LAPORAN KINERJA TAHUN 2015 : Pemerintah Kabupaten Ngawi BAB I PENDAHULUAN

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Reformasi Birokrasi pada Pemerintah dan Pemerintah Daerah merupakan kebutuhan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik ( Good Governance ). Good governance tersebut merupakan prasyarat untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan serta cita-cita berbangsa dan bernegara. Melalui Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme mengamanatkan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan pemerintahan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Dalam kerangka pembangunan good governance, kebijakan umum pemerintahan adalah ingin menjalankan pemerintahan yang berorientasi pada hasil (result oriented government). Untuk itu sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang telah dibangun dalam rangka mewujudkan good governance dan sekaligus result oriented government perlu terus dikembangkan dan informasi kinerjanya diintegrasikan kedalam sistem penganggaran dan pelaporan sesuai amanat Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara serta berbagai peraturan perundangan dibawahnya. Dengan demikian anggaran Negara baik pusat maupun daerah menjadi anggaran berbasis kinerja, yaitu anggaran yang dihitung dan disusun berdasarkan kebutuhan untuk menghasilkan out put dan out come yang diinginkan masyarakat. Dengan anggaran berbasis kinerja ini akan dapat dilakukan penelusuran alokasi anggaran kinerja yang direncanakan dan pada setiap akhir tahun anggaran juga dapat dilakukan evaluasi untuk mengetahui cost efficiency dan cost effectiveness anggaran instansi yang bersangkutan sekaligus pencegahan dan deteksi kebocoran anggaran.

Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, terukur dan legitimate sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung


(2)

secara berdayaguna, berhasilguna, bersih dan bebas dari kolusi, korupsi dan nepotisme. Dalam rangka mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan serta cita-cita bangsa dan Negara.

Guna memenuhi aspek akuntabilitas pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan tersebut, maka Pemerintah menetapkan instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP).Konsep dasar akuntabilitas tersebut didasarkan pada klasifikasi responsibilitas manajerial pada tiap lingkungan organisasi yang bertujuan untuk pelaksanaan kegiatan pada bagian.Sehingga masing-masing individu bertanggungjawab atas kegiatan yang dilaksanakan pada bagiannya.Konsep inilah yang membedakan adanya kegiatan yang terkendali (controliable activities) dengan kegiatan yang tidak terkendali (uncontroliable activities).

Amanat dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah setiap Pemerintah Daerah (Pejabat Eselon II) diminta untuk menyampaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) kepada Presiden, sebagai perwujudan kewajiban suatu Instansi Pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban secara periodic setiap akhir anggaran.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) disamping berfungsi sebagai perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi pengelolaan sumberdaya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah, juga berfungsi pula sebagai alat kendali, alat penilai kinerja dan juga alat pendorong terwujudnya good governance. Dalam perspektif yang lebih luas Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) berfungsi pula sebagai media pertanggungjawaban kepada publik yang memerlukan dukungan dan peran aktif seluruh lembaga lembaga pemerintah (pusat dan daerah ) dan juga masyarakat.

Bertolak dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Ngawi ( RPJMD ) Kabupaten Ngawi Tahun 2010 – 2015 dan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah


(3)

(AKIP) serta memperhatikan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah mengamanatkan ikhtisar pencapaian sasaran sebagaimana yang ditetapkan dalam Dokumen Penetapan Kinerja dan Dokumen Perencanaan.

Pencapaian sasaran tersebut disajikan berupa informasi mengenai pencapaian RPJMD Tahun 2010 – 2015 Pemerintah Kabupaten Ngawi, realisasi pencapaian indikator sasaran disertai dengan penjelasan yang memadai atas pencapaian kinerja dan perbandingan capaian indikator kinerja, karena itulah maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Ngawi Tahun 2012 ini merupakan laporan kemajuan penyelenggaraan pemerintahan oleh Bupati yang disusun dan dikembangkan sesuai peraturan yang berlaku. Realisasi dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini merupakan hasil kegiatan Tahun 2012.

1.2. Maksud dan Tujuan 1.2.1. Maksud

Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Ngawi Tahun 2014 ini dimaksudkan sebagai pertanggungjawaban pemerintahan kabupaten ngawi dalam mencapai visi dan misi pembangunan kepada masyarakat maupun Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi dalam kurun waktu satu tahun anggaran sebagai sarana perwujudan good governance.

1.2.2. Tujuan

Sedangkan tujuan disusunnya Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Ngawi Tahun 2014 ini adalah:

a. Memberikan informasi mengenai perencanaan, pengukuran, pelaporan dan evaluasi kinerja Pemerintah Kabupaten Ngawi selama Tahun Anggaran 2014

b. Sebagai bahan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja Pemerintah Kabupaten Ngawi selama Tahun Anggaran 2014.

c. Sebagai bahan masukan dalam menyusun perencanaan program pembangunan dan perencanaan kinerja.


(4)

1.3. Dasar Hukum

a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ;

b. Undang-Undang Nomor 117 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara ; c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara ;

d. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara ;;

e. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional ;

f. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang ;

g. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintah Daerah ;

h. Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah ;

i. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal ;

j. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah ;

k. Instruksi Presiden Noomor 7 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ;

l. Peraturan Menteri Dalam Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah m. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 239/IX/6/8/2003

tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ;


(5)

n. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi BIrokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ;

o. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 17 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2010 – 2015 ;

p. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 1 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2012 ;

1.4. Bidang Kewenangan

Salah satu amanat dari Pasal 14 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, maka kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota dibedakan menjadi 2 (dua) jenis urusan yaitu Urusan Wajib dan Urusan Pilihan sedang untuk Urusan Wajib dibedakan pula dalam 2 (dua) Bidang yaitu Urusan Wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar masyarakat dan kewenangan Urusan Wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar.

(1) Urusan Wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar Meliputi : 1. Pendidikan ;

2. Kesehatan

3. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

4. Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman

5. Ketenteraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan Sosial 6. Sosial

(2) Urusan Wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar Meliputi : 1. Tenaga Kerja

2. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 3. Pangan

4. Pertanahan

5. Lingkungan Hidup

6. Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil; 7. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

8. Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana 9. Perhubungan

10. Komunikais dan Informatika


(6)

12. Penanaman Modal

13. Kepemudaan dan Olah Raga 14. Statistik

15. Persandian 16. Kebudayaan 17. Perpustakaan 18. Kearsipan

(3) Urusan Pilihan meliputi : 1. Kelautan dan Perikanan 2. Pariwisata

3. Pertanian 4. Kehutanan

5. Energi dan Sumber Daya Mineral 6. Perdagangan

7. Perindustrian 8. Transmigrasi

1.5. Gambaran Umum Kabupaten Ngawi 1.5.1. Kondisi Geografis

Kabupaten Ngawi terletak di wilayah Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Ngawi adalah 1.295,9851 km2 atau 129.598,51 Ha yang secara administratif pemerintahan terbagi dalam 19 kecamatan, 4 kelurahan dan 213 desa. Secara astronomis terletak pada posisi 7o21’ – 7o31’ LS dan 111o07’ – 111o40’ BT , dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Blora, Kabupaten Grobogan (Provinsi Jawa Tengah) dan Kabupaten Bojonegoro (Provinsi Jawa Timur)

Sebelah Barat : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen (Provinsi Jawa Tengah)


(7)

Sebelah Selatan: Kabupaten Magetan dan Kabupaten Madiun (Provinsi Jawa Timur)

Sebelah Timur : Kabupaten Madiun (Provinsi Jawa Timur)

Kondisi topografi wilayah cukup bervariasi, yaitu topografi darat, bergelombang, berbukit dan bahkan pegunungan tinggi dengan ketinggian 40 hingga 3.031 meter di atas permukaan laut.

Secara umum, di bagian tengah adalah dataran yang merupakan lahan pertanian subur, di bagian Selatan merupakan daerah perbukitan dan pegunungan yang membujur dari Timur ke Barat, meliputi wilayah Kecamatan Kendal, Kecamatan Jogorogo, Kecamatan Ngrambe dan Kecamatan Sine yang berada di lereng Gunung Lawu. Sedangkan di bagian Utara, membujur dari Timur ke Barat merupakan deretan pegunungan Kendeng yang kurang subur terdiri dari batuan kapur.

Secara geografis Kabupaten Ngawi dialiri dua sungai besar: 1. Bengawan Solo yang membujur dari Barat ke Timur ; dan 2. Sungai Madiun dari Selatan ke Utara.

Kedua sungai tersebut bertemu di Kota Ngawi dan mengalir menjadi satu ke Utara memasuki wilayah Kabupaten Bojonegoro. Di samping itu terdapat sistem sungai seperti Sungai Banger, Sawur, Sidolaju, Alas Tuwo, Batu Bunder, Kenteng, Kelompok dan Ketonggo yang bermuara pada Bengawan Solo dan Sungai Kukur Ketonggo yang bermuara pada sungai Madiun.

1.5.2. Demografis

Jumlah penduduk Kabupaten Ngawi akhir tahun 2013 mencapai 915.491 jiwa, terdiri dari laki-laki 449.945 jiwa dan perempuan 465.546 jiwa, dengan kepadatan penduduk rata-rata 706 jiwa/km2 yang tersebar di 19 kecamatan dengan tingkat penyebaran bervariasi antara 24.545-88.510 jiwa. Kecamatan yang mempunyai penduduk paling banyak adalah Kecamatan Paron dengan jumlah penduduk sebesar 89.134 jiwa,


(8)

sedangkan yang paling sedikit adalah Kecamatan Kasreman dengan jumlah penduduk sebesar 24.727 jiwa. Adapun data penduduk Kabupaten Ngawi adalah sampai keadaan Desember 2013 adalah sebagaimana dalam tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1

Data Penduduk Kabupaten Ngawi

Menurut Jenis Kelamin (Keadaan s.d. Desember 2013) No. Kecamatan Jumlah Desa

Penduduk (Jiwa)

Jumlah

L P

1. Sine 15 23.432 26.453 49.885 2. Ngrambe 14 22.150 22.311 44.461 3. Jogorogo 12 24.107 24.498 48.605 4. Kendal 10 28.963 29.352 58.315 5. Geneng 13 27.880 28.264 56.144 6. Gerih 5 18.551 19.643 38.194 7. Kwadungan 14 14.111 14.497 28.608 8. Pangkur 9 14.178 14.770 28.948 9. Karangjati 17 23.256 25.144 48.400 10. Bringin 10 16.020 16.477 32.497 11. Padas 12 17.509 17.793 35.302 12. Kasreman 8 12.380 12.347 24.727 13. Ngawi 16 42.076 42.722 84.798 14. Paron 14 43.964 45.170 89.134 15. Kedunggalar 12 36.596 37.056 73.652 16. Pitu 10 14.108 14.256 28.364 17. Widodaren 12 34.794 36.705 71.499 18. Mantingan 7 19.889 22.121 42.010 19. Karanganyar 7 15.981 15.967 31.948 Jumlah 449.945 465.546 915.491


(9)

Penduduk Kabupaten Ngawi digolongkan dalam 3 (tiga) kelompok usia, yaitu: • Kelompok usia 0-20 tahun sebanyak 267.908 jiwa;

• Kelompok usia 21-50 tahun sebanyak 431.272 jiwa; • Kelompok usia 51 tahun ke atas sebanyak 216.311 jiwa.

Dari data di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk adalah kelompok usia produktif (21-50 tahun) yang mencapai 47,10%, disusul kemudian kelompok anak-anak (usia 0-20 tahun) mencapai 29,26% dan kelompok lanjut usia (usia di atas 50 tahun) mencapai 23,64%.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Ngawi didominasi pada 6 kecamatan yang mempunyai kepadatan lebih dari 900 jiwa / Km2sedangkan yang terendah tingkat kepadatannya berada pada Kecamatan Karanganyar dari 4 Kecamatan yang mempunyai kepadatan dibawah 600 jiwa / Km2.

Gambar 1.1

PETA KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN NGAWI

< 600 Jiwa/Km2

600 – 800 Jiwa/Km2 > 900 Jiwa/Km2


(10)

Dilihat dari jumlah penduduk Kabupaten Ngawi sebagian besar tinggal di daerah pedesaan sehingga sesuai potensi daerah yang agraris maka mata pencahariannya sebagian besar adalah bekerja di bidang pertanian, baik sebagai buruh tani atau petani penggarap. Adapun data penduduk menurut mata pencaharian, dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 1.2.

Data Penduduk Kabupaten Ngawi Menurut Mata Pencaharian (Keadaan s.d. Desember 2013)

No. Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa) 1. Belum Bekerja 149.229 2. Pelajar/Mahasiswa 132.979 3. PNS/Guru/TNI/Polri 26.441 4. Karyawan Swasta 134.820

5. Petani 238.246

6. Perdagangan 46.470 7 Industri/Jasa 33.361

8 Wiraswasta 153.794

8. Lainnya 153

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang belummendapatkan pekerjaan di Kabupaten Ngawi masih tinggi yakni sejumlah 132.979 jiwa. Sedangkan mayoritas mata pencaharian penduduk adalah bekerja di bidang pertanian, baik sebagai buruh petani atau petani penggarap yang mencapai 238.246 jiwa atau 26,02%. Sehingga bidang pertanian menjadi fokus utama pembangunan di Kabupaten Ngawi pada tahun 2014..


(11)

Sedangkan jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 1.3.berikut ini:

Tabel 1.3.

Data Penduduk Kabupaten Ngawi

Menurut Tingkat Pendidikan (Tahun 2013 dan 2014) No. Tingkat

Pendidikan

Tahun2013 (jiwa)

Tahun 2014 (jiwa)

Bertambah/ (Berkurang) 1. Belum Sekolah 39.436 39.042 - 394 2. SD/Sederajat 237.941 227.104 - 10.837 3. SMP/Sederajat 180.489 186.049 5.560 4. SMA/Sederajat 156.797 165.094 8.297

6. Diploma 124.063 124.591 528

7. S1 170.197 170.453 256

8. S2 2.899 3.069 170

9. S3 89 89 -

JUMLAH 911.911 915.491

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Dari data di atas, jumlah penduduk belum sekolah turun 394 jiwa dari tahun 2014, sedangkan yang hanya tamat Sekolah Dasar turun 10.837, sedangkan yang mengalami peningkatan paling besar terdapat pada penduduk yang telah lulus SMA sederajat sebanyak 8.297 jiwa dari tahun 2014, disusul dengan penduduk yang tamat jenjang pendidikan SMP/Sederajat yang mengalami kenaikan sebesar 5.560 jiwa dari tahun 2010, dan tingkat pendidikan Strata 1 (S1) sebesar 704 jiwa.


(12)

1.5.3. Sosial Ekonomi

Untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang kegiatan ekonomi dalam satu wilayah dapat dilihat melalui neraca ekonominya.Salah satu indikator yang sering digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).PDRB Kabupaten Ngawi merupakan jumlah seluruh nilai tambah dari produk barang dan jasa yang dasar pengukurannya timbul akibat adanya berbagai aktivitas ekonomi. Sampai dengan tahun 2014 perekonomian Kabupaten Ngawi masih didominasi sektor pertanian dengan 5 (lima) sub sektor yaitu tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Sumbangan sektor ini terhadap total PDRB sampai dengan tahun 2013 sebesar 36,63%. Sedangkan sektor lain ditempati secara berurutan Perdagangan 28,66% , Jasa-jasa 13,73%, Industri 6,28% dst.

Gambar 1.2


(13)

Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ngawi sebesar5,62% dan untuk tahun 2010 mencapai 6,10% atau meningkat 0,48% dari tahun sebelumnya. Jadi pertumbuhan ekonomi untuk Kabupaten Ngawi dari tahun ke tahun secara umum mengalami peningkatan meskipun tidak terlalu besar.

Berikut ini tabel agregat PDRB Kabupaten Ngawi tiga tahun terakhir. Tabel 1.4.

PDRB Kabupaten NgawiTahun 2010-2012

Uraian 2010 2011 2012

PDRB berlaku (juta Rp.) 6.444.782,83 7.245.842,42 7.416.546,18 PDRB konstan (juta Rp.) 2.942.602,51 3.121.821,49 3.222.043,23 PDRB perkapita berlaku (Rp.) 7.033.529,80 7.547.781,25 7.615.441,12 PDRB perkapita konstan (Rp.) 3.211.416,58 3.251.909,76 3.271.045,18

Inflasi (%) 5,96 6,00 6,05

Pertumbuhan (%) 5,62 6,10 6,18

Penduduk pertengahan tahun (jiwa)

893.363 911.911 915.491

Sumber: BPS Kabupaten Ngawi

Mendasar data tersebut diatas dapatlah dilihat adanya trend kenaikan PDRB konstan maupun PDRB berdasar harga berlaku dari tahun 2010 sampai dengan 2012. Hal tersebut diiringi dengan laju inflasi yang juga naik dan tertinggi pada Tahun 2012 yang mencapai 6,05meskipun relatif kecil.


(14)

1.6. Kelembagaan dan Aparatur Pemerintah 1.6.1. Kelembagaan

Di dalam pelaksanaan Pemerintahan di Kabupaten Ngawi didukung oleh aparatur pemerintah yang tersusun dan terorganisasi dalam suatu kelembagaan. Kelembagaan Pemerintah Kabupaten Ngawi dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah, yaitu:

a. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 15 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah, Staf Ahli dan Sekretariat DPRD;

b. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 16 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah;

c. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 17 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah;

d. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 18 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan polisi Pamong Praja;

e. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 19 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah; e. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 11 Tahun 2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan;

f. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 7 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat KORPRI.

Mendasar peraturan daerah tersebut, susunan organisasi pemerintahan yang terbentuk adalah sebagai berikut:


(15)

1.6.1.1 Sekretariat Daerah kabupaten

a. Asisten Administrasi Pemerintahan

1) Bagian Administrasi Pemerintahan Umum; 2) Bagian Hukum;

3) Bagian Hubungan Masyarakat.

b. Asisten Administrasi Perekonomian dan Pembangunan 1) Bagian Administrasi Pembangunan;

2) Bagian Administrasi Perekonomian;

3) Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat. c. Asisten Administrasi Umum

1) Bagian Organisasi;

2) Bagian Umum dan Protokol; 3) Bagian Keuangan.

6.1.1.2 Staf Ahli

a. Staf Ahli Bidang Hukum, Politik dan Pemerintahan; b. Staf Ahli Bidang Pembangunan

c. Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia ; d. Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Keuangan..

6.1.1.3 Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah a. Bagian Umum;

b. Bagian Keuangan; c. Bagian Persidangan;

d. Bagian Perundang-undangan; 6.1.1.4 Dinas Kabupaten

a. Dinas Pendidikan; b. Dinas Kesehatan;


(16)

c. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi; d. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil; e. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika;

f. Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perindustrian; g. Dinas Pariwisata Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga;

h. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset; i. Dinas PU Bina Marga, Cipta Karya dan Kebersihan; j. Dinas PU Pengairan Pertambangan dan Energi; k. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura; l. Dinas Kehutanan dan Perkebunan;

m. Dinas Perikanan dan Peternakan;

n. Dinas Perdagangan dan Pengelolaan Pasar. 6.1.1.5 Inspektorat

6.1.1.6 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 6.1.1.7 Lembaga Teknis Daerah Kabupaten

a. Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan; b. Badan Kepegawaian Daerah;

c. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa; d. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana; e. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu ; f. Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik;

g. Kantor Lingkungan Hidup;

h. Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi; i. Rumah Sakit Umum Daerah dr. SOEROTO.


(17)

6.1.1.8 Satuan Polisi Pamong Praja; 6.1.1.9 Sekretariat KORPRI;

6.1.1.10 Badan Penanggulangan Bencana Daerah 6.1.1.11 Kecamatan terdiri dari 19 Kecamatan; 6.1.1.11. Kelurahan terdiri dari 4 Kelurahan.

1.6.2. Aparatur

Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kabupaten Ngawi pada Tahun 2014sejumlah 12.875orang atau turun sebesar 2,52% dari Tahun 2013 sejumlah 350 orang. Masing-masing aparatur Pegawai Negeri Sipil tersebut merupakan komponen pendukung utama jalannya pemerintahan dan pembangunan di Kabupaten Ngawi. Jumlah Pegawai tersebut termasuk dalam kategori yang besar apabila dibandingkan dengan komposisi rata-rata jumlah Pegawai Negeri Sipil yang ada didaerah sekitar ( Magetan, Madiun, Ponorogo).

Besarnya jumlah Pegawai Negeri tersebut disatu sisi merupakan potensi yang amat besar dalam menopang pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan, akan tetapi dari sisi lain merupakan tantangan untuk lebih mengoptimalkan kinerja Pegawai Negeri tersebut sesuai dengan kapasitasnya, sehingga tercapai proporsi ideal distribusi pegawai tersebut ( the wright man in the wright place).


(18)

Tabel 1.5


(19)

(20)

Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan, PNS di Kabupaten Ngawi terdiri dari beberapa jenjang pendidikan, pendidikan SMA/sederajat dan Sarjana Strata 1 (S-1) merupakan komposisi terbanyak dari hal jumlah PNS di Kabupaten Ngaawi yaitu sebesar 35% diikuti oleh Jenjang Pendidikan Sarjana Muda/Diploma sebesar 23% diikuti oleh jenjang pendidikan SLTP dan Pasca Sarjana sebagaimana gambar dibawah ini :

Gambar 1.3

PNS Kabupaten Ngawi Tahun 2014 Berdasarkan jenjang pendidikan


(1)

1.6.1.1 Sekretariat Daerah kabupaten

a. Asisten Administrasi Pemerintahan

1) Bagian Administrasi Pemerintahan Umum; 2) Bagian Hukum;

3) Bagian Hubungan Masyarakat.

b. Asisten Administrasi Perekonomian dan Pembangunan 1) Bagian Administrasi Pembangunan;

2) Bagian Administrasi Perekonomian;

3) Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat. c. Asisten Administrasi Umum

1) Bagian Organisasi;

2) Bagian Umum dan Protokol; 3) Bagian Keuangan.

6.1.1.2 Staf Ahli

a. Staf Ahli Bidang Hukum, Politik dan Pemerintahan; b. Staf Ahli Bidang Pembangunan

c. Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia ; d. Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Keuangan..

6.1.1.3 Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah a. Bagian Umum;

b. Bagian Keuangan; c. Bagian Persidangan;

d. Bagian Perundang-undangan; 6.1.1.4 Dinas Kabupaten

a. Dinas Pendidikan; b. Dinas Kesehatan;


(2)

c. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi; d. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil; e. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika;

f. Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perindustrian; g. Dinas Pariwisata Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga;

h. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset; i. Dinas PU Bina Marga, Cipta Karya dan Kebersihan; j. Dinas PU Pengairan Pertambangan dan Energi; k. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura; l. Dinas Kehutanan dan Perkebunan;

m. Dinas Perikanan dan Peternakan;

n. Dinas Perdagangan dan Pengelolaan Pasar. 6.1.1.5 Inspektorat

6.1.1.6 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 6.1.1.7 Lembaga Teknis Daerah Kabupaten

a. Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan; b. Badan Kepegawaian Daerah;

c. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa; d. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana; e. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu ; f. Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik;


(3)

6.1.1.8 Satuan Polisi Pamong Praja;

6.1.1.9 Sekretariat KORPRI;

6.1.1.10 Badan Penanggulangan Bencana Daerah

6.1.1.11 Kecamatan terdiri dari 19 Kecamatan;

6.1.1.11. Kelurahan terdiri dari 4 Kelurahan.

1.6.2. Aparatur

Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kabupaten Ngawi pada Tahun 2014sejumlah 12.875orang atau turun sebesar 2,52% dari Tahun 2013 sejumlah 350 orang. Masing-masing aparatur Pegawai Negeri Sipil tersebut merupakan komponen pendukung utama jalannya pemerintahan dan pembangunan di Kabupaten Ngawi. Jumlah Pegawai tersebut termasuk dalam kategori yang besar apabila dibandingkan dengan komposisi rata-rata jumlah Pegawai Negeri Sipil yang ada didaerah sekitar ( Magetan, Madiun, Ponorogo).

Besarnya jumlah Pegawai Negeri tersebut disatu sisi merupakan potensi yang amat besar dalam menopang pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan, akan tetapi dari sisi lain merupakan tantangan untuk lebih mengoptimalkan kinerja Pegawai Negeri tersebut sesuai dengan kapasitasnya, sehingga tercapai proporsi ideal distribusi pegawai tersebut ( the wright man in the wright place).


(4)

Tabel 1.5


(5)

(6)

Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan, PNS di Kabupaten Ngawi terdiri dari beberapa jenjang pendidikan, pendidikan SMA/sederajat dan Sarjana Strata 1 (S-1) merupakan komposisi terbanyak dari hal jumlah PNS di Kabupaten Ngaawi yaitu sebesar 35% diikuti oleh Jenjang Pendidikan Sarjana Muda/Diploma sebesar 23% diikuti oleh jenjang pendidikan SLTP dan Pasca Sarjana sebagaimana gambar dibawah ini :

Gambar 1.3

PNS Kabupaten Ngawi Tahun 2014 Berdasarkan jenjang pendidikan