dapat terlihat diantaranya dari kandungan residu yang sangat tinggi mencapai 78%, kandungan logam berat dan karbon serta nitrogen yang juga tinggi. Teknologi kilang yang dimiliki di dalam negeri sebelum adanya kilang Balongan tidak mampu mengolah secara efektif dalam jumlah besar, sementara itu produksi minyak dari lapangan Duri meningkat cukup besar dengan diterapkannya metode SecondaryRecovery .

Saat ini, feed yang digunakan pada kilang Balongan merupakan campuran crude Duri, Minas, dan Nile Blend dengan perbandingan 41:35:24.

Dasar pemikiran didirikannya kilang RU VI Balongan untuk memenuhi kebutuhan BBM yaitu:

a. Pemecahan permasalahan minyak mentah ( Crude ) Duri.

b. Antisipasi kebutuhan produk BBM nasional, regional, dan internasional.

c. Peluang menghasilkan produk dengan nilai tambah tinggi. Daerah Balongan dipilih sebagai lokasi kilang dan proyek kilang yang

dinamakan proyek EXOR I ( Export Oriented Refinery

I) dan dirikan pada tahun 1991. Pada perkembangan selanjutnya, pengoperasian kilang tersebut diubah namanya Pertamina Refinery Unit VI Balongan. Start Up kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Mei 1995. Peresmian ini sempat tertunda dari perencanaan sebelumnya (30 Januari 1995) karena unit Residue Catalytic Cracking (RCC) mengalami kerusakan.

Unit RCC ini merupakan unit terpenting di kilang PT. Pertamina (Persero) RU

VI Balongan, yang mengubah residu (sekitar 62 % dari total feed ) menjadi minyak ringan yang lebih berharga. Residu yang dihasilkan sangat besar sehingga sangat tidak menguntungkan bila residu tersebut tidak dimanfaatkan. Kapasitas unit ini yang sekitar 83.000 BPSD merupakan yang terbesar di dunia untuk saat ini. Dengan adanya kilang minyak Balongan, kapasitas produksi kilang minyak domestik menjadi 1.074.300 BPSD. Produksi kilang minyak Balongan berjumlah kurang lebih 34 % dari bahan bakar minyak yang dipasarkan di Jakarta dan sekitarnya.

3.2 Logo, Slogan, Visi dan Misi PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

3.2.1 Visi dan Misi PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan

Visi dan misi PERTAMINA RU VI Balongan adalah sebagai berikut:

Visi:  Menjadi Kilang Terkemuka di Asia Tahun 2025

Misi:  “Mengolah crude dan naptha untuk memproduksi BBM, BBK, Residu,

NBBM dan Petkim secara tepat jumlah, mutu, waktu dan berorientasi laba serta berdaya saing tinggi untuk memenuhi kebutuhan pas ar.”

 “Mengoperasikan kilang yang berteknologi maju dan terpadu secara aman, handal, efisien dan berwawasan lingkungan.”  “Mengelola aset RU VI Balongan secara profesional yang didukung oleh

sistem manajemen yang tangguh berdasarkan semangat kebersamaan, keterbukaan dan prinsip saling menguntungkan.”

3.2.2 Logo dan Slogan PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan Slogan dari PT. Pertamina (Persero) adalah “ Renewable Spirit ” atau

“Semangat Terbarukan”. Slogan tersebut diharapkan mendorong seluruh jajaran pekerja untuk memiliki sikap enterpreneurship dan costumer oriented yang terkait

dengan persaingan yang sedang dan akan dihadapi perusahaan.

Gambar 3. 1 Logo Unggulan PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan Logo PT Pertamina (Persero) RU VI memiliki makna sebagai berikut:

a. Lingkaran : fokus ke bisnis inti dan sinergi

b. Gambar : konstruksi regenerator dan reaktor di unit RCC yang menjadi ciri khas dari PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan b. Gambar : konstruksi regenerator dan reaktor di unit RCC yang menjadi ciri khas dari PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan

(1) Hijau : berarti selalu menjaga kelestarian lingkungan hidup (2) Putih : berarti bersih, profesional, proaktif, inovatif dan dinamis dalam setiap tindakan yang selalu berdasarkan kebenaran (3) Biru : berarti loyal kepada visi PT Pertamina (Persero) (4) Kuning : berarti keagungan PT Pertamina (Persero) RU VI

3.3 Tata Letak PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

Pabrik PT. PERTAMINA (Persero) RU VI didirikan di kecamatan Balongan, kabupaten Indramayu, Jawa Barat (40 km arah barat laut Cirebon). Untuk penyiapan lahan kilang, yang semula sawah tadah hujan, diperlukan pengurukan dengan pasir laut yang diambil dari pulau Gosong Tengah yang dikerjakan dalam waktu empat bulan. Transportasi pasir dari tempat penambangan ke area penimbunan dilakukan dengan kapal yang selanjutnya dipompa ke arah kilang.

Sejak tahun 1970, minyak dan gas bumi dieksploitasi di daerah ini. Sebanyak 224 buah sumur berhasil digali. Di antara sumur-sumur tersebut, sumur yang berhasil memproduksi adalah sumur Jatibarang, Cemara, Kandang Haur Barat, Kandang Haur Timur, Tugu Barat, dan lepas pantai. Sedangkan produksi minyak buminya sebesar 239,65 MMSCFD disalurkan ke PT. Krakatau Steel, PT. Pupuk Kujang, PT. Indocement, Semen Cibinong, dan Palimanan. Depot UPPDN III sendiri baru dibangun pada tahun 1980 untuk mensuplai kebutuhan bahan bakar di daerah Cirebon dan sekitarnya.

Tata letak pabrik disusun sedemikian rupa hingga memudahkan jalannya proses produksi serta turut mempertimbangkanaspek keamanan dan lingkungan. Untuk mempermudah jalannya proses produksi, unit-unit dalam kilang disusun sedemikian rupa sehingga unit yang saling berhubungan jaraknya berdekatan. Dengan demikian pipa yang digunakan dapat sependek mungkin dan energi yang dibutuhkan untuk mendistribusikan aliran dapat diminimalisir. Untuk keamanan, Tata letak pabrik disusun sedemikian rupa hingga memudahkan jalannya proses produksi serta turut mempertimbangkanaspek keamanan dan lingkungan. Untuk mempermudah jalannya proses produksi, unit-unit dalam kilang disusun sedemikian rupa sehingga unit yang saling berhubungan jaraknya berdekatan. Dengan demikian pipa yang digunakan dapat sependek mungkin dan energi yang dibutuhkan untuk mendistribusikan aliran dapat diminimalisir. Untuk keamanan,

Area kilang terdiri dari :

a. Sarana kilang : 250 ha daerah konstruksi kilang : 200 ha daerah penyangga

b. Sarana perumahan

: 200 ha

Ditinjau dari segi teknis dan ekonomis, lokasi ini cukup strategis dengan adanya faktor pendukung, antara lain :

a. Bahan Baku Sumber bahan baku yang diolah di PT. PERTAMINA (Persero) RU

VI Balongan adalah: Minyak mentah Duri, Riau (awalnya 80%, saat ini 50% feed ). Minyak mentah Minas, Dumai (awalnya 20%, saat ini 50% feed ). Gas alam dari Jawa Barat bagian timur sebesar 18 Million Metric Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD).

b. Air Sumber air yang terdekat terletak di Waduk Salam Darma, Rejasari, kurang lebih 65 km dari Balongan ke arah Subang. Pengangkutan dilakukan secara pipanisasi dengan pipa berukuran 24 inci dan

kecepatan operasi normal 1.100 m 3 serta kecepatan maksimum 1.200m 3 . Air tersebut berfungsi untuk steam boiler , heat exchanger

(sebagai pendingin) air minum, dan kebutuhan perumahan. Dalam pemanfaatan air, kilang Balongan ini mengolah kembali air buangan dengan sistem wasted water treatment , di mana air keluaran di- recycle ke sistem ini. Secara spesifik tugas unit ini adalah memperbaiki (sebagai pendingin) air minum, dan kebutuhan perumahan. Dalam pemanfaatan air, kilang Balongan ini mengolah kembali air buangan dengan sistem wasted water treatment , di mana air keluaran di- recycle ke sistem ini. Secara spesifik tugas unit ini adalah memperbaiki

c. Transportasi Lokasi kilang RU VI Balongan berdekatan dengan jalan raya dan

lepas pantai utara yang menghubungkan kota-kota besar sehingga memperlancar distribusi hasil produksi, terutama untuk daerah Jakarta dan Jawa Barat. Marine facilities adalah fasilitas yang berada di tengah laut untuk keperluan bongkar muat crude oil dan produk kilang. Fasilitas ini terdiri dari area putar tangker, SBM, rambu laut, dan jalur pipa minyak. Fasilitas untuk pembongkaran peralatan dan produk ( propylene ) maupun pemuatan propylene dan LPG dilakukan dengan fasilitas yang dinamakan jetty facilities .

d. Tenaga Kerja Tenaga kerja yang dipakai di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI

Balongan terdiri dari dua golongan, yaitu golongan pertama, dipekerjakan pada proses pendirian Kilang Balongan yang berupa tenaga kerja lokal nonskill sehingga meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar, sedangkan golongan kedua, yang dipekerjakan untuk proses pengoperasian, berupa tenaga kerja PT. PERTAMINA (Persero) yang telah berpengalaman dari berbagai kilang minyak di Indonesia.

Gambar 3. 2 Letak Geografis PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

3.4 Pedoman Perilaku

Pedoman Perilaku ini adalah komitmen Pertamina untuk patuh pada ketentuan hukum dan standar etika tertinggi dimana saja Pertamina melakukan kegiatan bisnis/operasionalnya. Model-model perilaku yang diberikan dalam Pedoman Perilaku ini bersumber dari Tata Nilai Unggulan 6C (Clean, Competitive, Confident, Customer Focused, Commercial dan Capable) yang diharapkan menjadi nilai-nilai yang dijunjung tinggi dan menjadi perilaku khas Insan Pertamina:

a. Clean. Perusahaan dikelola secara profesional dengan : menghindari benturan kepentingan; tidak mentolerir suap; menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas; serta berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.

b. Competitive. Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja.

c. Confident. Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi BUMN dan membangun kebanggaan bangsa.

d. Customer Focused. Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan yang pelayanan terbaik kepada pelanggan.

e. Commercial. Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial dan mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.

f. Capable. Dikelola oleh pemimpin dan pekerja profesional yang memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan.

3.5 Struktur Organisasi PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan

PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI Balongan mempunyai struktur organisasi yang menerangkan hubungan kerja antar bagian yang satu dengan yang lainnya dan juga mengatur hak dan kewajiban masing-masing bagian. Tujuan dibuatnya struktur organisasi adalah untuk memperjelas dan mempertegas kedudukan suatu bagian dalam menjalankan tugas sehingga akan mempermudah untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Maka biasanya struktur organisasi dibuat sesuai dengan tujuan dari organisasi itu sendiri.

Gambar 3. 3 Struktur Organisasi PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan Keterangan : Garis Komando

Garis Koordinasi

Struktur organisasi RU VI Balongan terdiri atas beberapa bagian yang mempunyai fungsi dan tanggung jawab masing-masing yaitu sebagai berikut :

a. General Manager Tugas pokok General Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi seluruh kegiatan di Refinery Unit

VI sesuai dengan visi misi unit bisnis yang meliputi kegiatan pengembangan pengolahan, pengoelolaan operasi kilang, kehandalan kilang, pengembangan VI sesuai dengan visi misi unit bisnis yang meliputi kegiatan pengembangan pengolahan, pengoelolaan operasi kilang, kehandalan kilang, pengembangan

VI.

b. Senior Man. Op & Manufacturing Tugas pokok Senior Man. Op & Manufacturing adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi penyusunan rencana operasi kilang, kegiatan operasi kilang, assesment kondisi peralatan, pemeliharaan turn around / overhoul , pemeliharaan rutin dan non-rutin, pengadaan barang dan jasa, pengadaan bahan baku, intermedia, dan gas, penerimaan, penyaluran, storage management , pengelolaan sistem akutansi arus minyak, dan operasional HSE serta menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / proses bisnis agar kegiatan operasi berjalan dengan lancar dan aman di Refinery Unit VI

c. Production-I Manager Tugas pokok Production-I Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi sistem dan tata kerja operasi kilang, rencana operasi dan kegiatan operasi kilang, pengadaan produk, barang, dan jasa, pengelolaan penerimaan, penyaluran, dan storage management , pengelolaan sistem arus minyak, pengelolaan mutu, dan operasional program HSE dalam rangka mendukung seluruh kegiatan operasional kilang dalam melakukan pengolahan minyak mentah menjadi produk BBM / NBBM secara produktif, efisien, aman, dan ramah lingkungan, serta menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / proses bisnis sesuai dengan perencanaan perusahaan di Refinery Unit VI.

d. Production-II Manager Tugas pokok Production-II Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi sistem dan tata kerja operasi kilang, d. Production-II Manager Tugas pokok Production-II Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi sistem dan tata kerja operasi kilang,

e. Refinery Planning & Optimization Manager Tugas pokok Refinery Planning & Optimization Manager adalah mengarahkan, mengkoordinasikan, dan memonitor evaluasi perencanaan, pengembangan / pengelolaan bahan baku, dan produk kilang berdasarkan kajian keekonomian, kemampuan kilang serta kondisi pasar; evaluasi pengadaan, penerimaan, dan penyaluran bahan baku; evaluasi kegiatan operasi kilang; evaluasi pengembangan produk; pengelolaan Linear Programming serta pengelolaan hubungan pelanggan dalam rangka mendukung kegiatan operasional yang paling efektif, efisien, dan aman serta menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / proses bisnis di Refinery Unit VI.

f. Maintenance Execution Manager Tugas pokok Maintenance Execution Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi kegiatan turn around dan overhaul ( plant stop ), pemeliharaan peralatan kilang rutin & non-rutin, pembangunan dan pemeliharaan aset bangunan, fasilitas sosial, dan fasilitas umum lainnya, dan heavy equipment , transportation , rigging , dan scaffolding , optimalisasi aset pengelolaan mutu tools worksho, dan correction action saat operasi kilang untuk memastikan peralatan f. Maintenance Execution Manager Tugas pokok Maintenance Execution Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi kegiatan turn around dan overhaul ( plant stop ), pemeliharaan peralatan kilang rutin & non-rutin, pembangunan dan pemeliharaan aset bangunan, fasilitas sosial, dan fasilitas umum lainnya, dan heavy equipment , transportation , rigging , dan scaffolding , optimalisasi aset pengelolaan mutu tools worksho, dan correction action saat operasi kilang untuk memastikan peralatan

g. Maintenance Planning & Support Manager Tugas pokok Maintenance Planning & Support Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi kegiatan pemeliharaan serta menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / process business peralatan kilang yang meliputi rencana strategi perusahaan, pengelolaan mutu, strategi dan rencana dan kehandalan, assesment kondisi kilang, kegiatan pemeliharaan, vendor management , anggaran, dan pemeliharaan data seluruh peralatan kilang untuk memberikan jaminan kelayakan operasi peralatan sesuai peraturan pemerintah dan / atau standar & code serta aspek HSE yang belaku agar peralatan dapat dioperasikan sesuai jadwal untuk memenuhi target produksi yang direncanakan di Refinery Unit VI.

h. REL Manager Tugas pokok REL Manager adalah mengkoordinir, merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi pelaksanaan kehandalan kilang meliputi penetapan strategi pemeliharaan kilang (anggaran, strategi dan rencana), pengembangan teknologi, assessment / inspeksi kondisi kilang, pemeliharaan kilang terencana (termasuk TA dan OH) serta pengadaan barang dan jasa yang berkaitan dengan kebutuhan operasi pemeliharaan kilang serta menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / process business dalam upaya mencapai tingkat kehandalan kilang dan safety yang optimal sesuai dengan prosedur kerja yang berlaku di Refinery Unit h. REL Manager Tugas pokok REL Manager adalah mengkoordinir, merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi pelaksanaan kehandalan kilang meliputi penetapan strategi pemeliharaan kilang (anggaran, strategi dan rencana), pengembangan teknologi, assessment / inspeksi kondisi kilang, pemeliharaan kilang terencana (termasuk TA dan OH) serta pengadaan barang dan jasa yang berkaitan dengan kebutuhan operasi pemeliharaan kilang serta menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / process business dalam upaya mencapai tingkat kehandalan kilang dan safety yang optimal sesuai dengan prosedur kerja yang berlaku di Refinery Unit

j. Engineering & Development Manager Tugas pokok Engineering & Development Manager adalah mengarahkan, memonitor, mengendalikan, dan mengevaluasi penyusunan sistem tata kerja operasi kilang apabila ada modifikasi/ revamp /unit baru, kegiatan pengembangan kilang pengembangan teknologi, pengembangan produk, pengelolaan kegiatan operasi kilang, pengelolaan pengadaan barang dan jasa, pengelolaan program HSE, pengelolaan anggaran investasi guna mendukung kegiatan operasi pengolahan berdasarkan hasil identifikasi potensi risiko sehingga dapat terkelola suatu kinerja ekselen yang memberikan kontribusi positif bagi perusahaan dan berorientasi kepada pelanggan, produktivitas, dan keamanan kilang Refinery Unit VI.

k. HSE Manager Tugas poko HSE Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi penerapan aspek HSE di Refinery Unit

VI yang meliputi penyusunan, sosialisasi & rekomendasi kebijakan & STK

HSE, identifikasi risiko HSE, mitigasi risiko HSE, peningkatan budaya HSE, implementasi operasional program HSE, investigasi HSE, penyediaan peralatan dan fasilitas HSE, HSE regulation & standard code compliance serta HSE audit agar kegiatan pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat, pelestarian lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat tercapai sesuai dengan rencana dalam upaya mencapai HSE excellence .

l. Procurement Manager Tugas pokok Procurement Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi sistem tata kerja procurement , pengadaan barang dan jasa, vendor management , penerimaan barang dan jasa, distribusi, warehouse management, perjanjian kerjasama pengadaan jasa, dan facility support serta menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas di fungsi Procurement Refinery Unit VI.

m. General Affairs Tugas pokok General Affairs adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi kegiatan terkait relasi dengan pihak regulator, media, dan stakeholder , hubungan pelanggan (internal & eksternal), kredibilitas perusahaan, komunikasi eksternal dan internal, Corporate Social Responsibility (CSR) / Community Development (CD) / Community Relation (CR), dokumen dan literatur perusahaan, corporate activity , manajemen security , budaya security , operasional program security, emergency program , pengelolaan peralatan dan fasilitas security , juga security regulation compliance untuk mendukung kegiatan operasional agar berjalan efektif dan optimal di fungsi Refinery Unit VI.

BAB IV TINJAUAN PUSTAKA

4.1 KOROSI

Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa- senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi (Wkipedia, 2017). Sebagian orang bersikeras definisi tersebut hanya berlaku pada logam saja, tetapi para insinyur korosi juga ada yang mendefinisikan istilah korosi berlaku juga untuk material non logam, seperti keramik, plastik, karet. Sebagai contoh rusaknya cat karet karena sinar matahari atau terkena bahan kimia, mencairnya lapisan tungku pembuatan baja, serangan logam yang solid oleh logam yang cair ( liquid metal corrosion ).

Adapun definisi korosi lain yaitu :

a. Perusakan material tanpa perusakan mekanis.

b. Kebalikan dari metalurgi ekstraktif.

c. Proses elektrokimia dalam mencapai kesetimbangan termodinamika suatu sistem. Jadi korosi merupakan sistem termodinamika logam dengan lingkungan (air, udara, tanah) yang berusaha mencapai keseimbangan. Sistem ini dikategorikan setimbang bila logam telah membentuk oksida atau senyawa kimia lain yang lebih stabil (berenergi paling rendah) .

Adapun proses korosi yang terjadi, di samping oleh reaksi kimia biasa, maka yang lebih umum adalah proses elektro kimia dimana korosi terjadi karena lingkungannya. Yang dimaksud dengan lingkungannya dapat berupa udara dengan Adapun proses korosi yang terjadi, di samping oleh reaksi kimia biasa, maka yang lebih umum adalah proses elektro kimia dimana korosi terjadi karena lingkungannya. Yang dimaksud dengan lingkungannya dapat berupa udara dengan

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum sel karat dapat berfungsi, diantaranya :

a. Harus adanya sebuah anoda dan katoda

b. Harus adanya potensi listrik antara anoda dan katoda. (potensial ini bisa dihasilkan dari berbagai macam kondisi di pipa)

c. Harus adanya jalur logam yang secara listrik menghubungkan anoda dan katoda (umumnya, ada di pipa itu sendiri)

d. Anoda dan katoda harus dibenamkan di elektrolit konduktif dimana secara listrik akan terionisasi, yang berarti sebagian molekul air (H 2 O) akan

terpecah menjadi bagian ion + hydrogen positif (H ) dan ion hydrogen negative - (OH ). (Umumnya kelembapan tanah, atau air, di sekeliling pipa

penuh dengan kondisi seperti ini.) Begitu syarat-syarat ini bertemu, arus listrik akan mengalir di logam dan akan

terkonsumsi di bagian anoda. (Peabody, 1967) Korosi dapat berjalan secara cepat ataupun lambat tergantung dari

material bahan, lingkungan, temperatur dan lain sebagainya. Dalam dunia teknik, material korosi yang sering disinggung adalah korosi pada logam. Ilustrasi dari proses pengkorosian pada material logam dapat dilihat pada Gambar 4. 1 dimana besi yang dibentuk sesuai kegunaannya dapat terkorosi akibat lingkungan yang dihadapi pada aplikasinya. Terdapat 2 metoda yang mendekati untuk perhitungan tingkat korosi yaitu metoda elektromia dan weight gain loss (Aryaprakasa, 2012). Kebanyakan ungkapan tingkat korosi di US adalah dengan mpy ( Mils per year ), tingkat korosi dapat diwakili dengan:

Dimana : R = tingkat korosi ( mils per year penetration ) W = masa hilang ( mg )

D = kepadatan logam ( g/cm 3 )

A = sampel area ( cm 2 )

T = waktu paparan sampel logam ( jam )

Gambar 4. 1Proses Pengkorosian Logam (Perez, 2016) Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi tingkat korosifitas pada suatu

material. Sebagai contoh bahwa kelembaban di Indonesia sangat korosif, dapat dibuktikan dari percobaan di bawah ini:

Dua buah bayonet yang terbuat dari baja karbon 0.45% dalam keadaan putih (tanpa lapis lindung) digantungkan dalam gelas penyungkup yang di bawahnya diberi pengering silicagel , maka setelah beberapa minggu kita amati ternyata masih tetap tidak ada perubahan. Tetapi bayonet lain yang terbuat dari bahan dan kondisi yang sama digantung di bawah atap yang dapat pengaruh langsung dari Dua buah bayonet yang terbuat dari baja karbon 0.45% dalam keadaan putih (tanpa lapis lindung) digantungkan dalam gelas penyungkup yang di bawahnya diberi pengering silicagel , maka setelah beberapa minggu kita amati ternyata masih tetap tidak ada perubahan. Tetapi bayonet lain yang terbuat dari bahan dan kondisi yang sama digantung di bawah atap yang dapat pengaruh langsung dari

Dari segi teori, korosi tidak mungkin sepenuhnya dapat dicegah karena memang merupakan proses alamiah bahwa semua logam akan kembali ke sifat asalnya. Asal dari tanah kembali ke tanah, asal dari bijih besi kembali ke oksida besi. Walaupun demikian pengendalian korosi harus dilakukan secara maksimal, karena dilihat dari segi ekonomi dan segi keamanan merupakan hal yang tidak mungkin ditinggalkan . Sehingga pengendalian terhadap korosi harus dimulai dari perancangan, pengumpulan data lingkungan, proses, peralatan yang dipakai bahan baku dan cara pemeliharaan yang akan dilaksanakan .

Menurut proses elektrokimia, bahwa proses korosi pada logam disebabkan karena logam itu mempunyai komposisi kimia yang tidak homogen. Dalam kenyataan memang logam sangat sulit untuk dibuat betul-betul homogen. Akibatnya akan ada perbedaan potensial yang dapat menimbulkan korosi galvanis bila ada elektrolit (uap, air dan udara). Bagian yang berpotensial lebih rendah akan menjadi anoda sedangkan yang berpotensial lebih tinggi akan menjadi katoda. Sebagai contoh korosi pada besi .

Anoda akan larut: Fe ++  Fe + 2e. Elektron menuju ke katoda: H2O + O2 + 4e -  4OH

Contoh lain: Bila Zn + 2HCl ++  Zn Cl

2 +H 2 atau Zn  Zn (reaksi oksidasi terkorosi disebut reaksi anodik). 2H + + 2e  H2 (reaksi reduksi disebut juga

reaksi katodik) .

Gambar 4. 2 Korosi Karena Logam Tidak Homogen (Perez, 2016) Dapat disimpulkan bahwa logam kontak dengan elektrolit akan terjadi:

a. Anoda di mana terjadi korosi.

b. Katoda yang tidak terkorosi.

c. Bajanya sebagai pembawa arus.

d. Lingkungan yang korosif (air laut) sebagai elektrolit .

4.2 Klasifikasi Korosi

Korosi dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara. Salah satu metode dalam pembagian korosi adalah korosi oksidasi dan korosi elektro kimia. Pembagian lain dari klasifikasi korosi adalah korosi temperatur rendah dan korosi temperature tinggi. Adapun pembagian yang sering digunakan adalah wet corrosion and dry corrosion .

4.2.1 Korosi Oksidasi dan Korosi Elektrokimia Pada umumnya proses pengkaratan terdiri dari proses elektrokimia, yang

mekanismenya sama dengan yang terjadi di dalam baterai lampu senter. Baterai terdiri dari elektroda yang terbuat dari mangkuk yang terbuat dari seng dan elektroda karbon. Kedua elektroda tersebut dipisahkan oleh elektrolit yang terdiri dari larutan amonium klorida (NH4Cl).

Gambar 4. 3 Proses Korosi Pada Batu Baterai (Perez, 2016) Apabila elektroda karbon dihubungkan dengan elektroda mangkuk seng

melalui sebuah bola lampu, maka bola lampu tersebut akan menyala karena terjadinya arus listrik yang mengalir dari katoda ke anoda melalui elektrolit NH4Cl.

Pada mangkuk seng terjadi reaksi oksidasi . Zn ++  Zn + 2e (reaksi anoda)

Sedangkan pada elektroda karbon terjadi reaksi reduksi 2H + + 2e  H2 gas (reaksi katoda)

Akibat oksidasi tersebut, Zn diubah menjadi ion Zn yang terhidrasi Zn 2+ nH

2 O. Semakin besar arus yang terjadi, semakin banyak logam Zn yang menjadi ion sehingga logam seng kehilangan massa atau dengan kata lain berkarat. Berat logam yang bereaksi, sesuai dengan hukum Faraday, dinyatakan dalam persamaan di bawah ini

Berat logam yang bereaksi = kIt Dimana: I = arus dalam ampere

K = konstanta = 3.39 x 10-4g/C t = waktu dalam detik Karena serangan karat tersebut, mangkuk seng akan berlubang ( perforated )

hanya dalam beberapa jam saja, namun apabila kabel penghubung dilepas, arus listrik terputus, umur mangkuk seng dapat bertahun-tahun. Karena dengan kondisi tidak tersambung ( open circuit ) tersebut, proses pengkaratan seng menjadi sangat lambat, yang umumnya disebabkan oleh kotor, seperti besi yang tertanam di dalam permukaan seng. Kotoran tersebut bekerja sebagai katoda terhadap seng yang bersifat anodik, sehingga terjadi aliran elektron dari anoda kekatoda dan menyebabkan karat di daerah anoda .

Apabila elektroda seng dihubungkan dengan potensiometer, tercatat bahwa potensial elektroda hidrogen lebih tinggi 0.76 volt dibanding potensial elektroda

seng. Potensial elektroda baku logam-logam lain pada temperatur 25 0

C dapat dilihat tabel di bawah ini:

Gambar 4. 4 Tabel Potensial Elektroda Logam (Priyotomo, 2008)

Semakin anodis suatu zat akan semakin rentan terhadap korosi, namun apabila seng digabungkan dengan platinum di dalam larutan penghantar, maka seng akan bersifat anodik dan platinum akan bersifat katodik. Di daerah anoda terjadi oksidasi dimana atom seng kehilangan elektronnya menjadi ion bermuatan positif yang larut ke dalam larutan penghantar .

4.2.2 Korosi Suhu Rendah dan Suhu Tinggi Pada umumnya logam-logam pada suhu tinggi sangat mudah rusak, karena

adanya reaksi yang yang cepat dengan oksigen dari udara. Kecuali logam mulia yang mempunyai daya 14 affiniteit (daya rapat) yang sangat rendah terhadap oksigen, sehingga terbentuk lapisan oksida yang sangat tipis. Apabila dipanaskan

maka oksida tersebut akan terurai kembali. Sebagai contoh perak, diatas 180 0 C tidak akan terbentuk oksida lagi, juga paladium pada 450 0 C terjadi hal yang sama.

Wolfram yang dipanaskan di udara maka tidak menunjukan perubahan warna yang nyata, hanya beratnya bisa berkurang karena terjadinya penguapan dari oksida yang terjadi.

Meskipun oksidasi umumnya mengacu pada reaksi menghasilkan elektron, istilah ini juga digunakan untuk menunjukan reaksi yang terjadi antara logam dan udara (oksigen) di dalam lingkungan air atau fase berair. Scaling , tarnishing , dry corrosion kadang-kadang digunakan untuk menggambarkan fenomena ini. Karena hampir setiap logam dan paduan logam akan bereaksi dengan udara pada suhu tinggi, maka ketahanan oksidasi harus diperhatikan dalam aplikasi metalurgi teknik. Karena peningkatan suhu ini, oksidasi logam juga meningkat. Seperti dalam aplikasi untuk turbin gas, mesin roket dan suhu tinggi system petrokimia.

Korosi di kilang Petrokimia dapat diklasifikasikan menjadi korosi suhu

0 rendah,dianggap terjadi di bawah suhu 260 0 C (500 F). Korosi suhu rendah ini mengharuskan adanya air sebagai elektrolitnya. Sedangkan korosi suhu tinggi

0 terjadi berkisar diatas 260 0 C (500 F). Air tidak diperlukan dalam korosi ini karena korosi terjadi oleh reaksi langsung antara logam dengan lingkungannya. Karat