2017 Hukum Sesi 10 Rima Politik Hukum dan Sistem Kesehatan
POLITIK DAN SISTEM
HUKUM
RIMAWATI
FAKULTAS HUKUM UGM
2016
POLITIK HUKUM
SILABI POLITIK DAN SISTEM HUKUM
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
PENGERTIAN HUKUM DAN POLITIK HUKUM
POLITIK HUKUM NASIONAL
RUANG LINGKUP DAN MAANFAAT POLITIK HUKUM
TUJUAN POLITIK HUKUM
HUKUM SEBAGAI PRODUK POLITIK
SYSTEM POLITIK DAN MEKANISME POLITIK
TIPELOGI HUKUM DAN POLITIK
ANALISIS BIDANG-BIDANG HUKUM
1. LEGISLASI
2. PELAKSANAAN HUKUM
3. JUDICIAL
REFERENSI:
1.POLITIK HUKUM : MACFUD MD
2.KOFIGURASI POLITIK DAN HUKUM : MACHFUD. MD.
3.POLITIK HUKUM: SUNARJATI HARTONO
4.PENGANTAR POLITIK HUKUM : IMAM SYAUKANI
5.KONFIGURASI POLITIK DAN KEKUASAAN KEHAKIMAN :
OLEH BENNY K.HARTMAN
6.REFLEKSI TENTANG STRUKTUR ILMU HUKUM;
BERNARD ARIF SIDHARTA
7.LAW AND SOCIETY, PHILIPPE NONET AND PHOLIPP
SELZNICK
8.DINAMIKA DARI HUKUM KOLONIAL KE HUKUM
NASIONAL DINAMIKA SOSIAL-POLITIK DALAM
PERKEMBANGAN HUKUM DI INDONESIA. : SUTANDYO
WIGNYOSUBROTO
9.POLITIK HUKUM.M.SOLLY LUBIS
10.HUKUM SEBAGAI SUATU SISTEM : LILI RASJIDI DAN IDA
BAGUS WIYASA
RUANG LINGKUP DAN TUJUAN POLITIK
HUKUM
PROSES PENGGALIAN NILAI-NILAI DAN
ASPIRASI MASYARAKAT
PROSES ARTIKULASI NILAI-NILAI DAN
ASPIRASI
PROSES PERUMUSAN DAN PENGESAHAN
PROSES SOSIALISASI
PROSES PELAKSANAAN
PROSES EVALUASI
PROSES PERUBAHAN/PENYESUAIAN
Apa yang diharapkan dari Politik Hukum.
Politik hukum adalah Politik dari Hukum, yaitu suatu Kajian
hukum yang mencoba untuk memberikan gambaran yang lebih
luas eksistensi sistem hukum.
Melalui pendekatan politik hukum diharapkan hukum Berfungsi
secara efektif,dipatuhi dan diterapkan dalam tindakan aktual
sehari-hari.
Politik hukum merespons cita hukum dan meng-upayakan hukum
dapat diwujudkan sebagai kenyataan sehingga hukum benarbenar memiliki sifat yang lebih adil.
Berbagai kritik yang diajukan kepada sistem hukum Konvensional
”Ajaran Imperative dari Mazhab Hukum Positif” dapat di carikan
pemecahannya lewat pendekatan politik hukum.
Politik hukum melihat faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi
“Law in the books “ menjadi “ Law in the actions”.
Mata kuliah politik hukum ini bertujuan
menggambarkan hukum dalam konteks yang
lebih luas, dimana hukum dilihat sebagai
bagian dari sub-sistem sosial.
Hukum sebagai alat yang mengatur tatanan
sosial sehingga tata tertib dan ketentraman
di dalam suatu masyarakat dapat dipelihara.
Politik hukum merupakan suatu metode
untuk mempelajari aspek-aspek yang
berhubungan dengan sistem hukum, oleh
karena itu politik hukum akan sangat
tergantung pada lingkungan tempat hukum
KEBIJAKAN HUKUM
(LEGAL POLICY)
1. UPAYA TERTENTU UNTUK MEREALISASIKAN
TUJUAN HUKUM ATAU IUS CONSTITUENDUM
MENJADIIUS CONSTITUTUM.
HUKUM CITA MENJADI HUKUM POSITIF
2. PROSES PEMBENTUKAN/EVALUASI ,
PENEMUAN,
MENJALANKAN DAN MENEGAKKAN HUKUM
APAKAH ARTI POLITIK HUKUM ?
POLITIK HUKUM (LEGAL POLICY): KEBIJAKAN
NEGARA/PEMERINTAH DALAM BIDAHUKUM
UNTUK MELAKSANAKAN PEMERINTAHAN.
SALAH SATU ALAT PEMERINTAH UTK
MEMERINTAH
ADALAH DGN
MEMBUAT
HUKUM. DGN
PEMBUATAN HUKUM
PEMERINTAH
BERUSAHA MELAKSANAKAN
SUATU KEBIJAKAN HUKUM DALAM SUATU
MASYARAKAT POLITIK TERTENTU.
APAKAH SETIAP KEBIJAKAN HUKUM TERSEBUT
SUDAH SESUAI DENGAN PRINSIP NEGARA HUKUM
atau KEHENDAK UMUM.
MASIH DIPERLUKAN PENJELASAN LEBIH
LANJUT.
PERKEMBANGAN PEMBUATAN HUKUM
DI EROPAH
1. PADA AWALNYA PEMBENTUKAN HUKUM DIYAKINI PEMERINTAH
HANYA MEREGISTRASI ATURAN-ATURAN YG ADA, RAJA
MENETAPKAN HUKUM SECARA TERTULIS DAN DIA TAK DAPAT
MENGUBAHNYA.
2. PD ABAD PERTENGAHAN DIKENAL HUKUM RAJA. TITAH RAJA
BERLAKU SBG UU. RAJA BERBUAT DEMIKIAN KARENA IA
TELAH MEWAJIBKAN RAKYATNYA BERSUMPAH SETIA.
KEADAAN INI SEMAKIN KUAT SETELAH ADA KEPERCAYAAN
BAHWA RAJA SBG PENJELMAAN TUHAN. MASYARAKAT
MENGHARAPKAN KESEJAHTERAAN DARI TUHAN. “REI DEI
GRATIA”. AKHIRNYA HUKUM KEBIASAAN SEMAKIN
MENGERUCUT.
3. PARA PENDUKUNG HKM ALAM MEMBUAT TEORI HKM
MEBEDAKAN HUKUM YG DIPAKSAKAN (IUSTUM) DAN HUKUM
SUKARELA (HONESTUM).IUSTUM BERFUNGSI MELAYANI
KETENANGAN LAHIR, KARENA ITU SANKSINYA DAPAT
DIPAKSAKAN. HONESTUM BERKAITAN DGN KESUSILAAN YG
SEBAIKNYA DILAKSANAKAN TAPI BUKAN MERUPAKAN
KEWAJIBAN. DGN DEMIKIAN IUSTUM SEMAKIN DIPERLUKAN
SEHINGGA PEMBUATAN HUKUM MENEMPATI PERAN UTAMA.
4.
DLM KENYATAANNYA PENGUASA NEGARA (TRIAS
POLITIKA) TDK MENGGUNAKAN KEKUASAAN SECARA
MONOPOLI MEMBUAT HUKUM. HAL INI DISEBABKAN
ANTARA LAIN:
1.KEPERCAYAAN KPD HUKUM ALAM,
2. FUNGSI NEGARA MEMELIHARA KETERTIBAN DAN
3.SISTEM POLITIK DI PARLEMEN.
5.
MULAI ABAD KE XX PERAN PEMBUAT HUKUM
(LEGISLATOR) BUKAN HANYA MENETAPKAN KEBIASAANKEBIASAAN SBG ALAT MENJAGA KETERTIBAN, TTP JUGA
MELAKUKAN PERUBAHAN MASYARAKAT. RPSCO POUND
MENYATAKAN LAW AS A TOOL SOCIAL ENGINEERING.
MESKIPUN DEMIKIAN REGISTRASI MASIH DIPERLUKAN
DISAMPING UNTUK MELAKUKAN KEBIJAKAN
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN
MEWUJUDKAN KEADILAN SOSIAL.
KEUNTUNGAN HUKUM TERTULIS
1. EFEKTIVITAS HUKUM
2. KEPASTIAN HUKUM LEBIH DAPAT
DIRAMALKAN: PERILAKU YANG AMAN
DAN PUTUSAN HAKIM YANG KONSISTEN.
3. NILAINYA TETAP; BAIK DARI SEGI NILAINILAI MAUPUN SEGI PEMBUKTIAN
MENURUT MOCH.MAHFUD MD.
DLM BUKUNYA MEMBANGUN POLITIK HUKUM
MENEGAKKAN KONSTITUSI
POLITIK HUKUM ADALAH ARAHAN ATAU GARIS-GARIS
RESMI YG DIJADIKAN DASAR PIJAK DAN CARA UNTUK
MEMBUAT DAN MELAKSANAKAN HUKUM DALAM RANGKA
MENCAPAI TUJUAN BANGSA DAN NEGARA.
POLITIK HUKUM MERUPAKAN UPAYA MENJADIKAN HUKUM
SEBAGAI PROSES PENCAPAIAN TUJUAN NEGARA.
1.
2.
3.
4.
5.
TUJUAN NEGARA RI DI DLM UUD NEG.RI THN 1945
(PASCA AMANDEMEN) :
MELINDUNGI SEGENAP BANGSA;
MEMAJUKAN KESEJAHTERAAN UMUM DAN
MENCERDASAN KEHIDUPAN BANGSA
MEWUJUDKAN MASYARAKAT ADIL DAN MAKMUR
MELAKSANAKAN KETERTIBAN DUNIA BERDASARKAN
KEMERDEKAAN.
POLITIK HUKUM MENCAKUP
1. TUJUAN NEGARA ATAU MASYARAKAT INDONESIA
2. SISTEM HUKUM YG DIPERLUKAN UTK MENCAPAI
TUJUAN ITU
3. PERENCANAAN DAN KERANGKA PIKIR DLM
PERUMUSAN KEBIJAKAN HUKUM
4. ISI HUKUM NASIONAL DAN FAKTOR YG
MEMPENGARUHINYA.
5. PEMAGARAN HUKUM DGN PROLEGNAS, JUDICIAL
REVIEW, LEGISLATIF REVIEW DLL.
PEMIKIRAN POLITIK MENJADI DASAR NEGARA
HUKUM
•
NEGARA
SUMBER HUKUM
HUKUM DAN
KEKUASAAN
•
KEDAULATAN NEGARA, NEGARA MEMILIKI
KEKUASAAN DIATAS SEMUA GOLONGAN. HUKUM
NEGARA BERLAKU SECARA JURIDIS.
EFEKTIVITAS HUKUM, PERILAKU NYATA ,
MEMAKSAKAN HUKUM KEPADA LENGGAR
HUKUM MODERN AD. HUKUM YG DICIPTAKAN NEGARA. HKM
MELINDUNGI HAM DAN MENEGAKKAN KEADILAN.
1. HUKUM TDK SAMA DG KEKUASAAN. PEMERINTAH
TUNDUK PADA HUKUM. ABDI HKM
2. HUKUM TDK BERTENTANGAN DG KEKUASAAN.
KEAMANAN HANYA TERJAMIN APABILA ADA
KEKUASAAN. HANYA PEMERINTAH BERKUASA
MENERTIBKAN ORG YG TDK TAAT PD HUKUM.
HUKUM DAN
MASYARAKAT
POLITIK HKM PEMERINTAH BERDASARKAN
KEPENTINGAN MASYARAKATSOSIO EKONOMI,
BUDAYA MASYARAKT.
VON SAVIGNY : HUKUM SESUAI DG VOLKGEIST
SUATU BANGSA.
PEMBUATAN HUKUM LEBIH RASIONAL DAN
OBJEKTIF.
TUJUAN POLITIK
HUKUM
MENJAMIN KEADILAN
PEMERINTAH MENGIMBANGI KEPENTINGAN UMUM
DG KEPENTINGAN LAINNYA.
KEADILAN SOSIAL TERWUJUD APABILA HAM
DIHORMATI, KEWAJIBAN DAN BEBAN DIBAGI SECARA
PANTAS TERUTAMA BERKAITAN DG ASSET
NASIONAL.
POLITIK HUKUM YG NYATA DLM SUATU NEGARA.
POLITIK HUKUM LIBERALIS
POLITIK HUKUM KOMUNALISME
POLITIK HUKUM CAMPURAN. PERIMBANGAN
INDIVIDUALISME DAN KOMUNALISME.
HUKUM DAN
KONFIGURASI
POLITIK
HUKUM SYARAT MUATAN POLITIK BAIK DALAM
TAHAP PROSES PEMBENTUKAN DI PARLEMEN
MAUPUN PENERAPAN HUKUM DLM
MEMBUAT KEPUTUSAN KONKRIT.
PROSES PEMBUATANUU DI PARLEMEN SANGAT
TERGANTUNG PD KONFIGURASI POLITIK.
SANGAT TERGANTUNG PD POLITICAL WILL DARI
REGIM PEMERINTAH YG BERKUASA.
PERTENTANGAN KEPENTINGAN YG DIUTAMAKAN
AKAN SEMAKIN JELAS DARI HASIL PENELITIAN:
•
SIAPA YG DILINDUNGI DAN DILAYANI OLEH
HUKUM
•
BERAPA BESAR CAMPUR TANGAN PEMERINTAH
UNTUK MEWUJUDKAN KEMAKMURAN RAKYAT
•
DAPATKAH HUKUM DIGUNAKAN ALAT KONTROL
PD TINDAKAN PENGUASA.
PROSES POLITIK DAN PEMBUATAN
DAN PENERAPAN HUKUM
ASPIRASI &
KEBUTUHAN RIIL
MOMEN POLITICAL
KEPENTINGAN &
TUJUAN POLITIK
SISTEM TATA HUKUM,
MENCERMINKAN
TATANAN POLITIK,SOSIAL,
EKONOMI
BUDAYA, HUKUM
PENERAPAN &
PENEMUAN HUKUM
PERISTIWA SOSIAL
LIMITASI/
FASILITASI
PROSES
INTERAKSI
KENYATAAN ALAMIAH
DAN KEMASYARAKATAN
MOMEN IDIIL
PANDANGAN HIDUP
CITA HUKUM, NILAI-NILAI
ASAS HUKUM
ATURAN UMUM
PERUNDANG-UNDANGAN
MODEL PERILAKU
TIPE KONPLIK
KONPLIK
MASALAH HUKUM
PERISTIWA SOSIAL
MASALAH HUKUM
UMPAN BALIK/
JURISPRUDENSI
PENYELESAIAN/
KEPUTUSAN HAKIM
ORGANISASI POLITIK MASYARAKAT DAN
KEKUASAAN PEMBENTUKAN HUKUM
KEKUASAAN
KHARISMATIS
PENGADAAN HUKUM MELALUI
PEWAHYUAN OLEH
“LAW PROPHETS”
KEKUASAAN
TRADISIONAL
PENGADAAN HUKUM SECARA
EMPIRIS OLEH
“LEGAL HONORATIORES”
KEKUASAAN
RATIONAL
Pembentukan hukum melalui
pembebanan dari atas oleh
“kekuatan sekuler atau
teokrasi”
DEMOKRASI
PENGADAAN HUKUM MELALUI
PENGGARAPAN HUKUM SECARA
SISTEMATIS DIJALANKAN
SECARA PROFESSIONAL
PERKEMBANGAN RATIONALISASI HUKUM
MERNURUT PANDANGAN MAX WEBER
CARA PEMBINAAN
KWALITAS FORMAL
KHARISMATIS
FORMALISME MAGIS & IRRASIONAL
EMPIRIS
MENYADANDARKAN KEPADA
HONORATIONERES
TEOKRATIS
RASIONAL SUBSTANTIF TEOKRATIS
PROFESSIONAL
SUBLIMASI LOGIS : BAIK BAHANBAHAN HUKUM (SUBSTANTIF)
MAUPUN PROSEDUR ENGADAANNYA
(FORMAL)
SISTEM POLITIK DAN PEMBUATAN
KEIJAKAN HUKUM
Setiap masyarakat yang teratur, yang bisa menentukan
pola-pola hubungan yang bersifat tetap antara para
anggotanya adalah masyarakat yang mempunyai tujuan
yang sedikit banyak cukup jelas. Politik adalah bidang
dalam kehidupan masyarakat yang berhubungan dengan
tujuan masyarakat tersebut.
Struktur politik menaruh perhatian pada pengorganisasian
kegiatan kolektif untuk mencapai tujuan - tujuan yang
secara kolektif sangat menonjol. Suatu masyarakat yang
mempunyai tujuan tertentu , diawali dari artikulasi dari
agregasi kepentingan. Jadi diperlukan suatu proses
pemilihan tujuan antara berbagai tujuan yang mungkin
terjadi. Oleh karena itu, politik adalah juga aktivitas memilih
suatu tujuan sosial tertentu.
1. Hukum bukanlah suatu lembaga yang sama sekali otonom,
melainkan berada pada kedudukan yang kait mengkait dengan
aspek-aspek kehidupan lain dalam masyarakat (social life
aspect).
2. Hukum itu sangat kental dengan muatan politik baik dalam tahap
proses pembuatan penetapan isi hukum di Parlemen sangat
tergantung pada konfigurasi politik, maupun
penerapan/penegakkan hukum menghadapi suatu kasus dengan
mewujudkan aturan-aturan umum sebagai keputusan konkrit oleh
lembaga yang berwenang.
3. Hukum berwatak politik karena hukum dapat digunakan untuk
mempromosikan berbagai kepentingan yang beraneka ragam dan
merupakan alat untuk merealisasikan berbagai maksud politik
yang berbeda-beda.
4. Demikin juga dalam penerapannya bahwa hukum yang sudah
ditetapkan itu memiliki sifat norma yang umum dan abstrak,
sehingga berlaku dalam keadaan individual dan konkrit lebih
kurang berwatak politik (political will).
Penegakan Hukum
Hukum = kaidah pola perilaku, rujukan oleh anggota masyarakat.
Suatu SUBSTANSI peraturan perundang-undangan dapat berlaku dan
sah harus ditetapkan oleh institusi politik.
Suatu peraturan perundangan pada umumnya dipertanyakan tentang
landasan pembuatannya (political gelding van het recht).
Landasan filsafatnya dan landasan juridisnya dan lain-lain.
Tentu proses pembentukan hukum itu akan diwarnai oleh suasana
kehidupan politik.
Keputusan politik atau kebijakan umum yang akan ditetapkan melalui
suatu proses politik.
Proses politik yang terjadi dapat di amati dari perilaku masyarakat
politik, baik sub syatem supra struktur maupun sub system infra
struktur politik. Pendekatan seperti ini disebut dengan pendekatan
“sistem politik” dalam pembuatan dan pengembangan keputusan
politik
Perwujudan hukum dalam perilaku sosial, apabila kaedahkaedah itu benar benar berfungsi efektif di dalam perilaku
para pelaku hukum (subjek hukum). Dalam istilah hukum ada
kita kenal : law in the books dan law in the actions. Dengan
demikian Hukum sebagai sarana perilaku belum tentu
terwujud dengan sendirinya. Peranan Politik Hukum semakin
lebih luas karena mencakup upaya mengimplementasikan
aturan hukum sebagai perilaku nyata (penegakan hukum).
Perwujudan hukum dalam perilaku sosial, apabila
kaedah-kaedah itu benar benar berfungsi efektif di
dalam perilaku para pelaku hukum (subjek hukum).
Dalam istilah hukum ada kita kenal : law in the
books dan law in the actions. Dengan demikian
Hukum sebagai sarana perilaku belum tentu
terwujud dengan sendirinya. Peranan Politik Hukum
semakin lebih luas karena mencakup upaya
mengimplementasikan aturan hukum sebagai
perilaku nyata (penegakan hukum).
Sistem politik ialah mekanisme seperangkat
fungsi atau peranan dalam masing-masing
komponen dari struktur politik dalam hubunganya
berinteraksi diantara satu sama lain yang
menunjukkan suatu proses yang langgeng. Proses
dimaksud mengandung dimensi waktu (masa
lampau, masa kini dan masa mendatang).
Pengertian struktur ialah semua aktivitas yang
dapat diobservasi atau diidentifikasi yang
berpengaruh menentukan tujuan akhir sistem
politik itu sendiri.
Dengan demikian sistem politik tidak selalu sejajar
dan bersamaan dengan konsep negara, seperti juga
halnya konsep negara tidak selalu sejajar seperti
konsep bangsa 1). Negara mempunyai unsur
spesipiknya seperti diutarakan Max Weber yang
mempunyai legitimasi paksaan pisik terhadap batas
wilayah kekuasaan negara.
Definisi hukum menurut Weber : suatu tatanan bisa disebut hukum
apabila secara eksternal ia dijamin oleh kemungkinan, bahwa
paksaan (fisik atau psikologis) bagaimana yang ditujukan untuk
mematuhi tatanan atau menindak pelanggaran, akan diterapkan
oleh suatu perangkat terdiri dari orang-orang yang khusus
menyiapkan diri untuk melakukan tugas-tugas tersebut.
Pemerintah sebagai personifikasi negara dalam konsep ini hanya
mekanisme formal atau mesin resmi negara, disamping pranata
sosial politik lain yang kurang atau tidak resmi. Dalam sistem
politik modern pranata sosial dengan segala fenomena sosialnya
merupakan salah satu bagian dari sistem politik yang turut
menentukan (dominan).
Kecenderungan mengintroduksi pendekatan baru di dalam teori
politik modern, adalah merupakan usaha guna dapat memahami
kompleksitas sistem politik dengan lebih cermat. Gabriel A Almond
mengkatagorisasikan sistem politik sebagai usaha untuk
mengadakan pencarian kearah:
lingkup yang lebih luas,
realisme,
persisi (ketepatan),
ketertiban dalam teori politik agar hubungan yang terputus
antara comparative government dengan political theory ditata
kembali.
SISTEM POLITIK MENURUT GABRIEL ALMOND
1.
2.
3.
Setiap sistem politik menurut Almond harus menjalankan fungsi-fungsi
tertentu. Pada kenyataannya, atas dasar efisiensilah suatu sistem politik
dapat ditentukan atas dasar fungsi-fungsi yang diberikan.
Almond mendapatkan defenisi sistem politik dari David Easton dengan
ketiga komponennya , yaitu :
Alokasi nilai-nilai (alat-alat kebijaksanaan),
Alokasi kewenangan, dan
Alokasi otoritatif sebagai suatu yang mengikat masayarakat secara
keseluruhan dan cara yang paling memuaskan.
Menurut pendapat Almond; kewenangan dimiliki setiap sistem sosial, tidak
secara jelas membedakan sistem politik dengan sistem –asosiasi lain
seperti, gereja, firma dagang yang menjalankan beberapa jenis
kewenangan.
Almond mendefinisikan kembali konsep otoritas adalah sebagai paksaan
pisik yang absah atau lebih kurang diakui.
Dari penelaahannya terhadap teori-teori sistem politik yang ada akhirnya
Almond tiba pada suatu kesimpulan dengan membuat definis sistem
politik. Sistem politik adalah sistem interaksi yang terdapat dalam seluruh
sub sistem yang merdeka menjalankan fungsi-fungsi integrasi dan
adaptasi (baik secara internal maupun dalam berhadapan dengan dunia
external ) dengan alat-alat, atau ancaman paksaan pisik yang kurang lebih
absah 2).
TABEL MASUKAN DAN KELUARAN
Tujuh variabel kategori fungsional”.
Empat variabel merupakan fungsi masukan (in put)
u
a. Sosialisasi politik dan rekrutmen politik;
b. Artikulasi kepentingan politik;
c. agregasi kepentingan ( Partai Politik atau
asosiasi lain)
sebagai pembawa in put
d. komunikasi politik untuk mendukung atau
menolak
Dan tiga fungsi keluaran yaitu;
e, pembuatan peraturan;
F, penerapan peraturan dan
Struktur Politik Formal dan Non Formal
Fungsi-fungsi masukan dijalankan oleh sub-sub
sistem non-pemerintah, masyarakat dan
lingkungan umum, sementara fungsi keluaran
merupakan fungsi yang dijalankan pemerintah.
Fungsi yang terakhir itu merupakan fungsi yang
dijalankan oleh institusi pemerintah dalam bentuk
tradisional yaitu legislatif ( rule making); eksekutif
(rule application) dan yudikatif (rule
adjudication).
Almond percaya bahwa fungsi masukan lah yang
dianggap sebagai sangat berarti, sedangkan
fungsi-fungsi keluaran kurang penting mendapat
perhatian.
Suatu sistem politik adalah suatu sistem terbuka, dan secara tetap
dipengaruhi oleh
lingkungan-lingkungan sosial, budaya dan ekonomi, dimana sistem politik
bekerja di
bawahnya.
Dibawah sosialisasi politik, Almond telah memasukkan apa yang
disebutnya ”dimensi
psikhologis” dari sistem politik yang bernama budaya politik.
Budaya politik . mengandung nilai-nilai yaitu sikap-sikap, sistem
kepercayaan ,
simbol-simbol yang dimiliki oleh individu dan beroperasi dalam seluruh
masyarakat
serta harapannya.
Sosialisasi politik merupakan proses induksi ke dalam budaya politik dan
membawa
pada berkembangnya serangkaian perilaku di antara para anggota sistem
itu. Hal itu
dapat dijalankan oleh berbagai elemen dalam masyarakat dan dengan
gaya yang
berlain-lainan.
Tahap pertama, proses sosialisasi dimaksudkan sebagai penyebar,
particularistik dan
askriptif serta afektif. Dengan berkembangnya masyarakat, sosialisasi
menjadi
UNSUR STRUKTUR NON FORMAL
Pada tahap artikulasi kepentingan fungsi-fungsi tersebut biasanya memakai
bentuk kelompok-kelompok kepentingan.
Kelompok kepentingan itu dapat berupa :
(i). Kelembagaan (Asosiasi),
(ii). Non-asosiasional (etnik, maupun relegius),
(iii). Anomis spontan,
(iv). Assosiasional kelompok bisnis.
Berfungsinya kelompok-kelompok kepentingan juga dapat berbentuk khusus
maupun luas, umum ataupun sebagian , instrumental ataupun efektif sesuai
dengan
perkembangannya.
Agregasi kepentingan dicapai dengan :
1. Perumusan kebijaksanaan umum yang menggabungkan kepentingankepentingan ,
2. Rekrutmen personal yang menganut pola suatu masyarakat tertentu.
Partai politik menjalankan instrumen utama dari agregasi kepentingan.
ADAPTASI DAN PERUBAHAN
Dalam karyanya yang terakhir bidang analisa sistem , Almond
mengakomodasikan proses adaptasi dan perubahan.
Disini dia memasukkan persoalan kemampuan (capability) yang
menjabarkan hal-hal dimana suatu sistem dapat mengatasi masukanmasukan dengan gemilang.
Segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem tidak selalu
mendukung. Tuntutan seperti itu dapat menjadi tantangan bagi
sistem. Suatu sistem harus memiliki elemen dan mekanisme untuk
menghadapinya agar dapat survive .
Kemampuan sistem digambarkan untuk
i.. Menyerap sumber-sumber,
ii. Mengatur individu dan kelompok, dan
iii. Membagi barang-barang publik dan pelayanan.
Disamping hal ini sistem itu juga harus memiliki kemampuan simbolis
dan responsif, baik dalam lingkup domestik maupun internasional
yang berarti bahwa sistem tersebut harus mampu berkembang dan
memelihara simbol-simbol yang meningkatkan kesetiaan pada
dirinya sendiri dan secara memadai menanggapi tuntutan-tuntutan
yang diajukan padanya baik lingkungan domestik maupun
internasional.
SISTEM POLITIK ALMOND
EXTERNAL
INTERNASIONAL
IN-PUT
LEGISLATIF
EKSEKUTIF
JUDIKATIF
OUT-PUT
PER-UU AN
PENERAPAN
PENGAWASAN
Sosialisas, rekrtmen,
artikulasi , komunikasi
INTERNAL
DOMESTIC/NASINAL
PHILIP SCHELZNIK & PHILIP NONET
EVOLUSI TIPE HUKUM
Di dalam suatu masyarakat yang terorganisasi secara politik
mengalami evolusi melalui 3 tahap, yaitu hukum repressif,
hukum
otonom dan hukum responsif. (Law and Society :1978).
1. Tatanan hukum yang repressif diperlukan untuk
memecahkan berbagai masalah fundamental dalam
mendidrikan tatanan politik yang merupakan prasyarat
bagi sistem hukum dan sistem politik untuk mencapai
sasaran yang lebih besar.
2. Tatanan hukum yang otonom dibangun di atas hasil-hasil
tatanan hukum repressif.
3. Sedangkan tatanan hukum responsif adalah perkembangan
terakhir yang bertumpu pada constitutional cornerstone
rule of law, tahap persamaan dihadapan hukum hasil dari
tatanan hukum otonom.
Type hukum repressif memandang hukum sebagai abdi kekuasaan
repressif dan perintah dari yang lembaga-lembaga yang berdaulat
dan memiliki kekuasaan diskressi tanpa batas. Dalam type hukum
repressif maka hukum dan negara serta hukum dan politik tidak
terpisah sehingga aspek instrumental hukum sangat dominan
daripada sifat ekspressinya.
Type hukum otonomous, hukum dipandang sebagai institusi
mandiri yang mampu mengendalikan repressi dan melindungi
integritasnya sendiri. Tatanan hukum otonom pada intinya
pemerintahan ”rule of law” sub ordinasi tindakan pejabat
senantiasa berdasarkan hukum, bukan sebaliknya “rule by men.”
Integritas hukum, institusi hukum serta cara berpikir bebas
memiliki batas-batas yang jelas. Keadilan prosedural sangat
ditonjolkan.
Type hukum responsif, memandang hukum dijadikan sebagai
fasilitator untuk merespon atau sarana menanggapi kebutuhan
dan aspirasi masyarakat.
Hukum responsif harus mengaplikasikan dua hal :
1. hukum itu harus fungsional, pragmatis, memiliki tujuan tertentu
dan rasional.
2. hukum menetapkan ukuran-ukuran atau standard yang bertujuan
untuk melakukan kritik terhadap pelaksanaan hukum
Jadi perubahan pembinaan hukum dari suatu
negara sangat erat berkaitan dengan iklim politik.
Sistem politik demokrasi melahirkan hukum yang
responsif dimana partisipasi kelompok-kelompok
dan individu mempunyai peran besar di dalam
menentukan substansi hukum dan pengadilan
memiliki kebebasan menerapkan prosedur hukum
yang berlaku.
Sedangkan pada iklim sitem politik yang otoriter
akan mengarahkan pembinaan yang bersifat
hukum repressif, dimana hukum dijadikan
pemerintah sebagai sarana instrumental
mengendalikan potensi masyarakat untuk
mendukung program-program pemerintah.
Ciri-ciri Hukum Repressif, Otonom dan
Responsif
CIRI-CIRI
REPRESSIF
OTONOM
Tujuan Hukum
Ketertiban
Keabsahan
Legitimasi
Ketahanan sosial
dan Rasionalitas
Negara
Menegakkan
prosedur
Sifat
Peraturan
Umum dan
meluas tetapi
hanya mengikat
pemerintah
secara lemah
Sangat terinci,
mengikat
pemerintah yang
mengatur dan
masyarakat yang
diatur
Ad hoc , sesuai
dengan keperluan
dan berlaku pada
hal-hal spesifik
Mengikatkan diri
secara ketat
kepada otoritas
hukum, peka
terhadap
formalisme dan
legisme
Penalaran/
Reasoning
RESPONSIF
Kegunaan
Substantif,
keadilan
Subordinasi
prinsip-prinsip
keadilan dan
kebijakan
Bertujuan utk
kepentingan
masyarakat,
perpaduan
kemauan politis
dan otoritas
Diskressi/Penyimp
angan
Pemaksaan
Moralitas
Kaitan politik dan
hukum
Merata,
opportunistik
Dibatasi oleh
peraturanperaturan delegasi
sangat terbatas
Luas sekali
pengendalian
lemah
Dikontrol melalui
kendali hukum
Moralitas:
komunal, hukum
dan pengendalian
Moralitas
kelembagaan,
memperhatikan
integrasi proses
hukum
Hukum berada
dibawah politik
kekuasaan
Hukum bebas dari
pengaruh politik,
terdapat
pemisahan
kekuasaan.
Diperluas
namun tetap dapat
dipertanggung
jawabkan untuk
kepentiangan
umum
Temuan positip
sebagai alternatif,
misalnya insentif
atau pemenuhan
kepentingan
Moralitas sivil,
moralitas
kerjasama
Integrasi politik
dan hukum
Harapan terhadap
Kepatuhan
.
Partisipasi
masyarakat
Tanpa syarat, setiap
pelanggaran harus
di- hukum sbg
pembangkang
Sebagai penurut
dan harus patuh,
kritik dianggap tidak
loyal
Bertitik tolak dari
peraturan yang sah,
menguji keabsahan
UU atau peraturan
Dibatasi prosedur
yang ada,
penyimpangan jika
terjadi krisis hukum
Kebutuhan
masyarakat
Partisipasi lebih
luas, integrasi
bantuan hukum
masyarakat politis
dan otoritas.
PERKEMBANGAN POLITIK HUKUM( MACHFUD MD).
Rezim
Period
pemerintaha
e
n
1945
-1959
Demokrasi
Liberal
Demokrasi
1959 - Terpimpin
1966
Orde Lama
Demokrasi
1966 - Pancasila
1998
Orde Baru
1998sekar
ang
Demokrasi
konstitusion
al Reformasi
Sistem
Politik
Pemilu
Pemda
Agraria
Demokratis
Responsif
Responsif
Responsif
Ortodoks/
Konservat
if/Elitis
Responsif
(Dengan
alasan
tertentu)
Otoriter
Ortodoks/
Konservat
if/Elitis
Ortodoks
Konservat
if
Elitis
Ortodoks/
Konservat
if
Elitis(pa
rsial)
Demokratis
Responsif
Responsif
Responsif
Otoriter
--
Konfigurasi Politik dan Karakter Produk Hukumnya
menurut Machfud Md :
Karakter hukum senantiasa berubah sejalan dengan
perkembangan konfigurasi politik meskipun klasifikasinya
tidak eksak.
Ada konsistensi kecenderungan perubahan karakter itu :
karakter responsif senantiasa muncul bersamaan dengan
konfigurasi politik yang demokratis,
sedangkan karakter konservatif /ortodok/elitis muncul
dalam konfigurasi politik yang otoriter/birokratis.
1.
2.
3.
Pengecualan terhadap kesimpulan umum ini hanya terjadi
dalam hukum agraria.
Hukum agraria lahir pada masa demokrasi terpimpin yang
otoriter berkarakter responsif. Tetapi hal ini disebabkan
UUPA:
disahkan berdasarkan rancangan sebelumnya,
membongkar dasar-dasar kolonialisme yang tidak sesuai
dengan alam kemerdekaan, dan
tidak menyangkut tentang hubungan kekuasaan .
PERKEMBANGAN OTONOMI DAERAH
PERIODE
1945 – 1959
1959 – 1966
1966 – 1971
1971 – 1998
KONFIGURASI
POLITIK
POLA HUBUNGAN
KEKUASAAN
PRODUK HUKUM
DEMOKRATIS
OTONOMI LUAS,
DESENTRALISASI
UU No.1/1945UU
No.22/1948UU
No.1/1957
OTORITER
SENTRALISTIK,DEKO
NSENTRATIF
PENPRES
No.6/1959UU
No.18/1965
DEMOKRATIS
OTONOMI LUAS,
DESENTRALISASI
OTORITER
SENTRALISTIK,
DEKONSENTRASI
TAP MPRS
No.XXI/1966TAP
MPR No.IV/1973
UU No.5/1974UU
No.5/1979
PERKEMBANGAN OTONOMI DAERAH LANJUTAN
PERIODE
KONFIGURASI
POLITIK
1998 –
SEKARANG
DEMOKRATIS
POLA HUBUNGAN
KEKUASAAN
OTONOMI LUAS, DAN
ADA PEMBAGIAN
TUGAS PEM.PUSAT
DAN DAERAH.
KEWAJIBAN DAN
PILIHAN PEMDA
PRODUK HUKUM
UU No. 22 /1999
DAN
UU 32/2004
UU NO.12 THN
2008
HUKUM
RIMAWATI
FAKULTAS HUKUM UGM
2016
POLITIK HUKUM
SILABI POLITIK DAN SISTEM HUKUM
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
PENGERTIAN HUKUM DAN POLITIK HUKUM
POLITIK HUKUM NASIONAL
RUANG LINGKUP DAN MAANFAAT POLITIK HUKUM
TUJUAN POLITIK HUKUM
HUKUM SEBAGAI PRODUK POLITIK
SYSTEM POLITIK DAN MEKANISME POLITIK
TIPELOGI HUKUM DAN POLITIK
ANALISIS BIDANG-BIDANG HUKUM
1. LEGISLASI
2. PELAKSANAAN HUKUM
3. JUDICIAL
REFERENSI:
1.POLITIK HUKUM : MACFUD MD
2.KOFIGURASI POLITIK DAN HUKUM : MACHFUD. MD.
3.POLITIK HUKUM: SUNARJATI HARTONO
4.PENGANTAR POLITIK HUKUM : IMAM SYAUKANI
5.KONFIGURASI POLITIK DAN KEKUASAAN KEHAKIMAN :
OLEH BENNY K.HARTMAN
6.REFLEKSI TENTANG STRUKTUR ILMU HUKUM;
BERNARD ARIF SIDHARTA
7.LAW AND SOCIETY, PHILIPPE NONET AND PHOLIPP
SELZNICK
8.DINAMIKA DARI HUKUM KOLONIAL KE HUKUM
NASIONAL DINAMIKA SOSIAL-POLITIK DALAM
PERKEMBANGAN HUKUM DI INDONESIA. : SUTANDYO
WIGNYOSUBROTO
9.POLITIK HUKUM.M.SOLLY LUBIS
10.HUKUM SEBAGAI SUATU SISTEM : LILI RASJIDI DAN IDA
BAGUS WIYASA
RUANG LINGKUP DAN TUJUAN POLITIK
HUKUM
PROSES PENGGALIAN NILAI-NILAI DAN
ASPIRASI MASYARAKAT
PROSES ARTIKULASI NILAI-NILAI DAN
ASPIRASI
PROSES PERUMUSAN DAN PENGESAHAN
PROSES SOSIALISASI
PROSES PELAKSANAAN
PROSES EVALUASI
PROSES PERUBAHAN/PENYESUAIAN
Apa yang diharapkan dari Politik Hukum.
Politik hukum adalah Politik dari Hukum, yaitu suatu Kajian
hukum yang mencoba untuk memberikan gambaran yang lebih
luas eksistensi sistem hukum.
Melalui pendekatan politik hukum diharapkan hukum Berfungsi
secara efektif,dipatuhi dan diterapkan dalam tindakan aktual
sehari-hari.
Politik hukum merespons cita hukum dan meng-upayakan hukum
dapat diwujudkan sebagai kenyataan sehingga hukum benarbenar memiliki sifat yang lebih adil.
Berbagai kritik yang diajukan kepada sistem hukum Konvensional
”Ajaran Imperative dari Mazhab Hukum Positif” dapat di carikan
pemecahannya lewat pendekatan politik hukum.
Politik hukum melihat faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi
“Law in the books “ menjadi “ Law in the actions”.
Mata kuliah politik hukum ini bertujuan
menggambarkan hukum dalam konteks yang
lebih luas, dimana hukum dilihat sebagai
bagian dari sub-sistem sosial.
Hukum sebagai alat yang mengatur tatanan
sosial sehingga tata tertib dan ketentraman
di dalam suatu masyarakat dapat dipelihara.
Politik hukum merupakan suatu metode
untuk mempelajari aspek-aspek yang
berhubungan dengan sistem hukum, oleh
karena itu politik hukum akan sangat
tergantung pada lingkungan tempat hukum
KEBIJAKAN HUKUM
(LEGAL POLICY)
1. UPAYA TERTENTU UNTUK MEREALISASIKAN
TUJUAN HUKUM ATAU IUS CONSTITUENDUM
MENJADIIUS CONSTITUTUM.
HUKUM CITA MENJADI HUKUM POSITIF
2. PROSES PEMBENTUKAN/EVALUASI ,
PENEMUAN,
MENJALANKAN DAN MENEGAKKAN HUKUM
APAKAH ARTI POLITIK HUKUM ?
POLITIK HUKUM (LEGAL POLICY): KEBIJAKAN
NEGARA/PEMERINTAH DALAM BIDAHUKUM
UNTUK MELAKSANAKAN PEMERINTAHAN.
SALAH SATU ALAT PEMERINTAH UTK
MEMERINTAH
ADALAH DGN
MEMBUAT
HUKUM. DGN
PEMBUATAN HUKUM
PEMERINTAH
BERUSAHA MELAKSANAKAN
SUATU KEBIJAKAN HUKUM DALAM SUATU
MASYARAKAT POLITIK TERTENTU.
APAKAH SETIAP KEBIJAKAN HUKUM TERSEBUT
SUDAH SESUAI DENGAN PRINSIP NEGARA HUKUM
atau KEHENDAK UMUM.
MASIH DIPERLUKAN PENJELASAN LEBIH
LANJUT.
PERKEMBANGAN PEMBUATAN HUKUM
DI EROPAH
1. PADA AWALNYA PEMBENTUKAN HUKUM DIYAKINI PEMERINTAH
HANYA MEREGISTRASI ATURAN-ATURAN YG ADA, RAJA
MENETAPKAN HUKUM SECARA TERTULIS DAN DIA TAK DAPAT
MENGUBAHNYA.
2. PD ABAD PERTENGAHAN DIKENAL HUKUM RAJA. TITAH RAJA
BERLAKU SBG UU. RAJA BERBUAT DEMIKIAN KARENA IA
TELAH MEWAJIBKAN RAKYATNYA BERSUMPAH SETIA.
KEADAAN INI SEMAKIN KUAT SETELAH ADA KEPERCAYAAN
BAHWA RAJA SBG PENJELMAAN TUHAN. MASYARAKAT
MENGHARAPKAN KESEJAHTERAAN DARI TUHAN. “REI DEI
GRATIA”. AKHIRNYA HUKUM KEBIASAAN SEMAKIN
MENGERUCUT.
3. PARA PENDUKUNG HKM ALAM MEMBUAT TEORI HKM
MEBEDAKAN HUKUM YG DIPAKSAKAN (IUSTUM) DAN HUKUM
SUKARELA (HONESTUM).IUSTUM BERFUNGSI MELAYANI
KETENANGAN LAHIR, KARENA ITU SANKSINYA DAPAT
DIPAKSAKAN. HONESTUM BERKAITAN DGN KESUSILAAN YG
SEBAIKNYA DILAKSANAKAN TAPI BUKAN MERUPAKAN
KEWAJIBAN. DGN DEMIKIAN IUSTUM SEMAKIN DIPERLUKAN
SEHINGGA PEMBUATAN HUKUM MENEMPATI PERAN UTAMA.
4.
DLM KENYATAANNYA PENGUASA NEGARA (TRIAS
POLITIKA) TDK MENGGUNAKAN KEKUASAAN SECARA
MONOPOLI MEMBUAT HUKUM. HAL INI DISEBABKAN
ANTARA LAIN:
1.KEPERCAYAAN KPD HUKUM ALAM,
2. FUNGSI NEGARA MEMELIHARA KETERTIBAN DAN
3.SISTEM POLITIK DI PARLEMEN.
5.
MULAI ABAD KE XX PERAN PEMBUAT HUKUM
(LEGISLATOR) BUKAN HANYA MENETAPKAN KEBIASAANKEBIASAAN SBG ALAT MENJAGA KETERTIBAN, TTP JUGA
MELAKUKAN PERUBAHAN MASYARAKAT. RPSCO POUND
MENYATAKAN LAW AS A TOOL SOCIAL ENGINEERING.
MESKIPUN DEMIKIAN REGISTRASI MASIH DIPERLUKAN
DISAMPING UNTUK MELAKUKAN KEBIJAKAN
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN
MEWUJUDKAN KEADILAN SOSIAL.
KEUNTUNGAN HUKUM TERTULIS
1. EFEKTIVITAS HUKUM
2. KEPASTIAN HUKUM LEBIH DAPAT
DIRAMALKAN: PERILAKU YANG AMAN
DAN PUTUSAN HAKIM YANG KONSISTEN.
3. NILAINYA TETAP; BAIK DARI SEGI NILAINILAI MAUPUN SEGI PEMBUKTIAN
MENURUT MOCH.MAHFUD MD.
DLM BUKUNYA MEMBANGUN POLITIK HUKUM
MENEGAKKAN KONSTITUSI
POLITIK HUKUM ADALAH ARAHAN ATAU GARIS-GARIS
RESMI YG DIJADIKAN DASAR PIJAK DAN CARA UNTUK
MEMBUAT DAN MELAKSANAKAN HUKUM DALAM RANGKA
MENCAPAI TUJUAN BANGSA DAN NEGARA.
POLITIK HUKUM MERUPAKAN UPAYA MENJADIKAN HUKUM
SEBAGAI PROSES PENCAPAIAN TUJUAN NEGARA.
1.
2.
3.
4.
5.
TUJUAN NEGARA RI DI DLM UUD NEG.RI THN 1945
(PASCA AMANDEMEN) :
MELINDUNGI SEGENAP BANGSA;
MEMAJUKAN KESEJAHTERAAN UMUM DAN
MENCERDASAN KEHIDUPAN BANGSA
MEWUJUDKAN MASYARAKAT ADIL DAN MAKMUR
MELAKSANAKAN KETERTIBAN DUNIA BERDASARKAN
KEMERDEKAAN.
POLITIK HUKUM MENCAKUP
1. TUJUAN NEGARA ATAU MASYARAKAT INDONESIA
2. SISTEM HUKUM YG DIPERLUKAN UTK MENCAPAI
TUJUAN ITU
3. PERENCANAAN DAN KERANGKA PIKIR DLM
PERUMUSAN KEBIJAKAN HUKUM
4. ISI HUKUM NASIONAL DAN FAKTOR YG
MEMPENGARUHINYA.
5. PEMAGARAN HUKUM DGN PROLEGNAS, JUDICIAL
REVIEW, LEGISLATIF REVIEW DLL.
PEMIKIRAN POLITIK MENJADI DASAR NEGARA
HUKUM
•
NEGARA
SUMBER HUKUM
HUKUM DAN
KEKUASAAN
•
KEDAULATAN NEGARA, NEGARA MEMILIKI
KEKUASAAN DIATAS SEMUA GOLONGAN. HUKUM
NEGARA BERLAKU SECARA JURIDIS.
EFEKTIVITAS HUKUM, PERILAKU NYATA ,
MEMAKSAKAN HUKUM KEPADA LENGGAR
HUKUM MODERN AD. HUKUM YG DICIPTAKAN NEGARA. HKM
MELINDUNGI HAM DAN MENEGAKKAN KEADILAN.
1. HUKUM TDK SAMA DG KEKUASAAN. PEMERINTAH
TUNDUK PADA HUKUM. ABDI HKM
2. HUKUM TDK BERTENTANGAN DG KEKUASAAN.
KEAMANAN HANYA TERJAMIN APABILA ADA
KEKUASAAN. HANYA PEMERINTAH BERKUASA
MENERTIBKAN ORG YG TDK TAAT PD HUKUM.
HUKUM DAN
MASYARAKAT
POLITIK HKM PEMERINTAH BERDASARKAN
KEPENTINGAN MASYARAKATSOSIO EKONOMI,
BUDAYA MASYARAKT.
VON SAVIGNY : HUKUM SESUAI DG VOLKGEIST
SUATU BANGSA.
PEMBUATAN HUKUM LEBIH RASIONAL DAN
OBJEKTIF.
TUJUAN POLITIK
HUKUM
MENJAMIN KEADILAN
PEMERINTAH MENGIMBANGI KEPENTINGAN UMUM
DG KEPENTINGAN LAINNYA.
KEADILAN SOSIAL TERWUJUD APABILA HAM
DIHORMATI, KEWAJIBAN DAN BEBAN DIBAGI SECARA
PANTAS TERUTAMA BERKAITAN DG ASSET
NASIONAL.
POLITIK HUKUM YG NYATA DLM SUATU NEGARA.
POLITIK HUKUM LIBERALIS
POLITIK HUKUM KOMUNALISME
POLITIK HUKUM CAMPURAN. PERIMBANGAN
INDIVIDUALISME DAN KOMUNALISME.
HUKUM DAN
KONFIGURASI
POLITIK
HUKUM SYARAT MUATAN POLITIK BAIK DALAM
TAHAP PROSES PEMBENTUKAN DI PARLEMEN
MAUPUN PENERAPAN HUKUM DLM
MEMBUAT KEPUTUSAN KONKRIT.
PROSES PEMBUATANUU DI PARLEMEN SANGAT
TERGANTUNG PD KONFIGURASI POLITIK.
SANGAT TERGANTUNG PD POLITICAL WILL DARI
REGIM PEMERINTAH YG BERKUASA.
PERTENTANGAN KEPENTINGAN YG DIUTAMAKAN
AKAN SEMAKIN JELAS DARI HASIL PENELITIAN:
•
SIAPA YG DILINDUNGI DAN DILAYANI OLEH
HUKUM
•
BERAPA BESAR CAMPUR TANGAN PEMERINTAH
UNTUK MEWUJUDKAN KEMAKMURAN RAKYAT
•
DAPATKAH HUKUM DIGUNAKAN ALAT KONTROL
PD TINDAKAN PENGUASA.
PROSES POLITIK DAN PEMBUATAN
DAN PENERAPAN HUKUM
ASPIRASI &
KEBUTUHAN RIIL
MOMEN POLITICAL
KEPENTINGAN &
TUJUAN POLITIK
SISTEM TATA HUKUM,
MENCERMINKAN
TATANAN POLITIK,SOSIAL,
EKONOMI
BUDAYA, HUKUM
PENERAPAN &
PENEMUAN HUKUM
PERISTIWA SOSIAL
LIMITASI/
FASILITASI
PROSES
INTERAKSI
KENYATAAN ALAMIAH
DAN KEMASYARAKATAN
MOMEN IDIIL
PANDANGAN HIDUP
CITA HUKUM, NILAI-NILAI
ASAS HUKUM
ATURAN UMUM
PERUNDANG-UNDANGAN
MODEL PERILAKU
TIPE KONPLIK
KONPLIK
MASALAH HUKUM
PERISTIWA SOSIAL
MASALAH HUKUM
UMPAN BALIK/
JURISPRUDENSI
PENYELESAIAN/
KEPUTUSAN HAKIM
ORGANISASI POLITIK MASYARAKAT DAN
KEKUASAAN PEMBENTUKAN HUKUM
KEKUASAAN
KHARISMATIS
PENGADAAN HUKUM MELALUI
PEWAHYUAN OLEH
“LAW PROPHETS”
KEKUASAAN
TRADISIONAL
PENGADAAN HUKUM SECARA
EMPIRIS OLEH
“LEGAL HONORATIORES”
KEKUASAAN
RATIONAL
Pembentukan hukum melalui
pembebanan dari atas oleh
“kekuatan sekuler atau
teokrasi”
DEMOKRASI
PENGADAAN HUKUM MELALUI
PENGGARAPAN HUKUM SECARA
SISTEMATIS DIJALANKAN
SECARA PROFESSIONAL
PERKEMBANGAN RATIONALISASI HUKUM
MERNURUT PANDANGAN MAX WEBER
CARA PEMBINAAN
KWALITAS FORMAL
KHARISMATIS
FORMALISME MAGIS & IRRASIONAL
EMPIRIS
MENYADANDARKAN KEPADA
HONORATIONERES
TEOKRATIS
RASIONAL SUBSTANTIF TEOKRATIS
PROFESSIONAL
SUBLIMASI LOGIS : BAIK BAHANBAHAN HUKUM (SUBSTANTIF)
MAUPUN PROSEDUR ENGADAANNYA
(FORMAL)
SISTEM POLITIK DAN PEMBUATAN
KEIJAKAN HUKUM
Setiap masyarakat yang teratur, yang bisa menentukan
pola-pola hubungan yang bersifat tetap antara para
anggotanya adalah masyarakat yang mempunyai tujuan
yang sedikit banyak cukup jelas. Politik adalah bidang
dalam kehidupan masyarakat yang berhubungan dengan
tujuan masyarakat tersebut.
Struktur politik menaruh perhatian pada pengorganisasian
kegiatan kolektif untuk mencapai tujuan - tujuan yang
secara kolektif sangat menonjol. Suatu masyarakat yang
mempunyai tujuan tertentu , diawali dari artikulasi dari
agregasi kepentingan. Jadi diperlukan suatu proses
pemilihan tujuan antara berbagai tujuan yang mungkin
terjadi. Oleh karena itu, politik adalah juga aktivitas memilih
suatu tujuan sosial tertentu.
1. Hukum bukanlah suatu lembaga yang sama sekali otonom,
melainkan berada pada kedudukan yang kait mengkait dengan
aspek-aspek kehidupan lain dalam masyarakat (social life
aspect).
2. Hukum itu sangat kental dengan muatan politik baik dalam tahap
proses pembuatan penetapan isi hukum di Parlemen sangat
tergantung pada konfigurasi politik, maupun
penerapan/penegakkan hukum menghadapi suatu kasus dengan
mewujudkan aturan-aturan umum sebagai keputusan konkrit oleh
lembaga yang berwenang.
3. Hukum berwatak politik karena hukum dapat digunakan untuk
mempromosikan berbagai kepentingan yang beraneka ragam dan
merupakan alat untuk merealisasikan berbagai maksud politik
yang berbeda-beda.
4. Demikin juga dalam penerapannya bahwa hukum yang sudah
ditetapkan itu memiliki sifat norma yang umum dan abstrak,
sehingga berlaku dalam keadaan individual dan konkrit lebih
kurang berwatak politik (political will).
Penegakan Hukum
Hukum = kaidah pola perilaku, rujukan oleh anggota masyarakat.
Suatu SUBSTANSI peraturan perundang-undangan dapat berlaku dan
sah harus ditetapkan oleh institusi politik.
Suatu peraturan perundangan pada umumnya dipertanyakan tentang
landasan pembuatannya (political gelding van het recht).
Landasan filsafatnya dan landasan juridisnya dan lain-lain.
Tentu proses pembentukan hukum itu akan diwarnai oleh suasana
kehidupan politik.
Keputusan politik atau kebijakan umum yang akan ditetapkan melalui
suatu proses politik.
Proses politik yang terjadi dapat di amati dari perilaku masyarakat
politik, baik sub syatem supra struktur maupun sub system infra
struktur politik. Pendekatan seperti ini disebut dengan pendekatan
“sistem politik” dalam pembuatan dan pengembangan keputusan
politik
Perwujudan hukum dalam perilaku sosial, apabila kaedahkaedah itu benar benar berfungsi efektif di dalam perilaku
para pelaku hukum (subjek hukum). Dalam istilah hukum ada
kita kenal : law in the books dan law in the actions. Dengan
demikian Hukum sebagai sarana perilaku belum tentu
terwujud dengan sendirinya. Peranan Politik Hukum semakin
lebih luas karena mencakup upaya mengimplementasikan
aturan hukum sebagai perilaku nyata (penegakan hukum).
Perwujudan hukum dalam perilaku sosial, apabila
kaedah-kaedah itu benar benar berfungsi efektif di
dalam perilaku para pelaku hukum (subjek hukum).
Dalam istilah hukum ada kita kenal : law in the
books dan law in the actions. Dengan demikian
Hukum sebagai sarana perilaku belum tentu
terwujud dengan sendirinya. Peranan Politik Hukum
semakin lebih luas karena mencakup upaya
mengimplementasikan aturan hukum sebagai
perilaku nyata (penegakan hukum).
Sistem politik ialah mekanisme seperangkat
fungsi atau peranan dalam masing-masing
komponen dari struktur politik dalam hubunganya
berinteraksi diantara satu sama lain yang
menunjukkan suatu proses yang langgeng. Proses
dimaksud mengandung dimensi waktu (masa
lampau, masa kini dan masa mendatang).
Pengertian struktur ialah semua aktivitas yang
dapat diobservasi atau diidentifikasi yang
berpengaruh menentukan tujuan akhir sistem
politik itu sendiri.
Dengan demikian sistem politik tidak selalu sejajar
dan bersamaan dengan konsep negara, seperti juga
halnya konsep negara tidak selalu sejajar seperti
konsep bangsa 1). Negara mempunyai unsur
spesipiknya seperti diutarakan Max Weber yang
mempunyai legitimasi paksaan pisik terhadap batas
wilayah kekuasaan negara.
Definisi hukum menurut Weber : suatu tatanan bisa disebut hukum
apabila secara eksternal ia dijamin oleh kemungkinan, bahwa
paksaan (fisik atau psikologis) bagaimana yang ditujukan untuk
mematuhi tatanan atau menindak pelanggaran, akan diterapkan
oleh suatu perangkat terdiri dari orang-orang yang khusus
menyiapkan diri untuk melakukan tugas-tugas tersebut.
Pemerintah sebagai personifikasi negara dalam konsep ini hanya
mekanisme formal atau mesin resmi negara, disamping pranata
sosial politik lain yang kurang atau tidak resmi. Dalam sistem
politik modern pranata sosial dengan segala fenomena sosialnya
merupakan salah satu bagian dari sistem politik yang turut
menentukan (dominan).
Kecenderungan mengintroduksi pendekatan baru di dalam teori
politik modern, adalah merupakan usaha guna dapat memahami
kompleksitas sistem politik dengan lebih cermat. Gabriel A Almond
mengkatagorisasikan sistem politik sebagai usaha untuk
mengadakan pencarian kearah:
lingkup yang lebih luas,
realisme,
persisi (ketepatan),
ketertiban dalam teori politik agar hubungan yang terputus
antara comparative government dengan political theory ditata
kembali.
SISTEM POLITIK MENURUT GABRIEL ALMOND
1.
2.
3.
Setiap sistem politik menurut Almond harus menjalankan fungsi-fungsi
tertentu. Pada kenyataannya, atas dasar efisiensilah suatu sistem politik
dapat ditentukan atas dasar fungsi-fungsi yang diberikan.
Almond mendapatkan defenisi sistem politik dari David Easton dengan
ketiga komponennya , yaitu :
Alokasi nilai-nilai (alat-alat kebijaksanaan),
Alokasi kewenangan, dan
Alokasi otoritatif sebagai suatu yang mengikat masayarakat secara
keseluruhan dan cara yang paling memuaskan.
Menurut pendapat Almond; kewenangan dimiliki setiap sistem sosial, tidak
secara jelas membedakan sistem politik dengan sistem –asosiasi lain
seperti, gereja, firma dagang yang menjalankan beberapa jenis
kewenangan.
Almond mendefinisikan kembali konsep otoritas adalah sebagai paksaan
pisik yang absah atau lebih kurang diakui.
Dari penelaahannya terhadap teori-teori sistem politik yang ada akhirnya
Almond tiba pada suatu kesimpulan dengan membuat definis sistem
politik. Sistem politik adalah sistem interaksi yang terdapat dalam seluruh
sub sistem yang merdeka menjalankan fungsi-fungsi integrasi dan
adaptasi (baik secara internal maupun dalam berhadapan dengan dunia
external ) dengan alat-alat, atau ancaman paksaan pisik yang kurang lebih
absah 2).
TABEL MASUKAN DAN KELUARAN
Tujuh variabel kategori fungsional”.
Empat variabel merupakan fungsi masukan (in put)
u
a. Sosialisasi politik dan rekrutmen politik;
b. Artikulasi kepentingan politik;
c. agregasi kepentingan ( Partai Politik atau
asosiasi lain)
sebagai pembawa in put
d. komunikasi politik untuk mendukung atau
menolak
Dan tiga fungsi keluaran yaitu;
e, pembuatan peraturan;
F, penerapan peraturan dan
Struktur Politik Formal dan Non Formal
Fungsi-fungsi masukan dijalankan oleh sub-sub
sistem non-pemerintah, masyarakat dan
lingkungan umum, sementara fungsi keluaran
merupakan fungsi yang dijalankan pemerintah.
Fungsi yang terakhir itu merupakan fungsi yang
dijalankan oleh institusi pemerintah dalam bentuk
tradisional yaitu legislatif ( rule making); eksekutif
(rule application) dan yudikatif (rule
adjudication).
Almond percaya bahwa fungsi masukan lah yang
dianggap sebagai sangat berarti, sedangkan
fungsi-fungsi keluaran kurang penting mendapat
perhatian.
Suatu sistem politik adalah suatu sistem terbuka, dan secara tetap
dipengaruhi oleh
lingkungan-lingkungan sosial, budaya dan ekonomi, dimana sistem politik
bekerja di
bawahnya.
Dibawah sosialisasi politik, Almond telah memasukkan apa yang
disebutnya ”dimensi
psikhologis” dari sistem politik yang bernama budaya politik.
Budaya politik . mengandung nilai-nilai yaitu sikap-sikap, sistem
kepercayaan ,
simbol-simbol yang dimiliki oleh individu dan beroperasi dalam seluruh
masyarakat
serta harapannya.
Sosialisasi politik merupakan proses induksi ke dalam budaya politik dan
membawa
pada berkembangnya serangkaian perilaku di antara para anggota sistem
itu. Hal itu
dapat dijalankan oleh berbagai elemen dalam masyarakat dan dengan
gaya yang
berlain-lainan.
Tahap pertama, proses sosialisasi dimaksudkan sebagai penyebar,
particularistik dan
askriptif serta afektif. Dengan berkembangnya masyarakat, sosialisasi
menjadi
UNSUR STRUKTUR NON FORMAL
Pada tahap artikulasi kepentingan fungsi-fungsi tersebut biasanya memakai
bentuk kelompok-kelompok kepentingan.
Kelompok kepentingan itu dapat berupa :
(i). Kelembagaan (Asosiasi),
(ii). Non-asosiasional (etnik, maupun relegius),
(iii). Anomis spontan,
(iv). Assosiasional kelompok bisnis.
Berfungsinya kelompok-kelompok kepentingan juga dapat berbentuk khusus
maupun luas, umum ataupun sebagian , instrumental ataupun efektif sesuai
dengan
perkembangannya.
Agregasi kepentingan dicapai dengan :
1. Perumusan kebijaksanaan umum yang menggabungkan kepentingankepentingan ,
2. Rekrutmen personal yang menganut pola suatu masyarakat tertentu.
Partai politik menjalankan instrumen utama dari agregasi kepentingan.
ADAPTASI DAN PERUBAHAN
Dalam karyanya yang terakhir bidang analisa sistem , Almond
mengakomodasikan proses adaptasi dan perubahan.
Disini dia memasukkan persoalan kemampuan (capability) yang
menjabarkan hal-hal dimana suatu sistem dapat mengatasi masukanmasukan dengan gemilang.
Segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem tidak selalu
mendukung. Tuntutan seperti itu dapat menjadi tantangan bagi
sistem. Suatu sistem harus memiliki elemen dan mekanisme untuk
menghadapinya agar dapat survive .
Kemampuan sistem digambarkan untuk
i.. Menyerap sumber-sumber,
ii. Mengatur individu dan kelompok, dan
iii. Membagi barang-barang publik dan pelayanan.
Disamping hal ini sistem itu juga harus memiliki kemampuan simbolis
dan responsif, baik dalam lingkup domestik maupun internasional
yang berarti bahwa sistem tersebut harus mampu berkembang dan
memelihara simbol-simbol yang meningkatkan kesetiaan pada
dirinya sendiri dan secara memadai menanggapi tuntutan-tuntutan
yang diajukan padanya baik lingkungan domestik maupun
internasional.
SISTEM POLITIK ALMOND
EXTERNAL
INTERNASIONAL
IN-PUT
LEGISLATIF
EKSEKUTIF
JUDIKATIF
OUT-PUT
PER-UU AN
PENERAPAN
PENGAWASAN
Sosialisas, rekrtmen,
artikulasi , komunikasi
INTERNAL
DOMESTIC/NASINAL
PHILIP SCHELZNIK & PHILIP NONET
EVOLUSI TIPE HUKUM
Di dalam suatu masyarakat yang terorganisasi secara politik
mengalami evolusi melalui 3 tahap, yaitu hukum repressif,
hukum
otonom dan hukum responsif. (Law and Society :1978).
1. Tatanan hukum yang repressif diperlukan untuk
memecahkan berbagai masalah fundamental dalam
mendidrikan tatanan politik yang merupakan prasyarat
bagi sistem hukum dan sistem politik untuk mencapai
sasaran yang lebih besar.
2. Tatanan hukum yang otonom dibangun di atas hasil-hasil
tatanan hukum repressif.
3. Sedangkan tatanan hukum responsif adalah perkembangan
terakhir yang bertumpu pada constitutional cornerstone
rule of law, tahap persamaan dihadapan hukum hasil dari
tatanan hukum otonom.
Type hukum repressif memandang hukum sebagai abdi kekuasaan
repressif dan perintah dari yang lembaga-lembaga yang berdaulat
dan memiliki kekuasaan diskressi tanpa batas. Dalam type hukum
repressif maka hukum dan negara serta hukum dan politik tidak
terpisah sehingga aspek instrumental hukum sangat dominan
daripada sifat ekspressinya.
Type hukum otonomous, hukum dipandang sebagai institusi
mandiri yang mampu mengendalikan repressi dan melindungi
integritasnya sendiri. Tatanan hukum otonom pada intinya
pemerintahan ”rule of law” sub ordinasi tindakan pejabat
senantiasa berdasarkan hukum, bukan sebaliknya “rule by men.”
Integritas hukum, institusi hukum serta cara berpikir bebas
memiliki batas-batas yang jelas. Keadilan prosedural sangat
ditonjolkan.
Type hukum responsif, memandang hukum dijadikan sebagai
fasilitator untuk merespon atau sarana menanggapi kebutuhan
dan aspirasi masyarakat.
Hukum responsif harus mengaplikasikan dua hal :
1. hukum itu harus fungsional, pragmatis, memiliki tujuan tertentu
dan rasional.
2. hukum menetapkan ukuran-ukuran atau standard yang bertujuan
untuk melakukan kritik terhadap pelaksanaan hukum
Jadi perubahan pembinaan hukum dari suatu
negara sangat erat berkaitan dengan iklim politik.
Sistem politik demokrasi melahirkan hukum yang
responsif dimana partisipasi kelompok-kelompok
dan individu mempunyai peran besar di dalam
menentukan substansi hukum dan pengadilan
memiliki kebebasan menerapkan prosedur hukum
yang berlaku.
Sedangkan pada iklim sitem politik yang otoriter
akan mengarahkan pembinaan yang bersifat
hukum repressif, dimana hukum dijadikan
pemerintah sebagai sarana instrumental
mengendalikan potensi masyarakat untuk
mendukung program-program pemerintah.
Ciri-ciri Hukum Repressif, Otonom dan
Responsif
CIRI-CIRI
REPRESSIF
OTONOM
Tujuan Hukum
Ketertiban
Keabsahan
Legitimasi
Ketahanan sosial
dan Rasionalitas
Negara
Menegakkan
prosedur
Sifat
Peraturan
Umum dan
meluas tetapi
hanya mengikat
pemerintah
secara lemah
Sangat terinci,
mengikat
pemerintah yang
mengatur dan
masyarakat yang
diatur
Ad hoc , sesuai
dengan keperluan
dan berlaku pada
hal-hal spesifik
Mengikatkan diri
secara ketat
kepada otoritas
hukum, peka
terhadap
formalisme dan
legisme
Penalaran/
Reasoning
RESPONSIF
Kegunaan
Substantif,
keadilan
Subordinasi
prinsip-prinsip
keadilan dan
kebijakan
Bertujuan utk
kepentingan
masyarakat,
perpaduan
kemauan politis
dan otoritas
Diskressi/Penyimp
angan
Pemaksaan
Moralitas
Kaitan politik dan
hukum
Merata,
opportunistik
Dibatasi oleh
peraturanperaturan delegasi
sangat terbatas
Luas sekali
pengendalian
lemah
Dikontrol melalui
kendali hukum
Moralitas:
komunal, hukum
dan pengendalian
Moralitas
kelembagaan,
memperhatikan
integrasi proses
hukum
Hukum berada
dibawah politik
kekuasaan
Hukum bebas dari
pengaruh politik,
terdapat
pemisahan
kekuasaan.
Diperluas
namun tetap dapat
dipertanggung
jawabkan untuk
kepentiangan
umum
Temuan positip
sebagai alternatif,
misalnya insentif
atau pemenuhan
kepentingan
Moralitas sivil,
moralitas
kerjasama
Integrasi politik
dan hukum
Harapan terhadap
Kepatuhan
.
Partisipasi
masyarakat
Tanpa syarat, setiap
pelanggaran harus
di- hukum sbg
pembangkang
Sebagai penurut
dan harus patuh,
kritik dianggap tidak
loyal
Bertitik tolak dari
peraturan yang sah,
menguji keabsahan
UU atau peraturan
Dibatasi prosedur
yang ada,
penyimpangan jika
terjadi krisis hukum
Kebutuhan
masyarakat
Partisipasi lebih
luas, integrasi
bantuan hukum
masyarakat politis
dan otoritas.
PERKEMBANGAN POLITIK HUKUM( MACHFUD MD).
Rezim
Period
pemerintaha
e
n
1945
-1959
Demokrasi
Liberal
Demokrasi
1959 - Terpimpin
1966
Orde Lama
Demokrasi
1966 - Pancasila
1998
Orde Baru
1998sekar
ang
Demokrasi
konstitusion
al Reformasi
Sistem
Politik
Pemilu
Pemda
Agraria
Demokratis
Responsif
Responsif
Responsif
Ortodoks/
Konservat
if/Elitis
Responsif
(Dengan
alasan
tertentu)
Otoriter
Ortodoks/
Konservat
if/Elitis
Ortodoks
Konservat
if
Elitis
Ortodoks/
Konservat
if
Elitis(pa
rsial)
Demokratis
Responsif
Responsif
Responsif
Otoriter
--
Konfigurasi Politik dan Karakter Produk Hukumnya
menurut Machfud Md :
Karakter hukum senantiasa berubah sejalan dengan
perkembangan konfigurasi politik meskipun klasifikasinya
tidak eksak.
Ada konsistensi kecenderungan perubahan karakter itu :
karakter responsif senantiasa muncul bersamaan dengan
konfigurasi politik yang demokratis,
sedangkan karakter konservatif /ortodok/elitis muncul
dalam konfigurasi politik yang otoriter/birokratis.
1.
2.
3.
Pengecualan terhadap kesimpulan umum ini hanya terjadi
dalam hukum agraria.
Hukum agraria lahir pada masa demokrasi terpimpin yang
otoriter berkarakter responsif. Tetapi hal ini disebabkan
UUPA:
disahkan berdasarkan rancangan sebelumnya,
membongkar dasar-dasar kolonialisme yang tidak sesuai
dengan alam kemerdekaan, dan
tidak menyangkut tentang hubungan kekuasaan .
PERKEMBANGAN OTONOMI DAERAH
PERIODE
1945 – 1959
1959 – 1966
1966 – 1971
1971 – 1998
KONFIGURASI
POLITIK
POLA HUBUNGAN
KEKUASAAN
PRODUK HUKUM
DEMOKRATIS
OTONOMI LUAS,
DESENTRALISASI
UU No.1/1945UU
No.22/1948UU
No.1/1957
OTORITER
SENTRALISTIK,DEKO
NSENTRATIF
PENPRES
No.6/1959UU
No.18/1965
DEMOKRATIS
OTONOMI LUAS,
DESENTRALISASI
OTORITER
SENTRALISTIK,
DEKONSENTRASI
TAP MPRS
No.XXI/1966TAP
MPR No.IV/1973
UU No.5/1974UU
No.5/1979
PERKEMBANGAN OTONOMI DAERAH LANJUTAN
PERIODE
KONFIGURASI
POLITIK
1998 –
SEKARANG
DEMOKRATIS
POLA HUBUNGAN
KEKUASAAN
OTONOMI LUAS, DAN
ADA PEMBAGIAN
TUGAS PEM.PUSAT
DAN DAERAH.
KEWAJIBAN DAN
PILIHAN PEMDA
PRODUK HUKUM
UU No. 22 /1999
DAN
UU 32/2004
UU NO.12 THN
2008