Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan Instrumen Supervisi Proses Belajar Mengajar Untuk Meningkatkan Kinerja Pengawas T2 942012701 BAB IV
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian 1. Sekolah –sekolah Dasar di Kota Salatiga
NO NAMA
KECAMATAN
SEKOLAH DASAR JUMLAH
NEGERI SWASTA
1 Argomulyo 22 0 22
2 Tingkir 21 5 26
3 Sidorejo 24 5 29
4 Sidomukti 14 2 16
22
0
21
5
24
5
14
2 0
5 10 15 20 25
Argomulyo Tingkir Sidorejo Sidomukti
Negeri Swasta
Gambar 1. Diagram Jumlah SD Negeri dan Swasta di Kota Salatiga
2. Pengawas Sekolah Dasar di Salatiga
N O
NAMA PENGAWAS
PENDIDIKAN JABATAN SEBELUMNYA JABATAN
1 A S1 Kasek SD Ledok 02 Ketua KKPS
2 B S1 Kasek SD Tegalrejo 02 Pengawas
(Alm)
3 C S1 Kasek SD Blotongan 02 Pengawas
4 D S1 Kasek SD Kecandran 01 Pengawas
5 E S1 Kasek SD Ledok 04 Pengawas
6 F S1 Kep UPT Kec. Sidomukti Pengawas
7 G S2 Kasek SD Gendongan 02 Pengawas
8 H S1 Kasek SD Salatiga 08 Pengawas
(2)
34
Dari Kantor Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga kota Salatiga diperoleh data jumlah sekolah dasar yang telah memiliki ijin operasioanal adalah 93 sekolah dasar yang tersebar pada 4 kecamatan dalam binaan 9 orang pengawas yang merupakan subyek penelitian (pada bulan Januari satu orang pengawas, yaitu Bapak Rusdiyanto, S.Pd meninggal dunia), sehingga saat ini tinggal 8 orang.
Salah satu sebab kinerja pengawas kurang maksimal karena instrumen Supervisi Proses Belajar Mengajar kurang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pengawas serta pihak sekolah.
3. Deskripsi hasil Penelitian
Data yang saya peroleh di lapangan, kegiatan supervisi terhadap proses belajar mengajar yang dilaksanakan para pengawas ke sekolah pada tahun 2013 adalah sebagai berikut:
NO PENGAWAS
B U L A N J A N P E B M A R A P R M E I J U N J U L A G U S E P O K T N O P D E S KET 1 A 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 B 4 3 4 4 2 2 1 4 4 4 4 3 3 C - - 4 5 6 2 1 3 6 6 5 2 4 D 4 8 4 4 2 - - 4 8 8 4 - 5 E 5 7 5 5 6 2 - 5 8 7 4 3 6 F 2 2 2 3 1 1 1 2 3 2 1 1 7 G 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 8 H - 4 6 4 2 - - 2 2 6 4 4 9 I 4 4 4 4 2 4 - 4 4 4 4 4
3.1 Program Pengawas (Rencana Kepengawasan Akademik)
Rencana kepengawasan akademik yang ada selama ini mencakup aspek penyusunan silabus, penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan proses belajar mengajar, dan penelitian tindakan kelas.
(3)
35
Target dari indikator keberhasilan dari empat aspek tersebut di atas yang ditetapkan masih rendah, sumber daya manusia yang terkait terbatas.
3.1.1 Program Awal
3.1.1.1 Aspek nomor 1 b. 60 % guru membuat silabus sendiri
3.1.1.2 Aspek nomor 1 e. SDM yang dinilai hanya pengawas dan guru
3.1.1.3 Aspek nomor 2 b. 60 % guru membuat RPP sendiri
3.1.1.4 Aspek nomor 2 e. SDM yang dinilai hanya pengawas dan guru
3.1.1.5 Aspek nomor 3 e. SDM yang dinilai hanya pengawas dan guru
3.1.1.6 Aspek nomor 4 b. 40 % guru melaksanakan PTK
3.1.1.7 Aspek nomor 4 e. SDM yang dinilai hanya pengawas dan guru
3.1.2 Program yang sudah dikembangkan
3.1.1.1 Aspek nomor 1 b. 75 % guru membuat silabus sendiri
3.1.1.2 Aspek nomor 1 e. SDM yang dinilai pengawas, guru dan kepala sekolah
3.1.1.3 Aspek nomor 2 b. 75 % guru membuat RPP sendiri
3.1.4.4 Aspek nomor 2 e. SDM yang dinilai pengawas, guru dan kepala sekolah
3.1.1.5 Aspek nomor 3 e. SDM yang dinilai pengawas, guru dan kepala sekolah
3.1.1.6 Aspek nomor 4 b. 75 % guru melaksanakan PTK
3.1.1.7 Aspek nomor 4 e. SDM yang dinilai pengawas, guru dan kepala sekolah
(4)
36
3.2 Instrumen supervisi proses belajar mengajar
Target dari indikator keberhasilan ke empat apek ditingkatkan dan sumber daya manusia yang digunakan ditambah sebagai berikut:
3.2.1 Instrumen Awal
3.2.1 1 Indikator nomor 1 yang dinilai (Memantau kesiapan siswa untuk belajar)
3.2.1.2 Indikator nomor 27 yang dinilai (Menggunakan informasi belajar yang variatif berbasis internet/ TIK)
3.2.1.3 Indikator nomor 28 yang dinilai (Menggunakan alat peraga berbasis internet/ TIK)
3.2.1.4 Indikator nomor 29 yang dinilai (Memanfaatkan sumber belajar berbahasa asing)
3.2.2 Instrumen yang dikembangkan
3.2.2.1 Indikator nomor 1 yang dinilai (Memantau kesiapan siswa untuk belajar (fisik dan psikis)
3.2.2.2 Indikator nomor 27 yang dinilai (Menggunakan informasi belajar yang variatif berbasis TIK)
3.2.2.3 Indikator nomor 28 yang dinilai (Menggunakan alat peraga berbasis TIK) 3.2.2.4 Indikator nomor 29 yang dinilai
(Memanfaatkan sumber belajar berbahasa asing) dihapus
3.3 Proses Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan
3.3.1 Perencanaan
3.3.1.1 Merencanakan tempat dan waktu pelaksanaan
3.3.1.2 Merencanakan peserta dan nara sumber 3.3.1.3 Merencanakan administrasi dan materi yang
(5)
37
3.3.1.4 Merencanakan alat dan biaya yan dibutuhkan
3.3.2 Pelaksanaan
3.3.2.1 Pendaftaran peserta (absensi)
3.3.2.2 Pembukaan dilanjutkan penyampaian maksud dan tujuan
3.3.2.3 Pree tes dilanjutkan penyampaian materi 3.3.2.4 Diskusi tentang program pengawas
dilanjutkan tentang instrument supervise PBM
3.3.2.5 Kata pengantar dari ketua KKPS
3.3.2.6 Diskusi tentang rencana kepengawasan akademik, instrument dan membuat kriteria penilaian perilaku guru
3.3.2.7 Pemantapan hasil diskusi (kesimpulan) 3.3.2.8 Pos tes
3.4 Hasil Pree tes dan Pos tes
Berdasarkan data hasil pree tes dan pos tes dapat disimpulkan bahwa setelah mengadakan pendidikan dan pelatihan wawasan pengawas sekolah dasar tentang proses belajar mengajar menjadi meningkat cukup signifikan.
Di bawah ini saya tampilkan hasil pree test serta hasil Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan Instrumen Supervisi Proses Belajar mengajar yang telah dibahas sesuai keinginan dan kebutuhan pengawas sekolah dasar di Kota Salatiga.
Hasil Pree test dan Post Test
NO
PESERTA
NILAI KETERANGAN
PREE TES POS TES
1 A 85 89 Naik 4
2 B 67, 5 75 Naik 7, 5
3 C 65 77 Naik 12
4 D 75 83 Naik 5
5 E 52, 5 85 Naik 32, 5
6 F 70 82 Naik 12
7 G -
8 H -
(6)
38 4.PEMBAHASAN
4.1 Berdasarkan hasil wawancara dan angket yang diisi oleh kepala sekolah dan pengawas menunjukkan bahwa, pengawas jarang melakukan supervisi proses belajar mengajar karena instrumen yang ada selama ini tidak lengkap, belum ada skor dan kriteria penilaian perilaku guru yang digunakan sebagai acuan dalam penilaian, sehingga tidak memotivasi pengawas untuk melakukan supervisi proses belajar mengajar (tidak sesuai kebutuhan). Pembaca, guru yang disupervisi, dan bahkan pengawas sendiri sebagai supervisor masih harus berpikir, apabila akan memberikan penilaian. Instrumen yang dibutuhkan oleh pengawas adalah instrumen yang ada skor dan kriteria penilaiannya, sehingga mempermudah pengawas dalam memberikan penilaian pelaksanaan proses belajar mengajar. Selesai supervisi proses belajar mengajar pembaca dapat langsung memahami hasil supervisi. Dalam satu bulan hari efektifnya ada 20 – 24 hari, idealnya dalam satu bulan semestinya pengawas melakukan supervisi proses belajar mengajar minimal 20 kali. Apabila kita lihat dari tabel pelaksanaan supervisi proses belajar mengajar di sekolah masih jauh dengan ketentuan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang guru yang diberi tugas tambahan sebagai pengawas dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 39 tahun 2009 tentang pemenuhan beban kerja guru dan pengawas satuan pendidikan, menyebutkan bahwa pengawas mempunyai beban kerja 24 jam perminggu atau identik melaksanakan supervisi 2 kali 3 jam persekolah dalam sebulan. Apabila minimal pengawas mempunyai 10 sekolah binaan berarti dalam sebulan 2 kali 10 sekolah binaan ( 20 kali).
4.2 Ada perbedaan yang mencolok antara program yang ada dengan teori kepengawasan. Dari tabel yang kita baca pada program pengawas yang ada dapat dilihat bahwa guru hanya memiliki andil 60 % dalam
(7)
39
pembuatan silabus, artinya peran serta guru masih terlalu kecil untuk tingkatan guru yang sudah berpendidikan S1 PGSD, terlebih bagi guru yang sudah bersertifikat pendidik. Sudah seharusnya peran guru dalam pembuatan silabus harus lebih dari 60% atau minimal 75%. Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses menyebutkan guru dalam Kelompok Kerja Guru harus aktif menyusun silabus sendiri
Berdasarkan hasil pendidikan dan pelatihan teman-teman pengawas, memprogramkan peran serta guru minimal 75 % dalam menyusun silabus dalam Kelmpok Kerja Guru, Sehingga silabus yang dipakai oleh guru sebagai dasar membuat Rencana Pelaksanaan pembelajaran benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di sekolahnya.
Dalam tabel progam dapat dilihat juga bahwa guru hanya andil 60% dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran secara keseluruhan, dinilai masih terlalu kecil untuk guru yang sudah menyandang ijasah S1 PGSD, apalagi guru yang sudah berstatus guru profesional yang nota bene sudah bersertifikat pendidik, sudah semestinya guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sendiri atau minimal tingkat partisipasinya 80% dalam Kelompok Kerja Guru. Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses menyebutkan guru dalam Kelompok Kerja Guru harus aktif menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran sendiri. Berdasarkan hasil pendidikan dan pelatihan
teman-teman pengawas, memprogramkan peran serta guru minimal 80 % dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam Kelompok Kerja Guru. Dengan demikian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran digunakan sebagai landasan atau pedoman pelaksanaan proses belajar mengajar lebih sesuai dengan kebutuhan karena sesuai dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan
(8)
40
guru dan siswa di sekolahnya. Sumber daya manusia yang membimbing guru tidak
hanya pengawas saja karena ada pihak yang lebih dekat yaitu kepala sekolah. Maka kepala sekolah justru yang harus berperan dalam membimbing guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
4.3.Berdasarkan hasil wawancara dan angket dari kepala sekolah dan pengawas dapat di beberapa indikator (nomor 1, 27, 28, dan 29) perlu disempurnakan sehingga menjadi lebih sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah. Dan yang penting lagi agar lebih obyektif, untuk melakukan penilaian diperlukan pedoman atau kriteria penilaian perilaku guru dalam proses belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto, bahwa instrumen dikatakan baik apabila mempu mengevaluasi sesuatu yang dievaluasi sesuai dengan keadaan sebenarnya. Karena instrumen supervisi dinilai tidak tepat dan kurang lengkap, maka perlu disempunakan dan dilengkapi. Dengan 50 butir aspek yang dinilai dibutuhkan 50 kriteria untuk menentukan skor 4, 3, 2, 1 atau 0 untuk setiap indikatornya.
4.4.Dari kegiatan pendidikan dan pelatihan menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan dan pemahaman terkait dengan instrument, persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi terkait dengan proses belajar mengajar di sekolah.
Dengan meningkatnya pengetahuan dan pemahaman pengawas tersebut di atas peneliti punya harapan meningkatkan pula kegiatan supervisi proses belajar mengajar yang dilakukan oleh pengawas di sekolah yang menjadi tugas pokok dan fungsi yang menjadi daerah binaannya masing-masing.
Sehingga pengawas dapat mengetahui kelebihan dan kekuarangan teman-teman guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar dan selanjutnya bisa sharing, diskusi dengan guru dan akhirnya dapat meningkatkan
(9)
41
kualitas pembelajaran dan kualitas pendidikan. Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman tentang
proses belajar mengajar akan menunjang situasi mengajar. Hal ini sejalan dengan tujuan supervisi yang dirumuskan oleh Sahertian dan Mataheru (1981: 23-24) yaitu pengembangan situasi mengajar yang lebih baik dan pendapat Glickman, 1981 yaitu membantu guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang dicanangkan bagi murid-muridnya.
(1)
36
3.2 Instrumen supervisi proses belajar mengajar Target dari indikator keberhasilan ke empat apek ditingkatkan dan sumber daya manusia yang digunakan ditambah sebagai berikut:
3.2.1 Instrumen Awal
3.2.1 1 Indikator nomor 1 yang dinilai (Memantau kesiapan siswa untuk belajar)
3.2.1.2 Indikator nomor 27 yang dinilai
(Menggunakan informasi belajar yang
variatif berbasis internet/ TIK)
3.2.1.3 Indikator nomor 28 yang dinilai
(Menggunakan alat peraga berbasis
internet/ TIK)
3.2.1.4 Indikator nomor 29 yang dinilai
(Memanfaatkan sumber belajar
berbahasa asing)
3.2.2 Instrumen yang dikembangkan
3.2.2.1 Indikator nomor 1 yang dinilai (Memantau kesiapan siswa untuk belajar (fisik dan psikis)
3.2.2.2 Indikator nomor 27 yang dinilai
(Menggunakan informasi belajar yang
variatif berbasis TIK)
3.2.2.3 Indikator nomor 28 yang dinilai (Menggunakan alat peraga berbasis TIK) 3.2.2.4 Indikator nomor 29 yang dinilai
(Memanfaatkan sumber belajar berbahasa asing) dihapus
3.3 Proses Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan 3.3.1 Perencanaan
3.3.1.1 Merencanakan tempat dan waktu pelaksanaan
3.3.1.2 Merencanakan peserta dan nara sumber 3.3.1.3 Merencanakan administrasi dan materi yang
(2)
37
3.3.1.4 Merencanakan alat dan biaya yan dibutuhkan
3.3.2 Pelaksanaan
3.3.2.1 Pendaftaran peserta (absensi)
3.3.2.2 Pembukaan dilanjutkan penyampaian maksud dan tujuan
3.3.2.3 Pree tes dilanjutkan penyampaian materi 3.3.2.4 Diskusi tentang program pengawas
dilanjutkan tentang instrument supervise PBM
3.3.2.5 Kata pengantar dari ketua KKPS
3.3.2.6 Diskusi tentang rencana kepengawasan akademik, instrument dan membuat kriteria penilaian perilaku guru
3.3.2.7 Pemantapan hasil diskusi (kesimpulan) 3.3.2.8 Pos tes
3.4 Hasil Pree tes dan Pos tes
Berdasarkan data hasil pree tes dan pos tes dapat disimpulkan bahwa setelah mengadakan pendidikan dan pelatihan wawasan pengawas sekolah dasar tentang proses belajar mengajar menjadi meningkat cukup signifikan.
Di bawah ini saya tampilkan hasil pree test serta hasil Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan Instrumen Supervisi Proses Belajar mengajar yang telah dibahas sesuai keinginan dan kebutuhan pengawas sekolah dasar di Kota Salatiga.
Hasil Pree test dan Post Test NO
PESERTA
NILAI KETERANGAN
PREE TES POS TES
1 A 85 89 Naik 4
2 B 67, 5 75 Naik 7, 5
3 C 65 77 Naik 12
4 D 75 83 Naik 5
5 E 52, 5 85 Naik 32, 5
6 F 70 82 Naik 12
7 G -
8 H -
(3)
38 4.PEMBAHASAN
4.1 Berdasarkan hasil wawancara dan angket yang diisi oleh kepala sekolah dan pengawas menunjukkan bahwa, pengawas jarang melakukan supervisi proses belajar mengajar karena instrumen yang ada selama ini tidak lengkap, belum ada skor dan kriteria penilaian perilaku guru yang digunakan sebagai acuan dalam penilaian, sehingga tidak memotivasi pengawas untuk melakukan supervisi proses belajar mengajar (tidak sesuai kebutuhan). Pembaca, guru yang disupervisi, dan bahkan pengawas sendiri sebagai supervisor masih harus berpikir, apabila akan memberikan penilaian. Instrumen yang dibutuhkan oleh pengawas adalah instrumen yang ada skor dan kriteria penilaiannya, sehingga mempermudah pengawas dalam memberikan penilaian pelaksanaan proses belajar mengajar. Selesai supervisi proses belajar mengajar pembaca dapat langsung memahami hasil supervisi. Dalam satu bulan hari efektifnya ada 20 – 24 hari, idealnya dalam satu bulan semestinya pengawas melakukan supervisi proses belajar mengajar minimal 20 kali. Apabila kita lihat dari tabel pelaksanaan supervisi proses belajar mengajar di sekolah masih jauh dengan ketentuan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang guru yang diberi tugas tambahan sebagai pengawas dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 39 tahun 2009 tentang pemenuhan beban kerja guru dan pengawas satuan pendidikan, menyebutkan bahwa pengawas mempunyai beban kerja 24 jam perminggu atau identik melaksanakan supervisi 2 kali 3 jam persekolah dalam sebulan. Apabila minimal pengawas mempunyai 10 sekolah binaan berarti dalam sebulan 2 kali 10 sekolah binaan ( 20 kali).
4.2 Ada perbedaan yang mencolok antara program yang ada dengan teori kepengawasan. Dari tabel yang kita baca pada program pengawas yang ada dapat dilihat bahwa guru hanya memiliki andil 60 % dalam
(4)
39
pembuatan silabus, artinya peran serta guru masih terlalu kecil untuk tingkatan guru yang sudah berpendidikan S1 PGSD, terlebih bagi guru yang sudah bersertifikat pendidik. Sudah seharusnya peran guru dalam pembuatan silabus harus lebih dari 60% atau minimal 75%. Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses menyebutkan guru dalam Kelompok Kerja Guru harus aktif menyusun silabus sendiri
Berdasarkan hasil pendidikan dan pelatihan teman-teman pengawas, memprogramkan peran serta guru minimal 75 % dalam menyusun silabus dalam Kelmpok Kerja Guru, Sehingga silabus yang dipakai oleh guru sebagai dasar membuat Rencana Pelaksanaan pembelajaran benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di sekolahnya.
Dalam tabel progam dapat dilihat juga bahwa guru hanya andil 60% dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran secara keseluruhan, dinilai masih terlalu kecil untuk guru yang sudah menyandang ijasah S1 PGSD, apalagi guru yang sudah berstatus guru profesional yang nota bene sudah bersertifikat pendidik, sudah semestinya guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sendiri atau minimal tingkat partisipasinya 80% dalam Kelompok Kerja Guru. Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses menyebutkan guru dalam Kelompok Kerja Guru harus aktif menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran sendiri. Berdasarkan hasil pendidikan dan pelatihan
teman-teman pengawas, memprogramkan peran serta guru minimal 80 % dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam Kelompok Kerja Guru. Dengan demikian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran digunakan sebagai landasan atau pedoman pelaksanaan proses belajar mengajar lebih sesuai dengan kebutuhan karena sesuai dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan
(5)
40
guru dan siswa di sekolahnya. Sumber daya manusia yang membimbing guru tidak
hanya pengawas saja karena ada pihak yang lebih dekat yaitu kepala sekolah. Maka kepala sekolah justru yang harus berperan dalam membimbing guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
4.3.Berdasarkan hasil wawancara dan angket dari kepala sekolah dan pengawas dapat di beberapa indikator (nomor 1, 27, 28, dan 29) perlu disempurnakan sehingga menjadi lebih sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah. Dan yang penting lagi agar lebih obyektif, untuk melakukan penilaian diperlukan pedoman atau kriteria penilaian perilaku guru dalam proses belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto, bahwa instrumen dikatakan baik apabila mempu mengevaluasi sesuatu yang dievaluasi sesuai dengan keadaan sebenarnya. Karena instrumen supervisi dinilai tidak tepat dan kurang lengkap, maka perlu disempunakan dan dilengkapi. Dengan 50 butir aspek yang dinilai dibutuhkan 50 kriteria untuk menentukan skor 4, 3, 2, 1 atau 0 untuk setiap indikatornya.
4.4.Dari kegiatan pendidikan dan pelatihan menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan dan pemahaman terkait dengan instrument, persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi terkait dengan proses belajar mengajar di sekolah.
Dengan meningkatnya pengetahuan dan pemahaman pengawas tersebut di atas peneliti punya harapan meningkatkan pula kegiatan supervisi proses belajar mengajar yang dilakukan oleh pengawas di sekolah yang menjadi tugas pokok dan fungsi yang menjadi daerah binaannya masing-masing.
Sehingga pengawas dapat mengetahui kelebihan dan kekuarangan teman-teman guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar dan selanjutnya bisa sharing, diskusi dengan guru dan akhirnya dapat meningkatkan
(6)
41
kualitas pembelajaran dan kualitas pendidikan. Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman tentang
proses belajar mengajar akan menunjang situasi mengajar. Hal ini sejalan dengan tujuan supervisi yang dirumuskan oleh Sahertian dan Mataheru (1981: 23-24) yaitu pengembangan situasi mengajar yang lebih baik dan pendapat Glickman, 1981 yaitu membantu guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang dicanangkan bagi murid-muridnya.