Perencanaan Pembelajaran IPA SD (1)

MAKALAH PERENCANAAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH DASAR

  Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran

  Dosen Pengampu: Hermawan Wahyu Setiadi, M.Pd

  Disusun oleh Kelompok 9A3-13:

  1. Fradila Ratna Puspinaningrum (13144600092)

  2. Asti Ramadhani

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA NOVEMBER 2015

KATA PENGANTAR

  Puji syukur senantiasa kita haturkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, inayah, serta nikmat-Nya yang tak terhingga sehingga kita dapat menyelesaikan makalah Perencanaan Pembelajaran dengan judul “Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam”. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah bersedia membantu kami, diantaranya:

  1. Allah SWT yang telah memberikan segalanya kepada penulis,

  2. Bapak Hermawan Wahyu Setiadi, M.Pd selaku pengampu Mata Kuliah Perencanan Pembelajaran yang membimbing dan mengarahkan kami sehingga tugas ini dapat diselesaikan,

  3. Orang tua kami maupun orang-orang yang ikut serta membantu dan mendukung kami dalam menyelesaikan tugas ini, baik dalam dukungan moril maupun materil yang telah diberikan kepada kami.

  Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak atas hasil makalah ini. Dan semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan kita semua, Aamiin.

  Yogyakarta, 10 November 2015 Penyusun

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

  Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains dalam arti sempit sebagai disiplin ilmu dari psysical sciences dan life sciencies. Yang termasuk psysical sciences adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogi, meteorologi, dan fisika; sedangkan life science meliputi biologi (anatomi, fisiologi, zoologi, citologi dan seterusnya). James Conant (1997:14) mendefinisikan sains sebagai "suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebh lanjut. Kemudian A.N Whitehead (1999:15) menyatakan bahwa sains dibentuk karena pertemuan dua orde pengalaman. Orde pertama didasarkan pada hasil observasi terhadap gejalafakta (orde observasi), dan kedua didasarkan pada konsep-konsep manusia mengenai alam (orde konsepsional).

  IPA (sains) berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak ada habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir rahasia alam itu satu persatu, serta mengalirnya informasi yang dihasilkannya, jangkauan sains semakin luas dan lahirlah sifat terapannya, yaitu teknologi adalah lebar. Namun demikian dari segi waktu, jarak semakin lama semakin sempit, sehingga semboyan "sains hari ini adalah teknologi hari esok merupakan semboyan yang berkali-kali dibuktikan oleh sejarah". Bahkan kini sains dan teknologi yang saling mengisi (komplementer), ibarat mata uang, disatu sisinya mengandung hakikat sains (the nature of science) dan sisi lainnya mengandung makna teknologi (the meaning of technology).

  Tingkat sains dan teknologi yang ingin dicapai oleh uatu bangsa biasanya digunakan sebagai tolok ukur untuk kemajuan bangsa itu. Apalagi di masa yang Tingkat sains dan teknologi yang ingin dicapai oleh uatu bangsa biasanya digunakan sebagai tolok ukur untuk kemajuan bangsa itu. Apalagi di masa yang

  IPA di Sekolah Dasar hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berfikir ilmiah. Fokus program pengajaran IPA di SD hendaknya ditujukan untuk memupuk minat dan pengembangan anak didik terhadap dunia mereka dimana mereka hidup.

B. Rumusan Pembelajaran

  Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

  1. Apa hakikat IPA?

  2. Bagaimana konsep dan prinsip IPA?

  3. Mengapa IPA perlu diajarkan di Sekolah Dasar?

  4. Apa hakikat pembelajaran IPA?

  5. Apa saja teori belajar dalam pembelajaran IPA?

  6. Apa saja model pembelajaran dalam pembelajaran IPA?

  7. Bagaimana media pembelajaran IPA?

  8. Bagaimana lingkungan sebagai sumber belajar IPA?

  9. Bagaimana perangkat pembelajaran IPA?

  10. Bagaimana pengembangan silabus IPA?

  11. Bagaimana pengembangan RPP IPA?

  12. Bagaimana pengembangan bahan ajar IPA?

  13. Bagaimana pengembangan Lembar kerja siswa (LKS) dalam pembelajaran IPA?

  14. Bagaimana penilaian dalam pembelajaran IPA?

  15. Bagaimana remediasi dalam pembelajaran IPA?

  16. Bagaimana contoh silabus Mata Pelajaran IPA SD?

  17. Bagaimana contoh RPP Mata Pelajaran IPA SD?

C. Tujuan Penulisan

  Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui hakikat IPA.

  2. Untuk mengetahui konsep dan prinsip IPA.

  3. Untuk mengetahui mengapa IPA perlu diajarkan di Sekolah Dasar.

  4. Untuk mengetahui hakikat pembelajaran IPA.

  5. Untuk mengetahui apa saja teori belajar dalam pembelajaran IPA.

  6. Untuk mengetahui apa saja model pembelajaran dalam pembelajaran IPA.

  7. Untuk mengetahui media pembelajaran IPA.

  8. Untuk mengetahui lingkungan sebagai sumber belajar IPA.

  9. Untuk mengetahui perangkat pembelajaran IPA.

  10. Untuk mengetahui pengembangan silabus IPA.

  11. Untuk mengetahui pengembangan RPP IPA.

  12. Untuk mengetahui pengembangan bahan ajar IPA.

  13. Untuk mengetahui pengembangan Lembar kerja siswa (LKS) dalam pembelajaran IPA.

  14. Untuk mengetahui penilaian dalam pembelajaran IPA.

  15. Untuk mengetahui remediasi dalam pembelajaran IPA.

  16. Untuk mengetahui contoh silabus Mata Pelajaran IPA SD.

  17. Untuk mengetahui contoh RPP Mata Pelajaran IPA SD.

BAB II PEMBAHASAN

A. HAKIKAT IPA

  Sains berasal dari kata science istilah yg mengacu pada masalah-masalah ke alaman (nature). Secara sederhana sains didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang gejala-gejala alam. Sains juga merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang terdiri dari fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori yang merupakan produk dari proses ilmiah.

  Pengetahuan alam sudah jelas artinya adalah pengetahuan tentang alam semesta dengan pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Adapun pengetahuan itu sendiri artinya segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya (Hendro Darmojo, 1992:3).

  Selain itu, Nash 1993 (Hendro Darmojo, 1992:3) dalam bukunya The Nature of Science, menyatakan bahwa IPA itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara suatu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang obyek yang diamatinya.

  Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubungan dengan alam atau bersangkutan paut dengan alam, science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science itu pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa- peristiwa yang terjadi di alam ini.

  IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (Winaputra,

  1992:122) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimensistematis (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu system, tidak berdiri sendiri, satu dengan lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten. Selanjunya Winaputra (1992:123) mengemukakan bahwa tidak hanya merupakan kmpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah.

  Kesimpulan: Dari uraian di atas sains adalah ilmu pengetahuan yang:

  1. Mempunyai objek.

  2. Menggunakan metode ilmiah.

B. KONSEP DAN PRINSIP IPA

  Sebenarnya sains bukan hanya sebuah produk, melainkan juga sebagai proses yang menghubungkan system, metode atau proses pengamatan, pemahaman dan penjelasan tentang alam, seperti yang ditulis dalam salah satu situs internet yang menyatakan bahwa sains merupakan suatu system yang saling berhubungan dari metode-metode atau proes-proses yang digunakan untuk menyelidiki, memahami, dan menjelaskan alam semesta.

  (Science is also an articulated system of menthods or processes used to investigate, understand and explain the natural wordl) (http:www2.edafac.usyd. edu. Au methods science scienceprocesses.htm1).

  Lebih jelas Carin dn Sund (1989) menyebutkan bahwa unsur-unsur sains terdiri dari tiga macam, yaitu proses, produk, dan sikap.

   Proses, atau metode yang meliputi pengamatan, membuat hipotesis,

  merancang dan melakukan percobaan, mengukur dan proses-proses pemahaman kealaman lainnya.

   Produk, meliputi prinsip-prinsip, hukum-hukum, teori-teori, kaidah-kaidah,

  postulat-postulat dan sebagainya.  Sikap, misalnya mempercayai, menghargai, menanggapi, menerima, dan

  sebagainya.

  Setiap Pembelajaran IPA dimulai dengan judul yang mengacu pada masalah utama yang diajarkan dalam unit. Dalam kurikulum, konsep telah diberikan langsung pada setiap pembelajaran; misalnya satu unit pembelajaran biasanya berlangsung kurang lebih 80 menit, tetapi mungki dua kali lIPAt drinya yang dalam hal ini sudah termasuk pratikumnya.

  Pada pembelajaran IPA sekolah dasar diperlukan pengetahuan dasar mengenai konsep yang terkandung dalam setiap unit pelajaran. Sebelum pembelajaran dimulai sudah barang tentu, guru IPA memberitahu kepada peserta didik tujuan-tujuan yang diharapkannya, yang kemudian akan menjadi capaian setelah pelajaan selesai.

  Bila topik yang akan dibahas itu berhubungan dengan praktik IPA, maka guru IPA perlu lebih awal mengkondisikan persiapan-persiapan dalam menyediakan peralatanbahan apa saja yang diperlukannya. Berikutnya guru hendaknya menentukan langkah-langkah pembelajarannya seperti: (1) bagaimana memulai pembelajaran yakni pengenalan masalahtopik pembelajaran, (2) bagaimana membuat siswa mengerti tentang konsep yang dipelajarinya, (3) bagaimana mengaplikasikan konsep sesuai kehidupan sehari-hari, (4) menyimpulkan pelajaranmemberikan rangkuman ataupun ringkasan dan (5) memberikan tindak lanjut, misalnya pekerjaan rumah. (Usman, 2010: 19)

C. HAKIKAT PEMBELAJARAN IPA

1. Belajar Mengajar IPA

  Model belajar yang cocok untuk anak Indonesia adalah belajar melalui pengalaman berlangsung (Learning by doing). Model belajar ini memperkuat daya ingat anak dan biayanya sangat murah sebab menggunakan alat-alat dan media belajar yang ada di lingkungan anak sendiri.

  Dikutip oleh Tisno Hadisubroto dalam bukunya Pembajaran IPA sekolah Dasar (1996:28), Piaget mengatakan bahwa pengalaman langsung yang memegang peranan penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif anak. Pengalaman langsung anak yang terjadi secara spontan dari kecil (sejak lahir) sampai berumur 12 tahun. Efesiensi pengelaman langsung pada anak tergantung pada konsistensi antara hubungan metode dan objek yang dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Anak akan siap untuk mengembangkan konsep tertentu hanya bila ia telah memiliki struktur kognitif (skemata) yang menjadi prasyaratnya yakni perkembangan kognitif yang bersifat hirarkhis dan integratif.

2. IPA untuk Sekolah Dasar

  IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting, tetapi IPA yang bagaimanakah yang paling tepat untuk anak-anak? Oleh karena struktur kognitif anak-anak tidak dapat disbanding dengan struktur kognitif ilmuwan, pada hal mereka perlu diberikan kesempatan untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA dan yang perlu dimodifikasikan sesuai dengan tahap perkembang kognitifnya.

  Keterampilan proses sains didefinisikan oleh Paolo dan Marten (dalam Carin, 1993:5) adalah: (1) mengamati, (2) mencoba memahami apa yang di amati, (3) mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjdi, (4) menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar. Selanjutnya Paolo dan Marten juga menegaskan bahwa dalam IPA tercakup juga coba-coba dn melakukan Keterampilan proses sains didefinisikan oleh Paolo dan Marten (dalam Carin, 1993:5) adalah: (1) mengamati, (2) mencoba memahami apa yang di amati, (3) mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjdi, (4) menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar. Selanjutnya Paolo dan Marten juga menegaskan bahwa dalam IPA tercakup juga coba-coba dn melakukan

  Setiap guru harus memahami akan alasan mengapa suatu mata pelajaran yang diajarkan perlu diajarkan di sekolahnya. Demikian pula halnya dengan guru IPA, baik sebagai guru mata pelajaran maupun sebagai guru kelas, seperti halnya di Sekolah Dasar. Ia harus tahu benar kegunaan-kegunaan apa saja yang dapat diperoleh dari pelajaran IPA.

3. Tujuan Kurikuler Pembelajaran IPA

  Berbagai alasan yang menyebabkan mata pelajaran IPA dimasukkan di dalam suatu kurikulum sekolah yaitu: (1) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya hal itu tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar teknologi, dan disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. Pengetahuan dasar untuk teknologi ialah IPA. Orang tidak menjadi insinyur elektronika yang baik, atau dokter yang baik, tanpa dasar yang cukup luas mengenai imu pengetahuan alam, (2) Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang melatihmengembangkan kemampuan berpikir kritis; misalnya IPA diajarkan dengan mengikuti metode “menemukan sendiri”. Sebagai contoh hal berikut ini: “Dapatkah tumbuhan hidup tanpa daun?” anak diminta untuk mencari dan menyelidiki hal ini, (3) Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belakang, (4) Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaita dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.

  Aplikasi teori perkembangan kognitif pada pendidikan IPA adalah sebagai berikut:

  1. Konsep IPA dapat berkembang baik, hanya bila pengalaman langsung mendahului pengenalan generalisasi-generalisasi abstrak. Metode seperti ini berlawanan dengan metode tradisional, dimana konsep IPA diperkenalkan secara verbal saja.

  2. Daur belajar yang mendorong perkembangan konsep IPA sebagai berikut:

  a. Eksplorasi, yaitu kegiatan dimana anak mengalami atau mengindar objek secara langsung. Pada langkah ini anak memperoleh informasi baru yang adakalanya bertentangan dengan konsep yang telah dimilikinya.

  b. Generalisasi, yaitu menarik kesimpulan dari beberapa informasi (pengalaman) yang tampaknya bertentanga dengan yang telah dimiliki anak.

  c. Deduksi, yaitu mengaplikasikan konsep baru (generalisasi) itu pada situasi kondisi baru.

  Proses berpikir berkembang melalui tahap-tahap daur blajar ini mendorong perkembngan berpikir sietiko-dedukatif, yakni anak dapat menganalisis objek IPA dari pemahaman umum hingga pemahaman khusus. (Usman, 2010: 4)

D. TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA

  Teori belajar yang menonjol di dalam pembelajaran IPA adalah teori kognitivisme dan teori konstruktivisme. Teori kognitivisme menguraikan perkembangan kognitif dari bayi sampai dewasa. Sedangkan teori konstruktivisme menekankan bahwa individu tidak menerima begitu saja ide-ide dari orang lain. Mereka membangun sendiri dalam pikiran mereka ide-ide tentang peristiwa alam dari pengalaman sebelum mereka mendapat pelajaran IPA di Teori belajar yang menonjol di dalam pembelajaran IPA adalah teori kognitivisme dan teori konstruktivisme. Teori kognitivisme menguraikan perkembangan kognitif dari bayi sampai dewasa. Sedangkan teori konstruktivisme menekankan bahwa individu tidak menerima begitu saja ide-ide dari orang lain. Mereka membangun sendiri dalam pikiran mereka ide-ide tentang peristiwa alam dari pengalaman sebelum mereka mendapat pelajaran IPA di

  Gagasan teori kognitif, dengan tokoh utama Jean Piaget telah menyumbangkan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang perkembangan individu. Menurut Piaget, perkembangan kognitif individu meliputi empat tahab, yaitu:

  1. Tahab sensorimotor

  : 0-2 tahun

  2. Tahab pra operasional

  : 2 - 7 tahun

  3. Tahab operasi kongkret

  : 7 - 11 tahun

  4. Tahab operasi formal

  : setelah 11 tahun

  Masih menurut Piaget bahwa seorang anak dalam belajarnya akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahab perkembangan kognitifnya. Dalam pembelajaran IPA, peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan pancingan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dalam lingkungan. Implikasi teori kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah:

  1. Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru dalam mengajar harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berpikir anak.

  2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Untuk itu guru harus membantu agar anak dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.

  3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.

  4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahab perkembangannya.

  5. Di dalam kelas, anakanak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temannya.

  Teori Konstruktivisme Richartson (Hidayati: 2011) memandang bahwa pembentukan pengetahuan sepenuhnya persoalan individu. Lebih lanjut Mattew (Hidayati; 2011) menyatakan bahwa peranan individu sangat penting dalam proses pembentukan ilmu pengetahuan. Dari dua pendapat tersebut jelas bahwa belajar adalah kegiatan aktif peserta didik untuk membangun pengetahuannya. Peserta didik sendiri yang bertanggung jawab atas peristiwa belajar dan hasil belajarnya. Peserta didik sendiri yang melakukan penalaran melalui seleksi dan organisasi pengalaman serta mengintegraikannya dengan apa yang diketahui. Belajar merupakan proses negosiasi makna berdasarkan pengertian yang dibangun secara personal. Belajar bermakna terjadi melalui refleksi, resolusi konflik kognitif, dialog, penelitian, pengujian hipotesis, pengambilan keputusan, yang semuanya ditunjuk untuk memperbaharui tingkat pemikiran individu sehingga menjadi semakin sempurna.

  Hal yang penting, bagaimana guru mendorong dan menerima otonomi peserta didik, investigasi bertolak dari data mentah dan sumber-sumber primer (bukan hanya buku teks), menghargai pemikiran peserta didik, dialog, pencarian, dan teka-teki sebagai pengarah pembelajaran. Secara tradisional, pembelajaran telah dianggap sebagai bagian "menirukan" suatu proses yang melibatkan pengulangan peserta didik, atau meniru-niru informasi yang baru disajikan dalam laporan atau kuis dan tes. Menurut paradigma konstruktivistik, pembelajaran lebih diutamakan untuk membantu peserta didik dalam menginternalisasi, membentuk kembali, atau mentransformasi informasi baru. Untuk menginternalisasi serta dapat menerapkan pembelajaran menurut paradigma konstruktivistik, terlebih dahulu guru diharapkan dapat merubah pikiran sesuai dengan pandangan konstruktivistik. Melalui pendekatan ini, peserta didik secara aktif membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan apa yang diketahui peserta didik berdasarkan "apa yang diketahui peserta didik". Serta guru berperan sebagai narasumber yang bijak dan berpengetahuan serta berfungsi sebagai sutradara yang mengendalikan proses pembelajaran dan siap membantu peserta didik dalam Hal yang penting, bagaimana guru mendorong dan menerima otonomi peserta didik, investigasi bertolak dari data mentah dan sumber-sumber primer (bukan hanya buku teks), menghargai pemikiran peserta didik, dialog, pencarian, dan teka-teki sebagai pengarah pembelajaran. Secara tradisional, pembelajaran telah dianggap sebagai bagian "menirukan" suatu proses yang melibatkan pengulangan peserta didik, atau meniru-niru informasi yang baru disajikan dalam laporan atau kuis dan tes. Menurut paradigma konstruktivistik, pembelajaran lebih diutamakan untuk membantu peserta didik dalam menginternalisasi, membentuk kembali, atau mentransformasi informasi baru. Untuk menginternalisasi serta dapat menerapkan pembelajaran menurut paradigma konstruktivistik, terlebih dahulu guru diharapkan dapat merubah pikiran sesuai dengan pandangan konstruktivistik. Melalui pendekatan ini, peserta didik secara aktif membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan apa yang diketahui peserta didik berdasarkan "apa yang diketahui peserta didik". Serta guru berperan sebagai narasumber yang bijak dan berpengetahuan serta berfungsi sebagai sutradara yang mengendalikan proses pembelajaran dan siap membantu peserta didik dalam

  Implikasi model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran meliputi empat tahapan, yaitu:

  1. Apersepsi

  Dalam tahap ini, peserta didik didorong untuk mengungkapkan pengetahuan awal tentang konsep yang akan dibahas. Disini guru dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan problematik tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari dengan mengaitkan konsep yang akan dibahas dan peserta didik diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep itu.

  2. Eksplorasi

  Di tahap ini peserta didik diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengoganisasian, dan pengintepretasian data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang pendidik serta secara berkelompok didiskusikan dengan kelompok lain.

  3. Diskusi dan Penjelasan Konsep

  Saat peserta didik memberi penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan penguatan pendidik, maka peserta didik membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari.

  4. Pengembangan dan Aplikasi

  Guru berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu di lingkungannya.

  Menurut Widodo (Tri Sumi Hapsari; 2011) menyimpulkan bahwa ada lima unsur penting dalam lingkungan pembelajaran yang konstruktivis, yaitu:

  1. Memperhatikan dan memanfaatkan pengetahuan awal peserta didik

  Kegiatan belajar ditujukan untuk membantu peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan. Peserta didik didorong untuk mengkonstruksi pengetahuan baru dengan memanfaatkan pengatahuan awal yang dimilikinya.

  2. Pengalaman belajar yang otentik dan bermakna

  Segala kegiatan yang dilakukan di dalam pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga bermakna bagi peserta didik. Oleh karena itu dalam melakukan pembelajaran hendaklah yang dapat menimbulkan minat, sikap, dan kebutuhan belajar peserta didik.

  3. Adanya lingkungan sosial yang kondusif

  Peserta didik diberi kesempatan untuk bisa berinteraksi secara produktif dengan sesama peserta didik maupun dengan guru. Selain itu juga ada kesempatan bagi peserta didik untuk bekerja dalam berbagai konteks sosial.

  4. Adanya dorongan agar peserta didik bisa mandiri

  Peserta didik didorong untuk bertanggung jawab terhadap proses belajarnya. Oleh karena itu, peserta didik dilatih dan diberi kesempatan untuk melakukan refleksi dan mengatur kesempatan belajarnya.

  5. Adanya usaha untuk mengenalkan peserta didik tentang dunia ilmiah

  IPA bukan hanya produk (fakta, konsep, prinsip, teori), namun juga mencakup proses dan sikap. Oleh karena itu pembelajaran IPA harus bisa melatih dan memperkenalkan peserta didik tentang "kehidupan" ilmuwan. (Haryono, 2013: 49)

E. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN IPA

  1. Kontruktivisme dalam Pembelajaran IPA

  Apakah yang menjadi tujuan pembelajaran IPA di SD? Samakah cara siswa belajar IPA dengan cara siswa belajar IPS? Tentunya belajar sesuatu Apakah yang menjadi tujuan pembelajaran IPA di SD? Samakah cara siswa belajar IPA dengan cara siswa belajar IPS? Tentunya belajar sesuatu

  Mengajarkan tidak sama dengan membelajarkan. Hal itu terdeteksi dari hasil mengajar seorang guru yang tidak selalu dapat membelajarkan siswanya. Hasil belajar siswanya bervariasi. Apalagi jika kegiatan mengajar seorang guru tidak mempunyai tujuan atau tidak mengacu pada tujuan.

a. Pandangan tentang Belajar Mengajar

  Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa mengajar tidak secara otomatis menjadikan siswa belajar. Tugas guru dalam mengajar antara lain membantu transfer belajar. Tujuan transfer belajar ialah menerapkan hal-hal yang telah dipelajari pada situasi baru, artinya apa yang telah dipelajari itu dibuat umum sifatnya. Melalui penugasan dan diskusi kelompok misalnya seorang guru dapat membantu transfer belajar. Oleh karena itu fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip yang diperlukan untuk terjadinya transfer belajar sudah dikuasai oleh para siswa yang sedang belajar.

  Bigge (dalam Dahar, 1989) merangkum perbedaan penting antara belajar perilaku dan teori belajar kognitif. Seorang guru penganut teori perilaku berkeinginan mengubah perilaku siswanya, sedangkan guru penganut teori perilaku berkeinginan untuk menubah pemahaman siswanya. Sesungguhnya ada dua kutub belajar dalam pendidikan, yaitu tabula rasa dan kontruktivisme. Menurut rujukan tabula rasa siswa diibaratkan sebagai kertas putih yang dapat ditulis apa saja oleh gurunya atau ibarat wadah yang kosong yang bisa diisi apa saja oleh gurunya. Dengan pendapat ini seakan-akan siswa pasif dan memiliki keterbatasan dalam belajar. Menurut rujukan kontrukstivisme setiap orang yang belajar sesungguhnya membangun pengetahuannya sendiri. Jadi siswanya aktif dan dapat terus meningkatkan diri dalam kondisi tertentu.

b. Struktur Kognitif

  Struktur kognitif seseorang pada suatu saat meliputi segala sesuatu yang telah dipelajari oleh seseorang (Ausubel dalam Klausemeier, 1994: 22). Hasil belajar dapat dikategorikan menjadi informasi verbal (i); keterampilan (ii); konsep, prinsip, dan struktur pengetahuan (iii); taksonomi dan keterampilan memecahkan masalah (iv); strategi belajar dan strategi mengingat (v). Seluruh hal itu dipelajari “initialy”, dan dipresentasikan secara internal, diatur, dan disimpan dalam bentuk “image”, simbol, dan makna. Struktur kogntif mengalami perubahan sejak lahir dan maju berkelanjutan sebagai hasil proses belajar dan pendewasaankematangan. Konsep, prinsip dan struktur pengetahuan (termasuk taksonomi dan hierarkinya) dan pemecahan masalah merupakan hasil belajar yang penting dalam ramah kognitif.

c. Konsep dan konsepsi

  Konsep dan konsepsi merupakan dua istilah yang sering dipertukarkan penggunaannya, padahal keduanya berbeda baik dalam pengertian maupun penggunaanya. Kosep bersifat lebih umum dan dikenal dan diumumkan berdasarkan kesepakatan, sedangkan konsepsi bersifat khusus atau spesifik dan individual.

  Dalam kamus konsep diartikan sebagai sesuatu yang diterima dalam pikiran, atau sesuatu gagasan yang umum atau abstrak. Menurut Rosser (dalam Dahar, 1989: 80) konsep adalah suatu abstrak yang mewakili satu kelas, kejadian, kegiatan; atau hubungan, yang memiliki atribut sama. Konsep merupakan abstraksi yang berdasarkan pangalaman. Karena pengalaman dua orang tidak sama, maka konsep yang dibentuk juga mungkin berbeda. Walaupun konsep-konsepnya berbeda, konsep-konsep itu cukup serupa bagi kita untuk dapat berkomunikasi satu sama lain dengan menggunakan nama atau label konsep. Nama atau label konsep itu adalah symbol yang digunkan untuk menyatakan konsep, yang merupakan Dalam kamus konsep diartikan sebagai sesuatu yang diterima dalam pikiran, atau sesuatu gagasan yang umum atau abstrak. Menurut Rosser (dalam Dahar, 1989: 80) konsep adalah suatu abstrak yang mewakili satu kelas, kejadian, kegiatan; atau hubungan, yang memiliki atribut sama. Konsep merupakan abstraksi yang berdasarkan pangalaman. Karena pengalaman dua orang tidak sama, maka konsep yang dibentuk juga mungkin berbeda. Walaupun konsep-konsepnya berbeda, konsep-konsep itu cukup serupa bagi kita untuk dapat berkomunikasi satu sama lain dengan menggunakan nama atau label konsep. Nama atau label konsep itu adalah symbol yang digunkan untuk menyatakan konsep, yang merupakan

  Bell (1995) memberikan batasan konsep dalam dua dimensi. Dimensi pertama menyatakan konsep sebagai konstruk mental dari seseorang yang ditandai satu atau lebih kata yang menyatakan konsep khusus. Dimensi kedua menytakan konsep sebagai pengertian yang diterima secara sosial. Konsep sebagai konstruk mental merupakan komponen-komponen kritis dari perubahan kematangan seseorang secara terus menerus, perluasan struktur kognitif. Konsep juga merupakan batu batu pengembangan berfikir. Pendidikan formal diarahkan unruk belajar konsep dan struktur pengetahuan yang saling berhubungan menjadi konsep-konsep dn prinsip-prinsip yang terorganisir.

  Prinsip terbentuk dari konsep. Pembentukan prinsip dan konsep melibatkan hubungan antar konsep. Terdapat empat (4) tipe dasar hubungan yang dinyatakan dalam prinsip, yaitu (1) sebab-akibat (cause- and effect), (2) korelasi (correlational), (3) peluang (axiomatic). Tipe dasar hubungannya sebab-akibat paling banyak terdapat dalam IPA, tetapi dalam tipe lainnya banyak ditemukan. Contoh:

   Penyakit TBC disebabkan oleh organisme yang disebut

  Mycobacterium tuberculosis. (Hubungan sebab-akibat).  Perkembangan teori sel berlangsung sejalan dengan perkembangan

  temuan alat dan prosedur dalam mempelajari sel. (Korelasional).  Logam (pada umumnya) mengembang bila dIPAnaskan.

  (Peluang).  Bujangan atau perjaka adalah laki-laki dan belumtidak kawin.

  (Aksiomatik).

  Pengalaman seseorang tentang sesuatu (stimulus) menghasilkan konsepsi. konsepsi seseorang berbeda dengan konsepsi orang lain. Konsepsi berasal dari kata to conceive yang artinya cara menerima. Contohnya konsepsi awam tentang “konsep” berarti draft, seperti pada konsep surat. Melalui contoh tersebut tampak jelas bagaimana subjektifnya konsepsi seseorang tentang sesuatu (dalam hal ini konsep). untuk belajar di kelassekolah yang lebih lanjut atau hidup di masyarakat. Dengan cara ini diharapkan kualitas kemampuan siswa dapat dijaga dengan baik. (Usman: 2010: 51)

F. LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPA

  Pembelajaran IPA dapat dialami dalam kehidupan sehari-hari. Kapanpun dan dimanapun seseorang dapat menjumpai fenomena IPA termasuk dalam lingkungan dimana kita tinggal.

  Salah satu masalah dalam pembelajaran IPA dewasa ini adalah kurangnya kurangnya sumber belajar untuk mendukung suatu kegiatan belajar mengajar. Biasanya sumber belajar selalu dikaitkan dengan alat dan bahan yang harus dibeli di tempat tertentu, sehingga alat dan bahan menjadi bahan sandungan bagi guru untuk menciptakan iklim belajar yang ideal. Akibatnya peserta didik hanya dijejali dengan hafalan yang membuat mereka menjadi jenuh dan tidak tertarik terhadap mata pelajaran IPA.

  Sebenarnya sumber belajar dapat juga diperoleh dari sekitar kita, misalnya dengan menugaskan peserta didik untuk membawa benda-benda tertentu (dapat berupa barang bekas ke sekolah). Selain itu, lingkungan juga dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Banyak benda, makhluk hidup atau fenomena- fenomena alam yang menarik dan dapat digunakan sebagai sumber belajar, hanya masalahnya guru belum terbiasa menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar.

  Banyak keuntungan yang akan diperoleh ketika kita menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, yaitu:

  1. Peserta didik mendapat informasi berdasarkan pengalaman langsung, karena itu pengajaran akan lebih bermakna dan menarik.

  2. Pengajaran menjadi lebih kongkrit.

  3. Penerapan ilmu dalam kehidupan sehari-hari menjadi lebih mudah dan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi peserta didik.

  4. Sesuai dengan prinsip pengajaran, yaitu belajar harus dimulai dari yang; kongkrit ke abstrak, mudahsederhana ke yang sukarkompleks, sudah diketahui ke yang belum diketahui.

  5. Mengembangkan motivasi dan prinsip "belajar bagaimana belajar (learning how to learn)" berdasarkan pada metode ilmiah dan pengembangan keterampilan proses IPA sehingga akan tertanam sikap ilmiah.

  6. Peserta didik dapat mengenal dan mencintai lingkungannya, sehingga akan timbul rasa syukur, mengagumi dan mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa sebagai Penciptanya.

  Untuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan guru yaitu sebagai berikut:

  1. Tahab Persiapan

  Pada tahab persiapan, terlebih dahulu guru harus merumuskan tujuan yang ingin dicapai dari penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar dan menentukan konsep yang ingin ditanamkan kepada peserta didik. Setelah itu dilakukan survey ke tempat yang ingin dituju. Lakukan penjelajahan di tempa tersebut dengan teliti. Catat benda-benda, makhluk hidup, makhluk hidup atau fenomena-fenomena alam yang diperkirakan akan menarik minat peserta didik dan dapat digunakan sebagai sumber belajar. Kemudian dari hasil survey itu dibuatlah Lembar Kerja (LK) yang sesuai dengan tujuan dan konsep yang akan ditanamkan kepada peserta didik. Jika tempat yang dituju Pada tahab persiapan, terlebih dahulu guru harus merumuskan tujuan yang ingin dicapai dari penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar dan menentukan konsep yang ingin ditanamkan kepada peserta didik. Setelah itu dilakukan survey ke tempat yang ingin dituju. Lakukan penjelajahan di tempa tersebut dengan teliti. Catat benda-benda, makhluk hidup, makhluk hidup atau fenomena-fenomena alam yang diperkirakan akan menarik minat peserta didik dan dapat digunakan sebagai sumber belajar. Kemudian dari hasil survey itu dibuatlah Lembar Kerja (LK) yang sesuai dengan tujuan dan konsep yang akan ditanamkan kepada peserta didik. Jika tempat yang dituju

  2. Tahab Pelaksanaan

  Pada tahab ini, guru hendaknya membimbing peserta didik untuk melakukan kegiatan sesuai dengan LK atau instrument lain yang dibuat. Ciptakan suasana yang mendukung agar peserta didik tertarik dan tertantang untuk melakukan kegiatan sebaik-baiknya.

  3. Tahab Pasca Kegiatan Lapangan

  Sekembalinya peserta didik dari lapangan, mereka harus membuat laporan tentang apa yang telah mereka lakukan dan bagaimana hasilnya. Sistematika laporan sebaiknya diberikan guru untuk memudahkan peserta didik dalam menyusun laporannya. Laporan yang dibuat peserta didik hendaknya memuat data yang dapat digunakan guru untuk membimbing peserta didik agar dapat memahami suatu konsep. Mintalah peserta didik utnuk mempresentasikan hasil kegiatannya. Ajukan pertanyaan-pertanyan yang membimbing peserta didik untuk memahami suatu konsep sesuai dengan kegiatan yang telah mereka lakukan. Setelah pembelajaran selesai, mintalah kepada peserta didik untuk menempelkan hasil laporannya sebagai pajangan di kelas masing-masing.

G. PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA SD

  Sebagai gurucalon guru salah satu tugas pokok dalam menjalankan tugasnya sehari-hari adalah menyusun perangkat pembelajaran, diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Silabus

  2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

  3. Media

  4. Bahan ajar

  5. Lembar kerja siswa

  6. EvaluasiPenilaian Perencanaan proses pembelajaran disusun guna memfasilitasi terjadinya proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menantang, menyenangkan, dan diharapkan. Dalam hal ini perencanaan proses pembelajaran merupakan pedoman yang konsisten dalam melaksanakan, menilai, dan mengawasi proses pembelajaran.

  Perencanaan proses pembelajaran adalah proses perancangan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik. Perencanaan proses pembelajaran yang bertitik tolak dari standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), yang tercantum dalam kurikulum kemudian dikembangkan dalam materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian hasil belajjar, dan sumber belajar, sampai pada evaluasi.

H. PENGEMBANGAN SILABUS IPA

  Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu danatau kelompok mata pelajarantema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokokpembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumberbahanalat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokokpembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian (BSNP, 2006). Langkah-langkah Pengembangan Silabus meliputi:

  a. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

  b. Mengidentifikasi Materi PokokPembelajaran

  c. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran

  d. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi d. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi

  f. Menentukan Alokasi Waktu

  g. Menentukan Sumber Belajar

  Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pengembangan silabus disusun di bawah supervisi dinas kabupatenkota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD atau SMP, dan dinas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SMA dan SMK, serta Kementrian Agama untuk MI, MTs, MA dan MAK.

I. PENGEMBANGAN RPP IPA

1. Pengertian dan Unsur-unsur Rencana Pembelajaran

  Rencana pembelajaran merupakan persiapan mengajar yang berisi hal- hal yang perlu atau harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang antara lain meliputi: pemilihan materi, metode, media, dan alat evaluasi. Rencana pembelajaran merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus.

  Rencana pembelajaran merupakan rencana atau program yang disusun oleh guru untuk satu atau dua pertemuan, untuk mencapai target satu kompetensi dasar. Rencana pembelajaran berisi gambaran tentang kompetensi dasar yang akan dicapai, indikator, materi pokok, skenario pembelajaran tahap demi tahap dan penilaiannya. Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana pembelajaran berdasarkan kompetensi dan kemampuan dasar yang harus dikuasai siswa, serta materi dan submateri pembelajaran, pengalaman belajar, yang telah dikembangkan di dalam silabus dengan menggunakan berbagai pendekatan dan model pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dan materi yang memberikan kecakapan hidup sesuai dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, digunakan Rencana pembelajaran merupakan rencana atau program yang disusun oleh guru untuk satu atau dua pertemuan, untuk mencapai target satu kompetensi dasar. Rencana pembelajaran berisi gambaran tentang kompetensi dasar yang akan dicapai, indikator, materi pokok, skenario pembelajaran tahap demi tahap dan penilaiannya. Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana pembelajaran berdasarkan kompetensi dan kemampuan dasar yang harus dikuasai siswa, serta materi dan submateri pembelajaran, pengalaman belajar, yang telah dikembangkan di dalam silabus dengan menggunakan berbagai pendekatan dan model pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dan materi yang memberikan kecakapan hidup sesuai dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, digunakan

2. Manfaat Rencana Pembelajaran

  Perencanaan pembelajaran memiliki manfaat diantaranya:

  a) guru akan terhindar dari keberhasilan secara tidak sengaja, karena perencanaan disusun untuk mencapai hasil yang optimal,

  b) dapat menentukan langkah dan strategi yang tepat dalam pembelajaran;

  c) dapat menentukan dan mempersiapkan berbagai alat dan fasilitas yang diperlukan dalam pembelajaran.

  Dengan perkataan lain perencanaan pelaksanaan pembelajaran bermanfaat sebagai acuan bagi guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran agar lebih terarah dan berjalan efisien dan efektif dalam mencapai tujuan.

3. Prosedur Pengembangan Rencana Pembelajaran

  Dasar utama untuk mengembangkan perencanaan pembelajaran adalah silabus. Berdasarkan silabus yang ada seorang guru kemudian menentukan strategi atau model pembelajaran meliputi: pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran serta menentukan media yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.

  Rencana Pembelajaran minimal memiliki komponen–komponen sebagai berikut:

  a. Identitas Rencana Pembelajaran

  b. Kompetensi dasar

  c. Indikator hasil belajar

  d. Media Pembelajaran

  e. Skenario Pembelajaran

  f. Penilaian dan Tindak Lanjut

  Berikut adalah langkah-langkah menyusun Rencana Pembelajaran IPA MI:

  a. Tulislah Identitas Rencana Pembelajaran

  Identitas rencana pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berisi: Judul, mata pelajaran, kelas, semester, konsep IPA, dan alokasi waktu.

  b. Menuliskan Kompetensi dasar

  Kompetensi Dasar adalah kemampuan minimal yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan siswa yang meliputi: pengetahuan, keterampilan, dan sikap dan nilai nilai setelah mengikuti pembelajaran. Kompetensi dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan indikatornya yang dapat diukur dan diamati.

  c. Perumusan Indikator hasil belajar

  Indikator merupakan sasaran yang akan dicapai setelah proses pembelajaran dilaksanakan. Indikator hasil belajar dijabarkan dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam kurikulum. Dalam mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

   Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik dan

  kebutuhan belajar siswa  Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik Ilmu

  Pengetahuan Alam yakni IPA sebagai proses, IPA sebagai prosedur dan IPA sebagai produk.

   Dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan atau

  dapat diamati

  d. Daftarlah Kebutuhan Media Pembelajaran

  Media pembelajaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. Oleh karenanya dalam perencanaan pembelajaran harus dicantumkan daftar kebutuhan media, yang berisi daftar alat, benda, dan media lain yang akan digunakan disertai dengan keterangan jumlah dan jenisnya Media pembelajaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. Oleh karenanya dalam perencanaan pembelajaran harus dicantumkan daftar kebutuhan media, yang berisi daftar alat, benda, dan media lain yang akan digunakan disertai dengan keterangan jumlah dan jenisnya

  Skenario pembelajaran berisi langkah tahap demi tahap bagaimana pembelajaran akan dilaksanakan. Tahapan pembelajaran tertuang dalam kegiatan awal kegiatan inti dan kegiatan akhir pemantapan.

  f. Penilaian dan Tindak Lanjut

  Dalam Penilaian dan tindak lanjut ini dicantumkan prosedur dan instrument yang akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar siswa serta tindak lanjut hasil penilaian. Bila langkah-langkah tersebut digambarkan dalam bentuk flowchardiagram maka akan diperoleh model pengembangan sebagai berikut:

  Diagram Langkah Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

J. MEDIA PEMBELAJARAN IPA

1. Makna dan Peran Media Pembelajaran

  Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi pembelajaran yang ada dalam kurikulum yang dituangkan oleh pengajar atau fasilitator atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi, baik simbol verbal maupun maupun simbol non verbal atau visual.

  Untuk menyampaikan pesan pembelajaran dari guru untuk peserta didik, biasanya guru menggunakan alat bantu mengajar (teaching aids) berupa gambar, model, atau alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman kongkret, motivasi belajar, serta mempertinggi daya serap atau yang kita kenal sebagai alat bantu visual. Dengan berkembangnya teknologi pada pertengahan abad ke-20 guru juga menggunakan alat bantu audio visual dalam proses pembelajarannya. Hal ini dilakukan untuk menghindari verbalisme yang mungkin terjadi jika hanya menggunakan alat bantu visual saja.

  Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membantu anak dalam memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Penggunaan media dalam pembelajaran dapat mempermudah peserta didik dalam memahami sesuatu yang abstrak menjadi lebih konkret. Hal ini sesuai dengan pendapat Jerome S Bruner bahwa peserta didik belajar melalui tiga tahapan yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik. Tahab enaktif yaitu tahab dimana peserta didik belajar dengan memanipulasi benda-benda konkrit. Tahab ikonik yaitu tahab dimana peserta didik belajar dengan menggunakan gambar atau videotapes. Sementara tahab simbolik yaitu tahab dimana peserta didik belajar menggunakan simbol-simbol.

2. Manfaat Media Pembelajaran

  Media membantu mempertinggi proses belajar yang pada gilirannya dapat mempertinggi hasil belajar yang sangat diharapkan. Ada beberapa alasan mengapa media dapat mempertinggi mutu proses belajar, diantaranya adalah:

  a. Makin memperjelas bahan pengajaran yang disampaikan guru.

  b. Memberi pengalaman nyata kepada peserta didik.

  c. Merangsang peserta didik berdialog dengan dirinya.

  d. Merangsang cara berpkir peserta didik.

3. Kaitan antara Media dan Proses Belajar IPA

  Kaitannya dengan pembelajaran IPA, media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dari pengirim ke penerimadan merngsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat peserta didik sehingga terjadi proses belajar IPA. Secara sederhana kehadiran media dalam pembelajaran IPA memiliki nilai-nilai praktis sebagai berikut:

  a. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki peserta didik.

  b. Media yang disajkan dapat melampaui batasan ruang kelas.

  c. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.

  d. Media yang disajikan dapat menghasilkan keseragaman pengamatan peserta didik.

  e. Secara potensial, media yang disajikan secara tepat dapat menanamkan konsep dasar IPA yang kongkrit, benar, dan berpijak pada realitas.

  f. Media dapat membangkitkan kinginan dan minat baru.

  g. Media mampu membangkitkan motivasi dan merangsang peserta didik untuk belajar IPA.

  h. Media mampu memberikan belajar secara integral dan menyeluruh dari yang kongkrit ke yang abstrak, dari sederhana ke yang rumit.