INTERNAL AUDIT AUDIT OPERASIONAL DAN AUD (1)
INTERNAL AUDIT, AUDIT OPERASIONAL DAN AUDIT KEUANGAN
PEMERINTAH
Disusun Oleh :
AKMALUDIN
2012017010
PRODI AKUNTANSI
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
2015/2016
A. Audit Keuangan Internal
Perusahaan mempekerjakan auditor internal untuk melakukan audit keuangan maupun
operasional. Selama dua dekade terakhir, peranan auditor internal meluas secara dramatis,
terutama karena peningkatan ukuran dan kompleksitas perusahaan. Oleh karena auditor
internal menghabiskan waktu mereka dalam satu perusahaan, maka mereka tahu lebih banyak
mengenai operasional perusahaan dan pengendalian internal dibandingkan auditor eksternal.
Pengetahuan ini sangat penting bagi tata kelola perusahaan yang efektif.
Rerangka praktik Lembaga Auditor Internal profesional memberikan definisi audit internal
sebagai berikut: audit internal adalah suatu aktivitas assurance dan konsultasi yang
independen dan objektif yang didesain untuk menambah nilai dan meningkatkan operasional
perusahaan. Audit internal membantu perusahaan mencapai tujuannya dengan pendekatan
yang sistematis dan ketat agar dapat melakukan evaluasi dan peningkatan efektivitas terhadap
manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola.
Definisi ini mencerminkan adanya perubahan peran auditor internal. Mereka diharapkan
dapat menambah nilai suatu organisasi melalui peningkatan efektivitas operasional sekaligus
menjalankan tanggung jawab yang biasanya dilakukan, misalnya:
1. Menelaah reliabilitas dan integritas informasi
2. Memastikan kepatuhan atas kebijakan dan regulasi
3. Menjaga aset
Tujuan auditor internal yang lebih luas dari auditor eksternal tersebut memberikan
fleksibilitas bagi auditor internal untuk memenuhi kebutuhan perusahaan mereka. Pada satu
perusahaan, seorang auditor internal dapat berfokus hanya pada pendokumentasian dan
pengujian pengendalian untuk persyaratan. Pada perusahaan lain, auditor internal dapat
memiliki fungsi utama sebagai konsultan, hanya berfokus pada rekomendasi yang
meningkatkan kinerja organisasi. Auditor internal tidak hanya berfokus pada area yang
berbeda, tetapi tingkat audit internal pun dapat bervariasi dari satu perusahaan dengan
perusahaan yang lain. Laporan audit internal tidak distandardisasi karena kebutuhan
pelaporan dapat bervariasi di setiap perusahaan dan laporan tidak bergantung pada pengguna
eksternal.
Lembaga Auditor Eksternal
Pedoman profesional bagi auditor internal dibuat oleh Institute of Internal Auditor (IIA),
sebuah organisasi yang mirip dengan AICPA yang menetapkan standar etika dan praktik,
memberikan pendidikan, dan mendorong profesionalisme bagi sekitar 120.000 anggotanya di
seluruh dunia. IIA berperan utama dalam peningkatan pengaruh audit internal. Misalnya, IIA
telah menetapkan program sertifikasi untuk menjadi Certified Internal Auditor (CIA) bagi
mereka yang memenuhi persyaratan pengujian dan pengalaman tertentu. Rerangka praktik
profesional dalam IIA meliputi kode etik dan Standar Internasional untuk Praktik Profesional
Audit Internal IIA (dikenal sebagai “Buku Merah”). Semua anggota IIA dan auditor internal
bersertifikat setuju untuk mengikuti kode etik lembaga, yang disyaratkan sesuai dengan
standar.
Standar Internasional untuk Praktik Profesional Audit Internal dibagi menjadi standar atribut
untuk auditor internal dan departemen audit, dan standar kinerja untuk aktivitas penugasan
dan pelaporan audit internal. IIA membuat standar tertentu dalam setiap kategori. Misalnya,
Standar Atribut 1100 pada Independensi dan Objektivitas, meliputi Standar individual untuk
mencapai independensi organisasi (1110), objektivitas individual (1120), dan penurunan nilai
atas independensi dan objektivitas (1130)
Selain itu, IIA juga mengembangkan standar implementasi khusus untuk penugasan
assurance dan konsultasi. Misalnya, implementasi standar 1110.A1 memberikan panduan
untuk menerapkan Standar Atribut 1110 atas independensi organisasi untuk penugasan
assurance, yang menyatakan bahwa aktivitas audit internal harus bebas dari campur tangan
dalam menentukan ruang lingkup audit internal, menjalankan penugasan, dan
mengkomunikasikan hasilnya.
Hubungan Antara Auditor Internal dan Eksternal
Tanggung jawab dan pelaksanaan audit oleh auditor internal dan eksternal sangat berbeda
dalam satu hal. Auditor internal bertanggung jawab kepada manajemen dan dewan direksi,
sementara auditor eksternal bertanggung jawab kepada pengguna laporan keuangan yang
mengandalkan kredibilitas laporan keuangan pada auditor. Namun auditor internal dan
eksternal memiliki banyak kesamaan, seperti:
Keduanya harus kompeten sebagai auditor dan tetap objektif dalam menjalankan
pekerjaan dan melaporkan hasilnya
Keduanya menjalankan metodologi yang sama dalam menjalankan audit, termasuk
merencanakan dan menjalankan pengujian pengendalian dan pengujian substantif
Keduanya mempertimbangkan risiko dan materialitas dalam memutuskan perluasan
pengujian dan mengevaluasi hasilnya. Keputusan mereka atas materialitas dan risiko
mungkin berbeda karena pengguna eksternal dapat memiliki perbedaan kebutuhan
dengan manajemen atau dewan direksi
Auditor eksternal bergantung pada auditor internal saat menggunakan model risiko audit
untuk menilai risiko pengendalian. Jika auditor internal bekerja secara efektif, maka auditor
eksternal dapat mengurangi risiko pengendalian secara signifikan dan mengurangi pengujian
substantif. Akibatnya tagihan atas pembiayaan audit eksternal akan berkurang secara
substansial bila klien menjalankan fungsi audit internalnya dengan baik. Auditor eksternal
biasanya menganggap auditor internal bekerja efektif bila:
Independen dari unit operasi yang dievaluasinya
Kompeten dan telah mendapatkan pelatihan memadai
Melakukan pengujian audit secara relevan atas pengendalian internal dan laporam
keuangan
PSA 33 (SA 332) juga memperbolehkan auditor eksternal memanfaatkan auditor internal
untuk membantu langsung pelaksanaan audit. Dengan mengandalkan staf auditor internal
dalam melakukan beberapa pengujian audit, auditor eksternal dapat menghemat waktu dan
biaya dalam menyelesaikan auditnya. Jika auditor internal memberikan bantuan langsung,
maka auditor eksternal harus menilai kompetensi dan objektivitas mereka serta mengawasi
dan mengevaluasi pekerjaan mereka
B.
Audit Operasional
Di luar kegiatan audit keuangan, auditor internal, auditor pemerintah, dan akuntan publik
juga melakukan audit operasional, yang berhubungan dengan efisiensi dan efektivitas
organisasi. Beberapa auditor lain menggunakan istilah audit manajemen atau audit kinerja,
bukan audit operasional, sementara juga ada yang tidak memisahkan antara istilah audit
kinerja, audit manajemen, dan audit operasional serta menggunakan istilah tersebut
bergantian
Istilah audit operasional digunakan selama tujuan pengujian yang dilakukan adalah untuk
menentukan efektivitas dan efisiensi dari unit-unit organisasi. Pengujian efektivitas
pengendalian internal oleh auditor internal dapat dianggap sebagai bagian dari audit
operasional, jika tujuannya adalah untuk membantu perusahaan mengoperasikan bisnis secara
lebih efektif atau efisien. Audit operasional bisa saja bertujuan untuk menentukan apakah
suatu perusahaan memiliki personel yang memadai dalam lini perakitan, jika tujuannya untuk
menentukan efektivitas dan efisiensi perusahaan dalam memproduksi produknya.
Perbedaan Antara Audit Operasional dan Audit Keuangan
Terdapat tiga perbedaan utama antara audit operasional dan audit keuangan, yaitu:
1.
Tujuan Audit
Audit keuangan menekankan pada ketepatan pencatatan informasi historis, sedangkan audit
operasional menekankan pada efektivitas dan efisiensi. Audit keuangan berorientasi pada
masa lampau, sementara audit operasional berfokus pada peningkatan kinerja masa depan.
Seorang auditor operasional, misalnya, dapat mengevaluasi apakah jenis baru bahan baku
dibeli pada harga terendah untuk menghemat uang dalam pembelian bahan baku berikutnya.
2.
Distribusi Laporan
Laporan audit keuangan biasanya didistribusikan kepada pengguna laporan keuangan
eksternal, misalnya pemegang saham dan pihak bank, sedangkan laporan audit operasional
ditujukan terutama kepada manajemen. Distribusi laporan audit eksternal yang luas
memerlukan struktur dan penyusunan kata-kata yang sangat baik. Distribusi terbatas laporan
operasional audit dan perbedaan sifat audit untuk efisiensi dan efektivitas menghasilkan
laporan audit yang berbeda antara suatu audit dan audit lainnya.
3.
Area Non Keuangan
Audit keuangan terbatas hanya pada hal-hal yang langsung mempengaruhi kewajaran laporan
keuangan, sedangkan audit operasional meliputi aspek efektivitas dan efisiensi dalam
organisasi. Misalnya, audit operasional dapat ditujukan untuk efektivitas program periklanan
atau efisiensi pekerja pabrik
Efektivitas Versus Efisiensi
Sebelum audit operasional dilakukan, auditor harus menentukan kriteria khusus untuk
mengukur efektivitas dan efisiensi. Pada umumnya, efektivitas merujuk pada terpenuhinya
suatu tujuan, misalnya memproduksi suku cadang tanpa kesalahan. Efisiensi merujuk pada
penentuan kecukupan sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, seperti
menentukan apakah suku cadang diproduksi pada biaya minimum.
Efektivitas. Dalam audit operasional untuk efektivitas, seorang auditor misalnya, mungkin
perlu menilai apakah seorang agen pemerintah memenuhi tujuan penugasannya untuk
menguji keamanan tangga berjalan untuk suatu kota. Untuk menentukan efektivitas kinerja
agen tersebut, auditor harus menentukan kriteria tertentu untuk keamanan tangga berjalan.
Misalnya, apakah tujuan agen untuk menginspeksi seluruh tangga berjalan dalam kota
tersebut harus dilakukan setahun sekali? Apakah tujuannya adalah untuk memastikan tidak
ada akibat fatal jika terdapat kerusakan tangga berjalan, atau apakah tidak ada kerusakan
sama sekali?
Efisiensi.Misalnya terdapat dua proses produksi dengan kualitas yang sama, maka proses
dengan biaya lebih rendah akan lebih efisien. Audit operasional biasanya menemukan
beberapa jenis inefisiensi tertentu.
Hubungan Antara Audit Operasional dan Pengendalian Internal
Manajemen melakukan pengendalian internal untuk membantu pencapaian tujuannya.
Terdapat tiga hal penting untuk mencapai pengendalian internal yang efektif, yaitu:
Keandalan pelaporan keuangan
Efektivitas dan efisiensi operasi
Kepatuhan atas hukum dan peraturan yang berlaku
Hal kedua di atas berkaitan langsung dengan audit operasional, tetapi dua hal lainnya
berkaitan dengan efisiensi dan operasi. Misalnya, manajemen memerlukan informasi
akuntansi biaya yang handal untuk memutuskan jenis dan harga jual produk yang dilanjutkan
produksinya. Sama halnya dengan ketidaktaatan pada hukum yang berlaku, yang akan
mengakibatkan perusahaan dikenakan denda.
Terdapat dua hal yang membedakan evaluasi pengendalian internal dan pengujian audit
keuangan dan operasional, yaitu:
1.
Tujuan
Tujuan audit operasional atas pengendalian internal adalah untuk mengevaluasi efektivitas
dan efisiensi dan membuat rekomendasi kepada manajemen. Sebaliknya, evaluasi
pengendalian internal untuk audit keuangan memiliki dua tujuan utama yaitu untuk
menentukan luasnya pengujian audit substantif yang diperlukan dan melaporkan efektivitas
pengendalian internal atas pelaporan keuangan untuk perusahaan publik.
Baik dalam audit keuangan dan operasional, auditor dapat mengevaluasi prosedur
pengendalian dengan cara yang sama, tapi dengan tujuan yang berbeda. Auditor operasional
dapat menguji efektivitas prosedur verifikasi internal untuk duplikasi faktur penjualan guna
memastikan bahwa perusahaan tidak merugikan konsumen dan juga untuk melakukan
penagihan atas seluruh piutang. Auditor keuangan juga melakukan pengujian pengendalian
internal yang sama, tetapi tujuan utamanya adalah mengurangi konfirmasi atas piutang
dagang atau pengujian substantif lainnya (tujuan kedua atas audit keuangan adalah untuk
membuat rekomendasi operasional kepada manajemen)
2.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup audit operasional ditujukan pada seluruh pengendalian yang mempengaruhi
efektivitas dan efisiensi, sedangkan ruang lingkup evaluasi pengendalian internal untuk audit
keuangan dibatasi pada efektivitas pengendalian internal atas pelaporan keuangan dan
dampaknya atas kewajaran penyajian laporan keuangan. Misalnya, audit operasional dapat
berfokus pada kebijakan dan prosedur yang dilakukan oleh departemen pemasaran untuk
menentukan efektivitas katalog dalam pemasaran produk.
Jenis Audit Operasional
Audit operasional terdiri atas tiga kategori utama, yaitu:
1.
Audit Fungsional
Yang dimaksud denga fungsional adalah kategori aktivitas dalam suatu bisnis, misalnya
fungsi penagihan atau fungsi produksi. Fungsi dapat dikategorikan dan dibagi dalam banyak
cara. Misalnya, fungsi akuntansi dapat dibagi menjadi fungsi pengeluaran kas, penerimaan
kas, dan penggajian. Fungsi penggajian dapat dibagi menjadi menjadi fungsi penetapan
karyawan, pencatatan waktu, dan pembayaran gaji. Audit fungsional mengurusi satu atau
lebih fungsi dalam suatu organisasi, misalnya mengenai efektivitas dan efisiensi fungsi
penggajian untuk suatu divisi atau organisasi secara keseluruhan.
Audit fungsional memiliki keuntungan bagi auditor untuk melakukan spesialisasi. Auditor
tertentu berperan sebagai staf audit internal dalam mengembangkan keahlian tertentu pada
suatu area, misalnya rekayasa produksi. Rekayasa produksi dapat berjalan lebih efektif dan
efisien dengan menghabiskan waktu audit dalam area tersebut. Kerugian dari audit fungsional
adalah tidak dilakukannya evaluasi keterkaitan antarfungsi. Misalnya, fungsi rekayasa
produksi berinteraksi dengan fungsi pabrikan dan fungsi lainnya dalam organisasi.
2.
Audit Organisasional
Audit operasional dalam organisasi mengurusi seluruh unit organisasi seperti departemen,
cabang, atau anak perusahaan. Audit organisasional menekankan pada efektivitas dan
efisiensi dalam interaksi fungsi tersebut. Rencana organisasi dan metode untuk koordinasi
aktivitas merupakan hal penting dalam audit ini.
3.
Penugasan Khusus
Dalam audit operasional, penugasan khusus muncul atas permintaan dari manajemen dengan
bermacam-macam jenis audit, misalnya untuk menentukan penyebab inefisiensi sistem TI,
meneliti kemungkinan kecurangan dalam divisi, dan membuat rekomendasi untuk
mengurangi biaya produksi.
Pelaksana Audit Operasional
Audit operasional biasanya dilakukan oleh salah satu dari tiga kelompok, yaitu:
1.
Auditor Internal
Auditor internal merupakan posisi unik yang melakukan audit operasional dimana beberapa
orang menggunakan istilah audit internal dan audit operasional secara bergantian. Akan
tetapi, tidak semua audit operasional dilakukan oleh auditor internal atau hanya auditor
internal yang melakukan audit operasional. Banyak departemen audit internal yang
melakukan keduanya, yaitu audit operasional dan keuangan secara bersamaan. Oleh karena
mereka menghabiskan waktu kerja mereka untuk perusahaan yang mereka audit, maka
auditor internal diuntungkan dalam melakukan audit operasional. Mereka dapat
mengembangkan pengetahuan yang cukup tentang perusahaan dan bisnis yang penting bagi
efektivitas audit operasional.
Untuk memaksimalkan efektivitas dalam menjalankan audit keuangan dan operasional,
departemen audit internal harus melapor kepada dewan direksi atau direktur utama. Auditor
internal juga harus memiliki akses dan komunikasi berkelanjutan dengan komite audit dari
dewan direksi. Pelaporan kepada komite audit membantu auditor internal agar tetap
independen. Jika auditor internal memberi laporan kepada kontroler, maka mereka sulit untuk
melakukan evaluasi independen dan membuat rekomendasi kepada manajemen senior bila
terjadi inefisiensi atas pekerjaan kontroler.
2.
Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah regional dan pusat melakukan audit operasional, yang seringkali menjadi
bagian dalam pelaksanaan audit keuangan. Kelompok auditor pemerintah yang paling dikenal
adalah BPK, namun auditor pemerintah lainnya juga harus melakukan audit keuangan dan
operasional.
Buku kuning mendefinisikan dan menetapkan standar untuk audit kinerja, yang pada dasarnya
sama dengan audit operasional. Audit kinerja tersebut meliputi:
Audit ekonomi dan efisiensi
Tujuan dari audit ekonomi dan efisiensi adalah untuk menentukan:
1. Apakah entitas sudah memperoleh, melindungi, dan menggunakan sumber daya
secara ekonomis dan efisien
2. Apa penyebab inefisiensi atau ketidakekonomisan tersebut
3. Apakah entitas telah mematuhi hukum dan peraturan tentang hal-hal ekonomis dan
efisiensi dalam program audit
Program audit
Tujuan dari program audit ini adalah untuk menentukan:
1. Sejauh mana hasil yang diinginkan atau manfaat yang ditetapkan oleh badan legislatif
atau yang ditetapkan badan otoritas lainnya
2. Bagaimana efektivitas organisasi, program, kegiatan, atau fungsi tersebut
3. Apakah entitas telah mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku
Dua tujuan dari masing-masing jenis audit kinerja benar-benar operasional, sedangkan tujuan
utamanya adalah menyangkut kepatuhan.
Untuk mengilustrasikan kegiatan operasional tertentu dalam audit pemerintahan negara,
berikut adalah contoh dari sebuah artikel dalam publikasi Internal Auditor : sebuah rumah
sakit dengan staf administrasi yang terpisah menempati tiga bangunan di atas tanah milik
rumah sakit negara lainnya. Audit kami menunjukkan bahwa beban kerja terbatas kegiatan
administrasi rumah sakit ini dan kedekatannya dengan kantor rumah sakit utama
memungkinkan dilakukannya konsolidasi fungsi administrasi dari dua rumah sakit dan akan
menghemat biaya sebesar Rp 145.000.000 setahun.
3.
KAP
Ketika KAP melakukan audit laporan keuangan historis, seringkali tindakan audit ini terdiri
atas identifikasi masalah operasional dan rekomendasi yang mungkin bermanfaat bagi klien
audit. Rekomendasi dapat dibuat secara lisan, tetapi biasanya termasuk dalam surat
manajemen.
Latar belakang pengetahuan tentang bisnis klien, yang didapatkan auditor eksternal saat
melakukan audit, seringkali memberikan informasi yang berguna dalam memberikan
rekomendasi operasional. Sebagai contoh, misalnya auditor menetapkan bahwa perputaran
persediaan klien selama tahun berjalan lebih lambat dari sebelumnya. Auditor harus
menentukan penyebab kelambatan tersebut untuk mengevaluasi kemungkinan adanya
keusangan persediaan yang dapat menyebabkan ketidakwajaran dalam penyajian laporan
keuangan. Dalam menentukan penyebab berkurangnya perputaran persediaan, auditor dapat
mengidentifikasi penyebab operasional, seperti kebijakan pembelian persediaan yang tidak
efektif, yang harus diperhatikan oleh manajemen. Auditor yang memiliki latar belakang
bisnis yang luas dan berpengalaman dengan bisnis yang sama akan memberikan rekomendasi
operasional yang lebih efektif dan relevan dibandingkan dengan auditor lain yang tidak
memiliki kualifikasi tersebut.
Klien umumnya melibatkan KAP untuk melakukan audit operasional dalam satu atau lebih
bagian-bagian tertentu dari bisnisnya. Sebagai contoh, perusahaan dapat meminta KAP untuk
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi sistem komputernya. Biasanya, manajemen meminta
KAP melakukan audit ini bila perusahaan tidak memiliki staf audit internal atau jika staf
audit internal tidak memiliki keahlian di area tertentu. Dalam beberapa kasus, manajemen
atau dewan direksi menyerahkan seluruh atau sebagian aktivitas audit internalnya kepada
sebuah KAP, misalnya audit operasional untuk aktivitas teknologi informasi, yang harus
dilakukan bersama oleh KAP dan anggota tertentu dari staf audit internal perusahaan.
Biasanya staf konsultan manajemen KAP yang melaksanakan jasa tersebut. Perlu
diperhatikan bahwa KAP tidak boleh menyediakan jasa ini kepada klien audit perusahaan
publik mereka
Independensi dan Kompetensi Auditor Operasional
Dua kualifikasi yang paling penting bagi auditor operasional adalah independensi dan
kompetensi. Auditor harus melapor pada tingkat manajemen yang sesuai untuk memastikan
bahwa investigasi dan rekomendasi yang dibuat tidak bias. Independensi jarang menjadi
masalah bagi auditor KAP karena mereka tidak menjadi karyawan perusahaan yang di audit.
Independensi auditor internal perlu ditingkatkan dengan adanya laporan departemen audit
internal untuk dewan direksi atau direktur utama. Sama halnya dengan adanya keharusan bagi
auditor pemerintah untuk melapor kepada atasan departemen operasional. BPK, misalnya,
langsung melapor kepada DPR untuk meningkatkan independensi.
Tanggung jawab auditor operasional juga dapat mempengaruhi independensi mereka. Auditor
tidak bertanggung jawab atas fungsi operasional dalam perusahaan atau untuk memperbaiki
kekurangan bila ditemukan inefisiensi atau ketidakefektifan. Misalnya, independensi auditor
akan terpengaruh ketika mereka mengaudit sistem TI atas pembelian jika mereka yang
merancang sistem tersebut atau menjadi pihak yang bertanggung jawab untuk memperbaiki
kekurangan yang mereka temukan selama audit.
Meskipun auditor boleh memberikan rekomendasi untuk perubahan dalam operasi, personel
operasional harus memiliki kewenangan untuk menerima atau menolak rekomendasi tersebut.
Jika auditor memiliki kewenangan atas pelaksanaan rekomendasi mereka, maka independensi
mereka akan berkurang.
Kompetensi tentunya diperlukan untuk menentukan penyebab masalah operasional dan untuk
membuat rekomendasi yang tepat. Ketika audit operasional berurusan dengan masalah
operasional yang meluas, maka kompetensi dapat menjadi hambatan besar. Sebagai contoh,
bayangkan betapa sulitnya mencari auditor internal yang berkualitas, yang dapat
mengevaluasi efektivitas program periklanan dan efisiensi proses produksi. Staf audit internal
dalam melakukan jenis pemeriksaan operasional ini mungkin harus memasukkan beberapa
personel dengan latar belakang bidang pemasaran dan produksi.
Kriteria Evaluasi Efisiensi dan Efektivitas
Tantangan utama dalam audit operasional adalah menentukan kriteria khusus untuk
mengevaluasi apakah efisiensi dan efektivitas telah dicapai. Dalam laporan audit keuangan
historis, PSAK memberikan kriteria yang luas untuk mengevaluasi penyajian secara wajar,
dan tujuan audit dapat memfasilitasi kriteria yang lebih spesifik dalam memutuskan apakah
PSAK sudah dilaksanakan. Dalam audit operasional tidak ada kriteria yang ditentukan
dengan jelas.
Untuk menetapkan kriteria audit operasional, auditor dapat menentukan apakah beberapa
aspek dari entitas dapat dibuat lebih efektif atau efisien dan merekomendasikan perbaikan.
Pendekatan tersebut dapat memadai untuk auditor yang berpengalaman dan mendapatkan
pelatihan memadai, tetapi tidak demikian bagi auditor pada umumnya.
Kriteria Khusus. Kriteria yang lebih spesifik diperlukan sebelum memulai audit operasional.
Misalnya, Anda sedang melalukan audit operasional mengenai tata letak peralatan di pabrik
untuk sebuah perusahaan. Berikut ini adalah beberapa kriteria tertentu, yang dinyatakan
dalam bentuk pertanyaan, yang dapat digunakan untuk mengevaluasi tata letak pabrik :
Apakah tata letak pabrik seluruhnya disetujui oleh perancang kantor pusat di saat
melakukan desain awal?
Apakah unit perancang kantor pusat melakukan studi evaluasi kembali atas tata letak
pabrik dalam 5 tahun terakhir?
Apakah setiap unit peralatan beroperasi pada kapasitas 60% atau lebih untuk
sedikitnya 3 bulan pada setiap tahun?
Apakah tata letak memfasilitasi pergerakan bahan baku baru di lantai produksi?
Apakah tata letak memfasilitasi produksi barang jadi?
Apakah tata letak memfasilitasi pergerakan barang jadi ke bagian distribusi?
Apakah tata letak pabrik menggunakan peralatan yang ada secara efektif?
Apakah keamanan karyawan terancam dengan adanya tata letak pabrik?
Sumber Kriteria. Untuk mengembangkan kriteria evaluasi khusus, auditor operasional dapat
menggunakan berbagai sumber, meliputi:
Kinerja historis
Kriteria dapat ditetapkan berdasarkan hasil aktual dari periode sebelumnya. Dengan
menggunakan kriteria ini, auditor dapat menentukan apakah kondisi menjadi “lebih baik”
atau “lebih buruk”. Keuntungan pendekatan tersebut adalah kriteria ini mudah didapatkan,
namun tidak dapat digunakan untuk menentukan seberapa baik hasilnya dibandingkan dengan
yang seharusnya.
Pembandingan
Entitas di dalam atau di luar organisasi klien mungkin akan sama bila hasil operasinya
digunakan sebagai kriteria. Auditor harus berhati-hati dalam memilih organisasi sebagai
pembanding. Pembandingan hampir tidak mungkin dilakukan dengan organisasi berbeda atau
mereka yang tingkat standarnya lebih rendah. Untuk entitas internal yang sebanding, data
dapat tersedia untuk digunakan sebagai kriteria. Organisasi luar sering juga menyediakan
informasi yang diperlukan. Selain itu, data pembandingan sering disediakan oleh kelompok
industri dan badan peraturan pemerintah.
Standar rekayasa produksi
Dalam beberapa penugasan, dimungkinkan untuk mengembangkan kriteria berdasarkan
standar rekayasa produksi. Sebagai contoh, auditor dapat menggunakan Time and Motion
Study untuk menentukan tingkat output produksi yang efisien. Kriteria ini biasanya memakan
waktu dan biayanya mahal untuk dikembangkan karena membutuhkan keahlian, tetapi dalam
banyak hal patut dipertimbangkan. Suatu standar dapat dikembangkan oleh kelompok
industri untuk digunakan oleh semua anggota mereka, sehingga biaya dapat ditekan.
Diskusi dan kesepakatan
Kadang-kadang kriteria objektif sulit atau mahal untuk diperoleh, sehingga paling baik
dikembangkan melalui diskusi dan kesepakatan. Pihak-pihak yang terlibat harus mencakup
manajemen entitas yang akan diaudit, auditor operasional, dan badan atau pihak yang akan
diberi laporan tentang penemuan audit.
Tahapan dalam Menjalankan Audit Operasional
Terdapat tiga fase dalam audit operasional, yaitu:
1.
Perencanaan
Perencanaan untuk audit operasional sama dengan perencanaan untuk audit atas laporan
keuangan historis. Seperti auditor laporan keuangan, auditor operasional harus menentukan
ruang lingkup penugasan dan mengkomunikasikannya ke unit organisasi. Hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah:
Melakukan penugasan dengan benar
Mendapatkan informasi latar belakang mengenai unit organisasi
Memahami pengendalian internal
Memutuskan bukti yang memadai untuk diakumulasi
Perbedaan utama antara perencanaan audit operasional dan audit keuangan adalah keragaman
yang diciptakan oleh luasnya audit operasional, yang sering membuatnya sulit untuk
mengambil keputusan dalam tujuan khusus. Auditor memilih tujuan berdasarkan kriteria yang
dikembangkan dalam penugasan, yang bergantung pada kondisi yang ada. Misalnya, tujuan
audit operasional atas efektivitas pengendalian internal untuk kas kecil akan sangat berbeda
dengan audit operasional untuk efisiensi penelitian dan pengembangan, namun tujuan yang
beragam dalam audit operasional bisa saja merupakan bagian dari audit operasional yang
sama.
Luasnya audit operasional sering membuat penentuan staf menjadi lebih rumit daripada
dalam audit keuangan. Hal ini terjadi bukan karena bidang yang berbeda, misalnya
pengendalian produksi dan periklanan, tetapi tujuan untuk bidang tersebut sering memerlukan
keahlian teknis khusus. Misalnya, auditor mungkin membutuhkan latar belakang teknis untuk
mengevaluasi kinerja pada sebuah proyek konstruksi besar.
Pada akhirnya, tidak seperti audit keuangan, audit operasional mengharuskan auditor
menghabiskan lebih banyak waktu dengan pihak yang berkepentingan untuk mencapai
persetujuan atas syarat penugasan dan kriteria evaluasi. Terlepas dari sumber kriteria
evaluasi, dalam hal tujuan dan kriteria yang ditetapkan, maka perwakilan entitas yang akan di
audit, auditor operasional, dan entitas atau kepada pihak mana temuan akan dilaporkan, harus
ditentukan secara jelas dalam perjanjian.
2.
Akumulasi Bukti dan Evaluasi
Pengendalian internal dan prosedur operasi merupakan bagian penting dari audit operasional,
maka biasanya dilakukan dokumentasi, penyelidikan atas klien, prosedur analitis, dan
observasi secara ekstensif. Konfirmasi, pencapaian kinerja kembali, dan perhitungan kembali
tidak digunakan secara luas dalam audit operasional dibandingkan pada audit keuangan
karena tujuan keberadaan dan akurasi tidak relevan dengan kebanyakan audit operasional.
Untuk mengilustrasikan akumulasi bukti dalam audit operasional, sebagai contoh suatu
lembaga yang mengevaluasi keamanan tangga berjalan di sebuah kota. Asumsikan bahwa
semua pihak setuju bahwa tujuannya adalah untuk menentukan apakah seorang pengawas
membuat pemeriksaan tahunan secara memadai untuk seluruh tangga berjalan di kota
tersebut. Untuk memenuhi tujuan kelengkapan, auditor dapat memeriksa cetak biru bangunan
kota dan lokasi tangga berjalan dan menelusurinya ke daftar untuk memastikan bahwa semua
tangga berjalan sudah dimasukkan dalam populasi. Pengujian tambahan dilakukan untuk
bangunan yang baru dibangun untuk menilai ketepatan waktu atas pembaruan daftar yang
berada di pusat.
Dengan asumsi auditor telah menentukan bahwa daftar tersebut lengkap, mereka dapat
memilih sampel lokasi tangga berjalan dan mengumpulkan bukti mengenai waktu dan
frekuensi inspeksi. Auditor mungkin perlu mempertimbangkan risiko bawaan dengan
melakukan pengambilan sampel lebih besar atas tangga berjalan yang usianya lebih tua atau
tangga yang sebelumnya cacat keamanannya. Auditor mungkin juga perlu memeriksa bukti
kompetensi pengawas tangga berjalan dengan menelaah catatan, program pelatihan, uji
kecakapan, dan laporan kinerja. Auditor juga perlu menjalankan kembali prosedur
pengambilan sampel tangga berjalan untuk mendapatkan bukti bila terjadi ketidakkonsistenan
dengan yang dilaporkan atau pada kondisi sebenarnya.
Sama seperti auditor keuangan, auditor operasional harus mengumpulkan bukti yang
memadai untuk dijadikan dasar suatu kesimpulan dalam pengujian. Untuk audit keamanan
tangga berjalan, auditor harus mengumpulkan bukti yang cukup tentang inspeksi keamanan
tangga berjalan. Setelah bukti dikumpulkan, auditor harus memutuskan apakah inspeksi atas
masing-masing tangga berjalan di kota dilakukan oleh petugas yang kompeten.
3.
Pelaporan serta Tindak Lanjut
Dua perbedaan utama antara laporan audit keuangan dan operasional yang mempengaruhi
laporan audit operasional adalah:
1. Dalam audit operasional, laporan biasanya dikirimkan hanya kepada manajemen,
dengan tembusan kepada unit yang diaudit. Pengguna pihak ketiga tidak memerlukan
susunan kata-kata baku untuk pembuatan laporan audit operasional.
2. Banyaknya jenis audit operasional memerlukan laporan yang berbeda-beda untuk
mencakup ruang lingkup audit, temuan, dan rekomendasi.
Auditor operasional sering menghabiskan waktu untuk mengkomunikasikan temuan dan
rekomendasi audit secara jelas. Pada audit kinerja, saat laporan disusun sesuai persyaratan
Buku Kuning, maka komponen tertentu harus disertakan, tetapi bentuk laporan harus
dibebaskan. Tindak lanjut merupakan hal umum dalam audit operasional ketika auditor
membuat rekomendasi kepada manajemen untuk menentukan apakah terdapat perubahan
yang direkomendasikan, dan jika tidak, harus dijelaskan mengapa.
Contoh Temuan Audit Operasional
Setiap Internal Auditor tersebut, jurnal yang dipublikasikan dua bulanan oleh IIA, selalu
terdapat beberapa temuan audit operasional yang disampaikan oleh auditor internal yang
berpraktik. Lebih banyak temuan yang mencakup efisiensi daripada efektivitas. Pembaca
lebih tertarik dengan temuan yang berkaitan dengan efisiensi dari efektivitas. Misalnya, suatu
audit operasional di AS yang menghasilkan penghematan sebesar $68.000 akan lebih menarik
pembaca daripada sebuah laporan mengenai peningkatan akurasi pelaporan keuangan.
Contoh dari Internal Auditor berikut menyertakan contoh-contoh yang berkaitan dengan
efektivitas dan efisiensi di AS.
Dengan Menyewa Perusahaan Kebersihan dari Luar, Dapat Menghemat $160.000
Sebuah auditor internal meninjau efisiensi dan efektivitas layanan kebersihan oleh karyawan
pemerintah untuk bangunan di kompleks gedung legislatif. Dalam audit terungkap bahwa
biaya jasa kebersihan terlalu besar jika dibandingkan dengan jasa serupa yang dilakukan oleh
perusahaan kebersihan dari luar. Selain itu, auditor menemukan banyak petugas kebersihan
yang tidak dilengkapo dengan peralatan yang dibutuhkan sehingga kualitas kebersihan
menjadi buruk. Sebuah studi mengenai jasa kebersihan alternatif menunjukkan bahwa
perusahaan kebersihan dari luar memberikan jasa yang sama atau lebih baik dan dapat
menghemat biaya sebesar $ 137.000 dalam setahun. Auditor merekomendasikan pemerintah
negara bagian mencari tawaran kompetitif dan menjalin kontrak dengan perusahaan jasa
kebersihan yang memiliki penawaran biaya terendah, tetapi masih memenuhi spesifikasi.
Dalam realisasinya, penghematan mencapai lebih dari $160.000 dan kualitas kebersihan
meningkat.
Gunakan Peralatan yang Tepat
Sebuah perusahaan menyewakan 25 truk berbeban berat yang digunakan oleh karyawan jasa
di AS yang memasang dan memperbaiki sekitar 20.000 vending machine di daerah
metropolitan besar. Semua truk dilengkapi dengan hidrolik pengangkat pintu untuk
melakukan bongkar muat vending machine. Auditor internal menemukan hanya beberapa
truk yang benar-benar mengantar dan mengambil vending machine tersebut. Sebagian besar
truk digunakan untuk jasa panggilan, yang terdiri atas perbaikan kotak koin atau penyesuaian
sederhana lainnya yang tidak memerlukan hidrolik. Auditor merekomendasikan agar sebagian
besar truk tersebut secara bertahap digantikan oleh kendaraan biasa dan ringan. Menajemen
menyetujuinya sehingga penghematan tarif sewa dan beban usaha yang terjadi diperkirakan
mencapai $ 25.000 per tahun.
Program Komputer Menghemat Tenaga Kerja Manual
ERISA di AS mensyaratkan adanya audit tahunan untuk rencana pembagian laba. Auditor
internal menguji rencana pembagian keuntungan sebagaimana disyaratkan oleh ERISA, tetapi
juga melakukan telaah operasional yang menghasilkan beberapa rekomendasi berharga bagi
manajemen. Aduitor TI dalam tim audit mengembangkan beberapa program audit –
terkomputerisasi untuk menguji pengendalian atas partisipasi dan penghentian rencana
perusahaan dalam melakukan bagi hasil. Bantuan komputer tersebut menghemat tenaga kerja
manual dan dapat mendeteksi beberapa karyawan yang tidak memenuhi syarat atas rencana
tersebut, misalnya karyawan dengan masa kerja kurang dari satu tahun dan karyawan yang
sudah berhenti bekerja. Program audit tersebut juga dapat mendeteksi data yang berbeda
antara berkas penggajian dan berkas utama dalam rencana bagi hasil. Saat melihat hasil audit,
manajemen mengoreksi seluruh masalah dan menerapkan pengendalian tambahan untuk
mencegah terjadinya masalah yang sama di masa datang. Pengendalian tambahan ini
membuat manajemen memita auditor TI untuk tetap menyimpan program mereka di
komputer. Manajer pada rencana bagi hasil pun menggunakan program tersebut secara
berkala sebagai pengendali untuk mendeteksi kesalahan.
PEMERINTAH
Disusun Oleh :
AKMALUDIN
2012017010
PRODI AKUNTANSI
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
2015/2016
A. Audit Keuangan Internal
Perusahaan mempekerjakan auditor internal untuk melakukan audit keuangan maupun
operasional. Selama dua dekade terakhir, peranan auditor internal meluas secara dramatis,
terutama karena peningkatan ukuran dan kompleksitas perusahaan. Oleh karena auditor
internal menghabiskan waktu mereka dalam satu perusahaan, maka mereka tahu lebih banyak
mengenai operasional perusahaan dan pengendalian internal dibandingkan auditor eksternal.
Pengetahuan ini sangat penting bagi tata kelola perusahaan yang efektif.
Rerangka praktik Lembaga Auditor Internal profesional memberikan definisi audit internal
sebagai berikut: audit internal adalah suatu aktivitas assurance dan konsultasi yang
independen dan objektif yang didesain untuk menambah nilai dan meningkatkan operasional
perusahaan. Audit internal membantu perusahaan mencapai tujuannya dengan pendekatan
yang sistematis dan ketat agar dapat melakukan evaluasi dan peningkatan efektivitas terhadap
manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola.
Definisi ini mencerminkan adanya perubahan peran auditor internal. Mereka diharapkan
dapat menambah nilai suatu organisasi melalui peningkatan efektivitas operasional sekaligus
menjalankan tanggung jawab yang biasanya dilakukan, misalnya:
1. Menelaah reliabilitas dan integritas informasi
2. Memastikan kepatuhan atas kebijakan dan regulasi
3. Menjaga aset
Tujuan auditor internal yang lebih luas dari auditor eksternal tersebut memberikan
fleksibilitas bagi auditor internal untuk memenuhi kebutuhan perusahaan mereka. Pada satu
perusahaan, seorang auditor internal dapat berfokus hanya pada pendokumentasian dan
pengujian pengendalian untuk persyaratan. Pada perusahaan lain, auditor internal dapat
memiliki fungsi utama sebagai konsultan, hanya berfokus pada rekomendasi yang
meningkatkan kinerja organisasi. Auditor internal tidak hanya berfokus pada area yang
berbeda, tetapi tingkat audit internal pun dapat bervariasi dari satu perusahaan dengan
perusahaan yang lain. Laporan audit internal tidak distandardisasi karena kebutuhan
pelaporan dapat bervariasi di setiap perusahaan dan laporan tidak bergantung pada pengguna
eksternal.
Lembaga Auditor Eksternal
Pedoman profesional bagi auditor internal dibuat oleh Institute of Internal Auditor (IIA),
sebuah organisasi yang mirip dengan AICPA yang menetapkan standar etika dan praktik,
memberikan pendidikan, dan mendorong profesionalisme bagi sekitar 120.000 anggotanya di
seluruh dunia. IIA berperan utama dalam peningkatan pengaruh audit internal. Misalnya, IIA
telah menetapkan program sertifikasi untuk menjadi Certified Internal Auditor (CIA) bagi
mereka yang memenuhi persyaratan pengujian dan pengalaman tertentu. Rerangka praktik
profesional dalam IIA meliputi kode etik dan Standar Internasional untuk Praktik Profesional
Audit Internal IIA (dikenal sebagai “Buku Merah”). Semua anggota IIA dan auditor internal
bersertifikat setuju untuk mengikuti kode etik lembaga, yang disyaratkan sesuai dengan
standar.
Standar Internasional untuk Praktik Profesional Audit Internal dibagi menjadi standar atribut
untuk auditor internal dan departemen audit, dan standar kinerja untuk aktivitas penugasan
dan pelaporan audit internal. IIA membuat standar tertentu dalam setiap kategori. Misalnya,
Standar Atribut 1100 pada Independensi dan Objektivitas, meliputi Standar individual untuk
mencapai independensi organisasi (1110), objektivitas individual (1120), dan penurunan nilai
atas independensi dan objektivitas (1130)
Selain itu, IIA juga mengembangkan standar implementasi khusus untuk penugasan
assurance dan konsultasi. Misalnya, implementasi standar 1110.A1 memberikan panduan
untuk menerapkan Standar Atribut 1110 atas independensi organisasi untuk penugasan
assurance, yang menyatakan bahwa aktivitas audit internal harus bebas dari campur tangan
dalam menentukan ruang lingkup audit internal, menjalankan penugasan, dan
mengkomunikasikan hasilnya.
Hubungan Antara Auditor Internal dan Eksternal
Tanggung jawab dan pelaksanaan audit oleh auditor internal dan eksternal sangat berbeda
dalam satu hal. Auditor internal bertanggung jawab kepada manajemen dan dewan direksi,
sementara auditor eksternal bertanggung jawab kepada pengguna laporan keuangan yang
mengandalkan kredibilitas laporan keuangan pada auditor. Namun auditor internal dan
eksternal memiliki banyak kesamaan, seperti:
Keduanya harus kompeten sebagai auditor dan tetap objektif dalam menjalankan
pekerjaan dan melaporkan hasilnya
Keduanya menjalankan metodologi yang sama dalam menjalankan audit, termasuk
merencanakan dan menjalankan pengujian pengendalian dan pengujian substantif
Keduanya mempertimbangkan risiko dan materialitas dalam memutuskan perluasan
pengujian dan mengevaluasi hasilnya. Keputusan mereka atas materialitas dan risiko
mungkin berbeda karena pengguna eksternal dapat memiliki perbedaan kebutuhan
dengan manajemen atau dewan direksi
Auditor eksternal bergantung pada auditor internal saat menggunakan model risiko audit
untuk menilai risiko pengendalian. Jika auditor internal bekerja secara efektif, maka auditor
eksternal dapat mengurangi risiko pengendalian secara signifikan dan mengurangi pengujian
substantif. Akibatnya tagihan atas pembiayaan audit eksternal akan berkurang secara
substansial bila klien menjalankan fungsi audit internalnya dengan baik. Auditor eksternal
biasanya menganggap auditor internal bekerja efektif bila:
Independen dari unit operasi yang dievaluasinya
Kompeten dan telah mendapatkan pelatihan memadai
Melakukan pengujian audit secara relevan atas pengendalian internal dan laporam
keuangan
PSA 33 (SA 332) juga memperbolehkan auditor eksternal memanfaatkan auditor internal
untuk membantu langsung pelaksanaan audit. Dengan mengandalkan staf auditor internal
dalam melakukan beberapa pengujian audit, auditor eksternal dapat menghemat waktu dan
biaya dalam menyelesaikan auditnya. Jika auditor internal memberikan bantuan langsung,
maka auditor eksternal harus menilai kompetensi dan objektivitas mereka serta mengawasi
dan mengevaluasi pekerjaan mereka
B.
Audit Operasional
Di luar kegiatan audit keuangan, auditor internal, auditor pemerintah, dan akuntan publik
juga melakukan audit operasional, yang berhubungan dengan efisiensi dan efektivitas
organisasi. Beberapa auditor lain menggunakan istilah audit manajemen atau audit kinerja,
bukan audit operasional, sementara juga ada yang tidak memisahkan antara istilah audit
kinerja, audit manajemen, dan audit operasional serta menggunakan istilah tersebut
bergantian
Istilah audit operasional digunakan selama tujuan pengujian yang dilakukan adalah untuk
menentukan efektivitas dan efisiensi dari unit-unit organisasi. Pengujian efektivitas
pengendalian internal oleh auditor internal dapat dianggap sebagai bagian dari audit
operasional, jika tujuannya adalah untuk membantu perusahaan mengoperasikan bisnis secara
lebih efektif atau efisien. Audit operasional bisa saja bertujuan untuk menentukan apakah
suatu perusahaan memiliki personel yang memadai dalam lini perakitan, jika tujuannya untuk
menentukan efektivitas dan efisiensi perusahaan dalam memproduksi produknya.
Perbedaan Antara Audit Operasional dan Audit Keuangan
Terdapat tiga perbedaan utama antara audit operasional dan audit keuangan, yaitu:
1.
Tujuan Audit
Audit keuangan menekankan pada ketepatan pencatatan informasi historis, sedangkan audit
operasional menekankan pada efektivitas dan efisiensi. Audit keuangan berorientasi pada
masa lampau, sementara audit operasional berfokus pada peningkatan kinerja masa depan.
Seorang auditor operasional, misalnya, dapat mengevaluasi apakah jenis baru bahan baku
dibeli pada harga terendah untuk menghemat uang dalam pembelian bahan baku berikutnya.
2.
Distribusi Laporan
Laporan audit keuangan biasanya didistribusikan kepada pengguna laporan keuangan
eksternal, misalnya pemegang saham dan pihak bank, sedangkan laporan audit operasional
ditujukan terutama kepada manajemen. Distribusi laporan audit eksternal yang luas
memerlukan struktur dan penyusunan kata-kata yang sangat baik. Distribusi terbatas laporan
operasional audit dan perbedaan sifat audit untuk efisiensi dan efektivitas menghasilkan
laporan audit yang berbeda antara suatu audit dan audit lainnya.
3.
Area Non Keuangan
Audit keuangan terbatas hanya pada hal-hal yang langsung mempengaruhi kewajaran laporan
keuangan, sedangkan audit operasional meliputi aspek efektivitas dan efisiensi dalam
organisasi. Misalnya, audit operasional dapat ditujukan untuk efektivitas program periklanan
atau efisiensi pekerja pabrik
Efektivitas Versus Efisiensi
Sebelum audit operasional dilakukan, auditor harus menentukan kriteria khusus untuk
mengukur efektivitas dan efisiensi. Pada umumnya, efektivitas merujuk pada terpenuhinya
suatu tujuan, misalnya memproduksi suku cadang tanpa kesalahan. Efisiensi merujuk pada
penentuan kecukupan sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, seperti
menentukan apakah suku cadang diproduksi pada biaya minimum.
Efektivitas. Dalam audit operasional untuk efektivitas, seorang auditor misalnya, mungkin
perlu menilai apakah seorang agen pemerintah memenuhi tujuan penugasannya untuk
menguji keamanan tangga berjalan untuk suatu kota. Untuk menentukan efektivitas kinerja
agen tersebut, auditor harus menentukan kriteria tertentu untuk keamanan tangga berjalan.
Misalnya, apakah tujuan agen untuk menginspeksi seluruh tangga berjalan dalam kota
tersebut harus dilakukan setahun sekali? Apakah tujuannya adalah untuk memastikan tidak
ada akibat fatal jika terdapat kerusakan tangga berjalan, atau apakah tidak ada kerusakan
sama sekali?
Efisiensi.Misalnya terdapat dua proses produksi dengan kualitas yang sama, maka proses
dengan biaya lebih rendah akan lebih efisien. Audit operasional biasanya menemukan
beberapa jenis inefisiensi tertentu.
Hubungan Antara Audit Operasional dan Pengendalian Internal
Manajemen melakukan pengendalian internal untuk membantu pencapaian tujuannya.
Terdapat tiga hal penting untuk mencapai pengendalian internal yang efektif, yaitu:
Keandalan pelaporan keuangan
Efektivitas dan efisiensi operasi
Kepatuhan atas hukum dan peraturan yang berlaku
Hal kedua di atas berkaitan langsung dengan audit operasional, tetapi dua hal lainnya
berkaitan dengan efisiensi dan operasi. Misalnya, manajemen memerlukan informasi
akuntansi biaya yang handal untuk memutuskan jenis dan harga jual produk yang dilanjutkan
produksinya. Sama halnya dengan ketidaktaatan pada hukum yang berlaku, yang akan
mengakibatkan perusahaan dikenakan denda.
Terdapat dua hal yang membedakan evaluasi pengendalian internal dan pengujian audit
keuangan dan operasional, yaitu:
1.
Tujuan
Tujuan audit operasional atas pengendalian internal adalah untuk mengevaluasi efektivitas
dan efisiensi dan membuat rekomendasi kepada manajemen. Sebaliknya, evaluasi
pengendalian internal untuk audit keuangan memiliki dua tujuan utama yaitu untuk
menentukan luasnya pengujian audit substantif yang diperlukan dan melaporkan efektivitas
pengendalian internal atas pelaporan keuangan untuk perusahaan publik.
Baik dalam audit keuangan dan operasional, auditor dapat mengevaluasi prosedur
pengendalian dengan cara yang sama, tapi dengan tujuan yang berbeda. Auditor operasional
dapat menguji efektivitas prosedur verifikasi internal untuk duplikasi faktur penjualan guna
memastikan bahwa perusahaan tidak merugikan konsumen dan juga untuk melakukan
penagihan atas seluruh piutang. Auditor keuangan juga melakukan pengujian pengendalian
internal yang sama, tetapi tujuan utamanya adalah mengurangi konfirmasi atas piutang
dagang atau pengujian substantif lainnya (tujuan kedua atas audit keuangan adalah untuk
membuat rekomendasi operasional kepada manajemen)
2.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup audit operasional ditujukan pada seluruh pengendalian yang mempengaruhi
efektivitas dan efisiensi, sedangkan ruang lingkup evaluasi pengendalian internal untuk audit
keuangan dibatasi pada efektivitas pengendalian internal atas pelaporan keuangan dan
dampaknya atas kewajaran penyajian laporan keuangan. Misalnya, audit operasional dapat
berfokus pada kebijakan dan prosedur yang dilakukan oleh departemen pemasaran untuk
menentukan efektivitas katalog dalam pemasaran produk.
Jenis Audit Operasional
Audit operasional terdiri atas tiga kategori utama, yaitu:
1.
Audit Fungsional
Yang dimaksud denga fungsional adalah kategori aktivitas dalam suatu bisnis, misalnya
fungsi penagihan atau fungsi produksi. Fungsi dapat dikategorikan dan dibagi dalam banyak
cara. Misalnya, fungsi akuntansi dapat dibagi menjadi fungsi pengeluaran kas, penerimaan
kas, dan penggajian. Fungsi penggajian dapat dibagi menjadi menjadi fungsi penetapan
karyawan, pencatatan waktu, dan pembayaran gaji. Audit fungsional mengurusi satu atau
lebih fungsi dalam suatu organisasi, misalnya mengenai efektivitas dan efisiensi fungsi
penggajian untuk suatu divisi atau organisasi secara keseluruhan.
Audit fungsional memiliki keuntungan bagi auditor untuk melakukan spesialisasi. Auditor
tertentu berperan sebagai staf audit internal dalam mengembangkan keahlian tertentu pada
suatu area, misalnya rekayasa produksi. Rekayasa produksi dapat berjalan lebih efektif dan
efisien dengan menghabiskan waktu audit dalam area tersebut. Kerugian dari audit fungsional
adalah tidak dilakukannya evaluasi keterkaitan antarfungsi. Misalnya, fungsi rekayasa
produksi berinteraksi dengan fungsi pabrikan dan fungsi lainnya dalam organisasi.
2.
Audit Organisasional
Audit operasional dalam organisasi mengurusi seluruh unit organisasi seperti departemen,
cabang, atau anak perusahaan. Audit organisasional menekankan pada efektivitas dan
efisiensi dalam interaksi fungsi tersebut. Rencana organisasi dan metode untuk koordinasi
aktivitas merupakan hal penting dalam audit ini.
3.
Penugasan Khusus
Dalam audit operasional, penugasan khusus muncul atas permintaan dari manajemen dengan
bermacam-macam jenis audit, misalnya untuk menentukan penyebab inefisiensi sistem TI,
meneliti kemungkinan kecurangan dalam divisi, dan membuat rekomendasi untuk
mengurangi biaya produksi.
Pelaksana Audit Operasional
Audit operasional biasanya dilakukan oleh salah satu dari tiga kelompok, yaitu:
1.
Auditor Internal
Auditor internal merupakan posisi unik yang melakukan audit operasional dimana beberapa
orang menggunakan istilah audit internal dan audit operasional secara bergantian. Akan
tetapi, tidak semua audit operasional dilakukan oleh auditor internal atau hanya auditor
internal yang melakukan audit operasional. Banyak departemen audit internal yang
melakukan keduanya, yaitu audit operasional dan keuangan secara bersamaan. Oleh karena
mereka menghabiskan waktu kerja mereka untuk perusahaan yang mereka audit, maka
auditor internal diuntungkan dalam melakukan audit operasional. Mereka dapat
mengembangkan pengetahuan yang cukup tentang perusahaan dan bisnis yang penting bagi
efektivitas audit operasional.
Untuk memaksimalkan efektivitas dalam menjalankan audit keuangan dan operasional,
departemen audit internal harus melapor kepada dewan direksi atau direktur utama. Auditor
internal juga harus memiliki akses dan komunikasi berkelanjutan dengan komite audit dari
dewan direksi. Pelaporan kepada komite audit membantu auditor internal agar tetap
independen. Jika auditor internal memberi laporan kepada kontroler, maka mereka sulit untuk
melakukan evaluasi independen dan membuat rekomendasi kepada manajemen senior bila
terjadi inefisiensi atas pekerjaan kontroler.
2.
Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah regional dan pusat melakukan audit operasional, yang seringkali menjadi
bagian dalam pelaksanaan audit keuangan. Kelompok auditor pemerintah yang paling dikenal
adalah BPK, namun auditor pemerintah lainnya juga harus melakukan audit keuangan dan
operasional.
Buku kuning mendefinisikan dan menetapkan standar untuk audit kinerja, yang pada dasarnya
sama dengan audit operasional. Audit kinerja tersebut meliputi:
Audit ekonomi dan efisiensi
Tujuan dari audit ekonomi dan efisiensi adalah untuk menentukan:
1. Apakah entitas sudah memperoleh, melindungi, dan menggunakan sumber daya
secara ekonomis dan efisien
2. Apa penyebab inefisiensi atau ketidakekonomisan tersebut
3. Apakah entitas telah mematuhi hukum dan peraturan tentang hal-hal ekonomis dan
efisiensi dalam program audit
Program audit
Tujuan dari program audit ini adalah untuk menentukan:
1. Sejauh mana hasil yang diinginkan atau manfaat yang ditetapkan oleh badan legislatif
atau yang ditetapkan badan otoritas lainnya
2. Bagaimana efektivitas organisasi, program, kegiatan, atau fungsi tersebut
3. Apakah entitas telah mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku
Dua tujuan dari masing-masing jenis audit kinerja benar-benar operasional, sedangkan tujuan
utamanya adalah menyangkut kepatuhan.
Untuk mengilustrasikan kegiatan operasional tertentu dalam audit pemerintahan negara,
berikut adalah contoh dari sebuah artikel dalam publikasi Internal Auditor : sebuah rumah
sakit dengan staf administrasi yang terpisah menempati tiga bangunan di atas tanah milik
rumah sakit negara lainnya. Audit kami menunjukkan bahwa beban kerja terbatas kegiatan
administrasi rumah sakit ini dan kedekatannya dengan kantor rumah sakit utama
memungkinkan dilakukannya konsolidasi fungsi administrasi dari dua rumah sakit dan akan
menghemat biaya sebesar Rp 145.000.000 setahun.
3.
KAP
Ketika KAP melakukan audit laporan keuangan historis, seringkali tindakan audit ini terdiri
atas identifikasi masalah operasional dan rekomendasi yang mungkin bermanfaat bagi klien
audit. Rekomendasi dapat dibuat secara lisan, tetapi biasanya termasuk dalam surat
manajemen.
Latar belakang pengetahuan tentang bisnis klien, yang didapatkan auditor eksternal saat
melakukan audit, seringkali memberikan informasi yang berguna dalam memberikan
rekomendasi operasional. Sebagai contoh, misalnya auditor menetapkan bahwa perputaran
persediaan klien selama tahun berjalan lebih lambat dari sebelumnya. Auditor harus
menentukan penyebab kelambatan tersebut untuk mengevaluasi kemungkinan adanya
keusangan persediaan yang dapat menyebabkan ketidakwajaran dalam penyajian laporan
keuangan. Dalam menentukan penyebab berkurangnya perputaran persediaan, auditor dapat
mengidentifikasi penyebab operasional, seperti kebijakan pembelian persediaan yang tidak
efektif, yang harus diperhatikan oleh manajemen. Auditor yang memiliki latar belakang
bisnis yang luas dan berpengalaman dengan bisnis yang sama akan memberikan rekomendasi
operasional yang lebih efektif dan relevan dibandingkan dengan auditor lain yang tidak
memiliki kualifikasi tersebut.
Klien umumnya melibatkan KAP untuk melakukan audit operasional dalam satu atau lebih
bagian-bagian tertentu dari bisnisnya. Sebagai contoh, perusahaan dapat meminta KAP untuk
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi sistem komputernya. Biasanya, manajemen meminta
KAP melakukan audit ini bila perusahaan tidak memiliki staf audit internal atau jika staf
audit internal tidak memiliki keahlian di area tertentu. Dalam beberapa kasus, manajemen
atau dewan direksi menyerahkan seluruh atau sebagian aktivitas audit internalnya kepada
sebuah KAP, misalnya audit operasional untuk aktivitas teknologi informasi, yang harus
dilakukan bersama oleh KAP dan anggota tertentu dari staf audit internal perusahaan.
Biasanya staf konsultan manajemen KAP yang melaksanakan jasa tersebut. Perlu
diperhatikan bahwa KAP tidak boleh menyediakan jasa ini kepada klien audit perusahaan
publik mereka
Independensi dan Kompetensi Auditor Operasional
Dua kualifikasi yang paling penting bagi auditor operasional adalah independensi dan
kompetensi. Auditor harus melapor pada tingkat manajemen yang sesuai untuk memastikan
bahwa investigasi dan rekomendasi yang dibuat tidak bias. Independensi jarang menjadi
masalah bagi auditor KAP karena mereka tidak menjadi karyawan perusahaan yang di audit.
Independensi auditor internal perlu ditingkatkan dengan adanya laporan departemen audit
internal untuk dewan direksi atau direktur utama. Sama halnya dengan adanya keharusan bagi
auditor pemerintah untuk melapor kepada atasan departemen operasional. BPK, misalnya,
langsung melapor kepada DPR untuk meningkatkan independensi.
Tanggung jawab auditor operasional juga dapat mempengaruhi independensi mereka. Auditor
tidak bertanggung jawab atas fungsi operasional dalam perusahaan atau untuk memperbaiki
kekurangan bila ditemukan inefisiensi atau ketidakefektifan. Misalnya, independensi auditor
akan terpengaruh ketika mereka mengaudit sistem TI atas pembelian jika mereka yang
merancang sistem tersebut atau menjadi pihak yang bertanggung jawab untuk memperbaiki
kekurangan yang mereka temukan selama audit.
Meskipun auditor boleh memberikan rekomendasi untuk perubahan dalam operasi, personel
operasional harus memiliki kewenangan untuk menerima atau menolak rekomendasi tersebut.
Jika auditor memiliki kewenangan atas pelaksanaan rekomendasi mereka, maka independensi
mereka akan berkurang.
Kompetensi tentunya diperlukan untuk menentukan penyebab masalah operasional dan untuk
membuat rekomendasi yang tepat. Ketika audit operasional berurusan dengan masalah
operasional yang meluas, maka kompetensi dapat menjadi hambatan besar. Sebagai contoh,
bayangkan betapa sulitnya mencari auditor internal yang berkualitas, yang dapat
mengevaluasi efektivitas program periklanan dan efisiensi proses produksi. Staf audit internal
dalam melakukan jenis pemeriksaan operasional ini mungkin harus memasukkan beberapa
personel dengan latar belakang bidang pemasaran dan produksi.
Kriteria Evaluasi Efisiensi dan Efektivitas
Tantangan utama dalam audit operasional adalah menentukan kriteria khusus untuk
mengevaluasi apakah efisiensi dan efektivitas telah dicapai. Dalam laporan audit keuangan
historis, PSAK memberikan kriteria yang luas untuk mengevaluasi penyajian secara wajar,
dan tujuan audit dapat memfasilitasi kriteria yang lebih spesifik dalam memutuskan apakah
PSAK sudah dilaksanakan. Dalam audit operasional tidak ada kriteria yang ditentukan
dengan jelas.
Untuk menetapkan kriteria audit operasional, auditor dapat menentukan apakah beberapa
aspek dari entitas dapat dibuat lebih efektif atau efisien dan merekomendasikan perbaikan.
Pendekatan tersebut dapat memadai untuk auditor yang berpengalaman dan mendapatkan
pelatihan memadai, tetapi tidak demikian bagi auditor pada umumnya.
Kriteria Khusus. Kriteria yang lebih spesifik diperlukan sebelum memulai audit operasional.
Misalnya, Anda sedang melalukan audit operasional mengenai tata letak peralatan di pabrik
untuk sebuah perusahaan. Berikut ini adalah beberapa kriteria tertentu, yang dinyatakan
dalam bentuk pertanyaan, yang dapat digunakan untuk mengevaluasi tata letak pabrik :
Apakah tata letak pabrik seluruhnya disetujui oleh perancang kantor pusat di saat
melakukan desain awal?
Apakah unit perancang kantor pusat melakukan studi evaluasi kembali atas tata letak
pabrik dalam 5 tahun terakhir?
Apakah setiap unit peralatan beroperasi pada kapasitas 60% atau lebih untuk
sedikitnya 3 bulan pada setiap tahun?
Apakah tata letak memfasilitasi pergerakan bahan baku baru di lantai produksi?
Apakah tata letak memfasilitasi produksi barang jadi?
Apakah tata letak memfasilitasi pergerakan barang jadi ke bagian distribusi?
Apakah tata letak pabrik menggunakan peralatan yang ada secara efektif?
Apakah keamanan karyawan terancam dengan adanya tata letak pabrik?
Sumber Kriteria. Untuk mengembangkan kriteria evaluasi khusus, auditor operasional dapat
menggunakan berbagai sumber, meliputi:
Kinerja historis
Kriteria dapat ditetapkan berdasarkan hasil aktual dari periode sebelumnya. Dengan
menggunakan kriteria ini, auditor dapat menentukan apakah kondisi menjadi “lebih baik”
atau “lebih buruk”. Keuntungan pendekatan tersebut adalah kriteria ini mudah didapatkan,
namun tidak dapat digunakan untuk menentukan seberapa baik hasilnya dibandingkan dengan
yang seharusnya.
Pembandingan
Entitas di dalam atau di luar organisasi klien mungkin akan sama bila hasil operasinya
digunakan sebagai kriteria. Auditor harus berhati-hati dalam memilih organisasi sebagai
pembanding. Pembandingan hampir tidak mungkin dilakukan dengan organisasi berbeda atau
mereka yang tingkat standarnya lebih rendah. Untuk entitas internal yang sebanding, data
dapat tersedia untuk digunakan sebagai kriteria. Organisasi luar sering juga menyediakan
informasi yang diperlukan. Selain itu, data pembandingan sering disediakan oleh kelompok
industri dan badan peraturan pemerintah.
Standar rekayasa produksi
Dalam beberapa penugasan, dimungkinkan untuk mengembangkan kriteria berdasarkan
standar rekayasa produksi. Sebagai contoh, auditor dapat menggunakan Time and Motion
Study untuk menentukan tingkat output produksi yang efisien. Kriteria ini biasanya memakan
waktu dan biayanya mahal untuk dikembangkan karena membutuhkan keahlian, tetapi dalam
banyak hal patut dipertimbangkan. Suatu standar dapat dikembangkan oleh kelompok
industri untuk digunakan oleh semua anggota mereka, sehingga biaya dapat ditekan.
Diskusi dan kesepakatan
Kadang-kadang kriteria objektif sulit atau mahal untuk diperoleh, sehingga paling baik
dikembangkan melalui diskusi dan kesepakatan. Pihak-pihak yang terlibat harus mencakup
manajemen entitas yang akan diaudit, auditor operasional, dan badan atau pihak yang akan
diberi laporan tentang penemuan audit.
Tahapan dalam Menjalankan Audit Operasional
Terdapat tiga fase dalam audit operasional, yaitu:
1.
Perencanaan
Perencanaan untuk audit operasional sama dengan perencanaan untuk audit atas laporan
keuangan historis. Seperti auditor laporan keuangan, auditor operasional harus menentukan
ruang lingkup penugasan dan mengkomunikasikannya ke unit organisasi. Hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah:
Melakukan penugasan dengan benar
Mendapatkan informasi latar belakang mengenai unit organisasi
Memahami pengendalian internal
Memutuskan bukti yang memadai untuk diakumulasi
Perbedaan utama antara perencanaan audit operasional dan audit keuangan adalah keragaman
yang diciptakan oleh luasnya audit operasional, yang sering membuatnya sulit untuk
mengambil keputusan dalam tujuan khusus. Auditor memilih tujuan berdasarkan kriteria yang
dikembangkan dalam penugasan, yang bergantung pada kondisi yang ada. Misalnya, tujuan
audit operasional atas efektivitas pengendalian internal untuk kas kecil akan sangat berbeda
dengan audit operasional untuk efisiensi penelitian dan pengembangan, namun tujuan yang
beragam dalam audit operasional bisa saja merupakan bagian dari audit operasional yang
sama.
Luasnya audit operasional sering membuat penentuan staf menjadi lebih rumit daripada
dalam audit keuangan. Hal ini terjadi bukan karena bidang yang berbeda, misalnya
pengendalian produksi dan periklanan, tetapi tujuan untuk bidang tersebut sering memerlukan
keahlian teknis khusus. Misalnya, auditor mungkin membutuhkan latar belakang teknis untuk
mengevaluasi kinerja pada sebuah proyek konstruksi besar.
Pada akhirnya, tidak seperti audit keuangan, audit operasional mengharuskan auditor
menghabiskan lebih banyak waktu dengan pihak yang berkepentingan untuk mencapai
persetujuan atas syarat penugasan dan kriteria evaluasi. Terlepas dari sumber kriteria
evaluasi, dalam hal tujuan dan kriteria yang ditetapkan, maka perwakilan entitas yang akan di
audit, auditor operasional, dan entitas atau kepada pihak mana temuan akan dilaporkan, harus
ditentukan secara jelas dalam perjanjian.
2.
Akumulasi Bukti dan Evaluasi
Pengendalian internal dan prosedur operasi merupakan bagian penting dari audit operasional,
maka biasanya dilakukan dokumentasi, penyelidikan atas klien, prosedur analitis, dan
observasi secara ekstensif. Konfirmasi, pencapaian kinerja kembali, dan perhitungan kembali
tidak digunakan secara luas dalam audit operasional dibandingkan pada audit keuangan
karena tujuan keberadaan dan akurasi tidak relevan dengan kebanyakan audit operasional.
Untuk mengilustrasikan akumulasi bukti dalam audit operasional, sebagai contoh suatu
lembaga yang mengevaluasi keamanan tangga berjalan di sebuah kota. Asumsikan bahwa
semua pihak setuju bahwa tujuannya adalah untuk menentukan apakah seorang pengawas
membuat pemeriksaan tahunan secara memadai untuk seluruh tangga berjalan di kota
tersebut. Untuk memenuhi tujuan kelengkapan, auditor dapat memeriksa cetak biru bangunan
kota dan lokasi tangga berjalan dan menelusurinya ke daftar untuk memastikan bahwa semua
tangga berjalan sudah dimasukkan dalam populasi. Pengujian tambahan dilakukan untuk
bangunan yang baru dibangun untuk menilai ketepatan waktu atas pembaruan daftar yang
berada di pusat.
Dengan asumsi auditor telah menentukan bahwa daftar tersebut lengkap, mereka dapat
memilih sampel lokasi tangga berjalan dan mengumpulkan bukti mengenai waktu dan
frekuensi inspeksi. Auditor mungkin perlu mempertimbangkan risiko bawaan dengan
melakukan pengambilan sampel lebih besar atas tangga berjalan yang usianya lebih tua atau
tangga yang sebelumnya cacat keamanannya. Auditor mungkin juga perlu memeriksa bukti
kompetensi pengawas tangga berjalan dengan menelaah catatan, program pelatihan, uji
kecakapan, dan laporan kinerja. Auditor juga perlu menjalankan kembali prosedur
pengambilan sampel tangga berjalan untuk mendapatkan bukti bila terjadi ketidakkonsistenan
dengan yang dilaporkan atau pada kondisi sebenarnya.
Sama seperti auditor keuangan, auditor operasional harus mengumpulkan bukti yang
memadai untuk dijadikan dasar suatu kesimpulan dalam pengujian. Untuk audit keamanan
tangga berjalan, auditor harus mengumpulkan bukti yang cukup tentang inspeksi keamanan
tangga berjalan. Setelah bukti dikumpulkan, auditor harus memutuskan apakah inspeksi atas
masing-masing tangga berjalan di kota dilakukan oleh petugas yang kompeten.
3.
Pelaporan serta Tindak Lanjut
Dua perbedaan utama antara laporan audit keuangan dan operasional yang mempengaruhi
laporan audit operasional adalah:
1. Dalam audit operasional, laporan biasanya dikirimkan hanya kepada manajemen,
dengan tembusan kepada unit yang diaudit. Pengguna pihak ketiga tidak memerlukan
susunan kata-kata baku untuk pembuatan laporan audit operasional.
2. Banyaknya jenis audit operasional memerlukan laporan yang berbeda-beda untuk
mencakup ruang lingkup audit, temuan, dan rekomendasi.
Auditor operasional sering menghabiskan waktu untuk mengkomunikasikan temuan dan
rekomendasi audit secara jelas. Pada audit kinerja, saat laporan disusun sesuai persyaratan
Buku Kuning, maka komponen tertentu harus disertakan, tetapi bentuk laporan harus
dibebaskan. Tindak lanjut merupakan hal umum dalam audit operasional ketika auditor
membuat rekomendasi kepada manajemen untuk menentukan apakah terdapat perubahan
yang direkomendasikan, dan jika tidak, harus dijelaskan mengapa.
Contoh Temuan Audit Operasional
Setiap Internal Auditor tersebut, jurnal yang dipublikasikan dua bulanan oleh IIA, selalu
terdapat beberapa temuan audit operasional yang disampaikan oleh auditor internal yang
berpraktik. Lebih banyak temuan yang mencakup efisiensi daripada efektivitas. Pembaca
lebih tertarik dengan temuan yang berkaitan dengan efisiensi dari efektivitas. Misalnya, suatu
audit operasional di AS yang menghasilkan penghematan sebesar $68.000 akan lebih menarik
pembaca daripada sebuah laporan mengenai peningkatan akurasi pelaporan keuangan.
Contoh dari Internal Auditor berikut menyertakan contoh-contoh yang berkaitan dengan
efektivitas dan efisiensi di AS.
Dengan Menyewa Perusahaan Kebersihan dari Luar, Dapat Menghemat $160.000
Sebuah auditor internal meninjau efisiensi dan efektivitas layanan kebersihan oleh karyawan
pemerintah untuk bangunan di kompleks gedung legislatif. Dalam audit terungkap bahwa
biaya jasa kebersihan terlalu besar jika dibandingkan dengan jasa serupa yang dilakukan oleh
perusahaan kebersihan dari luar. Selain itu, auditor menemukan banyak petugas kebersihan
yang tidak dilengkapo dengan peralatan yang dibutuhkan sehingga kualitas kebersihan
menjadi buruk. Sebuah studi mengenai jasa kebersihan alternatif menunjukkan bahwa
perusahaan kebersihan dari luar memberikan jasa yang sama atau lebih baik dan dapat
menghemat biaya sebesar $ 137.000 dalam setahun. Auditor merekomendasikan pemerintah
negara bagian mencari tawaran kompetitif dan menjalin kontrak dengan perusahaan jasa
kebersihan yang memiliki penawaran biaya terendah, tetapi masih memenuhi spesifikasi.
Dalam realisasinya, penghematan mencapai lebih dari $160.000 dan kualitas kebersihan
meningkat.
Gunakan Peralatan yang Tepat
Sebuah perusahaan menyewakan 25 truk berbeban berat yang digunakan oleh karyawan jasa
di AS yang memasang dan memperbaiki sekitar 20.000 vending machine di daerah
metropolitan besar. Semua truk dilengkapi dengan hidrolik pengangkat pintu untuk
melakukan bongkar muat vending machine. Auditor internal menemukan hanya beberapa
truk yang benar-benar mengantar dan mengambil vending machine tersebut. Sebagian besar
truk digunakan untuk jasa panggilan, yang terdiri atas perbaikan kotak koin atau penyesuaian
sederhana lainnya yang tidak memerlukan hidrolik. Auditor merekomendasikan agar sebagian
besar truk tersebut secara bertahap digantikan oleh kendaraan biasa dan ringan. Menajemen
menyetujuinya sehingga penghematan tarif sewa dan beban usaha yang terjadi diperkirakan
mencapai $ 25.000 per tahun.
Program Komputer Menghemat Tenaga Kerja Manual
ERISA di AS mensyaratkan adanya audit tahunan untuk rencana pembagian laba. Auditor
internal menguji rencana pembagian keuntungan sebagaimana disyaratkan oleh ERISA, tetapi
juga melakukan telaah operasional yang menghasilkan beberapa rekomendasi berharga bagi
manajemen. Aduitor TI dalam tim audit mengembangkan beberapa program audit –
terkomputerisasi untuk menguji pengendalian atas partisipasi dan penghentian rencana
perusahaan dalam melakukan bagi hasil. Bantuan komputer tersebut menghemat tenaga kerja
manual dan dapat mendeteksi beberapa karyawan yang tidak memenuhi syarat atas rencana
tersebut, misalnya karyawan dengan masa kerja kurang dari satu tahun dan karyawan yang
sudah berhenti bekerja. Program audit tersebut juga dapat mendeteksi data yang berbeda
antara berkas penggajian dan berkas utama dalam rencana bagi hasil. Saat melihat hasil audit,
manajemen mengoreksi seluruh masalah dan menerapkan pengendalian tambahan untuk
mencegah terjadinya masalah yang sama di masa datang. Pengendalian tambahan ini
membuat manajemen memita auditor TI untuk tetap menyimpan program mereka di
komputer. Manajer pada rencana bagi hasil pun menggunakan program tersebut secara
berkala sebagai pengendali untuk mendeteksi kesalahan.