DIALEKTIKA ANTARA FILSAFAT DAN AGAMA DAL

AL-BANJARL hlm. 1-12

Vol. 13, No.

1,

Januari-Juni 2014

DIALEKTIKA ANTARA FILSAFAT DAN AGAMA DAI/.M
PEMIKIRAN FILSAFAT ISLAM: Kesinambungan dan Interaksi
'W'ardani
Fakultas ushuluddin dan Humaniora

IAIN Antasari Banjarmasin

Abstract
This article is aimed to describe dialectical relation between Islamic philosophy (hikmah) and Islamic religious doctrin (syariah). The tension
between two has emerged since declination of rational theology
(Mu'tazilite) and since the rise of ortodox theology (Asy'arite). Al-Ghazali,
one of prominent scholars of the Asy'arite, has attacked Moslem philosophers, such as Ibn Sini. This article has came to the conclusion that in
such tension, in which religion and rational thought met, the two neither reached utterly different results, nor yet were they identical, but

seemed to run parallel to one another.
Kata Kunci: dialektika,

h

ikmab, sjtari'ah, kesinambungan, interaksi,

paralel.

Pendahuluan
Dalam Fnhl al-Maqdl,Ibn Rusyd meyakinkan bahwa agama (g,ariah) dan filsafat
(biknab) tidak bertentangan. Memang, terjadi ketegangan antara kalangan teolog,
terutama al-Ghazili dalam Tahifut al-FalAsifah, dan kalangan filosof Islam, terutama
kalangan filosof Perifatetik, seperti Ibn Sini. Ketegangan itu tergambar dari ucapan
Ibn Rusyd bahwa celaan dari sahabat lebih terasa sakit dari celaan dari musuh,
karena menurutnya , agama (;jtari'ah) dan filsafat (hiknah) sebenarnya bersaudara.
"Hikmah (filsafat) adalah sahabat sltart'ah (agama) dan saudara sesusuannya(anna
al-hikmah hila shdhibat al-yari'ah ua al-ukht al-radhi'ah)", tegasnya.l
Ketegangan antarakeduanya terjadi, sebagaimana sejarah mencatat, ketika terjadi
interaksi yang sangat intensif antara filsafatdan agama terjadi sejak adanya rambatan

"gelombang Hellenisme" (tbe aaae of Heltenism), meminjam istilah William Montgomery Watt, peradaban Yunani, Persia, Romawi, dan unsur lain ke dunia Islam
pada masa penerjemahan karya-karya Yunani pada era al-Ma'mffn.2 Meski beberapa

intelektual muslim, seperti Seyyed Hossein Nasr, menekankan posisi penting al1

Ibn Rusyd,

Fasbl al-Ma7dlfr MA Bay al-Hikmah ua asySlari'ab min al-Ittisltit (Mesir: Dir alMa'Arif, t.th.), h. 67.
'z Lihat William MontgomeryWatt, Islamic Philosopllt and Theologt, an futmded Suruelt (Edinburgh:
Edinburgh Universiry Press, 1992), h. 33.

2

Vol. 13, No. l,Januari-Juni2014

AL-BANJARI

Qrr,an dan hadits

sebagai sumber dan inspirasi terjadinya


interaksi filsafat dan
bahwa secara historis

menyatakan
frr"' Islam,3 F. E. Peteis dengan begitu yakin
"ilmu-ilmu asing" membuktikan
dan
i.-U.arr" antara "ilmu-ilmri keislaman"
Islam, atau pandangan relatif kecil muslim,

ierjadinya interaksi tersebut. Pandangan
bahwa
yr"g ,.raiaik dalam kultur asing itu atau Hellenisme, telah menunjukkan
Aristoteles'a
-.r-.k" adalah pewaris Plato dan
yaitu Aristotelianisme
Doktrin Islam telah berinteraksi dengan dua proses,

besar Yunani' Namun, kedua arus

dan Neo-platonisme sebagai dua arus pemikiran
yaitu Aristotelianisasi Neo-platonisme dan

f..Lir*

itu

saling

-.irp.ngrruhi,

pada pembahasan
i'l--|.-ff"r"nisasi AristotelianiJme. Sebagaimana disebutkan

level ontologr beings, sedangkan
sebelumnya, proses pertama lebih terkait dengan
Kenyataan
y..g k.at", p.rrortrn metafisika yang dikaitkan dengan kosmologi's
dan
"steril"

tidak lagi
ini menyebabkan bahwa doktrin Islam, terutama metafisika,
(al-Qrr'an dan hadit$, melainkan
murni bersifat normatifyang dasarnya adalah teks
filsafat'
juga bersifat historis a..tgri masuknya pemikiran eksternal, termasuk
bahwa munculnya teologi skolastik di pertengahan

Fakta historis mencatat
penelitian yang dimunculkan
abad ke-l8 merupakan manifestasi semangat baru
Munculnya teologi skolastik st'
karena m"suLrry" filsafat Yunani ke dunia Islam.
di dunia Kristen Katolik'
Thomas Aquinas ltizts-tzz+l dengan teologi naturalnya
filsafatYunani
merupakan mata rantai yang menghubungkan antafatradisi
misalnya,

Aquinas

drn tr"iiri pernikiran Islam ke dunia Barat di abad pertengahan.

komentator-komentator
membangurr sistem filsafat dan teologinya melalui
Ibn Sini yang di dunia
pemikiran
Aristoteles, Seperti Ibn Rusyd (Averro€s), atau
spekulatif untuk
Latin abad pertengahan ketika itu menjadi bagian pemikiran
hubungan wahyu-rasio atau
pembuktian-rasional adanyatuhan dan problernatika
filsafat-teologi.6

3 Lihat Selyecl l{osseir.r Nasr, "The Qtr'an and Hadith as source and Inspiration of Islamic
(Lonphilosophy", Selyed Hossein N"s, dan oliver Leaman (eds.), Hitorl of Istanic Philosopfut
-39'
27
don dan Nerv York: Routledge, 199 6), P att I, h'

4 F. E. peters, .,The Greek anisyriac Background", dalam Nasr dan Leaman (eds'), History of

Islamic PhilosoPlry, h. 4041.

dalam Nasr
Shry.jrn, "The Transmission of Greek Philosophy to the Islamic'W'orld"'
93'
dan L.rmar, (eds.), Ilistorl of Islamic Philosopbit,h'
dan aiaran agama' terutama
Tentang p.rnikirrr, Islam ialam hal hubungan antara filsafat

s yegane

,

Kristen abad tengah' telutama pada St'
filsafat Averroisme, dan pengaruh terhadap metafisika
dan rasio atau hubungan filsafat
wahyu
Thomas Aquinas arfr* up"i, harmonisasi kebenaran
dalam James Hastings
"Aquinas"'

Heald'
dan teologi (scientia ,orroi, ith^r, antara lain, J' M'
dan Edinburgh: T'
sons
scribner's
charles
(ed.), EnEctopaertia of Religion antl Ethics(NewYork:
d'Aquino)",
(Thommaso
"ThomasAquinas
A. Weiseipl,
e< T. Clarck, rszs), vol. t,i. 653;James
Publishing
York:.Macmillan
(New
dalam Mircea nliade (ed.), The. EnEclopaedia of Religioa
483485'
h'
14'
vol'

1987)'
Company dan London: iollier Macmillan Publshers'

Wardani

Dialektika antara Filsafat dan

Agama

3

situasi Seiarah: Deklinasi reologi Rasional Mu'tazilah dan Bangkitnya
Teologi "Moderat" Asy'ariyah
Sebagaimana diketahui, persentuhan intensif Islam dengan filsafat dimulai
dari masa penerjemahan karyalcarya Yunani, termasuk dalam bidang flsafat. Puncak
dari ketegangan antara keduanya terlihat dari polemik antara al-Ghazirli dan Ibn
Rusyd. Menurut Majid Fakhry apayangdisebut sebagai kemunduran atau deklinasi
rasionalisme teologi yang mengiringi masa penerjemahan itu adalah reaksi terhadap
Mu'tazilah sebagai teologi rasional yang dalam kurun waktu seabad setelah *afatnfa
'wishil ibn 'Atha ', pencetusnya, pada masa al-Ma'mrin, di mana teologi Mu'tazilah

ketika itu berkolaborasi dengan kekuasaan politik yang menjadikannya sebagai
doktrin teologis resmi penguasa. Namun, pada masa al-Mutawakkil, afiliasi teologi
Mu'tazilah dengan kekuasaan telah diruntuhkan oleh kebijakan politik baru.t Begitu
juga, sebutan"al-i'ti?dd al-q,hdiri'(teologi versi al-e,idiri), tepatnya teologi
seorang
khalifah Abbasiyyah, al-Qfdir Billah Qgr-423 H/ 991-1031 M), yang dialamatkan
kepada Mu'tazilah pada masa'Abbasiyyah menandai keruntuhan citra aliran teologi
tersebut di kalangan kaum muslimin ketika itu. Lima prinsip ajaran (al ushfrt alkhamsah) dan pengajaran ilmu kal,im, menurut Muhammad 'Imarah, ketika itu
diharamkan, meski afiliasi Mu'tazilah-Syi'ah (zaydiyyah) memperoleh kekuatan
politis dalam kekuasaan Dinasti Buwayh yang kemudian melahirkan tokoh besar
Mu'tazilah generasi akhir,'Abd al-JabbAr.8
Meski terjadi afiliasi Mu'tazilah-Syi'ah, secara umum kondisi sosio-kultural
dan politis menunjukkan terjadinya deklinasi rasionalisme teologi. Menurut Fakhry
deklinasi tersebut secara monumental ditandai dengan menguatnya tradisionalisme
Ahmad ibn Hanbal dalam sistem berpikir teolog yang secara metodologis adalah
mu'tazili, yaitu Abri al-Hasan al-Asy'ari (w. 935). Dalam debat yang terkenal dalam
iiteratur-literatur kalAm tentang keadilan Tuhan (al-'adl, Diuine justia) antara alAsy'ari dan al-Jubba'i, terlepas dari validitasnya sebagai historis atau tidak historis,
menunjukkan bahwa al-Asy'ari merupakan teolog anti-Mu'tazilah.e Dari beberapa
problema kal,im yang dielaborasi, semisal hubungan perbuatan manusia dan
kekuasaan Tuhan, sifat-sifarNya, al-Qrr'an (diciptakan atau bukan), dan sebagainya,

Fakhry mencatat bahwa signifikansi historis "reformis" al-Asy'ari tidak terletak pada
eleborasinya untuk memecahkan problema-problema teologis yang dimunculkan
oleh Mu'tazilah. Akan tetapi, keinginan al-Asy'ari untuk mengeksplorasi metode
dialektika serta secara ipso facto berikhtiar menelusuri jalan tengah dalam klaimklaim yang dilakukan oleh kalangan tradisionalis dan anti-rasionalis merupakan
hal yang sangat signifikan.Jika posisi teologinya harus diungkapkan dalam formulasi

Majid Fakhry, A Historyt of Islanic Philosopfut (London: Longman dan New york: Columbia
University Press, 1983), h.203.
Muhammad 'Imirah, "Q6dhi al-Qdhih 'Abd al-Jabbar ibn Ahmad al-Hamadzini", dalam
Muhammad'Imirah (ed.), Rasd'il al-vdl ua atTauhid (cairo dan Beirut: Dir asy-syur1q,
1988), cet. ke-2, h. 26-27.

Majid Fakhry, A Historlt

of Islamic

Philosopfu,h.204.

4

Vol.

AL-BANJARI

13,

No.

1,

Januari-Juni 2014

"agnostik", tentu harus dibedakan antara posisi
bild kalfa,sehingga lebih bersifat
10

;rgtoiiit it*e" ;iAsy'

ar^ dengan agnostisistne buta'

metode knldm a1-Asy ari adalah
Meski ..*Uongk' t*llgi ,rlionrl Mu'tazilah,
Akan tetapi, substansi pemikirannya
b.rrtrrk analogis drri' metod. Mu'tazilah'
demikian, menurut Fakhry,
_...grrkr" iembali tesis-tesis Hanbalian.ll Dengan"substansi"
pemikiran, bukan
rasionalisme teologi terkait_ erat dengan
sebagai deklinasi
"metode" berpikir y,t'g Ji'lt"pkan' karena apayangdisebutnya
Asy'arilyah yang substansi pemikirannya
rasionalisme teologi ,J"r"rt kebangkitan
,,neo_Hanbalirn,, y^if iur,.ru dlberikan pendasaran rasional dengan metode

*"L;;;

Mu'tazilah.
menjadi situasi yang menjadikan
situasi seiarah seperti diuraikan di atas
semakin rumit' Bangkitnya kalangan
dialektika antara nfrriit arn ^gamaberjalan
mmomentumnya
menandai kuatnya kelompok "peniaga agama" 'yang
;;6;
bidang agama'
dalam
yang tidak hanla ahli
adalah munculnya pa,, tokoir-tokohnya
,ep.iti a1-Ghaz1li dan Fakhr al-Din al-RAzi'
melainkan juga terdidik dalam filsafat,
dalam konteks ketegangan filsafat dan
Mereka layaknya "p;;;; jalan tengah"doktrin.
Agama

Hubungan Dialektis Filsafat dan Ajaran
MenurutFaz|urRahman,memangterl"diketeganganantarafilsafatdengan
para filosof
teori metadsikzl dan epistemologi Yunani,
agama.sebagai

."r;;;,;;ri

Islammeng.-Urngt""idt""t""gdualisrieyangradikalantarabadandanroh
al-FArAbi (w' 339 H/950 M) dan

yang menjadi bagia; dari sistem filsafat semisal
roh setelah mati' Filsafat Ibn
Ibn sinA (370428 H/g8O-1037 M) tentang kekekalan
roh lebih mendekati ortodoksi dibanding filsafat'
Rusyd (w. 594 A1 isarurl
"""te
M) dalam Tabdfut al-Falasifub (Inkoherensi
1r.
Kritik sistematis
terhadap
pemikiran para Filosof) t.rrr"Jp model pemikiran tersebut, seperti kritiknya
di dalamnya serta
ide kekekalan alam d.rrgrn menrrniuLkan paradoks-paradoks
paling representatiftentang ketegangan
kekeliruan filsafat, l-n.ruirk* contoh yang
dan agama' Ketegangan tersebut' menurut
sekaligus telah terjadirry" i"tt'"L'i filsafat

*Ciiati

irtt

tentattg kebenaran: apakah ada

Rahman, t.trt, -.rrg"l,tt"' pt"o'lan fundame"tal
hanya rno"11Tt kebenaran'12 Sama
pluralisme L.b.n"ran (filsafat dan agama) atau
argumen rasional spekulatif filsafat
dengan tanggapan Kantt, terhadap i.egagal"r,
kosmologis, dan teleologis) di mana
tentang eksistensi ,.,fr"" ("rgun'.r, oniologir,

r0

208'
Majid Fakhry, A History of Islanic Philosopful h'

"tz M;jid Fakhry, A Historyt

of Islamic Philosopfu' h-' 207 '

of chicago Press, 1979), h. LL7-t20'

FazfurRahman, trh*(inio,go d"r, Lo'ior,: University
dan teleologis)
13
r.orgalan filsafat (argumen ontologis, kosmologis'
Tentang kritik Kant
iman (baca:
bagi
ruang
"rr]riro
dsafat memberikan
membuktikan adanya tut ir, ,lL bagaimana

dogma),lihat,antara|^in,Imma,oel-rant,RetigtonuithintheLimitsofReasonAlone'tafis.
1999). Lihat juga
Theodore M. Greene

d* H;y, H. Hudson (Newyork Harper

Torchbooks,

pentantarTheodoret't.C"tntdanHoyrH'Hudson"'TheHistoricalContextandReligious

'Sig;ifi."n.. of Kant's Religion" dalam buku tersebut'

'lfardani

Dialektika antara Filsafat dan

Agama

5

ditemukan sejumlah antinomi (kontradiksi antarargumen yang statusnya samasama kuat) bahwa para filosof telah melakukan pilihan untuk percaya, Rahman
mengan$Sap para filosof cenderung kepada kebenaran monistik (kebenaran doktrin)
sebagai kebenaran final. Tesis penting Rahman untuk menemukan harmonisasi
antar^ kedua kebenaran tersebut adalah bahwa "kebenaran agamasebenarnya adalah

kebenaran filosofis, tetapi menyatakan dirinya dalam simbol-simbol imaginati{,
bukan dalam rumusan-rumusan rasional yang telanjang saja..." Rahman dalam

konteks itu mengistilahkan agama sebagai "filsafat massa" (phitwophjt of masse).,a
Implikasi pandangan itu adalah bahwa pada level apa pun, suatu sistem teology'
metafisika memiliki sisi rasionalitas.
Ada dua kemungkinan yang terjadi, menurut Rahman, dari ketegan gan (tension) fiIsafatdan agama. Pertama, agama tetap melanjutkan spekulasi filosofis, meski
mendapat tekanan ortodoksi dengan menyediakan medium heterodoksi,
sebagaimanayang dilakukan sufisme filosofis. Kedua, dogma tetap bekerja dalam
sistem ortodoksinya sehingga memunculk an kal,im sebagai bangunan pemikiran
(body of thoagbt) yang sistematis yang meliputi epistemologi dan metafisika, seperti
"ortodoksi" filosoFteolog Fakr ad-Din ar-Rizi(w. 606 H/ L209).ts Kedua penyikapan
tersebut barangkali oleh Rahman dikatakan sebagai pengaruh filsafat terhadap
pemikiran Islam melalui "penyerapan" (absorption) dan "reaksi" atau-meminjam
istilah Fadlou Shahedina dalam Arabic Philosopfui and Wat: Continuity and Interactionl6 melalui dua proses sekaligus-yaitu: (1) proses adopsi elemen-elemen kultur
lain dan Q) pada saat yang sama terjadi proses seleksi atau adaftasi kultur luar
tersebut dengan nilai-nilai kultur internal. Dengan demikian, terjadinya ketegangan
antara kebudayaan Islam dan Yunani seperti terlihat dalam debat logika-bahasa
Matti (870-940) dan as-Sirifi (893-979) atau ketegangan antarafakafah dan kal,in
versi al-Ghaz?li dan Ibn Rusyd. Trilogi karya alGhazili,Maqdshid at FaLisfah, Tahdfut
al-Fal,4sifuh, dan manual logika Aristoteles, Mi'ydr al-'Ilm, menggambarkan
pertarungan filsafat dan agama. Al-GhazAli menarik pembedaan antara ilmu-ilmu
filsafat, seperti logika, dan ilmu-ilmu keagamaan, seperti metafisika, di mana terjadi
kekeliruan para filosof. Tiga nama yang disebutnya secara khusus adalah fuistoteles,
al-FArAbi, dan Ibn SinA. Kritik al-Ghaz6'1i sebenarnya ditujukan secara langsung
kepada Muslim Neo-platonis dan kepada Aristoteles secara tidak langsung. Dalam
Tah,ifut al-Falhfab, al4hazili menganggap ada 16 persoalan metafisis dan 4 persoalan
fisika yang mengancam keimanan, di antaranya: keabadian alam semesta,
pengetahuan Tuhan tentang hal-hal yang universal saja, dan penolakan kebangkitan
jasmani. Meskipun demikian, kritik a|-Ghazi'li terhadap
fal,isifuh yang
dimunculkannya kembali dalam otobiografi nya, al-Munqidz nin adh-Dhaldl,
diarahkan kepada argumen mereka yang dianggap "berjalan miring", bukan karena

Lo

's

Fazlur Rahman, Iskm,h. l2Ll2l.
Fazlur Rahman, Islam, h. l2l.

15Fadlou

Shahedina, dalam Theresa-Anne Druart (ed.),Arabic Phitwopfut and tbe Vbst: Continaigt
and Interaction fl(rashington: Georgetown University, 1988), h.25.

6

Vol.

AL-BANJARI

13,

No.

1,

Januari-Juni 20t4

menyatakan, sebagaimana dikutip
mereka dianggap "tidak Islami". Al-Ghazxli
Leaman, sebagai berikut:

oliver

Itisthemetaphysicalsciencesthatmostofthephilosophers,errorsare
apodiectic demonfound. Owingio the fact that they could not carry out
in logic, they difstration according to the conditions they had postulated
Aristotle's doctrine on these
fered a great deal i'bout metaphysical questions.
by ai-rarabi and Ibn Sina, approximates the teachmatters, as transmitted
ings of the Islamic philosophers'17

di mana sebagian besar kekeliruan
prru iilorof diiemukan' Karena mereka tidak mampu menunjukkan
demonstrasiargumenyangjelaskebenarannyasesuaidengansyarat.syarat
Pada persoalan-persoalan metafisikalah

berbeda pendapat tentang
yang mereka tetlpkan dalam logika, mereka banyak

tentang persoalanpersoalan-p..ro"lrn metafisika. Doktrin Aristoteles
p.rro"l.. ini, sebagaimana diterima oleh al-Firabi dan Ibn Sina' mendekati
ajaran-alaran Para filosof Islam'
pendekatan al-GhazAli
Dalam persoalan keabadian alam semesta, titik-tolak
untuk merekonsiliasikan
terhadapfaldsfah adalahmenjelaskan betapa sulitnya
^ntara
dengan konsep
d,an-fufa
Tuhan
tentang
mereka
sentral
p"ndrngrt
drrrr-d"J",
mengkritik filsafat dari fondasinya'
Islam,18 atau antarafilsafat dan dogma. Meski
memberikan
al-Faldsfab,yanimenjelaskan ide-ide pokokfakafal
karya'nya,Maqdshid

seorangfaylasitfie
skolastisism. t