PERBEDAAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya tugas
makalah Hukum Administrasi Negara, hubungannya dengan Hukum Tata Negara ini.
Terima kasih juga kami sampaikan kepada dosen mata kuliah Hukum Administrasi
Negara Indonesia, Dr. Deti Mulyati, S.H., M.H., CN yang membimbing kami sejauh
ini, serta teman-teman yang telah mendukung dan membantu menyusun makalah ini.

Makalah Hukum Administrasi Negara Indonesia ini tersusun berdasarkan
pada pembelajaran tentang hal—hal seputar hukum dan permasalahan hukum di
Indonesia. Makalah ini untuk memahami hal-hal yang perlu diperhatikan segala
komponen dan masalah hukum Indonesia, terutama soal hukum administrasi negara
kaitannya dengan hukum tata negara serta segala unsur yang ada.

Makalah ini disusun sedemikian rupa agar pembaca dapat dengan mudah
memahami materi yang disampaikan. Maka kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Kami juga menyadari bahwa laporan ini mungkin tidak lepas dari kesalahan.
Untuk itu kami sangat terbuka terhadap kritik dan saran demi perbaikan penyusunan
laporan yang akan datang.


Jatinangor, 28 Januari 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Cover
Kata Pengantar

i

Daftar Isi

ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan

1

3

BAB II PEMBAHASAN
2.1
2.2
2.3
2.4

Pengertian Hukum Tata Usaha Negara
Pengertian Hukum Tata Negara
Pendapat Para Ahli Hubungan HAN dengan HTN
Hubungan HTN dan HAN

4
7
9
13

BAB III PENUTUP
3.1

3.2

Kesimpulan
Saran

16
16

Daftar Pustaka

iii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Setiap manusia di muka bumi ini pasti mendiami suatu tempat. Tempat dimana
dia tinggal terdapat dalam satu wilayah tertentu yang telah ditentukan mana saja
batas-batasnya. Batas yang dimaksud ini adalah batas untuk menentukan antara

negara satu dengan negara lain sebagai kodrat dari Perjanjian Westphalia tahun 1648.
Perjanjian Westphalia menyetujui bahwa dunia terbagi-bagi dalam negara-negara
yang berdaulat dan memiliki kewenangannnya masing-masing (Wardhani 2012).
Sejak itu, perbincangan soal negara dan sistem yang berlaku didalamnya semakin
diperdalam supaya ditemukan kesepakatan antarnegara.
Telah kita pahami bahwa dalam suatu negara terdapat tiga unsur, yakni wilayah,
penduduk dan pemerintah yang berdaulat. Seiring berjalannya waktu, adanya negara
yang bermunculan harus mendukung negara yang baru merdeka sehingga
mendapatkan pengakuan sebagai satu negara baru. Keempat unsur di atas bekerja
tidak selalu searah ataupun satu pemikiran. Ada kalanya penduduk memilih untuk
memperluas wilayah, namun pemerintah tidak mampu mencapainya. Yang terjadi
justru

perlawanan

beberapa

penduduk

kepada


pemerintah

karena

ketidakberhasilannya. Masih banyak lagi contoh dari persoalan yang muncul dari
unsur-unsur negara tersebut.
Dengan kondisi yang mengalami dinamika tidak kondusif, dibuatlah hukum
khusus tentang pengaturan antara pemerintah dengan masyarakat. Sistem yang
berlaku dalam negara diatur lebih rinci dalam suatu hukum atau aturan maupun
perundang-undangan. Hal inilah yang sering disebut dengan hukum tata usaha negara
atau hukum tata pemerintahan. Istilah lain yang sering digunakan adalah hukum
administrasi negara. Berdasarkan perspektif ilmu hukum administrasi, ada dua jenis
hukum administrasi; pertama, hukum administrasi umum, yakni berkenaan dengan
teori-toeri dan prinsip-prinsip yang berlaku untuk semua bidang hukum administrasi,
tidak terikat pada bidang tertentu; kedua, hukum administrasi khusus, yakni hukumhukum yang terkait dengan bidang-bidang pemerintahan tertentu seperti hukum

lingkungan, hukum tata ruang, hukum kesehatan, dan sebagainya (Ridwan 2006, viii).
Hukum administrasi pun mencakup berbagai persoalan yang menyangkut kehidupan
warga negara secara keseluruhan.

Tidak hanya hukum administrasi negara yang terdapat dalam pengaturan unsurunsur di atas, tetapi ada pula yang disebut dengan hukum tata negara. Kedua hukum
ini berbeda namun saling keterkaitan satu sama lain. Jika hukum administrasi negara
mengatur tentang urusan-urusan dari unsur negara, yakni wilayah, penduduk dan
pemerintah, hukum tata negara membahas soal lembaga-lembaga negara dan
perangkat-perangkat yang terlibat dalam jalannya suatu negara. Hukum administrasi
negara maupun hukum tata negara mempunyai porsi yang seimbang dalam dinamika
pemerintahan yang ada selama ini. Secara garis besarnya, hukum tata negara
mencakup hukum administrasi negara. Dalam arti luas, Hukum Tata Negara
(Algemeene Staatslehre) ini mencakup pula Hukum Administrasi (Administratieve
Staatslehre) atau kadang-kadang dipersempit dengan istilah Hukum Tata Usaha
Negara sebagai aspek hukum tata negara dalam arti dinamis (Huda 2012, 3).
Berdasarkan pendapat para pakar hukum di atas dan bermacam-macamnya ruang
lingkup dari hukum administrasi negara maupun hukum tata negara, makalah ini akan
membahas secara rinci bagaimana membedakannya. Tidak hanya itu, kaitan yang erat
antara keduanya akan memperjelas hubungan kerja dalam pemerintah yang berdaulat,
warga atau penduduk dengan negara dan wilayahnya. Harapan yang besar di
kemudian hari adalah dapat membangun relasi yang bagus antarunsur tersebut tanpa
perlu merugikan salah satu pihak.

1.2 Tujuan

Setelah mengetahui beberapa penjelasan sedikit tentang apa itu hukum tata
negara dan hukum tata usaha negara, perlu kita kaji lebih lanjut mengenai alasan
untuk memahami perbedaan dan hubungan antara keduanya. Istilah “hukum tata
negara” merupakan hasil terjemahan dari perkataan bahasa Belanda staatsrecht.

Sudah menjadi kesatuan pendapat diantara para sarjana hukum Belanda untuk
membedakan antara “hukum tata negara dalam arti luas” (staatsrecht in ruime zin)
dan “hukum tata negara dalam arti sempit” (staatsrecht in enge zin) dan untuk
membagi hukum tata negara dalam arti luas itu atas dua golongan hukum, yaitu:
1. Hukum tata negara dalam arti sempit atau hukum tata negara,
2. Hukum tata usaha negara
Perbedaan pendapat yang timbul di antara pasa sarjana hukum Belanda itu adalah
justru mengenai batas-batas pengertian kedua golongan hukum itu. Apakah yang
menjadi garis pemisah antara hukum tata negara (dalam arti sempit) dan hukum tata
usaha negara atau apakah yang dipakai sebagi ukuran untuk menamakan segolongan
kaidah hukum sebagai hukum tata negara dan segolongan kaidah hukum lainnya
sebagai hukum tata usaha negara (Huda 2012, 5).
Sesuai dengan penjelasan di atas, lewat makalah ini, kedepannya dapat
membedakan mana yang termasuk hukum tata negara, mana yang hukum tata usaha
negara. Apabila membahas tentang, hukum administrasi negara mencakup pula

hukum tata negara sehingga pengelompokan masalah yang terjadi tidak termasuk
dalam golongan kaidah hukum yang salah. Dengan demikian, jalannya roda
pemerintahan antara masyarakat dengan hukum maupun antar unsur negara tidak
saling berbenturan dan muncul keharmonisan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Tata Usaha Negara

Istilah

Hukum

Administrasi

Negara

berasal


dari

bahasa

Belanda

Administratiefrecht, Administratif Law menurut ilmu pengetahuan hukum di Inggris,
Droit Administratief di Perancis, atau Verwaltungsrecht di Jerman. Di samping istilah
Administratiefrecht di Negeri Belanda dikenal pula Bestuursrecht atau Hukum Tata
Pemerintahan. Dalam kalangan Perguruan Tinggi di Indonesia, sebelum tahun 1946
dipergunakan istilah kembar Staats-en Administratiefrecht yaitu Hukum Tata Negara
dan Hukum Administrasi Negara. Istilah tersebut sebenarnya terdiri dari staatsrecht
dan administratiefrecht dan kedua mata pelajaran ini pada Rechtshogeschool
(Sekolah Tinggi Hukum) di Jakarta diberikan secara gabungan dalam satu mata
pelajaran sampai tahun 1945.
Kemudian pada tahun 1946 dalam Het Universiteits Reglement pada pasal 34
dipisahkan menjadi dua mata pelajaran yang masing-masing berdiri sendiri, yaitu
Staatsrecht (Hukum Tata Negara) dan Administratiefrecht (Hukum Administrasi
Negara) yang digunakan pada Universitas Indonesia. Setelah itu sejak tahun 1950
hingga tahun 1960 untuk mata kuliah Administratiefrecht Prof. Djokosutono, S.H.

mempergunakan istilah Hukum Tata Usaha Negara. Hukum Tata Usaha Negara yakni
hukum mengenai surat menyurat, rahasia dinas dan jabatan, kearsipan dan
dokumentasi, pelaporan dan statistik, tata cara penyimpanan berita acara, pencatatan
sipil, pencatatan nikah, talak dan rujuk, publikasi penerbitan-penerbitan negara.
Hukum Tata Usaha Negara di Indonesia sering digunakan atau disebut sebagai
Hukum Administrasi Negara dan Hukum Tata Pemerintahan. Hukum Administrasi
Negara menurut Prajudi adalah :
1. Hukum yang mengatur wewenang, tugas, fungsi, dan tingkah laku para
pejabat administrasi negara.
2. Hukum yang mengatur administrasi negara yang wajib ditaati oleh semua
pejabat administrasi negara di dalam menjalankan tugas, fungsi dan
kewajiban menjalankan dan mengurusi segala apa yang menjadi kehendak
pemerintah serta memberikan pelayanan yang sebaiknya kepada masyarakat.

Menurut Prayudi, pengertian HAN yang luas (tugas dan fungsi pemerintah)
terdiri dari 5 unsur yaitu :
1. Hukum Tata Pemerintahan (hukum eksekutif) yaitu: hukum tata pelaksanaan
UU yang menyangkut pengendalian penggunaan kekuasaan publik
(kekuasaan yang berasal dari kedaulatan negara).
2. Hukum Tata Usaha Negara (sistem informasi): hukum mengenai surat

menyurat, rahasia dinas dan jabatan, registrasi, kearsipan dan dokumentasi,
legislasi, pelaporan dan statistik, tata cara penyusunan dan penyiapan berita
acara, pencatatan sipil, pencatatan nikah, talak rujuk (NTR), publikasi,
penerangan dan penerbitan-penerbitan negara, atau secara singkat dapat
disebut hukum birokrasi.
3. Hukum Administrasi dalam arti sempit (kerumahtanggaan negara) yaitu :
hukum tata pengurusan rumah tangga negara intern dan ekstern.
a. Rumah tangga negara adalah keseluruhan dari urusan-urusan yang
menjadi tugas, kewajiban dan fungsi negara sebagai suatu badan
organisasi.
b. Rumah tangga intern adalah yang menyangkut urusan intern instansi
administrasi negara seperti urusan personel dan kesejahteraan pegawai
negeri, urusan keuangan operasional sehari-hari, alat perlengkapan dan
gedung serta perumahan, komunikasi dan transportasi intern.
c. Rumah tangga ekstern adalah urusan-urusan yang pada awalnya
diselenggarakan oleh masyarakat sendiri, namun karena berbagai sebab
diambil alih oleh negara melalui pembentukan dinas-dinas seperti dinas
kebersihan, kesehatan, sosial, lembaga-lembaga seperti lembaga balai
benih pertanian, penyakit mulut dan kuku ternak, lembaga malaria dsb,
BUMN, Perum, Perjan, Persero dan BUMD.
4. Hukum Administrasi Pembangunan, yaitu

hukum

yang

mengatur

penyelenggaraan pembangunan.
5. Hukum Administrasi Lingkungan (kelestarian lingkungan hidup).
Definisi Hukum Administrasi Negara Menurut Para Tokoh Hukum:
1. Oppenheim mendefinisikan HAN sebagai keseluruhan aturan-aturan hukum
yang harus diperhatikan oleh alat perlengkapan negara dalam menjalankan

tugasnya, atau sekumpulan peraturan hukum yang mengikat badan-badan
negara, jika badan negara itu mulai menggunakan wewenangnya yang telah
ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.
2. Van Vollenhoven mendefinisikan HAN sebagai keseluruhan kaidah-kaidah
hukum yang bukan HTN material, Perdata material dan Pidana material (teori
residu).
3. Vegting, HAN menghendaki bagaimana caranya negara serta organ-organnya
melakukan tugasnya.
4. Prajudi mendefinisikan HAN sebagai berikut:
a. Hukum mengenai operasi dan pengendalian daripada kekuasaankekuasaan administrasi atau pengawasan terhadap penguasa-penguasa
administrasi.
b. Hukum yang menjadi pedoman atau jalan bagi pemerintah dalam
menyelanggarakan UU.
Dengan demikian Hukum Administrasi Negara secara umum adalah aturanaturan hukum yang berisikan peraturan-peraturan yang menjadi pedoman atau acuan
dari

aparatur

negara

dalam

menjalankan

tugasnya

sebagai

penyelenggara

pemerintahan.
2.2 Pengertian Hukum Tata Negara
Seorang sarjana hukum terkenal, Prof. Mr. J. Oppenheim, mengadakan
pembagian ilmu hukum sebagai berikut:
1. Hukum Publik (publiekrechr)
2. Hukum Sipil (privaatrecht)
Hukum Publik dan Hukum Sipil
Hukum publik (Hukum Negara) meliputi pula:
1. Hukum Tata Negara (Staatsrecht) dalam arti luas yang terdiri dari:
a. Hukum Tata Negara dalam arti sempit (Staat in rust);
b. Hukum Administrasi Negara (Staat in beweging), yang sekarang disebut
Hukum Tata Pemerintahan.
2. Hukum Pidana (Stafrecht);
3. Hukum Internasional (Publik).

Sedangkan Hukum Sipil dapat dibagi pula dalam:
1. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht);
2. Hukum Dagang (Handelsrecht).
Perumusan-Perumusan Hukum Tata Negara
Sesuai dengan pembagian hukum menurut Oppenheim, banyak sarjana hukum
membedakan Hukum Tata Negara dalam arti sempit. Termasuk ke dalam pengertian
Hukum Tata Negara dalam arti luas itu ialah Hukum Tata Negara dan Hukum
administrasi Negara (Hukum Tata Pemerintahan). Menurut Prof. Dr. Hans Kelsen,
Hukum Tata Negara ialah hukum mengenai “der wohlende staat”, yang memberi
bentuk Negara, hal mana tercantum dalam undang-undang dasarnya. Sedangkan
Hukum Administrasi Negara (Hukum Tata Pemerintahan) adalah merupakan
pelaksanaan Hukum Tata Negara yang oleh Hans Kelsen disebut hukum menegenai
“handelnde staat”.
Prof. Dr. J.H.A. Logemann dalam bukunya Over de Theorie van een Stellig
Staatsrecht mengatakan, bahwa Hukum Tata Negara ialah serangkaian kaidah hukum
mengenai jabatan atau kumpulan jabatan didalam Negara dan mengenai lingkungan
berlakunya hokum dari suatu Negara. Hukum Administrasi Negara menurut beliau
ialah serangkaian kaidah hokum menyelidiki hubungan-hubungan hukum khusus
yang ditimbulkan untuk memungkinkan para pejabat Negara menjalankan tugas
kemasyarakatan yang khusus.
Prof. Mr. C. van Villenhoven mengatakan, bahwa Hukum Tata Negara
merupakan hukum tentang distribusi kekuasaan Negara, dan Hukum Administrasi
Negara merupakan hokum mengenai pelaksaan atau penggunaan dari kekuasaan atau
kewenangan-kewenangan tersebut.
Prof. Mr. Dr. L.J. van Appeldoom dalam bukunya Inleiding tot de studie van het
Nederlanse Recht menerangkan, bahwa Hukum Tata Negara dalam arti luas adalah
juga menegnai Hukum Administrasi Negara. Sedangkan Hukum Tata Negara dalam
arti sempit menunjukan orang yang memegang kekuasaan pemerintahan dan batas-

batas kekusaannya. Untuk membedakan dari Hukum Administrasi Negara, maka
Hukum Tata Negara sering juga disebut Hukum Konstitusional (Hukum Konstitusi
Negara) atau Droit Constitutionnel (Prancis) ataupun Verfassungsrecht (Jerman),
karena hokum itu menyinggung konstitusi atau undang-undang dasar Negara.
Seorang ahli Hukum Tata Negara Inggris, A.V. Dicey dalam bukunya
introduction to The Study of The Law of The Constitution memberikan perumusan
Hukum Tata Negara sebagai berikut: ”Constitution Law sebagai istilah yang
digunakan di Inggris kelihatannya meliputi seluruh peraturan yang secara langsung
atau tidak langsung mengenai pembagian kekuasaan dan pelaksannaan yang
tertinggi dalam suatu Negara”.
Autin mengatakan, bahwa Constitutional Law menetukan orang-orang tertentu
atau golongan-golongan tertentu dari masyarakat yang memegang kekuasaan
istimewa tertentu (sovereign power) dalam Negara.
Di Indonesia, Prof. Djokosutono, S.H. memandang Hukum Tata Negara sebagai
hukum mengenai organisasi jabatan-jabatan Negara di dalam rangka pandangan
mereka terhadap “Negara sebagai organisasi”.
Akhirnya, Prof. Kusumadi Pudjosewojo, S.H. dalam buku beliau yang berjudul
“Pedoman Pelajaran Tata Hukum Indonesia” dengan berdasarkan pada definisi yang
diberikan Prof. Mr. C. van Vollenhoven memberikan definisi Hukum tata Negara
sebagi berikut: “Hukum Tata Negara ialah hokum yang mengatur bentuk Negara
dalam hubungan kesatuan atau federal dan bentuk pemerintah dalam hubungan
kerajaan atau republik yang menunjuk masyarakat-masyarakat hokum yang atasan
dan masyarakat hukum yang bawahan beserta tingkatan imbangannya (hierarchie)
yang selanjutnya menegaskan wilayah dan lingkungan dari masyarakat hokum itu,
dan akhirnya menunjukan alat-alat perlengkapan negara yang memegang kekuasaan
penguasa dari masyarakat-masyarakat hokum itu beserta susunan (terdiri dari seorang
atau sejumlah orang), wewenang tingkatan imbangan dari dan antara alat-alat
perlengkapan itu.”

Sesungguhnya jika semua perumusan Hukum Tata Negara tersebut di atas itu
diringkaskan, maka menurut Prof. Dr. Ismail Suny, S.H, M.C.L bahwa Hukum Tata
Negara itu mengatur:
1.
2.
3.

Organisasi Negara dan pemerintah;
Hubungan antar pemerintah dan rakyat;
Hak-hak asasi warga Negara.

2.3 Pendapat Para Ahli tentang Hubungan antara Hukum Tata Usaha Negara
dan Hukum Tata Negara
Menurut Prof. Mr. Ph. Kleintjes bahwa hukum tata negara Hindia Belanda
terdiri dari kaidah-kaidah hukum mengenai tata Hindia Belanda, alat-alat
perlengkapan kekuasaan negara yang harus menjalankan tugas Hindia Belanda,
susunan, tata, wewenang, dan perhubungan kekuasaan di antara alat-alat
perlengkapan itu. Sementara itu, hukum tata usaha negara

Hindia Belanda

dirumuskan oleh Kleintjes sebagai kaidah hukum mengenai penyelenggaraan tugas
masing-masing alat perlengkapan.
Menurut teori residu, HAN adalah bagian dari HTN dalam arti luas. HAN
merupakan HTN dalam arti luas dikurangi dengan HTN dalam arti sempit. Ada dua
golongan yang mempunyai pendapat tentang hubungan kedua bidang ilmu hukum ini
yaitu:
1. Golongan pertama yang berpendapat bahwa antara HAN dan HTN tidak
terdapat perbedaan yang hakiki atau tidak terdapat perbedaan yuridis yang
prinsipiil. Pendapat ini pada umumnya dianut oleh para sarjana hukum di
Perancis, Inggris, Amerika Serikat dan negara-negara sosialis. Di Indonesia
yang menganut pendapat ini adalah Prajudi yang berpendapat bahwa tidak
ada perbedaan-perbedaan yuridis prinsipiil antara HAN dan HTN. HTN
diartikan sebagai hukum konstitusi negara secara keseluruhan yang
menyoroti hukum dasar daripada negara secara keseluruhan sedangkan HAN
menitik beratkan perhatian kepada administrasi daripada negara itu sendiri.
2. Golongan kedua berpendapat bahwa terdapat perbedaan yang hakiki antara
HAN dan HTN. Menurut Vegting, HTN dan HAN mempunyai lapangan
penyelidikan yang sama, yang membedakannya hanya dalam cara pendekatan

yang digunakan. Cara pendekatan yang dilakukan oleh HTN ialah untuk
mengetahui organisasi dari negar, serta badan-badan lainnya, sedangkan
HAN menghendaki bagaimana caranya negara serta organ-organnya
melakukan tugasnya.
Menurut Sri Soemantri, hubungan HTN dan HAN adalah sebagai berikut:
1. HTN mempelajari Negara dalam keadaan diam, HAN mempelajari Negara
dalam keadaan bergerak.
2. Kalau HTN dengan meminjam istilah kedokteran diibaratkan anatomi, maka
HAN diibaratkan dengan fisiologi.
3. HTN berkenaan dengan pembuatan kebijakan, HAN sebagai pelaksana
kebijakan.
Mengenai Hubungan Hukum Administrasi Negara dan Hukum Administrasi
Negara berikut beberapa pendapat para ahli mengenai hubungan antara Hukum Tata
Negara dengan Hukum Administrasi Negara, diantaranya:
1. Tidaklah ada perbedaan jurudis prinsipiil antara Hukum Administrasi Negara
dan Hukum Tata Negara. Perbedaannya hanyalah terletak pada titik berat dari pada
pembahasannya dalam mempelajari Hukum Tata Negara kita membuat “fokus”
terhadap konstitusi secara keseluruhan, sedangkan dalam membahas Hukum
Administrasi Negara kita menitikberatkan perhatian kita secara khas kepada
administrasi saja daripada negara. Adminitrasi merupakan salah satu bagian
terpenting

dalam

Konstitusi

Negara

disbanding

Legislatif,

Judikasi

dan

Eksaminasi. Dapatlah dikatakan bahwa hubungan antara Hukum Administrasi
Negara dan Hukum Tata Negara adalah mirip dengan hubungan antara Hukum
Dagang terhadap Hukum Perdata, di mana Hukum Dagang merupakan pengkhususan
atau spesialisasi daripada Hukum Perikatan di dalam Hukum Perdata. Demikianlah,
Hukum Administrasi Negara adalah sebagai suatu pengkhususan atau spesialisasi
daripada Hukum Tata Negara yakni bagian hukum mengenai administrasi daripada
negara. (Prof. Dr. Prajudi Atmosudirjo, S.H)

2. Hukum Tata Negara adalah hukum mengenai Konstitusi dari pada suatu negara
secara keseluruhan, sedangkan Hukum Administrasi Negara adalah khusus membahas
administrasi daripada negara saja.
Dengan demikian, maka asas-asas dan kaidah-kaidah daripada Hukum Tata Negara
yang bersangkutan dengan administrasi berlaku pula bagi Hukum Administrasi
Negara. Hukum Tata Negara atas Hukum Konstitusi Negara hukum mengenai
konstitusi negara, sedangkan konstitusi negara pada pkoknya dibagi atas beberapa
bagian, yaitu Legislasi, Judiksi, Eksaminasi dan Administrasi. Dan oleh karena itu
Hukum Tata Negara membahas mengenai administrasi, di samping legalisasi, judiksi
dan eksaminasi. Akan tetapi pembahasannya mengenai administrasi itu hanyalah
secara umum saja. Hukum Administrasi Negara. Dapatlah dikatakan, bahwa
Hukum Tata Negara sebagai genus dan Hukum Administrasi Negara sebagai
species. Dapatlah disimpulkan, bahwa Hukum Administrasi Negara merupakan
pengkhususan dari salah satu bagian dari Konstitusi Negara, yaitu mengenai
administrasi negara. (G. Pringgodigdo, SH)
3. Mr. W. F. Prins dalam bukunya “ Inleiding in het Administratief Recht van
Indonesia” mengatakan, bahwa Hukum Tata Negara adalah mengenai hal-hal yang
azasi, sedangkan Hukum administratif Negara adalah berkenaan dengan peraturanperaturan teknis, yang selama kita tidak tersangkut secara langsung kepadanya hanya
penting bagi para ahli saja
4. Sarjana terkenal Prof. C. van Vollenhoven mengungkapkan bahwa Hukum Tata
Negara merupakan hukum tentang distribusi kekuasaan-kekuasaan negara, sedang
Hukum Administrasi Negara merupakan hukum mengenai pelaksanaan daripada
kekuasaan-kekuasaan atau kewenangan-kewenangan tersebut. Dalam buku “Omtrek
van het Administratief recht”, Prof. van Vollenhoven menegaskan, bahwa Hukum
Administrasi Negara Meliputi semua hukum yang sejak berabad-abad tidak dicap
sebagai Hukum Tata Negara Material, Hukum Perdata Material, atau Hukum Pidana
Material.
5. Hukum Administrasi Negara mempersoalkan kekuasaan apa yang dimiliki
oleh pemerintah, sampai di mana batas kekuasaan itu dan bagaimana cara untuk

mencegah agar pemerintah tidak membuat ketentuanyang sewenang-wenang,
berdasarkan wewenang yang diterimanya dari Hukum Tata Negara. (A.V. Dicey)

2.4 Hubungan HTN dan HAN
Secara sekilas dari pengertian yang sudah dijelaskan di atas, hubungan antara
HTN dengan HAN adalah ruang lingkup HAN terdapat dalam HTN. Hal ini terlihat
pada penjelasan para pakar bahwa HTN terdiri dari HTN dalam arti luas dan HTN
dalam arti sempit. HTN dalam arti sempit merupakan pengertian lain dari HAN.
Karena kedua bidang hukum ini memiliki keterkaitan yang erat, maka Kranenburg
berpendapat bahwa, “kita tidak mungkin mempelajari HAN tanpa didahului dengan
pelajaran HTN” (Ridwan 2011, 48). Para cendekiawan pun memahami hubungan
antara HAN dan HTN harus melalui pembelajaran yang intensif dengan HTN terlebih
dahulu. Ditambah lagi dengan melihat apa yang dikemukakan oleh Van
Vollenhoven yang berpendapat bahwa Hubungan antara Hukum Tata Negara dengan
Hukum Administrasi Negara yang berdasarkan fungsi Hukum Administrasi Negara
menurut Van Vollenhoven adalah bahwa Hukum Administrasi Negara merupakan
perpanjangan (verlengstuk) dari Hukum Tata Negara.
Untuk lebih memahami korelasi antara HTN dan HAN, patut diperhatikan
pendapat Stroink dan Steenbeek, yang menyebutkan bahwa susunan dan kegiatan
organ pemerintahan dan kenegaraan diatur dalam konstitusi yang merupakan hukum
tertulis, disebutkan sebagai berikut:

“Disamping peraturan perundang-undangan (UUD) tertulis, ada peraturanperaturan tidak tertulis yang melengkapi konstitusi tertulis. Keseluruhan dari
peraturan tertulis dan peraturan tidak tertulis ini dinamakan hukum konstitusi.
Istilah ini sinonim dengan HTN dalam arti sempit. HTN dalam arti sempit
bersama-sama HAN dinamakan HTN dalam arti luas” (dalam Ridwan 2011, 4849)

Hukum Adminitrasi Negara merupakan peraturan-peraturan hukum yang
melaksanakan Hukum Tata Negara, sesuai dengan pandangan: Prof Donner, dalam
teori “Dwipraja” membagi pekerjaan pemerintahan dalam “menentukan tugas” dan
“mewujudkan

tugas”. Fungsi

menentukan

tugas

adalah

Hukum

Tata

Negara. Sedangkan Fungsi mewujudkan tugas adalah Hukum Administrasi
Negara. Hukum Tata Negara mempunyai tugas politik, Hukum Administrasi Negara
mempunyai tugas teknis.
Contoh dari HTN adalah Undang Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan tentang susunan,
jumlah, prosedur maupun tugas-tugas kementerian negara. Pada dasarnya,
pembentukan kementerian negara berlandaskan hak prerogatif presiden sebagai
kepala pemerintahan, yang kemudian harus dituangkan dalam suatu peraturan tertulis
supaya masyarakat memahami struktur organisasi pemerintahan di bawah presiden.
Lebih jauh lagi diteruskan dalam Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara. Jika undang-undang membahas
secara general, peraturan presiden dibentuk menyesuaikan dengan siklus pergantian
terpilihnya presiden sehingga probabilitas jumlah kementerian berubah-ubah.
Sedangkan contoh dari HAN ialah Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara. Dalam peraturan tersebut diatur mengenai asas, prinsip, hak
kewajiban, tugas dari aparatur negara dan hubungan yang jelas antara pegawai negeri

dengan pemerintah diatasnya. Pengaturan ini sesuai dengan penjelasan HAN yang
mengupas teknis dari penyelenggaraan pemerintahan dan relasi yang gamblang soal
masyarakat dengan pemerintah sebagai pelayan publik, yaitu aparatur sipil negara
sebagai perantaranya. Konteks peraturan daerah, ada Peraturan Daerah Kota Surabaya
yang mengatur tentang penyelenggaraan administrasi kependudukan. Tertuang dalam
Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan. Sama halnya dengan pendapat Kranenburg dan Vegting,
HTN berkenaan dengan struktut umum dari negara, UUD dan undang-undang
organik, yaitu undang-undang provinsi, undang-undang kotapraja dan undang-undang
perairan, sedangkan HAN mempelajari undang-undang yang khusus, yang mengatur
susunan dan wewenang yang khusus dari organ-organ jawatan umum, hukum
kepegawaian termasuk didalamnya hukum pension pegawai, undang-undang milisi,
peraturan yang mengatur pengajaran beserta bagian-bagiannya, undang-undang
sosial, undang-undang perumahan, undang-undang perburuhan, dan sebagainya
(Ridwan 2011, 52)
Hal tersebut selaras dengan penjelasan di atas mengenai Hukum Tata Negara dan
Hukum Administrasi Negara. Di mana Hubungan Hukum Tata Negara dengan
Hukum Administrasi Negara adalah bahwa Hukum Tata Negara merupakan penentu
atau penentu tugas dan Hukum Administrasi Negaralah yang mewujudkan Tugas
yang telah ditentukan dalam Hukum Tata Negara tersebut.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Hukum Tata Negara adalah hukum mengenai susunan
suatu negara. Negara adalah suatu organisasi yang mengatur keseluruhan hubungan
antara manusia satu dan manusia lain dalam masyarakat. Sedangkan Hukum
Administrasi Negara merupakan keseluruhan peraturan-peraturan hukum yang
mengatur

cara

bagaimana

badan-badan

pemerintahan

melaksanakan

tugas

pemerintahannya. Hukum Administrasi Negara adalah aktivitas- aktivitas negara
dalam melaksanakan kekuasaan- kekuasaan politiknya. Antara Hukum Tata Negara
dengan Hukum Administrasi Negara terdapat hubungan bahwa Hukum Adminitrasi
Negara merupakan peraturan-peraturan hukum yang melaksanakan Hukum Tata
Negara, sesuai dengan pandangan: Prof. Donner, dalam teori “Dwipraja” membagi
pekerjaan

pemerintahan

dalam

“menentukan

tugas”

dan

“mewujudkan

tugas”. Fungsi menentukan tugas adalah Hukum Tata Negara. Sedangkan fungsi
mewujudkan tugas adalah Hukum Administrasi Negara. Hukum Tata Negara
mempunyai tugas politik, Hukum Administrasi Negara mempunyai tugas teknis.

3.2 Saran dan Kritik
Makalah ini dibuat untuk menjelaskan tentang hubungan antara HTN dan
HAN. Penulis menyadari masih adanya celah maupun kekurangan dalam
pembuatannya sehingga kami menerima saran atau kritik yang sifatnya membangun
untuk perbaikan makalah ini kedepannya. Permohonan maaf dan evaluasi dari penulis
kepada para pembaca semua untuk dapat menerima usaha dari penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Anggriani, Jum. 2012. Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Baiq Wardhani. “Roles of State and Non-state Actors in IR.” Presentasi kuliah
Pengantar Ilmu Hubungan Internasional Universitas Airlangga, Surabaya, 1
Oktober 2012.
Budiardjo, Miriam. 1982. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.
Hariri, Jusuf. 2014. “Penggolongan dan Kodifikasi Hukum.” Presentasi kuliah
Sistem Hukum Indonesia Insitut Pemerintahan Dalam Negeri. Jatinangor,
November 2014.
Huda, Ni’matul. 2006. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Kansil, C S T. 1984. Hukum Tata Pemerintahan Indonesia. Jakarta Timur: Ghalia
Indonesia.
Kranenburg & Vegting. Tt. Inleiding in het Nederlands Administratief Recht,
(terjemahan) Yayasan Penerbit Gadjah Mada, Yogyakarta.
Logemann, J. H. A. 1954. Over de Theorie van een Stelling Staatsrecht. Jakarta:
Saksama.

Ridwan HR. 2011. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Soemantri, Sri. 1992. Bunga Rampai Hukum Tata Negara Indonesia. Bandung:
Alumni.
Siagian, Sondang P. 1986. Filsafat Administrasi. Jakarta: Gunung Agung.

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
HUBUNGAN HAN DAN HTN

H-2 / KELOMPOK 2:
1. Fitria Pebriani
2. Bocut Amarina

3. Devri Putra
4. Riska Adriani
5. Hafifurahman
6. Dewi Ayu L.

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
JATINANGOR 2015