Prosiding Seminar Inovasi Teknologi Pertanian 2012
PEMBERDAYAAN LAHAN KERING SUBOPTIMAL
KAWASAN DANAU SINGKARAK SUMATERA BARAT
Winardi dan Azwir
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat
[email protected]
ABSTRAK
Kawasan Danau Singkarak di Sumatera Barat dengan luas wilayah 1.291,25 km2 yang berbatasan langsung
dengan pinggiran Danau Singkarak tercakup ke dalam 2 kabupaten, yaitu Kabupaten Tananah Datar dan Kabupaten Solok.
Dua wilayah yang termasuk Kabupaten Tanah Datar adalah Kecamatan Batipuh Selatan dan Kecamatan Rambatan.
Sedangkan 5 wilayah yang termasuk Kabupaten Solok adalah Kecamatan Junjung Sirih, Kecamatan X Koto Singkarak,
Kecamatan Kubung, Kecamatan X Koto Diatas dan Kecamatan IX Koto Sungai Lasi. Secara agroekologi kawasan Danau
Singkarak relatif seragam, yaitu curah hujan bervariasi dari rendah (sekitar 500 mm/tahun) hingga sedang (2000 mm/tahun),
luasnya penyebaran lahan kering suboptimal (28.741 ha), dan ditemukannya berbagai komoditas utama, seperti sawo dan
kacang tanah Pitala sebagai komoditas spesifik lokasi dari Kecamatan Batipuh Selatan dan jeruk Kacang sebagai komoditas
spesifik lokasi yang mulai langka dari Kecamatan X Koto Singkarak. Berbagai alternatif pengembangan pertanian lahan
kering pada kawasan Danau Singkarak adalah sebagai berikut: 1). Menerapkan praktek budidaya lorong dan atau pertanian
terpadu untuk lahan pekarangan khususnya sistem integrasi tanaman-ternak (SITT); 2). Melakukan intensifikasi terutama
pengadaan bibit bermutu buah-buahan, perbaikan sistem usahatani dan pasca penen serta melakukan tindakan konservasi
untuk lahan perkebunan; dan 3). Melakukan rehabilitasi dan pelestarian pada lahan kehutanan khususnya menerapkan
sistem wanatani untuk lahan kehutanan.
Kata kunci: Lahan kering suboptimal, Sistem usahatani dan Sumatera Barat.
PENDAHULUAN
Danau Singkarak adalah sebuah danau di Sumatera Barat yang membentang antara dua
kabupaten yaitu Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Danau Singkarak tergolong danau
Vulkanik yang didominasi oleh bahan tuff vulkan dengan ketinggian 363,5 meter diatas permukaan
laut (dpl). Luas permukaan air Danau Singkarak mencapai 11.200 hektar dengan panjang maksimum
20 kilometer dan lebar 6,5 kilometer dan kedalaman 268 meter. Danau ini merupakan danau terluas
ke-2 di Pulau Sumatera (Anonymous, 2012c). Yang dimaksud dengan kawasan Danau Singkarak
adalah wilayah yang terletak di sekitar danau tersebut. Secara administratif wilayah yang berada di
sekitar Danau Singkarak mencakup dua kecamatan di dalam Kabupaten Tanah Datar yakni
Kecamatan Batipuh Selatan dan Kecamatan Rambatan serta lima kecamatan di dalam Kabupaten
Solok, masing-masingnya Kecamatan Junjung Sirih, Kecamatan X Koto Singkarak, Kecamatan
Kubung, Kecamatan X Koto Diatas dan Kecamatan IX Koto Sungai Lasi.
Dibanding dengan wilayah lainnya di Sumatera Barat, kawasan Danau Singkarak memiliki
kekhususan terutama ditinjau secara agroekologi. Wilayah ini memiliki curah hujan relatif rendah
yang erat kaitannya dengan posisi geografi yakni terletak di sekitar patahan Semangko. Gugusan
Pegunungan Bukit Barisan di sebelah Barat banyak menghalangi jatuhnya hujan di wilayah ini.
Dengan kata lain kawasan Danau Singkarak terletak di dalam zona bayangan hujan dan topografi
kawasan Danau Singkarak adalah bergelombang hingga berbukit dengan kemiringan di atas 35
persen. Ketinggian tempat antara 500 – 1000 meter dpl. Jenis tanah umumnya Andosols yang sangat
peka terhadap erosi. Menurut Hosen et al. (2004) hanya 32 persen saja kawasan Danau Singkarak
yang bisa diusahakan untuk pertanian.
Luas lahan kering suboptimal dikawasan Danau singkarak terus meningkat setiap tahunnya.
Hutan lindungpun semakin berkurang akibat aktifitas perladangan dan kebakaran hutan. Pada tahun
2002 luas lahan kering suboptimal mencapai 28.741 hektar, yaitu 19.145 hektar di luar kawasan hutan
dan 9.596 hektar di dalam kawasan hutan. Luas lahan kering suboptimal di kawasan Danau
Singkarak senilai 20,49 persen dari total lahan kritis di Propinsi Sumatera Barat (Kusuma et al, 1990).
Tempat usaha tani di kawasan Danau Singkarak dapat dibedakan sebagai lahan pekarangan
dan lahan perkebunan. Di lahan pekarangan komoditas pertanian diusahakan dengan sistem
campuran aneka tanaman termasuk ternak besar dan unggas. Dengan demikian lahan pekarangan bisa
ditanami dengan tanaman buah-buahan, perkebunan dan tanaman pangan/semusim (palawija dan
sayuran). Tanaman yang dominan pada lahan pekarangan juga bervariasi antar nagari sehingga
menunjukan potensi yang berbeda antar nagari tersebut. Tanaman perkebunan yang diusahakan pada
lahan pekarangan antara lain kelapa, kemiri, kapuk, sawo, mangga dan jeruk. Ternak yang dominan
adalah sapi potong yang hampir terdapat pada setiap nagari. Lahan perkebunan yang terletak relatif
jauh dari pemukiman biasanya ditanami dengan kemiri, kopi, kayu manis, kapuk dan lain-lain
termasuk buah-buahan dengan pola usahatani campuran. Lahan kering relatif datar dengan
kemiringan < 15 % ditanami dengan cabe dan bawang merah. Tanaman semusim ini ditanam satu
kali setahun yakni pada musim hujan (Hosen et al., 2004).
Pengelolaan usahatani baik tanaman maupun ternak di wilayah Singkarak dan sekitarnya
masih dilakukan secara tradisional sehingga hasilnya belum optimal. Hal tersebut disebabkan
terbatasnya pengetahuan petani sehingga belum menerapkan teknologi pertanian sebagaimana
mestinya. Hijaun makanan ternak relatif terbatas sehingga sulit ternak untuk berkembang. Kawasan
Barat wilayah tersebut secara sporadis ditumbuhi alang-alang yang tergolong kritis. Secara teknis
sebagian lahan di wilayah Singkarak dan sekitarnya tidak bisa ditanami karena solum tanah dangkal
dan berbatu (Hosen et al., 2004).
Di kawasan Danau Singkarak ditemukan pula berbagai komoditas spesifik lokasi, seperti
sawo di Kecamatan Batipuh Selatan dan Jeruk Kacang di Kecamatan X Koto Singkarak. Namum
jeruk tersebut sudah semakin langka karena adanya serangan penyakit CVPD. Durian di Kecamatan
X Koto Diatas termasuk buah-buahan yang mempunyai kualitas baik namun belum mendapat
sentuhan teknologi. Banyak lagi komoditas yang mulai berkembang di wilayah ini, antara lain
tanaman kakao di Kecamatan Rambatan.
Makalah ini mencoba untuk menelaah alternatif pemberdayaan lahan kering suboptimal di
kawasan Danau Singkarak berdasarkan kondisi agroekologi yang kurang menguntungkan, potensi
wilayah yang ada serta hambatan dan keterbatasan lainnya di wilayah tersebut.
IDENTIFIKASI KAWASAN DANAU SINGKARAK
Menurut Hosen et al. (2004) kawasan Danau Singkarak ditinjau dari Daerah Tangkapan
Hujan (DTA) terdiri dari 40 Nagari yang berada pada 4 kabupaten (Kabupaten Tanah Datar, Kota
Padang Panjang, Kabupaten Solok dan Kota Solok). Nagari adalah tingkat pemerintahan terendah
atau setingkat Desa di Provinsi Sumatera Barat.
Dalam makalah ini kawasan Danau Singkarak dibatasi dengan wilayah yang berbatas
langsung dengan pinggiran Danau Singkarak, yaitu Kabupaten Tanah Datar di bagian Utara dan
Kabupaten Solok di bagian Selatan. Luas wilayah yang termasuk Kabupaten Tanah Datar 267,25 km2
yang meliputi Kecamatan Batipuh Selatan dan Kecamatan Rambatan. Sedangkan luas wilayah yang
termasuk Kabupaten Solok 1.024,00 KM2 meliputi Kecamatan Junjung Sirih, Kecamatan X Koto
Singkarak, Kecamatan Kubung, Kecamatan X Koto Diatas dan Kecamatan IX Koto Sungai Lasi.
Dengan demikian total luas wilayah tersebut mencapai 1.291,25 km2. Ketinggian tempat di bagian
Utara bervariasi antara 500 hingga 850 m dpl. Selanjutnya ketinggian tempat di bagian Selatan
bervariasi antara 329 hingga 753 m dpl. Rincian posisi geografis, ketinggian tempat dan luas wilayah
kawasan Danau Singkarak seperti tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Posisi geografis, ketinggian tempat dan luas wilayah sekitar Danau Singkarak, Sumatera
Barat
Kabupaten
Kecamatan
Posisi Geografis
Ketinggian Tempat
(m dpl)
Luas Wilayah
(km2)
Tanah Datar1)
Batipuh Selatan
00o29’38” - 00o35’30” LS dan
100o22’36” - 100o31’44” BT
00o28’16” - 00o38’25” LS dan
100o30’52” - 100o37’20” BT
00o39’23” - 00o44’55” LS dan
100o25’00” - 100o33’43” BT
00o36’25” - 00o49’13” LS dan
100o27’05” - 100o38’46” BT
00o47’30” - 00o56’36” LS dan
100o31’16” - 100o44’18” BT
500 – 850
138,10
600 – 700
129,15
Sekitar 369
102,50
Sekitar 369
295,50
Sekitar 388
192,00
Sekitar 753
257,00
Sekitar 329
171,00
Rambatan
S o l o k2)
Junjung Sirih
X Koto
Singkarak
Kubung
X Koto Diatas
IX Koto Sungai
Lasi
Jumlah
1)
-
Anonymous, 2009
2)
00o32’14” - 00o44’55” LS dan
100o25’00” - 100o33’43” BT
00o44’10” - 00o52’33” LS dan
100o41’36” - 100o50’12” BT
-
-
1.291,25
Anonymous, 2010.
Berdasarkan Atlas Sumberdaya Tanah Eksplorasi Indonesia Skala 1:1.000.000 wilayah di
sekitar Danau Singkarak didominasi oleh Satuan Peta Tanah (SPT) 147 yakni kompleks Kandiudults
dan Dystrudepts. Sedikit arah Timur Laut ditemukan SPT 135 dan sedikit arah Barat ditemukan SPT
49. SPT 135 merupakan kompleks Hapludands dan Dystrudepts sedangkan SPT 49 merupakan
kompleks Dystruedepts dan Eutrudepts (Anonymous, 2000). Sedangkan menurut Kusuma (1996)
jenis tanah di sekitar danau Singkarak dapat digolongkan ke dalam tanah Regosol, Podsolik Merah
Kuning, Podsolik Coklat, kompleks Podsolik Merah Kuning, sedikit Latosol dan Aluvial. Spesifikasi
lahan di sekitar Danau Singkarak berdasarkan Atlas Sumberdaya Tanah Eksplorasi Indonesia Skala
1:1.000.000 dapat pada Tabel 2.
Curah hujan di kawasan Danau Singkarak bervariasi dari rendah hingga sedang. Sebagai
contoh rata-rata curah hujan tahunan di Kecamatan X Koto Diatas hanya 495 mm, Kecamatan X
Koto Singkarak 948 mm dan Kecamatan IX Koto Sungai Lasi 723 mm pada tahun 2009 (Anonymous,
2009). Menurut Kusuma et al (1996) curah hujan di bagian Utara dan bagian Barat bervariasi antara
1.500 hingga 3.600 mm dengan hari hujan 132 – 240 hari tiap tahun. Sedangkan di bagian Selatan
dan Timur curah hujan termasuk sedang yaitu antara 1.090 – 2.200 mm dengan hari hujan antara 120
hingga 156 hari tiap tahun.
Tabel 2. Spesifikasi tanah di sekitar Danau Singkarak, Sumatera Barat1).
SPT2)
Klasifikasi Tanah
ISSS 1998
Bahan Induk
Sub-landform
Luas Relief
49
135
Dystrudepts Eutrudepts
Hapludands Dystrudepts
Batu gamping
Volkanik
Pegunungan karst
Dataran volkan
Bergunung
Berombak –
bergelombang
174
Kandiudults Dystrudepts
Volkanik
Dataran volkan
Bergunung
1) Anonymous (2000);
2)
SPT = Satuan Peta Tanah.
Menurut Atlas Sumberdaya Iklim Pertanian Indonesia Skala 1:1.000.000 (Anonymous,
2003) wilayah di sekitar Danau Singkarak didominasi oleh pola curah hujan III C yaitu curah hujan
2.000 hingga 3.000 mm per tahun dengan pola ganda (double wave) Sedangkan di bagian Utara
ditemukan pola curah hujan IV C yaitu curah hujan 3000 hingga 4.000 mm per tahun dengan pola
ganda. Spesifikasi pola curah hujan III C dan IV C untuk selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Spesifikasi pola curah hujan di sekitar Danau Singkarak, Sumatera Barat1).
Pola Curah
Hujan
Curah Hujan
(mm/tahun)
Curah Hujan
< 100 mm/bl
Curah Hujan
100-150 mm/bl
Curah Hujan
150-200 mm/bl
Curah Hujan
> 200 mm/bl
III C
IV C
2.000 - 3.000
3.000 – 4.000
≤4
≤3
≤4
≤4
≤5
≤4
6–8
7-9
1) Anonymous (2003)
Potensi Lahan Kering Suboptimal Pada Kawasan Danau Singkarak
Lahan suboptimal adalah lahan yang dimanfaatkan dan dikelola untuk pertanian,
perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan atau pelestarian lingkungan namun belum memberikan
manfaat optimal. Lahan yang sering juga disebut lahan terlantar atau lahan marjinal bisa berbentuk
lahan rawa pasang surut, kering, kering masam, salin dan di bawah tegakan (Anonymous, 2012a).
Sedangkan lahan kering suboptimal merupakan lahan yang diusahakan untuk pertanian secara tadah
hujan.(dry land). Masalah utama yang ditemukan pada lahan kering suboptimal adalah tingginya
biaya pengolahan tanah dan kekurangan air (Anonymous, 2012b)
Di Kecamatan Batipuh Selatan, Kabupaten Tanah Datar lahan kering suboptimal merupakan
wilayah dominan untuk usaha pertanian. Secara total terdapat lahan kering suboptimal 3.012 hektar
yang tersebar sebagai tegalan, perkebunan dan kebun campuran. Sedangkan di Kecamatan Rambatan
ditemukan pula lahan kering suboptimal seluas 5.008 hektar (Anonymous, 2009). Sebaran
penggunaan lahan di kedua kecamatan tersebut untuk selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Sebaran penggunaan lahan di Kecamatan Batipuh Selatan dan Kecamatan Rambatan,
Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, 2009 (Ha) 1).
Kecamatan
Pemukiman
Batipuh Selatan
Rambatan
Jumlah
368
1.135
1.503
Sawah Lahan kering
1.106
2.252
3.358
3.012
5.008
8.020
Hutan/Semak
5.843
1.154
6.997
Danau lainnya
Jumlah
3.340
3.320
6.660
13.810
12.915
26.752
46
672
718
1) Anonymous, 2009.
Beberapa komoditas pertanian utama ditemukan di Kecamatan Batipuh Selatan, antara lain
jagung, kacang tanah dan bawang merah untuk tanaman semusim, alpukat, rambutan, jeruk, durian,
sawo, pepaya dan pisang untuk buah-buahan, cengkeh, kayu manis, kelapa, kapuk, kemiri, kopi
Robusta dan pala untuk tanaman industri serta sapi dan ayam Buras untuk peternakan. Di Kecamatan
Rambatan ditemukan pula komoditas pertanian serupa kecuali tidak ditemukan bawang merah, jeruk,
kopi dan pala namun dijumpai komoditas lain, seperti jagung, ubi kayu, cabe merah, kakao dan lada.
Jagung merupakan komoditas unggulan untuk Kecamatan Rambatan (Anonymous, 2009). Sebaran
komoditas pertanian di kedua kecamatan tersebut untuk selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Sebaran komoditas pertanian di Kecamatan Batipuh Selatan dan Kecamatan Rambatan,
Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, 20091).
Komoditas
Tanaman semusim (ha)
- Jagung
- Ubi kayu
- Kacang tanah
- Bawang merah
- Cabe merah
Buah-buahan (ha)
- Alpukat
- Mangga
- Rambutan
- Jeruk
- Durian
- Sawo
- Pepaya
- Pisang
Tanaman Industri (ha)
- Kakao
- Cengkeh
- Kayu manis
- Kelapa
- Kapuk
- Kemiri
- Kopi Robusta
- Lada
- Pala
Peternakan (ekor)
- Sapi
- Ayam Buras
1)
Kecamatan Batipuh Selatan
Kecamatan Rambatan
Jumlah
77,00
2,00
66,00
5,00
7,00
1.100,00
210,00
75,00
32,00
1.177,00
212,00
141,00
5,00
39,00
78,41
9,99
14,30
6,08
37,24
225,78
5,71
14,90
37,79
22,54
117,45
54,70
38,90
3,69
5,38
116,20
32,53
131,75
6,08
91,94
264,68
9,40
20,28
2,00
54,00
138,00
124,00
24,00
23,00
84,00
16,00
43,00
56,00
55,00
537,00
75,00
13,00
45,00
-
45,00
110,00
193,00
661,00
99,00
36,00
84,00
45,00
16,00
2.309
3.850
4.800
40.107
7.109
43.957
Anonymous, 2009.
Kecamatan Junjung Sirih di Kabupaten Solok mempunyai berbagai komoditas pertanian
utama, seperti alpukat, cengkeh, kayu manis, kelapa, kemiri, kopi, enau, sapi dan ayam Buras.
Alpukat merupakan komoditas pertanian yang cukup terkenal dari kecamatan tersebut. Dari
Kecamatan X Koto Singkarak ditemukan beberapa komoditas utama, yaitu jagung, cengkeh, kayu
manis, kelapa, kapuk, kemiri, kopi, pinang, jahe, karet, sapi dan ayam Buras. Jeruk Kacang yang
semula menjadi buah-buahan unggulan dari Kecamatan X Koto Singkarak dewasa ini mulai langka
karena adanya serangan penyakit CVPD. Untuk Kecamatan Kubung beberapa komoditas utamanya
adalah jagung, ubi kayu, kacang tanah, kayu manis, kelapa, kopi, karet, sapi dan ayam Buras. Di
Kecamatan Kubung cukup banyak ditemukan usaha penggilingan kopi tingkat rumah tangga.
Selanjutnya untuk Kecamatan X Koto Diatas memiliki komoditas utama, seperti cengkeh kayu manis,
kelapa, kemiri, kopi, karet, kopi, durian dan ayam Buras. Durian dari wilayah ini memiliki kualitas
buah yang baik namun belum berkembang karena masih minimnya sentuhan teknologi. Sedangkan di
Kecamatan IX Koto Sungai Lasi ditemukan pula komoditas utama, seperti jagung, ubi kayu, kacang
tanah, kayu manis, kemiri, kopi, karet, sapi dan ayam Buras (Anonymous, 2010). Untuk selanjutnya
sebaran komoditas pertanian di berbagai kecamatan dalam Kabupaten Solok yang berada di kawasan
Danau Singkarak dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Sebaran komoditas pertanian di beberapa kecamatan dari Kabupaten Solok pada kawasan
Danau Singkarak, Sumatera Barat, 20101).
Komoditas
Tanaman semusim (ha)
- Jagung
- Ubi kayu
- Kacang tanah
Tanaman Industri (ha)
- Cengkeh
- Kayu manis
- Kelapa
- Kapuk
- Kemiri
- Kopi
- Pinang
- Enau
- Jahe
- Karet
Peternakan (ekor)
- Sapi
- Ayam Buras
1)
Kec.
Junjung
Sirih
Kec.
X Koto
Singkarak
Kec.
Kubung
Kec
X Koto
Diatas
Kec
IX Koto
Sungai Lasi
-
52,00
2,00
51,00
13,00
10,00
8,00
3,00
3,00
20,00
26,00
12,00
131,00
42,00
27,00
44,00
208,00
240,00
16,00
430,00
595,00
9,00
13,99
-
75,50
878,00
493,00
200,00
302,00
899,50
25,00
10,50
88,00
33,00
128,00
359,00
37,00
557,00
6,00
284,50
189,00
326,00
426,50
15,80
670,00
264,00
35,50
54,00
58,00
5,50
170,50
184,00
770,00
99,50
2,80
4,00
78,00
347,00
1.710,50
1.702.50
231.80
2.209,00
2.415,00
78,30
58,00
23,50
508,50
793
2.153
1.138
3.279
1.646
7.434
1.263
1.985
726
1.611
5.566,00
16.462,00
Jumlah
Anonymous, 2010.
Alternatif Pengembangan Pertanian Lahan Kering Suboptimal
Telah disinggung sebelumnya bahwa lokasi untuk berusahatani pada kawasan Danau
Singkarak terdiri dari lahan pekarangan dan lahan perkebunan. Selain itu terdapat pula kawasan hutan
yang mulai rusak baik karena aktifitas perladangan oleh penduduk maupun peristiwa kebakaran. Pada
kawasan Danau Singkarak ditemukan pula komoditas utama yang cukup beragam baik termasuk
kelompok tanaman muda, buah-buahan, tanaman tua/industri dan peternakan. Jenis komoditas antar
kecamatan atau antar nagari juga berbeda satu sama lainnya. Juga ditemukan komoditas spesifik,
komoditas yang sudah langka atau komoditas yang mulai berkembang. Hal-hal seperti ini patut
dijadikan dasar pertimbangan dalam pengembangan pertanian pada kawasan Danau Singkarak.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa alternatif pengembangan pertanian untuk kawasan yang
dimaksud.
Lahan Pekarangan
Pada kawasan ini dapat diterapkan praktek budidaya lorong ataupun pertanian terpadu.
Budidaya lorong (alley cropping) adalah sistem pertanaman kombinasi antara tanaman semusim
dengan tanaman tahunan, dengan penataan tanaman tahunan yang ditanam dalam larikan atau barisan
secara teratur sehingga membentuk lorong-lorong atau ruang antara barisan tanaman tahunan yang
dimanfaatkan untuk tanaman semusim.
Pada lahan miring tanaman pembentuk lorong ditanam pada guludan menurut garis kontur.
Pada guludan tersebut tanaman tahunan dapat pula diganti dengan tanaman pakan ternak baik berupa
rumput (King Grass, Rumput Gajah), atau dari golongan kacang-kacanag (lamtoro, gamal). Tanaman
pakan ternak tersebut di samping memasok pakan ternak juga sebagai pencegah erosi. Budidaya
lorong didasarkan pada prinsip ekonomis, penganekaragaman, konservasi dan berkelanjutan. (Lukito,
2010). Sudah barang tentu pemilihan komoditas di dalam budidaya lorong tersebut perlu disesuaikan
dengan berbagai pertimbangan, antara lain komoditas utama/unggulan setiap wilayah atau nagari dan
sosial ekonomi masyarakat.
Pertanian terpadu (integrated farming) adalah pertanian yang melibatkan berbagai makhluk
hidup (tanaman, tenak, ikan) dalam jangka waktu dan tempat tetentu dalam proses produksi sehingga
dapat dipanen secara berimbang. Dengan pertanian terpadu diperoleh berbagai keuntungan,
seperti: peningkatan bahan organik dan hara tanaman. Disamping itu pertanian terpadu
akan meningkatkan hasil produksi dan menekan biaya produksi sehingga efektivitas dan
efisiensi produksi akan tercapai. Selain hemat energi, keunggulan lain dari pertanian
terpadu adalah petani akan memiliki beragam sumber penghasilan. Pertanian terpadu
memperhatikan diversifikasi tanaman.
Salah satu bentuk pertanian terpadu adalah integrasi tanaman -ternak. Menurut
Bamualim (2011) konsep integrasi tanaman ternak menerapkan prinsip-prinsip pertanian secara
terpadu, berkelanjutan, lintas sektoral dan ramah lingkungan. Dalam skala luas, integrasi tanamanternak akan memberikan dampak luas terhadap peningkatan kesejahteraan, meningkatkan efektivitas
pengelolaan limbah dan membuka lapangan kerja. Selanjutnya dikatakan bahwa sistem integrasi
tanaman-ternak” merupakan salah satu alternatif potensial dalam upaya mendukung pengembangan
komoditas tanaman pangan dan perkebunan di Sumatera Barat.
Pengkajian yang dilakukan oleh Wirdahayati et al (2011) di Kecamatan Rambatan
menunjukan bahwa integrasi sapi-kakao dan padi memberi keuntungan dalam meningkatkan efisiensi
tenaga kerja dan meningkatkan pertumbuhan sapi 1,23 kg/ekor/hari. Integrasi tanaman-ternak
tersebut juga memberi keuntungan karena dihasilkannya pupuk kandang atau kompos sebagai pupuk
tanaman. Selain itu pemanfaatan kulit kakao menjamin sanitasi kebun. Dengan demikian pertanian
terpadu, khususnya integrasi tanaman-ternak dapat diterapkan di kawasan Danau Singkarak terutama
di wilayah pertanaman kakao dan jagung dengan pasokan jerami dari sawah sekitarnya.
Lahan Perkebunan
Pengertian lahan perkebunan dalam tulisan ini adalah lahan yang terletak di luar dan relatif
jauh dari lahan pekarangan/pemukiman masyarakat. Lahan ini umumnya digunakan untuk
mengusahakan tanaman tua/tanaman perkebunan/tanaman industri. Status lahan perkebunan
umumnya merupakan hak ulayat kaum. Komoditas yang sering dijumapai di lapangan adalah kemiri,
kopi, kayu manis, kapuk, karet dan lain-lain termasuk buah-buahan dengan pola usahatani campuran.
Untuk pengembangan lahan perkebunan dianjurkan untuk mengusahakan tanaman
tua/tanaman perkebunan/tanaman industri yang sesuai dengan lingkungan setempat dan mempunyai
prospek yang menguntungkan bagi masyarakat. Untuk pengembangan lahan perkebunan maka usaha
intensifikasi dan konservasi lahan perlu menjadi perhatian utama. Usaha intensifikasi dapat dilakukan
dengan penyediaan bibit tanaman bermutu, perbaikan sistem usahatani dan pasca panen. Penanaman
tanaman pada lahan perkebunan dilakukan sesuai dengan kaedah konservasi, antara lain: (1) membuat
teras, (2) menanam pada guludan yang dibuat menurut garis kontur, dan (3) menanam pada teras
individu sesuai dengan keadaan lereng.
Hasil penelitian Kusuma et al (1996) di Desa Balimbing, Keamatan Rambatan menunjukan
bahwa penanaman tanaman tua/perkebunan/industri dalam pola budidaya lorong mampu mengurangi
tingkat erosi dan meningkatkan pendapatan petani. Pola budidaya lorong yang direkomendasikan
adalah penanaman dalam sabuk yang terdiri empat strata. Strata pertama ditanam Ylang-ylang,
melinjo dan kemiri. Selanjutnya arah ke bawah, strata kedua ditanam dengan kayu manis, strata ketiga
ditanam dengan King grass dan strata keempat ditanam dengan Akar wangi. Sedangkan lorong antar
sabuk ditanam dengan tanaman semusim. Disebutkan juga bahwa pola tersebut disukai masyarakat.
Lahan Kehutanan
Hutan terdiri dari hutan negara seperti hutan lindung dan hutan kemasyarakatan (social
forestry). Hutan kemasyarakatan di dalam tulisan ini dimaksdkan sebagai wilayah hutan di sekitar
pemukiman dan kebun yang biasa digunakan oleh masyarakat untuk budidaya pertanian atau
memungut hasil hutan. Dengan demikian pengertian tersebut tidak berkaitan dengan hak/status
kepemilikan lahan. Di wilayah ini masyarakat terbiasa melakukan usaha, seperti: penebangan kayu
untuk bangunan, bertanam tanaman tua dan tanaman semusim.
Pada dasarnya hutan kemasyarakatan adalah wilayah non budidaya yang berfungsi sebagai
penyangga ketersediaan air. Oleh sebab itu wilayah ini perlu dilakukan rehabilitasi. Usaha-usaha
tersebut dengan melakukan reboisasi atau penghijauan. Selain rehabilitasi, fungsi hutan di wilayah ini
dapat juga dijaga dengan praktek wanatani (agroforestry). Wanatani adalah semua pola tata guna
lahan yang berkesinambungan atau lestari, yang dapat mempertahankan dan meningkatkan hasil
optimal panen keseluruhan dengan mengkombinasikan tanaman pangan, tahunan, dan tanaman pohon
bernilai ekonomi, dengan atau tanpa ternak atau ikan piaraan (Hendrawan, 2010). Adapun komoditas
yang dianjurkan dalam praktek wanatani adalah pohon yang bersifat serbaguna (multi purpose tree
species/MPTS), seperti Alpukat, Kemiri dan Kayu Manis.
Sedangkan hutan lindung yang menjadi hak dan tanggung jawab negra sepenuhnya perlu
dijaga kelestariannya. Pelestarian itu dengan cara tidak melakukan intervensi atau melakukan
pengrusakan hutan. Untuk itu masayarakat di sekitar hutan perlu diberi pemahaman mengenai
pelestarian hutan.
Lain-lain
Selain melakukan praktek budidaya lorong atau tanaman terpadu pada lahan pekarangan,
intensifikasi dan kenservasi pada lahan perkebunan, melakukan rehabilitasi dan pelestarian pada lahan
kehutanan maka perlu juga dilakukan berbagai hal strategis untuk pengembangan pertanian pada
kawasan danau singkarak. Upaya tersebut antara lain: a). Melakukan pengembangan komoditas
unggulan spesifik dan potensial serta komoditas yang mulai langka, seperti sawo Sumpur, jeruk
Kacang dan kacang tanah Pitala; b). Menyusun peta pewilayahan komoditas sehingga setiap wilayah
atau nagari tidak bersaing dalam menghasilkan produk pertanian unggulan; dan c). mengembangkan
sentra produksi buah-buahan.
Untuk pengembangan kawasan Danau Singkarak perlu kiranya dilakukan kerjasama antara
dua Kabupaten bertetangga yakni Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok serta dinas/instansi
terkait.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Kawasan Danau Singkarak merupakan wilayah yang terletak di sekitar Danau Singkarak dengan
kondisi agroekologi relatif seragam, yaitu curah hujan bervariasi dari rendah hingga sedang,
luasnya sebaran lahan kering suboptimal dan ditemukannya berbagai komoditas utama
(komomoditas potensial, komoditas spesifik lokasi, komoditas mulai langka dan komoditas sedang
berkembang).
Berbagai alternatif pengembangan pertanian di kawasan Danau Singkarak antara lain:
1). Menerapkan praktek budidaya lorong dan atau pertanian terpadu untuk lahan pekarangan
khususnya sistem integrasi tanaman-ternak (SITT
2). Melakukan intensifikasi terutama pengadaan bibit bermutu buah-buahan, perbaikan sistem
usahatani dan pasca penen serta melakukan tindakan konservasi untuk lahan perkebunan;
3). Melakukan rehabilitasi dan pelestarian pada lahan kehutanan khususnya menerapkan sistem
wanatani.
Usaha strategis lain perlu dilakukan, antara lain:
1). Mengembangkan komoditas unggulan spesifik lokasi;
2). Menyusun peta pewilayahan komoditas;
3). Mengembangkan sentra produksi buah-buahan.
Saran
Terjalinnya Sinergisitas antara Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar dan Pemerintahan
Kabupaten Solok serta lembaga/instansi terkait untuk bekerjasama dalam mengembangkan
pertanian di kawasan Danau Singkarak.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2000. Atlas Sumberdaya Tanah Eksplorasi Indonesia Skala 1:1.000.000. Pusat
Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor.
Balittanak. 2003. Atlas Sumberdaya Iklim Pertanian Indonesia Skala 1:1.000.000. Balai Penelitian
Agroklimat dan Hidrologi. Bogor.
BPS Kab. Tanah Datar. 2009. Kabupaten Tanah Datar Dalam Angka. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Tanah Datar bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Tanah Datar. Batusangkar.
BPS Kab. Tanah Datar. 2010. Kabupaten Solok Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten
Solok bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Solok. Solok.
BPTP Sumbar. 2012. Proposal Analisis Kebijakan Pengembangan Pertanian Lahan Kering Di
Wilayah Singkarak dan Sekitarnya. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat.
Sukarami.
Bamualim, A. 2011. Sistem Integrasi Padi, Jagung dan Kakao Dengan Ternak Sapi Di Sumatera
Barat. Makalah disampaikan dalam Seminar Sehari Integrasi Tanaman –Ternak. Padang, 6
Desember 2011. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat. Sukarami.
Hosen, N., Asyiardi, Buharman B dan Dedy Azwardi. 2004. Keragaan Ekonomi Masyarakat Pada
Kawasan Danau Singkarak. Dalam: Prosd. Seminar Nasional Penerapan Agro Inovasi
Mendukung Ketahanan Pangan dan Agribisnis. Sukarami, 10-11 Agustus 2004. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat. Sukarami. ;797-811.
Kusuma, I., Y. Rubaya dan Ansyarullah. 1996. Penanggulangan Erosi dan Perbaikan Status Hara
Tanah dengan Berbagai Pola Tanam Ylang-Ylang Pada Lahan Kritis Di Sekitar Danau
Singkarak. Dalam: Hasil Penelitian Tahunan 1995/1996. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Sukrami. ;104-115.
Lukito. 2009. Pergiliran Tanaman. http://2blog.wordpress.com.2009/07/14/pergiliran-tanaman.
Diunduh 28 Desember 2011.
Wirdahayati, R.B., A.M. Bamualim, Y. Hendri, R.A. Dewi, Agusviwarman dan Supriyadi. 2011.
Laporan Akhir Tahun Pendampingan PSDS/K Melalui Inovasi Teknologi Pakan Lokal Sapi
Potong Berbiaya Murah Memanfaatkan Kulit Kakao Fermentasi. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Sumatera Barat. Sukarami.
HASIL DISKUSI
Tanya :
Jawab :
Bagaimana bentuk ril kerjasama kelembagaan yang dapat diterapkan oleh pemerintah
kabupaten?
Membina kerjasama dengan instansi lain, bentuk realnya dari SKPD bias terpecahkan
masalahnya
KAWASAN DANAU SINGKARAK SUMATERA BARAT
Winardi dan Azwir
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat
[email protected]
ABSTRAK
Kawasan Danau Singkarak di Sumatera Barat dengan luas wilayah 1.291,25 km2 yang berbatasan langsung
dengan pinggiran Danau Singkarak tercakup ke dalam 2 kabupaten, yaitu Kabupaten Tananah Datar dan Kabupaten Solok.
Dua wilayah yang termasuk Kabupaten Tanah Datar adalah Kecamatan Batipuh Selatan dan Kecamatan Rambatan.
Sedangkan 5 wilayah yang termasuk Kabupaten Solok adalah Kecamatan Junjung Sirih, Kecamatan X Koto Singkarak,
Kecamatan Kubung, Kecamatan X Koto Diatas dan Kecamatan IX Koto Sungai Lasi. Secara agroekologi kawasan Danau
Singkarak relatif seragam, yaitu curah hujan bervariasi dari rendah (sekitar 500 mm/tahun) hingga sedang (2000 mm/tahun),
luasnya penyebaran lahan kering suboptimal (28.741 ha), dan ditemukannya berbagai komoditas utama, seperti sawo dan
kacang tanah Pitala sebagai komoditas spesifik lokasi dari Kecamatan Batipuh Selatan dan jeruk Kacang sebagai komoditas
spesifik lokasi yang mulai langka dari Kecamatan X Koto Singkarak. Berbagai alternatif pengembangan pertanian lahan
kering pada kawasan Danau Singkarak adalah sebagai berikut: 1). Menerapkan praktek budidaya lorong dan atau pertanian
terpadu untuk lahan pekarangan khususnya sistem integrasi tanaman-ternak (SITT); 2). Melakukan intensifikasi terutama
pengadaan bibit bermutu buah-buahan, perbaikan sistem usahatani dan pasca penen serta melakukan tindakan konservasi
untuk lahan perkebunan; dan 3). Melakukan rehabilitasi dan pelestarian pada lahan kehutanan khususnya menerapkan
sistem wanatani untuk lahan kehutanan.
Kata kunci: Lahan kering suboptimal, Sistem usahatani dan Sumatera Barat.
PENDAHULUAN
Danau Singkarak adalah sebuah danau di Sumatera Barat yang membentang antara dua
kabupaten yaitu Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Danau Singkarak tergolong danau
Vulkanik yang didominasi oleh bahan tuff vulkan dengan ketinggian 363,5 meter diatas permukaan
laut (dpl). Luas permukaan air Danau Singkarak mencapai 11.200 hektar dengan panjang maksimum
20 kilometer dan lebar 6,5 kilometer dan kedalaman 268 meter. Danau ini merupakan danau terluas
ke-2 di Pulau Sumatera (Anonymous, 2012c). Yang dimaksud dengan kawasan Danau Singkarak
adalah wilayah yang terletak di sekitar danau tersebut. Secara administratif wilayah yang berada di
sekitar Danau Singkarak mencakup dua kecamatan di dalam Kabupaten Tanah Datar yakni
Kecamatan Batipuh Selatan dan Kecamatan Rambatan serta lima kecamatan di dalam Kabupaten
Solok, masing-masingnya Kecamatan Junjung Sirih, Kecamatan X Koto Singkarak, Kecamatan
Kubung, Kecamatan X Koto Diatas dan Kecamatan IX Koto Sungai Lasi.
Dibanding dengan wilayah lainnya di Sumatera Barat, kawasan Danau Singkarak memiliki
kekhususan terutama ditinjau secara agroekologi. Wilayah ini memiliki curah hujan relatif rendah
yang erat kaitannya dengan posisi geografi yakni terletak di sekitar patahan Semangko. Gugusan
Pegunungan Bukit Barisan di sebelah Barat banyak menghalangi jatuhnya hujan di wilayah ini.
Dengan kata lain kawasan Danau Singkarak terletak di dalam zona bayangan hujan dan topografi
kawasan Danau Singkarak adalah bergelombang hingga berbukit dengan kemiringan di atas 35
persen. Ketinggian tempat antara 500 – 1000 meter dpl. Jenis tanah umumnya Andosols yang sangat
peka terhadap erosi. Menurut Hosen et al. (2004) hanya 32 persen saja kawasan Danau Singkarak
yang bisa diusahakan untuk pertanian.
Luas lahan kering suboptimal dikawasan Danau singkarak terus meningkat setiap tahunnya.
Hutan lindungpun semakin berkurang akibat aktifitas perladangan dan kebakaran hutan. Pada tahun
2002 luas lahan kering suboptimal mencapai 28.741 hektar, yaitu 19.145 hektar di luar kawasan hutan
dan 9.596 hektar di dalam kawasan hutan. Luas lahan kering suboptimal di kawasan Danau
Singkarak senilai 20,49 persen dari total lahan kritis di Propinsi Sumatera Barat (Kusuma et al, 1990).
Tempat usaha tani di kawasan Danau Singkarak dapat dibedakan sebagai lahan pekarangan
dan lahan perkebunan. Di lahan pekarangan komoditas pertanian diusahakan dengan sistem
campuran aneka tanaman termasuk ternak besar dan unggas. Dengan demikian lahan pekarangan bisa
ditanami dengan tanaman buah-buahan, perkebunan dan tanaman pangan/semusim (palawija dan
sayuran). Tanaman yang dominan pada lahan pekarangan juga bervariasi antar nagari sehingga
menunjukan potensi yang berbeda antar nagari tersebut. Tanaman perkebunan yang diusahakan pada
lahan pekarangan antara lain kelapa, kemiri, kapuk, sawo, mangga dan jeruk. Ternak yang dominan
adalah sapi potong yang hampir terdapat pada setiap nagari. Lahan perkebunan yang terletak relatif
jauh dari pemukiman biasanya ditanami dengan kemiri, kopi, kayu manis, kapuk dan lain-lain
termasuk buah-buahan dengan pola usahatani campuran. Lahan kering relatif datar dengan
kemiringan < 15 % ditanami dengan cabe dan bawang merah. Tanaman semusim ini ditanam satu
kali setahun yakni pada musim hujan (Hosen et al., 2004).
Pengelolaan usahatani baik tanaman maupun ternak di wilayah Singkarak dan sekitarnya
masih dilakukan secara tradisional sehingga hasilnya belum optimal. Hal tersebut disebabkan
terbatasnya pengetahuan petani sehingga belum menerapkan teknologi pertanian sebagaimana
mestinya. Hijaun makanan ternak relatif terbatas sehingga sulit ternak untuk berkembang. Kawasan
Barat wilayah tersebut secara sporadis ditumbuhi alang-alang yang tergolong kritis. Secara teknis
sebagian lahan di wilayah Singkarak dan sekitarnya tidak bisa ditanami karena solum tanah dangkal
dan berbatu (Hosen et al., 2004).
Di kawasan Danau Singkarak ditemukan pula berbagai komoditas spesifik lokasi, seperti
sawo di Kecamatan Batipuh Selatan dan Jeruk Kacang di Kecamatan X Koto Singkarak. Namum
jeruk tersebut sudah semakin langka karena adanya serangan penyakit CVPD. Durian di Kecamatan
X Koto Diatas termasuk buah-buahan yang mempunyai kualitas baik namun belum mendapat
sentuhan teknologi. Banyak lagi komoditas yang mulai berkembang di wilayah ini, antara lain
tanaman kakao di Kecamatan Rambatan.
Makalah ini mencoba untuk menelaah alternatif pemberdayaan lahan kering suboptimal di
kawasan Danau Singkarak berdasarkan kondisi agroekologi yang kurang menguntungkan, potensi
wilayah yang ada serta hambatan dan keterbatasan lainnya di wilayah tersebut.
IDENTIFIKASI KAWASAN DANAU SINGKARAK
Menurut Hosen et al. (2004) kawasan Danau Singkarak ditinjau dari Daerah Tangkapan
Hujan (DTA) terdiri dari 40 Nagari yang berada pada 4 kabupaten (Kabupaten Tanah Datar, Kota
Padang Panjang, Kabupaten Solok dan Kota Solok). Nagari adalah tingkat pemerintahan terendah
atau setingkat Desa di Provinsi Sumatera Barat.
Dalam makalah ini kawasan Danau Singkarak dibatasi dengan wilayah yang berbatas
langsung dengan pinggiran Danau Singkarak, yaitu Kabupaten Tanah Datar di bagian Utara dan
Kabupaten Solok di bagian Selatan. Luas wilayah yang termasuk Kabupaten Tanah Datar 267,25 km2
yang meliputi Kecamatan Batipuh Selatan dan Kecamatan Rambatan. Sedangkan luas wilayah yang
termasuk Kabupaten Solok 1.024,00 KM2 meliputi Kecamatan Junjung Sirih, Kecamatan X Koto
Singkarak, Kecamatan Kubung, Kecamatan X Koto Diatas dan Kecamatan IX Koto Sungai Lasi.
Dengan demikian total luas wilayah tersebut mencapai 1.291,25 km2. Ketinggian tempat di bagian
Utara bervariasi antara 500 hingga 850 m dpl. Selanjutnya ketinggian tempat di bagian Selatan
bervariasi antara 329 hingga 753 m dpl. Rincian posisi geografis, ketinggian tempat dan luas wilayah
kawasan Danau Singkarak seperti tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Posisi geografis, ketinggian tempat dan luas wilayah sekitar Danau Singkarak, Sumatera
Barat
Kabupaten
Kecamatan
Posisi Geografis
Ketinggian Tempat
(m dpl)
Luas Wilayah
(km2)
Tanah Datar1)
Batipuh Selatan
00o29’38” - 00o35’30” LS dan
100o22’36” - 100o31’44” BT
00o28’16” - 00o38’25” LS dan
100o30’52” - 100o37’20” BT
00o39’23” - 00o44’55” LS dan
100o25’00” - 100o33’43” BT
00o36’25” - 00o49’13” LS dan
100o27’05” - 100o38’46” BT
00o47’30” - 00o56’36” LS dan
100o31’16” - 100o44’18” BT
500 – 850
138,10
600 – 700
129,15
Sekitar 369
102,50
Sekitar 369
295,50
Sekitar 388
192,00
Sekitar 753
257,00
Sekitar 329
171,00
Rambatan
S o l o k2)
Junjung Sirih
X Koto
Singkarak
Kubung
X Koto Diatas
IX Koto Sungai
Lasi
Jumlah
1)
-
Anonymous, 2009
2)
00o32’14” - 00o44’55” LS dan
100o25’00” - 100o33’43” BT
00o44’10” - 00o52’33” LS dan
100o41’36” - 100o50’12” BT
-
-
1.291,25
Anonymous, 2010.
Berdasarkan Atlas Sumberdaya Tanah Eksplorasi Indonesia Skala 1:1.000.000 wilayah di
sekitar Danau Singkarak didominasi oleh Satuan Peta Tanah (SPT) 147 yakni kompleks Kandiudults
dan Dystrudepts. Sedikit arah Timur Laut ditemukan SPT 135 dan sedikit arah Barat ditemukan SPT
49. SPT 135 merupakan kompleks Hapludands dan Dystrudepts sedangkan SPT 49 merupakan
kompleks Dystruedepts dan Eutrudepts (Anonymous, 2000). Sedangkan menurut Kusuma (1996)
jenis tanah di sekitar danau Singkarak dapat digolongkan ke dalam tanah Regosol, Podsolik Merah
Kuning, Podsolik Coklat, kompleks Podsolik Merah Kuning, sedikit Latosol dan Aluvial. Spesifikasi
lahan di sekitar Danau Singkarak berdasarkan Atlas Sumberdaya Tanah Eksplorasi Indonesia Skala
1:1.000.000 dapat pada Tabel 2.
Curah hujan di kawasan Danau Singkarak bervariasi dari rendah hingga sedang. Sebagai
contoh rata-rata curah hujan tahunan di Kecamatan X Koto Diatas hanya 495 mm, Kecamatan X
Koto Singkarak 948 mm dan Kecamatan IX Koto Sungai Lasi 723 mm pada tahun 2009 (Anonymous,
2009). Menurut Kusuma et al (1996) curah hujan di bagian Utara dan bagian Barat bervariasi antara
1.500 hingga 3.600 mm dengan hari hujan 132 – 240 hari tiap tahun. Sedangkan di bagian Selatan
dan Timur curah hujan termasuk sedang yaitu antara 1.090 – 2.200 mm dengan hari hujan antara 120
hingga 156 hari tiap tahun.
Tabel 2. Spesifikasi tanah di sekitar Danau Singkarak, Sumatera Barat1).
SPT2)
Klasifikasi Tanah
ISSS 1998
Bahan Induk
Sub-landform
Luas Relief
49
135
Dystrudepts Eutrudepts
Hapludands Dystrudepts
Batu gamping
Volkanik
Pegunungan karst
Dataran volkan
Bergunung
Berombak –
bergelombang
174
Kandiudults Dystrudepts
Volkanik
Dataran volkan
Bergunung
1) Anonymous (2000);
2)
SPT = Satuan Peta Tanah.
Menurut Atlas Sumberdaya Iklim Pertanian Indonesia Skala 1:1.000.000 (Anonymous,
2003) wilayah di sekitar Danau Singkarak didominasi oleh pola curah hujan III C yaitu curah hujan
2.000 hingga 3.000 mm per tahun dengan pola ganda (double wave) Sedangkan di bagian Utara
ditemukan pola curah hujan IV C yaitu curah hujan 3000 hingga 4.000 mm per tahun dengan pola
ganda. Spesifikasi pola curah hujan III C dan IV C untuk selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Spesifikasi pola curah hujan di sekitar Danau Singkarak, Sumatera Barat1).
Pola Curah
Hujan
Curah Hujan
(mm/tahun)
Curah Hujan
< 100 mm/bl
Curah Hujan
100-150 mm/bl
Curah Hujan
150-200 mm/bl
Curah Hujan
> 200 mm/bl
III C
IV C
2.000 - 3.000
3.000 – 4.000
≤4
≤3
≤4
≤4
≤5
≤4
6–8
7-9
1) Anonymous (2003)
Potensi Lahan Kering Suboptimal Pada Kawasan Danau Singkarak
Lahan suboptimal adalah lahan yang dimanfaatkan dan dikelola untuk pertanian,
perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan atau pelestarian lingkungan namun belum memberikan
manfaat optimal. Lahan yang sering juga disebut lahan terlantar atau lahan marjinal bisa berbentuk
lahan rawa pasang surut, kering, kering masam, salin dan di bawah tegakan (Anonymous, 2012a).
Sedangkan lahan kering suboptimal merupakan lahan yang diusahakan untuk pertanian secara tadah
hujan.(dry land). Masalah utama yang ditemukan pada lahan kering suboptimal adalah tingginya
biaya pengolahan tanah dan kekurangan air (Anonymous, 2012b)
Di Kecamatan Batipuh Selatan, Kabupaten Tanah Datar lahan kering suboptimal merupakan
wilayah dominan untuk usaha pertanian. Secara total terdapat lahan kering suboptimal 3.012 hektar
yang tersebar sebagai tegalan, perkebunan dan kebun campuran. Sedangkan di Kecamatan Rambatan
ditemukan pula lahan kering suboptimal seluas 5.008 hektar (Anonymous, 2009). Sebaran
penggunaan lahan di kedua kecamatan tersebut untuk selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Sebaran penggunaan lahan di Kecamatan Batipuh Selatan dan Kecamatan Rambatan,
Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, 2009 (Ha) 1).
Kecamatan
Pemukiman
Batipuh Selatan
Rambatan
Jumlah
368
1.135
1.503
Sawah Lahan kering
1.106
2.252
3.358
3.012
5.008
8.020
Hutan/Semak
5.843
1.154
6.997
Danau lainnya
Jumlah
3.340
3.320
6.660
13.810
12.915
26.752
46
672
718
1) Anonymous, 2009.
Beberapa komoditas pertanian utama ditemukan di Kecamatan Batipuh Selatan, antara lain
jagung, kacang tanah dan bawang merah untuk tanaman semusim, alpukat, rambutan, jeruk, durian,
sawo, pepaya dan pisang untuk buah-buahan, cengkeh, kayu manis, kelapa, kapuk, kemiri, kopi
Robusta dan pala untuk tanaman industri serta sapi dan ayam Buras untuk peternakan. Di Kecamatan
Rambatan ditemukan pula komoditas pertanian serupa kecuali tidak ditemukan bawang merah, jeruk,
kopi dan pala namun dijumpai komoditas lain, seperti jagung, ubi kayu, cabe merah, kakao dan lada.
Jagung merupakan komoditas unggulan untuk Kecamatan Rambatan (Anonymous, 2009). Sebaran
komoditas pertanian di kedua kecamatan tersebut untuk selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Sebaran komoditas pertanian di Kecamatan Batipuh Selatan dan Kecamatan Rambatan,
Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, 20091).
Komoditas
Tanaman semusim (ha)
- Jagung
- Ubi kayu
- Kacang tanah
- Bawang merah
- Cabe merah
Buah-buahan (ha)
- Alpukat
- Mangga
- Rambutan
- Jeruk
- Durian
- Sawo
- Pepaya
- Pisang
Tanaman Industri (ha)
- Kakao
- Cengkeh
- Kayu manis
- Kelapa
- Kapuk
- Kemiri
- Kopi Robusta
- Lada
- Pala
Peternakan (ekor)
- Sapi
- Ayam Buras
1)
Kecamatan Batipuh Selatan
Kecamatan Rambatan
Jumlah
77,00
2,00
66,00
5,00
7,00
1.100,00
210,00
75,00
32,00
1.177,00
212,00
141,00
5,00
39,00
78,41
9,99
14,30
6,08
37,24
225,78
5,71
14,90
37,79
22,54
117,45
54,70
38,90
3,69
5,38
116,20
32,53
131,75
6,08
91,94
264,68
9,40
20,28
2,00
54,00
138,00
124,00
24,00
23,00
84,00
16,00
43,00
56,00
55,00
537,00
75,00
13,00
45,00
-
45,00
110,00
193,00
661,00
99,00
36,00
84,00
45,00
16,00
2.309
3.850
4.800
40.107
7.109
43.957
Anonymous, 2009.
Kecamatan Junjung Sirih di Kabupaten Solok mempunyai berbagai komoditas pertanian
utama, seperti alpukat, cengkeh, kayu manis, kelapa, kemiri, kopi, enau, sapi dan ayam Buras.
Alpukat merupakan komoditas pertanian yang cukup terkenal dari kecamatan tersebut. Dari
Kecamatan X Koto Singkarak ditemukan beberapa komoditas utama, yaitu jagung, cengkeh, kayu
manis, kelapa, kapuk, kemiri, kopi, pinang, jahe, karet, sapi dan ayam Buras. Jeruk Kacang yang
semula menjadi buah-buahan unggulan dari Kecamatan X Koto Singkarak dewasa ini mulai langka
karena adanya serangan penyakit CVPD. Untuk Kecamatan Kubung beberapa komoditas utamanya
adalah jagung, ubi kayu, kacang tanah, kayu manis, kelapa, kopi, karet, sapi dan ayam Buras. Di
Kecamatan Kubung cukup banyak ditemukan usaha penggilingan kopi tingkat rumah tangga.
Selanjutnya untuk Kecamatan X Koto Diatas memiliki komoditas utama, seperti cengkeh kayu manis,
kelapa, kemiri, kopi, karet, kopi, durian dan ayam Buras. Durian dari wilayah ini memiliki kualitas
buah yang baik namun belum berkembang karena masih minimnya sentuhan teknologi. Sedangkan di
Kecamatan IX Koto Sungai Lasi ditemukan pula komoditas utama, seperti jagung, ubi kayu, kacang
tanah, kayu manis, kemiri, kopi, karet, sapi dan ayam Buras (Anonymous, 2010). Untuk selanjutnya
sebaran komoditas pertanian di berbagai kecamatan dalam Kabupaten Solok yang berada di kawasan
Danau Singkarak dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Sebaran komoditas pertanian di beberapa kecamatan dari Kabupaten Solok pada kawasan
Danau Singkarak, Sumatera Barat, 20101).
Komoditas
Tanaman semusim (ha)
- Jagung
- Ubi kayu
- Kacang tanah
Tanaman Industri (ha)
- Cengkeh
- Kayu manis
- Kelapa
- Kapuk
- Kemiri
- Kopi
- Pinang
- Enau
- Jahe
- Karet
Peternakan (ekor)
- Sapi
- Ayam Buras
1)
Kec.
Junjung
Sirih
Kec.
X Koto
Singkarak
Kec.
Kubung
Kec
X Koto
Diatas
Kec
IX Koto
Sungai Lasi
-
52,00
2,00
51,00
13,00
10,00
8,00
3,00
3,00
20,00
26,00
12,00
131,00
42,00
27,00
44,00
208,00
240,00
16,00
430,00
595,00
9,00
13,99
-
75,50
878,00
493,00
200,00
302,00
899,50
25,00
10,50
88,00
33,00
128,00
359,00
37,00
557,00
6,00
284,50
189,00
326,00
426,50
15,80
670,00
264,00
35,50
54,00
58,00
5,50
170,50
184,00
770,00
99,50
2,80
4,00
78,00
347,00
1.710,50
1.702.50
231.80
2.209,00
2.415,00
78,30
58,00
23,50
508,50
793
2.153
1.138
3.279
1.646
7.434
1.263
1.985
726
1.611
5.566,00
16.462,00
Jumlah
Anonymous, 2010.
Alternatif Pengembangan Pertanian Lahan Kering Suboptimal
Telah disinggung sebelumnya bahwa lokasi untuk berusahatani pada kawasan Danau
Singkarak terdiri dari lahan pekarangan dan lahan perkebunan. Selain itu terdapat pula kawasan hutan
yang mulai rusak baik karena aktifitas perladangan oleh penduduk maupun peristiwa kebakaran. Pada
kawasan Danau Singkarak ditemukan pula komoditas utama yang cukup beragam baik termasuk
kelompok tanaman muda, buah-buahan, tanaman tua/industri dan peternakan. Jenis komoditas antar
kecamatan atau antar nagari juga berbeda satu sama lainnya. Juga ditemukan komoditas spesifik,
komoditas yang sudah langka atau komoditas yang mulai berkembang. Hal-hal seperti ini patut
dijadikan dasar pertimbangan dalam pengembangan pertanian pada kawasan Danau Singkarak.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa alternatif pengembangan pertanian untuk kawasan yang
dimaksud.
Lahan Pekarangan
Pada kawasan ini dapat diterapkan praktek budidaya lorong ataupun pertanian terpadu.
Budidaya lorong (alley cropping) adalah sistem pertanaman kombinasi antara tanaman semusim
dengan tanaman tahunan, dengan penataan tanaman tahunan yang ditanam dalam larikan atau barisan
secara teratur sehingga membentuk lorong-lorong atau ruang antara barisan tanaman tahunan yang
dimanfaatkan untuk tanaman semusim.
Pada lahan miring tanaman pembentuk lorong ditanam pada guludan menurut garis kontur.
Pada guludan tersebut tanaman tahunan dapat pula diganti dengan tanaman pakan ternak baik berupa
rumput (King Grass, Rumput Gajah), atau dari golongan kacang-kacanag (lamtoro, gamal). Tanaman
pakan ternak tersebut di samping memasok pakan ternak juga sebagai pencegah erosi. Budidaya
lorong didasarkan pada prinsip ekonomis, penganekaragaman, konservasi dan berkelanjutan. (Lukito,
2010). Sudah barang tentu pemilihan komoditas di dalam budidaya lorong tersebut perlu disesuaikan
dengan berbagai pertimbangan, antara lain komoditas utama/unggulan setiap wilayah atau nagari dan
sosial ekonomi masyarakat.
Pertanian terpadu (integrated farming) adalah pertanian yang melibatkan berbagai makhluk
hidup (tanaman, tenak, ikan) dalam jangka waktu dan tempat tetentu dalam proses produksi sehingga
dapat dipanen secara berimbang. Dengan pertanian terpadu diperoleh berbagai keuntungan,
seperti: peningkatan bahan organik dan hara tanaman. Disamping itu pertanian terpadu
akan meningkatkan hasil produksi dan menekan biaya produksi sehingga efektivitas dan
efisiensi produksi akan tercapai. Selain hemat energi, keunggulan lain dari pertanian
terpadu adalah petani akan memiliki beragam sumber penghasilan. Pertanian terpadu
memperhatikan diversifikasi tanaman.
Salah satu bentuk pertanian terpadu adalah integrasi tanaman -ternak. Menurut
Bamualim (2011) konsep integrasi tanaman ternak menerapkan prinsip-prinsip pertanian secara
terpadu, berkelanjutan, lintas sektoral dan ramah lingkungan. Dalam skala luas, integrasi tanamanternak akan memberikan dampak luas terhadap peningkatan kesejahteraan, meningkatkan efektivitas
pengelolaan limbah dan membuka lapangan kerja. Selanjutnya dikatakan bahwa sistem integrasi
tanaman-ternak” merupakan salah satu alternatif potensial dalam upaya mendukung pengembangan
komoditas tanaman pangan dan perkebunan di Sumatera Barat.
Pengkajian yang dilakukan oleh Wirdahayati et al (2011) di Kecamatan Rambatan
menunjukan bahwa integrasi sapi-kakao dan padi memberi keuntungan dalam meningkatkan efisiensi
tenaga kerja dan meningkatkan pertumbuhan sapi 1,23 kg/ekor/hari. Integrasi tanaman-ternak
tersebut juga memberi keuntungan karena dihasilkannya pupuk kandang atau kompos sebagai pupuk
tanaman. Selain itu pemanfaatan kulit kakao menjamin sanitasi kebun. Dengan demikian pertanian
terpadu, khususnya integrasi tanaman-ternak dapat diterapkan di kawasan Danau Singkarak terutama
di wilayah pertanaman kakao dan jagung dengan pasokan jerami dari sawah sekitarnya.
Lahan Perkebunan
Pengertian lahan perkebunan dalam tulisan ini adalah lahan yang terletak di luar dan relatif
jauh dari lahan pekarangan/pemukiman masyarakat. Lahan ini umumnya digunakan untuk
mengusahakan tanaman tua/tanaman perkebunan/tanaman industri. Status lahan perkebunan
umumnya merupakan hak ulayat kaum. Komoditas yang sering dijumapai di lapangan adalah kemiri,
kopi, kayu manis, kapuk, karet dan lain-lain termasuk buah-buahan dengan pola usahatani campuran.
Untuk pengembangan lahan perkebunan dianjurkan untuk mengusahakan tanaman
tua/tanaman perkebunan/tanaman industri yang sesuai dengan lingkungan setempat dan mempunyai
prospek yang menguntungkan bagi masyarakat. Untuk pengembangan lahan perkebunan maka usaha
intensifikasi dan konservasi lahan perlu menjadi perhatian utama. Usaha intensifikasi dapat dilakukan
dengan penyediaan bibit tanaman bermutu, perbaikan sistem usahatani dan pasca panen. Penanaman
tanaman pada lahan perkebunan dilakukan sesuai dengan kaedah konservasi, antara lain: (1) membuat
teras, (2) menanam pada guludan yang dibuat menurut garis kontur, dan (3) menanam pada teras
individu sesuai dengan keadaan lereng.
Hasil penelitian Kusuma et al (1996) di Desa Balimbing, Keamatan Rambatan menunjukan
bahwa penanaman tanaman tua/perkebunan/industri dalam pola budidaya lorong mampu mengurangi
tingkat erosi dan meningkatkan pendapatan petani. Pola budidaya lorong yang direkomendasikan
adalah penanaman dalam sabuk yang terdiri empat strata. Strata pertama ditanam Ylang-ylang,
melinjo dan kemiri. Selanjutnya arah ke bawah, strata kedua ditanam dengan kayu manis, strata ketiga
ditanam dengan King grass dan strata keempat ditanam dengan Akar wangi. Sedangkan lorong antar
sabuk ditanam dengan tanaman semusim. Disebutkan juga bahwa pola tersebut disukai masyarakat.
Lahan Kehutanan
Hutan terdiri dari hutan negara seperti hutan lindung dan hutan kemasyarakatan (social
forestry). Hutan kemasyarakatan di dalam tulisan ini dimaksdkan sebagai wilayah hutan di sekitar
pemukiman dan kebun yang biasa digunakan oleh masyarakat untuk budidaya pertanian atau
memungut hasil hutan. Dengan demikian pengertian tersebut tidak berkaitan dengan hak/status
kepemilikan lahan. Di wilayah ini masyarakat terbiasa melakukan usaha, seperti: penebangan kayu
untuk bangunan, bertanam tanaman tua dan tanaman semusim.
Pada dasarnya hutan kemasyarakatan adalah wilayah non budidaya yang berfungsi sebagai
penyangga ketersediaan air. Oleh sebab itu wilayah ini perlu dilakukan rehabilitasi. Usaha-usaha
tersebut dengan melakukan reboisasi atau penghijauan. Selain rehabilitasi, fungsi hutan di wilayah ini
dapat juga dijaga dengan praktek wanatani (agroforestry). Wanatani adalah semua pola tata guna
lahan yang berkesinambungan atau lestari, yang dapat mempertahankan dan meningkatkan hasil
optimal panen keseluruhan dengan mengkombinasikan tanaman pangan, tahunan, dan tanaman pohon
bernilai ekonomi, dengan atau tanpa ternak atau ikan piaraan (Hendrawan, 2010). Adapun komoditas
yang dianjurkan dalam praktek wanatani adalah pohon yang bersifat serbaguna (multi purpose tree
species/MPTS), seperti Alpukat, Kemiri dan Kayu Manis.
Sedangkan hutan lindung yang menjadi hak dan tanggung jawab negra sepenuhnya perlu
dijaga kelestariannya. Pelestarian itu dengan cara tidak melakukan intervensi atau melakukan
pengrusakan hutan. Untuk itu masayarakat di sekitar hutan perlu diberi pemahaman mengenai
pelestarian hutan.
Lain-lain
Selain melakukan praktek budidaya lorong atau tanaman terpadu pada lahan pekarangan,
intensifikasi dan kenservasi pada lahan perkebunan, melakukan rehabilitasi dan pelestarian pada lahan
kehutanan maka perlu juga dilakukan berbagai hal strategis untuk pengembangan pertanian pada
kawasan danau singkarak. Upaya tersebut antara lain: a). Melakukan pengembangan komoditas
unggulan spesifik dan potensial serta komoditas yang mulai langka, seperti sawo Sumpur, jeruk
Kacang dan kacang tanah Pitala; b). Menyusun peta pewilayahan komoditas sehingga setiap wilayah
atau nagari tidak bersaing dalam menghasilkan produk pertanian unggulan; dan c). mengembangkan
sentra produksi buah-buahan.
Untuk pengembangan kawasan Danau Singkarak perlu kiranya dilakukan kerjasama antara
dua Kabupaten bertetangga yakni Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok serta dinas/instansi
terkait.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Kawasan Danau Singkarak merupakan wilayah yang terletak di sekitar Danau Singkarak dengan
kondisi agroekologi relatif seragam, yaitu curah hujan bervariasi dari rendah hingga sedang,
luasnya sebaran lahan kering suboptimal dan ditemukannya berbagai komoditas utama
(komomoditas potensial, komoditas spesifik lokasi, komoditas mulai langka dan komoditas sedang
berkembang).
Berbagai alternatif pengembangan pertanian di kawasan Danau Singkarak antara lain:
1). Menerapkan praktek budidaya lorong dan atau pertanian terpadu untuk lahan pekarangan
khususnya sistem integrasi tanaman-ternak (SITT
2). Melakukan intensifikasi terutama pengadaan bibit bermutu buah-buahan, perbaikan sistem
usahatani dan pasca penen serta melakukan tindakan konservasi untuk lahan perkebunan;
3). Melakukan rehabilitasi dan pelestarian pada lahan kehutanan khususnya menerapkan sistem
wanatani.
Usaha strategis lain perlu dilakukan, antara lain:
1). Mengembangkan komoditas unggulan spesifik lokasi;
2). Menyusun peta pewilayahan komoditas;
3). Mengembangkan sentra produksi buah-buahan.
Saran
Terjalinnya Sinergisitas antara Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar dan Pemerintahan
Kabupaten Solok serta lembaga/instansi terkait untuk bekerjasama dalam mengembangkan
pertanian di kawasan Danau Singkarak.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2000. Atlas Sumberdaya Tanah Eksplorasi Indonesia Skala 1:1.000.000. Pusat
Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor.
Balittanak. 2003. Atlas Sumberdaya Iklim Pertanian Indonesia Skala 1:1.000.000. Balai Penelitian
Agroklimat dan Hidrologi. Bogor.
BPS Kab. Tanah Datar. 2009. Kabupaten Tanah Datar Dalam Angka. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Tanah Datar bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Tanah Datar. Batusangkar.
BPS Kab. Tanah Datar. 2010. Kabupaten Solok Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten
Solok bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Solok. Solok.
BPTP Sumbar. 2012. Proposal Analisis Kebijakan Pengembangan Pertanian Lahan Kering Di
Wilayah Singkarak dan Sekitarnya. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat.
Sukarami.
Bamualim, A. 2011. Sistem Integrasi Padi, Jagung dan Kakao Dengan Ternak Sapi Di Sumatera
Barat. Makalah disampaikan dalam Seminar Sehari Integrasi Tanaman –Ternak. Padang, 6
Desember 2011. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat. Sukarami.
Hosen, N., Asyiardi, Buharman B dan Dedy Azwardi. 2004. Keragaan Ekonomi Masyarakat Pada
Kawasan Danau Singkarak. Dalam: Prosd. Seminar Nasional Penerapan Agro Inovasi
Mendukung Ketahanan Pangan dan Agribisnis. Sukarami, 10-11 Agustus 2004. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat. Sukarami. ;797-811.
Kusuma, I., Y. Rubaya dan Ansyarullah. 1996. Penanggulangan Erosi dan Perbaikan Status Hara
Tanah dengan Berbagai Pola Tanam Ylang-Ylang Pada Lahan Kritis Di Sekitar Danau
Singkarak. Dalam: Hasil Penelitian Tahunan 1995/1996. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Sukrami. ;104-115.
Lukito. 2009. Pergiliran Tanaman. http://2blog.wordpress.com.2009/07/14/pergiliran-tanaman.
Diunduh 28 Desember 2011.
Wirdahayati, R.B., A.M. Bamualim, Y. Hendri, R.A. Dewi, Agusviwarman dan Supriyadi. 2011.
Laporan Akhir Tahun Pendampingan PSDS/K Melalui Inovasi Teknologi Pakan Lokal Sapi
Potong Berbiaya Murah Memanfaatkan Kulit Kakao Fermentasi. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Sumatera Barat. Sukarami.
HASIL DISKUSI
Tanya :
Jawab :
Bagaimana bentuk ril kerjasama kelembagaan yang dapat diterapkan oleh pemerintah
kabupaten?
Membina kerjasama dengan instansi lain, bentuk realnya dari SKPD bias terpecahkan
masalahnya