STRATEGI GURU ALQUR’AN HADITS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL QUR’AN SISWA DI MTS AL HUDA BANDUNG Institutional Repository of IAIN Tulungagung

10

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Diskripsi Teori
1. Strategi Pembelajaran
a. Pengertian strategi pembelajaran
Pengertian Strategi Pembelajaran Secara harfiah, kata “strategi”
dapat diartikan sebagai seni (art) melaksanakan strategen yakni siasat atau
rencana. Dalam prespektif psikologi, kata strategi yang berasal dari Yunani
itu, berarti rencana tindakan yang terdiri atas seperangkat langkah untuk
memecahkan masalah atau mencapai tujuan. Seorang pakar psikologi
pendidikan Australia, Miechael J. Lawson sebagaimana dikutip oleh
Muhibbin Syah, mengartikan strategi sebagai “Prosedur mental yang
berbentuk tatanan langkah yang menggunakan upaya ranah cipta untuk
mencapai tujuan tertentu”.1 Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan
Zain, dalam bukunya Strategi belajar mengajar mengemukakan bahwa,
“Strategi merupakan sebuah cara atau sebuah metode, sedangkan secara
umum strategi memiliki pengertian suatu garis besar haluan untuk
bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.2

Sejalan dengan hal tersebut di atas, Abuddin Nata dalam bukunya
Prespektif Islam tentang Strategi Pembelajaran menjelaskan bahwa, Secara
1

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2003), hal. 214
2
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), hal. 5

10

11

umum strategi mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar haluan
dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Dihubungkan dengan belajar-mengajar, strategi bisa diartikan sebagai
pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan
belajar-mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.3Muhaimin
daSlam


bukunya

Strategi

Blajar

Mengajar,

Penerapannya

dalam

Pembelajaran Pendidikan Agama memberikan definisi pembelajaran
sebagai, “Upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan ini
mengakibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara yang lebih efektif
dan efisien”.4 Menurut Wina Sanjaya, “strategi pembelajaran diartikan
sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.5
Kemp, dalam bukunya Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain

Sistem

Pembelajaran

menjelaskan

bahwa,

strategi

pembelajaran

merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Sejalan dengan itu, Dick and Carey memberikan definisi strategi
pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang

3

Abuddin Nata, Prespektif Islam tentang Strategi pembelajaran. (Jakarta: Kencana, 2009),


hal. 206
4

Muhaimin, dkk, Strategi Belajar Mengajar, Penerapannya dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama. (Surabaya: CV. Citra Media, 1996), hal. 99
5
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. (Jakarta: Kencana, 2009),
hal. 186

12

digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada
siswa. 6
Dari beberapa pengertian strategi pembelajaran di atas, maka dapat
peneliti simpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang
akan dipilih dan digunakan oleh seorang guru untuk menyampaikan materi
pembelajaran,

sehingga


akan

memudahkan

siswa

menerima

dan

memahami materi pembelajaran yang pada akhirnya tujuan pembelajaran
dapat dikuasai oleh siswa pada akhir kegiatan belajar mengajar. Untuk
melaksanakan tugas secara profesional, guru memerlukan wawasan yang
mantap tentang kemungkinan-kemungkinan strategi belajar mengajar yang
sesuai dengan tujuan belajar yang telah dirumuskan. Dan dalam
mengimplementasikan rencana pengajaran yang telah disusun agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara optimal, maka seorang guru diharapkan
mampu untuk merencanakan kegiatan belajar megajar secara efektif.
Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang prinsipprinsip belajar sebagai dasar dalam merancang kegiatan belajar mengajar,

seperti merumuskan tujuan, memilih bahan ajar, memilih metode,
menetapkan evaluasi dan menentukan strategi yang tepat.
b. Fomulasi Strategi Pembelajaran
Pengertian formulasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
“perumusan”, sedangkan memformulasikan berarti “merumuskan atau

6

Ibid.,hal. 126

13

menyusun dalam bentuk yang tepat”.7 Formulasi atau perumusan adalah
istilah yang digunakan dalam berbagai penggunaan, atau dapat dikatakan
sebagai merumuskan dan menyususn sesuatu ke dalam suatu bentuk yang
tepat. Dalam proses pembelajaran, formulasi strategi dapat diartikan
sebagai proses merumuskan atau menyusun strategi yang akan dilakukan
guru dalam kegiatan belajar mengajar sehingga tujuan pendidikan dapat
tercapai dengan maksimal.
Tahap


formulasi

strategi

merupakan

bagian

dari

proses

perencanaan pembelajaran, formulasi strategi pembelajaran sangat penting
karena implementasi dan evaluasi strategi dapat dilaksanakan apabila tahap
formulasi telah dirumuskan. Selain itu keberhasilan atau kegagalan suatu
pembelajaran sangat ditentukan oleh baik buruknya formulasi atau
perencanaan strategi pembelajaran.
Pada hakikatnya perencanaan adalah suatu rangkaian proses
kegiatan menyiapkan keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi

(peristiwa, keadaan, suasana, dan sebagainya) dan apa yang akan
dilakukan (intendifikasi, eksistensifikasi, revisi, renovasi, substitusi, kreasi,
dan sebagainya).8 Kajian tentang perencanaan pada dasarnya selalu terkait
dengan konsep manajemen dan/atau administrasi. Hal itu dapat dimaklumi
karena baik dalam konsep manajemen maupun administrasi, perencanaan
merupakan unsur dan fungsinya yang pertama dan utama.

7

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), hal. 320
8
Udin Syaefudin Sa‟ud dan Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan.
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 3-4

14

Kegiatan perencanaan adalah kegiatan yang sistematik dan
sequensional, karena itu kegiatan-kegiatan dalam proses penyusunan


perencanaan dan pelaksanaan perencanaan memerlukan tahapan-tahapan
sesuai dengan karakteristik perencanaan yang sedang dikembangkan.
Proses dan tahapan tersebut seperti tercantum berikut ini:
1) Need assessment artinya kajian terhadap kebutuhan yang mencakup
berbagai aspek pembangunan pendidikan yang telah dilaksanakan.
2) Formulation of goals and objective: perumusan tujuan dan sasaran
perencanaan yang merupakan arah perencanaan serta merupakan
penjabaran operasional dari aspirasi filosofis masyarakat.
3) Policy and priority setting: penentuan dan penggarisan kebijkan dan
prioritas

dalam

perencanaan

pendidikan

sebagai

muara


need

assessement.

4) Program and project formulation: rumusan program dan proyek
kegiatan

yang

merupakan

komponen

operasional

perencanaan

pendidikan.
5) Feasibility testing dengan melalui alokasi sumber-sumber yang tersedia

dalam hal ini terutama sumber dana.
6) Plan implementation: pelaksanaan rencana untuk mewujudkan rencana
yang tertulis ke dalam perbuatan atau actions. Penjabaran rencana ke
dalam perbuatan inilah yang menentukan apakah suatu rencana itu
feasible, baik dan efektif.

15

7) Evaluation and revision for future plan: kegiatan untuk menilai tingkat
keberhasilan pelaksanaan rencana yang merupakan feedback untuk
merevisi dan mengadakan penyesuaian rencana untuk periode rencana
berikutnya.
Strategi merancang sistem pengajaran adalah suatu rencana untuk
mengerjakan

prosedur

merancang sistem

secara

efisien.

Strategi

dibutuhkan berhubung dengan proses penerimaan yang sesungguhnya amat
kompleks. Dengan suatu strategi tertentu, perancang dapat menilai semua
kemungkinan yang penting untuk dapat sampai pada keputusan atau
penyelesaian dalam rangka mencapai tujuan sistem yang telah ditetapkan.
Ada tiga tahap dalam merencanakan suatu sistem, yaitu: 9
a) Menganalisis tuntutan-tuntutan sistem.
b) Mendesain sistem.
c) Mengevaluasi dampak sistem.
Menurut Newman dan Logan, strategi dasar arti setiap usaha
meliputi empat masalah sebagaimana yang dikutip oleh Abu Ahmadi dan
Joko Tri Prasetya yaitu:
a) Pengidentifikasian dan penetapan spesifikasi dan kualifikasi tujuan
yang harus dicapai dengan memperhatikan dan mempertimbangkan
aspirasi masyarakat yang memerlukannya.
b) Pertimbangan dan pemilihan cara pendekatan utama yang dianggap
ampuh untuk mencapai sasaran.
9

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2009), hal. 19

16

c) Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak
titik awal pelaksanaan sampai titik akhir di mana sasaran tercapai.
d) Pertimbangan dan penetapan tolok ukur dan ukuran baku untuk
digunakan dalam mengukur taraf keberhasilan usaha.10
Kalau diterapkan dalam konteks pendidikan, keempat strategi dasar
tersebut menurut Abin Syamsuddin Makmun bisa diterjemahkan menjadi:
a) Menetapkan spesifikasi dan kulifikasi perubahan profil perilaku dan
pribadi siswa sebagaimana yang diharapkan.
b) Memilih sistem pendekatan belajar mengajar utama yang dipandang
paling efektif guna mencapai sasaran tersebut.
c) Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar
mengajar yang dianggap paling efektif dan efisien sehingga dapat
dijadikan pegangan oleh para guru dalam kegiatan mengajarnya.
d) Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan
atau kriteria dan standar keberhasilan, sehingga dapat dijadikan
pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar
mengajar, yang selanjutnya menjadi umpan balik (feedback) bagi
penyempurnaan sistem intruksional

yang bersangkutan secara

keseluruhan.11

10

bu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar . (Bandung: CV. Pustaka
Setia, 1997), hal. 12
11
bin Syamsuddin Makmun, Psikologi Pendidikan . (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2003), hal. 221

17

c. Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran dalam Proses
Pendidikan
Proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan
sekolah yang diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar
kegiatan belajar terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Pengawasan
itu turut menentukan lingkungan untuk membantu kegiatan belajar.
Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang menantang dan
merangsang para siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan
kepuasan serta mencapai tujuan yang diharapkan. Salah satu faktor
yang mendukung kondisi belajar di dalam suatu kelas adalah job
deskription proses belajar mengajar yang berisi serangkaian pengertian

peristiwa belajar yang dilakukan oleh kelompokkelompok siswa.
Sehubungan dengan hal ini, job deskription guru dalam implementasi
proses belajar mengajar adalah: 12
1) Perencanaan

instruksional,

yaitu

alat

atau

media

untuk

mengarahkan kegiatan-kegiatan organisasi belajar.
2) Organisasi belajar yang merupakan usaha menciptakan wadah dan
fasilitas-fasilitas atau lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan
yang mengandung kemungkinan terciptanya proses belajar
mengajar.
3) Menggerakkan anak didik yang merupakan usaha memancing,
membangkitkan, dan mengarahkan motivasi belajar siswa.

12

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar . . . hal. 29-30

18

Penggerak atau motivasi di sini pada dasarnya mempunyai makna
lebih

dari

pemerintah,

mengarahkan,

mengaktualkan

dan

memimpin.
4) Supervisi atau pengawasan, yakni usaha mengawasi, menunjang,
membantu, menugaskan, dan mengarahkan kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan perencanaan instruksional yang telah
didesain sebelumnya.
5) Penelitian yang lebih bersifat penafsiran (assessement) yang
mengandung pengertian yang lebih luas dibanding dengan
pengukuran atau evaluasi pendidikan.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 BAB IV Pasal
19, sebagaimana dikutip oleh Wina Sanjaya, dikatakan bahwa:
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi siswa berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kretivitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis
siswa. 13
Sesuai dengan isi peraturan pemerintah di atas, maka ada
sejumlah prinsip khusus dalam pengelolaan pembelajaran, yakni
sebagai berikut:
1) Interaktif
Prinsip interaktif mengandung makna bahwa mengajar bukan
hanya sekedar menyampaikan pengetahuan dari guru ke siswa, akan

13

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses Pendidikan . (Jakarta:
Kencana, 2010), hal. 133

19

tetapi mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan yang
dapat merangsang siswa untuk belajar.14
Dengan demikian, proses pembelajaran merupakan proses
interaksi baik antara guru dan siswa, antara siswa dan siswa, maupun
antara siswa dengan lingkungannya. Melalui proses interaksi,
memungkinkan kemampuan siswa akan berkembang, baik mental
maupun intelektual.
2) Inspiratif
Proses pembelajaran adalah proses yang inspiratif yang
memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu.15 Jadi,
berbagai

informasi

dan

proses

pemecahan

masalah

dalam

pembelajaran bukan harga mati yang bersifat mutlak, akan tetapi
hipotesis

yangmerangsang

siswa

untuk

mau

mencoba

dan

mengujinya. Oleh karena itu, guru harus membuka berbagai
kemungkinan yang dapat dikerjakan oleh siswa, dan membiarkan
siswa untuk berbuat serta berfikir dengan lingkungannya sendiri.
3) Menyenangkan
Dalam proses pembelajaran guru harus mengupayakan proses
pembelajaran yang menyenangkan (enjoying learning). Proses
pembelajaran yang menyenangkan bisa dilakukan dengan menata
ruangan yang baik dan menarik yaitu yang memenuhi unsur
kesehatan, seperti pengaturan cahaya, ventilasi udara dan sebagainya.
14
15

Ibid., hal. 133
Ibid., hal 134

20

Selain itu juga memenuhi unsur keindahan melalui pengelolaan
pembelajaran yang hidup dan bervariasi yaitu dengan menggunakan
pola dan model pembelajaran, media, dan sumber belajar yang
relevan serta gerakangerakan guru yang mampu membangkitkan
motivasi belajar siswa.
4) Menantang
Proses pembelajaran yang menantang siswa dapat untuk
mengembangkan kemampuan berfikir, yakni merangsang kerja otak
secara maksimal. Kemampuan tersebut dapat ditumbuhkan dengan
cara mengembangkan rasa ingin tahu siswa melalui kegiatan
mencoba. Apapun yang diberikan dan dilakukan guru harus dapat
merangsang siswa untuk berfikir (learning how to learn), dan
melakukan (learninghowto do).
5) Motivasi
Motivasi Motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk
membelajarkan siswa. Tanpa adanya motivasi, tidak mungkin siswa
memiliki kemauan untuk belajar. Oleh karena itu, membangkitkan
motivasi merupakan salah satu peran dan tugas guru dalam setiap
pembelajaran.16
d. Evaluasi strategi pembeljaran
Evaluasi

perencanaan

yang

sedang

berjalan

menandai

berakhirnya siklus proses perencanaan pendidikan. Evaluasi pada

16

Ibid., hal. 135

21

dasarnya merupakan suatu aktivitas pengendalian yang memungkinkan
intervensi yang positif. Evaluasi memeriksa arah yang diambil dan
mengevaluasi

hasil

atau

penyimpangannya

dari

perencanaan

sebelumnya. Penilaian dan pengujian kuantitatif yang berdasarkan
pengalaman masa lalu merupakan cara mengevaluasi berbagai tahap
dalam proses perencanaan.
Terdapat lima (5) faktor penting dalam setiap aktivitas
pendidikan, yaitu:17
1) empat aktivitas dilakukan.
2) Waktu aktivitas dilakukan.
3) Orang yang terlibat dalam aktivitas..
4) Sumber daya yang diperlukan untuk aktivitas tersebut.
5) Proses pelaksanaan aktivitas.
Penilaian dan kontrol kadang kala perlu dilanjutkan dengan
usaha perbaikan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa. Hasil-hasil penilaian memberikan informasi balikan, baik bagi
siswa maupun bagi guru. Informasi tersebut memberikan gambaran
tentang keberhasilan dan kelemahan-kelemahan serta kesulitan yang
dihadapi oleh siswa dan guru. Kelemahan dalam hasil belajar
ditafsirkan sebagai kurang tercapainya tujuan pengajaran. Dengan kata
lain, ada sejumlah tujuan yang mungkin tidak tercapai atau kurang
mencapai target yang telah direncanakan sebelumnya. Di sisi lain,
17

223

Udin Syaefudin Sa‟ud dan Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan…,hal.

22

dapat juga dianggap sebagai kurang berhasilnya guru mengembangkan
proses belajar mengajar dalam bidang studinya. Perbaikan pengajaran
perlu mendapat perhatian guru, dengan maksud berikut:18
1) Meningkatkan hasil belajar siswa, baik kualitatif maupun
kuantitatif. Perbaikan kualitatif berkenaan dengan mutu hasil
belajar siswa. Perbaikan kuantitatif berkenaan dengan luasnya dan
dalamnya penguasaan hasil belajar.
2) Membantu

siswa

mengatasi

kesulitan

dan

memecahkan

masalahmasalah belajar yang dihadapi oleh para siswa, baik
secara perorangan maupun secara kelompok. Dengan bantuan
perbaikan itu, diharapkan pada giliranyya siswa mampu
membantu dan memperbaiki dirinya sendiri.
3) Perbaikan

pengajaran

mengundang

guru-guru

untuk

meningkatkan kemampuannya terus-menerus. Hasil penilaian
pada dasarnya mencerminkan juga kemampuan guru sendiri,
misalnya cara menyampaikan pelajaran.
4) Meningkatkan mutu proses belajar mengajar agar lebih serasi
dengan kondisi dan kebutuhan siswa, lebih efisien dalam
pendayagunaan sumber-sumber (waktu, tenaga dan biaya), dan
lebih

terarah

pada

pencapaian

keberhasilan siswa.

18

Oemar Malik, Perencanaan Pembelajaran.., hal. 234

tujuan

pengajaran

serta

23

5) Mempertimbangkan lebih seksama kemampuan awal siswa
sebagai bahan mentah dalam proses belajar mengajar. Aspekaspek

perbaikan

berupa

kemungkinan

hal-hal-yang

perlu

diperbaiki, terdiri atas sebagai berikut:19
Komponen masukan yang berkenaan dengan sumbersumber

manusia,

sumber-sumber

teknis

seperti

fasilitas

dan

perlengkapan, sumbersumber biaya, sistem informasi yang berkenaan
dengan siswa seperti hasil tes dan data personal, dan lain-lain.
Komponen

produk yang berkenaan dengan perumusan

kembali tujuan pengajaran, kriteria keberhasilan, dan sebagainya.
Komponen proses berkenaan dengan satuan pelajaran, metode
mengajar dan media pendidikan, cara bimbingan, prosedur penilaian,
dan sebagainya. Komponen produk berkenaan dengan perumusan
kembali tujuan pengajaran, kriteria keberhasilan dan sebagainya.
Teknik perbaikan, terdiri atas sebagai berikut:
1) Perbaikan hasil belajar, dengan memberikan pengajaran remidial,
tutorial sistem, diskusi kelompok, latihan dan ulangan, pemberian
tugas, review pengajaran, pengajaran individual, dan sebagainya.
2)

Bantuan kesulitan dan pemecahan masalah, dengan cara
memberikan bimbingan dan layanan, baik perorangan maupun
kelompok, pengajaran remidial, latihan memecahkan masalah,
dan sebagainya.

19

Ibid., hal. 235

24

3)

Perbaikan kualifikasi guru, dengan cara belajar mandiri, studi
lanjutan, diskusi kelompok, supervisi, pengembangan staf, dan
lain-lain.

4)

Peningkatan efisiensi program pengajaran dengan cara pengkajian
dan penyusunan rencana pengajaran lebih seksama dan lebih
akurat, dan menilai setiap komponen dalam program tersebut
secara spesifik.

5)

Perbaikan kemampuan awal, dengan cara melakukan assessment
secara lebih seksama terhadap komponen-komponen entry
behavior siswa, mengembangkan kerja sama dengan rekan kerja

dan sekolah-sekolah yang lebih rendah.
Tentu saja strategi perbaikan itu perlu dirancang sedemikian
rupa oleh guru bidang studi bersangkutan. Pekerjaan perbaikan
hendaknya dilaksanakan secara berkesinambungan pada tiap tahap
pengajaran, serta memupuk kerja sama dengan guru-guru lainnya dan
dilaksanakan dalam jangka pendek.
2. Guru
a.

Pengertian Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberi sejumlah ilmu
pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Selain memberikan
sejumlah ilmu pengetahuan, guru juga bertugas menanamkan nilainilai dan sikap kepada anak didik agar anak didik memiliki

25

kepribadian yang baik. Dengan ilmu yang dimilikinya, guru
membimbing anak didik dalam mengembangkan potensinya.20
Secara singkat dapat dikatakan bahwa pendidik sebagai
pelaksana proses pendidikan. Pendidikan akan dapat membawa suatu
pendidikan pada baik dan buruknya, sehingga peranan pendidik dalam
keberhasilan

pendidikan

sangat

menentukan.

Pendidik

dalam

pendidikan agama Islam adalah setiap orang dewasa yang karena
kewajiban agamanya (Islam) bertanggung jawab atas pendidikan
dirinya dan pendidikan orang lain.21 Pendidik atau Guru Pendidikan
Agama

Islam

(GPAI)

yang melakukan kegiatan bimbingan,

pengajaran dan atau pelatihan secara sadar tehadap peserta didiknya
untuk mencapai tujuan pendidikan agama Islam.
Dengan demikian dapat disimpulkan, tanggung jawab seorang
pendidik adalah mendidik individu (peserta didik) supaya beriman
kepada Allah dan melaksanakan syari’at-Nya, mendidik diri supaya
beramal shaleh dan mendidik masyarakat untuk saling menasehati
dalam rangka melaksanakan kebenaran, saling menasehati agar tabah
dalam menghadapi kesusahan, beribadah kepada Allah serta
menegakkan kebenaran. Tanggung jawab itu bukan hanya sebatas
tanggung jawab moral pendidik terhadap peserta didik, namun lebih

20

Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman
Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: PT.Refika Aditama, 2007),hal. 43
21
Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu PendidikanI slam, (Yogyakarta: Teras, 2011),
hal.86

26

dari itu pendidik akan mempertanggungjawabkan atas segala tugas
yang dilaksanakannnya kepada Allah SWT.
b. Syarat-Syarat Guru
Dalam dunia pendidikan untuk menjadi sosok seorang guru
yang profesional dalam menjalankan tugasnya tentunya seorang guru
harus memenuhi beberapa kreteria atau syarat-syarat tertentu terlebih
guru pendidikan agama Islam. Menurut Soejono yang dikutip oleh
Ahmad Tafsir, menyatakan bahwa syarat guru Pendidikan Agama
Islam:
1) Tentang umur, harus sudah dewasa.
2) Tentang kesehatan, harus sehat jasmani dan rohani.
3) Tentang kemampuan mengajar, ia harus ahli.
4) Harus berkesusilaan dan berdedikasi tinggi.22
Sedangkan menurut Al–Ghazali sebagaimana dikutip oleh Hery
Noer Aly, syarat–syarat yang harus dimiliki oleh guru antara lain:
a) Hendaknya guru senantiasa insyaf akan pengawasan Allah
terhadapnya dalam segala perkataan dan perbuatan bahwa ia
memegang amanat ilmiah yang diberikan Allah kepadanya.
b) Hendaknya guru memelihara kemuliaan ilmu.
c) Hendaknya guru berzuhud, yaitu mengambil rezki dunia hanya untuk
memenuhi kebutuhan pokok diri dan keluarganya secara sederhana.

22

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2004),hal. 80

27

d) Guru hendaknya rajin melakukan hal–hal yang disunatkan oleh
agama, baik dengan lisan maupun perbuatan.
e) Guru hendaknya selalu mengisi waktu–waktu luangnya dengan hal–
hal yang bermanfaat.23
Dari paparan di atas dapat dismpulkan bahwa sebagai guru
agama Islam mempunyai syarat–syarat dan tanggung jawab yang lebih
berat dibanding guru–guru yang lain.
c.

Fungsi dan Peran Guru
Sebagai pelaksana pendidikan, guru mempunyai fungsi dan peran
sebagai berikut:
a.

Peran guru sebagai pembimbing, yaitu peran yang sangat
berkaitan dengan praktik keseharian. Untuk dapat menjadi
seorang pembimbing, guru harus mampu memperlakukan para
siswa dengan menghormati dan menyayangi (mencintai).

b.

Peran guru sebagai model (uswah), dalam aktivitas dan proses
pembelajaran, termasuk pembelajaran pendidikan agama Islam,
semua tutur kata, sikap, cara berpakaian, penampilan, cara
mengajar, dan gerak gerik guru selalu diperhatikan oleh siswa dan
sulit dihilangkan dalam ingatan setiap siswa.karakteristik guru
selalu dijadikan cermin oleh siswa–siswanya.

c.

Peran guru sebagai penasihat, seorang guru memiliki jalinan
ikatan batin atau emosional dengan para siswa yang diajarnya.

23

HeryNoerAly, IlmuPendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999) hal. 99 - 100

28

Dalam hubungan ini pendidik berperan aktif sebagai penasihat,
yaitu berperan bukan hanya sekedar menyampaikan pelajaran
akan tetapi juga harus mampu memberi nasihat bagi siswa yang
membutuhkannya, baik diminta ataupun tidak.24
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seorang guru
AgamaIslam mempunyai fungsi dan peran sebagai contoh atau
tauladan bagi murid-muridnya. Jadi guru merupakan cerminan yang
baik bagi muridmurid yang diajarnya.
3. Mata Pelajaran Al-Qur’an dan Hadits
a.

Pengertian Al-Qur’an dan Hadits
Al-Qur’an Hadits terdiri dari dua kata yakni Al-Qur‟an dan
AlHadits. Kata Al-Qur‟an menurut bahasa mempunyai arti yang
bermacammacam, salah satunya adalah bacaan atau sesuatu yang
harus dibaca, dipelajari.

25

Sedangkan menurut istilah banyak berbagai

pakar agama yang mendefinisikan Al-Qur‟an di antaranya:
1) Menurut istilah Agama (uruf syara‟) adalah:
Firman Allah yang merupakan mu‟jizat yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril yang
tertulis dalam mushaf, yang disampaikan kepada kita secara
mutawatir, yang diperintahkan membacanya, yang dimulai
dengan surat Al-Fatihah, dan ditutup dengan surat An-Nas.26
2) Menurut Prof. KH. Bustami A. Ghani Al-Qur‟an adalah “kitab
suci yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad SAW
24

Mukhtar, DesainPembelajaranPendidikan Agama Islam, (Jakarta: Misaka Gazila,
2003), hal 93 -96
25
Aminuddin dkk, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum. (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2005), hal. 45
26
Ibid., hal. 46

29

dengan perantara malaikat Jibril sebagai petunjuk dan pedoman
bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di
akhirat. 27
3) Ada juga yang mendefinisikan Al-Qur‟an secara terperinci: AlQur‟an adalah sumber ajaran Islam yang pertama memuat
kumpulan wahyu Allah yang disampaikan kepada kitab Nabi
Muhammad SAW, diantara kandungan isinya adalah peraturan
hidup untuk mengatur kehidupan manusia dalam berhubungannya
dengan Allah, dengan perkembangan dirinya dengan sesama
manusia dan hubungannya dengan alam serta makhluknya.
Sedangkan yang dimaksud dengan Hadits ialah:
1) Semua yang bersumber dari Rasulullah SAW, baik berupa
perkataan, perbuatan, atau pengakuan beliau terhadap pekerjaan
atau perkataan orang lain.
2) Semua yang bersumber dari sahabat yang langsung menemani
Rasul, melihat pekerjaan-pekerjaannya dan mendengar perkataan
perkataannya.
3) Semua yang bersumber dari Tabi‟in, yang bergaul langsung
dengan para sahabat dan mendengar sesuatu dari mereka.28
Menurut Zainudin Ali, Al-Hadits atau As-Sunnah adalah:
Amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW baik
perbuatan, perkataan, dan pengakuannya dalam proses
Bustami A. Ghani, Beberapa Aspek Ilmiah tentang Al-Qur’an. (Jakarta: Litera Antar
Nusa, 1994), hal. 1
28
Ahmad, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: Direktorat Jendral
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1985), hal. 100
27

30

perubahan hidup sehari-hari, menjadi sumber utama
pendidikan Islam karena Allah SWT menjadikan Muhammad
SAW sebagai teladan bagi umatnya.29
Menurut Utang Ranuwijaya dan Munzir Suparta yang dikutip
oleh Atang Abdul Hakim, Hadits adalah segala sesuatu yang
dinukilkan atau disandarkan dari Nabi Muhammad SAW, baik
berupa perkataan, perbuatan maupun taqrir atau ketetapan.30
Hadits merupakan sumber ajaran dan dasar agama Islam
kedua setelah Al-Qur‟an. Hadits juga berisi akidah dan syari‟ah.
Hadits berisi petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup manusia
dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia
seutuhnya atau muslim yang bertaqwa. Untuk itu Rasulullah SAW
menjadi guru dan pendidik yang utama.
b. Pengertian Pembelajaran Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam
kompetensi, ketrampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir
sampai akhir hayat. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang
untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan
atau pengalaman-pengalaman.31
Pembelajaran dalam suatu definisi dipandang sebagai upaya
mempengaruhi siswa agar belajar. Atau secara singkat dapat dikatakan
bahwa pembelajaran sebagai upaya membelajarkan siswa. Akibat yang
29

Ibid., hal. 22
Atang Abdul Hakim, Metodologi Studi Islam. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset,
2004), hal. 85
31
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori belajar & Pembelajaran, (Jogjakarta: ARRUZZ
MEDIA, 2010), hal. 11-12
30

31

mungkin tampak dari tindakan pembelajaran adalah siswa akan (1) belajar
sesuatuyang mereka tidak akan pelajari tanpa adanya tindakan pembelajar,
atau (2) mempelajari sesuatu dengan cara yang lebih efisien.
Al-Qur‟an dan Al-Hadits adalah dua sumber yang dijadikan landasan
dalam Pendidikan Agama Islam. Untuk dapat mempelajari dan memahami
kandungan Al-Qur’an seorang Muslim harus memiliki kemampuan untuk
membaca Al-Qur’an.32Dalam hal ini pendidikan agama mengembangkan
kemampuan siswa untuk memperteguh iman dan taqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa serta berakhlak mulia/berbudi pekerti luhur dan
menghormati penganut lainnya. Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits termasuk
di dalam rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mana
tujuan dan fungsi mata pelajaran Al-Qur’an Hadits tidak jauh dari mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits adalah bagian dari mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah yang dimaksudkan
untuk memberi motivasi, bimbingan, pemahaman, kemampuan dan
penghayatan terhadap isi yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits
sehingga dapat diwujudkan dalam perilaku sehari-hari sebagai perwujudan
iman dan taqwa kepada Allah SWT. Mata pelajaran Al-Qur’an hadits di
Madrasah Tsanawiyah diselenggarakan berdasarkan pengembangan
kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

32

Muhaimin, Et. el, Paradigma Pendidikan Islam. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2002), hal. 75-76

32

Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di dalamnya membahas ayat-ayat
Al-Qur’an dan Hadits-hadits pilihan. Ayat Al-Qur’an dan beberapa Hadits
tersebut berisi tentang segala aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu
mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits pada tingkat Madrasah Tsanawiyah perlu
untuk dipelajari karena mampu memberikan pemahaman tentang ayat-ayat
Al-Qur‟an dan Hadits mengenai kehidupan sehari-hari.
4. Kompetensi Membaca Al-Qur’an
a. Kelancaran Membaca Al-Qur’an
Menurut bahasa arab dalam kamus Al-Munawwir adalah qarra,
yaqrou yang berarti membaca.33 Menurut kamus besar bahasa

Indonesia, membaca diartikan “melihat tulisan dan mengerti atau dapat
melisankan apa yang tertulis itu”.34 Khusus dalam membaca Al-Qur‟an
harus dibarengi dengan kemampuan mengetahui ilmu tajwid dan cara
mengaplikasikannya dalam membaca teks. Tentang hal ini bisa
difahami dari perintah membaca Al-Qur‟an secara tartil.
Dengan pemahaman tersebut berarti keharusan membaca Al-Qur‟an
beserta tajwidnya merupakan hal yang sangat penting.Kemampuan
inilah yang haus dimiliki oleh siswa dalam membacaAl-Qur‟an.
Selanjutnya dalam proses membaca ada dua aspek yang saling berkaitan
yaitu pembaca dan bahan bacaan. Ditinjau dari sisi pelakunya,
membaca merupakan salah satu dari kemampuan penguasaan bahasa
seseorang. Kemampuan lainnya dalam berbahsa yaitu, kemampuan
33
34

Kamus Al-Munawwir Versi Indonesia- Arab (Surabaya: Pustaka Progresif,2007), hal 7
KamusBesarBahasa Indonesia , (Jakarta: BalaiPustaka, 1976), hal. 1058

33

menyimak, mendengarkan, berbicara, dan menulis. Kemampuan
tersebut menurut Tambolun adalah kemampuan membaca dan menulis
termasuk dalam komunikasi tulisan.35
Membaca Al-Qur‟an juga tidak terlepas hubungannya dengan
malasah tempo. Ada empat tingkatan (tempo) yang telah disepakati oleh
ahli Tajwid yaitu:
a) At- Tartil
At-Tartil

yaitu:

Membaca

dengan

pelan

dan

tenang,

mengeluarkan setiap huruf dan makhrajnya dengan memberikan
sifat-sifat yang dimilikinya, baik asli maupun baru datang (hukumhukumnya) serta memperhatikan makna ayat.
b) Al-Hadr
Al-Hadr yaitu: Membaca dengan cepat tetapi masih menjaga
hukum-hukumnya.
c) At-Tahqiq
At-Tahqiq yaitu: Membaca seperti halnya tartil tetapi lebih
tenang dan perlahan-lahan. Tempo ini hanya boleh dipakai untuk
belajar latihan dan mengajar. Dan tidak boleh dipakai pada waktu
sholat atau menjadi imam.
d) At-Tadwir
At-Tadwir yaitu: tingkat pertengahan antara Tartil dan Hadr atau
bacaan sedangDari beberapa penjelasan di atas dapat ditarik
Harun Maidir, dkk. Kemampuan Baca Tulis Al-Qur ‟anSiswa SMA (Jakarta: DEPAG
badanLitbang dan Puslitbang, 2007), hal. 25
35

34

kesimpulan bahwa dalam hal membaca Al-Qur‟an dianjurkan harus
benar-benar lancar. Di samping lancar juga mengerti tentang kaidahkaidah tentang ilmu tajwid.
b. Kefasihan Dalam Makhorijul Huruf
Makhraj ditinjau dari morfologi berasal dari fi‟il madhi: yang
artinya keluar. Lalu dijadikan wazan yang ber-shigat isim makan.
Karena itu, makharijul huruf yang diindonesiakan menjadi makhraj
huruf, artinya tempat-tempat keluarnya huruf.
Secara bahasa, makhraj artinya: tempat keluar. Sedangkan menurut
istilah makhraj adalah: satu nama tempat, yang padanya huruf dibentuk
atau diucapkan. Dengan demikian, makhraj huruf adalah tempat
keluarnya huruf pada waktu huruf tersebut dibunyikan.36
Ketika membaca Al-Qur‟an setiap huruf harus dibunyikan sesuai
makhraj hurufnya. Kesalahan dalam pengucapan huruf atau makhraj
huruf, dapat menimbulkan perbedaan makna dan kesalahan arti dari
bacaan yang tengah dibaca. Untuk mengetahui makhraj suatu huruf,
hendaklah huruf tersebut disukunkan atau ditasydidkan, kemudian
tambahkan satu huruf hidup dibelakangnya lalu bacalah. Kaidah
menerangkan

hendkalah

kamu

menyukunkan

huruf

atau

mentasydidkannya, lalu masukkan hamzah al-washal alif berkahrokat.
Kemudian ucapkan dan dengarkan. Saat suara tertahan maka disanalah
letak makhrajnya.

36

Imam Zarkasyi, Pelajaran Tajwid, (Ponorogo: Trimurti Press, 1995), hal. 4

35

Fasih

dalam

membaca

Al-Quran

maksudnya

pengucapan lisan. Dari uraian diatas, dapat

jelas

dalam

dipaparkan bahwa

kefasihan dalam makhraj huruf ialah membaca al-quran dengan
pengucapan makhraj yang fasih atau jelas.
Terjadi perbedaan pendapat dikalangan para ulama tentang
pembagian

makhraj

huruf.

Imam

Syibawaih

dan

asy-Syaitibi

berpendapat bahwa makhraj huruf terbagi 16 makhraj, sementara
menurut Imam al-Farra terbagi 14 makhraj. Namun pendapat yang
masyhur mengenai hal ini adalah yang menyatakan bahwa makhraj
huruf terbagi atas 17 makhraj.37 Ketujuh belas itu terkumpul dalam
nazham:
Makhraj huruf yang berjumlah tujuh belas itu, meurut pendapat
yang masyhur terkumpul menjadi lima bagian.
1) Al-Jauf
Al-Jauf artinya rongga mulut. Maksudnya tempat keluarnya
huruf yang terletak pada rongga mulut. Dari makhraj ini keluar tiga
huruf madd, yaitu alif (‫ )ا‬wawu)‫ (و‬ya )‫ (ي‬yang bersukun. Dalam
makhraj al-Jauf ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
a) Cara membunyikan alif tidak sama dengan cara membunyikan
Hamzah, karena ini keluar dari makhraj al-halaq yang tersifati
oleh Syiddah sementara alif tersifati Rakhawah. Alif yang keluar
dari al-jauf ialah huruf mad, dalam keadaan mati, dan huruf
37

32

Abdurrohim, Aceplim, PedomanIlmuTajwidLengkap ,(Bandung: Diponegoro, 1995), hal.

36

sebelumnya berharakat fathah. Cara membacanya dipanjangkan
dua harakat karena menjadi madd ashli. Suara panjang tersebut
menekan pada udara yang keluar dari mulut (al-jauf).
b) Bunyi huruf wau yang bersukunatau dalam keadaan mati tidak
sama dengan bunyi huruf wau yang keluar dari bibir
(asysyafawi) yang dalam keadaan hidup atau berharakat. Bunyi
wau dalam makhraj al-jauf adalah wau sukun atau mati dan

huruf sebelumnya berharakat dlamah. Cara membacanya
dipanjangkan dua harakat karena menjadi mad ashli dan
menekan pada udara yang keluar dari rongga mulut(al-jauf).
c) Bunyi huruf ya yang bersukun tidak sama dengan huruf ya yang
keluar dari tengah lidah (wasathul lisan), yang dalam keadaan
hidup atau berharakat. Bunyi ya dalam makhraj aljauf adalah ya
sukun atau mati dan huruf sebelumnya berharakat kasrah. Cara
membacanya dipanjangkan dua harakat karena menjadi mad
ashli dan menekan pada udara yang keluar dari rongga mulut (aljauf). Di bawah ini nadham tentang huruf-huruf yang keluar dari
makhraj al-jauf. Huruf alif makhrajnya berasal dari al-jauf,
begitupun kedua kawannya (huruf wau dan ya ). Semuanya huruf
mad, yang pengucapannya menekan pada udara.

37

2) Al- Halq
Al- Halq artinya tenggorokan. Maksudnya, tempat keluarnya
huruf yang terletak pada tenggorokan. Dari alhalq muncul tiga
makhraj yaitu:
a) Aqshal halq adalah pangkal tenggorokan atau tenggorokan

bagian dalam. Dari makhraj ini keluar huruf hamzah(‫ )ء‬dan
ha ‟(‫)ح‬.

b) Wastul halq adalah tenggorokan bagian tengah. Dari makhraj ini

keluar huruf „ain(‫ )ع‬dan ha ‟(‫)ح‬.

c) Adnal halq adalah tenggorokan bagian luar atau ujung

tenggorokan.
Dari makhraj ini keluar huruf kha ‟(‫ )خ‬dan ghain (‫)غ‬. Total

huruf yang keluar dari makhraj al-halq sebanyak enam huruf, yang
dirangkai dalam nadham. Kemudian dari pangkal tenggorokan keluar

huruf hamzah dan ha ‟. Lalu bagian tengahnya keluar huruf „ain dan

ha ‟ dan dari ujungnya keluar huruf ghain dan kha ‟.

3) Al-Lisan

Al-Lisan artinya lidah. Maksudnya tempat keluarnya huruf
yang terletak pada lidah. Jumlah huruf hijaiyah yang keluar dari
makhraj ini ada 18 huruf yang terbagi atas 10 makhraj yaitu:
a) Pangkal lisan bertemu dengan langit-langit bagian atas.
Kaidahnya yaitu pangkal lidah bertemu dengan sesuatu di
atasnya, yakni langit-langit bagian atas. Huruf yang keluar

38

adalah qaf (‫)ق‬. Nama lain dari makhraj ini adalah AqshalLisan
Fauqa: artinya pangkal lidah bagian atas.
b) Pangkal lidah, tepatnya sebelah bawah (atau ke depan) sedikit
dari makhraj qaf, bertemu dengan langit- langit bagian atas.
Kaidahnya yaitu pangkal lidah, yakni sebelah bawah sedikit dari
tempat (‫)ك‬, istilahnya disebut Aqshal Lisan Asfal artinya
pangkal lidah sebelah bawah.
c) Pertengahan lidah bertemu dengan langit-langit di atas.
Pertengahan lidah tersebut dimantapkan (tidak menempel) pada
langit-langit atas. Kaidahnya yaitu, pertengahan lidah dengan
sesuatu yang berada dihadapannya yakni langit-langit bagian
atas. Dariu makhraj ini keluar huruf jim(‫)ج‬, sin(‫)س‬, ya(‫)ي‬.
Wastul Lisani adalah istilah yang dikenal bagi makhraj ini.
d) Tepi lidah bersentuhan dengan geraham kanan atau kiri. Ada
juga yang mengatakan tepi pangkal lidah dengan geraham kanan
atau kiri memanjang sampai kedepan. Kaidahnya yaitu, dua tepi
lidah bertemu dengan gigi geraham. Huruf yang keluar dari
makhraj ini adalah dlad(‫)ض‬.
e) Ujung lidah bertemu dengan langit-langit yang berhadapan
dengannya. Daru makhraj ini keluar huruf lam (‫)ل‬. Kaidahnya
yaitu, dua tepi lidah sebelah depan secara bersamaan, setelah
mahkraj dlad dengan gusi-gusi atas.

39

f)

Ujung lidah bergeser ke bawah sedikit dari makhraj lam bertemu
dengan langit-langit yang berhadapan dengannya. Ujung lidah
ke bawah sedikit dari makhraj lam. Dari makhraj ini keluar
huruf nun (‫)ن‬.

g) Berdekatan dengan makhraj nun dan masuk pada punggung
lidah, tetapi tidak menyentuh langit-langit. Dekat makhraj nun
dan masuk pada punggung lidah. Dari makhraj ini keluar huruf
ra ‟ (‫)ر‬.

h) Ujung lidah bertemu dengan pangkal gigi seri atas. Kaidahnya
yaitu ujung lidah bertemu dengan pangkal gigi seri atas. Dari

i)

makhraj ini keluar tiga huruf yaitu ta ‟(‫)ت‬, tha ‟(‫)ط‬, dan dal (‫)د‬.

Ujung lidah bertemu dengan ujung gigi seri atas. Kaidahnya
yaitu, ujung lidah bertemu dengan ujung gigi seri atas. Dari

j)

makhraj ini keluar tiga huruf yaitu dzal (‫)ذ‬, zha (‫)ظ‬, dan tsa ‟ (‫)ث‬.

Ujung lidah bertemu dengan ujung gigi seri bawah. Kaidahnya
yaitu, ujung lidah bertemu dengan ujung gigi seri bawah. Dari
makhraj ini keluar tiga huruf yaitu shad (‫)ص‬, zai (‫)ز‬, sin (‫)س‬.

4) Asy-Syfatain
Asy-Syfatain artinya dua bibir. Maksudnya tempat keluarnya
huruf yang terletak pada dua bibir, bibir atas dan bibir bawah.
HBuruf yang keluar dari makhraj ini adalah empat huruf yaitu, fa ‟
(‫)ف‬, mim (‫)م‬, ba ‟ (‫)ب‬, dan wau (‫)و‬. Makhraj asy-syafatain ini terbagi
atas dua makhraj yaitu:

40

a)

Perut bibir bawah atau bagian tengah dari bibir bawah tersebut
dirapatkan dengan ujung gigi atas. Dari makhraj ini keluar
huruf fa ‟. Kaidahnya adalah perut bibir bawah diarapatkan
dengan ujung gigi atas.

b)

Paduan bibir atas dan bibir bawah. Jika kedua bibir tersebut
tertutup/terkatup, maka keluarlah huruf mim dan ba ‟.

Kaidahnya yaitu, diantara dua bibir dalam keadaan tertutup.

Dan jika terbuka maka keluarlah huruf wau. Kaidahnya yaitu,
diantara dua bibir dalam keadaan terbuka.
5) Al-Khaisyum
Al-Khaisyum artinya aqshal anfi

atau pangkal lidah. Dari

makhraj ini keluar satu makhraj yaitu al-gunnah (sengau/dengung),
sehingga dari makhraj inilah keluar segala bunyi dengung.
Setidaknya ada empat yang padanya terjadi bunyi sengau yaitu, pada
bacaan gunnah musyaddad yakni bacaan sengau pada huruf mim dan
nun yang bertasydid yaitu pada bacaan idgham bigunnah. Pada
bacaan ikfa‟ dan pada bacaan iqlab.
Semua tempat pada bacaan diatas mengeluarkan bunyi yang
keluar dari pangkal hidung. Untuk memastikan adanya bunyi yang
betul-betul keluar daripangkal hidung, cobalah memijit hidung pada
saat mengucapkan bacaan-bacaan di atas. Apabila suara tertahan
berarti benar-benar bahwa bacaan tersebut mengeluarkan bunyi dari

41

pangkal hidung. Namun bila ada suara yang keluar, berarti bukan alKhaisyum.38
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam membacaAlQur‟an memang membutuhkan dasar-dasar

ilmu terutama ilmu

tajwid. Ilmu tajwid ini bertujuan dalam hal membaca supaya lebih
fasih dan lancar yakni seperti mengetahui letak-letak mahkrojnya dan
sebagainya.
5. Strategi Guru AL-Qur’an Hadits Dalam Meningkatkan Kemampuan
Membaca AL-Qur’an Siswa
a. Pembelajaran Membaca Al-Qur’an
Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang ditulis
(dengan melisankan atau hanya dihati).39 Tidak jauh berbeda halnya
dengan pengertian yang diungkapkan oleh Hodgson yang mengungkapkan
bahwa membaca adalah sebuah proses yang dilakukan serta dipergunakan
oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Suatu proses yang menuntuk
agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam
suatu pandangan sekilas dan makna katakata secara individual akan dapat
diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang
tersirat akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak
terlaksana dengan baik.40

38

Romdhoni. Muslim, IlmuTajwid, cet. 4 (Jakarta: NurInsani, 2006), hal. 9
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia .., hal. 83
40
Henry Guntur Tarigan, Membaca: sebagai suatu ketrampilan berbahasa , (Bandung:
Angkasa, 20d08), hal. 7
39

42

Al-Qur’an diberi pengertian sebagai kalam Allah SWT yang
diturunkan atau diwahyukan

kepada Nabi Muhammad melalui

perantara malaikat jibril, yang merupakan mu‟jizat, yang diriwayatkan
secara mutawatir yang ditulis di mushaf dan membacanya dinilai
ibadah.41
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
membaca Al-Qur‟an merupakan suatu usaha manusia dalam
membelajarkan

siswa

agar

terjadi

perubahan

dalam

melalui

pelatihanpelatihan yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan
strategi, metode, pendekatan, media serta sumber belajar yang sesuai
dengan materi dalam membaca Al-Qur’an.
b. Dasar-Dasar Pembelajaran Membaca Al-Qur’an
Seseorang membaca Al-Qur‟an tidak hanya karena ingin
membaca saja, namun memang Allah memerintahkan hal itu. Baik
perintah itu langsung dari Allah SWT melalui firman-Nya yang
dituang dalam kitab suci Al-Qur‟an maupun dalam hadits yang
disampaikan oleh Rasulullah SAW sebagai utusan-Nya dan keduanya
merupakan dua pegangan dalam menjalani kehidupan. Seperti yang
difirmankan Allah SWT pertama kali kepada Nabi Muhammad SAW
di gua Hira‟ yang berbunyi:
‫ال ي ع بالق‬

‫اق أ و بك الأك‬

‫خ ق الإنسان ن ع ق‬

‫بك ال ي خ ق‬

‫ق أ باس‬

‫ع الإنسان ا ل يع‬
Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, Dan Mencintai Al-Qur ‟an,
(Jakarta:Gema Insani, 2005), hal 15
41

43

Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.42
Nabi SAW mewasiatkan pada kaum muslimin untuk
bertakwa pada Allah, mentaati-Nya dan menjalankan kitabNya sekaligus sunnah Rasul-Nya, sebab takwa pada Allah
adalah pangkal segala sesuatu. Beliau juga mewasiatkan
untuk membaca Al-Qur‟an, mengkaji serta memahami ayatayatnya, sebab Al-Qur‟an merupakan pembimbing dan
penasihat yang jujur, penutur dan penunjuk kebenaran,
penjauh dari keburukan, dan pemberi syafaat (kelak di hari
kiamat).43
Dengan demikian dari beberapa uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa dalam membaca atau mengajar Al-Qur‟an itu
tidak semata-mata karena keinginan kita sendiri, melainkan ada
pedoman atau landasan yang mendasari dalam melaksanakan kegiatan
tersebut. Sesuai dengan pedoman umat Islam sendiri yaitu Al-Qur’an
dan Al-Hadits.
c.

Macam-Macam Metode Pembelajaran Membaca Al-Qur’an
Dalam suatu pembelajaran Al-Qur‟an tentunya untuk bisa
membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar serta mudah dipahami
khususnya bagi seorang guru atau pendidik perlu yang namanya
metode. Metode yang dimaksud adalah metode-metode atau cara-cara

Departemen Agama Repulik Indonesia, Al-Qur ‟an dan Terjemahnya..., hal. 1079
Salman Nashif Ad-Dahduh, Sahabat Bertanya Rasulullah Menjawab, (Jakarta:Cendekia
Sentra Muslim, 2004), hal. 209
42

43

44

mengajar Al-Qur‟an agar dalam pembelajaran mudah dipahami dan
dimengerti. Metode-metode tersebut adalah sebagai berikut:
1) Metode iqro’
Metode iqro‟ adalah suatu metode membaca Al-Qur’an yang
menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun metode ini
dalam praktiknya tidak membutuhkan alat yang bermacammacam,
karena hanya ditekankan pada bacaannya (membaca huruf Al-Qur‟an
dengan jernih). Dalam metode ini system CBSA (Cara Belajar Siswa
Aktif).44
2) Metode An Nahdiyah
Metode an nahdiyah adalah salah satu metode membaca AlQur‟an lebih ditekankan pada kesesuaian dan keteraturan bacaan
dengan ketukan atau lebih tepatnya pembelajaran Al-Qur‟an pada
metode ini lebih menekankan pada kode “ketukan”.45
3) Metode Al-barqy
Dalam pembelajaran Al-Qur‟an, metode al-barqy ini dimulai
dengan pengenalan struktur kata/kalimat yang bermakna kemudian
diadakan pemisahan pada tiap suku kata hingga dimengerti bunyibunyinya pada tiap suku kata yang dimaksud.46
4) Metode Qiro‟ati

As‟ad Human, Cara Cepat Membaca Al-Qur ‟an, (Jogjakarta:Balai Libtang LPTQ
Nasional Tiem Tadarus Tidak Diterbitkan , 2000), hal. 1
45
Muhtar, Materi Pendidikan agama Islam, (Jakarta: Derektorat Pembinaan Kelembagaan
agama Islam Terbuka, 1996), hal. 23
46
M.Mufti Mubarok & Ustadz Bachtiar Ichwan, 60 Menit Mahir Baca Tulis AlQur ‟an,
(Surabaya: Graha Bentoel, 2009), hal. 1
44

45

Metode qoro‟ati adalah sebuah metode dalam mengajarkan
membaca al-Qur‟an yang berorientasi kepada hasil bacaan murid
secara mujawwad murattal dengan mempertahankan mutu pengajaran
dan mutu pengajar melalui mekanismesertifikasi/syahadah hanya
pengajar yang diizinkan untuk mengajar Qiro‟ati. Hanya lembaga
yang memiliki sertifikasi/syahadah diizinkan untuk mengembangkan
Qiro‟ati.47
5) Metode sorogan
Metode sorogan adalah metode individual dimana murid
mendatangi

guru

untuk

mengkaji

suatu

kitab

dan

guru

membimbingnya secara langsung.48
6) Metode Al-Baghdadi
Metode Al-Baghdadi adalah metode yang tersusun, maksudnya
yaitu suatu metode yang tersusun secara berurutan dan merupakan
sebuah proses ulang atau lebih kita kenal dengan sebuah metode alif,
ba ‟, ta ‟. Metode ini adalah metode yang paling lama muncul dan

digunakan masyarakat Indonesia, bahkan metode ini juga merupakan

metode yang pertama berkembang di Indonesia. Buku metode AlBaghdadi ini hanya terdiri dari satu jilid dan biasa dikenal dengan
sebutan Al-Qur‟an kecil atau Turutan.49

Syaiful Bachri, Buku Pedoman Qiro ‟ati Materi Pendidikan Guru Pengajar Al-Qur ‟an,
(Blitar: Ponpes Nurul Iman,2008), hal. 5
48
Muhammad Samsul Ulum dan Triyo Supriyatno, Tarbiyah Qur ‟aniyah, (Malang: UIN
Malang Press, 2006), hal. 122
49
As’ad Human, Cara Cepat Membaca Al-Qur ‟an, (Yogyakarta: BalaiLibtang, 2000), hal.
13
47

46

7)

Metode Jibril
Menurut KH. M. Bashori Alwi sebagai pencetus metode Jibril,

bahwa teknik dasar metode Jibril ini bermula dengan membaca satu
ayat atau waqaf, lalu ditirukan oleh seluruh orang-orang yang mengaji.
Guru membaca satu dua kali yang kemudian ditirukan oleh orangorang yang mengaji. Kemudian guru membaca ayat atau lanjutan ayat
berikutnya dan ditirukan oleh semua yang hadir. Begitulah seterusnya
sehingga mereka dapat menirukan bacaan guru dengan pas.50 Dalam
metode Jibril terdapat 2 tahap yaitu tahqiq dan tartil yaitu sebagai
berikut:
a)

Tahap Tahqiq adalah pembelajaran membaca Al-Qur‟an dengan
pelan dan mendasar. Tahap ini dimulai dengan pengenalan huruf
dan suara, hingga kata dan kalimat. Tahap ini memperdalam
artikulasi (pengucapan) terhadap sebuah huruf secara tepat dan
benar sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat huruf.

b) Tahap Tartil adalah tahap pemebelajaran Al-Qur‟an dengan
durasi sedang bahkan cepat sesuai dengan irama lagu. Tahap ini
dimulai dengan pengenalan sebuah ayat atau beberapa ayat yang
dibacakan guru lalu ditirukan oleh para santri secara berulangulang. Di samping pendalaman artikulasi dalam tahap tartil juga
diperkenalkan praktek hukum-hukum ilmu tajwid.43

50

Ibid,,,hal 11-12

47

Dengan adanya 2 tahap ini (tahqiq dan tartil) maka metode Jibril
dapat dikategorikan sebagai metode konvergensi (gabungan) dari
metode sintesis (tarkibiyah) dan metode sintesis analisis (tahliliyah)
yang artinya metode Jibril bersifat komprehensif karena mampu
mengakomodir kedua macam metode membaca. Karena itu metode
Jibril ber