PERNIKAHAN DINI DI DUSUN PALU DESA KARANG PINANG KECAMATAN KEMBANG KABUPATEN BOJONEGORO : TINJAUAN DRAMATURGI.

(1)

PERNIKAHAN DINI DI DUSUN PALU DESA KARANG

PINANG KECAMATAN KEMBANG KABUPATEN

BOJONEGORO

(Tinjauan Dramaturgi)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

(S. Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

UMI KHOLISOTIN

NIM. B05211068

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

J U R U S A N I L M U S O S I A L

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


(2)

PERSETUJUAII

Setelah melakukan bimbingan,

skripsi yang ditulis oleh:

PEMBIMBING

arahan, dan koreksi terhadap penulisan

Nama

NIM

Ptogram Studi

Umi Kholisotin

B0521 1068

Sosiologi

yang berjudul

:

"Pernikahan

Dini

Di

Dusun Palu Desa Karang Pinang

Kecamatan Kembang Kabupaten Bojonegoro", saya berpendapat skripsi tersebut sudah diperbaiki dan dapat diujikan dalam rangka memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial dalam bidang Sosiologi.

Surabaya, 27 Juli20l5

Pembimbing

Husn/l Muttaqin. S.Sos. M.S.l NrP. 1 9780 I 20200604t003


(3)

PENGESAHAN

Slripsi oleh Umi Kholisotin dengan judul "Pernikahan Dini Di Dusun Palu

Dcsa Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten Bojonegorc' telah

dipertahankan dan dinyatakan lulus di depan Tim Penguji Slaipsi padatanggal 12

Agustus 2015.

TIM PENGUJI SKRIPSI

Penguji IV

M

Hi

Siti Aziz.ah S Ao M NIP. 1 977030T2007 102005

Surabay4 12 Agustus 2015

Mengesahkan,

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Penguji I

Penguji III

}.IIP. 19780120200604rc43

Moh. Ilvas Rolis S.Ae. M.Si NIP. I 977041 8201 101007

NIP.1954050

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

NIP. 19740209199803 1002


(4)

PER}I'YATAAN

PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI B i.sm i I I ahir ahmanirr a him

l'ang bertanda tangan dibawah ini, saya:

Nama

NIM

Program Studi

Judul Skripsi

Umi Kholisotin

80s21 1068

Sosiologi

Pernikahan Dini

Di

Dusun Palu Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten Boj onegoro

Irlenyatakan dengan sesungguhnya bahwa:

l)

Skripsi

ini

tidak pernah dikumpulkan kepada lembaga pendidikan mana pun untuk mendapatkan gelar akademik apapun.

Skripsi ini adalah benar-benar hasil karya saya secara mandiri dan bukan merupakan plagiasi atau karya orang lain.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini sebagai hasil plagiasi, saya bersedia menaggung segala konsekuensi hukum yang

terjadi.

Surabay4 Juli 2015 Yang Menyatakan 2)

3)

Umi Kholisotin


(5)

ABSTRAK

Umi Kholisotin, 2015,Pernikahan DiniDi Dusun Palu Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten Bojonegoro, Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Pernikahan Diniearly-age marriage

Permasalahan yang dikaji di dalam penelitian ini adalah fenomena pernikahan pada usia dini, yang mana menikah pada usia dini di Dusun Palu Desa Karang Pinang tersebut dipengaruhi oleh pola pikir yang terbelakang dan wilayah pemukiman masyarakat setempat yang terpencil dan jauh dari keramaian, serta kepercayaan terhadap mitos menjadi pemicu utama dalam pernikahan dini tersebut. Ketakutan para orangtua akan hal yang negatif juga menjadi faktor dimana para remaja di Dusun Palu tersebut menikah pada usia yang masih sangat muda.

Metode yang digunakan didalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Teori yang digunakan untuk melihat fenomena tentang Pernikahan Dini di Dusun Palu Desa Karang Pinang adalah teori Dramaturgi(Erving Goffman) tentang kehidupan atau perilaku ketika di depan panggung (font stage) dan perilaku saat di belakang panggung (back stage).

Dari hasil penelitian ditemukan bahwaPernikahan dini yang terjadi di Dusun Palu tersebut di picu oleh beberapa hal yaitu karena Tradisi (dipengaruhi oleh mitos), Ekonomi serta Pendidikan yang terbelakang. Selain dari faktor utama tersebut terpencilnya wilayah serta susahnya transportasi untuk menuju ke tempat keramaian membuat pemikiran mereka semakin terbelakang dan tertinggal, ketakutan akan hal yang buruk dan menjadi prawan tua membuat mereka tak mementingkan pendidikan dan akhirnya menikahkan anaknya pada usia yang sangat muda. Kepercayaan terhadap mitos yang sampai saat ini masih menjadi pola pikir mereka sangat mempengaruhi kehidupan mereka dan pada akhirnya menikah muda menjadi pilihan utama, ketakutan akan nasip menjadi prawan tua menjadi faktor yang kuat dalam menikah dini tersebut. Selain kepercayaan terhadap mitos tersebut pendidikan serta pengetahuan yang kurang mempengaruhi pola pikir mereka sehingga menikah muda tidaklah hal yang buruk bagi kehidupan mereka. Hal tersebut dikarenakan oleh tempat sekolah yang jauh dan tidak adanya biaya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dan pada akhirnya mereka mempunyai wawasan yang minim sehingga menikah pada usia dini masih sangat berkembang dengan bagus di Dusun Palu tersebut. Namun menikah dini tak selalu mempunyai dampak yang negatif, di Dusun Palu tersebut menikah dini mempunyai dampak yang baik yaitu mereka bisa hidup mandiri dan bisa mengurangi beban orangtua mereka, dan para remaja yang menikah muda tersebut mayoritas dapat hidup dengan baik dan bahagia.


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL...xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I: PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Konseptual ... 8

F. Telaah Pustaka ... 8

G. Metode Penelitian... 21

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 21

2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

3. Pemilihan Subyek Penelitian ... 23

4. Tahap-Tahap Penelitian...24

5. Teknik Pengumpulan Data ... 26

6. Teknik Analisis Data ... 27

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 28

H. Sistematika Pembahasan ... 28

BAB II :DRAMATURGI: ERVING GOFFMAN...31

1. Kerangka Teoritik ... 31

2. Sejarah Teori Dramaturgi...33

3. Biografi Erving Goffman...34


(7)

5. Dramaturgi (Kita Sebenarnya Hidup Di atas Panggung)...38

BAB III : PERNIKAHAN DINI ... 41

A. Profil Dusun Palu Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten Bojonegoro... 41

1. Letak GeografisDusun Palu Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten Bojonegoro ... 41

a. Struktur Pemerintahan di Desa Karang Pinang ... 43

b. Luas Wilayah Desa Karang Pinang... 44

c. Batas Wilayah DesaKarang Pinang ... 45

d. Luas Wilayah Dusun Palu ... 45

e. Batas Wilayah Dusun Palu ... 46

f. Mata Pencaharian Warga Dusun Palu Desa Karang Pinang ... 46

g. Jumlah Penduduk Dusun Palu berdasarkan Pemeluk Agama ... 48

h. Tingkat Penghasilan Penduduk Warga Dusun Palu Desa Karang Pinang ... 49

i. Tingkat Kesejahteraan Warga Dusun Palu Desa Karang Pinang ... 50

j. Jumlah Penduduk, Usia, Pendidikan dan Status Warga Dusun Palu Desa Karang Pinang ... 51

k. Tempat Ibadah Warga Dusun Palu Desa Karang Pinang ... 56

B. Pernikahan Dini ... 57

1. Proses terjadinya Pernikahan Dini ... 57

2. Faktor Pernikahan Dini Di Dusun Palu ... 62

a. Tradisi ... 62

b. Ekonomi dan Pendidikan yang Terbelakang... 64

c. Lingkungan Yang Terpencil ... 68

3. Dampak Positif Pernikahan Dini Di DusunPalu ... 71

a. Keharmonisan Dalam Rumah Tangga... 71

b. Psikologis Yang LebihMandiri……… 72

c. KesetaraanSosial……….. 75

d. BebanEkonomi Yang Berkurang………. 81

C. Pernikahan Dini dilihat dari Kacamata Teori Dramaturgi ErvingGoffman...84

BAB IV : PENUTUP ... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 90


(8)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Menikah adalah sunnatullah yang akan dilalui semua orang dalam proses perjalanan hidupnya. Untuk menikah ada dua hal yang harus di perhatikan, yaitu kesiapan fisik dan kesiapan mental. Kesiapan fisik seseorang dilihat dari kemampuan ekonomi, sedangkan kesiapan mental dilihat dari faktor usia. Akan timbul permasalahan jika pernikahan dilakukan di usia yang sangat muda yaitu menikah dini yang secara fisik dan mental memang belum siap.1

Menikah merupakan acara sakral yang mana dalam menikah tersebut kita sangat menginginkan kebahagiaan dan keharmonisan dalam berumah tangga, tujuan utama dalam menikah adalah mempunyai keluarga yang langgenng sampai ajal menjemput dan mempunyai partner dalam mengarungi kehidupan. Kita sebagai manusia yang normal tentunya sangat menginginkan pernikahan yang langgeng dan hanya terjadi satu kali dalam kehidupan kita.2

Pernikahan dini merupakan pernikahan yang sering kita dengar, biasanya pernikahan dini terjadi pada zaman dahulu (zaman nenek moyang kita), namun pada saat sekarang ini masih ada wilayah yang

1

Noni Arni,Kuatnya Tradisi, Salah Satu Penyebab Pernikahan Dini(Yogyakarta:Lkis, 2007), 91.

2

Muhammad Fauzul Adim, Indahnya Pernikahan Dini (Jakarta: PT Linggar Pena, 2002), 39.


(9)

2

masih menggunakan tradisi menikah dini tersebut, tentunya untuk zaman yang sudah modern ini kurang pas jika maih menikah dalam usia dini.

Pada hakekatnya, penikahan dini juga mempunyai sisi positif. Kita tahu, saat ini pacaran yang dilakukan oleh pasangan muda-mudi acapkali tidak mengindahkan norma-norma agama. Kebebasan yang sudah melampui batas, dimana akibat kebebasan itu kerap kita jumpai tindakan-tindakan asusila di masyarakat. Fakta ini menunjukkan betapa moral bangsa ini sudah sampai pada taraf yang memprihatinkan.3

Kebijakan pemerintah dalam menetapkan batas minimal usia pernikahan ini tentunya melalui proses dan berbagai pertimbangan. Hal ini dimaksudkan agar kedua belah pihak benar-benar siap dan matang dari sisi fisik, psikis dan mental. Dari sudut pandang kedokteran, pernikahan dini mempunyai dampak negatif baik bagi ibu maupun anak yang dilahirkan. Menurut para sosiolog, ditinjau dari sisi sosial, pernikahan dini dapat mengurangi harmonisasi keluarga. Hal ini disebabkan oleh emosi yang masih labil, gejolak darah muda dan cara pikir yang belum matang. Melihat pernikahan dini dari berbagai aspeknya memang mempunyai banyak dampak negatif. Oleh karenanya, pemerintah hanya mentolerir pernikahan diatas umur 19 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk wanita.4

Fenomena pernikahan diusia anak-anak menjadi kultur sebagian masyarakat Indonesia yang masih memposisikan anak perempuan sebagai

3

Abdul Shaheed, Tinjauan Fiih Pernikahan Dini (Yogyakarta: Gaul I,2009), 87

4


(10)

3

warga kelas ke-2. Para orang tua ingin mempercepat perkawinan dengan berbagai alasan ekonomi, sosial anggapan tidak penting pendidikan bagi anak perempuan dan stigma negatif terhadap status perawan tua.5

Sebenarnya kalau kita mau menelisik lebih jauh, fenomena pernikahan dini bukanlah hal yang baru di Indonesia, khususnya daerah Jawa. Penulis sangat yakin bahwa mbah buyut kita dulu banyak yang menikahi gadis di bawah umur. Bahkan jaman dulu pernikahan di usia

”matang” akan menimbulkan preseden buruk di mata masyarakat.

Perempuan yang tidak segera menikah justru akan mendapat tanggapan miring atau lazim disebut perawan kaseb.

Namun seiring perkembangan zaman, image masyarakat justru sebaliknya. Arus globalisasi yang melaju dengan kencang mengubah cara pandang masyarakat. Perempuan yang menikah di usia belia dianggap sebagai hal yang tabu. Bahkan lebih jauh lagi, hal itu dianggap menghancurkan masa depan wanita, memberangus kreativitasnya serta mencegah wanita untuk mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.

Di Dusun Palu Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten Bojonegoro ini ternyata semua anak-anak di desanya menikah pada usia dini. Bahkan mereka ada yang belum sampai lulus SMP sudah

5Syakir, Muhammad Fu’ad,

Pernikahan Terlarang : Penerjemah Fauzan Jamal & Alimin (Jakarta: Cendekia Sentra Muslim,2002), 11


(11)

4

menikah, jarang yang melanjutkan sampai SMA. Dalam desa tersebut terdapat salah satu pasangan yang menarik. Yaitu pada saat menikah masih berumur 14 tahun yang perempuan dan yang lelaki berumur 15 tahun, terpaksa mereka hanya di akadkan saja kerena sang penghulu tidak berani menikahkan mereka pada umur yang belum mencukupi. Melihat realita seperti ini sangat memprihatinkan dan sangat di sayangkan sekali apabila wanita di desa tersebut tidak merasakan indahnya mengenyam dunia pendidikan.

Dengan adanya pernikahan dini di desa tersebut tentunya para remaja di desa tersebut sangat kurang ilmu pengetahuan dan wawasan yang sempit. Tapi menikah dini tidak hanya memiliki nilai negatif, menikah pada usia dini juga mempunyai nilai yang positif, yaitu dapat mencegah pergaulan yang bebas dan dapat menjauhkan para remaja dari perbuatan yang tidak di inginkan. Karena melihat realita sekarang ini para remaja harus di didik dengan yang sebenar-sebenarnya, melihat keadaan dunia yang semakin tua dan zaman yang sudah sangat modern, tentunya bagi para orang tua harus lebih memberi himbauan untuk para anaknya agar jangan sampai terjerumus kedalam pergaulan yang salah dan lembah yang membawa pada keburukan.

Menurut peneliti, pernikahan dini di Dusun Palu ini menarik untuk di teliti, karena dengan kepercayaan mitos yang belum tentu kebenarannya sampai sekarang ini di gunakan prinsip dalam hidup oleh masyarakat desa tersebut, ketakutan akan mitos menjadi prawan tua dan perjaka kerak


(12)

5

adalah hal utama yang menjadi prinsip hiup mereka, dan menurut peneliti sangat menarik karena pernikahan serta hidup mereka menggunakan kepercayaan terhadap mitos yang belum tentu benar adanya, pada zaman sekarang sangat tidak pas apabila seorang wanita harus menikah muda, karena wanita juga bisa berkarir dan mampu menjadi wanita yang lebih maju, bukan hanya di dapur saja dan menjadi ibu rumah tangga.

Pemikran warga dusun palu membuat para remaja mengalami pernikahan dini, saat usia mereka baru 14 tahun para orangtua sudah mulai resah dan kebingungan apabila belum mendapatkan jodoh. Ibarat bunga sudah layu jika pada saat usia yang masih muda belum mendapatkan jodoh atau menikah. Namun dengan adanya pernikahan dini tersebut tidak membuat kegagalan rumah tangga atau semacam KDRT. Suasana damai dan tentram selalu terlhat di dusun palu tersebut. Hal itu di karenakan karena interaksi sosial mereka yang begitu kuat dan bagus. Oleh sebab itu pernikahan dini di dusun palu bukan menjadi hal yang buruk.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah pada suatu penelitian adalah untuk memudahkan dalam menganalisa dan mengevaluasi masalah serta agar dapat lebih terarah dan jelas sehingga diperoleh langkah-langkah pemecahan masalah yang efektif dan efisien, maka perlu dibuat suatu perumusan masalah. Adapun perumusan masalah yang peneliti kemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(13)

6

1. Apa faktor yang menyebabkan pernikahan pada usia dini di Dusun Palu Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten Bojonegoro ? 2. Bagaimana dampak pernikahan pada usia dini di Dusun Palu Desa Karang

Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten bojonegoro ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah di atas adalah:

1. Untuk mengetahui faktor apa yang melatar belakangi sehingga pernikahan dini tersebut bisa terjadi pada masyarakat di Dusun Palu Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten Bojonegoro.

2. Untuk mengetahui dampak dari adanya pernikahan dini di Dusun Palu Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten Bojonegoro.

D. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian pastilah mempunyai manfaat dan kegunaan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Manfaat dari penelitian ini adalah kita dapat mengetahui faktor-faktor terjadinya pernikahan pada usia muda di desa tersebut. Sekarang ini sudah tidak zamannya lagi menjadi anak-anak yang di jodohkan dalam usia yang masih sangat muda.


(14)

7

Dan dengan adanya penelitian ini semoga kita bisa menjadi manusia yang lebih bersyukur karena kita masih bisa merasakanz indahnya dunia pendidikan, dan kita masih dapat mmenikmati masa muda, mendapat banyak pengalaman yang mungkin tidak pernah di dapatkan pada mereka yang menikah pada usia muda.

2. Bagi Masyarakat yang di Teliti

Manfaat penelitian ini bagi masyarakat ialah masyarakat akan mengetahui bagaimana dampak adanya pernikahan dini, dan mereka juga akan sadar bahwa pada zaman sekarang ini seharusnya anak-anak perempuan mereka harus memperoleh pendidikan yang tinggi, bukan hanya sekedar menjadi ibu rumah tangga yang hanya di dapur dalam usia yang masih sangat muda.

Dengan adanya penelitian ini diharapkan pada masyarakat yang wilayahnya sangat terpencil ini mau berfikir lebih maju untuk masadepan anak-anak mereka. Dan semoga dengan adanya penelitian ini mereka sadar bahwa menikahkan pada usia dini dengan cara menjodohkan atau tradisi bukanlah cara yang disukai remaja pada masa kini. Pernikahan dini bukan hanya mempunyai dampak negatif, tapi pernikahan dini juga menjadi hal pemutus bagi pendidikan remaja yang masih belum mempunyai wawasan luas.


(15)

8

E. Definisi Konseptual 1. Pernikahan Dini

Pernikahan dini adalah sebuah pernikahan yang dilakukan oleh mereka yang berusia di bawah usia 16 tahun bagi wanita, dan di bawah 19 tahun bagi laki-laki. Semua pernikahan yang dilakukan sebelum mencapai usia tersebut maka bisa disebut pernikahan dini.6 Secara medis anak perempuan usia di bawah 16 tahun masih dianggap belum matang secara seksual karena organ reproduksinya belum mengalami menstruasi sehingga tidak dianjurkan untuk menikah. Semua pernikahan yang dilakukan sebelum mencapai usia tersebut maka bisa disebut pernikahan dini.7

F. Telaah Pustaka

1. Pernikahan Dini menurut Negara

Undang-undang negara kita telah mengatur batas usia perkawinan. Dalam Undang-undang Perkawinan bab II pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16 (enam belas tahun) tahun. Kebijakan pemerintah dalam menetapkan batas minimal usia pernikahan ini tentunya melalui proses dan berbagai

6

Arni, Kuatnya Tradisi, Salah Satu Penyebab Pernikahan Dini,89

7


(16)

9

pertimbangan. Hal ini dimaksudkan agar kedua belah pihak benar-benar siap dan matang dari sisi fisik, psikis dan mental.8

Dari sudut pandang kedokteran, pernikahan dini mempunyai dampak negatif baik bagi ibu maupun anak yang dilahirkan. Menurut para sosiolog, ditinjau dari sisi sosial, pernikahan dini dapat mengurangi harmonisasi keluarga. Hal ini disebabkan oleh emosi yang masih labil, gejolak darah muda dan cara pikir yang belum matang. Melihat pernikahan dini dari berbagai aspeknya memang mempunyai banyak dampak negatif. Oleh karenanya, pemerintah hanya mentolerir pernikahan diatas umur 19 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk wanita.

2. Pernikahan Dini Menurut Agama Islam

Agama dan negara terjadi perselisihan dalam memaknai pernikahan dini. Pernikahan yang dilakukan melewati batas minimnal Undang-undang Perkawinan, secara hukum kenegaraan tidak sah. Istilah pernikahan dini menurut negara dibatas dengan umur. Sementara dalam kaca mata agama, pernikahan dini ialah pernikahan yang dilakukan oleh orang yang belum baligh.9

Terlepas dari semua itu, masalah pernikahan dini adalah isu-isu kuno yang sempat tertutup oleh tumpukan lembaran sejarah. Dan kini, isu

8

Cik Hasan Basri, Kompilasi Hukum Islam dan Peradilan Agama Dalam Sistem Hukum Nasional (Jakarta: Logos Wacan Ilmu,2000), 40

9


(17)

10

tersebut kembali muncul ke permukaan. Imam Jalaludin Suyuthi pernah menulis dua hadis yang cukup menarik dalam kamus hadisnya. Arti hadis

pertama adalah ”Ada tiga perkara yang tidak boleh diakhirkan yaitu shalat

ketika datang waktunya, ketika ada jenazah, dan wanita tak bersuami ketika

diajak menikah orang yang setara atau kafaah”.10

Pada hakekatnya, penikahan dini juga mempunyai sisi positif. Kita tahu, saat ini pacaran yang dilakukan oleh pasangan muda-mudi acapkali tidak mengindahkan norma-norma agama. Kebebasan yang sudah melampui batas, dimana akibat kebebasan itu kerap kita jumpai tindakan-tindakan asusila di masyarakat. Fakta ini menunjukkan betapa moral bangsa ini sudah sampai pada taraf yang memprihatinkan. Pernikahan dini merupakan upaya untuk meminimalisir tindakan-tindakan negatif tersebut. Daripada terjerumus dalam pergaulan yang kian mengkhawatirkan, jika sudah ada yang siap untuk bertanggungjawab dan hal itu baik dalam pandangan

syara’.11

Berbicara tentang pernikahan maka tak lepas dari yang namanya keluarga, yang mana tujuan utama menikah adalah membangun keluarga yang bahagia dan sejahtera sampai ajal memisahkan. Dalam sebuah

10

Yusuf Fatawie, Santri Lirboyo Kediri, Pernikahan Dini Dalam Perspektif Agama dan Negara. http://www.pesantrenvirtual.com/index.php/islam-kontenporer.124 tanggal 21 September 2010

11


(18)

11

keluarga tentunya keluarga mempunyai fungsi-fungsi yang harus di jalankan agar keluarga dapat berjalan dengan harmonis dan bahagia. Berikut ini adalah pengertian tentang keluarga dan fungsi-fungsi keluarga.

Keluarga adalah kelompok yang berdasarkan pertalian sanak saudara yang memiliki tanggungjawab utama atas sosialisasi anak-anaknya dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok tertentu lainnya, ia terdiri dari sekelompok orang yang memiliki hubungan darah, tali perkawinan, atau adopsi dan yang hidup bersama-sama untuk periode waktu yangg tidak terbatas.12 Selain sebagai kelompok orang yang hidup bersama keluarga juga mempunyai fungsi-fungsi lainnya, antara lain ialah:

a. Pengasuhan dan perlindungan anak yang kecil, remaja, dewasa, dan orang jompo

Keluarga terutama bertanggungjawab terhadap pengasuhan fisik dan ekonomi anak-anak mereka seaktu mereka belum mampu memenuhi fungsi mereka sendiri. Di samping itu, secara tradisional keluarga harus bertanggung jawab atas pengasuhan dan menghibur si kecil dan mencukupi kebutuhan ekonomi mereka yang lanjut usia.13

b. Sosialisasi Anak

Sepanjang ejarah mansuia, keluarga tetap merupakan perantara utama bagi tahap awal sosialisasi anak. Selama periode waktu yang

12

Bruce J Cohen. Soisologi Suatu Pengantar (Jakarta:PT RINEKE CIPTA 1992), 172

13


(19)

12

cukup lama setelah kelahirannya, keluarga adalah merupakan satu-satunya kelompok yang memberikan hubungan ekstensif bagi anak. Oleh karena kondisinya yang semacam inilah keluarga memainkan peranan penting dalam membentuk sikap, nilai, dan keyakinan-keyakinan anak dan dalam mempengaruhi corak hubungan yang akan dikembangkan dengan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya.14

c. Menyajikan Jaminan Ekonomi

Dalam kebanyakan masyarakat di luar Amerika Serikat, keluarga secara ekonomi adalah unit produksi dan unit konsumi. Secara tradisional keluarga bertanggungjasab bagi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ekonomi pokok para anggota keluarganya. Keluarga yang hidup dalam masyarakat agraris akan bekerja secara bersama sebagai sebuah unit untuk menghasilkan barang-barang dan jasa yang dibutuhkan dan untuk membantu kebutuhan-kebutuhan hidup anggota keluarga yang berusia lanjut.15

Dalam penelitian kami dengan judul, Pernikahan Dini Di dusun Palu, Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten Bojonegoro ini, kami menggunakan penelitian terdahulu yang relevan yakni:

14

Ibid.,179

15


(20)

13

1. Hendi Hermawan (2010), dalam skripsi dengan judul “Pengaruh Pernikahan Dini Terhadap Perceraian Dini (studi kasus di

pengadilan agama klaten)”.16

Skripsi yang ditulis oleh Hendi Hermawan ini memfokuskan pada dampak-dampak yang terjadi akibat adanya pernikahan pada usia dini. Di dalam skripsi ini perceraian yang menjadi akibatnya.

Metode yang di gunakan dalam skripsi yang di tulis oleh Hendi Hermawan (2010) adalah metode kualitatif, yang mana metode kualitatif adalah penelitian yang apabila menggalih data dengan menggunakan metode deskriptif dan dengan cara observasi serta wawancara.

2. Dzulkifli Ahmad (2011), dalam skripsi dengan judul “Dampak

Sosial Pernikahan Usia Dini (Studi kasus di desa gunung

sindur-Bogor)”17

Skripsi yang ditulis oleh Dzulkifli Ahmad ini memfokuskan pada dampak sosial yang terjadi akibat adanya pernikahan pada usia dini. Di dalam skripsi ini pernikahan dini menyebabkan kangker rahim yang menjadi akibatnya.

16

Hendi Hermawan,Pengaruh Pernikahan dini Terhadap Perceraian Dini(studi kasus di pengadilan agama klaten2010)skripsi fakultas syariah dan hukum UIN sunan kalijaga yogyakarta, 2010.

17

Dzulkifli Ahmad, Dampak Sosial Pernikahan Usia Dini (Studi kasus di desa gunung sindur-Bogor 2011) Skripsi fakultas dakwah dan komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.


(21)

14

Metode yang di gunakan dalam skripsi yang di tulis oleh Dzulkifli Ahmad (2011) adalah metode kualitatif, yang mana metode kualitatif adalah penelitian yang apabila menggalih data dengan menggunakan metode deskriptif dan dengan cara observasi serta wawancara. Pernikahan pada usia dini memang sudah sejak zaman dahulu terjadi,bahkan sekarangpun masih ada daerah yang masih sangat kental dengan adat tersebut.

Pernikahan dini mempunyai banyak dampak yang bisa membuat rumah tangga menjadi tidak harmonis, hal itu di sebabkan karena usia mereka yang terbilang masih sangat muda dan tingkat emosional mereka masih susah di kontrol. Jadi, pernikahan pada usia dini bukanlah hal yang gampang dan mudah untuk dijalani, semua harus dipersiapkan dengan sempurna agar tidak ada yang namanya perceraian dalam pernikahan.

Perbedaan

Dalam penelitian terdahulu tersebut hanya menjelaskan satu dampaknya saja dari pernikahan dini, yaitu perceraian. Sedangkan dalam proposal yang saya tulis ini pernikahan dini bukan hanya berdampak perceraian saja, namun juga berdampak pada psikis sang anak juga. Pada hakikatnya menikah dini mempunyai banyak dampak negatif. Dari segi biologis, psikis, perceraian dalam waktu dini, dan bahkan juga mengakibatkan kangker rahim apabila kandungan masih dalam keadaan belum siap dan masih lemah.


(22)

15

Persamaan

Sama-sama membahas pernikahan dini serta dampak dari pernikahan dini. Pada umumnya, usia perkawinan yang terlalu muda bisa mengakibatkan meningkatnya kasus perceraian karena kurangnya kesadaran untuk bertanggung jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami-isteri. Hal itu di sebabkan karena sifat pasangan pernikahan tersebut masih sangat labil sehingga sering terjadi cek-cok dan permasalahan, lalu akhirnya perceraian menjadi jalan satu-satunya tanpa memikirkan hal yang lain.

3. Faktor Pernikahan Dini

a. Tradisi Turun-temurun

Fenomena pernikahan diusia anak-anak menjadi kultur sebagian masyarakat Indonesia yang masih memposisikan anak perempuan sebagai warga kelas kedua. Kuatnya tradisi turun temurun membuat nanak-anak mereka tak mampu menolak dan pandangan negatif masyarakat terhadap status perawan tua.18

Tradisi menjadi faktor yang mendasar dalam terjadinya pernikahan dini, ajaran nenek moyang dahulu kala yang menikahkan anaknya dalam usia dini menjadikan masyarakat menganut tradisi yang seharusnya pada saat ini harus di minimalisir sebisa mungkin.

18

Suparman Usman, Perkawinan Antar Agama dan Problematika Hukum Perkawinan Di Indonesia (Serang: Saudara Serang,2002),94


(23)

16

Oleh karena tradisi yang sangat kuat akhirnya para remaja menjadi korban akan pernikahan dini tersebut dan pendidikan menjadi terputus.19

b. Lingkungan Yang Terpencil

Lingkungan yang masih sangat terpencil mempunyai pengaruh besar pada pernikahan dini. Mereka menganggap bahwa anak perempuan yang tidak segera menikah maka akan menjadi perawan tua, hal itu di sebabkan oleh pengetahuan mereka yang masih sangat terbatas dan masih kurang mengetahui kemajuan zaman.20

c. Ekonomi Yang Rendah Serta Pendidikan Yang Terbelakang

Para orang tua ingin mempercepat perkawinan dengan berbagai alasan ekonomi, anggapan tidak penting pendidikan bagi anak perempuan. Menurut masyarakat yang berada di lingkungan terpencil tentunya perempuan hanya akan memasak dan berada di dapur, oleh sebab itu pendidikan yang tinggi bagi mereka tidaklah penting dan keadaan ekonomi yang sulit dan pas-pasan juga menjadi pendorong mereka untuk tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.21 Karena ekonomi yang rendah juga sehingga mereka mengambil keputusan untuk menikahkan anak-anak mereka agar beban orangtua berkurang dan anak mereka yang menikah dini bisa

19

(http://bersamasuara.blogspot.com/2009/11/belenggu-tradisi-pernikahan-dini.html)

20

Fauzil Adhim, Saatnya Untuk Menikah (Jakarta:Gema Insani Press,2002),Cet.Ke-2,30

21


(24)

17

hidup mandiri. Namun bagaimanapun juga menikah dini adalah hal yang dapat memutuskan anak dengan dunia pendidikan.

4. Dampak Pernikahan Dini

Pernikahan dini mempunyai dampak negatif yang membuat para remaja jangan tergesa-gesa untuk menikah pada usia muda. Karena menikah adalah suatu hal yang dilakukan seumur hidup sekali dan harus siap secara mental dan fisik agar tidak terjadi kegagalan dalam berumah tangga. Banyak orang dewasa yang gagal dalam berumah tangga, hal itu di karenakan ketidak serasian serta lemahnya pendirian, dan akhirnya perceraian menjadi pilihan mereka, apalagi menikah pada usia dini tentunya banyak sekali rintangan yang harus dihadapi untuk menjaga utuhnya rumah tangga. Disini peneliti menyebutkan beberapa dampak dari pernikahan dini, antara lain adalah sebagai berikut.

a. Dampak Psikologis

Secara psikis anak juga belum siap dan mengerti tentang hubungan rumah tangga secara mendalam, sehingga akan menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa anak yang sulit disembuhkan. Anak akan murung dan menyesali hidupnya yang berakhir pada perkawinan yang dia sendiri tidak mengerti atas putusan hidupnya. Selain itu, ikatan perkawinan akan menghilangkan hak anak


(25)

18

untuk memperoleh pendidikan (wajar 9 tahun), hak bermain dan menikmati waktu luangnya serta hak-hak lainnya yang melekat dalam diri anak.22

b. Perceraian

Perceraian yang terjadi pada pasangan suami-isteri yang menikah di usia dini, dikarenakan belum stabilnya emosi mereka. Melihat fenomena percerceraian dini yang sangat rentan dengan perceraian, maka sudah selayaknya dan seharusnya praktek pernikahan dini ini diminimalisir, atau bahkan dilarang.23 Banyak sekali rumah tangga yang berakhir dengan perceraian lalu anak menjadi korban, ketidak cocokan prinsip dalam hidup juga menjadi salah satu sebab dimana rumah tangga sering mengalami masalah, oleh sebab itu pernikahan dini sebaiknya dihindari jika pasangan memang belum benar-benar siap untuk menjalani hidup bersama dalam sebuah rumah tangga.

c. Dampak Sosial

Fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor sosial budaya dalam masyarakat patriarki yang bias gender, yang menempatkan perempuan pada posisi yang rendah dan hanya dianggap pelengkap laki-laki saja. Kondisi ini sangat bertentangan dengan ajaran agama

22

Gunarsa Singgih,Psikologi untuk keluarga (jakarta: Gunung Mulia, Cet ke 9 2001),56

23

Soegeng Projodarminto, Duri dan Mutiara dalam Kehidupan Perkawinan (Jakarta: Pradya Paramita, 2000), 67.


(26)

19

apapun termasuk agama Islam yang sangat menghormati perempuan. Kondisi ini hanya akan melestarikan budaya patriarki yang bias gender yang akan melahirkan kekerasan terhadap perempuan.24

d. Dampak Terhadap Hukum

Adanya pelanggaran terhadap 3 Undang-undang di negara kita yaitu:

1. UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 7 (1) Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Pasal 6 (2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin kedua orang tua.

2. UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Pasal 26 (1) Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:

a. mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak.

b. menumbuh kembangkan anak sesuai dengan

kemampuan, bakat dan minatnya.

c. mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.

24


(27)

20

Amanat Undang-undang tersebut di atas bertujuan melindungi anak, agar anak tetap memperoleh haknya untuk hidup, tumbuh dan berkembang serta terlindungi dari perbuatan kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi. Sungguh disayangkan apabila ada orang atau orang tua melanggar undang-undang tersebut. Pemahaman tentang undang-undang tersebut harus dilakukan untuk melindungi anak dari perbuatan salah oleh orang dewasa dan orang tua.25

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam tulisan ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak menggunakan model-model matematik, statistik atau komputer. Proses penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam penelitian. Penelitian kualitatif merupakan penelitiian yang dalam kegiatannya peneliti tidak menggunakan angka dalam mengumpulkan data dan dalam memberikan penafsiran terhadap hasilnya.26

Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

25

Suparman Usman,Perkawinan Antar Agama Dan Prblematika Hukum Perkawinan Di Indonesia (Serang:Saudara Serang,2001),97

26


(28)

21

Pendekatan kualitatif lebih lanjut mementingkan pada proses dibandingkan dengan hasil akhir. Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variable-variabel tersebut harus didefinisikan dalam bentuk operasionalisasi variabel masing-masing.27

Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif karena metode ini adalah yang paling mudah untuk mendapatkan data yang relevan. Mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam karya ilmiyah ini.

2. Lokasi dan waktu penelitian

Dalam penelitian tentang “Pernikahan pada usia dini” peneliti melakukan penelitian seperti wawancara dan observasi (pengamatan) lokasinya bertempat di Dusun Palu Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten Bojonegoro.

Peneliti telah menentukan waktu yang digunakan di dalam melakukan proses penelitian. Waktu didalam proses penelitian tersebut adalah ketika pertama kali peneliti melakukan observasi atau pengamatan di lokasi penelitian, pra studi lapangan, studi lapangan atau proses penelitian, dan pembuatan laporan penelitian.

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Desember 2014 dan selebihnya jika masih ada halangan yang mendadak dan belum bisa terlaksanakan, maka waktu penelitian ini akan terselesaikan pada

27

Jonathan Sarwono, Mixed Methods: Cara Menggabungkan Riset Kuantitatif dan Kualitatif secara Benar (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2011), 56


(29)

22

bulan Januari 2015. Sebagaimana waktu penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini :

Tabel 1.1 Waktu Penelitian

No. Tahap penelitian Waktu penelitian

1. Pra studi lapangan Januari-Maret 2015 2. Studi lapangan Maret –April 2015 3. Pembuatan laporan Maret – Juli 2015

3. Pemilihan subjek penelitian

Setelah dirumuskan masalah dan rancangan penelitian secara tepat dan sesuai dengan format penelitian, langkah berikutnya adalah menentukan subjek penelitian. Subyek penelitian merupakan populasi penelitian yang diambil secara sampel. Pengambilan sampel penelitian disebut sampling.28 Dalam penelitian ini yang menjadi subyek untuk mendapatkan data yang di butuhkan adalah pelaku pernikahan dini dan beberapa warga yang berada di Dusun Palu tersebut, serta perangkat desa yang berada di Desa Karang Pinang. Dapat dilihat pada tabel 1.2 dan 1.3 di bawah ini:

28

Iskandar, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial: kuantitaif dan kulitatif (Jakarta: Gaung Persada Press, cet. III, 2009),68


(30)

23

Tabel 1.2

Daftar Nama Informan Perangkat Desa Karang Pinang

No Nama Jabatan

1. Siti Masruroh Kepala Desa

2. Anam Siswanto Kepala Kasun

3. Imam Hanafi Kaur Kesra

4. Jarmono Kaur Pembangunan

5. Ali Ma’sum Kaur Kepemerintahan

6. Yuni Rahmawati Kaur Keuangan


(31)

24

Tabel 1.3

Daftar Nama Informan Masyarakat Dusun Palu

No Nama Keterangan

1. Winda (17th) Pelaku pernikahan

dini

2. Arif (17th) Pelaku pernikahan dini

3. Sinta (15) Pelaku pernikahan

dini

4. Roni (16) Pelaku pernikahan

dini

5. Lestari (45) Warga dusun palu

6. Susanti (47) Warga dusun palu

7. Agus (50) Warga dusun palu

8. Rahmawati (48th) Warga dusun palu

9. Ismail (49th) Warga dusun palu

10. Hidayah (39) Orangtua Pelaku

pernikahan dini

11. Hanafi (43) Orangtua Pelaku

pernikahan dini

12. Jumiati (40) Orangtua pelaku

pernikahan dini

13. Heri (45) Pelaku pernikahan


(32)

25

4. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian ini setiap peneliti harus memperhatikan langkah-langkah umum yang selalu dilakukan peneliti dalam menjalankan penelitian kualitatif sebagai berikut.29

a. Menyatakan masalah penelitian

b. Pembatasan masalah melalui fokus penelitian c. Perumusan masalah

d. Tujuan penelitian

e. Mengumpulkan literatur yang relevan f. Menentukan pendekatan penelitian g. Menentukan informan penelitian h. Menentukan waktu penelitian i. Teknik pengumpulan data j. Kesahihan dan keterandalan data k. Analisis data penelitian

Moleong30

mengemukakan bahwa ’’Pelaksanaan penelitian ada

empat tahap yaitu :

a. Tahap sebelum ke lapangan, meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian, penyusunan usulan penelitian.

29

Iskandar, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial (kuantitaif dan kulitatif) (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009),193

30


(33)

26

b. Tahap pekerjaan lapangan, meliputi mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan terjadinya pernikahan pada usia dini di Dusun Palu Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten Bojonegoro. Data tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokumentasi dengan terjun langsung ke desa tersebut.

c. Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperoleh melaui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam dengan pelaku pernikahan usia dini tersebut.

d. Tahap penulisan laporan, meliputi : kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengambilan data adalah sebagai berikut:

a. Interview

Suatu pengumpulan data dengan cara mengajukan petanyaan secara langsung kepada informan.31 Interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi.32 Interview atau

31

Irwan Soehartono, Metodologi Peneiltian Sosial (Bandung:Remaja Rosda Karya,2000), 98

32


(34)

27

wawancara adalah langkah pertama sebelum melangkah ke metode observasi.33

b. Observasi

Suatu cara yang digunakan untuk mengamati dan mencatat obyek yang akan diteliti.34 Metode ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya pernikahan dini serta dampaknya. Karena dengan observasi dapat kita memperoleh gambaran yang lebih jelas yang sukar diperoleh dari metode lain.35 Dalam pengumpulan data ini, peneliti menggunakan jenis observasi atau pengamatan tanpa partisipasi pengamat, jadi pengamat sebagai non partisipan.36

c. Dokumentasi

Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk foto.37

6. Teknik analisis data

Dalam hal ini penulis meneliti kembali dari metode yang telah dipergunakan, agar diantara landasan yang tertulis dapat sejajar dengan hipotesa yang akan dipertanggungjawabkan. Metode yang dipergunakan antara lain:

33

Masri Singarimbvun, Sofian Efendi,Metode Penelitian Survai (Jakarta:Raja Gravindo,2003),25

34

Sutrisno Hadi, Metodologi Research II (Yogyakarta: Andi Offset,2009 ),136

35

S. Nasution, Metode Research (Jakarta:Bumi Aksara, 2006 ),106

36

Ibid,107.

37


(35)

28

a. Deskriptif

Deskriptif yaitu tulisan yang diperoleh dari sumber data asli ketika berada dilapangan, seperti hasil wawancara atau informasi yang didapatkan dari informan untuk dipakai dalam penerapan metode kualitatif. Deskriptif ini yaitu menggambarkan karakteristik suatu masyarakat atau suatu kelompok.38

b. Analisis

Analisis yaitu memadukan fakta yang terdapat dilapangan dan selanjutnya menganalisanya, menjelaskan pokok-pokok persoalan dan mendapatkan kesimpulan akhir dari faktor-faktor dan dampak pernikahan dini yang ada di Dusun Palu, Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten Bojonegoro.

7. Teknik pemeriksaan keabsahan data

Dalam penelitian tentang Pernikahan usia dini ini kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk

38


(36)

29

memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.39

H. Sistematika pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan urutan didalam pembahasan yang berada dilaporan penelitian. Dengan adanya sistematika pembahasan tersebut segala bentuk laporan didalam penelitian dapat tersusun dengan terarah dan mempermudah didalam penulisan laporan penelitian.

1. BAB I

Pada Bab I ini merupakan gambaran yang berhubungan dengan penelitian yang mana menjelaskan tentang obyek yang diteliti. Memuat gambaran tentang latar belakang yang menjelaskan tentang alasan atau sebab dan akibat peneliti menggangkat permasalahan tersebut, menentukan rumusan masalah yang mana memuat permasalahan yang akan dijawab didalam penelitian. Telaah pustaka sebagaimana berhubungan dengan gambaran secara umum tema penelitian yang diangkat oleh peneliti dan penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai pedoman akan perbedaan kajian penelitian yang diangkat oleh peneliti. Tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual, metode penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai tahapan didalam melakukan penelitian, yang mana meliputi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi dan waktu didalam penelitian, tahap penelitian, tahap pengumpulan data, tahap analisis data serta pemeriksaan keabsahan data.

39

Iskandar, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial (kuantitaif dan kulitatif (Jakarta: Gaung Persada Press,2009),228


(37)

30

2. BAB II

Pada Bab II kali ini peneliti mengkaji tentang teori yang digunakan didalam penelitian tersebut. Sebagaimana teori yang sesuai dengan tema yang diangkat oleh peneliti. Teori yang sudah ada direlavansikan dengan permasalahan yang sudah diangkat oleh peneliti.

3. BAB III

Didalam Bab III ini peneliti mengkaji tentang penyajian dan Analisis Data. Sebagaimana didalam analisis data tersebut peneliti menjelaskan tentang data yang telah diperoleh dilapangan sebagaimana dapat menjawab permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Hasil data yang sudah ditemukan oleh peneliti dibentuk dengan analisis deskriptif, dengan mendeskripsikan hasil penelitian. Kemudian setelah dianalisis dikorelasikan dengan teori yang relavan atau sesuai. Penyajian data tersebut meliputi data yang diperoleh dilapangan baik berhubungan dengan profil lokasi penelitian, gambaran peristiwa yang mana mendukung konteks penelitian.

4. BAB IV

Pada Bab IV ini berisi penutup, yang mana berisi kesimpulan dari hasil penelitian. Kesimpulan pada Bab ini menjadi sangat penting karena berisi intisari dari hasil akhir penelitian di dalam penelitian. Saran bisa ditujukan kepada subyek penelitian atau pihak terkait dan berisikan informasi dari peneliti tentang penelitian yang sudah dilakukan.


(38)

BAB II

DRAMATURGI: ERVING GOFFMAN

A. Kerangka Teoritik

Dalam ilmu sosiologi mungkin kita sudah tidak asing lagi dengan yang namanya teori dramaturgi, Dramaturgi adalah teori yang mengemukakan bahwa teater dan drama mempunyai makna yang sama dengan interaksi soial dalam kehidupan manusia. Dimana dalam teori tersebut seseorang mempunyai sifat yang berbeda antara di depan panggung dan di belakang panggung, maksudnya apa yang dilakukan seseorang itu di depan masyarakat, sahabat atau keuarga (audien) sebenarnya berbeda dengan apa yang dia rasakan, dalam hati mereka masih ingin meanjutkan pendidikan dan merasa sedih karena akan menjadi seorang ibu rumah tangga dalam usia yang masih sangat muda.

Pernikahan merupakan sebuah impian dalam hidup seorang manusia, kehidupan yang harmonis serta generasi yang mampu membanggakan orangtua adalah impian dalam setiap keluarga, dan pernikahan selalu diharapkan hanya terjadi sekali dalam seumur hidup. Di sini mereka yang menikah pada usia dini masih belum dewasa dan mereka sudah harus memikirkan rumah tangga, yang mana rumah tangga tidak ada yang mudah dan tentunya selalu terdapat masalah, baik itu masalah kecil atau besar. Sebenarnya mereka masih ingin merasakan indahnya masa puberitas dan


(39)

32

belum ingin menikah, dan masih ingin merasakan dunia pendidikan dan menjadi remaja yang bebas memilih pasangan hidup, karena mereka masih dalam usia puber dan masih banyak hal lagi yang ingin mereka ketahui dan rasakan.

Namun, karena tuntutan orangtua yang mendesak dan lingkungan yang masih terpencil serta kepercayaan terhadap mitos prawan tua maka mau tidak mau mereka harus melakukannya. Hal inilah yang dilakukan saat di depan panggung, berpura-pura bahagia pada saat melakukan pernikahan dan tersenyum ketika di depan orangtua dan keluarga serta masyarakat, padahal sebenarnya hati kecil mereka masih ingin menjadi remaja yang bebas dan mendapatkan pengalaman baru.

Melihat kejadian ini maka menikah dini jika di kaitkan dengan teori dramaturgi maka mempunyai relasi yang pas, yang mana dalam diri para remaja yang menikah dini terdapat sikap dramaturgi. Sebenarnya mereka merasa belum siap dan masih ingin menikmati masa remajanya dulu, namun karena keadaan dan tuntutan orang tua serta lingkungan yang mendukung maka mereka melakukan pernikahan tersebut. Akhirnya jika tidak kuat iman dan sifat yang masih labil maka rumah tangganya akan sering mengalami cek-cok dan perseteruan. Hal itu di karenakan karena mereka belum mempunyai sifat yang dewasa dan jiwanya masih dalam masa-masa puber

Permasalahan yang ingin diungkap oleh peneliti adalah permasalahan yang benar terjadi dalam masyarakat Di Dusun Palu Desa


(40)

33

Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten Bojonegoro. Masyarakat yang masih melestarikan tradisi menikah dini akibat kepercayaan terhadap mitos dan lingkungan yang terpencil membuat mereka menjadi terbelakang akan ilmu pengetahuan. Teori yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah teori Dramaturgi Erving Goffman (1922-1982).

B. Sejarah Teori Dramaturgi

Tahun 1945 Kenneth Duva Burke (1897-1993) seorang teoritis literatur Amerika dan filosof memperkenalkan konsep dramatisme sebagai metode untuk memahami fungsi sosial dari bahasa dan drama sebagai pentas simbolik kata dan kehidupan sosial. Tujuan Dramatisme adalah memberikan penjelasan logis untuk memahami motif tindakan manusia, atau kenapa manusia melakukan apa yang mereka lakukan. Dramatisme memperlihatkan bahasa sebagai model tindakan simbolik ketimbang model pengetahuan. Pandangan Burke adalah bahwa hidup bukan seperti drama, tapi hidup itu sendiri adalah drama.1

Erving Goffman, seorang sosiolog interaksionis dan penulis, memperdalam kajian dramatisme tersebut dan menyempurnakannya dalam bukunya yang kemudian terkenal sebagai salah satu sumbangan terbesar bagi teori ilmu sosial “The Presentation of Self in Everyday Life”. Dalam

1

Macionis, J. John,Society the Basic, eight edision(Jakarta: New Jersey, Upper Saddle River,2006),95-96


(41)

34

buku ini Goffman yang mendalami fenomena interaksi simbolik mengemukakan kajian mendalam mengenai konsep Dramaturgi.2

C. Teori Dramaturgi

Istilah Dramaturgi kental dengan pengaruh drama atau teater atau pertunjukan fiksi diatas panggung dimana seorang aktor memainkan karakter manusia-manusia yang lain sehingga penonton dapat memperoleh gambaran kehidupan dari tokoh tersebut dan mampu mengikuti alur cerita dari drama yang disajikan.3 Dalam Dramaturgi terdiri dari Front stage (panggung depan) dan Back Stage (panggung belakang).4

FrontStage (panggung depan) yaitu bagian pertunjukan yang berfungsi mendefinisikan situasi penyaksi pertunjukan. Front stage dibagi menjadi dua bagian. Pertama, Setting yaitu pemandangan fisik yang harus ada jika sang actor memainkan perannya, Dan kedua Front Personal yaitu berbagai macam perlengkapan sebagai pembahasa perasaan dari sang actor.

Back stage (panggung belakang) yaitu ruang dimana disitulah berjalan scenario pertunjukan oleh “tim” (masyarakat rahasia yang mengatur pementasan masing-masing actor).5

Goffman mendalami dramaturgi dari segi sosiologi. Ia menggali segala macam perilaku interaksi yang kita lakukan dalam pertunjukan

2

Ibid., 97

3

Ibid.,43.

4

Ibid.,44

5

Http://sulfikar.com/menguak-rahasia-pencitraan-dengan-teori dramaturgi.html#more921. By Achmad Sulfikar.25 September 2011.


(42)

35

kehidupan kita sehari-hari yang menampilkan diri kita sendiri dalam cara yang sama dengan cara seorang aktor menampilkan karakter orang lain dalam sebuah pertunjukan drama. Cara yang sama ini berarti mengacu kepada kesamaan yang berarti ada pertunjukan yang ditampilkan.

Goffman mengacu pada pertunjukan sosiologi. Pertunjukan yang terjadi di masyarakat untuk memberi kesan yang baik untuk mencapai tujuan. Tujuan dari presentasi dari Diri Goffman ini adalah penerimaan penonton akan manipulasi. Bila seorang aktor berhasil, maka penonton akan melihat aktor sesuai sudut yang memang ingin diperlihatkan oleh aktor tersebut.6

Aktor akan semakin mudah untuk membawa penonton untuk mencapai tujuan dari pertunjukan tersebut. Ini dapat dikatakan sebagai bentuk lain dari komunikasi. Karena komunikasi sebenarnya adalah alat untuk mencapai tujuan. Bila dalam komunikasi konvensional manusia berbicara tentang bagaimana memaksimalkan indera verbal dan non-verbal untuk mencapai tujuan akhir komunikasi, agar orang lain mengikuti kemauan kita. Maka dalam dramaturgis, yang diperhitungkan adalah konsep menyeluruh bagaimana kita menghayati peran sehingga dapat memberikan feedback sesuai yang kita mau.

Dramaturgi mempelajari konteks dari perilaku manusia dalam mencapai tujuannya dan bukan untuk mempelajari hasil dari perilakunya tersebut. Dramaturgi memahami bahwa dalam interaksi antar manusia ada

6

Pandu Satria Wibowo Mahasiswa Sosiologi 2005, Universitas Jenderal Soedirman:


(43)

36

“kesepakatan” perilaku yang disetujui yang dapat mengantarkan kepada

tujuan akhir dari maksud interaksi sosial tersebut. Bermain peran merupakan salah satu alat yang dapat mengacu kepada tercapainya kesepakatan tersebut.7

Dalam teori Dramaturgi menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan merupakan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung dari interaksi dengan orang lain.8 Disinilah dramaturgis masuk, bagaimana kita menguasai interaksi tersebut. Dalam dramaturgis, interaksi sosial dimaknai sama dengan pertunjukan teater. Manusia adalah aktor yang berusaha untuk menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada

orang lain melalui “pertunjukan dramanya sendiri”.9

Dalam mencapai tujuannya tersebut, menurut konsep dramaturgis, manusia akan mengembangkan perilaku-perilaku yang mendukung perannya tersebut. Selayaknya pertunjukan drama, seorang aktor drama kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukan.10

Sebelum berinteraksi dengan orang lain, seseorang pasti akan mempersiapkan perannya dulu, atau kesan yang ingin ditangkap oleh orang lain. Kondisi ini sama dengan apa yang dunia teater katakan sebagai

“breaking character”. Dengan konsep dramaturgis dan permainan peran

7

J. John. Society the Basic, eight edision,102

8

Paul, B Horton, Cheter L Hunt,Sosiologi (Jakarta:Ciralas,1984),89

9

Ibid.,90

10


(44)

37

yang dilakukan oleh manusia, terciptalah suasana-suasana dan kondisi interaksi yang kemudian memberikan makna tersendiri. Munculnya pemaknaan ini sangat tergantung pada latar belakang sosial masyarakat itu sendiri. Terbentuklah kemudian masyarakat yang mampu beradaptasi dengan berbagai suasana dan corak kehidupan.

D. Dramaturgis (Kita Hidup Di atas Panggung)

Teori dramaturgi menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan merupakan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung dari interaksi dengan orang lain. Disinilah dramaturgis masuk, bagaimana kita menguasai interaksi tersebut. Dalam dramaturgis, interaksi sosial dimaknai sama dengan pertunjukan teater. Manusia adalah aktor yang berusaha untuk menggabungkan karakteristik personal dan

tujuan kepada orang lain melalui “pertunjukan dramanya sendiri”.

Dalam mencapai tujuannya tersebut, menurut konsep dramaturgis, manusia akan mengembangkan perilaku-perilaku yang mendukung perannya tersebut. Selayaknya pertunjukan drama, seorang aktor drama kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukan. Kelengkapan ini antara lain memperhitungkan setting, kostum, menggunakan kata (dialog), dan tindakan non verbal lain. Hal ini tentunya bertujuan untuk meninggalkan kesan yang baik pada lawan interaksi dan


(45)

38

memuluskan jalan mencapai tujuan. Oleh Goffman, tindakan diatas disebut dalam istilah “impression management”.11

Goffman juga melihat bahwa ada perbedaan akting yang besar saat aktor berada di atas panggung (front stage) dan di belakang panggung (back stage) drama kehidupan. Kondisi akting di front stage adalah adanya penonton (yang melihat kita) dan kita sedang berada dalam bagian pertunjukan. Saat itu kita berusaha untuk memainkan peran kita sebaik-baiknya agar penonton memahami tujuan dari perilaku kita.12

Perilaku kita dibatasi oleh konsep-konsep drama yang bertujuan untuk membuat drama yang berhasil. Sedangkan back stage adalah keadaan dimana kita berada di belakang panggung perilaku atau watak kita yang essngguhnya), dengan kondisi bahwa tidak ada penonton. Sehingga kita dapat berperilaku bebas tanpa mempedulikan plot perilaku bagaimana yang harus kita bawakan.

Dengan konsep dramaturgis dan permainan peran yang dilakukan oleh manusia, terciptalah suasana-suasana dan kondisi interaksi yang kemudian memberikan makna tersendiri. Munculnya pemaknaan ini sangat tergantung pada latar belakang sosial masyarakat itu sendiri. Terbentuklah kemudian masyarakat yang mampu beradaptasi dengan berbagai suasana dan corak kehidupan. Masyarakat yang tinggal dalam

11

Duncan Mitchell,Sosiologi Suatu Analisa Sistem Sosial (Jakarta:Bina Aksara Indah:1984),89

12


(46)

39

komunitas heterogen perkotaan, menciptakan panggung-panggung sendiri yang membuatnya bisa tampil sebagai komunitas yang bisa bertahan hidup dengan keheterogenannya.

Begitu juga dengan masyarakat homogen pedesaan, menciptakan panggung-panggung sendiri melalui interaksinya, yang terkadang justru membentuk proteksi sendiri dengan komunitas lainnya. Apa yang dilakukan masyarakat melalui konsep permainan peran adalah realitas yang terjadi secara alamiah dan berkembang sesuai perubahan yang berlangsung dalam diri mereka. Permainan peran ini akan berubah-rubah sesuai kondisi dan waktu berlangsungnya. Banyak pula faktor yang berpengaruh dalam permainan peran ini, terutama aspek sosial psikologis yang melingkupinya.13

E. Interaksi Sosial Pelaku Pernikahan Dini

Pernikahan dini tak selamanya mempunyai dampak yang buruk dan dapat menghancurkan kehidupan manusia, pernikahan adalah hal yang selalu di impikan oleh setiap manusia dan mencapai hidup yang bahagia dan harmonis. Di dusun palu desa karang pinang ini interaksi sosial para remaja yang menikah dini sangatlah bagus dan tidak menimbulkan penyimpangan sosial.

13

Sarlito Wirawan,Bagaimana Kalau Kita Galakkan Perkawinan Remaja, (Jakarta: PT Ghalia Indonesia,2003), 68


(47)

40

Hal ini di karenakan para remaja yang menikah pada usia dini tersebut sdah menerima kenyataan bahwa mereka menikah dini dan bisa hidup mandiri. Contoh prilaku sosial mereka yang baik ialah mereka menjadi seorang ibu rumah tangga yang patuh terhadap suami dan mau membantu suaminya bekerja sebagai petani di sawah. Selain itu kehidupan mereka sehari-hari juga tentram dan nyaman meskipun ekonomi mereka pas-pasan dan sederhana.

Selain itu interaksi yang baik yang di lakukan oleh peaku pernikahan dini tersebut ialah mereka mau menerima kehidupan mereka yang menikah pada usia yang masih sangat muda, menerima segala konsekuensi yang akan terjadi dalam kehidupan rumah tangga mereka nantinya, tanpa ada keinginan untuk melawan atau pergi mereka menerima pernikahan tersebut dengan baik dan sampai saat ini tidak terjadi perceraian atau kervetakan. Masalah pasti ada namun tidak berujung pada perceraian.


(48)

BAB III

PERNIKAHAN DINI

A. Profil Dusun Palu Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten Bojonegoro

1. Letak Geografis Dusun Palu Desa Karang Pinang Kecamatan Kembang Kabupaten Bojonegoro

Dusun Palu adalah salah satu dusun yang berada di Desa Karang Pinang Kabupaten Bojonegoro, tempat dusun ini berada di bagian ujung barat kabupaten bojonegoro, dusun ini sangat jauh sekali dari kota bojonegoro, letak Dusun Palu ini berjarak 46 km dari kota bojonegoro, jika di tempuh dengan kendaraan kira-kira mencapai waktu dua jam untuk mencapai kota.

Keadaan Dusun Palu pada saat pertama kali berdiri masih hanya berjumlah 11 rumah, dan sekitarnya masih banyak yang hutan. Pada saat itu semua masyarakat hanya seorang pencari kayu bakar dan menjadi seorang petani dan buruh tani.1 Keadaan Dusun Palu pada saat ini tentunya sudah banyak mengalami perubahan, yang dulu hanya terdapat 11 KK sekarang dusun palu sudah berjumlah 66 KK. Namun Dusun tersebut bisa di bilang masih ketinggalan dengan desa yang lain, susahnya transportasi dan kurangnya sarana serta prasarana membuat masyarakat dalam Dusun Palu tersebut semakin tertinggal dan terpencil.

1

Wawancara dengan Salah Satu Warga Dusun Palu Bpk. Agus, Pada tanggal 18 April 2015. Pukul 09.00 Wib. Di kediaman


(49)

42

Keadaan yang jauh dari angkutan umum dan keramaian kota membuat para warga penduduk dusun palu menjadi kolot dan minim akan ilmu pengetahuan, rendahnya pendidikan yang berada di dusun palu membuat para orangtua menikahkan anaknya pada usia dini, serta kepercayaan terhadap mitos menjadi prawan tua membuat warga Dusun Palu semakin terbelakang, akibatnya generasi yang datang juga minim ilmu pengetahuan dan juga bersifat kolot. Lingkungan yang masih terpencil menjadikan warganya sebagai warga yang enggan untuk mengetahui dunia luar, jalan yang jelek dan berbatu membuat para waga jarang untuk pergi keluar dari dusun tersebut.

Di tempat tersebut belum ada internet masuk, jalan menuju dusun tersebut pun masih jelek dan berbatu. Selain itu kondisi di dusun tersebut juga masih belum mengedepankan pendidikan, penduduk yang berada di dusun terebut masih terbilang berpendidikan rendah dan remajanya pun semua menikah pada usia dini, tentunya hal tersebut sangat mempengaruhi wawasan para penduduk yang berada dalam dusun tersebut, karena apabila mereka menikah pada usia dini tentunya wawasan yang di peroleh masih sangatlah minim.

Letak geografis dusun palu tersebut tempatnya berada di bagian ujung barat kota bojonegoro, jika menuju jawa tengah maka akan lebih dekat di banding dengan menuju kota bojonegoro, untuk menuju jawa tengah hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam. Sebagaimana desa


(50)

43

karang pinang mempunyai 4 dusun di dalamnya, di antaranya ialah dusun waru, dusun wedi, dusun palu, dan dusun alas wetan.

a. Struktur Pemerintahan di Dusun Palu Desa Karang Pinang

Dalam setiap wilayah memiliki struktur pemerintahan yang mana di Kelurahan Karang Pinang itu sendiri telah dipimpin oleh seorang Lurah (Kepala Desa) yaitu Ibu. Hj. Siti Masruroh , beliau merupakan orang yang berasal dari Desa Karang Pinang sendiri dan menjabat sebagai Kepala Desa sejak tahun 2011. Pada masa jabatannya kurang lebih selama tiga tahun Ibu siti belum memberikan banyak perubahan yang baerada di kawasan Dusun Palu, Hal itu di ungkapkan sendiri oleh beliau. Untuk membantu dalam program kerja yang menjadi agenda dalam priode kepemimpinannya, beliau bekerjasama dengan berbagai staf dengan tujuan untuk mempermudah tercapainya agenda yang sudah di rencanakan selama masa jabatanya.

Menjabat sebagai kepala desa dengan ditemani rekan kerja yaitu Pak. Anam yang memiliki posisi jabatan sebagai sekertaris desa. Dalam struktur pemerintahan yang berhubungan dengan staf-stafnya maka terbagi menjadi lima bagian menduduki posisi sebagai kaur dan empat bagian menduduki posisi sebagai Kepala Dusun (Kasun).

Dalam pembagiannya sendiri terdapat lima kaur diantaranya kaur kesra yang dipimpin oleh H. Imam Hanafi S.Pd, kaur

pembagunan Jarmono, kaur kepemerintahan Ali ma’sum S.Pd, kaur


(51)

44

Struktur dalam pemerintahan desa tidak hanya bagian kaur saja. Akan tetapi kepala dusun atau kasun juga merupakan salah satu dari bagian struktur pemerintahan yang berada di Desa. Di desa Karang Pinang itu sendiri terbagi menjadi empat cakupan wilayah perdukuhan, diantaranya di Dusun Waru kepala dusunnya adalah Darmaji, Kepala Dusun yang berada di dusun Alas wetan yaitu

Martono, Kepala Dusun yang berada di Dusun Wedi adalah Isma’il

dan Kepala Dusun yang berada di Dusun Palu adalah Solikhin yang merupakan salah satu tempat yang digunakan oleh peneliti sebagai lokasi penelitiaan.

b. Luas Wilayah Desa Karang Pinang

Luas wilayah yang berada di Desa Karang Pinang berkisar 423. 150 ha. Yang mana dari pembagian luas wilayah tersebut dipergunakan untuk lahan pemukiman, persawahan, perkebunan, makam, pekarangan. Sebagaimana luas wilayah yang berada di desa karang pinang yang dibagi menjadi 4 bagian perdukuhan diantaranya Dusun waru, Dusun wedi, Dusun alas wetan dan Dusun palu. Yang mana letak kasus pernikahan dini berada di Dusun palu dengan luas wilayah 30 ha. Dusun palu adalash dusun yang paling kecil di desa Karang Pinang tersebut.2

2

Wawancara dengan kaur umum Pak Ahmad Prayetno. Tanggal 17 April 015. Pukul 09.00 Wib. Di Kantor Desa


(52)

45

c. Batas Wilayah Desa Karang Pinang

Batas wilayah yang berada di Desa Karang Pinang itu sendiri merupakan batasan wilayah yang membatasi Desa Karang Pinang dengan Desa yang lainnya. Dengan penentuan batas wilayah tersebut dapat diketahui batas Desa Karang Pinang dilihat dari batas sebelah utara, barat, timur dan selatan. Batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sukomadu Kecamatan Kembang, batas sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bangilan Kecamatan Kembang, batas sebelah timur berbatasan dengan Desa Sawit Kecamatan Kembang, batas sebelah barat berbatasan dengan Desa Kacangan Kecamatan Kembang.3

d. Luas Wilayah Dusun Palu

Luas wilayah yang berada di Dusun Palu dapat dilihat dari pembagian beberapa lahan yang digunakan untuk beberapa fungsi. Diantaranya lahan yang berada di Dusun Palu terbagi menjadi 3 (Tiga) guna lahan yang berupa, perkebunan, lahan pertanian atau sawah, dan untuk pekarangan. Berhubungan dengan luas wilayah dusun palu dengan tata guna lahannya, dari ktiga cakupan guna lahan. Lahan yang digunakan untuk persawahan yang paling luas sekitar 18 Ha, dan untuk pekarangannya sekitar 5 Ha serta lahan perkebunan dengan luas 7 Ha. Dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini:

3

Wawancara dengan kaur pemerintahan Pak. Ali Ma’sum. Tanggal 17 April 2015. Pukul 09.30. Di Kantor Desa


(53)

46

Tabel 3.1

Daftar Luas Wilayah Dusun Palu Desa Karang Pinang

No. Guna Lahan Luas

1. Perkebunan 7 Ha

2. Sawah 18 Ha

3. Pekarangan 5 Ha

Jumlah 30 Ha

( Sumber data : Monografi Luas Wllayah Dusun Palu Desa Karang Pinang tahun 2014)

e. Batas Wilayah Dusun Palu

Batas wilayah yang berada di Dusun Palu yang mana batas tersebut merupakan batas dari pemukiman warga yang berada di Dusun Palu. Batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sukomadu dan berbatasan dengan Dusun Watu anyar. Batas sebelah barat berbatasan dengan Desa Mulyo rejo dan berbatasan dengan Dusun Ngimbang. Batas sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bangilan dengan Dusun Cerme. Batas sebelah timur berbatasan dengan Desa Sawit dengan Dusun Mayang.4

f. Mata Pencaharian Warga Dusun Palu Desa Karang Pinang

Mata pencaharian penduduk yang berada di Dusun Palu ini ialah sebagai petani, pedagang dan ada juga yang menjadi TKW dan TKI di luar negri, namun mayoritas penduduk dusun palu tersebut ialah petani, karena wilayah mereka yang agraris. Penduduk di dusun palu tersebut mengolah sawah mereka dengan sebaik mungkin, karena

4

Wawancara denga kaur kepemerintahan Pak. Ali Ma’sum. Tanggal 17 April 2015. Pukul 09.30. Di Kantor Desa. Sumber Data Monografi Batas Wilayah Desa Karang Pinang Tahun 2012


(54)

47

apabila mereka gagal panen maka mereka akan sangat rugi dan sandang pangan mereka bisa berkurang. Wilayah dusun palu ini yang paling luas adalah persawahan, maka tak heran jika semuanya bekerja menjadi petani.

Pada musim penghujan mereka menanami sawah mereka dengan padi dan memanennya lalu mengolahnya hingga menjadi beras untuk kebutuhan pokok mereka sehari-hari, dan pada saaat kemarau seperti ini mereka menanami sawahnya dengan jagung atau tembakau. Jika cuacanya buruk maka tanaman mereka juga akan buruk dan kurang memuaskan, oleh sebab itu mereka selalu memberi pupuk pada tanaman mereka agar dapat panen yang bagus dan memuaskan. Dapat dilihat data yang berhubungan dengan mata pencaharian warga di Dusun Palu Desa karang Pinang, dapat di lihat pada tabel 3.2 di bawah ini:


(55)

48

Tabel 3.2

Mata Pencaharian Warga Dusun Palu Desa Karang Pinang

No. Jenis Pekerjaan Jumlah

1. PNS -

2. TNI/ Polri -

3. Pensiunan -

4. Wirausaha/ Dagang 3

5. Wirausaha Jasa -

6. Karyawan Swasta 3

7. Petani 168

8. Buruh Tani/Kuli 9

9. Sopir 2

10. Kontruksi -

11. Guru -

12. Tukang

Batu/Kayu/Becak -

13. Usaha Peternakan 2

14. Usaha Perikanan -

15. PRT -

16. Pedagang Kecil 7

17. TKI 5

18. IRT 18


(56)

49

g. Jumlah Penduduk Dusun Palu Desa Karang Pinang Berdasarkan Pemeluk Agama

Setiap manusia memiliki hak untuk memilih masing-masing agama yang menjadi pedoman dalam kehidupannya. Dengan adanya enam agama yang berada di Indonesia yaitu Islam, Hindu, Protestan, Katolik, Budha dan Konghucu.

Di Dusun Palu hanya terdapat satu agama yang di yakini oleh masyarakat desa palu tersebut, yaitu agama islam. Kebanyakan warga di Dusun Palu memeluk Agama Islam dengan jumlah 208 orang yang beragama islam. Dan tidak ada satupun orang yang beragama selain islam. Sebagaimana jumlah penduduk berdasarkan pada pemeluk Agama dapat dilihat pada tabel 3.3 dibawah ini:

Tabel 3.3

Jumlah Penduduk Dusun Palu Desa Karang Pinang Berdasarkan Pemeluk Agama

No. Agama Jumlah

1. Islam 208

2. Protestan -

3. Katholik -

4. Hindu -

5. Budha -

6. Konghucu -

Jumlah 208


(57)

50

h. Tingkat Penghasilan Penduduk Dusun Palu Desa Karang Pinang

Data yang berhubungan dengan tingkat penghasilan yang berada di Dusun Palu Desa karang pinang merupakan data yang menjelaskan tentang tingkat penghasilan yang dimiliki oleh warga setempat. Tingkat pendapatan yang diperoleh oleh warga Dusun Palu sekitar 500.000-1.000.000 dengan jumlah prosentase tertinggi sekitar 16 orang. Dan yang mendapat hasil pendapatan menengah berkisar kurang dari 800.000 hanya 56 orang. Pendapatan yang berkisar hanya 500.000 didapatkan oleh 136 orang. Sebagaimana data tentang tingkat penghasilan penduduk dapat dilihat pada tabel 3.4 dibawah ini:

Tabel 3.4

Jumlah Tingkat Penghasilan Penduduk Dusun Palu Desa Karang Pinang

No. Penghasilan Jumlah

1. 0-500.000 136

2. 500.000-1.000.000 16

3. <800.000 56

Sumber data : Tingkat penghasilan penduduk dusun palu desa karang pinang tahun 2014

i. Tingkat Kesejahteraan Warga Dusun Palu Desa Karang Pinang

Data yang berhubungan dengan tingkat kesejahteraan merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan dari masyarakat setempat. Di Dusun Palu juga terdapat data yang berhubungan dengan tingkat kesejahteraan warga yang berasal dari tingkatan miskin, sangat miskin, miskin, sejahtera, dan


(58)

51

sangat sejahtera. Dengan adanya prosentase tentang tingkat kesejahteraan warga Dusun Palu akan dapat diketahui sudah mampu atau belum dalam tingkat perekonomiannya.

Berdasarkan jumlah berkisar 56 warga Dusun Palu belum sejahtera, dan dengan jumlah 16 warga dusun palu udah sejahtera. Dengan begitu tingkat perekonomian warga Dusun Palu menengah kebawah karena terdapat 136 jumlah penduduk di Dusun Palu yang sangat miskin. Dapat dilihat pada tabel 3.5 tentang tingkat kesejahteraan warga Dusun Palu di bawah ini:

Tabel 3.5

Daftar Tingkat Kesejahteraan Warga Dusun Palu Desa karang pinang

No. Tingkat

Kesejahteraaaan

Jumlah

1. Sangat Miskin 136

2. Miskin 56

3. Sejahtera 16

Sumber data: tingkat kesejahteraan warga dusun palu desa karang pinang tahun 2014

j. Jumlah Penduduk, Usia, Pendidikan dan Status Warga Dusun Palu Desa Karang Pinang

Seperti yang diketahui bahwa data yang berhubungan dengan status, usia dan jumlah peduduk merupakan salah satu data yang sangat penting, hal tersebut bertujuan untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan data kependudukan. Seperti yang diketahui


(59)

52

bahwa status dari penduduk di Dusun Palu itu sendiri terdiri dari empat kategori yaitu kawin, belum kawin, cerai hidup, dan cerai mati. Dari hasil data tersebut dapat dikaitkan dengan usia warga yang berada di Dusun Palu dengan status yang dimilikinya pada saat ini. Dan dapat diketahui akan jumlah penduduk warga di Dusun Palu yang berdasarkan pada jumlah anggota keluarga serta jumlah kepala keluarga.

Jumlah penduduk warga Dusun Palu sendiri apabila dilihat dari jumlah penduduknya adalah berjumlah 66 KK. Yang mana dalam 66 KK tersebut terbagi menjadi dua jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Di dusun Palu tersebut warga yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 98 dan warga yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 110. Disini baik bayi, anak kecil, orang dewasa sampai orang yang sudah tua keseluruhannya berjumlah 208 ( 98 laki-laki dan 110 perempuan ).

Dapat di lihat bahwa selisih antara perempuan dan laki-laki tidak jauh berbeda, sedangkan dari jumlah kepala keluarga yang yang di pimpin oleh seorang laki-laki berjumlah 48 KK dan dari jumlah kepala keluarga yang di pimpin oleh seorang perempuan berjumlah 18 KK . Dari sini dapat dilihat bahwa, jumlah kepala keluarga yang dikepalai oleh laki-laki lebih banyak dari pada jumlah keluarga yang dikepalai oleh perempuan.


(60)

53

Hal tersebut dapat disebabkan perempuan yang telah menjadi kepala keluarga salah satunya dikarenakan, ditinggal oleh suaminya dalam artian suaminya meninggal atau bercerai. Sedangkan hasil dari jumlah terbesar mencapai 48 yang dikepala keluargai oleh pihak laki-laki, bisa dikatakan bahwa dari pihak laki-lakinya masih dalam keadaan sehat dan tidak mengalami perceraian atau kematian. Dapat dilihat pada tabel 3.6 dibawah ini:

Tabel 3.6

Daftar Jumlah Penduduk Dusun Palu Menurut Jenis Kelamin

No .

Jumlah Penduduk

Jenis Kelamin

Jumlah

Seluruhnya Satuan

Laki-Laki Perempuan

1. Jumlah Penduduk

98 110 208 Orang

2. Jumlah Kepala Keluarga

48 KK 18 KK 66 KK Orang

Jumlah Penduduk 208 Orang

Sumber data: Monografi dusun Palu Desa Karang Pinang

Sebagaimana jumlah usia penduduk di Dusun Palu, maka juga dapat dilihat dari agka pendidikan dan profesi dari masyarakat di Dusun palu sesuai dengan kategori usianya. Yang mana dengan usia 0-1 tahun adalah temasuk dalam kategori bayi dan belum mendapatkan pendidikan, 1-4 tahun kategori (PAUD) dan dalam tahapan balita, 4-7 tahun dalam kategori anak-anak dan sudah masuk dalam sekolah TK, usia 7-12 tahun masuk dalam kategori anak-anak


(61)

54

dan sudah melanjutkan dalam pendidikan di SD, usia 12-15 tahun dalam kategori menjelang remaja dengan sekolah di SMP, sedangkan usia 15-18 dalam kategori remaja dan melanjutkan pada jenjang SMA. Namun pada usia 15-18 jarang sekali warga dusun palu yang melanjutkan ke jenjang SMA, mereka kebanyakan akan menikah, usia 18-23 masuk dalam kategori remaja yang mana pada usia terebut mereka kebanyakan telah menjadi ibu rumah tangga, dan usia 23 dan 56 adalah kategori dewasa yang mana biasanya dalam usia ini melanjutkan karir atau bekerja, dan pada usia 56-60 sudah masuk dalam kategori usia yang cukup tua dan biasanya sudah pensiun atau berhenti dalam bekerja, dan terakir masuk dalam kategori lansia yaitu lebih dari usia 60 tahun. Sebagaimana dapat dilihat pada tabel 3.7

Tabel 3.7

Daftar Usia Warga Dusun Palu Desa Karang Pinang

No. Usia Jumlah

1. 0-1 8

2. 1-4 10

3. 4-7 24

4. 7-12 21

5. 12-15 8

6. 15-18 20

7. 18-23 38

8. 23-56 55

9. 56-60 19

10. >60 5


(1)

91

kebenarannya, serta junjunglah pendidikan setinggi-tingginya, karena wanita tak selamanya berada di dapur dan hanya memasak, wanita juga bisa berkarir. Dengan pendidikan yang tinggi maka ekonomi warga dusun palu juga akan terangkat dari kemiskinan, karena ilmu pengetahuan dapat membantu warga dusun palu untuk lebih maju dan berkembang.


(2)

92

DAFTAR PUSTAKA

Adhim, Fauzil. Saatnya Untuk Menikah. Jakarta:Gema Insani Press, 2002

Arni, Noni. Kuatnya Tradisi, Salah Satu Penyebab Pernikahan Dini. Yogyakarta:LkiS, 2007

Basri, Cik Hasan . Kompilasi Hukum Islam dan Peradilan Agama Dalam Sistem Hukum Nasional. Jakarta: Logos Wacan Ilmu, 2000

Cohen, Bruce J. Soisologi Suatu Pengantar. Jakarta:PT RINEKE CIPTA, 1992

Fatawie, Yusuf(Santri Lirboyo Kediri). Pernikahan Dini Dalam Perspektif Agama dan Negara. 2010: http://www.pesantrenvirtual.com/index.php/islam-kontenporer.

Fauzul Adim, Muhammad. Indahnya Pernikahan Dini .Jakarta: PT Linggar Pena, 2002

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research II. Yogyakarta: Andi Offset, 2009 Horton, Paul B., and Cheter L Hunt. Sosiologi. Jakarta:Ciralas, 1984

Http://sulfikar.com/menguak-rahasia-pencitraan-dengan.

teori.dramaturgi.html#more921By: Achmad Sulfikar.25 September 2011 http://female.kompas.com/read/2011/10/06/15331434/3.Dampak.Buruk.Pernikaha

n.Dini

http://bersamasuara.blogspot.com/2009/11/belenggu-tradisi-pernikahan-dini.html Iskandar. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial: kuantitaif dan kulitatif .

Jakarta: Gaung Persada Press, cet. III, 2009

Iskandar. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial (kuantitaif dan kulitatif.


(3)

93

John, Macionis J. Society the Basic, eight edision. Jakarta: New Jersey, Upper Saddle River, 2006

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001

Muhajir. Metodologi Penelitian Kualitatif . Yogyakarta:Rake Sarasin, 2000

Mitchell, Duncan . Sosiologi Suatu Analisa Sistem Sosial. Jakarta:Bina Aksara Indah:1984

Nasution,S. Metode Research. Jakarta:Bumi Aksara, 2006

Pandu Satria Wibowo Mahasiswa Sosiologi, Universitas Jenderal Soedirman: Http://jefasta.multiply.com/journal/item/3/3,2005.

Projodarminto, Soegeng. Duri dan Mutiara dalam Kehidupan Perkawinan. Jakarta: Pradya Paramita, 2000

Potilima, Hamid. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Alfabeta, 2005 Sabiq, Sayyid. Fiqh As-sunnah. Jakarta: Prenada Media, 2003

Sarwono, Jonathan. Mixed Methods: Cara Menggabungkan Riset Kuantitatif dan Kualitatif secara Benar. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2011

Shaheed, Abdul. Tinjauan Fiih Pernikahan Dini. Yogyakarta: Gaul I, 2009

Singarimbun, Masri., and Sofian Effendi. Metode Penelitian Survai. Jakarta:Raja Grafindo, 2003

Singgih, Gunarsa. Psikologi untuk keluarga. jakarta: Gunung Mulia, Cet ke 9 2001


(4)

94

Soehartono, Irwan. Metodologi Peneiltian Sosial. Bandung:Remaja Rosda Karya,2000

Suneki, Sri. Paradigma Teori Dramaturgi terhadap Kehidupan Sosial. Semarang:CIVIS (FPIPS IKIP PGRI, 2012

Suyuti, Jalaludin. Jami’al Shagir . Beirut: Darul Kutub Ilmiah, 2003

Syakir Fu’ad, Muhammad. Pernikahan Terlarang (Penerjemah Fauzan Jamal &

Alimin). Jakarta: Cendekia Sentra Muslim, 2002

Usman, Suparman. Perkawinan Antar Agama Dan Prblematika Hukum

Perkawinan Di Indonesia. Serang:Saudara Serang, 2001

Wirawan, Sarwito. Bagaimana Kalau Kita Galakkan Perkawinan Remaja. Jakarta: PT Ghalia Indonesia, 2003

Wirawan, Sarwito. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001 Yunus, Muhammad. Pendidikan Seumur Hidup. Jakarta:Lodaya, 2001

Skripsi:

Hermawan,Hendi. 2010. Pengaruh Pernikahan dini Terhadap Perceraian Dini (studi kasus di pengadilan agama klaten 2010), Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN sunan kalijaga yogyakarta

Ahmad, Dzulkifli. 2011. Dampak Sosial Pernikahan Usia Dini (Studi kasus di desa gunung sindur-Bogor 2011), Skripsi fakultas dakwah dan komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(5)

95

Informan

Wawancara dengan kaur umum Pak Ahmad Prayetno. Tanggal 16 April 015. Pukul 09.00 Wib. Di Kantor Desa

Wawancara dengan kaur pemerintahan Pak. Ali Ma’sum. Tanggal 17 April 2015. Pukul 09.30. Di Kantor Desa

Wawancara denga kaur kepemerintahan Pak. Ali Ma’sum. Tanggal 17 April 2015. Pukul 09.30. Di Kantor Desa. Sumber Data Monografi Batas Wilayah Desa Karang Pinang Tahun 2014

Wawancara dengan kepala desa karang pinang Ibu siti Masruroh (samaran). Pada tanggal 17 April 015. Pukul 11.00 Wib. Di kediaman

Wawancara dengan warga dusun palu Bpk. Agus (samaran). Pada tanggal 18 April 2015. Pukul 09.00 Wib. Di kediaman

Wawancara dengan warga dusun palu Bpk Ismail (samaran). Pada tanggal 18 April 015. Pukul 13.00 Wib. Di kediaman

Wawancara dengan warga dusun palu Ibu Rahmawati (samaran). Pada tanggal 18 April 015. Pukul 09.30 Wib. Di kediaman

Wawancara dengan warga dusun palu Ibu Lestari (samaran). Pada tanggal 19 April 015. Pukul 14.00 Wib. Di kediaman

Wawancara dengan Pelaku Pernikahan Dini,Winda (samaran) warga dusun palu. Pada tanggal 19 April 015. Pukul 13.00 Wib. Di kediaman

Wawancara Dengan Warga Dusun Palu Ibu Susantii. Pada tanggal 19 April 015. Pukul 14.00 Wib. Di kediaman


(6)

96

Wawancara Dengan Warga Dusun Palu Ibu Hidayah. Pada tanggal 19 April 2015. Pukul 14.00 Wib. Di kediaman

Wawancara Dengan Warga Dusun Palu Ibu jumiati. Pada tanggal 19 April 2015. Pukul 14.00 Wib. Di kediaman

Wawancara Dengan Warga Dusun Palu Bapak Hanafi. Pada tanggal 19 April 2015. Pukul 14.00 Wib. Di kediaman

Wawancara Dengan Warga Dusun Palu Bapak Heri. Pada tanggal 19 April 2015. Pukul 14.00 Wib. Di kediaman

Wawancara Dengan Warga Dusun Palu Arif (pelaku pernikahan dini). Pada tanggal 18 April 2015. Pukul 14.00 Wib. Di kediaman

Wawancara Dengan Warga Dusun Palu Sinta (pelaku pernikahan dini). Pada tanggal 18 April 2015. Pukul 14.00 Wib. Di kediaman

Wawancara Dengan Warga Dusun Palu Roni (pelaku pernikahan dini). Pada tanggal 18 April 2015. Pukul 14.00 Wib. Di kediaman