PENTINGNYA MEWASPADAI FITNAH AHLI BID’AH, PEMIMPIN YANG MENYESATKAN DAN ORANG MUNAFIK

MAKALAH
PENTINGNYA MEWASPADAI FITNAH AHLI BID’AH, PEMIMPIN YANG
MENYESATKAN DAN ORANG MUNAFIK

Mata Kuliah : Teologi Islam
Dosen Pengampu : Fathurrohman, S.pd.I

Disusun oleh :
1. Richa Riyadhotul Jannah
2. Nanda Husna Ashfia An
3. Saidahtul Fittri

FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI JOMBANG
2015

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, atas segala kenikmatan yang telah memberikan karunia-Nya. Sholawat dan
salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW dan keluarganya.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah teologi islam di awal semester ini
dengan tema “ Mewaspadai Fitnah Ahli Bid’ah, Orang Munafik dan Pemimpin yang
Menyesatkan ” .
Dalam pembuatan makalah ini banyak sekali kekurangan dan jauh dari kata sempurna maka
dari itu kami menerima kritik dan saran agar kedepan lebih baik.
Kami berharap makalah ini bisa bermanfa’at untuk semuanya sebagai penambahan wawasan
dan pengetahuan khususnya untuk penulis sendiri.
Akhir kata , kami mengucapkan terimakasih kepada kelompok 6 atas kerjasama dan
partisipasinya dalam pembuatan makalah ini.

Jombang, 12 Oktober 2015
Ttd

Kelompok 6

BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam ilmu teologi islam banyak sekali persoalan yang dibahas didalamnya dari

mulai yang terkecil tentang sunah sampai persoalan besar tentang perpecahan aliran
dalam islam. Untuk makalah ini, kami membahas tentang mewaspadai fitnah ahli
bid’ah, orang munafik dan pemimpin yang menyesatkan.
Persoalan yang ada sekarang di peradaban islam ini, banyak sekali yang mudah
mengatakan bid’ah, dan para pemimpin yang menyalah gunakan jabatannya sehingga
tidak bertambah maju islam ini, melainkan tambah berpecah belah yang terkadang
menimbulkan permusuhan, pertikaian, dll.
Maka dari itu, dalam mata kuliah ini kami dibelajari untuk mengetahui ilmu-ilmu
tentang islam yang sekarang berkembang ini, agar kedepan lebih baik.
Dalam mewaspadai fitnah para ahli bid’ah diantaranya dengan tidak menuntut ilmu
dari ahli bid’ah, atau dari orang yang berbohong sekalipun tidak mendustakan hadist
Rasulullah saw.
Diantara yang menghancurkan islam adalah kesalahan orang allim, perdebatan orangorang munafik, dan hukum dari pemimpin yang menyesatkan.
2. Rumusan Masalah
a. Apa ciri-ciri munafik?
b. Bagaimana cara mewaspadi fitnah para ahli bid’ah?
c. Apa itu pemimpin yang menyesatkan?
3. Tujuan
a. Mengetahui tentang munafik
b. Mengetahui pemimpin yang menyesatkan

c. Dapat mewaspadai fitnah dari para ahli bid’ah

BAB II

PEMBAHASAN

1. Munafik
Dalam istilah syari’at islam, munafik berarti orang yang melakukan perbuatan
nifaq. Sedangkan nifaq sendiri menurut bahasa berarti habis, kalau menurut istilah
mempunyai arti perbuatan menyembunyikan kekafiran dalam hatinya dan
menampakkan keimanannya dengan ucapan dan tindakan. Perilaku seperti ini
pada hakikatnya adalah ketidaksesuaian antara keyakinan, perkataan, dan
perbuatan. Atau dengan kata lain, tindakan yang selalu dilakukan adalah
kebohongan , baik terhadap hati nuraninya, terhadap Allah swt maupun sesama
manusia.
Menurut bahasa munafik berasal dari kata ‫نفاقا منافقة‬yang berarti berpura-pura
pada urusan agama. Jadi, Munafik adalah orang yang menyembunyikan kekafiran
yang berada di dalam hatinya dan menyatakan (memperlihatkan) keimanan
dengan lisannya.
Allah swt mencontohkan melalui firman-Nya:


(14 : ‫حمن مميستنيهئزئئيينن )البقرة‬
‫نوائنذا ل نمقواال نئذيينن ا ننمن ميوا نقال ميوا ا ننم ننا نوائنذا نخل نيو ائنلى نشينئطييئنئهيم نقال ميواائ ننا نمنعك ميم ائن ننما ن ن ي‬

Artinya : “ Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka
mengatakan, ‘kami telah beriman,’ dan bila mereka kembali kepada setan-setan
mereka, mereka mengatakan, ‘ sesungguhnya kami sependirian dengan kamu,
kami hanya berolok-olok’’’. (Q.S. Al-Baqoroh, 2:14)
Para ulama menyebutkan bahwa munafik terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Munafik I’tiqadi, yaitu melakukan perbuatan yang menyatakan dirinya
beriman kepada Allah swt, sedangkan dalam hatinya tidak ada keimanan sama
sekali. Dia salat, bersedekah, dan beramal saleh lainnya, namun tindakan itu
tanpa didasari keimanan dalam hatinya. Allah swt melukiskan nifaq i’tiqadi
ini dalam quran.

‫عمهيم نوائنذا نقامميوا ائنلى ال نصنلائة نقامميوا ك منسانلى يمنرامءيونن ال ننانس نونلا ينيذك ممريونن‬
‫ائ نن ال يممن نئفئقيينن يم ن‬
‫عيونن الله نومهنو ن‬
‫خائد م‬
‫خئد م‬

(142: ‫الله ائ نلا نقلئييللا )النساء‬

Artinya: “ Sesungguhnya orang-orang munafik itu hendak menipu Allah swt-lah
yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk salat, mereka lakukan dengan
malas. Mereka bermaksud riya (ingin dipuji) di hadapan manusia. Dan mereka
tidak mengingat Allah swt kecuali sedikit sekali.” (Q.S An-Nisa, 4: 142)
Munafik i’tiqad ini melliputi :
 Mendustakan Rasul atau mendustakan sebagian ajaran yang dibawa Rasul
Mendustakan Muhammad saw sebagai Nabi dan Rasul Allah swt
merupakan sikap yang sangat membahayakan akidah seseorang. Dengan
keyakinan yang seperti ini akan dapat menyeret seseorang ke tempat yang
sangat tercela. Begitu pula dengan sikap yang mendustakan sebagian
ajaran yang dibawa oleh Rasulullah saw.
 Membenci Rasulullah saw atau membenci sebagian ajaran yang dibawa
Rasulullah saw

Ini aadalah bentuk lain yang diakukan oleh orang-orang munafik yaitu
benci, tidak menyukai Rasulullah saw atau membenci sebagian dari ajaran
yang dibawanya. Sikap benci ini akan menimbulkan rasa antipati yang
sangat kepada Rasulullah saw beserta ajarannya.

 Bahagia dengan kemunduran ajaran islam atau tidak senang dengan
kemenangan islam
Mereka bahagia dengan penderitaan dan kekalahan yang dialami oleh
Rasulullah saw dan para sahabatnya.
b. Munafik ‘Amali, yaitu mengingkari kebenaran dalam bentuk perbuatan.
Sesuai dengan sabda Rasullullah saw :

(‫ )رواه البخارى ومسلم‬. ‫خانن‬
‫ا نينمة يالممننائفئق ثنل ن ث‬
‫عندا ا نيخل ننف نوائنذا ائتمئمنن ن‬
‫ ائنذا نح ند ن‬: ‫ث‬
‫ب نوائنذا نو ن‬
‫ث ك ن نذ ن‬

Dalam hadits Nabi disebutkan bahwa tanda-tanda orang munafik ada 3, yaitu:
Apabila berbicara maka ia akan berbohong, bila berjanji maka ia akan
mengingkari, bila dipercaya maka ia akan menghianati. (H.R. Bukhori Muslim)
Abdullah bin Amar menyebutkan bahwa Nabi Muhammad saw bersabda :

‫ت ئفييئه نخيصل نلة ئمنن ال ئن ننفائق نح نتى‬

‫ا نيربنثع ئمين ك م نن ئفييئه نكانن ممننائفلقا ن‬
‫ت ئفييئه نخيصل نثة ئمن يمه نن نكان ن ي‬
‫خالئلصا نونمين نكان ن ي‬
‫جنر‬
‫عانهند ن‬
‫عنها ائنذا ائيتمئمنن ن‬
‫خانن نوائنذا نح ند ن‬
‫ب نوائنذا ن‬
‫ينند ن‬
‫غندنر نوائنذا نخانصنم نف ن‬
‫ث ك ن نذ ن‬

“ Ada empat perkara barangsiapa yang ada (keempat sifat itu) padanya jadilah ia
seorang munafik tulen. Dan barangsiapa yang ada padanya salah satu saja dari
sifat tersebut, berarti telah ada padanya sebgian dari sifat munafik itu sampai ia
meninggalkannya. Apabila dipercaya ia berkhianat, apabila berbicara ia
berbohong, apabila berjanji ia mengingkarinya, dan apabila bermusuhan ia
berbuat keji (HR. Bukhori)1
Ciri-ciri orang munafik yang lain, diantaranya :
 Ragu terhadap kebenaran islam

 Enggan melakukan salat, kalupun ia melakukan salat pasti karena paksaan
orang lain.
 Tidak punya kepastian dalam berpikir dan bertindak
 Terbiasa dengan kebohongan, ingkar janji, dan khianat
 Suka membual mengenai keindahan duniawi dan melupakan kehidupan
akhirat.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa ketika suatu kaum, negara atau
apapun ada salah satu sifat yang dominan dari 3 ciri diatas maka biasanya orang
yang munafik tersebut akan selalu menentang, tidak ta’at pada aturan yang ada.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Umar Ra bahwa:
Artinya : Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan terhadap umatku adalah
keberadaan orang-orang munafik yang fasih lidahnya.
Al-Munawi berkata “ Begitu banyak orang yang fasih lidahnya, tetapi kosong hati
dan amalnya,. Ia menukil secuil ilmu untuk mencari sesuap nasi, bahkan jadikan
untuk kesombongan, dia mengajak manusia menuju Allah, tetapi ia sendiri
berpaling dari-Nya”.2

1 Shahih Bukhari, kitab Al-Iman, Bab Alamat Al- Munafiq(1/14). Apabila bermusuhan ia
keji maksudnya adalah jika ia berbantahan maka ia akan mengeluarkan perkataanperkataan yang kotor, seperti mencla orangtua dan nenek moyang lawannya.
2 Risalah Ahlussunah Wal jama’ah hal 35


Imam al-Tabrani meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib Ra bahwa : “
Sesungguhnya aku tidak menghawatirkan umatku yang mukmin atau musyrik,
adapun yang mukmin akan dilindungi oleh imannya, sementara yang musyrik
akan dikendalikan oleh kekafirannya. Tetapi yang aku khawatirkan adalah orangorang munafik yang fasih lidahnya, dia akan berbicara sesuai apa yang kalian
ketahui , tetapi elakukan perbuatan yang kalian ingkari.”3
2. Pemimpin yang Menyesatkan
Ziyad bin Hudair berkata : “ Umar berkata kepadaku, tahukah kamu apa yang
menyebabkan islam hancur? Aku menjawab, tidak. Umar berkata, yang
menghancurkan islam adalah kesalahan orang alim, perdebatan orang-orang
munafik, dan hukum dari pemimpin yang menyesatkan.”
Imam Al-Thabrani meriwayatkan dari Abu Darda bahwa:
‫عنلى ا م نمئتى ا ينلائئ نمئة اليمئنضل ميونن‬
‫ائ نن ا نيخنوانف نما ا ننخامف ن‬
“ Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan terhadap umatku adalah keberadaan pemimpin
yang menyesatkan.”
Kaidah rasional menjelaskan bahwa kepatuhan umat pada pemimpin yang zalim akan
menyebaban mereka digiring pada kesengsaraan dan kehinaan. Ini telah dibuktikan dalam
sepanjang sejarah manusia, dan akan berulang pada kehidupan manusia berikutnya. AlQur’an menyebutkan, kenyataan inilah yang menyebabkan turunnya bala’ dan malapetaka,
dan Allah swt layak menurunkan azab pada umat manusia.

Seorang pemimpin yang zalim menyengsarakan kehidupan rakyat secara lahir dan batin, ia
dan para pendukung serta pemilihnya telah berada pada titik murka Allah swt yang dosanya
tak terampuni kecuali ia mampu dan telah menghibur jerit-tangis batin rakyatnya,
membahagiakan kesengsaraan mereka, mengentaskan mereka dari kemiskinan dan kefakiran,
menyelamatkan mereka dari lembah kehinaan dan kemaksiatan karena kemiskinan. Karena
itulah, kepemimpinan adalah puncak segalanya: puncak kemuliaan sekaligus puncak
kehinaan, puncak keutamaan dan sekaligus puncak dosa.
Kepemimpinan dalam Al-Qur’an disebutkan dengan istilah Imamah, pemimpin dengan istilah
imam. Al-Qur’an mengkaitkan kepemimpinan dengan hidayah dan pemberian petunjuk pada
kebenaran. Seorang pemimpin tidak boleh melakukan kezaliman, baik kezaliman dalam
keilmuan dan perbuatan, kezaliman dalam mengambil keputusan dan aplikasinya.
Seorang pemimpin harus mengatahui keadaan umatnya, merasakan langsung penderitaan
mereka. Seorang pemimpin harus melebihi umatnya dalam segala hal yaitu keilmuan,
perbuatan, pengabdian, ibadah, keberanian, keutamaan, sifat, perilaku, dan lainnya.
3. Mewaspadai fitnah para ahli bid’ah

3 Ibid

Abu fadhl al-Hamadzani berkata: “ Ahli bid’ah serta orang-orang yang memalsukan hadist
lebih berbahaya daripada orang-orang kafir yanng secara terang-terangan menentang islam.

Kalau Orang-orang kafir bermaksud menghancurkan islam dari luar sedangkan ahli bid’ah
menghancurkan islam dari dalam. Mereka seperti penduduk suatu kaum yang ingin
menghancurkan keadaan suatu kaum tersebut sedangkan kaum kuffar bagaikan musuh yang
sedang menunggu diluar benteng sampai pintu benteng tersebut dibuka oleh ahli bid’ah.
Sehingga ahli bid’ah lebih jelek akibatnya terhadap islam dibanding orang yang menentang
secara terang-terangan4”.
Ketahuilah! Sesungguhnya ahli bid’ah mengingkari taqlid dan menafsiri Al- qur’an dengan
pendapatnya sendiri, mereka menuduh para imam yang anti ijtihad, bahkan para sahabat
adalah salah dalam menetapkan beberapa masalah seperti masalah talaq, jumlah raka’at
sholat tarawih dan masalah yang lain.

BAB III
KESIMPULAN

4 Al-Maudlu’at ibnul Jauzi kitab Naqdur Rijal hal 128

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa:
1. Munafik yaitu orang yang menyembunyikan kekafiran yang berada di dalam hatinya
dan menyatakan (memperlihatkan) keimanan dengan lisannya.
2. Munafik dibagi 2, yaitu: Munafik I’tiqadi dan Munafik ‘Amali
3. Ciri-ciri orang munafik ada 3, yaitu: a. Bila berbicara berdusta b. Bila berjanji
mengingkari c. Bila diberi amanah menghianati
4. Kepemimpinan merupakan puncak segalanya mulai dari puncak kemuliaan,
keutamaan, kehinaan, kehancuran dan dosa. Pemimpin yang menyesatkan atau dzalim
akan membawa pada kemadhorotan rakyatnya, menyengsarakan rakyatnya dan
menghancurkan rakyatnya.
5. Pentingnya mewaspadai fitnah dari para ahli bid’ah karena ahli bid’ah lebih berbahay
daripada orang kafir. Kalau orang kafir menghancurkan islam dari luar tapi kalau ahli
bid’ah menghancurkan islam dari dalam.

DAFTAR PUSTAKA
Abu Ubaidah, Darwis. Panduan Akidah Ahlussunah Wal Jama’ah. Jakarta:
PUSTAKA AL-KAUTSAR. 2008