PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETUR

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA
PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
R. Adhi Kusuma Putra
r.adhikusumaputra@yahoo.com
Bambang Suryono
bambangstiesia@gmail.com
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT

The purpose of this research is to find out the influence of Current Ratio (CR), Debt to Equity
Ratio(DER), and Return on Assets(ROA) to the stock return at manufacturing companies which
engage in the field of food and beverage industry are listed in the Indonesia Stock Exchange (IDX)
both simultaneously and partially. The hypothesis in this research are: (1) there is CR influence to the
stock return, (2) there is no DER influence to the stock return, (3) there is ROA influence to the stock
return.The populations in this research are manufacturing companies which engage in the field of food
and beverage industry are listed in the Indonesia Stock Exchange of 2010 – 2012 periods in which the
populations are 16 companies. Purposive sampling is used as the sample collection technique and the
samples are 10 samples. Secondary data is used as the data in this research. Multiple regression
analysis is carried out by performing classic assumption test is used as the examination method in this
research.The result of analysis shows that financial ratios which consist of CR, DER, and ROA ratios
simultaneously have influence while partially CR and DER have no significant influence to the stock

return whereas ROA has significant influence to the stock return of manufacturing companies which
engage in the field of food and beverage are listed in the Indonesia Stock Exchange.
Keywords:

Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Assets and Stock Return
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity
Ratio (DER), dan Return On Assets (ROA) terhadap return saham pada perusahan manufaktur
yang bergerak dalam industri makanan dan minuman serta terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) secara simultan maupunparsial. Hipotesis dalam penelitian ini adalah : (1)
terdapat pengaruh CR terhadap return saham, (2) tidak terdapat pengaruh DER terhadap
return saham, (3) terdapat pengaruh ROA terhadap return saham.Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang bergerak dalam industri makanan
dan minuman serta terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2012 dimana jumlah
populasi yang digunakan sebanyak 16 perusahaan. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah teknik purposive sampling dimana jumlah sampel yang diperoleh
dalampenelitian ini adalah 10 sampel. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Metode pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
berganda dengan melakukan uji asumsi klasik.Hasil analisis menunjukkan bahwa rasio

keuangan yang terdiri dari rasio CR, DER, dan ROA berpengaruh secara simultan,
sedangkan secara parsial menunjukkan bahwa CR dan DER tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap return saham, sedangkan ROA memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap return saham perusahaan manufaktur yang bergerak dalam industri makanan dan
minuman serta terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Kata Kunci:

Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Assets, dan Return Saham.

2

PENDAHULUAN
Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan
tambahan modal untuk mendorong kinerja operasional perusahaan. Salah satu cara bagi
perusahaan untuk mendapatkan tambahan modal adalah dengan menawarkan kepemilikan
perusahaan tersebut kepada masyarakat/publik (go public).
Keterlibatan masyarakat/publik dalam pasar modal adalah dengan cara membeli
saham yang ditawarkan dalam pasar modal. Dalam aktivitas pasar modal kedua belah pihak
yang memiliki dana (investor) dan yang membutuhkan dana (emiten) akan memiliki
perbedaan kepentingan yang berbeda. Bagi emiten, pasar modal adalah salah satu alternatif

untuk mendapatkan tambahan dana tanpa perlu menunggu hasil dari kegiatan operasional,
sedangkan bagi investor pasar modal adalah salah satu alternatif untuk melakukan investasi
dan mendapatkan keuntungan yang optimal.
Suatu investasi tentunya memiliki resiko tersendiri. Investor tidak dapat secara pasti
mengetahui resiko apa yang akan diterimanya dalam melakukan suatu investasi. Oleh
karena itu seorang investor memerlukan analisis dalam menginvestasikan dananya dan
meminimalkan resiko (Restiyani, 2006).
Pada dasarnya nilai return dari setiap sekuritas berbeda-beda satu sama lainnya. Tidak
semua sekuritas akan memberikan return yang sama bagi para investor. Return dari suatu
sekuritas ditentukan oleh banyak hal seperti kinerja perusahaan dan strategi perusahaan
mengelola laba yang dimiliki. Perusahaan dianggap gagal keuangannya jika perusahaan
tersebut tidak mampu membayar kewajibannya pada waktu jatuh tempo meskipun total
aktiva melebihi total kewajibannya pada waktu jatuh tempo. Kondisi yang membuat para
investor dan kreditor merasa khawatir jika perusahaan mengalami kesulitan keuangan
(financial istress) yang mengarah pada kebangkrutan. Apabila perusahaan tersebut
diindikasikan gagal keuangannya berarti perusahaan tersebut tidak mampu mengahsilkan
return yang menguntungkan bagi pihak investor dan pada akhirnya harga sahamnya akan
mengalami penurunan.
Dalam pasar modal, tidak pastinya return yang akan diterima oleh seorang investor
membuat seorang investor harus memilih dengan sangat hati-hati alternatif investasi yang

harus dipilih. Dalam pasar modal, tidak semua saham dari perusahaan yang memiliki profil
yang baik akan memberikan return yang baik pada investor sehingga diperlukan analisis
yang lebih mendalam mengenai perusahaan tersebut. Sebuah perusahaan mungkin saja
mengalami return yang fluktuatif setiap saat karena berbagai macam faktor baik yang
bersifat mikro maupun makro. Perusahaan wajib menginformasikan hasil-hasil yang telah
dicapai yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan perusahaan.
Laporan keuangan sering kali digunakan sebagai acuan menilai kinerja perusahaan
emiten. Ulupui (2006) mengatakan bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk
meprediksi kesulitan keuangan yang dialami perusahaan, hasil kegiatan operasional, kinerja
keuangan perusahaan di masa yang lalu dan yang akan datang. Kinerja manajemen dan
kegiatan operasional yang baik dapat meningkatkan laba bersih sehingga membuat harga
per saham menjadi tinggi. Dalam menanamkan modalnya, investor akan
mempertimbangkan dengan sebaik-baiknya ke perusahaan mana modal akan ditanamkan.
Perusahaan yang dipilih tentu saja perusahaan yang sehat dan menghasilkan kinerja yang
baik.Kinerja adalah ukuran keberhasilan dari setiap bisnis.
Daya tarik utama bagi pemilik perusahaan (pemegang saham) dalam suatu perseroan
adalah profitabilitas. Dalam konteks ini profitabilitas berarti hasil yang diperoleh melalui
usaha manajemen atas dana yang diinvestasikan pemilik perusahaan. Menurut Machfoedz
(1989) profitabilitas adalah hasil dari kebijakan dan keputusan yang diambil manajemen.


3

Rasio profitabilitas pada penelitian ini diasosiasikan dengan rasio return on asset (ROA).
Studi mengenai hubungan ROA dengan return saham sering digambarkan sebagai
hubungan yang signifikan. Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Ulupui (2006) dan Ardhiastari (2006).
Rasio solvabilitas (leverage ratios) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka panjangnya (Ang, 1997).Rasio Solvabilitas biasanya
diasosiasikan dengan rasio Debt to Equity Ratio (DER). Menurut Helfert (1998), DER adalah
suatu upaya untuk memperlihatkan proporsi relatif dari klaim pemberi pinjaman terhadap
hak kepemilikan, dan digunakan sebagai ukuran peranan hutang.
Studi empiris mengenai hubungan DER dengan return saham digambarkan sebagai
hubungan yang signifikan terhadap nilai return saham. Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Natarsyah (2000) dan Prasetyo (2005)
Rasio likuiditas sering diasosiasikan dengan Current Ratio (CR) suatu cara untuk
menguji tingkat proteksi yang diperoleh pemberi pinjaman berpusat pada kredit jangka
pendek yang diberikan kepada perusahaan untuk mendanai kegiatan operasional
perusahaan (Helfert, 1998). Beberapa bukti empiris mengenai pengaruh CR terhadap return
saham menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Menurut I.G.K Ulupui, CR memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap nilai return saham.

Rumusan masalah yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalahapakah return on
asset (ROA) berpengaruh terhadap return saham?apakahDebt to Equity Ratio (DER)
berpengaruh terhadap return saham? dan apakah Current Ratio (CR) berpengaruh terhadap
return saham?
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Return on Assets (ROA), Debt to
Equity Ratio (DER), dan Current Ratio (CR) terhadap return saham.
TINJAUAN TEORETIS
Saham
Saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu atau
institusi dalam suatu perusahaan (Ang, 1997). Menurut Brigham dan Houston (1999) saham
adalah tanda kepemilikkan perusahaan, kepemilikkan saham biasanya disimbolkan dengan
saham biasa (common stock).
Laporan Keuangan
Pengertian laporan keuangan menurut Weston dan Brigham (1990) adalah laporan yang
disampaikan setiap tahun oleh perusahaan kepada pemegang sahamnya yang terdiri dari
laporan keuangan utama serta opini manajemen atas operasi tahun lalu dan prospek di masa
yang akan datang.
Return saham
Return saham merupakan tingkat keuntungan yang diperoleh investor atas investasi
yang dilakukannya. Investasi dapat diartikan sebagai sebuah kegiatan penempatan dana

pada satu atau lebih aset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh
penghasilan atau peningkatan investasi. Oleh karena itu, tujuan investasi adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan investor, baik sekarang ataupun di masa yang akan datang.
Menurut Ang (1997), return saham dibedakan menjadi dua, yaitu return realisasi (realized
return) dan returnekspektasi (expected return). Return realisasi adalah return yang telah terjadi
dan digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan,return realisasi ini juga
berguna sebagai dasar penentuan dari return ekspektasi yang merupakan return yang
diharapkan investor di masa yang akan datang. Menurut Nathaniel (2008), expectedreturn

4

didefinisikan sebagaireturnyang diharapkan oleh seorang investor atas suatu investasi yang
akan diterima pada masa yang akan datang.
Return realisasi diukur dengan menggunakan return total (total return),relatifreturn
(return relative), kumulatif return (return cumulative), danreturn disesuaikan (adjusted return).
Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi suatu periode tertentu yang
terdiri dari capital gain (loss) dan yield. Capital gain (loss) merupakan selisih untung (rugi) dari
harga investasi sekarang, relatif dengan harga periode yang lalu (Jogiyanto, 2000).
Tentunya tidak semua saham memberikan return dalam bentuk capital gain karena nilai
capital gain sangat tergantung dari harga pasar instrumen investasi yang bersangkutan yang

berarti investasi harus diperdagangkan di pasar. Karena dengan adanya pergerakan maka
akan timbul perubahan nilai suatu instrumen investasi (Ang, 1997).
Rasio Keuangan
Bagi para pemegang saham, laporan keuangan memiliki arti yang penting.Atas dasar
laporan keuangan perusahaan para investor dapat melakukan penilaian kinerja keuangan
perusahaan terutama keputusan dalam melakukan investasi. Bagi para pemilik saham
bermanfaat untuk melihat tingkat pengembalian yang tercermin dalam laporan rugi laba
dan besarnya deviden yang menjadi hak para pemegang saham (Suryanto,2002).
Analisis rasio merupakan bentuk atau cara yang umum digunakan dalam analisis
laporan finansial. Rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relatif maupun
absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara faktor yang satu dengan faktor yang
lain dari suatu laporan finansial. Manfaat analisis rasio pada dasarnya tidak hanya berguna
bagi kepentingan intern perusahaan saja melainkan juga bagi pihak luar.
Dalam hal ini adalah calon investor atau kreditor yang ingin menanamkan dananya dalam
perusahaan melalui pasar modal. Bagi manajer finansial dengan menghitung rasio-rasio
keuangan tertentu akan memperoleh suatu informasi tentang kekuatan dan kelemahan yang
dihadapi oleh perusahaan dalam bidang finansial, sehigga dapat membuat keputusan
penting bagi perusahaan untuk masa yang akan datang.
Sedangkan bagi investor, atau calon investor atau calon pembeli saham, laporan
keuangan merupakan bahan pertimbangan apakah menguntungkan membeli saham

perusahaan yang bersangkutan atau tidak (Suryanto,2002). Rasio keuangan dapat
dikelompokkan dalam 5 (lima) jenis, yaitu: rasio likuditas (liquidity ratios), rasio aktivitas
(activity ratios), rasio rentabilitas (profitability ratios), rasio solvabilitas (levareges ratios), dan
rasio pasar (Ang, 1997). Dalam penelitian ini akan digunakan rasio return on assets/ROA
(rasio profitabilitas), debt to equity ratio/DER (rasio solvabilitas), current ratio/CR (rasio likuiditas)
Rasio Profitabilitas (Profitabilty Ratios)
Daya tarik utama bagi pemilik perusahaan (pemegang saham) dalam suatu perseroan
adalah profitabilitas. Dalam konteks ini profitabilitas berarti hasil yang diperoleh melalui
usaha manajemen atas dana yang diinvestasikan pemilik perusahaan. Menurut Machfoedz
(1989) profitabilitas adalah hasil dari kebijakan dan keputusan yang diambil manajemen.
Pemilik juga tertarik pada pembagian laba yang menadi haknya yaitu, seberapa banyaknya
yang diinvestasikan kembali dan seberapa banyak yang dibagikan sebagai deviden kepada
mereka.Pada akhirnya, pemilik juga berkepentingan dengan dampak hasil perusahaan
terhadap nilai pasar investasi mereka, khususnya jika saham dijual kepada umum (Helfert,
1998). Dalam melakukan investasi, investor maupun calon investor akan memperhatikan
faktor profitabilitas dan resiko.
Hal ini disebabkan karena kestabilan harga saham akan berpengaruh pada deviden
dan return yang akan diterima oleh investor pada masa yang akan datang. Bila

5


kemampuanperusahaan dalam menghasilkan laba tergolong tinggi, maka harga saham akan
juga akan mengalami peningkatan yang akan berdampak pada peningkatan return saham di
masa yang akan datang (Husnan, 2000). Kemakmuran (wealth) investor akan sangat
tergantung pada return yang diharapkan dan resiko dari taksiran aliran kas di masa yang
akan datang.
Return on Asset digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan
memanfaatkan sumber ekonomi yang ada untuk menciptakan laba. ROA diperoleh dengan
cara membandingkan nilai pendapatan bersih setelah pajak (Net Income After Tax / NIAT)
terhadap rata-rata total aktiva/asset (average total asset). NIAT adalah nilaipendapatan / laba
bersih setelah dikurangi dengan pajak.Average total asset adalah rata-rata jumlah asset dari
awal tahun hingga akhir tahun.Semakin tinggi nilai ROA maka kinerja perusahaan semakin
baik, karena tingkat pengembalian semakin besar (Ang, 1997).
Nilai ROA dipengaruhi oleh Net Income After Tax (pendapatan bersih sesudah pajak ).
Dengan meningkatnya ROA maka kemampuan perusahaan dalam meningkatkan
kemampuan menghasilkan laba tinggi. Investor akan merasa aman dengan melakukan
investasi pada perusahaan yang mempunyai karakteristik seperti ini.
Rasio Solvabilitas (Leverages Ratios)
Rasio solvabilitas adalah perbandingan antara dana yang berasal dari modal sendiri
dengan dana yang berasal dari kreditur. Rasio ini sangat penting bagi kreditur atau calon

kreditur untuk mengetahui seberapa besar para pemilik (pemegang saham) mempunyai
dana dalam perusahaan tersebut, hal ini digunakan untuk menentukan tingkat keamanan
para kreditur. Apabila dana yang disediakan pemilik lebih kecil dibandingkan dengan
jumlah yang disediakan kreditur maka perusahaan tersebut akan sangat bergantung pada
kreditur. Manfaat dari rasio solvabilitas adalah memberikan informasi yang bermanfaat
dalam penentuan manfaat utang (Machfoedz, 1989).
Brigham dan Houston (1998) menjelaskan bahwa solvabilitas keuangan adalah rasio
yang memberikan suatu ukuran sampai sejauh mana sekuritas berpenghasilan tetap (utang
dan saham preferen) digunakan dalam struktur modal perusahaan. Para investor yang
rasional cenderung untuk menghindari resiko, akan tetapi apabila suatu perusahaan
menggunakan hutang dalam struktur modalnya maka para pemodal perusahaan tersebut
akan menanggung resiko finansial (financial risk). Resiko finansial adalah resiko tambahan
yang ditanggung oleh investor karena perusahaan menggunakan solvabilitas keuangan.
Robert Ang (1997) menyatakan bahwa rasio solvabilitas adalah kemampuan
perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka panjangnya, rasio ini sering disebut sebagai
rasio solvabilitas. Rasio solvabilitas ini dibedakan menjadi 8 (delapan) rasio yaitu: debt ratio,
debt to equity ratio, long term debt to equity ratio, long term debt to capitalization ratio, time interest
earned, cash flow interest coverage, cash flow to net income, dan cash return on sales. Rasio
solvabilitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio (DER).
Keputusan pendanaan berkaitan dengan sumber dana, baik yang berasal dari dalam
maupun dari luar. Penciptaan suatu struktur modal dapat mempengaruhi kebijakan dimana
selanjutnya dapat mempengaruhi pengambilan keputusan strategis.
Keputusan modal yang tepat sangat penting bagi perusahaan karena adanya
kebutuhan untuk memaksimalkan keuntungan pada berbagai macam organisasi bisnis,
keputusan tersebut juga berdampak pada suatu kemampuan perusahaan untuk dapat
berjalan dengan lingkungan persaingannya (Restiyani, 2006).Debt to Equity Ratio selain
digunakan untuk melihat struktur permodalan perusahaan juga bisa digunakan untuk
melihat tingkat solvabilitas (penggunaan hutang) terhadap total shareholder’s equity (Ang,
1997).

6

Salah satu hal yang mempengaruhi tingkat return yang diperoleh oleh investor adalah
financial risk. Tingkat financial risk menyatakan variabilitas laba yang akan diterima
pemegang saham. Dan financial leverages adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
tingkat financial risk. Semakin banyak penggunaan financial leverages maka semakin banyak
penggunaan biaya tetap (jangka panjang) yang dibutuhkan oleh perusahaan, sehingga laba
operasional akan semakin kecil karena digunakan untuk menutup biaya jangka panjang dan
beban bunganya. Hal ini menjelaskan bahwa semakin tinggi nilai rasio DER maka akan
menyebabkan meningkatnya nilai hutang yang akan menyebabkan penurunan laba bersih
yang pada akhirnya akan mengurangi laba yang diterima oleh pemegang saham (Sartono,
2001).
Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios)
Rasio likuiditas memberikan gambaran posisi keuangan dalam jangka waktu yang
pendek, tetapi juga digunakan untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam
perusahaan.Rasio ini sering disebut sebagai rasio modal kerja. Tidak hanya Bank dan para
kreditor jangka pendek saja yang tertarik dengan angka- angka rasio likuiditas, rasio
likuiditas juga berguna bagi kreditor jangka panjang dan pemegang saham yang akhirnya
atau setidaknya ingin mengetahui prospek dari deviden dan pembayaran bunga di masa
yang akan datang (Munawir, 2001).
Rasio yang paling umum digunakan untuk menganalisa posisi modal kerja suatu
perusahaan (likuiditas) adalah dengan menggunakan current ratio (CR).Rasio ini
menunjukkan perbandingan nilai kekayaan lancar (yang segera dapat dijadikan uang)
dengan hutang jangka pendek (Munawir, 2001). Menurut Husnan (2002), current ratio adalah
rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan aktiva lancar perusahaan biasa
dipergunakan untuk memenuhi kewajiban lancarnya.
Rerangka Pemikiran
Pengaruh ROA terhadap Return Saham
ROA diperoleh dengan cara membandingkan antara Net Income After Tax (NIAT) yang
diartikan sebagai pendapatan bersih sesudah pajak dengan average total asset. ROA
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba (profitabilitas).
Meningkatkan ROA berarti di sisi lain juga meningkatkan nilai pendapatan bersih yang
berarti meningkatkan nilai penjualan.
Perusahaan yang penjualannya meningkat akan mendorong terjadinya peningkatan
laba yang menunjukkan operasional perusahaan sehat dan baik. Hal ini akan disukai oleh
para investor. Investor yang rasional tentu saja akan memilih investasi pada perusahaan
yang memiliki profitabilitas tinggi, sehingga akan mendorong peningkatan harga saham yang
pada akhirnya akan mendorong peningkatan return saham yang akan diterima investor.
Hipotesis ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ardhiastari (2006), Natarsyah
(2002), dan Ulupui (2005).
Pengaruh DER terhadap Return saham
Rasio DER diperoleh dari pembandingan antara total hutang dengan total modal
sendiri. Rasio DER menggambarkan rasio solvabilitas perusahaan.DER memberikan
gamabaran kemampuan perusahaan melunasi seluruh hutangnya bila dibandingkan dengan
modal yang dimiliki dari pihak internal.
Meningkatnya nilai DER berarti meningkatnya jumlah hutang yang dimiliki oleh
perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan menerima resiko atas leverages (hutang) yang
digunakannya. Hal ini akan menyebabkan para investor ragu menanamkan modalnya pada

7

perusahaan karena resiko hutang yang tinggi. Disisi lain, peningkatan DER bisa juga
disebabkan karena nilai modal sendiri yang dimiliki perusahaan jauh lebih kecil bila
dibandingkan dengan hutang dari pihak eksternal.
Hal ini akan menyebabkan perusahaan sangat tergantung pada kreditur. Semakin
tinggi rasio DER menunjukkan tingkat pengembalian yang semakin kecil. Resiko yang
ditanggung oleh investor akan semakin tinggi karena tingkat hutang yang tinggi berarti
beban bungan yang semakin tinggi yang akan mengurangi resiko, dan berakibat
menurunkan return saham (Ang, 1997). Hipotesis ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Widyarini (2006) dan Prasetyo (2005).
Pengaruh CR terhadap Return saham
Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya.Current ratio digunakan untuk mencari nilai likuiditas
tersebut.Current ratio (CR) didapatkan dengan membandingkan nilai aktiva lancar dengan
kewajiban lancar perusahaan.Semakin tinggi nilai CR berarti semakin baik kemampuan
perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Semakin baik kemampuan
perusahaan untuk melunasi kewajibannya berarti semakin kecil resiko likuidasi yang
dialami perusahaan dengan kata lain semakin kecil resiko yang harus ditanggung oleh
pemegang saham perushaan.
Sangat penting bagi para investor untuk mengetahui nilai CR, walaupun nilai CR hanya
bersifat sementara atau jangka pendek. Investor akan menganggap perusahaan beroperasi
dengan baik dan menutupi kewajiban jangka pendeknya sehingga ketika CR meningkat
maka nilai return saham juga akan mengalami peningkatan. Hipotesis CR berpengaruh
terhadap return saham didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ulupui (2005).
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Dalam menyusun skripsi ini, penulis menggunakan penelitian deskriptif. Jenis
penelitian ini merupakan penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini
dari populasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab pengaruh kinerja keuangan
terhadap return saham.Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah perusahan
manufaktur yang bergerak dalam industri makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia
mulai tahun 2010 sampai dengan 2012.
Teknik Pengambilan Sampel
Sampel adalah objek yang diobservasi yang merupakan bagian dari populasi atau objek
penelitian, dengan tujuan memperoleh gambaran mengenai seluruh objek. Metode dalam
pengambilan sample pada penelitian ini dilakukan secara purposive sampling dengan tujuan
untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian. Kriteria dari sampel yang
digunakan adalah sebagai berikut :
1. Perusahan manufaktur yang bergerak dalam industri makanan dan minuman
yanggo public di Bursa Efek Indonesia.
2. Menyediakan data Laporan keuangan dari tahun 2010 sampai dengan 2012.
3. Sampel yang digunakan memiliki data lengkap untuk variabel-variabel yang akan
diteliti.
4. Tahun buku pelaporan keuangan adalah 31 Desember.

8

Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekunder. Data berupa arsip yang memuat
apa dan kapan suatu kejadian atau transaksi dalam suatu kejadian tertentu. Data ini
didapatkan dari publikasi- publikasi dan data dokumenter yang dipublikasikan Beberapa
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham, return saham,dan rasio
keuangan
Data dikumpulkan dengan metode dokumentasi. Pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini didapatkan dari Pojok Bursa Efek STIESIA, jurnal, penelitian terdahulu,
literatur-literatur dan buku pustaka yang berkaitan, dan materi- materi yang berkaitan yang
bisa didapatkan melalui jasa internet.
Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi variabel independen. Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah return saham pada perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari 3 variabel, yaitu Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), dan Current
Ratio (CR).
Return Saham
Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Return dapat berupa return
realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi diharapkan akan
terjadi di masa yang akan datang (Jogiyanto, 2000). Variabel return saham adalah variabel
dependen pada penelitian ini. Disinyalir variabel return saham dipengaruhi oleh beberapa
faktor lain.
Return on Asset (ROA)
Rasio ROA digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaanmemanfaatkan sumber
ekonomi yang ada untuk menciptakan laba.Rasio ROA mewakili rasio profitabilitas dalam
penelitian ini. ROA didapatkan dengan cara membagi Net Income Afte Tax/NIAT
(pendapatan bersih setelah pajak) dengan average total asset (rata-rata asset total).
Debt to Equity Ratio (DER)
Rasio DER digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan sumber
ekonomi yang ada untuk menciptakan laba. Rasio DER mewakili rasio leverage atau rasio
solvabilitas. DER didapatkan dengan membandingkan nilai total hutang dengan total modal
sendiri.
Current Ratio (CR)
Rasio CR digunakan untuk mengukur kemampuan aktiva lancar untuk menutupi kewajiban
lancar (kewajiban jangka pendek) yang dimiliki perusahaan.Rasio CR mewakili rasio
likuiditas dalam penelitian ini. CR didapatkan dengan cara membagi aktiva lancar dengan
kewajiban lancar (kewajiban jangka pendek).
Teknik Analisis Data
Tehnik analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk
mendapatkan gambaran mengenai hubungan variabel dependen dengan variabel
independen dengan menggunakan Program Microsoft Excel dan Program SPSS, untuk
mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari beberapa variabel

9

independenterhadap variabel dependen maka digunakan model regresi linier berganda
yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Sebelum melakukan Analisis regresi berganda, terlebih dahulu kita harus melakukan uji
asumsi klasik agar tidak timbul masalah dalam penggunaan analisisregresi linier berganda
dan kita dapat menilai goodness of fit suatu model dengan baik dan tepat.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi, variabel
penggangu atau residual memiliki distribusi normal. Salah satu cara untuk melihat
normalitas residual adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan
distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis
lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika
distribusi dari data residual tersebut normal, maka garis yang menggambarkan data
sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2006).
Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi berganda ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen).Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2006).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi dapat dilihat
dari nilai Tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF).Kedua ukuran ini menunjukkan
setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya,
dalam pengertian sederhana, setiap variabel independen menjadi variabel dependen
(terikat) dan diregres terhadap variabel independen lainnya.Tolerance mengukur variabilitas
variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya
(Ghozali, 2006). Nilai Tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena
VIF=1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolonieritas adalah nilai Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 walaupun
multikolonieritas dapat dideteksi dengan nilai nilai tolerance dan VIF. Tetapi kita masih
tetap tidak mengetahui variabel– variabel independen mana sajakah yang saling berkorelasi
(Ghozali, 2006).
Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
variance dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homokedastisitas.
Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat Grafik
Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya
SRESID. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada
atau tidaknya pola tertentu pada grafik scater plot antara SRESID dan ZPRED di mana
sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y
sesungguhnya) yang telah di-studentized (Ghozali, 2006).
Dasar analisis:
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan
telah terjadi heteroskedastisitas.

10

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik – titik menyebar di atas dan di bawah angka
0 pada Sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006).
Uji Autokorelasi
Analisis Uji Autokorelast bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier
berganda ada korelasi antara kesalahan pengggangu pada periode t dengaan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada
problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi, untuk
mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, dapat dilakukan uji statistik dengan cara melalui
Uji Durbin Watson (DW Test). Dasar pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi
adalah sebagai berikut:
1. Bila nilai DW terletak diantara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du) maka
koefisien autokorelasi = 0 , berarti tidak ada autokorelasi
2. Bila nilai DW lebih rendah dari batas bawah atau lower bound (dl) maka
koefisien autokorelasi > 0, berarti ada autokorelasi positif
3.Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl) maka koefisien autokorelasi < 0, berarti ada
autokorelasi negatif
4.Bila nilai DW terletak antara du dan dl atau DW terletak diantara (4-du) dan (4-dl),
maka hasilnya tidak dapat disimpulkan (Ghozali, 2006)
Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara
variabel dependen (return saham) dengan variabel independen (Current Ratio,Debt to Equity
Ratio, Return On Asset). Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai actual dapat
diukur dari Goodness of fitnya.Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai koefisien
determinannya, nilai statistik F, dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan
secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana H0
ditolak).Sebaliknya disebut tidak signifikan apabila nilai statistiknya berada di dalam daerah
di mana H0 diterima (Ghozali, 2006). Model analisis regresi berganda dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Y=

+ 1CR + 2DER + 4ROA + e

Keterangan:
Y :Return saham
: konstanta
1, 2… : koefisein regresi
CR :Current Ratio
DER :Debt to Equity Ratio
ROA :Return On Asset
e : Kesalahan Residual ( error )
Pengujian Hipotesis
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen.Nilai koefisien determinasi adalah antara nol
dan satu.Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel – variable independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel – variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan

11

untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secaraumum koefisien determinasi untuk
data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determminan yang
tinggi (Ghozali, 2006).
Uji Signifikansi Simultan ( Uji Statistik F )
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau
bebas yang dimasukkan ke dalam model regresi secara bersama – sama mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen atau terikat. Untuk menguji hipotesis ini digunakan
statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:
1 Quick look: bilai nilai F lebih besar dari pada 4 maka Ho dapat ditolak pada derajat
kepercayaan 5 %. Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif yang
menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan
mempengaruhi variabel dependen.
2 Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Bila nilai F
hitung lebih besar dari pada nilai F tabel, maka Ha ditolak dan menerima Ha
(Ghozali, 2006)
Uji Signifikan Parameter Individual ( Uji Statistik t )
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen
secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis nol (Ho) yang
hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau; H0 : bi = 0. Artinya,
apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap
variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha) parameter suatu variabel tidak sama dengan
nol, atau: Ha : bi ≠ 0 Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap
variabel dependen (Ghozali, 2006). Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut:
1 Quick look : bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat
kepercayan sebesar 5 %, maka Ho yang menyatakan bi = 0 dapat ditolak bila nilai t
lebih besar dari pada 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain kita menerima
hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara
individual mempengaruhi variabel dependen.
2 Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel.Apabila nilai
statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel, maka kita
menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen
secara individual mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2006).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Uji Normalitas Data
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi, variabel
penggangu atau residual memiliki distribusi normal. Salah satu cara untuk melihat
normalitas residual adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan
distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis
lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika
distribusi dari data residual tersebut normal, maka garis yang menggambarkan data
sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2006).

12

Hasil uji normalitas melalui program SPSS21 adalah sebagai berikut :

Gambar 1
Hasil Uji Normalitas
Data SPSS 21.0

Berdasarkan gambar 1 diketahui data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi berganda ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen).Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolonieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai Variance
Inflation Factor (VIF). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolonieritas adalah nilai Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 .Hasil
pengujian dengan menggunakan nilai Tolerance dan VIF, dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut
ini :

13
Tabel 1
Hasil Uji Multikolonieritas

Coefficientsa
Model
Unstandardized Standardized
Coefficient
Coefficients

B
Std.eror
(Constant) -0.036
1 CR
-0.109
DER
0.148
ROA
5.666

Beta
-0.232
-0.087
0.173
1.963

T

Sig. Collinearit y Statistics

Tolerance

VIF
-0.156
0.877
-0.322 -1.246
0.244
0.412
0.158
0.854
0.401
0.790
2.886
0.008

2.425
0.806
1.240
0.367
2.726

a. Dependent Variable: Return Saham
Sumber : Hasil Uji Multikolonieritas Data SPSS 21.0

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa semua variabel independen menunjukan
nilaitolerance lebih besar dari 0,10 (Tolerance ≥ 0,10) dan nilai VIF lebih kecil dari 10 (VIF ≤
10). Maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak terjadi gejala
multikolonieritas.
Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
variance dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2006).
Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat Grafik
Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya
SRESID. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada
atau tidaknya pola tertentu pada grafik scater plot antara SRESID dan ZPRED di mana
sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y
sesungguhnya) yang telah di-studentized (Ghozali, 2006).
Dasar analisis:
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah
terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik – titik menyebar di atas dan di bawah angka 0
pada Sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006). Berikut ini
adalah hasil uji heteroskedastisitas melalui program SPSS21.

14

Gambar 2
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Data SPSS 21.0

Berdasarkan gambar 2 diketahui titik-titik yang ada tidak membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) dan titik – titik menyebar di
atas dan di bawah angka 0 pada Sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi
tidak terjadi heteroskedastisitas.
Uji Autokorelasi
Analisis Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier
berganda ada korelasi antara kesalahan pengggangu pada periode t dengaan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah yang bebas dari
autokorelasi, untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, dapat dilakukan uji statistik
dengan cara melalui uji Durbin Watson .
Model Tabel 2
Hasil Uji Autokorelasi

M
R
R Square
o
d
e
l
10.534
0.285

Adjusted R
Square

0.203

Std. Error of the
Estimate

0.40705753

a. Predictors: (Constant), ROA, DER, CR
b. Dependent Variable: Return Saham
Sumber: Hasil Uji AutokorelasiData SPSS 21.0

R Square Change

0.285

Change Statistics
F Change df1 df2 Sig. F Change

3.458

3

26

0.031

DurbinWatson

1.842

15

Dari tabel 3 terlihat nilai DW sebesar 1,842, sesuai dengan tabel Durbin Watson:
1. DW terletak diantara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du)
2. DW lebih besaar dari batas bawah atau lower bound (dl)
3. DW lebih rendah dari (4-dl)
4. DW tidak terletak antara du dan dl atau DW tidak terletak diantara (4-du) dan (4-dl).
Maka dapat disimpulkan tidak terjadi gejala autokorelasi dalam penelitian ini.
Analisis Regresi Berganda
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS 21.0 diperoleh hasil sebagai
berikut :
Tabel 3
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficients
Model

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error

(Constant)

-0.036

0.232

1CR
DER
ROA

-0.109

0.087

0.148
5.666

0.173
1.963

Standardized
Coefficients
Beta

T

Sig.

Correlations
Zeroorder

Partial

Part

Collinearity
Statistics
Toler
VIF
ance

-0.156

0.877

-0.322

-1.246

0.224

0.236

-0.237

-0.207 0.412

2.425

0.158
0.790

0.854
2.886

0.401
0.008

-0.091
0.475

0.165
0.493

0.142 0.806
0.479 0.367

1.240
2.726

a. Dependent Variable: Return_Sahan
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Data SPSS 21.0

Berdasarkan hasil perhitungan program SPSS diketahui bahwa persamaan regresi berganda
adalah sebagai berikut :
Return Saham = -0,036 + -0,109CR + 0,148DER + 5,666ROA
Dari hasil analisis regresi tersebut ditemukan adanya hubungan antara variabel
independen (CR, DER, ROA) dengan variable dependen (return saham). Dalam hal tersebut
dalam diinterpretasikan bahwa jika Current Ratio (CR), Debt Equity Ratio (DER), dan Return
on Asset (ROA) bernilai nol, maka return saham sebesar -0,036.
Koefisien regresi variabel CR sebesar -0,109 artinya jika varibel lainya tetap dan CR
mengalami penambahan 1 satuan, maka return saham akan mengalami penurunan 0,109.
Koefisien regresi variabel DER sebesar 0,148 artinya jika variabel lainya tetap dan DER
mengalami penambahan 1 satuan, maka return saham akan mengalami kenaikan sebesar
0,148. Koefisien regresi variabel ROA sebesar 5,666 artinya jika variabel lainya tetap dan
ROA mengalami penambahan 1 satuan maka return saham akan mengalami kenaikan
sebesar 5,666.
Pengujian Hipotesis
Pengujian Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi berguna untuk mengkur seberapa besar peranan variabel
independen Current Ratio (CR), Debt Equity Ratio (DER), dan Return on Asset (ROA) secara
bersama- sama menjelaskan perubahan yang terjadi terhadap variabel dependen return
saham. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

16

Tabel 4
Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model

R

R Square

Adjusted R
Square

Model Summaryb
Std. Error of Change Statistics
the Estimate
R Square
F Change
Change
0.40705753
0.285
3.458

1
0.534a
0.285
0.203
a. Predictors: (Constant), ROA, DER, CR
b. Dependent Variable: Return Sahan
Hasil Uji Koefisien DeterminasiData SPSS 21.0

DurbinWatson
df1

df2

3

26

Sig. F
Change
0.031

1.842

Dari tabel diatas diketahui bahwa koefisien determinasi yang disesuaikan (adjusted R
square) sebesar 0,203 atau sebesar 20,3%, Hal ini berarti 20,3% dari variabel dependen yaitu
return saham dapat dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen Current Ratio
(CR), Debt Equity Ratio (DER), dan Return on Asset (ROA). Sedangkan sisahnya sebesar 79,7%
dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Pengujian Signifikansi Simultan ( Uji Statistik F )
Untuk mengatuhi bahwa variabel independen yaitu Current Ratio (CR), Debt Equity
Ratio (DER),danReturn on Asset (ROA) secara simultan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhaddap variabel dependen return saham. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
dalam tabel berikut ini:
Tabel 5
Hasil Uji ANOVA
ANOVAa
Model

Sum of Squares
Regression
1.719
1
Residual
4.308
Total
6.027
a. Dependent Variable: Return_Sahan
b. Predictors: (Constant), ROA, DER, CR
Hasil Uji ANOVA Data SPSS 21.0

Df
3
26
29

Mean Square
.573
.166

F
3.458

Sig.
.031b

Dari uji ANOVA (Analysis of varians) atau uji F,menunjukan Fhitung sebesar 3,458
dengan nilai sig. Sebesar 0,031. Sedangkan untuk mencari Ftabel dengan jumlah sampel(n)= 30
dan, jumlah variabel (k)= 4, taraf signifikan = 0,05 diperoleh nilai Ftabel sebesar 2,98
sehingga Fhitumg (3,458) > Ftabel (2,98) dan secara statistik diperoleh nilai signifikansi 0,031
karena nilai signifikan (0,031) < taraf signifikansi (0,05), dengan demikian maka Ho ditolak
dan Ha diterima, hal ini menunjukan bahwa Current Ratio (CR), Debt Equity Ratio (DER), dan
Return on Asset (ROA) secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
return saham.
Pengujian Signifikan Parameter Individual ( Uji Statistik t )
Untuk mengetahui bahwa variabel Current Ratio (CR), Debt Equity Ratio (DER), dan
Return on Asset (ROA) secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham
maka digunakan pengujian individu atau parsial (uji t). Dalam pengujian ini sampel (n)= 30
dan, jumlah variabel (k)=4, taraf signifikan = 0,05 sehingga diperoleh nilai ttabel sebesar ±
2,059 .Untuk mengetahui thitung setiap variabel dapat dilihat pada tabel berikut ini:

17

Tabel 6
Hasil Uji Statistik t

Model

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error

Standardized
Coefficients
Beta

(Constant)
-0.036
0.232
CR
-0.109
0.087
-0.322
1
DER
0.148
0.173
0.158
ROA
5.666
1.963
0.790
a. Dependent Variable: ReturnnSahan
Hasil Uji Statistik t Data SPSS 21.0

Coefficientsa
T
Sig.

-0.156
-1.246
0.854
2.886

0.877
0.224
0.401
0.008

Correlations
Zeroorder

Partial

Part

0.236
-0.091
0.475

-0.237
0.165
0.493

-0.207
0.142
0.479

Collinearity
Statistics
Toler
VIF
ance
0.412
0.806
0.367

2.425
1.240
2.726

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa current ratio (CR) memiliki thitung
sebesar -1,246 sehingga thitung -1,246 < ttabel -2,059 dengan nilai signifikansi sebesar 0,224 lebih
besar daripada taraf signifikansi 0,05 maka Ha ditolak Ho diterima. Nilai t negatif
menunjukkan bahwa current ratio (CR) mempunyai hubungan yang berlawanan arah dengan
return saham. Jadi dapat disimpulkan current ratio (CR) tidak berpengaruh signifikan
terhadap return saham.
Debt Equity Ratio (DER) memiliki thitung sebesar 0,854 sehingga thitung 0,854 < ttabel 2,059
dengan nilai signifikansi sebesar 0,401 lebih besar daripada taraf signifikansi 0,05 maka Ha
ditolak Ho diterima. Dapat disimpulkan bahwa Debt Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh
signifikan terhadap return saham.
Return on Asset (ROA) memiliki thitung sebesar 2,886 sehingga thitung 2,886 > ttabel 2,059
dengan nilai signifikansi sebesar 0,008 lebih kecil daripada taraf signifikansi 0,05 maka Ho
ditolak Ha diterima yang artinya Return on Asset (ROA) mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap return saham.
Pembahasan
Dalam pengujian statistik F, variabel independenCurrent Ratio (CR), Debt Equity Ratio
(DER), dan Return on Asset (ROA) secara bersama- sama (simultan) mempunyai pengaruh
yang signifikan (nilai signifikan 0,031< taraf signifikan = 0,05 ) terhadap return saham
sebesar 20,3%. Hal ini berarti masih terdapat 79,7% pengaruhi dari variabel lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini.
Hasil uji hipotesis secara individual terlihat bahwa Current Ratio (CR) tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham ditunjukan oleh thitung -1,246 <
ttabel -2,059 dengan nilai signifikansi sebesar 0,224 lebih besar daripada taraf signifikansi 0,05.
Hal ini menunjukan bahwa semakin besar Current Ratio (CR) maka akan semakin rendah
return saham.
Nilai CR yang tinggi belum tentu baik ditinjau dari segi profitabilitasnya. Sawir (2005:9)
menyatakan bahwa CR yang rendah akan berakibat pada menurunnya harga pasar saham
perusahaan bersangkutan, namun CR terlalu tinggi belum tentu baik karena pada kondisi
tertentu hal tersebut menunjukkan banyak dana perusahaan yangbmenganggur (aktivitas
sedikit) yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba perusahaan
Senada dengan Sawir, Prastowo (1995) mengungkapkan CR yang tinggi dapat disebabkan
adanya piutang yang tidak tertagih dan persediaan yang belum terjual, yang tentunya tidak
dapat digunakan secara cepat untuk membayar utang lancarnya.Dari argumen yang
dikemukakan oleh Sawir (2005:9) dan Prastowo (1995).Dapat disimpulkan bahwa aset lancar
yang bernilai cukup besar yang dalam hal ini digunakan sebagai pembilang dalam

18

perhitungan CR bisa saja lebih didominasi oleh komponen piutang yang tidak tertagih dan
persediaan yang belum terjual yang nilai dari kedua komponen ini lebih tinggi dari pada
nilai komponen aset lancar lainnya yang digunakan untuk membayar utang lancar.jika hal
ini terjadi tentu rasio CR suatu perusahaan akan tinggi dan mengakibatkan seakan-akan
perusahaan berada dalam kondisi yang likuid.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sulaiman dan Handi
(2008) serta Hernendiastoro (2005) yang menunjukkan CR berpengaruh negatif terhadap
return saham. Debt Equity Ratio (DER) memiliki thitung sebesar 0,854 sehingga thitung 0,854 < ttabel
2,059 dengan nilai signifikansi sebesar 0,401 lebih besar daripada taraf signifikansi 0,05 maka
Ha ditolak Ho diterima. Dapat disimpulkan bahwa Debt Equity Ratio (DER) tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Tidak adanya pengaruh yang signifikan dari DER terhadap return saham dapat berarti
bahwa ada penilaian yang berbeda dari investor terhadap arti pentingnya hutang bagi
perusahaan.Beberapa investor dapat berpikir bahwa DER yang besar akan menjadi beban
bagi perusahaan karena adanya kewajiban dari perusahaan untuk membayar hutang dan
adanya resiko kebangkrutan yang akan ditanggung oleh investor.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Bramantyo dan Handi
(2008) serta Hernendiastoro (2005) yang menunjukkan CR berpengaruh negatif terhadap
return saham. Di sisi lain beberapa investor juga berpendapat bahwa hutangsangat
dibutuhkan oleh perusahaan untuk operasional perusahaan. Hutang diperlukan
olehperusahaan untuk menambah modal perusahaan karena dengan memiliki hutang yang
besar dapat digunakan untuk meningkatkan modal perusahaan sehingga perusahaan dapat
mengembangkan usahanya dan dengan melakukan pengembangan usaha maka investor
lebih tertarik untuk membeli saham