INCOME DAN BELANJA PEMERINTAH YANG BERPE (1)

INCOME DAN BELANJA PEMERINTAH YANG BERPENGARUH
TERHADAP PENDIDIKAN DALAM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
KABUPATEN YOGYAKARTA DALAM TAHUN 2003-2013

Disusun Oleh :
Dwi Putriana Pratiwi (2013-013-002)
Yanti

(2013-013-007)

UNIVERSITAS KATOLIK ATMAJAYA JAKARTA
2014

PENDAHULUAN

Konsep

pembangunan

pengertiannya


manusia

jauh

dibandingkan

lebih

konsep

luas

pembangunan

ekonomi yang menekankan pada pertumbuhan, kebutuhan
dasar, kesejahteraan masyarakat, atau pengembangan
sumber daya alam. Oleh karena konsep pembangunan
manusia

UNDP


produktivitas,

mengandung

empat

pemerataan,

unsur

yaitu

kesinambungan,

dan

pemberdayaan. Fokus utama pembangunan tidak cukup
hanya


pembangunan

diarahkan
Selain

pada

ekonomi

pengembangan

pertumbuhan

sangatlah

penting

kemiskinan
kesehatan


dan
yang

semata,
sumber

ekonomi,
dalam

daya

lebih

manusia.

pembangunan

manusia

mengurangi


tingkat

upaya

kesengjangan.
baik

tetapi

Pendidikan

memungkinkan

penduduk

dan
miskin

untuk meningkat nilai pendapatannya. Seperti hal nya

di

kabupaten-kabupaten

Istimewa

Yogyakarta

yang

berada

mempunyai

di

Daerah

upaya


untuk

menanggulangi kemiskinan dan kelaparan. Banyak upaya
yang dilakukan oleh pemerintah khususnya di bidang
pendidikan,

kesehatan,

serta

ekonomi.

Pada

paper

indeks pembangunan manusia tersebut digunakan untuk
mengukur pembangunan manusia pada tingkat kabupaten
atau


kota,

khususnya

provinsi

Daerah

Istimewa

Yogyakarta dalan kurun tahun 2004 sampai 2013.

LITERATUR REVIEW

Konsep pembangunan manusia memiliki dimensi
yang sangat luas. Menurut UNDP upaya kearah
“perluasan pilihan” hanya mungkin direalisasikan
jika penduduk paling tidak memiliki peluang umur
panjang dan sehat, pengetahuan atau ketrampilan yang
memandai,

dan
peluang
untuk
merealisasikan
pengetahuan yang dimiliki dalam kegiatan yang
produktif. Dengan kata lain, tingkat pemenuhan tiga
unsur
tersebut
dapat
dilihat
secara
tingkat
keberhasilan pembangunan manusia suatu Negara atau
daerah atau wilyah.
Untuk mengukur tingkat pemenuhan ketiga unsur
di atas UNDP menyusun sebuah indeks yaitu angka
harapan hidup pada waktu lahir, angka melek huruf
dewasa dan rata - rata lamanya penduduk di daerah
tersebut bersekolah. Pada indikator yang pertama
digunakan

untuk
mengukur
panjangnya
umur
dan
tingkat kesehatan, lalu dua indikator selanjutnya
mengukur pengetahuan dan ketrampilan dan yang
terakhir mengukur kemampuan dan sumber daya ekonomi
yang dalam arti luas
Pembangunan
akan
menempatkan
pembangunan
manusia sebagai kunci untuk mencapai pengembangan
sosial ekonomi masyarakat secara berkelanjutan.
Model pembangunan yang dianut Indonesia sebelumnya
lebih memfokuskan pada penambahan modal fisik.
Strategi
tersebut
ternyata

menyebabkan
adanya
kepincangan dalam distribusi pendapatan. Menurut
Amartya Sen (1985), taraf hidup manusia tidak boleh
hanya dipandang dari sekedar tingkat pendapatan,
namun juga kualitas hidup yang dimilikinya. Kualitas
hidup manusia didekati dengan tingkat pendapatan
harapan hidup yang merupakan cermin dari sisi
kesehatan dan kemampuan baca tulis serta lama
sekolah dari sisi pendidikan.
Dalam
butir-butir
MDGs,
tersirat
bahwa
penanggulangan
kemiskinan
dan
upaya
pemenuhan
kebutuhan dasar seperti pendidikan dan kesehatan
merupakan
prioritas.
Manusia
menjadi
objek
sasarannya. Dalam lingkup nasional, pemerintah
dewasa
gencar
melaksanakan
program-program

pembangunan
yang
menyangkut
pembiayaan
untuk
mengangkat kondisi sosial dan ekonomi masyarakat
khususnya bagi penduduk berpendapatan rendah. Dalam
bidang pendidikan, pemerintah menyaluran Bantuan
Operasional Sekolah atau yang biasa dikenal dengan
BOS. BOS ini untuk membantu biaya penyelenggaraan
pendidikan
di
sekolah-sekolah
dan
membantu
meringankan biaya sekolah bagi murid yang berasal
dari keluarga kurang mampu. Di bidang kesehatan,
pemerintah juga membuat program kesehatan bagi
keluarga miskin atau yang disebut askes gakin,
sehingga
masyarakat
yang
berpendapatan
rendah
memperoleh layanan kesehatan secara gratis di
puskesmas atau kelas tiga bagi di rumah sakit
pemerintah.
Dalam
lingkup
Provinsi
Yogyakarta
ada
strategi
dan
pembangunan yaitu :

Daerah
arah

Istimewa
kebijakan

1) Mengembangkan
kualitas
sumber
daya
manusia yang sehat, cerdas, professional,
humanis, dan beretika dalam mendukung
terwujudnya budaya yang adiluhung.
2) Menguatkan
pondasi
kelembagaan
dan
memantapkan struktur ekonomi daerah yang
berbasis pariwisata yang didukung potensi
lokal dengan semangat kerakyatan menuju
masyarakat yang sejahtera.
3) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas
tata kelola pemerintahan yang berbasis
Good Governance.
4) Memantapkan prasarana dan sarana daerah
dalam
upaya
meningkatkan
pelayanan
publik.

IPM tak lepas dari kritik karena indikator ini
tidak dapat mengukur dampak kerusakan lingkungan
yang diakibatkan pembangunan. Karena sesuai dengan
prinsip pembangunan berkelanjutan bahwa pembangunan
adalah memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengabaikan
kepentingan orang lain.

DESKRIPSI DATA
Indeks Pembangunan
Manusia DI Yogyakarta,
2004 – 2013
Kabupate
n
KULON
PROGO
BANTUL
GUNUNG
KIDUL
SLEMAN
KOTA
YOGYAKAR
TA
D I
YOGYAKAR
TA

2004
70.92

2005
71.50

2006
72.01

2007
72.76

2008
73.26

2009
73.77

2010
74.49

2011
75.04

2012
75.33

2013
75.95

71.51

71.95

71.97

72.78

73.38

73.75

74.53

75.05

75.51

76.01

68.86

69.27

69.44

69.68

70.00

70.18

70.45

70.84

71.11

71.64

75.11

75.57

76.22

76.70

77.24

77.70

78.20

78.79

79.39

79.97

77.42

77.70

77.81

78.14

78.95

79.29

79.89

80.24

80.51

72.91

73.50

73.70

74.15

74.88

75.23

76.32

76.75

77.37

79.52
75.77

Pada tahun 2011, Indeks Pembangunan Manusia DIY
tercatat 76.32 meningkat 0.55 poin dibanding IPM
tahun 2010. Dengan angka IPM tersebut DIY bertahan
pada peringkat keempat sesudah DKI Jakarta, Sulawesi
utara dan Riau, tidak berubah sejak tahun 2008.
Kenaikan IPM pada tahun 2010 disebabkan oleh
peningkatan semua variabel pendukungnya.
APBD TAHUN 2010
Klasifikasi Fungsi
(dalam jutaan rupiah)
Total
Nama Daerah
Belanja
Prop. DI
Jogjakarta
1,394,446

Ekonomi
239,303

Kesehatan

Pendidikan

53,382

156,962

Kab. Bantul
Kab. Gunung
Kidul
Kab. Kulon
Progo

915,091

49,811

115,707

396,134

776,961

57,973

71,282

430,978

596,292

48,780

69,462

271,311

Kab. Sleman

1,028,576

59,335

111,821

421,065

Kota
Yogyakarta

847,138

41,280

114,266

308,925

Pada Anggaran APBN tahun 2010 kabupaten provinsi
daerah Istimewa Yogyakarta tidak seimbang dengan
belanja pemerintah dikarena pendidikan membutuhkan
anggaran yang besar tetapi realisasinya tidak
sesuai. Hampir setiap kabupaten di Yogyakarta
membutuhkan angaran yang besar.

Rata-rata Lama Sekolah DI
Yogyakarta, 2004 – 2013

Kabupaten
KULON
PROGO

200
4

200
5

200
6

200
7

200
8

200
9

201
0

7.40

7.70

7.80

7.80

7.80

7.89

8.20

7.91

8.00

8.00

8.36

8.55

8.64

8.82

201
1
8.37

2012

2013

8.37

8.37

8.95

9.02

7.70

7.79
10.55

8.92
BANTUL
GUNUNG
KIDUL
SLEMAN
KOTA
YOGYAKARTA
DI
YOGYAKARTA

7.70
7.40

7.60 7.60 7.60 7.60 7.61 7.65
10.0 10.1 10.1 10.1 10.1 10.3
9.79
7
0
0
0
8
0
10.6 10.8 10.8 10.9 11.4 11.4 11.4
9
2
0
5
2
8
8
8.22

8.38

8.50

8.59

8.71

8.78

10.5
1
11.5
2
9.20

10.52
11.56
11.56

9.07

Pada tahun 2011 rata-rata lama sekolah adalah
9.20 persen, lebih tinggi dengan angka capaian
tahun 2010 yang mencapai 9.07 persen. Untuk
meningkatkan
indikator
ini
memerlukan
investasi anggaran yang tidak sedikit dan
kesadaran masyarakat yang cukup tinggi akan
pentingnya pendidikan. Angka rata-rata lama
sekolah
di kabupaten
gunung kidul
masih

9.21

9.33

Angka Melek Huruf
DI Yogyakarta, 2004
– 2013

Kabupaten
KULON
PROGO
BANTUL
GUNUNG
KIDUL
SLEMAN
KOTA
YOGYAKARTA
D I
YOGYAKARTA

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

86.41
85.76

86.50
86.38

87.53
86.38

88.69
88.46

88.72
88.60

89.52
89.14

90.69
91.03

92.00
91.23

92.04
92.19

93.13
92.81

83.80

84.50

84.50

84.50

84.50

84.52

84.66

84.94

84.97

85.22

89.70

90.50

90.50

91.49

91.49

92.19

92.61

93.44

94.53

95.11

96.69

97.08

97.08

97.55

97.70

97.94

98.03

98.07

98.10

98.43

85.78

86.69
86.69
87.78
89.46
90.18
90.84
91.49
dibawah rata-rata, kota Yogyakarta, kabupaten
kulon progo, kabupaten sleman dan kabupaten
bantul.

92.02

92.86

Pada tahun 2011, angka melek huruf penduduk dewasa
di kabupaten Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai
91.49 persen. Di lingkup DIY, posisi kabupaten kota
Yogyakarta berada di atas kabupaten lainnya di DIY.
Namun angka melek huruf terendah yaitu kabupaten
gunung kidul dengan 84.94 persen. Namun posisi
tersebut
bisa
berubah
dikarenakan
adanya
ketidakmerataan anggaran pendidikan dimasing-masing
kabupaten Daerah Istimewa Yogyakarta.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kabupaten
KULON PROGO
BANTUL
GUNUNG KIDUL
SLEMAN
KOTA
YOGYAKARTA

AHH
74.38
71.31
70.97
75.06
73.44

2011
AMH

RLS

92.00

8.37

91.23

8.92

84.94

7.70

93.44

10.51

98.07

11.52

income

2010
% Belanja pemerintah

271,311

596,292

396,13
4
430,97
8
421,06
5
308,92
5

915,091
776,961
1,028,576
847,138

1. Hubungan income pendidikan
melek huruf kabupaten DIY

income

terhadap

angka

hubungan income terhadap angka melek huruf
kabupaten DIY tahun 2011

440,000

Gunung Kidul
400,000

Sleman

Bantul

360,000

320,000

Kota Yogyakarta
280,000

kulon progo

240,000
92.00  

91.23  

84.94  

93.44  

98.07   AMH

2. Hubungan antara belanja pemerintah terhadap
angka melek huruf kabupaten DIY tahun 2010

hubungan belanja pemerintah terhadap angka melek huruf
Belanja
kabupaten DIY tahun 2011
pemerintah
1,100,000

Sleman

1,000,000

bantul

900,000

kota yogyakarta
800,000

gunung kidul
700,000

600,000

kulon progo

500,000
92.00  

91.23  

84.94  

93.44  

98.07  

AMH

variabel X ( income dan belanja pemerintah) terhadap
variabel Y ( angka melek huruf ) memiliki hubungan
antara kedua variabel tersebut. Dapat dilihat ratarata income pendidikan yang paling membutuhkan dana
yang besar terdapat di kabupaten Gunung Kidul dengan
angka melek huruf yang relatif rendah dibandingkan
kabupaten DIY lainnya.

3. Hubungan antara income terhadap rata lama
sekolah

income

hubungan income terhadap rata lama sekolah
kabupaten DIY tahun 2011

440,000

Gunung Kidul
400,000

Sleman

Bantul

360,000

320,000

Kota Yogyakarta
280,000

kulon progo

240,000
8.37  

4.

8.92  

7.70  

10.51  

Hubungan
antara
belanja
terhadap rata lama sekolah

Rata Lama
11.52  
Sekolah

pemerintah

hubungan antara belanja pemeritah terhadap Rata lama sekolah
kabupaten DIY tahun 2011
belanja
pemerintah
1,100,000

Sleman

1,000,000

Bantul

900,000

Kota Yogyakarta
800,000

Gunung Kidul

700,000

600,000

Kulon Progo

500,000
8.37  

8.92  

7.70  

10.51  

11.52   Rata Lama

sekolah

variabel X ( income dan belanja pemerintah) terhadap
variabel Y ( rata lama sekolah ) memiliki hubungan
antara kedua variabel tersebut. Dapat dilihat ratarata income dan belanja pemerintah yang membutuhkan
bantuan yaitu kabupaten Gunung Kidul. Kemungkinan
yang terjadi pada daerah tertinggal seperti gunung
kidul adalah kurangnya fasilitas pendidikan seperti
buku pelajaran dari pemerintah sehingga banyak siswa
yang tidak bisa mengikuti pelajaran.

5. Hubungan
antara
pemerintah

income

dan

belanja

hubungan antara income pendapatan 2010 terhadap belanja pemerintah
belanja
pemerintah
1,100,000

Sleman

1,000,000

Bantul

900,000

Kota Yogyakarta

800,000

Gunung Kidul
700,000

600,000

kulon progo

500,000
 271311

 396134

 430978

 421065

 308925 INCOME

KESIMPULAN

Setelah menganalisis data – data di atas, dapat
disimpulkan bahwa pendidikan yang ada di daerah
istimewa Yogyakarta khususnya di daerah Gunung Kidul
masih sangat kurang atau rendah. Faktor – faktor
yang menyebabkan rendahnya pendidikan di daerah

tersebut adalah kurangnya sumber daya manusia atau
guru. Serta kurangnya kesadaran masyarakat dalam
mengerti
bahwa
pendidikan
sangatlah
penting.
Walaupun pemerintah telah menghimbau penduduk di
daerah tersebut tentang pentingnya sekolah namun
penduduk di daerah tersebut lebih mementingkan
pendapatan atau dengan kata lain mereka lebih
mementingkan bekerja. Angka merek huruf yang sangat
rendah juga disebakan karena kecilnya pendapatan di
daerah tersebut. Investasi yang sangat kurang di
daerah tersebut juga menyebabkan perekonomian di
daerah Gunung kidul sangat rendah. Karena hal ini
juga, fasilitas di daerah tersebut sangatlah kurang.
Peran pemerintah dalam hal ini sangatlah dibutuhkan
karena pemerintah merupakan peran utama dalam
menjalankan perkonomian dan menfasilitasi segala
sumber daya di daerah tersebut. Maka dari itu,
pemerintah dalam hal ini harus lebih meninjau dan
memperhatikan
segala
hal
dalam
perkonomian,
fasilitas
serta
perkembangan
yang
ada
di
daerahtersebut. Sehingga daerah tertinggal atau
dalam
hal
ini
daerah
Gunung
kidul
membuat
peningkatan yang berarti. Sehingga dalam segala
aspek khusunya pendidikan bisa lebih baik lagi dan
terjadi peningkatan yang efisien di daerah tersebut.