IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKO (5)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN
KARAKTER DI SEKOLAH
Disusun Oleh:

Nama

: Madina Qudsia Lubis

NIM

: 8156181015

Kelas

: Konsentrasi Pkn DIKDAS

Mata Kuliah

: Pendidikan Nilai-nilai dalam PKn

Dosen Pengampuh


: Dr. Reh Bungana Perangin-angin, M.Hum

PASCASARJANA PENDIDIKAN DASAR
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016/2017

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
bakat dan limpahan rahmatnya. Maka kami dapat menyelesaikan sebuah makalah
ini.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah yang berjudul
“Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah” yang menurut kami dapat
memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajarinya.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan
yang kurang tepat kepada para pembaca.
Oleh karena itu, penulis mohon masukan agar kekurangan dalam makalah
ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa/i Pascasarjana Prodi Pendidikan Dasar dan
bermanfaat pula dengan masyarakat.


Medan, 01 September 2016

Tim Penulis

i

DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR ...............................................................................................

i

DAFTAR ISI..............................................................................................................

ii

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................................


1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................

3

C. Tujuan Pembahasan ...............................................................................................

3

D. Manfaat Pembelajaran............................................................................................

3

BAB II PEMBAHSAN
A. Pengertian Karakter dan Pendidikan Karakter .......................................................

4


B. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ......................................................................

6

C. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter ................................................................

9

D. Implementasi Pendidikan Karakter di sekolah .......................................................

11

BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ......................................................................................................

17

B. SARAN

..........................................................................................................


18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................

19

ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang
Sekolah sebagai wahana pembelajaran tak diragukan berperan besar dalam
pengembangan karakter siswa. Sekolah telah mengantar anak-anak dan remaja dalam
menyelesaikan tugas perkembangannya hingga memasuki masa dewasa dengan baik.
Di lembaga ini otak, hati, dan badan anak ditumbuh kembangkan agar lebih cerdas,
peka dan sehat. Dengan kecerdasan otak, kepekaan hati, dan kesehatan fisik
diaharapkan dapat mejadi modal kemandirian di masa yang akan datang.
Dalam proses pendidikan dalam perkembangannya disesuaikan dengan
kurikulum yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan sekolah. Berbagai cara dalam

pembelajaran dikemas sesuai dengan kebutuhan. Hanya saja kurikulum banyak sekali
memberatkan guru dan siswa yang menyebabkan beban tersebut terlalu berat untuk
diterapkan. Ditambah lagi tuntutan hasil belajar tanpa melihat proses dan
pembentukan karakter yang menyebabkan guru hanya mengajar disesuaikan dengan
tugas dan fungsinya. Hal itu tidak sesuai dengan UU No 20 tahun 2003 yang
menyatakan bahwa Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai
guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator,
dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan. Dan UU No. 14 tahun 2005 yang menyebutkan

bahwa Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk
melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan
1

nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.

Fenomena ketuntasan belajar yang rendah tersebut dapat disebabkan oleh

beban kurikulum yang terlalu berat. Sistem pendidikan sekolah seperti itu dapat
berpengaruh negatif terhadap usaha membangun karakter. Sebab, dalam waktu yang
panjang sebagian ”terposisikan inferior” rasa percaya dirinya. Rasa tidak mampu
yang berkepanjangan tersebut akan membentuk pribadi yang kurang percaya diri, dan
menimbulkan stress berkepanjangan. Pada usia remaja biasanya keadaan ini akan
mendorong remaja berperilaku negatif, seperti senang tawuran, terlibat kriminalitas,
putus sekolah, dan menurunnya mutu lulusan. Karena itu kritik-kritik yang ditujukan
pada pendidikan persekolahan, bahwa ”… pendidikan formal kita hanya melahirkan
ahli matematika, fisika, dan kimia, tetapi lulusannya tidak berkarakter. Pendidikan di
Indonesia sudah saatnya untuk memihak kepada kompetensi, baik kompetensi
keahlian maupun kompetensi karakter; bukan hanya kompetensi matematika, kimia,
fisika, dan sejenisnya.
Kondisi-kondisi sebagaimana digambarkan memerlukan pemecahan yang
fundamental dan komprehensif. Pemecahan mendasar terkait dengan pendidikan
moral dan motivasi diri, dan pemecahan komprehensif mencakup seluruh lapisan
masyarakat. Gerakan pendidikan karakter berbangsa merupakan solusi yang penting
dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Secara konseptual pendidikan
2

karakter telah disusun dan dimulai untuk diterapkan di sekolah. Ada delapan belas

nilai karakter yang perlu diimplementasi di sekolah, yaitu religius, jujur, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.
B. Rumusan masalah
1.

Bagaimanakah pendidikan Karakter!

2.

Bagaimana prinsip-prinsip, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter di
Sekolah!

3.

Bagimana implementasi pendidikan karakter kepada peserta didik di
sekolah!

C. Tujuan pembahasan

1.

Mengetahui mengenai pendidikan karakter.

2.

Mengetahui prinsip-prinsip, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter di
sekolah.

3.

Implementasi pendidikan karakter kepada peserta didik disekolah

D. Manfaat pembahasan
Agar dalam sistem pendidikan yang ada di sekolah dapat berjalan dengan
sebagaimana tujuan dan fungsi dan terlaksanakan oleh tenaga pendidik dan peserta
didik.

3


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Karakter dan Pendidikan Karakter
Karakter berasal dari bahasa Yunani yang arti dalam bahasa Inggrisnya adalah
“to mark” yaitu menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai
kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur,
kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek.
Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan
berkarakter mulia. Mendiknas mengingatkan pentingnya pengembangan karakter
pribadi sebagai basis untuk mencapai sukses. Kunci sukses dalam tantangan berat itu
teletak pada kualitas sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang handal dan
berbudaya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas SDM sejak dini merupakan hal
terpenting yang harus dipikirkan secara sungguh-sungguh.1 Pendidikan karakter dapat
diartikan sebagai to deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal
character development (usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan

sekolah untuk membantu pembentukan karakter secara optimal.2
1

Masnur Muslich. 2014. Pendidikan Karakter (menjawab tantangan krisis

Multidimensional). Bumi Aksara: Jakarta.hal 35. Karakter bangsa merupakan aspek
penting dari kualitas SDM karena kualitas karakter bangsa menentukan kemajuan
suatu bangsa.
2
Muzhoffar Akhwan. EL-TARBAWI VOL. 7 NO.1 2014 menyatakan juga bahwa
karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knowing), sikap moral (moral
feeling), dan perilaku moral (moral behavior ) (dalam Zubaidi, 2011: 29) Berdasarkan
ketiga komponen ini dapat dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh
pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan
perbuatan kebaikan.
4

Maka dalam pendidikan pun karakter dapat diperioritas bagi pembentukan
karakter anak khususnya siswa-siswi yang berada di dunia pendidikan yaitu sekolah.
Berdasarkan tujuan pendidikan nasional, Maka pendidikan karakter adalah suatu
program pendidikan (sekolah dan luar sekolah) yang mengorganisasikan dan
menyederhanakan sumber-sumber moral dan disajikan dengan memerhatikan
pertimbangan psikologis untuk pertimbangan pendidikan.3 Tujuan pendidikan
karakter adalah mengajarkan nilai-nilai tradisional tertentu, nilai-nilai yang diterima
secara luas sebagai landasan perilaku yang baik dan bertanggungjawab. Nilai-nilai ini
juga digambarkan sebagai perilaku moral.
Menurut J.P Chaplin dalam buku pendidikan karakter di sekolah mengatakan
bahwa karakter atau fill, hati, budi pekerti, tabiat adalah suatu kualitas atau sifat yang
tetap terus-menerus dan kekal yang dapat dijadikan cirri untuk mengidentifikasikan
seorang pribadi, suatu objek atau kejadian.4
Muhammad Yaumi menyatakan bahwa karakter adalah moralitas, kebenaran,
kebaikan, kekuatan, dan sikap seseorang yang ditunjukkan kepada orang lain melalui
tindakan.

5

pendidikan karakter dapat pula dimaknai sebagai upaya yang terencana

3

Akhwan. Cop.Cit. Hal 62
Moh. Said. 2011. Pendidikan karakter di sekolah. Jaring Pena: Surabaya. Hal:1.
Yang dimana karakter tersebut mempunyai kualitas positif seperti peduli, adil, jujur,
hormat, terhadap sesama, rela memaafkan, sadar akan hidup berkomunitas dan
sebagainya
5
Muhammad Yaumi. 2014. Pendidikan Karakter (landasan, pilar & Implementasi).
Prenada Media Group: Jakarata. Hal. 7-8. Pendidikan karakter merujuk pada tiga
komponen yang harus diolah, yakni: 1. Pikiran, yang ditunjukan dengan kata
understand. 2. Rasa, yang ditunjukan dengan kata care about , dan (3) raga, yang
ditunjukan dengan kata act upon core ethical values.
4

5

untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai
sehingga peserta didik berperilaku insan kamil.6
Dari ditarik kesimpulan oleh pendapat para Ahli bahwa pendidikan karakter
adalah pembentukan watak seseorang mulai dari tingkat dasar (PAUD, SD, SMP)
sampai dengan tingkat menegah (SMA) dengan wujud suatu tindakan baik itu berupa
moral, etika dan nilai-nilai yang mengubah wujud karakter menjadi karakter yang
baik.
B. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter
Menurut Gunawan ada prinsip-prinsip dasar pendidikan karakter yang
diterapkan di sekolah antara lain7: (1) mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai
basis karekter; (2) mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup
pemikiran, perasaan, dan perilaku; (3) menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif
dan efektif untuk membangun karakter; (4) menciptakan komunitas sekolah yang
memiliki kepedulian; (5) memberikan kesempatan kepada peserta didik membangun
karakter mereka dan membantu mereka untuk sukses; (6) memiliki cakupan terhadap
kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik; (7)
mengusahakan tumbuhnya motivasi dari para peserta didik; (8) memfungsikan
seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk
pendidikan karakter dan setia pada nilai-nilai dasar yang sama; (9) adanya pembagian
6

Prof. Dr, Muchlas Samani dan Drs. Harianto, M.S. 2012. Konsep dan pendidikan
karakter . PT Rosadakarya: Bandung. Hal 46
7
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi Bandung: Alfabeta,
2012. Hal 36
6

kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan
karakter; (10) memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam
usaha membangun karakter, dan; dan (11) mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf
sekolah sebagai guru-guru pendidikan karakter dan manifestasi positif dalam
kehidupan peserta didik.8 Dalam mewujudkan pendidikan karakter di sekolah.
Menurut Fathurrahman terdapat langkah-langkah

pelaksanaannya meliputi: (1)

perencanaan, yaitu mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat
merealisasikan pendidikan karakter, mengembangkan materi pendidikan karakter
untuk setiap jenis kegiatan di sekolah, mengembangkan rancangan pelaksanaan setiap
kegiatan, dan menyiapkan fasilitas pendukung pelaksanaan program pendidikan
karakter; (2) implementasi, yaitu pembentukan karakter yang terpadu dengan
pembelajaran pada semua mata pelajaran, pembentukan karakter yang terpadu dengan
manajemen sekolah, pembentukan karakter yang terpadu dengan kegiatan
kependidikan; dan (3) monitoring dan evaluasi, yaitu kegiatan untuk memantau
proses pelaksanaan program pendidikan karakter, yang terfokus pada kesesuaian
proses pelaksanaan program pendidikan karakter berdasarkan tahapan atau prosedur
yang telah ditetapkan.9
Menurut Lickona, terdapat 11 (sebelas) prinsip agar pendidikan karakter dapat
berjalan efektif: (1) mengembangkan nilai-nilai etika inti dan nilai-nilai kinerja
8

Buchory MS dan Tulus Budi Swadayani Program Pascasarjana Universitas PGRI
Yogyakarta dan Mahasiswa Pascasarjana Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IV,
Nomor 3, Oktober 2014. Hal. 239
9
ibid
7

pendukungnya sebagai fondasi karakter yang baik; (2) mendefinisikan 'karakter'
secara komprehensif yang mencakup pikiran, perasaan, dan perilaku; (3) pendekatan
yang komprehensif, disengaja, dan proaktif dalam pengembangan karakter; (4)
menciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian; (5) memberi siswa
kesempatan untuk melakukan tindakan moral; (6) membuat kurikulum akademik
yang bermakna dan

menantang yang menghormati semua peserta didik,

mengembangkan karakter, dan membantu siswa untuk berhasil; (7) mengusahakan
mendorong motivasi diri siswa; (8) melibatkan staf sekolah sebagai komunitas
pembelajaran dan moral yang berbagi tanggung jawab dalam pendidikan karakter dan
upaya untuk mematuhi nilai-nilai inti yang sama yang membimbing pendidikan
siswa; (9) menumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral dan dukungan
jangka panjang bagi inisiatif pendidikan karakter; (10) melibatkan keluarga dan
anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya pembangunan karakter; (11)
mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter, dan
sejauh mana siswa memanifestasikan karakter yang baik.10
Maka pada prinsipnya pendidikan karakter dapat mengintegrasikan nilai-nilai
perilaku manusia secara intensif melalui pendekatan pada suatu wadah yaitu sekolah
yang mana terdapat pendekatan persuasif oleh guru terhadap siswa dan begitu juga
sebaliknya antara siswa dengan guru serta memberikan contoh secara bertahap mulai
dari tingkat yang paling rendah yaitu PAUD, SD, SMP sampai yang paling tinggi
10

Triatmanto FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Cakrawala Pendidikan, Mei
2010, Th. XXIX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY. Hal 191-192
8

yaitu SMA dan tingkat Mahasiswa. Maka akan terbentuknya karakter yang unggu dan
dapat diandalkan.
C. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan pendidikan karakter yaitu menciptakan bangsa yang kuat, kompetitif,
mempunyai karakter baik, bermoral, toleransi, kerjasama, cinta tanah air,
perkembangan yang dinamis, serta mempunyai ilmu pengetahuan dan teknologi yang
kesemuanya itu di dorong oleh kelima sila dalam Pancasila.11
Dalam publikasi Pusat Kurikulum tersebut dinyatakan bahwa pendidikan
karakter berfungsi:12
a. Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan
berperilaku baik.
b. Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur.
c. Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Dalam fungsi pendidikan karakter bangsa adalah sebagai berikut:13
1. Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi
berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku
yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa;
2. Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab
dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat
11

Puskurbuk. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter . Depdiknas. Hal 2
Ibid. Hal 2
13
Tim IKIP PGRI Semarang. 2011. Pendidikan Karakter di Sekolah dan Perguruan
Tinggi. Semarang: IKIP PGRI Semarang Press. Hal 51
12

9

3. Penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang
bermartabat.
Pendidikan karakter juga dipahami sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi
pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan
kemampuan seluruh warga sekolah untuk memberikan keputusan baik buruk,
keteladanan, memelihara apa yang baik dan wewujudkan kebaikan itu dalam
kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.14
Zubaedi berpendapat bahwa Character is the sum of all the qualities that make
you who you are. It’s your values, your thoughts, your words, your actions. Artinya
karakter adalah keseluruhan nilai-nilai, pemikiran, perkataan, dan perilaku atau
perbuatan yang telah membentuk diri seseorang. Dengan demikian, karakter dapat
disebut sebagai jati diri seseorang yang telah terbentuk dalam proses kehidupan oleh
sejumlah nilai-nilai etis dimilikinya, berupa pola pikir, sikap, dan perilakunya.
Pengembangan karakter dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai etika dasar (core
ethical values) sebagai basis bagi karakter yang baik. Tujuannya adalah terbentuknya

karakter yang baik. Indikator karakter yang baik terdiri dari pemahaman dan
kepedulian pada nilai-nilai etika dasar, serta tindakan atas dasar inti nilai etika yang
murni.15
14

Kemendiknas. 2011. Buku Induk Pendidikan Karakter. Jakarta: Kementerian
Pendidikan Nasional. Hal. 5
15
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasi Dalam
Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana. Hal 11
10

Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter, nilai-nilai yang dikembangkan dalam
pendidikan karakter di Indonesia diidentifikasi dari empat sumber: (1) Agama,
masyarakat Indonesia merupakan masyarakat beragama; (2) Pancasila, NKRI
ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yaitu
Pancasila; (3) Budaya, nilai budaya dijadikan dasar karena tidak ada manusia yang
hidup bermasyarakat yang tidak didasari nilai-nilai budaya; (4) Tujuan pendidikan
nasional, berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.16
D. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah
Sekolah merupakan suatu lembaga yang dirancang untuk melaksanakan
proses belajar mengajar antara guru dengan murid. Sistem pendidikan di sekolah
merupakan sistem pendidikan formal yang mana pelaksanaannya dilakukan secara
terencana dan terperinci. Sekolah berfungsi mengembangkan kemampuan siswa dari
segi hard skill, soft skill serta nilai-nilai kebaikan dalam diri mereka. Hal tersebut

16

Hasan, Said, Hamid, dkk. 2010. “Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter

Bangsa”, Hal 8. Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan
Nilai- nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta:
Puskur Balitbang Kemendiknas. Hal 8. Berdasarkan keempat nilai tersebut,
teridentifikasi sejumlah 18 nilai untuk pendidikan karakter yaitu: (1) religius; (2)
semangat kebangsaan; (3) jujur; (4) cinta tanah air; (5) toleransi; (6) menghargai
prestasi; (7) disiplin; (8) bersahabat atau komunikatif; (9) kerja keras; (10) cinta
damai; (11) kreatif; (12) gemar membaca; (13) mandiri; (14) peduli lingkungan; (15)
demokratis; (16) peduli sosial; (17) rasa ingin tahu; (18) tanggung jawab.
11

sejalan menurut Sjarkawi.17 yang mengemukakan bahwa sekolah sebagai lembaga
pendidikan bertanggung jawab untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan
kecakapan siswa dalam menetapkan suatu keputusan untuk bertindak atau untuk tidak
bertindak. Agar hal tersebut dapat tercapai sekolah harus menciptakan iklim dan
budaya sekolah yang baik sehingga dapat mengembangkan pola pikir dan
meningkatkan kemampuan soft skill dan karakter siswa.
Menurut Moh. Said bahwa karakter yang baik terdiri atas mengetahui
kebaikan (knowing the good), mencintai atau menginginkan kebaikan (loving or
desiring the good), dan melakukan kebaikan (acting the good ).18 Maka, untuk

membentuk karakter yang efektif adalah dengan melibatkan ketiga aspek tersebut.
Proses pengembangan karakter siswa di sekolah. Menurut Zuchdi, memiliki pola:
rencanakan, laksanakan, refleksi dan apa langkah selanjutnya. 19 Tentu saja dengan
pelaksanaan yang dilakukan secara berkesinambungan dan terus menerus. Hal
tersebut dimaksudkan agar pendidikan karakter memanfaatkan pengalaman yang
telah dilalui, tidak mengulang kesalahan, dan senantiasa memperbaiki tindakan yang
telah dilakukan. Proses yang berkesinambungan tersebut diwujudkan dalam
pembiasaan dan budaya sekolah.

17

Sjarkawi. 2006. Pembentukan Kepribadian Anak Peran Moral Intelektual,
Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri. Jakarta: Bumi
Aksara. Hal 42
18
Said, Op. Cit., 64
19
Darmiyati Zuchdi. 2011. Pendidikan Karakter dalam perpektif Teori dan Praktik.
Yogyakarta: UNY Press. Hal 178
12

Menurut Ryadi Agustimus mengatakan ada tiga fokus pendidikan karakter.
Pertama , pendidikan karakter yang memusatkan diri pada pengajaran (teaching
values). Siswa perlu mengetahui dan memahami isi nilai-niai tertentu yang harus

dipelajari serta dikumpulkan kualitas keutamaan moral (kejujuran, keberanian, dan
kemurahan hati). Maka akan terbentuknya pengetahuan dan intelektual. Kedua ,
pendidikan karakter memusatkan diri pada klarifikasi nilai (value clarification).
Dalam hal itu siswa dituntut memiliki proses penalaran moral dan pemilihan nilai.
Maka terfokus pada perilaku yang terbentuk. Sedangkan ketiga , pendidikan karakter
yang memakai pendekatan pertumbuhan moral (character development). Siswa harus
mengutamakan perilaku yang merefleksi nilai-nilai dan menekankan unsur motivasi,
serta aspek keperibadian yang stabil.20 Maka pendidikan karakter yang akan
menumbuhkan motivasi internal dan eksternal dalam membentuk karakter individu
seseorang.
Maka menurut Aunillah, suatu pendidikan karakter akan dilakukan oleh guru,
yang mampu mempengaruhi peserta didik.

21

Dalam hal ini guru dapat membantu

membentuk watak peserta didik agar senantiasa positif dan memiliki keperibadian
baik serta nilai-nilai yang terarah.

20

Ryadi
Agustimus.
2011.
Pendidikan
karakter
yang
kontekstual.(http://rumahfilsafat.com/2011/11/2003/pendidikan-karakter-yangkontekstual/) diakses pada tanggal 27 Agustus 2016
21
Aunillah. 2011. Panduan Penerapan Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta:
CV. Laksana. Hal 22
13

Hal serupa menurut menjelaskan sterategi pendidikan yang berbasis karakter
(PBK) adalah melalui:22
1. Pembiasaan. Otak membutuhkan pengulangan untuk membuat tingkah
laku tertentu menjadi kebiasaan.
2. Keteladanan. Abdullah Nashih Ulwan mengatakan “keteladanan dalam
pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling
berhasil atau membekas dalam mempersiapkan dan membentu aspek
karakter, moral, spiritual dan etos sosial siswa disekolah
Karakter sebagai keseluruhan kebebiasaan yang dimiliki, sifat konsisten,
kadang tidak disadari, secara terus menerus mengekspresikan diri baik yang efektif
maupun yang tidak efektif. Maka kebiasaan ini dapat dipelajari atau dihilangkan.
Namun, memerlukan waktu lama, proses, dan komitmen yang tinggi. Kebiasaan itu
bisa saja berupa pengetahuan, skill, dan keinginan. Maka dalam pendidikan karakter
dibutuhkan wadah yaitu sekolah sebagai tempat implementasi yang tepat.
Pendidikan karakter sangat penting untuk diterapkan di setiap sekolah. Hal ini
karena karakter yang baik terkait erat dengan keberhasilan anak didik dalam belajar di
sekolah. Menurut Joseph Zins menegaskan bahwa kecerdasan emosional, yang di
dalamnya terkait erat dengan pendidikan karakter, ternyata berpengaruh sangat kuat

22

Aswandi. 2010. Membangun Bangsa melalui pendidikan berbasis Karakter, dalam
Jurnal pendidikan karakter. Publikasi ilmiah pendidikan umum dan nilai, Vol. 2 No 2
Juli 2010
14

dengan keberhasilan belajar.23 Dan menurut Dr. Marvin Berkowitz menyampaikan hasil
penelitiannya bahwa terdapat peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi
akademik dan mereduksi perilaku negatif pada sekolah-sekolah yang menerapkan
pendidikan karakter.24 Senada dengan Joseph Zins dan Berkowitz, Goleman
mengungkapkan bahwa 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20
persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ), serta anak-anak yang mempunyai masalah
dalam kecerdasan emosinya akan mengalami kesulitan belajar, kesulitan bergaul, dan
tidak dapat mengontrol emosinya.25 Karakter merupakan salah satu unsur penting dari
kualitas seseorang. Kualitas karakter seseorang juga menentukan kemajuan suatu bangsa.
Oleh karena itu, karakter perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Hal ini dimaksudkan
agar karakter anak didik terbentuk dengan baik.
Masnur Muslich menyatakan pendidikan karakter harus dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan yang melibatkan aspek knowledge, feeling, loving, dan
action. Akan tetapi, sistem pendidikan dini yang ada sekarang ini terlalu berorientasi

pada pengembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan pengembangan otak
kanan (afektif, empati, dan rasa). Padahal, pengembangan karakter lebih berkaitan
dengan optimalisasi fungsi otak kanan26. Zainal Aqib menyatakan salah satu unsur
penting dalam pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai itu sehingga anak didik

23

Akhmad Muhaimin Azzet. (2014). Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia:
Revitalisasi Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan
Bangsa. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Hal 41
24
Barnawi & M. Arifin. (2012). Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan
Karakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Hal 17
25
Ibid. Hal 18
26
Muslich. Op. Cit hal 36
15

memiliki gagasan konseptual tentang nilai-nilai pemandu perilaku yang bisa
dikembangkan dalam mengembangkan karakter pribadinya.27 Dalam hal ini, pendidikan
harus mampu menghasilkan peserta didik yang cerdas secara akademik, tetapi juga
mempunyai karakter yang luhur. Dan sekian lembaga pendidikan yang ada, bahwa yang
paling efektif untuk menanamkan pendidikan karakter adalah pada masa usia dini, karena
pada usia tersebut anak sedang mengalami perkembangan yang sangat luar biasa (the
golden age) dan belum memiliki banyak pengaruh dari pihak luar manapun. Pendidikan

seharusnya menjadikan anak didik sebagai titik pusat orientasi. Hal ini penting karena
anak didik akan menjadi seperti apa tergantung kepada desain pendidikan yang dibuat.
Oleh karena itu, pendidikan memiliki peranan yang signifikan dalam konteks
character building. Melalui pendidikan karakter yang diinternalisasikan di sekolah,

diharapkan krisis multidimensional bangsa ini dapat segera teratasi. Selanjutnya, dengan
pendidikan karakter diharapkan tujuan pendidikan nasional dapat tercapai.

27

Zainal Aqib. (2011). Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa.
Bandung: Yrama Widya. Hal 50
16

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendidikan karakter adalah pembentukan watak seseorang mulai dari tingkat
dasar (PAUD, SD, SMP) sampai dengan tingkat menegah (SMA) dengan wujud
suatu tindakan baik itu berupa moral, etika dan nilai-nilai yang mengubah wujud
karakter menjadi karakter yang baik. Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai to
deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal character development

(usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk membantu
pembentukan karakter secara optimal.
Maka pada prinsipnya pendidikan karakter dapat mengintegrasikan nilai-nilai
perilaku manusia secara intensif melalui pendekatan pada suatu wadah yaitu sekolah
yang mana terdapat pendekatan persuasif oleh guru terhadap siswa dan begitu juga
sebaliknya antara siswa dengan guru serta memberikan contoh secara bertahap mulai
dari tingkat yang paling rendah yaitu PAUD, SD, SMP sampai yang paling tinggi
yaitu SMA dan tingkat Mahasiswa. Maka akan terbentuknya karakter yang unggu dan
dapat diandalkan. Character is the sum of all the qualities that make you who you
are. It’s your values, your thoughts, your words, your actions. Artinya karakter
adalah keseluruhan nilai-nilai, pemikiran, perkataan, dan perilaku atau perbuatan
yang telah membentuk diri seseorang. Dengan demikian, karakter dapat disebut
sebagai jati diri seseorang yang telah terbentuk dalam proses kehidupan oleh
sejumlah nilai-nilai etis dimilikinya, berupa pola pikir, sikap, dan perilakunya.
17

Dan sekian lembaga pendidikan yang ada, bahwa yang paling efektif untuk
menanamkan pendidikan karakter adalah pada masa usia dini, karena pada usia
tersebut anak sedang mengalami perkembangan yang sangat luar biasa (the golden
age) dan belum memiliki banyak pengaruh dari pihak luar manapun. Melalui
pendidikan

karakter

yang diinternalisasikan

di

sekolah,

diharapkan

krisis

multidimensional bangsa ini dapat segera teratasi. Selanjutnya, dengan pendidikan
karakter diharapkan tujuan pendidikan nasional dapat tercapai.

B. SARAN
Demikian hasil dari makalah ini, bila ada kekurangan bisa disempurnakan di
kemudian hari. Semoga bermanfaat dan bisa menjadi referensi pembaca dalam
makalah selanjutnya. Terima kasih

18

DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Aunillah. 2011. Panduan Penerapan Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta:
CV. Laksana.
Aqib, Zainal. (2011). Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak
Bangsa. Bandung: Yrama Widya

Azzet, Akhmad Muhaimin. (2014). Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia:
Revitalisasi

Pendidikan

Karakter

terhadap

Keberhasilan

Belajar

dan

Kemajuan Bangsa. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Barnawi & M. Arifin. (2012). Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan
Karakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Darmiyati, Zuchdi. 2011. Pendidikan Karakter dalam perpektif Teori dan Praktik.
Yogyakarta: UNY Press.
Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi Bandung:
Alfabeta,
Hasan, Said, Hamid, dkk. 2010. “Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa”, Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan
Nilai- nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa.
Jakarta: Puskur Balitbang Kemendiknas.
Kemendiknas. 2010. Buku Induk Pendidikan Karakter. Jakarta: Kementerian
Pendidikan Nasional.
Moh. Said. 2011. Pendidikan karakter di sekolah. Jaring Pena: Surabaya.
Muslich, Masnur 2014. Pendidikan Karakter
Multidimensional). Bumi Aksara: Jakarta.

(menjawab

tantangan

Puskurbuk. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter . Depdiknas
19

krisis

Samani, Prof. Dr, Muchlas dan Drs. Harianto, M.S. 2012. Konsep dan pendidikan
karakter . PT Rosadakarya: Bandung.
Sjarkawi. 2006. Pembentukan Kepribadian Anak Peran Moral Intelektual,
Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri. Jakarta:
Bumi Aksara.
Tim IKIP PGRI Semarang. 2011. Pendidikan Karakter di Sekolah dan Perguruan
Tinggi. Semarang: IKIP PGRI Semarang Press

Yaumi, Muhammad. 2014. Pendidikan Karakter (landasan, pilar & Implementasi).
Prenada Media Group: Jakarata

Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasi Dalam Lembaga
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Jurnal
Akhwan, Muzhoffar. EL-TARBAWI VOL. 7 NO.1 2014
Aswandi. 2010. Membangun Bangsa melalui pendidikan berbasis Karakter, dalam
Jurnal pendidikan karakter. Publikasi ilmiah pendidikan umum dan nilai, Vol.
2 No 2 Juli 2010
Buchory MS dan Tulus Budi Swadayani Program Pascasarjana Universitas PGRI
Yogyakarta dan Mahasiswa Pascasarjana Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun
IV, Nomor 3, Oktober 2014.
Triatmanto. FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Cakrawala Pendidikan, Mei
2010, Th. XXIX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY.
Internet:
Ryadi
Agustimus.
2011.
Pendidikan
karakter
yang
kontekstual.(http://rumahfilsafat.com/2011/11/2003/pendidikan-karakter-yangkontekstual/) diakses pada tanggal 27 Agustus 2016

20