INFLASI DAN PENGANGGURAN DI INDONESIA

INFLASI DAN PENGANGGURAN DI INDONESIA
1.

INFLASI

1.1 Definisi Inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus.
Sedangkan kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu penurunan harga secara terus
menerus, akibatnya daya beli masyarakat bertambah besar, sehingga pada tahap awal
barang-barang menjadi langka, akan tetapi pada tahap berikutnya jumlah barang akan
semakin banyak karena semakin berkurangnya daya beli masyarakat. Sedangkan
lawan dari inflasi adalah deflasi, yaitu manakala harga-harga secara umum turun dari
periode sebelumnya (nilai inflasi minus). Akibat dari inflasi secara umum adalah
menurunnya daya beli masyarakat karena secara riil tingkat pendapatannya juga
menurun. Jadi, misalkan besarnya inflasi pada tahun yang bersangkutan naik sebesar
5%, sementara pendapatan tetap, maka itu berarti secara riil pendapatan mengalami
penurunan sebesar 5% yang akibatnya relatif akan menurunkan daya beli sebesar 5%
juga.
Tujuan jangka panjang pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi yang
berlaku berada pada tingkat yang sangat rendah. Tingkat inflasi nol persen bukanlah
tujuan utama kebijakan pemerintah karena ia adalah sukar untuk dicapai. Yang paling

penting untuk diusahakan adalah menjaga agar tingkat inflasi tetap rendah.
Adakalanya tingkat inflasi meningkat dengan tiba-tiba atau wujud sebagai akibat
suatu peristiwa tertentu yang berlaku di luar ekspektasi pemerintah, misalnya efek
dari pengurangan nilai uang (depresiasi nilai uang) yang sangat besar atau
ketidakstabilan politik. Menghadapi masalah inflasi yang bertambah cepat ini
pemerintah akan menyusun langkah-langkah yang bertujuan agar kestabilan hargaharga dapat diwujudkan kembali.
1.2 Jenis-jenis Inflasi
Berdasarkan sifatnya:

Inflasi dan Pengangguran di Indonesia | 4

Berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi 3 kategori utama, yaitu sebagai
berikut:
1.

Inflasi merayap/rendah (creeping inflation), yaitu inflasi yang besarnya kurang
dari 10% pertahun

2.


Inflasi menengah (galloping inflation) besarnya antara 10 – 30% pertahun. Inflasi
ini biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relatif besar.
Angka inflasi pada kondisi ini biasanya disebut inflasi 2 digit, misalnya 15%,
20%, 30%, dan sebagainya.

3.

Inflasi berat (high inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 30 – 100%
pertahun. Dalam kondisi ini harga-harga secara umum naik.

4.

Inflasi sangat tinggi (hyper inflation), yaitu inflasi yang ditandai oleh naiknya
harga secara drastic hingga mencapai 4 digit (di atas 100%). Pada kondisi ini
masyarakat tidak ingin lagi menyimpan uang, karena nilainya merosot sangat
tajam, sehingga lebih baik ditukarkan dengan barang.

Berdasarkan sebabnya:
1.


Demand Pull Inflation
Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang tinggi di satu
pihak, di pihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan kerja penuh
(full employment), akibatnya adalah sesuai dengan hokum permintaan, bila
permintaan banyak sementara penawaran tetap, maka harga akan naik. Dan bila
hal ini berlangsung secara terus-menerus akan mengakibatkan inflasi yang
berkepanjangan. Oleh karena itu, untuk mengatasinya diperlukan adanya
pembukaan kapasitas produksi baru dengan penambahan tenagaga kerja baru.

2.

Cost Push Inflation
Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya biaya produksi (naiknya
biaya produksi dapat terjadi karena tidak efisiennya perusahaan, nilai kurs mata

Inflasi dan Pengangguran di Indonesia | 5

uang negara yang bersangkutan jatuh/menurun, kenaikan harga bahan baku
industri, adanya tuntutan kenaikan upah dari serikat buruh yang kuat dan
sebagainya). Akibat naiknya biaya produksi, maka dua hal yang bisa dilakukan

oleh produsen, yaitu: pertama, langsung menaikkan harga produknya dengan
jumlah penawaran yang sama, atau harga produknya naik (karena tarik menarik
permintaan dan penawaran) karena penurunan jumlah produksi.
Berdasarkan asalnya:
Berdasarkan asalnya inflasi dibagi menjadi dua, yaitu pertama inflasi yang
berasal dari dalam negeri (domestic inflation) yang timbul karena terjadinya defisit
dalam pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada anggaran belanja negara.
Untuk mengatasinya biasanya pemerintah mencetak uang baru. Selain itu
harga-harga naik dikarenakan musim paceklik (gagal panen), bencana alam yang
berkepanjangan dan sebagainya. Kedua inflasi yang berasal dari luar begeri.
Karena negara-negara yang menjadi mitra dagang suatu negara mengalami
inflasi yang tinggi, dapatlah diketahui bahwa harga-harga dan juga ongkos produksi
relatif mahal, sehingga bila terpaksa negara lain harus mengimpor barang tersebut
maka harga jualnya di dalam negeri tentu saja bertambah mahal.
1.3 Metode Pengukuran Inflasi
Suatu kenaikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks
harga. Ada beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi
(Nopirin,1987:25) antara lain:
1.


Consumer Price Index (CPI)
Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah tangga
dalam membeli sejumlah barang bagi keperluan kebutuhan hidup:
CPI= (Cost of marketbasket ingiven year : Cost of marketbasket in base year) x
100%

Inflasi dan Pengangguran di Indonesia | 6

2.

Produsen Price Index dikenal dengan Whosale Price
Index yang lebih menitikberatkan pada perdagangan besar seperti harga bahan
mentah (raw material), bahan baku atau barang setengah jadi. Indeks PPI ini
sejalan dengan indeks CPI.

3.

GNP Deflator
GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda dengan indeks CPI dan
PPI, dimana indeks ini mencangkup jumlah barang dan jasa yang termasuk

dalam hitungan GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua
indeks diatas:
GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100%

1.4 Definisi Inflasi Merayap dan Hyperinflasi
Inflasi merayap adalah proses kenaikan harga-harga yang lambat jalannya.
Yang digolongkan kepada inflasi ini adalah kenaikan harga-harga yang tingkatnya
tidak melebihi dua atau tiga persen setahun. Malaysia dan Singapura adalah dua dari
negara-negara yang tingkat inflasinya dapat digolongkan sebagai inflasi merayap.
Hiperinflasi adalah proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat, yang
menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam masa yang
singkat. Di Indonseia, sebagai contoh, pada tahun 1965 tingkat inflasi adalah 500
persen dan pada tahun 1966 ia telah mencapai 650 persen. Ini berarti tingkat hargaharga naik 5 kali lipat pada tahun 1965 dan 6,5 kali lipat dalam tahun 1966.
Di negara-negara berkembang adakalanya tingkat inflasi tidak mudah
dikendalikan. Negara-negara tersebut tidak menghadapi masalah hiperinflasi, akan
tetapi juga tidak mampu menurunkan inflasi pada tingkat yang sangat rendah. Secara
rata-rata di sebagian negara tingkat inflasi mencapai di antara 5 hingga 10 persen.
Inflasi dengan tingkat yang seperti itu digolongkan sebagai inflasi rendah atau
moderate inflation.


Inflasi dan Pengangguran di Indonesia | 7

1.5 Dampak Inflasi
Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan dalam
perekonomian, akan tetapi sebagaimana dalam salah satu prinsip ekonomi bahwa
dalam jangka pendek ada trade off antara inflasi dan pengangguran menunjukkan
bahwa inflasi dapat menurunkan tinhgkat pengangguran, atau inflasi dapat dijadikan
salah satu cara untuk menyeimbangkan perekonomian Negara, dan lain sebagainya.
Secara khusus dapat diketahui beberapa dampak baik positif maupun negatif dari
inflasi adalah sebagai berikut.
Dampak Positif:
1.

Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan
diusahakan seefisien mungkin dan konsumtifme dapat ditekan.

2.

Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri
menjadi semakin dipercaya dan tangguh.


3.

Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan
tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau
membuka usaha.

Dampak Negatif:
1. Bila harga secara umum naik terus-menerus maka masyarakat akan panik,
sehingga perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat
yang berlebihan uang memborong sementara yang kekurangan uang tidak bisa
membeli barang akibatnya negara rentan terhadap segala macam kekacauan yang
ditimbulkannya.
2. Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk
menarik tabungan guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank di
rush akibatnya bank kekurangan dana berdampak pada tutup (bangkrut ) atau
rendahnya dana investasi yang tersedia.

Inflasi dan Pengangguran di Indonesia | 8


3. Produsen

cenderung

memanfaatkan

kesempatan

kenaikan

harga

untuk

memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran.
4. Distribusi barang relative tidak adil karena adanya penumpukan dan konsentrasi
produk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber produksi dan yang
masyarakatnya memiliki banyak uang.
5. Bila inflasi berkepanjanagn produsen banyak yang bangkrut karena produknya
relatif akan semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli.

6. Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang
mengarah pada sentimen dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada
penjarahan dan perampasan.

1.6 Inflasi dan Perkembangan Ekonomi
Kenaikan harga – harga menimbulkan efek yang buruk pula ke atas
perdagangan. Kenaikan harga menyebabkan barang – barang negara itu tidak dapat
bersaing di pasaran internasional. Maka ekspor menurun. Sebaliknya, harga – harga
produksi dalam negeri yang semakin tinggi sebagai akibat inflasi menyebabkan
barang – barang impor menjadi relatif murah. Maka lebih banyak impor akan di
lakukan. Ekspor yang menurun dan diikuti pula oleh impor yang bertambah
menyebabkan ketidakseimbangan dalam aliran mata uang asing. Kedudukan neraca
pembayaran akan memburuk.
1.7 Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat
Di samping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara, inflasi
juga akan menimbulkan efek – efek yang berikut kepada individu masyarakat :Inflasi
akan menurunkan pendapatan rill orang – orang yang berpendapatan tetap. Pada
umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga – harga. Maka inflasi akan
menurunkan


upah

rill

individu



individu

yang

berpendapatan

tetap.

Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian kekayaan
Inflasi dan Pengangguran di Indonesia | 9

masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank, simpanan tunai, dan
simpanan dalam institusi – istitusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan.
Nilai rillnya akan menurun apabila inflasi berlaku.
Memperburuk pembagian kekayaan. Telah ditunjukan bahwa penerima
pendapatan tetap akan menghadapi kemerosotan dalam nilai rill pendapatannya, dan
pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami penurunan dalam nilai rill
kekayaannya. Akan tetapi pemilik harta – harta tetap (tanah), bangunan dan (rumah)
dapat mempertahankan atau menambah nilai rill kekayaannya. Ajuga sebagai
penjual/pedagang dapat mempertahankan nilai rill pendapatannya. Dengan demikian
inflasi menyebabkan pembagian pendapatan di antara golongan berpendapatan tetap
dengan pemilik – pemilik harta tetap dan penjual/pedagang akan menjai semakin
tidak merata.
1.8 Cara Mengatasi Inflasi
1.

Kebijakan Moneter
Sasaran kebijakan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar.
Bank Sentral dapat mengatur uang giral melalui peralatan moneter yaitu:
a.

Pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) dimana
pengendalian jumlah uang beredar oleh Bank Sentral dengan cara menjual
atau membeli surat-surat berharga. Untuk meningkatkan jumlah uang
beredar, Bank Sentral menjual surat-surat berharga. Sedangkan untuk
menurunkan jumlah uang beredar, Bank Sentral membeli surat-surat
berharga;

b.

Penetapan Tingkat Diskonto (Discount Rate Policy) yang merupakan tingkat
bunga yang ditetapkan Bank Sentral sebagai pinjaman yang diberikan
kepada Bank Umum; dan

c.

Penetapan Rasio Cadangan Wajib Minimum (Reserve Requirement) yaitu
proporsi cadangan minimum yang harus dipegang Bank umum atas

Inflasi dan Pengangguran di Indonesia | 10

simpanan masyarakat yang dimiliki. Untuk menekan laju inflasi cadangan
minimum ini dinaikkan sehingga jumlah uang menjadi lebih kecil.
2.

Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta
perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan
dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui
penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal yang berupa pengurangan
pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan
total, sehingga inflasi dapat ditekan.

3.

Kebijakan yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini
dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga
impor cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang dalam negeri
cenderung menurunkan harga.

4.

Kebijakan Penentuan Harga dan Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan harga, serta didasarkan pada indeks harga
tertentu untuk gaji ataupun upah (gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks harga
naik,gaji atu upah juga dinaikkan.

Inflasi dan Pengangguran di Indonesia | 11

2. PENGANGGURAN
2.1 Definisi Pengangguran
Pengangguran atau orang yang menganggur adalah mereka yang tidak
mempunyai pekerjaan dan sedang tidak aktif mencari pekerjaan. Kategori orang yang
menganggur biasanya adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan pada usia kerja
dan masanya kerja. Usia kerja biasanya adalha usia yang tidak dalam masa sekolah
tetapi di atas usia anak-anak (relatif di atas 6 – 18 tahun, yaitu masa pendidikan dari
SD – tamat SMU). Sedangkan di atas usia 18, namun masih sekolah dapatlah
dikategorikan sebagai penganggur, meski untuk hal ini masih banyak yang
memperdebatkannya.
Pengangguran pada dasarnya tidak bisa dihilangkan sepenuhnya, karena
bagaimanapun baik dan hebatnya kemampuan suatu bangsa dalam menangani
perekonomiannya, tetap saja pengangguran itu ada. Akan tetapi mashab klasik dengan
salah satu teorinya yang terkenal sebagai hukum “Say” dari Jean Baptiste Say yang
mengatakan bahwa “Supply creats its own demand” atau penawaran menciptakan
permintaannya sendiri menjelaskan bahwa bila ini benar terjadi, maka pengangguran

Inflasi dan Pengangguran di Indonesia | 12

tidak aka nada, dan bila pun ada tidak akan berlangsung lama, karena akan pulih
kembali. Cara kerjanya sederhana, bahwa apabila produsen menghasilkan barang
dalam jumlah tertentu maka akan segera habis dikonsumsi masyarakat. Pada saat
yang sama misalkan terdapat para pencari kerja, oleh karena produsen akan lebih baik
menghasilkan barang dalam jumlah banyak untuk memperbesar keuntungan tanpa
takut risiko gagal dalam penjualan, maka semua pencari kerja itu akan terserap untuk
mengisi lowongan baru yang disediakan oleh produsen / perusahaan, dan ini
berlangsung terus. Akan tetapi pada kenyataannya tidak satu negara pun di dunia ini
yang bisa menerapkan teori ini, alasannya salah satu asumsi yaitu pasar persaingan
sempurna tidak akan bisa dan tidak akan pernah terjadi, dikarenakan syaratnya yang
tidak mungkin bisa dipenuhi.
Pengangguran selalu menjadi masalah, bukan saja karena pengangguran
berarti pemborosan dana. Akan tetapi, juga memberikan dampak social yang tidak
baik misalkan akan semakin meningkatnya tindakan kriminal dan pelanggaran moral.
Akan tetapi, di sisi lain pengangguran atau menganggur umumnya dilakukan dengan
suka rela, baik karena memilih pekerjaan, menunggur pekerjaan yang sesuai, keluar
dari pekerjaan lama untuk mencari pekerjaan baru karena alasan jenuh, bosan atau
tidak cocok dengan pekerjaan dan perusahaan, dan berbagai macam alasan lainnya.
2.2 Jenis-jenis Pengangguran
Berdasarkan penyebab terjadinya:
a.

Pengangguran friksional: sifatnya sementara disebabkan oleh kendala waktu,
informasi dan kondisi geografis antara pelamar dengan pembuka lamaran
pekerjaan. Ini terjadi karena pelamar kerja tidak mampu memenuhi syarat yang

b.

dibutuhkan oleh pembuka lamaran kerja.
Pengangguran konjungtural: pengangguran yang disebabkan oleh naik turunnya
siklus ekonomi.

Inflasi dan Pengangguran di Indonesia | 13

c.

Pengangguran struktural: pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan

d.

struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang.
Pengangguran musiman: keadaan menganggur yang disebabkan oleh fluktuasi

e.

ekonomi jangka pendek yang menyebabkan tenaga kerja untuk menganggur.
Pengangguran siklikal: pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun
siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada

f.

penawaran kerja.
Pengangguran teknologi: pengangguran yang disebabkan adanya perubahan

g.

tenaga manusia menjadi tenaga mesin.
Pengangguran siklus : pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya
kegiatan perekonomian karena terjadi resesi.

Berdasarkan ciri-cirinya:
a.

Pengangguran Terbuka : Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan
lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja. Sebagai
akibatnya dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak
dapat memperleh pekerjaan. Efek dari keaadaan ini di dalam suatu jangka masa
yang cukup panjang mereka tidak melakukan sesuatu pekerjaan. Jadi mereka
menganggur secara nyata dan sepenuh waktu, dan oleh karenanya dinamakan

b.

pengangguran terbuka.
Pengangguran Tersembunyi : Di banyak negara berkembang, seringkali didapati
bahwa jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi adalah lebih banyak dari
yang sebenarnya diperlukan supaya ia dapat menjalankan kegiatannya dengan
efisien.

Kelebihan

tenaga

kerja

yang

digunakan

digolongkan

dalam

pengangguran tersembunyi. Contoh –contohnya ialah, pelayan restoran yang
lebih banyak dari yang diperlukan dan kluarga petani dengan anggota kluarga
c.

yang besar yang mengerjakan luas tanah yang sangat kecil.
Pengangguran Bermusim : Pengangguran ini terutama terdapat di sektor
pertanian dan perikanan. Pada musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak
dapat melakukan pekerjaan mereka dan terpaksa menganggur. Pada musim
kemarau pula para pesawah tidak dapat mengerjakan tanahnya. Di samping itu,
Inflasi dan Pengangguran di Indonesia | 14

pada umumnya para pesawah tidak begitu aktif di antara waktu sesudah
menanam dan sudah menuai. Apabila dalam masa di atas penyadap karet,
nelayan dan pesawah tidak melakukan pekerjaan lain maka mereka terpaksa
menganggur. Pengnggur seperti ini digolongkan sebagai pengangguran
d.

bermusim.
Setengah Menganggur : Di negara – negara berkembang penghijrahan atau
migrasi dari desa ke kota adalah sangat pesat. Sebagai akibatnyatidak semua
orang yang pindah ke kota dapat memperoleh pekerjaan dengan mudah.
Sebagiannya menjadi penganggur sepenuh waktu. Di samping itu ada pula yang
tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu, dan jam kerja
mereka adalah jauh lebihrendah dari yang normal. Mereka mungkin hnya bekerja
satu hingga dua hari seminggu, atau satu hingga empat jam sehari. Pekerja –
pekerja yang mempunyai masa kerja seperti yang dijelaskan ini digolongkan
sebagai setengah menganggur atau dalam bahasa Inggris : underemployed. Dan
jenis penganggurannya dinamakan underemplayment.

2.3 Akibat Pengangguran
Bagi perekonomian Indonesia:
1.
2.
3.

Penurunan pendapatan perkapita.
Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari pajak.
Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan pemerintah.

Bagi masyarakat:
1.
2.
3.

Menjadi beban psikologis dan psikis.
Dapat menghilangkan keterampilan karena tidak pernah dipakai untuk bekerja.
Menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik, sperti meningkatnya tindak
kriminalitas.

Inflasi dan Pengangguran di Indonesia | 15

3.

Hubungan antara Inflasi dengan Pengangguran
Arti inflasi dan pengangguran telah dijelaskan secara singkat di atas,

sebagaimana diketahui bahwa manakala inflasi terlalu tinggi, maka masyarakat
cenderung tidak ingin menyimpan uangnya lagi, tetapi akan diubah dalam bentuk
barang, baik barang yang siap dipakai atau harus melalui proses produksi (membuat
rumah misalnya). Sementara pengangguran adalah orang yang tidak bekerja dan
sedang mencari pekerjaan.
Dalam kondisi tingkat inflasi yang relatif tinggi, maka secara teoritis para
pengangguran akan banyak memperoleh pekerjaan, bukan saja karena banyak
masyarakat membutuhkan tenaganya, tetapi juga para produsen seharusnya akan
memanfaatkan momentum kenaikan harga barang dengan menambah produksinya
yang tentu saja harus membuka kapasitas produksi baru dan ini tentu memerlukan
tenaga kerja baru sampai pada tingkat full employment.
Sampai sebegitu jauh agaknya inflasi yang tinggi banyak memberikan dampak
yang negatif daripada positif bagi suatu bangsa dalam perekonomiannya. Alasannya,
sederhana saja karena banyak negara yang mengelola ekonominya tidak efisien,
hambatan investasi, dan masih tergantung sangat besar (baik dari segi kualitas
maupun kuantitas) pada bahan baku impor.
Kenyataannya inflasi yang relatif tinggi membuat masyarakat hidup berhemat,
banyak PHK dan penurunan jumlah produksi sehingga terjadi kelangkaan barang di
pasar, dan ini justru akan menjadi inflasi yang sudah tinggi menjadi lebih tinggi.

Inflasi dan Pengangguran di Indonesia | 16

Prof. A. W Phillips daro London School of Economic, inggris meneliti data
dari berbagai negara mengenai tingkat pengangguran dan inflasi. Secara empiris
tanpa didasari teori yang kuat ditemukan suatu bukti bahwa ada hubungan yang
terbalik antara tingkat inflasi dan pengangguran, dalam arti apabila inflasi naik, maka
pengangguran turun, sebaliknya apabila inflasi turun, maka pengangguran naik.
Secara teori, Lipsey menerangkan hubungan antara tingkat inflasi dengan
pengangguran melalui teori pasar tenaga kerja. Menurutnya, upah tenaga kerja akan
cenderung turun bila pengangguran relatif banyak, karena banyaknya tingkat
pengangguran mencerminkan adanya kelebihan penawaran tenaga kerja. Sebaliknya
upah tenaga kerja naik bila tingkat pengangguran relatif rendah, karena adanya
kelebihan permintaan tenaga kerja. Namun, meskipun pada suatu kondisi terdapat
keseimbangan anatara permintaan dan penawaran tenaga kerja yang memberikan
tingkat upah tertentu, pengangguran masih saja tetap ada, hal ini dikarenakan
informasi yang kurang keahlian yang tidak sesuai dengan lowongan dan sebagainya.
Jadi menurut Lipsey, sehubungan dengan teori Phillips, penawaran dan permintaan
itu menentukan tingkat upah dan perubahan tingkat upah tergantung dari adanya
kelebihan permintaan tenaga kerja. Dengan demikian, makin besar kelebihan
permintaan tenaga kerja, maka tingkat upah akan semakin besar, ini berarti tingkat
pengangguran akan semakin kecil/rendah. Karena hubungan antara kelebihan
permintaan tenaga kerja sebanding dengan kenaikan upah, maka berarti bila tingkat
upah tinggi maka pengangguran rendah, sebaliknya bila tingkat upah rendah, maka
pengangguran tinggi. Namun, bila dibalik pernyataannya menjadi bila tingkat
pengangguran tinggi, maka upah rendah dan bila pengangguran rendah, maka upah
tinggi. Perlu diingat bahwa asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa bila upah riil
sama dengan upah nominal, dimana upah riil adalah upah nominal dibagi dengan
harga yang berlaku.

Inflasi dan Pengangguran di Indonesia | 17