teknik-pembuktian1. 46KB Apr 25 2011 02:13:50 AM

TEKNIK PEMBUKTIAN
(Yus Mochamad Cholily)

Pembuktian merupakan aktifitas yang tidak bisa dipisahkan dengan Matematika.
Hal ini disebabkan produk matematika pada umumnya berbentuk teorema yang harus
dibuktikan kebenarannya. Secara umum teorema-teorema di matematika selalu berbentuk
"Jika P maka Q", atau dalam notasi " P ⇒ Q ". Pernyataan P disebut premis atau syarat

cukup dan Q disebut konklusi atau syarat perlu. Dalam bab ini disajikan cara-cara
pembuktian yang sering digunakan di matematika yang nantinya akan digunakan pada
pembahasan selanjutnya. Cara-cara tersebut adalah A) Pembuktian langsung, B)
Pembuktian tidak langsung, dan C) Pembuktian dengan Induksi Matematika.

A. Pembuktian langsung.

Diberikan sebuah teorema "Jika P maka Q", atau " P ⇒ Q ". Telah diketahui

dengan baik bahwa pernyataan majemuk P ⇒ Q akan bernilai salah jika kondisi
kebenaran dari P adalah “benar” sedangkan nilai kebenaran dari Q adalah “salah”,
dalam hal lain pernyataan tersebut adalah “benar”. Untuk mengingat kembali
perhatikan pada tabel berikut.

Tabel 1. Tabel kebenaran dari P ⇒ Q
P

Q

P⇒Q

b

b

b

b

s

s

s


b

b

s

s

b

Teknik pembuktian secara langsung berangkat dari fakta bahwa P bernilai

benar. Satu-satunya fakta agar pernyataan P ⇒ Q benar adalah dengan menunjukkan
bahwa Q juga bernilai benar. Untuk lebih mendalami penjelasan ini perhatikan

pernyataan berikut ini. Secara singkat teknik pembuktian ini berangkat dari P bernilai
benar tunjukkan Q juga benar.
Teorema 1. Jika x bilangan genap maka x 2 juga merupakan bilangan genap.


Pernyataan yang berbentuk implikasi ini dapat dipandang sebagai pernyataan

P ⇒ Q dengan P adalah ”x bilangan genap” dan Q adalah ” x 2 bilangan genap”.

Secara rinci bukti dari hal ini adalah sebagai berikut.
Bukti.
Diketahui bahwa x bilangan genap maka bilangan ini dapat dituliskan sebagai

x = 2m untuk suatu bilangan bulat m. Dengan mengkuadratkan diperoleh bahwa

x 2 = 4m 2 = 2(2m 2 ) . Karena m suatu bilangan bulat maka berdasarkan sifat

ketertutupan bilangan bulat terhadap operasi perkalian maka diperoleh bahwa 2m 2
juga merupakan bilangan bulat. Dengan demikian x 2 merupakan bilangan genap dan

dapat dituliskan sebagai x 2 = 2n untuk suatu bilangan bulat n = 2m 2 . Dari

persamaan terakhir ini dapat disimpulkan bahwa x 2 adalah bilangan genap. ฀

Dengan menggunakan pembuktian secara langsung seperti di atas cobalah untuk

membuktikan teorema berikut.
Teorema 2. Jika x bilangan gasal maka x 2 juga merupakan bilangan gasal.

B. Pembuktian tidak langsung.

Misal P ⇒ Q sebuah pernyataan. Untuk membuktikan sebuah teorema terkadang

tidak mudah bila dibuktikan secara langsung. Sehingga perlu dicari alternatif teknik
lain untuk membuktikan teorema semacam ini. Salah satu alternatif pembuktian yang
banyak dipakai di Matematika adalah teknik pembuktian tidak langsung. Pembuktian
tidak langsung dibedakan menjadi dua tipe yaitu: i) pembuktian melalui kontrapositif
dan ii) pembuktian dengan pengandaian.
i) Pembuktian melalui kontrapositif.

Telah dikenal dengan baik bahwa dua buah pernyataan dikatakan ekivalen
bila kedua pernyataan tersebut mempunyai nilai kebenaran yang sama. Dengan
demikian sebuah pernyataan terkadang perlu dirubah formuliasinya ke dalam
bentuk pernyataan lain namun kedua pernyataan tersebut ekivalen.

Telah diketahui bahwa P ⇒ Q adalah ekivalen dengan pernyataan Q ⇒ P . Hal

ini bisa dilihat pada tabel kebenaran berikut.
Tabel 1. Ekivalensi P ⇒ Q dan Q ⇒ P .
P

Q

P

Q

P⇒Q

Q⇒P

b

b

s


s

b

b

b

s

s

b

s

s

s


b

b

s

b

b

s

s

b

b

b


b

Karena pernyaataan tersebut ekivalen maka membuktikan pernyataan yang
pertama sama halnya dengan membuktikan pernyataan yang kedua dan demikian
sebaliknya. Sebagai contoh perhatikan teorema berikut ini.

Teorema 3. Bila x 2 bilangan genap maka x juga bilangan genap.

Pernyataan ini ekivalen dengan pernyataan pada Teorema 1 yaitu: Bila x
bilangan gasal maka x 2 bilangan gasal.
Dengan demikian membuktikan pernyaan kedua sama halnya dengan membuktikan pernyaataan pertama. Dalam contoh ini akan dibuktikan pernyataan yang
kedua.
Bukti.

Misal x adalah bilangan gasal maka x dapat dituliskan sebagai x = 2n + 1 untuk

suatu bilangan bulat n. Dengan demikian x 2 = 4n 2 + 4n + 1 = 2(2n 2 + 2n) + 1. Hal

ini juga bisa dituliskan sebagai x 2 = 2m + 1, dengan m = 2n 2 + 2n dan m adalah


bilangan bulat. Jadi x 2 adalah bilangan gasal. Dengan demikian dapat
disimpulkan pernyataan kedua di atas adalah benar. Karena pernyataan pertama
ekivalen dengan pernyataan kedua maka pernyataan pertama juga bernilai benar.

Terbukti bahwa jika x 2 bilangan gasal maka x juga bilangan gasal. ฀
ii) Pembuktian dengan pengandaian.

Perlu diingat kembali behwa sebuah pernyataan hanya memiliki sebuah nilai
kebenaran yaitu salah satau ”benar” atau ’salah”. Bila sebuah pernyataan bernilai
benar maka negasinya bernilai salah dan sebaliknya. Pembuktian dengan
pengandaian berangkat dengan memisalkan negasi dari syarat perlu bernilai
benar. Selanjutnya dilakukan operasi-operasi matematika yang valid sehingga
diperoleh sesuatu yang bersifat kontradiksi. Karena semua semua langkah yang
dipilih adalah valid maka tentunya penyebab kontradiksi tersebut adalah
pengandaian yang dipilih adalah salah. Jadi semestinya negasi syarat perlu adalah
salah. Dengan kata lain syarat perlu adalah benar.

Dengan demikian pembuktian tidak langsung pernyataan P ⇒ Q melalui

teknik pengandaian ini berangkat dari pengandaian


pernyataan Q benar.

Selanjutnya dengan berangkat bahwa pernyataan P bernilai benar akan
ditunjukkan adanya kontradiksi dengan fakta-fakta yang ada. Hal ini
menunjukkan bahwa perngandaian Q bernilai salah adalah tidak benar. Dengan
demikian seharusnya Q bernilai benar. Karena P bernilai benar dan Q juga

bernilai benar maka P ⇒ Q bernilai benar. Contoh klasik yang sering ditemui

adalah membuktikan bahwa

2 adalah bilangan irasional seperti dituangkan

dalam teorema berikut.

Teorema 4. Akar dari 2 adalah bilangan irasional.
Bukti.
Andaikan


2 bilangan rasional. Dengan demikian

perbandingan dua bilangan bulat,

2 dapat dituliskan sebagai

a
, untuk suatu bilangan bulat a, b dengan
b

b ≠ 0 dan dapat dipilih (a, b) = 1, relatif prima. Mengkuadratkan kedua ruas dapat

diperoleh persamaan 2b 2 = a 2 . Dari persamaan terakhir ini dapat disimpulkan
bahwa a 2 merupakan bilangan genap. Menurut pernyataan sebelumnya dapat

disimpulkan a juga bilangan genap sehingga dapat dituliskan sebagai a = 2m.

Dengan mensubstituiskan ke persamaan semula maka didapat hubungan

b 2 = 2m 2 . Hal ini juga mengatakan bahwa b 2 adalah bilangan genap dan

berakibat bahwa b juga merupakan bilangan genap. Telah diketahui bahwa dua
bilangan genap memiliki faktor sekutu selain 1 yaitu 2. Hal ini jelas kontradiksi
dengan pemilihan (a, b) = 1 . Dengan demikian pengandaian
adalah salah. Jadi

2 merupakan bilangan irasional. ฀

2 bilangan rasional

C. Pembuktian dengan induksi matematika.
Salah satu sifat penting yang dimiliki dari himpunan bilangan asli N adalah well
ordering (terurut rapi) dan setiap himpunan bagiannya selalu memiliki unsur terkecil.
Teknik pembuktian ini lebih banyak difokuskan pada permasalahan yang menyangkut
kebenaran berlaku pada semua bilangan asli atau himpunan bagian dari himpunan
bilangan asli yang banyak unsurnya takhingga. Prinsip pembuktian dengan
menggunkan induksi matematika pada prinsipnya memiliki dua langkah yaitu:
i) Buktikan bahwa pernyataan benar untuk bilangan asli n =1.
ii) Dengan memisalkan benar untuk n = k, selanjutnya dibuktikan pernyataan juga
benar untuk n = k + 1.
Prinsip ini sebenarnya bersifat ”rantai”. Kondisi awal
persyaratan kedua pernyataan juga benar untuk

benar dan menurut
. Secara berulang-ulang

memanfaatkan sifat kedua pernyataan benar untuk semua bilangan asli.
Perhatikan pola penjumlahan bilangan berikut ini:

1=1
1+3=4
1+3+5=9
1 + 3 + 5 + 7 = 16.

1+3+

+

?

Secara intuitif dapat dibuat dugaan bahwa jumlah n buah bilangan gasal positif
pertama adalah n 2 . Secara formal hal dapat dibuat teorema sebagai berikut.

Teorema 5. Jumlah n buah bilangan gasal positif yang pertama adalah n 2 .
Bukti.

Bilangan gasal positif dapat dituliskan sebagai 2n − 1, untuk suatu bilangan bulat
positif n. Jelas bahwa hal ini benar untuk n sama dengan 1. Selanjutnya dimisalkan

hal ini benar untuk n = k yaitu 1 + 3 + 5 +  + (2k − 1) = k 2 . Selanjutnya akan

ditunjukkan bahwa pernyataan tersebut benar juga untuk n = k + 1. Perhatikan

hubungan persamaan berikut.

1 + 3 + 5 +  + (2k − 1) + [2(k + 1) − 1] = k 2 + 2k + 1
= (k + 1) 2 .

Dengan demikian pernyataan tersebut adalah benar untuk n = k + 1. Jadi terbukti
benar bahwa jumlah n buah bilangan positif gasal yang pertama adalah n 2 . ฀

Dokumen yang terkait

AN ALIS IS YU RID IS PUT USAN BE B AS DAL AM P E RKAR A TIND AK P IDA NA P E NY E RTA AN M E L AK U K A N P R AK T IK K E DO K T E RA N YA NG M E N G A K IB ATK AN M ATINYA P AS IE N ( PUT USA N N O MOR: 9 0/PID.B /2011/ PN.MD O)

0 82 16

ANALISIS FAKTOR YANGMEMPENGARUHI FERTILITAS PASANGAN USIA SUBUR DI DESA SEMBORO KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER TAHUN 2011

2 53 20

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN BESAR DAN MENENGAH PADA TINGKAT KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2006 - 2011

1 35 26

A DISCOURSE ANALYSIS ON “SPA: REGAIN BALANCE OF YOUR INNER AND OUTER BEAUTY” IN THE JAKARTA POST ON 4 MARCH 2011

9 161 13

Pengaruh kualitas aktiva produktif dan non performing financing terhadap return on asset perbankan syariah (Studi Pada 3 Bank Umum Syariah Tahun 2011 – 2014)

6 101 0

Pengaruh pemahaman fiqh muamalat mahasiswa terhadap keputusan membeli produk fashion palsu (study pada mahasiswa angkatan 2011 & 2012 prodi muamalat fakultas syariah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

0 22 0

Pendidikan Agama Islam Untuk Kelas 3 SD Kelas 3 Suyanto Suyoto 2011

4 108 178

TAHUN AJARAN 2010 2011

0 6 10

ANALISIS NOTA KESEPAHAMAN ANTARA BANK INDONESIA, POLRI, DAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 SEBAGAI MEKANISME PERCEPATAN PENANGANAN TINDAK PIDANA PERBANKAN KHUSUSNYA BANK INDONESIA SEBAGAI PIHAK PELAPOR

1 17 40

KOORDINASI OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) DENGAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS) DAN BANK INDONESIA (BI) DALAM UPAYA PENANGANAN BANK BERMASALAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG RI NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

3 32 52