Jurnal Teknologi Pertanian Volume 2 Nomo
Ida Nursanti, Umar HA, Agussabti, dan Sugianto
Analisis Nilai Tambah Usaha Pengolahan Cabai Merah Kering Bubuk (Studi Kasus: Wilayah Bogor)
Endiyani, Emmy Darmawati, Y. Aris Purwanto
Penghambat Aktivitas Enzim Pengubah Angiotensin dari Protein Whei Amhar Abubakar
POLITEKNIK INDONESIA VENEZUELA
VOLUME 2, NOMOR 1, OKTOBER 2014
ISSN : 2355 - 1976
Penerbit
: Politeknik Indonesia Venezuela
Penanggung Jawab : Direktur Politeknik Indonesia Venezuela
Dewan Redaksi
Ketua
: Edy Miswar, S.Si
Anggota
: Iko Imelda Arissa, S.Kel., M.Si
Yassier Anwar, SP., M.Si Reza Salima, SP., MP Chairil Anwar, M.Sc
Dewan Editor
Ketua
: Prof. Dr. Ir. Amhar Abubakar, MS
Anggota
: Dr. Musri, M.Sc
Dr. Ir. Elly Kesumawati, M.Agric.Sc Dr.nat.techn. Safruddin, SP, MP Dr.Rita Hayati, SP, M.Si
Teknisi ITWeb Master
: Muzakir, SP
Hazful Maizi, ST
Sirkulasi dan Dokumentasi : Novita Sari, S.Pi
VOLUME 2, NOMOR 1, OKTOBER 2014
ISSN : 2355 - 1976
No
Judul Artikel
Halaman
1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Petani dalam Upaya
1 – 11
Rehabilitasi Lahan Terkena Tsunami di Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya
Umar HA , Romano, Hairul Basri
2 Pengaruh Alkalinitas terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup dan
12 – 15
Pertumbuhan Benih Ikan Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii)
Dini Islama, Kukuh Nirmala, Maria Ulfah
3 Pelaksanaan Gema Palagung di Kecamatan Suka Makmur Aceh Besar
16 – 20
Umar HA, Sofyan
4 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah menjadi
21 – 34
Lahan Nonpertanian Di Kabupaten Aceh Besar
Ida Nursanti, Umar HA, Agussabti, dan Sugianto
5 Analisis Nilai Tambah Usaha Pengolahan Cabai Merah Kering Bubuk (Studi
35 – 43
Kasus: Wilayah Bogor)
Endiyani, Emmy Darmawati, Y. Aris Purwanto
6 Penghambat Aktivitas Enzim Pengubah Angiotensin dari Protein Whei
44 – 48
Amhar Abubakar
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Petani dalam Upaya Rehabilitasi Lahan Terkena Tsunami di Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya (Factors Affecting Farmer Motivation in Land Rehabilitaton Effort of Tsunami-Affected Land
in Sub-District of Jaya, District of Aceh Jaya)
1 2 Umar H. A 2 , Romano , Hairul Basri
1 Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Jurusan Pertanian, Politeknik Indonesia Venezuela, Aceh Besar – 23372, Indonesia
2 Dosen Pascasarjana Jurusan Konservasi Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Darussalam-Banda Aceh
Abstract
This studi was aimed to determine the level of community motivation in rehabilitation of tsunami-affected land and the factors influencingthe community motivation in rehabilitation of tsunami-affected land in Jaya sub District of Aceh Jaya Distict. This study used survey methode by using purposive sampling with two-stage sampling. The study took place in sub-District of Jaya, District of Aceh Jaya. Data were analyzed using Chi Square and Multiple Linear Regression. The result showed that farmer motivation for rehabilitation of by the farmer expectation, farmer participation in social and economic institutions and the role of
NGOs. The value of Chi Square to test different levels of motivation in the three areas of reseach showed the value of x 2 = 0.585
and x 2 005= 16.507. This value indicates that there is no significant difference of motivation level among the three areas of
research. Keywords: Farmer motivation, Rehabilitation, tsunami-affected land
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi masyarakat dalam usaha rehabilitasi lahan yang terkena tsunami di Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya, mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi motivasi masyarakat dalam usaha rehabilitasi lahan yang terkena tsunami di Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan tehnik penentuan sampel dilakukan secara sengaja (Purposive Sampling) dengan dua tahap pengambilan sampel. Penelitian berlangsung di Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya. Data dianalisis dengan menggunakan Chi Square dan Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi petani terhadap rehabilitasi lahan yang terkena tsunami di Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya secara parsial dipengaruhi oleh harapan petani, partisipasi petani dalam kelembagaan sosial dan ekonomi serta peranan NGO. Sedangkan nilai Chi Square untuk uji beda tingkat motivasi di tiga
daerah penelitian menunjukkan nilai χ 2 = 0,585 dan χ 2 tabel 0,05 = 16,507. Nilai ini menunjukkan bahwa tidak
ada beda tingkat motivasi di daerah penelitian. Kata Kunci: motivasi petani, rehabilitasi, lahan terkena tsunami.
Pendahuluan
Dampak spesifik yang terjadi setelah bencana
Bencana gempa bumi dan tsunami telah
alam tersebut adalah menambah memperburuk
melanda beberapa wilayah Provinsi Aceh dan
sumber daya lahan. Lahan merupakan salah satu
Sumatera Utara pada tanggal 26 Desember 2004.
sumber daya alam yang sangat penting kegunaannya
Bencana tersebut menyebabkan lebih dari 200 ribu
bagi kelangsungan hidup manusia. Selain sebagai
orang meninggal dan lebih dari 100 ribu lainnya
tempat dimana manusia berpijak dan hidup,
dinyatakan hilang. Bencana ini telah mengubah
sumber daya lahan juga merupakan faktor input
situasi dan kondisi fisik maupun non-fisik
dalam berbagai aktivitas ekonomi seperti untuk
penduduk dan lingkungan Provinsi Nanggroe Aceh
kegiatan pertanian, perikanan, sektor kehutanan,
Darussalam.
tempat tinggal, eksplorasi mineral, industri dan
Bencana alam yang menelan puluhan ribu
kegiatan komersial lainnya.
jiwa ini dan menghancurkan seluruh wilayah
Gempa bumi, masuknya air laut (salinitas)
pantainya pada akhir 2004, tidak menyurutkan
dan tebalnya endapan lumpur (sedimen) membuat
keinginan penduduk untuk tetap membuka
kerusakan lahan pertanian yang serius. Secara
permukiman kembali sepanjang garis pantai.
umum kerusakan di pantai Barat lebih berat
Jumlah desa yang berbatasan langsung dengan bibir
dibanding pantai Timur. Di pantai Barat, tinggi
pantai pada tahun 2006 sebanyak 43 desa atau 25
timbunan lumpur yang menutup lahan umumnya di
persen dari seluruh desa yang berjumlah sebanyak
atas 20 cm, dibanding di pantai Timur yang
172 desa (Anonimous, 2006).
umumnya di bawah 20 cm. Tingkat kerusakan umumnya di bawah 20 cm. Tingkat kerusakan
kelembagaan, kemitraan dan kebijaksanaan (Daniel,
subsektor hortikultura) seluas 20.101 ha, ladang
tegalan (tanaman palawija dan horti) 31.345 ha, dan
Pengelolaan usaha tani, dimana saja dan
perkebunan diperkirakan 56.500 sd 102.461 ha
kapan saja dalam hakekatnya dipengaruhi oleh
(Anonimous, 2005). Infrastruktur usaha tani,
perilaku petani yang mengusahakan. Perilaku orang
seperti jaringan irigasi, bangunan irigasi, jaringan
itu nyata tergantung dari banyak faktor, diantaranya
saluran tingkat usaha tani, jalan usaha tani,
watak, suku dan kebangsaan dari petani itu sendiri,
pematang, terasering (lahan kering) serta bangunan
tingkat kebudayaan bangsa dan masyarakat dan juga
petakan lahan usahatani pun tak luput dari
dari kebijakan pemerintah (Tohir, 1991).
kerusakan. Disamping itu juga berbagai peralatan,
Di dalam usaha rehabilitasi lahan terkena
seperti hand traktor, pompa air, traktor besar, alat
tsunami sangat diharapkan peran aktif masyarakat.
pengolah nilam, karet, minyak kelapa, dan pengolah
Tanpa peran masyarakat. program rehabilitasi lahan
dendeng ikut rusak.
tsunami sulit mencapai sasaran yang diharapkan.
Rehabilitasi lahan dan pemulihan produksi
Oleh sebab itu, motivasi masyarakat merupakan
pertanian di daerah yang terkena dampak tsunami
salah satu indikasi terhadap keberhasilan program
berkaitan erat dengan kerusakan infrastruktur untuk
tersebut. Sehubungan dengan penelitian ini, ingin
drainase dan irigasi, serta kesuburan tanah. Danish
mengkaji sejauh mana motivasi masyarakat
Red Cross mengumpulkan pendapat petani lokal di
terhadap program rehabilitasi lahan yang terkena
16 desa di Kecamatan Teunom, Aceh Jaya
tsumani di Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya,
mengenai daftar prioritas yang mereka anggap
penting untuk diteliti.
penting dalam pemulihan produksi pertanian. Kebanyakan petani lokal tersebut menyatakan
Metodologi Penelitian
bahwa perbaikan drainase dan pintu air adalah
Tempat dan Waktu Penelitian
masalah infratruktur utama yang berkaitan dengan
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten
produksi pertanian. Kadar garam yang tinggi di
Aceh Jaya di Kecamatan Jaya. Penelitian ini
tanah yang terendam air laut setelah tsunami di
direncanakan mulai bulan April 2011 sampai
Aceh telah tercuci dengan cepat. Pencucian yang
selesai. Lokasi penelitian akan dilakukan di tiga
cepat ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi
desa lahan yang terkena tsunami dalam kategori
dan sifat-sifat tanah yang lain seperti permeabilitas
rusak berat.
tanah. Jadi hubungan antara infrastruktur drainase
yang baik dan potensi pencucian garam sangat jelas.
Metode Penelitian
Biaya produksi melalui saluran drainase setara
Metode penelitian yang digunakan adalah
dengan USD 60ha, jadi lebih murah dibandingkan
metode survey. Survey yang dilakukan dengan cara
dengan metode rehabilitasi lahan yang lain seperti
wawancara langsung dengan menggunakan daftar
pencucian permukaan tanah yang dapat mencapai
pertanyaan. Untuk melihat realisasi rehabilitasi
USD 1000ha (Anonimous, 2007).
lahan juga dilakukan observasi ke lahan petani.
Motivasi adalah suatu tenaga atau faktor yang
Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada
terdapat di dalam diri manusia, yang menimbulkan,
hal- hal yang berkaitan dengan motivasi petani
mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah
dalam usaha rehabilitasi lahan yang terkena tsunami
lakunya. Sedangkan kata motif adalah suatu
dan faktor- faktor yang mempengaruhinya di
alasandorongan yang menyebabkan seseorang
Kecamatan Aceh Jaya di tiga desa yang terkena
berbuat sesuatumelakukan tindakanbersikap
dampak tsunami dalam kategori rusak berat.
tertentu. Pembagian motif menjadi motif intristik
dan motif ekstrinsik didasarkan pada datangnya
Metode Pengumpulan Data
penyebab suatu tindakan. Tindakan yang
Untuk menunjang pemnelitian ini diperlukan
digerakkan oleh suatu sebab yang datang dari luar
data – data yang relevan baik primer maupun
diri individu disebut tindakan yang bermotif
skunder. Data primer diperoleh dengan cara : (1)
ekstrinsik. Sedangkan tindakan yang digerakkan
wawancara dengan dipandu kuesioner yang telah
oleh suatu sebab dari dalam diri individu disebut
disediakan sebelumnya, (2) wawancara perorangan
tindakan yang bermotif intristik (Handoko, 1992).
dengan petugas – petugas penyuluh lapangan, (3)
Faktor produksi dalam usaha pertanian
pengamatan langsung terhadap keadaan dan
mencakup tanah, modal, tenaga kerja dan
jawaban responden untuk memperoleh data
manajemen atau pengelolaan. Adapun yang
kualitatif atau informasi yang dapat menjelaskan
tergolong ke dalam faktor pendukung dalam
masalah yang terjadi di lapangan. Sedangkan data
skunder di dapat dari studi kepustakaan, instansi skunder di dapat dari studi kepustakaan, instansi
Selanjutnya untuk menguji hipotesis kedua
dengan penelitian ini.
akan digunakan uji serempak dan koefisien determinasi sebagai berikut :
Model Analisis dan Pengujian Hipotesis Pengujian Hipotesis I
JK Re gressi
k
Untuk mengetahui pengukuran motivasi
Fhit =
petani dengan jalan menilai dengan skor. Masing –
JK Sisa
n k 1
masing pertanyaan terdiri atas tiga alternatif jawaban dengan skor satu sampai tiga. Jawaban
Dengan kriteria keputusan sebagai berikut :
dengan skor tiga mengarah kepada motivasi petani
- Terima H 0 tolak H A bila F hitung yang tinggi, sedangkan skor dua mengarah kepada - Tolak H 0 terima H A bila F hitung >F tabel motivasi yang sedang dan skor satu mengarah Koefisien determinasi akan dihitung dengan rumus: kepada motivasi yang rendah (penilaian positif). Adapun orientasi variabel dalam mengukur tingkat JK Re gressi motivasi petani dalam usaha rehabilitasi lahan yang R 2 = terkena tsunami adalah : (1) Pengolahan tanah, (2) JK Total Pemberian pupuk kandang (3) Pemberian bahan organik, (4) Pembuatan drainase dan (5) Hasil dan Pembahasan Penanaman tanaman yang toleran terhadap garam. Karakteristik Petani Untuk menguji hubungan variable-variabel Pengamatan terhadap karakteristik petani motivasi dalam rehabilitasi petani terhadap meliputi : (1) tujuan, (2) harapan, (3) penghargaan, pemilihan tingkat motivasi rendah, sedang dan (4) tanggung jawab, (5) keterlibatan, (6) intensitas tinggi diukur dengan uji kuadrat Chi tentang penyuluhan (7) partisipasi petani dalam lembaga ketidaktergantungan dalam bentuk tabel kontigensi sosial dan ekonomi, (8) peranan NGO dalam yaitu : rehabilitasi lahan, (9) pendapatan usahatani. X = 2 ( cij ) 1. Tujuan dalam usaha rehabilitasi lahan eij i j yang terkena tsunami Dalam teori motivasi, tujuan adalah segala Dimana : c ij = nilai yang diharapkan sesuatu yang menghilangkan kebutuhan dan e ij = nilai yang diamati mengurangi dorongan. Dengan perkataan lain, X 2 = Chi Square mencapai tujuan berarti mengembalikan Dasar pengambilan kesimpulan : keseimbangan dalam diri seseorang, baik yang - Tolak H 0 , terima H A , jika : X 2 >X 2α0,1; df bersifat fisiologis maupun yang bersifat psikologis. - Terima H 0 , tolak H A , jika : X 2 ≤X 2α0,1; df Ditekankan pula bahwa semakin besar partisipasi 2. Pengujian Hipotesis II seseorang dalam menentukan tujuan, semakin besar pula motivasinya untuk meraih keberhasilan dan prestasi kerja yang setinggi mungkin (Siagian, 2004). mempengaruhi motivasi petani terhadap usaha Gambar 1, dapat dilihat bahwa tingkat rehabilitasi lahan tsunami digunakan regresi linier pengskoran petani dalam mencapai tujuannya berganda, dengan model sebagai berikut : termasuk dalam kategori tinggi (skor 5 - 6). Pada Y=a 0 +a 1 X 1 +a 2 X 2 +a 3 X 3 +a 4 X 4 +a 5 X 5 +a 6 X 6 grafik frekuensi menurut tujuan petani terlihat +a 7 X 7 +a 8 X 8 +a 9 X 9 bahwa persentasenya mengarah kepada tingkat Dimana : Y = Motivasi petani dalam yang tinggi (100), sehingga tidak terjadi variasi rehabilitasi lahan pada grafik tersebut. Hal ini disebabkan karena X 1 = Tujuan petani di daerah penelitian mempunyai tujuan yang X 2 = Harapan jelas yaitu untuk meningkatkan produksi padi yang X 3 = Penghargaan optimum atau mendekati seperti pada waktu X 4 = Tanggungjawab sebelum terkena tsunami, sehingga didapatkan hasil X 5 = Keterlibatan yang sesuai diharapkan. Usahatani padi bagi petani X 6 = Intensitas penyuluhan (Skor) di daerah penelitian merupakan sumber X 7 = Partisipasi petani dalam lembaga sosial penghidupan utama bagi mereka sehingga usaha ekonomi rehabilitasi perlu segera dilakukan. X 8 = Peranan NGO (stake holder) dalam rehabilitasi lahan X 9 = Pendapatan (Rp) Gambar 1. Frekuensi menurut Tujuan Petani Teori harapan menggambarkan tentang teori motivasi yang mengatakan bahwa kuatnya kecendrungan seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu tergantung kepada kekuatan harapan bahwa tindakan tindakan tersebut akan diikuti oleh sesuatu hasil tertentu dan pada daya tarik dari hasil itu bagi orang yang bersangkutan (Siagian, 2004). Terlihat bahwa penyebaran harapan petani dalam berusahatani bervariasi, dengan harapan petani yang rendah sebanyak 0 orang (0), harapan petani yang sedang sebanyak 19 orang (41,3), dan harapan petani yang memiliki harapan yang tinggi sebanyak 27 orang (58,7). Pada Lampiran 1 terlihat rata-rata harapan petani adalah sebesar 4,82. Dari Gambar 2 dan Lampiran 1 terlihat bahwa petani mengarah kepada harapan yang tinggi dalam usaha rehabilitasi lahan usahatani yang terkena tsunami. Dari hasil pengamatan dilapangan terlihat bahwa petani padi di daerah penelitian mempunyai harapan yang tinggi terhadap lahan usahataninya. Harapan-harapan itu dapat berupa agar lahan yang terkena tsunami dapat kembali seperti yang diharapkan sehingga menghasilkan produksi yang optimal. Frekuensi menurut Harapan Petani Gambar 2. Frekuensi menurut Harapan Petani Penghargaan merupakan sesuatu rangsangan yang sangat kuat dalam memotivasi petani untuk melakukan kegiatan rehabilitasi lahan usahatani yang terkena tsunami tersebut. Penghargaan petani di bagi dalam tiga kategori yaitu : rendah (skor 2 - 3), sedang (skor 4) dan tinggi (skor 5 - 6). Unsur-unsur penggerak motivasi antara lain kinerja, penghargaan, tantangan, tanggung jawab, pengembangan, keterlibatan, dan kesempatan kerja. Penghargaan, pengakuan, atau recognition atas suatu kinerja yang telah dicapai seseorang akan merupakan perangsang yang kuat (Sastrohadiwiryo, 2002). Terlihat bahwa petani dalam penelitian ini memiliki rata- rata skor penghargaan 2,3. Ini menunjukkan bahwa penghargaan petani dalam usaha rehabilitasi rata-rata dalam kategori rendah. Penyebaran penghargaan petani dalam berusahatani bervariasi dengan rincian adalah: penghargaan petani yang rendah sebanyak 40 orang (86,95), penghargaan petani yang sedang sebanyak 4 orang (8,69), dan penghargaan petani yang tinggi sebanyak 2 orang (4,36). Ini menunjukkan bahwa harapan petani dalam usaha rehabilitasi lahan usahatani yang terkena tsunami mengarah kepada kategori rendah. Dari hasil pengamatan dilapangan terlihat bahwa di daerah penelitian penghargaan yang diterima petani sangat rendah. Hal ini disebabkan karena petani melakukan usaha taninya tanpa pamrih sehingga faktor penghargaan di dalam motivasi petani terhadap rehabilitasi lahan yang terkena tsunami bukan merupakan faktor yang utama di daerah penelitian. Gambar 3. Frekuensi menurut Penghargaan Petani Frekuensi menurut Penghargaan Petani 86,95 8,69 4,36 rendah sedang tinggi 41,3 58,7 rendah sedang tinggi Frekuensi menurut Tujuan Petani 0 0 100 tinggi Tanggung jawab adalah adanya rasa ikut memiliki yang menimbulkan stimulasi dan motivasi petani untuk turut merasa bertanggung jawab dalam usaha rehabilitasi lahan usahatani yang terkena tsunami. Adanya rasa ikut memiliki (sense of belonging) akan menimbulkan motivasi untuk turut merasa bertanggung jawab (Sastrohadiwiryo, 2002). Terlihat bahwa penyebaran tanggung jawab petani dalam berusahatani bervariasi, dengan perinciannya adalah: tanggung jawab petani yang rendah sebanyak 24 orang (52,17), tanggung jawab petani yang sedang sebanyak 0 orang (0), dan petani yang memiliki tanggung jawab yang tinggi sebanyak 22 orang (47,83). Rata-rata tanggung jawab petani adalah sebesar 3,91. Sehingga dapat digambarkan bahwa petani mengarah kepada tanggung jawab yang sedang dalam usaha rehabilitasi lahan usahatani yang terkena tsunami. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa kepentingan petani terhadap lahannya. Umumnya pemilik memiliki tanggung jawab yang besar, sedangkan penyewa memiliki tanggung jawab yang rendah di dalam usaha rehabilitasi lahan yang terkena tsunami. Gambar 4. Frekuensi menurut Tanggungjawab Petani pengambilan keputusan petani, yang memberikan rasa keikutsertaan dalam proses pengambilan keputusan dalam usaha rehabilitasi lahan usahatani yang terkena tsunami. Rasa terlibat akan menumbuhkan rasa ikut bertanggung jawab, rasa dihargai yang merupakan “tantangan” yang harus dijawab, melalui peran serta berkinerja untuk pengembangan usaha dan pengembangan pribadi (Sastrohadiwiryo, 2002). Pada gambar 5, terlihat bahwa tidak terjadi petani dalam berusahatani dan hanya mengarah kepada persentase keterlibatan petani yang tinggi (100). Secara rinci adalah: keterlibatan petani yang rendah sebanyak 0 orang (0), keterlibatan petani yang sedang sebanyak 0 orang (0), dan petani yang memiliki keterlibatan yang tinggi sebanyak 46 orang (100). Rata-rata keterlibatan petani adalah sebesar 5,34. Sehingga terlihat bahwa petani mengarah kepada keterlibatan yang tinggi dalam usaha rehabilitasi lahan usahatani yang terkena tsunami. Di daerah penelitian ini, seluruh petani ikut berpartisipasi di dalam usaha rehabilitasi lahan yang terkena tsunami. Keterlibatan ini sangat penting bagi petani, karena dengan keterlibatan keseluruhan petani diharapkan proses rehabilitasi cepat terlaksana dan dapat dilakukan usahatani kembali sesuai dengan yang diharapkan. Gambar 5. Frekuensi menurut Keterlibatan Petani dikembangkan oleh Maslow berintikan pendapat yang mengatakan bahwa kebutuhan manusia itu dapat diklasifikasikan pada lima hirarkhi kebutuhan, salah satunya adalah kebutuhan fisiologis. Perwujudan paling nyata dari kebutuhan fisiologis ialah kebutuhan-kebutuhan pokok manusia seperti sandang, pangan dan perumahan. Dalam hal ini pendapatan merupakan sumber dari pemuas kebutuhan fisiologis dari teori motivasi (Siagian, 2004). Terlihat bahwa penyebaran pendapatan petani dalam berusahatani terjadi variasi dengan perinciannya adalah: pendapatan petani yang rendah sebanyak 14 orang (30,43), pendapatan petani yang sedang sebanyak 26 orang (56,52), dan petani yang memiliki pendapatan yang tinggi sebanyak 6 orang (13,05). Rata-rata pendapatan tinggi Frekuensi menurut Tanggung Jawab Petani tinggi tinggi petani di daerah penelitian mempunyai kesadaran 6, dan Lampiran 1, terlihat bahwa petani mengarah yang sangat tinggi untuk peningkatan kualitas kepada pendapatan yang sedang dalam usaha usahataninya sehingga proses rehabilitasi berjalan rehabilitasi lahan usahatani yang terkena tsunami. dengan cepat dan lancar. Hal ini disebabkan karena petani di daerah penelitian tidak melakukan usaha taninya secara Frekuensi menurut Intensitas Penyuluhan sendiri bagi yang mempunyai lahan dan melakukan Petanii bagi bagi hasil atau sewa lahan sehingga pendapatan yang diperoleh tidak optimal. Hal-hal lain seperti ketersediaan pupuk dan drainase turut berpengaruh kepada pendapatan petani di daerah penelitian. Frekuensi menurut Pendapatan Petani tinggi 13,05 Gambar 7. Frekuensi menurut Intensitas rendah Penyuluhan Petani sedang Dalam teori motivasi yang dikembangkan oleh Maslow yang mengatakan bahwa kebutuhan Gambar 6. Frekuensi menurut Pendapatan manusia itu dapat diklasifikasikan pada lima Petani hirarkhi kebutuhan, salah satunya ialah kebutuhan 7. Intensitas Penyuluhan dalam usaha sosial. Dalam kehidupan organisasional manusia rehabilitasi lahan yang terkena tsunami sebagai insan sosial mempunyai berbagai kebutuhan Pengembangan kemampuan seseorang, baik yang berkisar pada pengakuan akan keberadaan dari pengalaman kerja atau kesempatan untuk maju, seseorang dan penghargaan atas harkat dan dapat merupakan perangsang kuat bagi tenaga kerja martabatnya (Siagian, 2004). untuk bekerja lebih giat atau lebih bergairah. Gambar 8, terlihat penyebaran variasi pada Pengembangan merupakan salah-satu unsur partisipasi petani dalam lembaga-lembaga sosial dan penggerak dalam motivasi (Sastrohadiwiryo, 2002). ekonomi hanya mengarah kepada persentase Dalam hal ini, intensitas penyuluhan merupakan sedang (26,09) dan tinggi (73,91). Sebagai salah satu wadah bagi petani untuk mangaplikasikan perinciannya adalah: partipasi petani yang rendah motif intrinsiknya seperti motif ingin tahu, motif sebanyak 0 orang (0), partisipasi petani yang bergiat dan motif memanipulasi di dalam sedang sebanyak 12 orang (26,09), dan petani pengembangan usaha tani padinya (Handoko, yang memiliki partisipasi tinggi sebanyak 34 orang (73,91). Pada Lampiran 1, terlihat rata-rata Pada gambar 7, terlihat bahwa tidak terjadi partisipasi petani adalah sebesar 5,28. Dari Gambar variasi dalam intensitas penyuluhan kepada petani 8 dan Lampiran 1 terlihat bahwa petani mengarah dalam berusahatani dan hanya mengarah kepada kepada partisipasi lembaga-lembaga sosial dan prosentase intensitas penyuluhan kepada petani ekonomi yang tinggi dalam usaha rehabilitasi lahan yang tinggi (100). Secara rinci adalah: intensitas usahatani yang terkena tsunami. Hal ini penyuluhan kepada petani yang rendah sebanyak 0 menunjukkan partisipasi petani dalam lembaga orang (0), intensitas penyuluhan kepada petani sosial dan ekonomi mempunyai kesadaran yang yang sedang sebanyak 0 orang (0), dan petani tinggi di daerah penelitian, sehingga proses yang memiliki intensitas penyuluhan yang tinggi rehabilitasi lahan dapat dilaksanakan sesuai dengan sebanyak 46 orang (100). Rata-rata intensitas yang diharapkan. penyuluhan kepada petani adalah sebesar 12,93. Dari Gambar 7, dan Lampiran 1, terlihat bahwa petani mengarah kepada intensitas penyuluhan yang tinggi dalam usaha rehabilitasi lahan usahatani yang terkena tsunami. Hal ini menunjukkan bahwa Fre k ue ns i m e nurut Partis ipas i Pe tani rendah sedang tinggi Gambar 8. Frekuensi menurut Partisipasi Petani 9. Peranan NGO dalam usaha rehabilitasi lahan usahatani yang terkena tsunami Tindakan yang digerakkan oleh suatu sebab yang datang dari luar diri individu disebut tindakan yang bermotif ekstrinsik (Handoko, 1992). Dalam hal ini peranan NGO termasuk ke dalam motivasi ekstrinsik pada petani dalam pengembangan usahataninya. Dari Gambar 9, terlihat terjadi variasi dalam penyebaran peranan NGO kepada petani dalam usaha rehabilitasi lahan usahatani. Adapun sebagai perinciannya adalah: peranan NGO yang rendah sebanyak 8 orang (17,39), peranan NGO yang sedang sebanyak 4 orang (8,7), dan peranan NGO yang tinggi sebanyak 34 orang (73,91). Rata-rata peranan NGO kepada petani adalah sebesar 9,06. Dari gambar 9, dan Lampiran 1, terlihat bahwa peranan NGO kepada petani mengarah kepada yang tinggi dalam usaha rehabilitasi lahan usahatani yang terkena tsunami. Hal ini menunjukkan peranan NGO sangat tinggi di dalam usaha rehabilitasi lahan yang terkena tsunami di daerah penelitian. Petani mempunyai harapan dan kepercayaaan yang tinggi kepada pihak-pihak NGO yang ada sehingga proses rehabilitasi lahan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini terlihat dengan adanya bantuan- bantuan bantuan berupa pupuk, benih, alat mekanisasi serta penyuluhan-penyuluhan tentang rehabilitasi lahan yang terkena tsunami. Fre k ue ns i m e nurut Pe ranan NGO rendah sedang tinggi Gambar 9. Frekuensi menurut Peranan NGO Tingkat Motivasi Petani Berdasarkan hasil kuisioner di Desa Mukhan, Alue Mie dan Mudhen Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya tingkat motivasi petani termasuk dalam kategori tinggi dengan rata - rata tingkat motivasi sebesar 21,63 dari 46 petani. Daftar pertanyaan tentang tingkat motivasi dari hasil kuisioner kepada petani ada sembilan kombinasi pertanyaan, dimana nilai paling rendah dari sembilan kombinasi pertanyaan adalah 9 jika responden memilih jawaban kategori rendah (1), dan nilai yang paling tinggi adalah 27 jika responsen semua memilih jawaban kategori tinggi (3). Dari nilai terendah (9) ke nilai tertinggi (27) tingkat motivasi petani dari hasil kuisioner dibagi menjadi tiga skala yaitu rendah (9-15), sedang (>15-21), dan tinggi (>21- 27). Rata-rata hasil kuisioner kepada 46 orang petani menunjukkan nilai 21,63 sehingga termasuk ke dalam kategori tinggi dari interval yang telah ada. Gambar 10 menunjukkan bahwa tingkat motivasi petani bervariasi mengarah kepada tingkat motivasi yang rendah (0) sedang 17 orang (36,95), dan tinggi 29 orang (63,95). Hal ini disebabkan karena petani di daerah penelitian telah mengerti tentang tehnik-tehnik dalam rehabilitasi lahan usahataninya. Dan petani di daerah ini juga memahami bahwa usahatani padi merupakan salah satu mata pencaharian utama untuk mencukupi kebutuhan hidup masyarakat di daerah penelitian. Motivasi masyarakat terhadap usaha rehabilitasi lahan tsunami dipengaruhi oleh tujuan (X 1 ), harapan (X 2 ), penghargaan (X 3 ), tanggung jawab (X 4 ), keterlibatan (X 5 ), intensitas penyuluhan (X 6 ), partisipasi petani dalam lembaga sosial dan Fre k ue ns i m e nurut Motivas i Pe tani 0 ekonomi (X 7 ), peranan NGO dalam rehabilitasi rendah sedang lahan (X 8 ) dan pendapatan usahatani (X 9 ). Sesuai dengan penelitian di atas bahwa model yang digunakan dalam analisis motivasi petani ini dituangkan dalam bentuk Regresi Linier Berganda dengan fungsi sebagai berikut: Gambar 10. Frekuensi menurut Motivasi Petani Hasil penelitian menunjukkan model motivasi masyarakat terhadap usaha rehabilitasi 1. Faktor yang berpengaruh terhadap lahan terkena tsunami tanpa standarisasi motivasi petani. (Unstandarized ) adalah sebagai berikut : Regresi linear berganda adalah regresi dimana Y= 22,045 – 0,739X 1 – 0,013X 3 + 0,099X 6 + variabel terikatnya (Y) dihubungkandijelaskan 1,390X 7 – 0,545X 8 + 0,184X 9 lebih dari satu variabel, mungkin dua, tiga dan Untuk menghindari terjadinya multikolinier, seterusnya variabel bebas (X 1 , X 2 , X 3 , …, X n ) maka akan dilakukan remove variabel x yang namun masih menunjukkan diagram hubungan mempunyai nilai VIP yang paling besar. Remove yang linier. Pada persamaan linier lebih dari dua dilakukan secara bertahap sehingga didapatkan rata- variabel, variabel Y dipengaruhi oleh lebih dari dua rata nilai VIP mendekati 1. Variabel yang di remove variabel, yaitu variabel X 1 , X 2 ,…, X k . Dalam hal adalah x 4 = tanggung jawab dengan nilai VIP = demikian, variabel Y disebut variabel terikat 23,578 dan significant = 0,784 (tidak berpengaruh (dependent variable) dan variabel-variabel X 1 , X 2 ,…, nyata), x 2 = harapan dengan nilai VIP = 6,320 dan X k disebut variable bebas (independent variable), significant = 0, 092 (berpengaruh nyata), x 5 = artinya nilai-nilai variabel Y dapat ditentukan intensitas penyuluhan dengan nilai VIP = 3,881 dan berdasarkan nilai-nilai dari variabel-variabel X 1 ,X 2 , significant = 0,105 (tidak berpengaruh nyata). …, X k (Hasan, 1999). Sehingga hasil akhirnya didapatkan rata – rata nilai Analisis regresi juga digunakan untuk VIF mendekati 1. menentukan bentuk (dari) hubungan antar variabel. Pengujian secara serempak menunjukkan Tujuan utama dalam penggunaan analisis itu adalah model pertama sangat berarti dengan koefisien untuk meramalkan atau memperkirakan nilai dari korelasi (R) = 84,2 dan koefisien determinasi satu variabel dalam hubungannya dengan variabel (R 2 ) = 71 . Ini artinya bahwa 71 variasi yang lain yang diketahui melalui melalui persamaan motivasi petani terhadap usaha rehabilitasi lahan garis regresinya (Hasan, 1999). yang terkena tsunami ditentukan sekurang- Analisis regresi merupakan analisis yang kurangnya oleh tiga variabel di atas. Sedangkan bertujuan untuk menentukan model yang paling sisanya 29 ditentukan oleh faktor lain di luar sesuai untuk pasangan data serta dapat digunakan model. Dari hasil pengujian (penghitungan) untuk membuat model dan menyelidiki hubungan diperoleh nilai F sebesar 15,879, sedangkan F pada antara dua variabel atau lebih. Untuk menetukan tingkat kepercayaan 95 (F tabel) sebesar = 2,15. model tersebut digunakan alat bantu dengan Dengan kata lain F hitung > F tabel α= 0,05 artinya melakukan visualisasi data sehingga model secara statistik berpengaruh nyata. Maka terima H A pendekatan regresi dapat diprediksi dari visualisasi tolak H 0 . tersebut (Wahyono, 2009). Tabel 1. Matriks Koefisien Regresi Unstandardized Standardized T Sig. B Std. Error X 1 -.739 X 3 -.013 X 8 -.545 Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa pengembangan pedesaan memang diharapkan oleh hanya tiga dari sembilan variabel bebas yang semua pihak terutama untuk meningkatkan kualitas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat, yaitu : hidup masyarakat dan sesuai dengan keadaan harapan petani (X 2 ), partisipasi petani dalam perekonomian mereka (Su’ud, 1997). kelembagaan sosial ekonomi (X 7 ) dan peranan Dengan adanya keikutsertaan petani di NGO (X 8 ). Sedangkan tujuan petani (X 1 ), dalam kelembagaan sosial dan ekonomi maka penghargaan petani (X 3 ), tanggung jawab petani petani mempunyai perencanaan tentang hal-hal (X 4 ), keterlibatan petani (X 5 ), intensitas penyuluhan yang akan dilakukan pada lahannya di masa yang (X 6 ), dan Pendapatan petani (X 9 ) tidak berpengaruh akan datang sehingga timbul motivasi petani untuk nyata terhadap motivasi petani dalam usaha segera melakukan rehabilitasi lahan bagi rehabilitasi lahan terkena tsunami. kebutuhannya di masa akan datang. Dalam hal ini Harapan petani mempengaruhi motivasi (KUT) merupakan petani terhadap usaha rehabilitasi lahan yang pencerminan dari partisipasi petani dalam terkena tsunami. Teori harapan memberikan kelembagaan ekonomi desa. penekanan bahwa pentingnnya kemampuan Peranan NGO mempengaruhi motivasi membantu seperti petani, dalam menentukan hal – petani dalam usaha rehabilitasi lahan yang terkena hal yang diinginkannya serta dibarengi dengan tsunami. Menurut Burton, motif ekstrinsik adalah usaha menunjukkan cara yang paling tepat untuk motif yang timbul dari luarlingkungan. Motivasi merealokasikannya (Siagian, 2002). Berdasarkan ekstrinsik dalam belajar antara lain berupa dari hasil wawancara terlihat bahwa petani- petani penghargaan, pujian, hukuman atau celaan. Peran di daerah penelitian mempunyai harapan-harapan pihak lembaga swadaya masyarakat dalam yang besar kepada pihak pemerintahNGO di memotivasi petani untuk melakukan usaha dalam usaha merehabilitasi lahan usahatani yang rehabilitasi lahan terkena tsunami termasuk ke terkena tsunami. Harapan-harapan itu dapat berupa dalam motivasi yang bersifat ekstrinsik. pemberian bantuan dana rehabilitasi seperti: pupuk Dengan adanya bantuan NGO maka proses dan perbaikan saluran–saluran irigasi yang telah ada rehabilitasi lahan yang terkena tsunami semakin seperti di desa Mukhan kecamatan Jaya Aceh Jaya. cepat. Pada awal-awal pasca rehabilitasi lahan Serta harapan petani sangat tinggi terhadap lahan terkena tsunami, pihak World Vision pernah usahataninya karena mereka mengharapkan agar melakukan penyuluhan tentang bagaimana cara lahan yang terkena tsunami tersebut bisa menjadi melakukan rehabilitasi lahan dengan baik dan tepat. lebih baik dan diolah dengan optimal sehingga Penyuluhan ini biasa dilakukan dalam rentang menghasilkan produksi yang diinginkan oleh petani. waktu tiga bulan sekali. Kemudian pihak FAO Seperti diketahui bahwa usahatani padi di daerah pernah menyediakan sarana produksi usahatani penelitian merupakan sumber pendapatan utama berupa bibit padi, pupuk dan juga menyediakan bagi petani tersebut. bantuan berupa Hand Traktor kepada kelompok Partisipasi petani dalam kelembagaan sosial tani yang ada pada daerah penelitian. Sehingga ekonomi mempengaruhi motivasi petani dalam dengan adanya bantuan langsung yang diberikan usaha rehabilitasi lahan yang terkena tsunami. pihak NGO kepada petani dapat meningkatkan motivasi petani dalam upaya rehabilitasi lahan yang pembangunan desa sangatlah komplit dan terkena tsunami di daerah penelitian. memegang peranan penting dan ikut berkiprah Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi petani dalam upaya rehabilitasi lahan yang terkena tsunami di Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya dipengaruhi Mukhan, Alue Mie dan Mudheun. Adapun oleh harapan petani, partisipasi petani dalam parameter yang dibandingkan adalah: (1) kelembagaan sosial ekonomi dan peranan NGO. pengolahan tanah, (2) pemberian pupuk kandang, (3) pemberian bahan organik, (4) pembuatan 2. Uji Beda Tingkat Motivasi di Tiga Daerah drainase, (5) penanaman tanaman yang toleran Penelitian terhadap garam. Untuk lebih jelasnya , maka nilai Uji ini untuk mengetahui perbedaan tingkat pengamatan dan nilai yang diharapkan disusun motivasi di tiga daerah penelitian seperti: desa dalam Tabel kontigensi sebagai berikut: Tabel 2. Tabel Kontigensi antara Parameter Motivasi Rehabilitasi di Tiga Daerah Penelitian No Desa Penanaman Total Tan Toleran 3 Alue Mie Karena nilai χ 2 yang dihitung pada Kesimpulan lampiran 10 adalah 0,58547, dan χ 2 <χ 20,05 maka Tingkat motivasi petani dalam usaha kita dapat menarik kesimpulan bahwa H 0 diterima. rehabilitasi lahan yang terkena tsunami di Dengan perkataan lain data menunjukan bahwa kecamatan Jaya kabupaten Aceh Jaya termasuk tidak ada beda tingkat motivasi petani dalam usaha dalam kategori tinggi dengan rata-rata tingkat rehabilitasi lahan yang terkena tsunami di desa motivasi sebesar = 21,63. Mukhan, Mudhen dan Alue Mie. Motivasi petani dalam upaya rehabilitasi Dalam usaha rehabilitasi lahan yang terkena lahan yang terkena tsunami di kecamatan Jaya tsunami, umumnya di daerah penelitian ini kabupaten Aceh Jaya dipengaruhi oleh harapan ketersediaan pupuk kandang cukup berkurang petani, partisipasi petani dalam kelembagaan sosial berkisar rata - rata 1TonHa. Sedangkan pupuk dan ekonomi serta peranan NGO. kandang yang dibutuhkan secara optimal berkisar Tidak ada beda tingkat motivasi petani 1,5 - 2 TonHa. diantara desa Mukhan, Mudheun dan Alue Mie di Untuk irigasi yang selalu dilalui air hanya kecamatan Jaya kabupaten Aceh Jaya. terdapat di desa Mudhen. Sedangkan di desa Mukhan saluran irigasi ada tetapi hanya berupa bak Daftar Pustaka penampung yang mengandalkan air hujan. Untuk di Anonimous. 2005. Panduan Kerangka Peta 3. desa Alue Mie tidak ada saluran irigasi dan hanya Monitoring and Evaluating the Social mengandalkan air hujan langsung. Jadi untuk Protection Sector Development Program daerah Mudhen bisa dilakukan penanaman setahun Loan. ADB. BRR NAD NIAS, Badan dua kali, sedangkan di daerah Mukhan dan Alue Pusat Statistik. P.T Insan Hitama Sejahtera Mie hanya dilakukan penanaman setahun sekali. Banda Aceh. Secara umum petani di daerah penelitian ini Anonimous. 2006. Aceh Jaya dalam Angka. Badan sudah memahami cara pengolahan tanah yang baik, Pusat Statistik. Jakarta – Indonesia. pemberian bahan organik sudah dilakukan. Anonimous. 2007. Balai Pengkajian Teknologi Penanaman tanaman yang toleran terhadap garam Pertanian. dapat dilihat dengan adanya penanaman tanaman Daniel, M. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. kacang tanah dan tanaman kacang kedelai pada Bumi Aksara. Jakarta. lahan yang terkena tsunami. Handoko, M. 1992. Motivasi Daya Penggerak dan Tingkah Laku. Kanisius. Jakarta. Hasan, I. 2002. Pokok-Pokok Materi Statistik 1. Bumi Aksara. Jakarta. Sastrohadiwiryo, B.S. 2002. Manajemen Tenaga Su’ud, M.H. 1997. Pengenalan Pembangunan Kerja Indonesia. Pendekatan Administratif Pertanian dan Keterkaitannya. Fakultas Operasional. Penerbit Bumi Aksara. Pertanian Universitas Syiah Kuala. Siagian, S.P. 2002. Manajemen Sumber Daya Tohir, K.A. 1991. Usaha Tani Indonesia. Rineka Manusia. Penerbit Bumi Aksara. Cipta. Jakarta. Siagian, S.P. 2004. Teori Motivasi Dan Wahyono, T. 2009. 25 Model Analisis Statistik Aplikasinya. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. dengan SPSS 17. Elex Media Komputindo. Jakarta. Pengaruh Alkalinitas terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Tengadak ( Barbonymus schwanenfeldii) ( Effect of Alkalinity on Survival and Growth Rate of Tinfoil Barb (Barbonymus schwanenfeldii)) 1 Prodi Teknologi Produksi Benih dan Pakan Ikan, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Politeknik Indonesia Venezuela (POLIVEN), Aceh Besar – 23372, Indonesia 2 Departemen Budidaya Perairan, FPIK IPB, Jln. Agatis Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680 This study was conducted to examine the effect of alkalinity on survival rate of Tinfoil barb (Barbonymus schwanenfeldii). The experiment design was arranged in completely randomized design with three replications. Water alkalinity examined was 15 ppm CaCO 3 as control, and 25, 50, and 75 ppm CaCO 3 as treatments. Fish stocking density was 1 individu L -1 with an average length of 2 ± 0.03 cm and an average initial weight of 0.33 ± 0.05 g. The culture period for one cycle of fish farming was 30 days. The results of study showed that higher survival rate was obtained in treatment 50 ppm CaCO 3 (95.43). Higher daily growth rate (4,25) and growth of absolute length (1,82 cm) was also achieved by that treatment. Keywords: Alkalinity, growhth, survival rate, tinfotil barb Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh alkalinitas terhadap tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldii). Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan tiga ulangan. Perlakuan meliputi empat alkalinitas media yaitu alkalinitas air yang digunakan adalah 15 ppm CaCO 3 sebagai kontrol, perlakuan alkalinitas media 25 ppm CaCO 3 , 50 ppm CaCO 3 dan 75 ppm CaCO 3 . Padat penebaran ikan adalah 1 ekor L -1 dengan rata-rata panjang total 2±0,05 cm dan bobot rata-rata awal 0,33±0,08 g. Masa pemeliharaan ikan berlangsung selama 30 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup benih ikan tengadak tertinggi diperoleh pada perlakuan alkalinitas media 50 ppm CaCO 3 (95,43). Laju pertumbuhan bobot harian tertinggi juga diperoleh pada perlakuan alkalinitas 50 ppm CaCO 3 yaitu 4,25 serta pertumbuhan panjang total yaitu 1,82 cm. Kata Kunci: Alkalinitas, benih ikan tengadak, pertumbuhan, tingkat kelangsungan hidup Pendahuluan Keberhasilan usaha pembesaran ikan sangat Ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldii) dipengaruhi oleh kondisi benih itu sendiri. Kualitas merupakan komoditas lokal daerah Kalimantan dan induk, pakan dan kondisi lingkungan berpengaruh Sumatera yang memiliki potensi untuk dijadikan besar pada tingginya tingkat kematian larva dan sebagai ikan budidaya. Umumnya ikan tengadak benih terutama pada masa kritisnya. Dalam rangka dijadikan sebagai salah satu komoditas ikan hias menunjang keberhasilan budidaya ikan tengadak, karena bentuk tubuh dan warnanya yang indah, maka kualitas air baik dari segi fisika dan kimianya namun pada ukuran dewasa ikan tengadak juga perlu diperhatikan. dijadikan sebagai ikan konsumsi. Habitat ikan Salah satu parameter kualitas air yang dapat tengadak adalah sungai dan rawa banjiran mempengaruhi kehidupan ikan adalah alkalinitas. (Huwoyon et al., 2010). Alkalinitas merupakan kuantitas anion dalam perairan yang dapat menetralkan kation hidrogen sehingga tingkat keasaman suatu perairan dapat dinetralisir. Alkalinitas juga didefinisikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) yang menetralkan perubahan pH perairan yang sering terjadi (Effendi, 2003). Alkalinitas selain berhubungan dengan pH air tentunya sangat berpengaruh pada tingkat produktivitas perairan. Semakin tinggi alkalinitas maka kemampuan air Gambar 1. Ikan Tengadak ( Barbonymus untuk menyangga lebih tinggi sehingga fluktuasi pH schwanenfeldii) perairan semakin rendah. Alkalinitas yang optimal akan mampu menyangga perubahan pH perairan perairan semakin rendah. Alkalinitas yang optimal akan mampu menyangga perubahan pH perairan SR = x 100 laju pertumbuhan yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh alkalinitas SR = Tingkat kelangsungan hidup () media pemeliharaan terhadap kelangsungan hidup Nt = Jumlah benih ikan pada akhir percobaan dan pertumbuhan benih ikan tengadak (Barbonymus (ekor) schwanenfeldii). No = Jumlah benih ikan pada awal percobaan (ekor) Metodologi Penelitian Laju pertumbuhan rerata harian merupakan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan laju pertumbuhan bobot individu dalam persen dan Januari sampai februari 2014 di Pusat dinyatakan dalam formula (Anonimous, 1977): Pengembangan dan Pemasaran (Raiser) Ikan Hias Cibinong-Kabupaten Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga kali α = Pertumbuhan bobot rerata harian () ulangan. Faktor yang diteliti yaitu alkalinitas media Wt = Bobot rata-rata ikan akhir (g) dengan masing-masing taraf 15 ppm CaCO3 Wo = Bobot rata-rata ikan awal (g) sebagai kontrol, perlakuan 25 ppm CaCO3, 50 ppm t = Lama percobaan (hari) CaCO3 dan 75 ppm CaCO3. Wadah penelitian yang digunakan adalah Pertumbuhan panjang total dihitung akuarium kaca berukuran 60 cm x 30 cm x 30 cm dengan persamaan sebagai berikut: berjumlah 12 buah dan dilengkapi dengan instalasi Pm = aerasi. Larutan alkalinitas yang digunakan diperoleh dari serbuk kalsium karbonat (CaCO3) yang Pm = Pertumbuhan panjang total (cm) Lt = Panjang rata-rata akhir (cm) dilarutkan dalam 1000 L air. Setelah larut dan mengendap, dilakukan pengukuran terhadap tingkat Lo = Panjang rata-rata awal (cm) alkalinitas yang dihasilkan dari pelarutan tersebut. Pengenceran dilakukan untuk mendapatkan tingkat Hasil dan Pembahasan alkalinitas sesuai dengan perlakuan yaitu 25, 50 dan Tingkat kelangsungan hidup 75 ppm CaCO3. Tingkat kelangsungan hidup benih ikan Ikan uji yang digunakan adalah benih ikan tengadak yang dipelihara selama 30 hari berkisar tengadak (Barbonymus schwanenfeldii) dengan panjang antara 77,05-95,43 (Gambar 2). Tingkat rata-rata 2±0,05 cm dan bobot rata-rata 0,33±0,08 kelangsungan hidup tertinggi diperoleh pada g. Ikan ditebar pada masing-masing wadah akurium perlakuan alkalinitas media 50 ppm CaCO 3 yaitu dengan kepadatan 1 ekor L -1 . Masa pemeliharaan 95,43 , sedangkan terendah pada perlakuan ikan berlangsung selama 30 hari. Pakan uji yang alkalinitas media 15 ppm CaCO 3 yaitu 77,05 . digunakan berupa cacing sutera (Tubifex sp.) segar Faktor alkalinitas berpengaruh nyata terhadap dengan kandungan gizi: protein 47,23, lemak tingkat kelangsungan hidup benih ikan tengadak 10,52, karbohidrat 2,04, kadar abu 3,32, (p<0,05). Uji lanjut Duncan pada selang kadar air 81,37 dan serat kasar 1,03. Pakan kepercayaan 95 menunjukkan hasil yang berbeda diberikan secara ad libitum sebanyak tiga kali sehari nyata antara perlakuan kontrol (15 ppm CaCO 3 ) yaitu pagi, siang, dan sore hari. dengan perlakuan alkalinitas media 25 ppm CaCO 3 , Pengaruh perlakuan terhadap benih ikan 50 ppm CaCO 3 dan 75 ppm CaCO 3. Namun, tidak tengadak ditentukan melalui evaluasi terhadap berbeda nyata antara perlakuan alkalinitas media 25 parameter tingkat kelangsungan hidup dan ppm CaCO 3 dan 75 ppm CaCO 3. pertumbuhan. Pengamatan tingkat kelangsungan Peningkatan alkalinitas pada media hidup dilakukan setiap hari dengan mencatat pemeliharaan dengan konsentrasi alkalinitas sebesar jumlah ikan yang mati. Pengukuran pertumbuhan 50 ppm CaCO 3 terbukti dapat meningkatkan dilakukan dengan cara pengukuran panjang total kelangsungan hidup sampai 95,43 dalam waktu ikan dengan penggaris dan penimbangan bobot 30 hari pemeliharaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan timbangan digital setiap lima hari sekali.2. Harapan dalam usaha rehabilitasi lahan yang terkena tsunami
3. Penghargaan dalam usaha rehabilitasi usahatani
4. Tanggung Jawab dalam usaha rehabilitasi lahan yang terkena tsunami
5. Keterlibatan dalam usaha rehabilitasi lahan yang terkena tsunami
6. Pendapatan dalam usaha rehabilitasi lahan yang terkena tsunami
Frekuensi menurut Keterlibatan Petani
47,83 rendah sedang
tinggi 8. Partisipasi petani dalam lembaga-lembaga 56,52 sosial ekonomi
1 2 Dini Islama 1 , Kukuh Nirmala , Maria Ulfah
Abstract
Abstrak