OBJEKTIVITAS BERITA FILM DOKUMENTER COWBOYS IN PARADISE DI MEDIA ON LINE KOMPAS.COM (Analisis Objektivitas Berita Film Dokumenter Cowboys In Paradise di media on line kompas.com edisi 26 April 2010 – 30 April 2010).

(1)

OBJEKTIVITAS BERITA FILM DOKUMENTER

“COWBOYS IN PARADISE” DI MEDIA ON LINE KOMPAS.COM (Analisis Objektivitas Berita Film Documenter “Cowboys in Paradise” di media

on line kompas.com edisi 26 April – 30 April 2010) SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional

(UPN) “Veteran” Jawa Timur

 

OLEH :

ANDI TRILANA ASWAT 0643010064

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI JAWA TIMUR


(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian media massa dan Komunikasi Massa ... 9

2.1.2. Berita ... 12


(3)

2.3. Jurnalisme on line sebagai media massa ... 24

2.4. Objektivitas Berita……….. ... 29

2.4.1. Konsep Penyajian Berita... 33

2.5. Kerangka Berfikir ... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional ... 38

3.1.1. Berita Film Cowboys In Paradise ... 38

3.2. Kategorisasi Objektivitas Pers ... 40

3.2.1. Akurasi Pemberitaan ... 41

3.2.2. Fairness dan Ketidakberpihakan Pemberitaan ... 43

3.2.3. Validitas Keabsahan Pemberitaan ... 43

3.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 45

3.3.1. Populasi ... 45

3.3.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... ... 45

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 46

3.5. Teknik Analisis Data ... ... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objektivitas penelitian ... 48


(4)

4.2. Penyajian Data dan Analisis Data………... 54

4.2.1. Objektivitas Pemberitaan……….. ... 54

4.2.1.1. Akurasi Pemberitaan………... 59

4.2.1.2. Fairness………... 67

4.2.1.3. Validitas Pemberitaan………... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan………. ... 77

5.2. Saran………. ... 78

DAFTAR PUSTAKA


(5)

 

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Akurasi Pemberitaan Dalam Sub Kategori Kesesuaian Judul Berita Dengan

Isi Berita ... 59

Tabel 4.2. Akurasi Pemberitaan Dalam Sub Kategori Pencantuman Waktu Terjadi Peristiwa ... 61

Tabel 4.3. Akurasi Pemberitaan Dalam Sub Kategori Penggunaan Data Pendukung ... 63

Tabel 4.4 Akurasi Pemberitaan Dalam Sub Kategori Faktualitas Berita ... 65

Tabel 4.5 Fairness Dalam Sub Kategori Sisi Sumber Berita ... 67

Tabel 4.6 Fairness Dalam Sub Kategori Luas Kolom ... 69

Tabel 4.7 Validitas Pemberitaan Dalam Sub Kategori Kejelasan Sumber Berita ... 71

Tabel 4.8 Validitas Pemberitaan Dalam Sub Kategori Kompetensi Pihak Sumber Berita ... 73


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Berita Edisi 26 April 2010 ……… 80

Lampiran 2 : Berita Edisi 27 April 2010 ……… 81

Lampiran 3 : Berita Edisi 28 April 2010 ……… 82

Lampiran 4 : Berita Edisi 29 April 2010 ……… 83


(7)

ABSTRAKSI

ANDI TRILANA ASWAT. OBJEKTIVITAS BERITA FILM DOKUMENTER COWBOYS IN PARADISE DI MEDIA ON LINE KOMPAS.COM (Analisis Objektivitas Berita Film Dokumenter Cowboys In Paradise di media on line kompas.com edisi 26 April 2010 – 30 April 2010).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat Objektif atau tidak berita film dokumenter yang di tulis pada media on line kompas.com dengan periode yang telah ditentukan.

Metode penelitian yang digunakan adalah analisis isi yang bersifat kuantitatif, dengan analisis tersebut digunakan untuk mengkaji isi objektivitas pemberitaan film dokumenter Cowboys In Paradise.

Objektivitas pemberitaan di uji dan di analisis sesuai dengan kategorisasi yang di sesuaikan dalam buku Rachmat Kriyantono dalam teori yang di sempurnakan oleh Rachma Ida tentang 3 kategorisasi objektivitas pemberitaan.

Pemberitaan tentang berita film documenter cowboys in paradise menimbulkan opini dari masyarakat .Hasil yang didapat dari 5 berita yang penulis teliti masih bisa di bilang objektif namun belum bisa dikategorisasikan sebagai objektif pemberitaan. Obyektivitas berita merupakan hal yang sangat penting dalam penyajian sebuah berita. Penyajian berita yang tidak obyektif dapat menimbulkan banyak ketidakseimbangan, artinya bahwa berita hanya disajikan berdasarkan informasi pada sumber berita yang kurang lengkap dan cenderung sepihak.

Dari ketiga penghitungan objektivitas menurut kategorisasi, berita yang diterbitkan oleh media on line kompas.com masih belum bisa dikatakan objektif, karena belum sepenuhnya memasukkan unsur realita yang sebenar – benarnya.


(8)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam masyarakat modern seperti sekarang ini peranan dan pengaruh informasi dan komunikasi sangat terasa. Tidak ada kegiatan yang dilakukan di dalam dan oleh masyarakat yang tidak memerlukan informasi. Kenyataan tersebut diatas tidak dapat dipungkiri kebenarannya. Hanya orang atau bangsa yang mempunyai banyak informasi yang dapat berkembang dengan pesat. Dalam hal ini negara yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi akan lebih memperoleh kesempatan memiliki sistem komunikasi yang dapat menunjang kepentingan nasionalnya, ideologinya, dan pandangan hidupnya.

Sebaliknya negara yang tidak mempunyai kemampuan mengembangkan teknologi dan infrastruktur akan berada dalam posisi yang lemah dalam mengembangkan sistem komunikasinya. Seperti kita lihat di dunia ini, komunikasi sering kali merupakan sarana pertukaran informasi antara pihak yang tidak sama tinggi (sederajat), menguntungkan pihak yang lebih kuat, lebih kaya dan lebih lengkap fasilitasnya. Perbedaan di dalam kekuasaan dan kekayaan, disengaja atau, tidak mempunyai akibat dan pengaruh pada struktur dan arus informasi.

Perkembangan teknologi dalam bidang komunikasi mengakibatkan kegiatan komunikasi atau transformasi informasi dan pesan dapat dengan mudah dilakukan.


(9)

Pada awalnya penyampaian informasi atau pesan disampaikan melalui beberapa media seperti surat kabar dan sejenisnya. Penyampaian informasi melalui media seperti ini dapat diterima dalam waktu yang lama sehingga kadang informasi itu diterima dalam keadaan sudah kadaluwarsa. Namun sekarang dengan adanya teknologi dalam bidang komunikasi penyampaian informasi atau pesan dapat dilakukan dengan mudah dan informasi dapat diterima dengan cepat misalnya melalui telepon, surat kabar, televisi, internet dan sebagainya.

Untuk dapat memberikan informasi kepada masyarakat, media atau pers dituntut untuk bisa menambah pengetahuan pembacanya dengan menyajikan informasi yang memiliki kebenaran, kepentingan, dan manfaat. Dengan banyaknya aneka ragam surat kabar pembaca menjadi lebih selektif dalam memilih suat kabar yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Setiap surat kabar mempunyai ragam berita, mulai dari bidang ekonomi, sosial, poltik, budaya, kriminal, sampai pada pemberitaan selebriti. Surat kabar dapat memberikan porsi yang berbeda terhadap suatu kejadian yang sama. Surat kabar satu menyajikan sebuah berita sebagai berita utama belum tentu pemberitaan tersebut menjadi berita utama pula di surat kabar lain, bahkan bisa saja tidak dimuat sama sekali.

Berita diproduksi dan didistribusikan oleh pers. Pers menyandang peran ganda yaitu sebagai produsen berita dan saluran dalam sebuah proses komunikasi. Pers sebagai penghubung antara komunikator dengan komunikan. Kebebasan media


(10)

dilindungi oleh undang-undang yang menjamin beropini dan kebebasan memberikan informasi kepada masyarakat.

Berita harus memenuhi beberapa unsur yang nantinya akan membuat suatu berita tersebut bisa layak untuk dimuat. Pertama-tama berita harus cermat dan tepat atau dalam bahasa jurnalistik harus akurat. Selain akurat berita harus lengkap, adil, dan berimbang. Kemudian berita pun harus tidak mencampurkan fakta dan opini sendiri atau dalam bahasa akademis berita harus objektif. Karena berita memliki power untuk membentuk opini publik, jadi sesuatu yang ditulis oleh media harus memenuhi unsur-unsur di atas agar tidak ada pihak yang dirugikan. (Kusumaningrat 2006 : 47)

Media online Kompas.com merupakan salah satu media online yang up to date tiap jamnya, berita-berita yang dimuat adalah berita-berita yang sedang berlangsung, dan up to date. Salah satu topik yang menarik adalah pemberitaan tentang film documenter yang bertajuk Cowboys in Paradise, yang mengisahkan tentang kehidupan gigolo atau pria penghibur wanita yang biasa “mangkal” di pantai kuta. Pemutaran film Cowboys in Paradise yang diprotes masyarakat Kuta karena dianggap melecehkan merupakan kasus yang sering menjadi bahan berita bagi suatu media termasuk didalamnya media online Kompas.com. Kasus ini menjadi perhatian publik karena kasus ini melibatkan pihak banyak pihak dan termasuk pihak kepolisian pun turun tangan untuk menyelidiki kasus ini. Dengan adanya hal tersebut,


(11)

kasus film documenter ini menjadi menarik dan seringkali menjadi berita utama dalam suatu pemberitaan di suatu media termasuk di dalamnya Kompas.Com.

Film ini menggambarkan bagaimana kehidupan gigolo di Kuta, yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan wanita yang tengah berlibur di Bali. Bahkan, dalam cuplikan video Cowboys in Paradise ada pernyataan "Seorang istri gigolo yang merelakan suaminya tidur bersama pelanggan asingnya." Pria-pria yang diduga gigolo ini selanjutnya dibawa ke Kantor Lurah Kuta untuk pemeriksaan identitas dan keterangan tentang keterkaitannya terhadap film Cowboys in Paradise. (sumber : Kompas.com).

Cowboys in Paradise garapan sutradara Amit Virmani merupakan film dokumenter yang mengisahkan sepak terjang para gigolo sehingga menjadikan Bali sebagai tujuan wisata yang menarik bagi para turis asing perempuan. Tidak hanya masyarakat Kuta yang terusik dengan munculnya film Cowboys In Paradise, kepolisian daerah Bali pun tidak tinggal diam. Polisi kini mulai turun tangan menyelidiki film yang dinilai merusak citra pariwisata Bali tersebut. (sumber : kompas.com).

Ketua Badan Pariwisata Bali Ngurah wijaya yakin, miunculnya film gigolo berjudul cowboys in paradise sangat kecil pengaruhnya pada citra pariwisata pulau dewata yang dikenal dengan wisata budaya. Meskipun demikian, masalah itu tetap harus dilihat sebagai pelajaran berharga karena fenomena pelacuran yang


(12)

mengunakan kedok pariwisata itu bisa saja betul-betul terjadi di tempat tujuan wisatawan asing. (sumber : kompas.com)

Pihak Kepolisian Daerah Bali terus melakukan penyidikan terkait film Cowboys in Paradise, yang dinilai telah meresahkan dan memperburuk citra Bali. Dari hasil penyelidikan sementara diperoleh fakta bahwa sutradara Cowboys in Paradise, Amit Virmani, telah membuat film tanpa izin. Dalam Undang-Undang Perfilman Nomor 8 Tahun 1992 Pasal 41 ayat 1 disebutkan bahwa barang siapa yang membuat usaha film tanpa izin dapat dipidana penjara selama 1 tahun atau denda Rp 40 juta. Saat ini Polda Bali telah membentuk tim khusus untuk mengusut kasus ini karena film tersebut dianggap telah meresahkan masyarakat Bali. (sumber : Kompas.com).

Polda Bali berencana memeriksa sutradara Cowboys in Paradise, Amit Virmani, terkait dugaan tindak pidana yang dilakukannya dalam proses pembuatan film yang mengisahkan kehidupan gigolo di Bali tersebut. Sejauh ini Polda Bali telah memeriksa beberapa orang terkait untuk dimintai keterangannya terkait peredaran film Cowboys in Paradise. (sumber : Kompas.com).

Berita di atas merupakan kutipan dari media online Kompas.com, dalam beberapa kali upload selama 5 hari yaitu pada tanggal 26 April 2010 sampai dengan tanggal 30 April 2010. Dalam penulisan berita tersebut judul berita dituliskan dengan ukuran besar. Menurut Junaedhi (1991 : 29) berita yang ditulis dengan huruf ukuran


(13)

besar pada judulnya merupakan berita utama atau berita istimewa. Berita utama dilakukan seselektif mungkin sesuai dengan kebijaksanaan redaksionalnya, dan sesuatu yang dianggap paling pantas diketahui oleh masyarakat pada saat itu.

Definisi tentang objektivitas berita sangat beragam, namun secara sederhana dapat dijelaskan bahwa berita yang obyektif adalah berita yang menyajikan fakta, tidak berpihak dan tidak melibatkan opini dari wartawan. Objektivitas menurut mcQuail (1994 : 130) lebih merupakan cita-cita yang diterapkan seutuhnya. Dalam sistem media massa yang memiliki keanekaragaman eksternal, terbuka kesempatan untuk penyajian informasi yang memihak, meski sumber tersebut harus bersaing dengan sumber informasi lainnya yang menyatakan dirinya obyektif. Meskipun demikian tidak sedikit media yang mendapatkan tuduhan “media itu tidak obyektif”.

Objektivitas berita merupakan suatu keadaan berita yang disajikan secara utuh dan tidak bersifat memihak salah satu sumber berita, yang bertujuan untuk memberi informasi dan pengetahuan kepada konsumen. (flournoy, 1986 : 48). Setiap berita yang disajikan dalam suatu surat kabar atau majalah harus memenuhi unsur obyektivitas. Obyektivitas berita merupakan hal yang sangat penting dalam penyajian sebuah berita. Penyajian berita yang tidak obyektif dapat menimbulkan banyak ketidakseimbangan, artinya bahwa berita hanya disajikan berdasarkan informasi pada sumber berita yang kurang lengkap dan cenderung sepihak.

Sebuah berita bisa dikatakan obyetif bila memenuhi beberapa unsur, diantaranya adalah tidak memihak, transparan, sumber berita yang jelas, tidak ada


(14)

tujuan atau misi tertentu. Dilihat dari beberapa unsur di atas banyak sekali berita yang disajikan belum memenuhi unsur-unsur obyektivitas atau bisa dikatakan bahwa berita tersebut tidak obyektif. Suatu berita yang disajikan tidak obyektif hanya akan menguntungkan salah satu pihak dan akan merugikan pihak lain.

Untuk dapat memahami ketimpangan arus informasi peneliti sengaja memilih media online Kompas.com. media online Kompas.com dipilih sebagai obyek penelitian karena Kompas.com merupakan salah satu media online yang selalu up to date dalam mengupload berita terbaru, peneliti lebih memilih media online kompas.com daripada Koran harian Kompas karena di Koran harian kompas berita kasus film documenter yang berjudul Cowboys in Paradise ini tidak ada atau tidak dimuat. Alasan kedua penulis memilih media online Kompas.com karena pemberitaan kasus film documenter yang berjudul Cowboys in Paradise menjadi sebuah berita yang istimewa, meskipun tidak menjadi headline berita ini menggunakan font dengan size besar pada judulnya. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah analisis isi sehingga diperoleh pemahaman yang akurat dan penting. Analisisnya adalah berita di surat kabar yang analisis ini digunakan untuk mengkaji pesan-pesan di media (flournoy, 1986 : 12). Pemanfaatan ilmu komunikasi media massa dapat diperoleh secara tepat implementasi di lapangan atas obyektivitas pemberitaan dari surat kabar yang menjadi subyek penelitian (McQuail, 1994 : 179).


(15)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas yang melandasi penelitian ini, maka penelitian dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimanakah Objektivitas pemberitaan kasus film documenter yang berjudul Cowboys in Paradise di media online Kompas.com.”

1.3. Tujuan penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui objektivitas berita film documenter Cowboys in Paradise di media online Kompas.com.

1.4 Kegunaan penelitian

1. Kegunaan teoritis : Menambah kajian ilmu komunikasi yang berkaitan dengan penelitian obyektivitas berita, sehingga hasil penelitin ini diharapkan bisa menjadi landasan pemikiran untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Kegunaan praktis : penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan bagi redaksi Kompas.com dalam memberitakan kasus film documenter yang berjudul Cowboys in Paradise tidak memihak, transparan, dan sumber berita yang jelas.


(16)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pengertian Media Massa dan Komunikasi Massa

Media massa seperti yang dikemukakan oleh althusser dan Gramsci dalam Sobur (2004:30) merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan pendapat atau aspirasi baik itu dari pihak masyarakat maupun dari pihak pemerintah atau negara. Media massa tersebut sebagai wadah untuk menyalurkan informasi yang merupakan perwujudan dari hak asasi manusia dalam kehidaupan ermasyarakat dan bernegara, dalam diri media massa juga terselubung kepentingan-kepentingan yang lain, misalnya kepentingan kapitalisme modal dan kepentingan keberlangsungan lapangan pekerjaan bagi karyawan dan sebagainya.

Media massa mempunyai kekuatan yang sangat signifikan dalam usaha mempengaruhi khlayaknya. Keberadaan media massa mempunyai peranan penting dalamusaha memberikan informasi penting bagi masyarakat, pengetahuan yang dapat memperluas wawasan, sarana hiburan sebagai pelepas ketegangan, dan yang tidak kalah pentingnya adalah peranan media sebagai kontrol sosial untuk memberikan kritik maupun mendukung kebijakan pemerintah agara memotivasi masyarakat.


(17)

Media massa merupakan institusi baru yang berkaitan dengan produksi dan distribusi pengetahuan dalam arti luas. Media massa mempunyai sejumlah ciri-ciri yang menonjol, diantaranya adalah penggunaan teknologi yang relatif maju untuk produksi (massal) dan penyebaran pesan, mempuyai organisasi yang sistematis dan aturan-aturan sosial serta sasaran pesan yang mengarah pada audiens dalam jumlah besar yang tidak bisa ditentukan apakah meraka menerima pesan yang disampaikan, atau malah menolaknya. Institusi media massa pada dasarnya terbuka, beroprasi dalam dimensi publik untuk memberikan saluran komunikasi reguler dari berbagai pesan yang mendapat persetujuan sosial dan dikehendaki oleh banyak individu.

Dalam komunikasi massa menurut Winarni dapat dipusatkan pada komponen-komponen komunikasi massa, yaitu variabel yang dikandung dalam setiap tindak komunikasi dan bagaimana variabel ini bekerja pada media massa, kelima komponen tersebut adalah:

1. Sumber. Komunikasi massa adalah suatu organisasi kompleks yang mengeluarkan biaya besar untuk menyusun dan mengirimkan pesan. 2. Khalayak. Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan

kepada massa, yaitu khalayak yang jumlahnya besar yang bersifat heterogen dan anonim.

3. Pesan. Pesan dalam komunikasi massa bersifat umum, maksudnya adalah setiap orang bisa mengetahui pesan-pesan komunikasi dari media massa.


(18)

4. Proses. Ada dua proses dalam komunikasi massa yaitu: 1) Komunikasi massa merupakan proses satu arah. Komunikasi ini berjalan dari sumber ke penrima dan tidak secara langsung dikembalikan kecuali dalam bentuk umpan balik tertunda. 2) Komunikasi massa merupakan proses dua arah (Proses seleksi). Baik media ataupun khalayak melakukan seleksi. Media menyeleksi khalayak sasaran atau penerima menyeleksi dari semua media yang ada, pesan manakah yang mereka ikuti.

5. Konteks komunikasi massa berlangsung dalam suatu konteks sosial. Media mempengaruhi konteks sosial masyarakat, dan konteks sosial masyarakat mempengaruhi media massa. (Winarni, 2003 : 4-5)

Setiap disiplin ilmu dalam komunikasi memiliki ciri-ciri dan karekateristik yang berbeda-beda, adapun beberapa karakteristik komunikasi massa yang sering digunakan pada media massa yaitu:

1. Sifatnya satu arah, walaupun beberapa media massa terkadang melibatkan khalayak secara langsung dengan diadakannya dialog interaktif, namun itu hanya untuk kepentingan terbatas.

2. Selalu ada proses seleksim misalnya, setiap media memilih khalayaknya, demikian juga dengan khlayak yang juga menyeleksi medianya, baik jenis maupun isi siaran dan berita, serta waktu untuk menikmatinya.


(19)

3. Menjangkau khalayak secara luas. Dengan adanya satuu stasiun pemancar pesan atau informasi dapat disampaikan dalam cakupan satu negara. Namun dalam karakteristik ini sistem ekonomi dan sosial juga ikut berperan.

4. Berusaha membidik sasaran tertentu, informasi yang disampaikan harus menarik minat orang-orang sehingga informasi tersebut disalurkan kepada orang lain

5. Komunikasi dilakukan oleh institusi sosial yang harus peka terhadap kondisi lingkungannya. Ada interaksi tertentu yang berlangsung antara media dan masyarakat. Untuk memahami sebuah masyarakat kita harus menelaah latar belakang, asumsi dan keyakinan-keyakinan dasarnya. Untuk itu diperlukan penguasaan atas sejarah, sosiologi, ilmu ekonomi dan filsafat demi memahami sebuah masyarakat secara benar. (Rivers, 2004 :18)

Dalam komunikasi massa, umpan balik relatif tidak ada atau bersifat tunda, komunikator cenderung sulit untuk mengetahui umpan balik komunikan secara segera. Untuk mengetahuinya, maka biasanya harus diadakan seminar terbuka yang menghubungkan antara komunikator dan komunikan secara langsung, diadakannya survey atau penelitian. (Vardiansyah, 2004:33).


(20)

Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik, dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media on line internet. Berita berasal dari bahasa sansekerta, yaitu urit yang dalam bahasa Inggris disebut write, yang berarti sebenarnya adalah ada atau terjadi. Sebagian ada yang menyebut dengan Writta, artinya kejadian atau yang telah terjadi. Dalam kamus besar bahasa Indonesia karya Poerwadarminto, berita diperjelas menjadi laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.

Sedangkan menurut McQuail (1989 : 189) berita merupakan sesuatu yang bersifat metafistik dan sukar dijawab kembali dalam kaitannya dengan institusi dan kata putus mereka yang bersifat rasa dan sulit diraba karena kehalusannya. Berita bukanlah cermin kondisi sosial, tetapi laporan tentang salah satu aspek yang telah menonjolkannya sendiri.

Suatu fakta dapat dikatakan berita, apabila memenuhi syarat antara lain telah dipublikasikan oleh seseorang atau institusi yang jelas identitasnya, alamat, dan penanggungjawabnya, fakta tersebut ditemukan oleh jurnalis dengan cara yang sesuai dengan standar operasional dan prosedur dalam profesi jurnalistik (panuju, 2005 : 52).

Dari beberapa definisi tersebut dapat dirangkum bahwa berita adalah laporan dari kejadian yang penting atau peristiwa hangat, dapat menarik minat atau perhatian


(21)

para pembaca. Berita merupakan gudang informasi, dan berita merupakan bagian terpenting dari tabloid atau surat kabar.

Menurut Djuroto (2002 : 48) untuk membuat berita paling tidak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut

1. Menjaga obyektivitas dalam pemberitaan.

2. Faktanya tidak boleh diputar sedemikian rupa hingga tinggal sebagian saja.

3. Berita itu harus menceritakan segala aspek secara lengkap.

Sedangkan menurut Kusumaningrat (2006 : 47) unsur-unsur yang membuat suatu berita layak untuk dimuat ada tujuh yaitu ; Akurat, Lengkap, Adil, Berimbang, Objektif, Ringkas, Jelas, dan Hangat.

Selain unsur-unsur berita wartawan juga harus memikirkan nilai berita, dalam cerita atau berita itu tersirat pesan yang ingin disampaikan waratwan kepada pembacanya. Ada tema yang diangkat dari suatu peristiwa. Nilai berita ini menjadi menentukan berita layak berita. Menurut Ishwara (2005 : 53) peristiwa-peristiwa yang memiliki nilai berita ini misalnya yang mengandung konflik, bencana dan kemajuan, dampak, kemasyhuran, segar dan kedekatan, keganjilan, human interest, seks, dan aneka nilai lainnya.


(22)

1. Aktualitas, berita tak ubahnya seperti es krim yang gampang meleleh, bersamaan dengan berlalunya waktu nilainya semakin berkurang. Bagi surat kabar, semakin aktual berita-beritanya, artinya semakin baru peristiwa itu terjadi, maka semakin tinggi nilai beritanya.

2. Kedekatan, peristiwa yang mengandung unsur kedekatan dengan pembaca akan menarik perhatian. Kedekatan yang dimaksud tidak hanya kedekatan secara geografis tapi juga kedekatan emosional.

3. Keterkenalan, kejadian yang menyangkut tokoh terkenal (prominent names) memang akan banyak menarik pembaca. Hal ini tidak hanya sebatas nama orang saja, demikian pula dengan tempat-tempat terkenal,

4. Dampak

Berita memiliki banyak jenis, Menurut Sumadiaria ( 2005 : 69-71 ) dalam dunia jurnalistik berita berdasarkan jenisnya dapat dibagi dalam tiga kelompok :

1. Elementary yaitu :

a. Straight News report adalah laporan langsung mengenai suatu peristiwa. Biasanya berita jenis ini ditulis dengan unsur-unsur yang dimulai dari what, when, why, where, who, dan how (5W+1H).


(23)

b. Depth News Report merupakan laporan yang sedikit berbeda dengan Straight News report. Reporter (wartawan) menghimpun informasi dengan fakta-fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi tambahan untuk peristiwa itu sendiri.

c. Comprehensive News merupakan laporan tentang fakta yang bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. Berita menyeluruh, mencoba menggabungkan berbagai serpihan fakta itu dalam satu bangunan cerita peristiwa sehingga benang merahnya terlihat dengan jelas.

2. Intermediate yaitu :

a. Interpretative Report lebih dari sekedar Straight News report dan depth news . berita interpretative biasanya memfokuskan pada sebuah isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa kontroversial. Dalam jenis laporan ini reporter menganalisis dan menjelaskan.

b. Feature Story berbeda dengan jenis berita-berita di atas yang menyajikan informasi-informasi penting, di feature story penulis mencari fakta untuk menarik perhatian pembaca. Penulisan feature lebih bergantung pada gaya penulisan dan humor daripada pentingnya informasi yang disajikan.


(24)

a. Depth Reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam, lengkap, dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual.dengan membaca karya pelaporan mendalam, orang akan mengetahui dan memahami dengan baik duduk perkara suatu persoalan dilihat dari berbagai perspektif atau sudut pandang.

b. Investigative Reporting berisikan hal-hal yang tidak jauh berbeda dengan laporan interpretatif. Berita jenis ini biasanya memusatkan pada sejumlah masalah dan kontroversi. Dalam laporan investigatif waratawan melakukan penyelidikan untuk memeperoleh fakta yang tersembunyi demi tujuan. Pelaksanaannya sering ilegal atau tidak etis

c. Editoral Writing adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di depan sidang pendapat umum. Editorial adalah penyajian fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita yang penting dan mempengaruhi pendapat umum

Yang dapat membedakan antara berita dengan bukan berita salah satunya adalah pada ada tidaknya opini. Hal ini didasari bahwa sebuah berita berasal dari suatu fakta sedangkan opini berangkat dari suatu pemikiran. Berita mempresentasikan fakta sedangkan opini mempresentasikan gagasan atau ide. Dalam kacamata jurnalistik, tidak semua fakta adalah berita.


(25)

Suatu fakta dapat dikatakan berita, apabila memenuhi syarat antara lain telah dipublikasikan oleh seseorang atau institusi yang jelas identitasnya, fakta tersebut dihimpun oleh jurnalis dengan cara yang sesuai dengan standart operasional dan prosedur dalam profesi jurnalistik (jurnal mata kuliah dasar-dasar jurnalistik).

Untuk membuat berita paling tidak, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Menjaga objektifitas dalam pemberitaan.

2. Fakta tidak boleh diputar balikkan sedemikian rupa hingga tinggal sebagian saja.

3. Berita itu harus menceritakan segala aspek secara lengkap.

Berdasarkan pasal dari kode etik jurnalistik milik AJI (pasal 3/14 Maret 2006) dijabarkan melalui sebagai berikut :

a. Menguji informasi berarti melakukan cek dan re-cek tentang kebenaran informasi.

b. Berimbang dengan memberikan ruang pemberitaan kepada masing-masing pihak secara proporsional.


(26)

d. Azas praduga tak bersalah adalah prinsip dengan tidak menghakimi seseorang.

Setiap berita yang disuguhkan harus dapat dipercaya namun juga dapat menarik perhatian khalayak sehingga lewat menyajikan hal-hal yang factual dari apa adanya, kebenaran isi cerita yang disampaikan tidak menimbulkan tanda tanya dan ada kesesuaian dari judul dengan isi berita.

Unsur yang penting dalam menyajikan berita adalah kesesuaian antara judul berita dengan isinya, terlebih lagi bagi media massa cetak dengan pembaca yang memiliki karakteristik pembaca sekilas. Judul berita harus mempresentasikan seluruh isi berita, hal ini dimaksudkan untuk menghindari salah persepsi saat berita dibaca hanya menarik saat dibaca sekilas oleh khalayak melalui judul yang bombastis namun tidak sesuai dengan isi.

Kesesuaian judul dengan isi berita juga merupakan salah satu bentuk kejujuran jurnalis. Bila ingin berita laku keras, maka haruslah para jurnalis mencuri berita yang memiliki nilai penting dimata khalayak, bukannya melalui mengarang judul berita yang se bombastis mungkin sedangkan tidak tercermin pada isi beritanya.

Pada jurnal mata kuliah jurnalistik, dikatakan fungsi judul berita adalah :

1. Memberikan identitas pada berita


(27)

3. Menarik perhatian pembaca

Mutu surat kabar dalam penyajiannya sangat sering juga menyertakan gambar, foto, ilustrasi kartun maupun bagan ataupun table yang berguna untuk memperjelas isi pemberitaan. Penempatan adanya data pendukung berita ini sangat penting atas pertimbangan berikut :

1. Foto, gambar, table, dan ilustrasi merupakan unsure berita yang pertama kali menangkap mata serta perhatian pembaca. Woodburn (yang dikutip dari jurnal jurnalistik media cetak) menjelaskan bahwa data pendukung berita di atas, memiliki kekuatan stopping power serta menjelaskan bagian dari unsure berita yang disajikan.

2. Foto dalam surat kabar, dapat digunakan dalam komunikasi dengan pembaca yang memiliki latar belakang beranekaragam karena foto mampu menyajikan berita melalui bahasa foto lebih universal.

2.2. Pers Dalam Kaidah Jurnalistik

Ketika semua orang memiliki hak suara, maka mereka pun merasa ikut berkepentingan dengan jalannya pemerintahan. Setiap orang dengan intensitas yang berbeda-beda, mulai ikut berpartisipasi dalam urusan publik. Dalam kaitan inilah pers menjadi sangat penting untuk menjaga sistem politik. Pers juga menjadi sumber informasi atau pendidik, sumber nilai-nilai budaya baru, sekaligus sumber hiburan. (Rivers, 2004:51)


(28)

Ada dua pengertian pers, yaitu pers dalam arti sempit dan pers dalam arti luas. Pers dalam arti sempit adalah media massa cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid mingguan, dan sebagainya. Sedangkan pers dalam arti luas meliputi media massa cetak elektronik antara lain radio dan televisi, sebagai media yang menyiarkan karya jurnalistik. ( Effendy, 2000:90)

Jadi secara tegas, pers adalah lembaga atau badan atau organisasi yang menyebarkan berita sebagai karya jurnalistik kepada khalayak. Pers dan jurnalistik dapat diibaratkan sebagai raga dan jiwa. Pers adalah aspek raga, karena ia berwujud, konkret atau nyata, oleh karena itu dapat diberi nama. Desangkan jurnalistik adalah aspek jiwa, karena ia abstrak, merupakan kegiatan daya hidup yang menghidupi aspek pers itu sendiri.

Sedangkan pengertian pers di Indonesia tercantum dalam Undang-undang No.11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers dan Undang-undang No. 21 Tahun 1982 tentang Perubahan Atas Undang-undang no. 11 Tahun 1966. dalam Undang –undang tersebut dinyatakan sebagai berikut:

”Pers adalah lembaga kemasyarakatan, alat perjuangan nasional yang mempunyai karya sebagai salah satu media komunikasi massa, yang bersifat umum berupa penerbitan yang teratur waktu terbitnya dilengkapi atau tidak diperlengkapi dengan alat-alat milik sendiri berupa percetakan alat-alat foto, klise, mesin-mesin stencil atau alat-alat tehnik lainnya.”


(29)

Jadi berdasar definisi pers diatas jelas tercantum bahwa pers harus mempunyai idealisme, yakni bahwa pers Indonesia merupakan alat perjuangan nasional, bukan sekedar penjual berita hanya untuk mencari keuntungan finansial.

Tugas dan fungsi pers adalah mewujudkan keinginan manusia yang haus akan kebutuhan informasi tersebut melalui medianya. Tetapi fungsi pers bukan hanya itu, menurut Kusumaningrat fungsi pers yang lebih detail adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Informatif

Yaitu memberikan informasi atau berita kepada khalayak dengan cara yang teratur. Pers menghimpun berita yang dianggap berhuna dan penting bagiorang banyak dan kemudian menuliskan dengan kata-kata. Pers memberitakan suatu kejadian pada saat itu dan tidak menutup kemungkinan bahwa pers juga memperingatkan khalayaknya tentang peristiwa yang diduga akan terjadi.

2. Fungsi Kontrol ( fungsi watchdog )

Pers harus memberitakan apa yang berjalan dengan baik dan tidak berjalan dengan baik. Fungsi ini harus dilakukan dengan lebih aktif oleh pers daripada oleh kelompok organisasi masyarakat lain seperti LSM, dan lain sebagainya.


(30)

Pers harus menceritakan kepada masyarkat tentang arti suatu kejadian (biasanya melalui tajuk rencana atau tulisan latar belakang) dan jika diperlukan, pers juga memberitahukan tindakan yang seharusnya diambil oleh masyakarat dan memberikan alasan mengapa harus bertindak.

4. Fungsi Menghibur

Mereka menceritakan kisah yang menarik dan lucu untuk khalayak ketahui (humor, drama serta musik) meskipun kisah itu tidak terlalu penting.

5. Fungsi Regeneratif

Pers membantu menyampaikan warisan sosial kepada generasi baru terjadi proses regenerasi dari angkatan yang sudah tua kepada angkatan yang lebih muda dengan cara menceritakan bagaimana sesuatu itu dilakukan dimasa lampau, bagaimana dunia dijalankan sekarang, bagaimana itu diselesaikan dan apa yang dianggap dunia itu benar atau salah.

6. Fungsi Pengawalan Hak-Hak Warga Negara

Pers harus menjaga baik-baik jangan sampai timbul tirani golongan mayoritas dimana golongan mayoritas itu menguasai dan menekan golongan mayoritas. Pers harus bekerja berdasarkan teori tanggung jawab dan menjami hak setiap pribadi untuk didengar dan diberi penenrangan


(31)

sesuai dengan yang dibutuhkannya. Dalam beberapa hal khalayak hendaknya diberi kesempatan untuk menulis kritik dalam media terhadap segala sesuatu yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat, bahkan juga tidak menutup kemungkinan untuk mengkritik medianya sendiri.

7. Fungsi Ekonomi

Pers juga dapat berfungsi secara ekonomi yaitu dengan cara melayani sistem ekonomi melalui iklan

8. Fungsi Swadaya

Untuk memelihara kebebasan yang murni, pers berkewajiban untuk memupuk kekuatan modalnya sendiri agar tidak ditempatkan dibawah kehendak siapa saja yang mampu membayarnya sebagai balas jasa. ( Kusumaningrat, 2005 : 27-29 )

Hubungan pers sebagai media yang menjembatani masyarakat dan sistem pemerintahan mempunyai hubungan yang berkesinambungan dan saling menguntungkan.

2.3. Jurnalisme Online Sebagai Media Massa

Sejarah media massa memperlihatkan bahwa sebuah teknologi baru tidak pernah menghilangkan teknologi yang lama, namun mensubstitusinya. Radio tidak menggantikan surat kabar, namun menjadi sebuah alternatif, menciptakan sebuah kerajaan dan khalayak baru. Demikian halnya dengan televisi, meskipun televisi


(32)

melemahkan radio, tetapi tetap tidak dapat secara total mengeliminasinya. Maka, cukup adil juga untuk mengatakan bahwa jurnalisme online mungkin tidak akan bisa menggantikan sepenuhnya bentuk-bentuk media lama. Melainkan, tampaknya menciptakan suatu cara yang unik untuk memproduksi berita dan mendapatkan konsumen berita. Jurnalisme online tidak akan menghapuskan jurnalisme tradisional, namun meningkatkan intensitasnya. Dengan menggabungkan fungsi-fungsi dari teknologi internet dengan media tradisional. (Santana, 2005:135)

Secara teknis, momen paling fundamental dalam jurnalisme online adalah penemuan WWW. Namun secara profesional, momen tersebut dimulai dari pecahnya berita mengenai Drudge Report yang menyangkut skandal Lewinsky, ketika sebuah e-mail dikirimkan ke 50 ribu pelanggan pada tanggal 18 Januari 1998. Dalam setiap aspek penting kisah ini, menurut Lasica ketika menulis Internet Journalism and The Clinton-Lewinsky Investigation, medium internet

digunakan untuk “membongkar berita-berita skandal, menyuarakan tuduhan-tuduhan baru, dan merilis secara keseluruhan laporan final Starr atas investigasinya.” Jurnalisme online telah memicu tren alternatif, mengklaim bahwa jurnalisme online telah mengubah segala aktivitas jurnalistik dan kegiatan lama profesi jurnalisme. Sejak itu, jurnalisme online telah maju secara dramatis. Kini, hampir seluruh media berita memiliki web yang hadir dalam berbagai bentuk. Terdapat tiga kelompok situs berita dalam kaitannya dengan isi. (Santana K, 2005:136)


(33)

Model situs berita secara general yang kebanyakan digunakan oleh media berita tradisional sekadar merupakan edisi online dari medium induknya. Isi orisinalnya diciptakan kembali oleh internet dengan cara mengintensifkan isi dengan kapasitas-kapabilitas teknis dari cyberspace. Washington Post Online (www.washingtonpost.com), CNN Interactive (www.CNN.com) adalah contoh-contoh tipikal tipe ini.

Pada model situs kedua, bentukan situs Web-nya berisikan orisinalitas indeks, dengan cara mendesain ulang dan merubah isi dari berbagai media berita. Saloon, Slate and Drudge Report masuk ke dalam tipe ini. Situs ini memendekkan portal-portal pemberitaan melalui indeksisasi dan kategorisasi, hasil seleksi berbagai media dan isi mereka. Model situs ini memfokuskan isu-isu spesifik, melayani kepentingan komunitas dan kelompok-kelompok sosial tertentu, serta membuat saluran pertukaran pikiran dan diskusi interaktif dengan pembacanya.

Model situs ketiga berisi diskusi dan komentar-komentar pendek tentang berita dan media. Media-media watchdogs masuk ke dalam kelompok ini. Mereka menjadi saluran untuk diskusi masyarakat mengenai permasalahan yang mencuat.

Internet adalah medium terbaru yang mengkonvergensikan seluruh karakteristik dari bentuk-bentuk terdahulu. Karena apa yang berubah bukanlah substansinya, melainkan mode-mode produksi dan perangkatnya. (Hilf, 2000:27)

Teori konvergensi menyatakan bahwa berbagai perkembangan bentuk media massa terus merentang dari sejak awal siklus penemuannya. Setiap model


(34)

media terbaru tersebut cenderung merupakan perpanjangan, atau evolusi, dari model-model terdahulu. Dalam konteks ini, internet bukanlah suatu pengecualian. (Stoval, 2005:116)

Sebagai bagian dari institusi komunikasi massa formal, jurnalisme online pun menganut ciri-ciri dan sifat media massa, yaitu :

a.Komunikator melembaga b.Pesan teroganisir

c.Program berlanjut d.Periodik

e.Universal f.Komersial

g.Memiliki status hukum h.Aktualitas pesan tinggi i.Secara stimultan/publikatif j.Profesional

k.Komunikasi heterogen

Jurnalisme online adalah tipe baru jurnalisme karena memiliki sejumlah fitur dan karakteristik yang berbeda dari jurnalisme tradisional. Fitur-fitur uniknya mengemuka dalam teknologinya, menawarkan kemungkinan-kemungkinan tidak terbatas dalam memproses dan meyebarkan berita, J.Pavlik dalam bukunya Journalism and New Media menyebut tipe baru jurnalisme ini sebagai “contextualized journalism”, karena mengintegrasikan tiga fitur komunikasi yang


(35)

unik, yaitu kemampuan-kemampuan berdasarkan platform digital, kualitas-kualitas interaktif komunikasi online, dan fitur-fitur yang ditatanya (costumizeable features). (Santana, 2005:137)

Karakter jurnalisme online yang paling terasa meskipun belum tentu disadari adalah kemudahan bagi penerbit maupun masyarakat untuk membuat peralihan waktu penerbitan dan pengaksesan. Penerbit online bisa menerbitkan maupun mengakses artikel-artikel untuk dapat dilihat saat ini maupun nanti. Ini sebenarnya juga dapat dilakukan oleh jurnalisme konvensional, namun jurnalisme online dimungkinkan untuk melakukannya dengan lebih mudah dan cepat karena informasi yang disebarluaskan lebih cepat daripada jurnalisme konvensional. Sebagai bagian dari media massa, jurnalisme online pun memiliki dan menjalankan fungsi-fungsi media massa, yaitu :

a. Fungsi Informasi

Melalui media massa, baik cetak maupun elektronik, masyarakat mendapatkan informasi mengenai berbagai fenomena kehidupan bermasyarakat dan bernegara, mulai dari informasi mengenai aspek sosial, kriminalitas, budaya, ekonomi, sampai dengan informasi mengenai politik. Media juga menjadi sarana komunikasi yang efektif antara pemerintah sebagai pengambil kebijakan dengan masyarakat. Dalam berbagai aspek, media merupakan pemberi informasi yang pertama kepada masyarakat.


(36)

Merupakan fungsi yang dilakukan oleh media massa dalam emberikan pendidikan kepada masyarakat, termasuk pembinaan moral dan pendidikan budi pelerti. Informasi yang diberikan kepada masyarakat memberikan wawasan kepada masyarakat, baik mengenai nilai-nilai maupun norma-norma yang mampu memberikan penyadaran kepada masyarakat seperti mengenai ekonomi, politik, hukum, sosial budaya dan aspek lain yang pada intinya informasi yang diberikan merupakan upaya pemberdayaan masyarakat.

c. Fungsi Hiburan

Media massa juga memiliki fungsi hiburan, terlebih dengan media elektronik yang secara umum merupakan sarana hiburan bagi masyaakat Indonesia pada umumnya. Setiap hari berbagai acara hiburan ditayangkan di televisi, baik hiburan untuk anak-anak maupun orang dewasa. Bahkan media massa sekarang seolah-olah menjadi “agama baru” yang dapat menggeser nilai-nilai moral dari institusi lain, baik keluarga, sekolah, maupun agama.

d. Fungsi Kontrol Sosial

Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, media juga melaksanakan fungsi kontrol sosial. Media memberikan sosialisasi nilai baik dan buruk, media juga menjadi sarana yang efektif dalam memberikan kontrol kepada pengambil kebijakan dengan memberitakan isu yang memancing opini publik.


(37)

Media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realisasi dunia yang benar-benar terjadi, agar gambar realitas yang ada di benak khalayak – the world outside and the pictures in our head, tidaklah bias dikarenakan informasi media massa tidak kontekstual dengan realitas. Secara ideal, setiap berita yang disajikan dalam suatu media harus memenuhi unsure objektifitas.

Media massa yang sarat dengan informasi adalah pers. Pers merupakan cermin realitas karena pers pada dasarnya lebih menekankan fungsi sebagai sarana pemberitaan. Isi pers yang utama adalah berita. Fakta dan realitas adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari konsep objektifitas. Oleh karena itu jika terdapat sebuah paradigma yang berkaitan dengan ilmu jurnalistik, pasti ditemukan sebuah paradigma yang mensyaratkan adanya konsep objektifitas dalam penyajian berita.

Pers senantiasa dituntut mengembangkan pemberitaan yang obyektif, yaitu “reporting format that generally spates fact from pinion present an emotionally detached view of the news, and strives for fairness and balanced” (DeFleur, 1994 : 635).

Dalam jurnalisme, kebenaran tidaklah bisa diklaim oleh satu pihak, namun harus dikonfirmasikan menurut kebenaran dari pihak lain. Inilah mengapa pemberitaan di surat kabar selalu dituntut untuk mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektifitas yang juga sering disebut sebagai pemberitaan cover both side, dimana pers menyajikan semua pihak yang terlibat sehingga pers mempermudah pembaca menemukan kebenaran. Selain fairness, pers


(38)

juga dituntut melakukan pemberitaan yang akurat, tidak bohong, menyatakan fakta bila itu memang fakta, dan pendapat bila itu memang pendapat, dikutip dari Siebert tahun 1986 (Bungin, 2003 : 153 – 154).

Jurgen Westerstahl menjabarkan konsep objektifitas pada bagan berikut :

Bagan 1. Konsep Obyektivitas Westerstahl (Westerstahl, 1983 : 405)

Westerstahl mengajukan komponen utama objektifitas berita dalam observasinya “maintaining objectivity in the dissemination of news can, it seems to me, most easily be defined as” adherence to certain norm or standards” (Charllote, 2006 : 7 – 8 yang dikutip dari Westerstahl, 1983 : 403).

Kefaktualan dikaitkan dengan bentuk penyajian laporan tentang peristiwa atau pernyataan yang dapat dicek kebenarannya pada sumber dan disajikan tanpa komentar. Impartialitas dihubungkan dengan sikap netral wartawan/reporter, suatu sikap yang menjauhkan setiap penilaian pribadi dan subyektif demi pencapaian sasaran yang diinginkan. Hanya saja, ada jurnalis yang menempatkan objektifitas sebagai simbol keyakinan di dalam pekerjaannya, dan ada pula jurnalis yang

Objectivity

 

Faktuality

 

Impartiality

Truth

  

Relevance

 

Balance

 

/

 

non

 

Neutral

 

Presentation

 


(39)

mengoperasionalisasikan objektifitas dalam rutinitas tugas serta tanggungjawabnya sehari-hari ( Charilote, 2006 : 3).

Objektivitas merupakan nilai etika dan moral yang harus dipegang teguh oleh media dalam menjalankan profesi jurnalistik. Dalam pasal 3, Kode Etik Jurnalistik yang dikeluarkan oleh AJI 14 Maret 2006 dikatakan “wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi serta menetapkan azas praduga tak bersalah”.

Rachma Ida, membuat sebuah kategorisasi yang mengukur objektifitas pers sebuah surat kabar dengan tiras minimal 100.000 eksemplar. Dengan obyek penelitian berita politik dengan skala nasional yang menjadi berita utama (Kriyantono, 2006 : 224). Rachma Ida disini mencoba untuk mengukur Objektifitas pemberitaan surat kabar dengan mengoperasionalisasikan dalam dimensi-dimensi objektifitas yang terdiri dari aktualitas, fairness dan validitas pemberitaan, berikut kategorisasi objektifitas menurut Rachma Ida (Kriyantono, 2006 : 244 dan juga dalam Bungin, 2003 : 154-155).

a. Akurasi pemberitaan, yaitu menyangkut kejujuran dalam pemberitaan yang meliputi:

1) Kesesuaian judul berita dengan isi berita. 2) Pencantuman waktu terjadinya suatu peristiwa.


(40)

3) Penggunaan data pendukung atau kelengkapan informasi atas kejadian yang ditampilkan.

4) Faktualitas berita, yaitu menyangkut ada tidaknya pencampuran fakta dengan opini wartawan yang menulis berita.

b. Fairness atau ketidakberpihakan pemberitaan, yaitu yang menyangkut keseimbangan penulisan berita yang meliputi :

1) Ketidakberpihakan, dilihat dari sumber berita yang digunakan. 2) Ketidahberpihakan dilihat dari ukuran fisik luas kolom.

c. Validitas keabsahan pemberitaan, diukur dari :

1) Atribusi, yaitu pencantuman sumber berita secara jelas (baik identitas maupun dalam upaya konfirmasi atau check dan re check).

2) Kompetensi pihak yang dijadikan sumber berita yang mendapatkan informasi yang digunakan untuk mengetahui validitas suatu kronologi peristiwa (berita yang menyangkut peristiwa dengan kronologi kejadiannya), apakah berasal dari apa yang dilihat, atau hanya sekedar kedekatannya dengan media yang bersangkutan atau karena jabatannya. Kategori ini dibagi menjadi : wartawan, pelaku langsung dan bukan pelaku langsung.

Objektifitas, betapapun sulitnya harus diupayakan oleh insan pers. Objektifitas berkaitan erat dengan kemandirian pers sebagai institusi sosial, hal ini penting mengingat signifikasi efek media terhadap khalayak.


(41)

2.4.1. Konsep Penyajian Berita

Konsep penyajian berita salah satunya kembali pada konsep aktualitas

yang menurut Denis McQuail merupakan ciri utama berita melalui menyajikan suatu peristiwa terbaru, karena itu, sangat penting adanya pemberian identitas waktu dalam sebuah penyajian berita.

Dalam sebuah berita yang idealnya mengambil bentuk piramida terbalik yang diurutkan dengan menjelaskan mulai dari bagian berita yang terpenting sampai pada yang kurang penting, letak tanggal terjadinya peristiwa umumnya terletak pada bagian teras berita. Bentuk penulisan Piramida Terbalik (Inverted Pyramid), seperti pada gambar berikut :

(Gambar Piramida Terbalik 5W+ 1H)

J U D U L

LEAD (5W + 1H)

TUBUH

Rincian lead, latar belakang

dan informasi lanjutan

Sangat


(42)

Pada Piramida terbalik ini, penulisan berita dimulai dengan membuat lead atau teras berita sebagai paragraf pertama. Dalam penulisan lead ini mencakup rumus dasar dalam menulis berita berupa 5W + 1H yaitu :

a. What : Peristiwa atau hal apa yang terjadi b. Where : Dimana peristiwa itu terjadi c. When : Kapan peristiwa itu terjadi

d. Why : Mengapa peristiwa tersebut terjadi

e. Who : Siapa saja yang terlibat dalam peristiwa tersebut f. How : bagaimana peristiwa tersebut terjadi

Kemudian, lead dikembangkan atau teras berita tersebut dijadikan sebagai paragraf kedua dan digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan atau mendukung tulisan pada paragraf pertama.

Paragraf ketiga dan selanjutnya adalah sebagai tubuh berita. Selain susunan berita yang berbentuk piramida terbalik, yang harus diperhatikan adalah :

a. Paragraf : lebih baik menggunakan alenia pendek sehingga dapat memberi kesan yang santai dan mudah untuk dibaca.

b. Gaya bahasa : penggunaan gaya bahasa yang dipakai dapat dimengerti oleh semua pihak, baik kalangan atas atau bawah bahkan pula yang tidak


(43)

berpendidikan. Hal ini dikarenakan khalayak daripada media massa yang bersifat heterogen.

c. Ekonomis kata : harus menggunakan kalimat yang sesingkat mungkin untuk mengungkapkan satu maksud. Artinya satu gagasan satu kalimat.

d. Objektifitas : suatu berita harus tetap dijaga dalam Press Release walaupun mengandung suatu tujuan tertentu. Sehingga seseorang beropini, namun haruslah jelas opini tersebut dinyatakan oleh siapa.

e. Tetap menjaga keakurasian tulisan atau informasi : karena mampu mempengaruhi opini pembaca tentang kredibilitas seorang Publik Relations sebagai sumber informasi.

f. Data perlu diperhatikan Panjang sebuah Press Release : dalam penulisannya sebaiknya tidak lebih dari dua halaman, sehingga perlu dihindari penggunaan kata yang berbelit-belit.

Bagian terakhir dalam penyajian berita namun bagiannya merupakan hal yang tidak kalah penting yaitu berhubungan dengan persyaratan adanya fakta-fakta yang siap untuk diverifikasi, data terbuka untuk diadakan penelusuran, narasumber yang memberikan informasi mudah dikenali serta berbagai pertanggungjawaban berita lainnya.

Nara sumber dalam berita penting karena berkaitan dengan kredibilitas media massa yang bersangkutan. Ini dikarenakan, perihal nara sumber berkaitan erat dengan kelanjutan adanya penuntutan bilamana ada pihak yang merasa


(44)

dirugikan akan pemberitaan tersebut. Karena itu, masalah nara sumber, jurnalis dituntut untuk se-valid mungkin dalam menyajikan berita.

2.5. Kerangka Berpikir

Seperti yang telah diketahui bahwa pekerjaan media adalah pekerjaan yang berhubungan dengan pembentukan realitas. Sehingga, pada dasarnya berita yang tersaji di hadapan khalayak merupakan hasil olahan atau konstruksi wartawan sebagai perpanjangan tangan dari media. Karena semua pekerja jurnalis adalah agen : bagaimana peristiwa yang acak dan kompleks itu disusun sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah berita yang dapat dipahami dan dimengerti oleh khalayak.

Demikian halnya dengan berita mengenai tentang film documenter yang berjudul Cowboys in Paradise pada situs berita Kompas.com yang memiliki sudut pandang dalam pemberitaannya mengenai realitas yang ada. Pemuatan berita-berita mengenai tentang film documenter yang berjudul Cowboys in Paradise di media online khususnya Kompas.com, dipilih penulis sebagai subyek penelitian.

Berita mengenai tentang film documenter yang berjudul Cowboys in Paradise yang muncul di media online Kompas.com tersebut dianalisis menggunakan analisis isi atau objektivitas pemberitaan menurut Rahma Ida (Kriyantono, 2006 : 244). Yang terdiri dari tiga elemen, yaitu akurasi pemberitaan, ketidak berpihakan pemberitaan (fairness), validitas keabsahan. Ketiga struktur tersebut merupakan suatu


(45)

rangkaian yang dapat mewujudkan analisis isi atau obyektivitas pemberitaan dari suatu media. Selengkapnya, tertera pada bagan dibawah ini.

  Berita film documenter Cowboys in Paradise pada tanggal 26 April - 4 Mei 2010 

Kategorisasi Obyoektivitas : 1. Akurasi Pemberitaan :

1. Kesesuaian judul berita sesuai isi berita

2. Pencantuman Waktu Terjadinya Suatu Peristiwa 3. Penggunaan Data Pendukung,

Kelengkapan Informasi Atas Kejadian yang Ditampilkan 4. Faktualitas Berita

5. Fairness/Ketidakberpihakan Pemberitaan:

2. Fairness/Ketidakperpihakan pemberitaan :

1. Dilihat Dari Sumber Berita yang Digunakan

2. Dilihat Dari Ukuran Fisik Luas Kolom yang Digunakan

3. Validitas Keabsahan: 1. Atribusi

2. Kompetensi Sumber Berita

A N A L I S I S I S I K E S I M P U L A N


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan metodologi riset kuantitatif yang mengharuskan peneliti mersikap obyektif dan memisahkan diri dari data, karena riset ini menggambarkan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan.

Berdasarkan metodologi di atas, penelitian ini menggunakan metode analisis isi. Analisis isi digunakan untuk menganlisis isi pesan yang tampak, dengan cara sistematik dan obyektif. Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian deskriptif yang bertujuan membuat deskripsi secara sistematik, faktual, akurat tentang fakta serta sifat yang dimiliki suatu populasi yang diteliti.

3.1.1. Berita Film Documenter Cowboys in Paradise

Film ini menggambarkan bagaimana kehidupan gigolo di Kuta, yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan wanita yang tengah berlibur di Bali. Bahkan, dalam cuplikan video Cowboys in Paradise ada pernyataan "Seorang istri gigolo yang merelakan suaminya tidur bersama pelanggan asingnya." Pria-pria yang diduga gigolo ini selanjutnya dibawa ke Kantor Lurah Kuta untuk pemeriksaan identitas dan keterangan tentang keterkaitannya terhadap film Cowboys in Paradise. (sumber : Kompas.com).


(47)

Film ini menggambarkan bagaimana kehidupan gigolo di Kuta, yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan wanita yang tengah berlibur di Bali. Bahkan, dalam cuplikan video Cowboys in Paradise ada pernyataan "Seorang istri gigolo yang merelakan suaminya tidur bersama pelanggan asingnya." Pria-pria yang diduga gigolo ini selanjutnya dibawa ke Kantor Lurah Kuta untuk pemeriksaan identitas dan keterangan tentang keterkaitannya terhadap film Cowboys in Paradise. (sumber : Kompas.com).

Cowboys in Paradise garapan sutradara Amit Virmani merupakan film dokumenter yang mengisahkan sepak terjang para gigolo sehingga menjadikan Bali sebagai tujuan wisata yang menarik bagi para turis asing perempuan. Tidak hanya masyarakat Kuta yang terusik dengan munculnya film Cowboys In Paradise, kepolisian daerah Bali pun tidak tinggal diam. Polisi kini mulai turun tangan menyelidiki film yang dinilai merusak citra pariwisata Bali tersebut. (sumber : kompas.com).

Ketua Badan Pariwisata Bali Ngurah wijaya yakin, miunculnya film gigolo berjudul cowboys in paradise sangat kecil pengaruhnya pada citra pariwisata pulau dewata yang dikenal dengan wisata budaya. Meskipun demikian, masalah itu tetap harus dilihat sebagai pelajaran berharga karena fenomena pelacuran yang mengunakan kedok pariwisata itu bisa saja betul-betul terjadi di tempat tujuan wisatawan asing. (sumber : kompas.com)


(48)

Pihak Kepolisian Daerah Bali terus melakukan penyidikan terkait film Cowboys in Paradise, yang dinilai telah meresahkan dan memperburuk citra Bali. Dari hasil penyelidikan sementara diperoleh fakta bahwa sutradara Cowboys in Paradise, Amit Virmani, telah membuat film tanpa izin. Dalam Undang-Undang Perfilman Nomor 8 Tahun 1992 Pasal 41 ayat 1 disebutkan bahwa barang siapa yang membuat usaha film tanpa izin dapat dipidana penjara selama 1 tahun atau denda Rp 40 juta. Saat ini Polda Bali telah membentuk tim khusus untuk mengusut kasus ini karena film tersebut dianggap telah meresahkan masyarakat Bali. (sumber : Kompas.com).

Polda Bali berencana memeriksa sutradara Cowboys in Paradise, Amit Virmani, terkait dugaan tindak pidana yang dilakukannya dalam proses pembuatan film yang mengisahkan kehidupan gigolo di Bali tersebut. Sejauh ini Polda Bali telah memeriksa beberapa orang terkait untuk dimintai keterangannya terkait peredaran film Cowboys in Paradise. (sumber : Kompas.com).

3.2. Kategorisasi Objektivitas Pers

Dari berita film documenter Cowboys in Paradise di media online Kompas.com yang dianalisa sebagai obyek dari penelitian ini yang kemudian penulis mengklasifikasikannya berdasarkan kategori yang telah dibuat dan disesuaikan agar diperoleh hasil yang akurat, karena validitas metode dan hasil-hasilnya sangat


(49)

bergantung dari kategori-kategorinya. Dengan demikian penelitian menggunakan kategorisasi yang digunakan oleh Rachma Ida, PhD.

Kategorisasi obyektivitas pemberitaan menurut Rahma Ida (Kriyantono, 2006 : 244).

3.2.1. Akurasi pemberitaan, yaitu kejujuran dalam pemberitaan. Meliputi :

1) Kesesuaian judul dengan isi berita. Ini menyangkut aspek relevansi, yaitu apakah kalimat judul utama (bukan subjudul) merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi berita atau kutipan yang jelas-jelas ada dalam isi berita. Dengan demikian ada dua kategori :

a) Sesuai, yaitu bila judul merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi berita atau kutipan yang jelas-jelas ada dalam isi berita.

b) Tidak sesuai, bila judul bukan merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi berita, atau bukan merupakan kutipan yang jelas-jelas ada dalam isi berita.

2) Pencantuman waktu terjadinya suatu peristiwa. Ini untuk melihat akurasi fakta atau opini. Terdapat dua kategori:

a) Mencantumkan waktu, yaitu bila berita mencantumkan waktu, bisa tanggal, kata-kata atau pernyataan tentang waktu atau keduanya sekaligus.


(50)

b) Tidak mencantumkan waktu, yaitu bila berita tidak mencantumkan waktu, bias tanggal, kata-kata atau pernyataan tentang waktu atau keduanya sekaligus.

3) Penggunaan data pendukung atau kelengkapan informasi atas kejadian yang ditampilkan antara lain menggunakan : tabel, statistik, foto, ilustrasi gambar dan lainnya. Ada dua kategori :

a) Ada data pendukung, yaitu bila berita dilengkapi salah satu data pendukung, seperti table, statistic, foto, ilustrasi gambar, buku, UU, dan lainnya.

b) Tidak ada data pendukung, yaitu bila berita tidak dilengkapi salah satu pendukung, seperti table, statistic, foto, ilustrasi gambar, buku, UU, dan lainnya.

4) Faktualitas berita, yaitu menyangkut ada tidaknya percampuran fakta dengan opini wartawan yang menulis berita. Ada dua kategori, yaitu : a) Ada pencampuran fakta dan opini, yaitu bila dalam berita itu terdapat

kata-kata opinionative, seperti : tampaknya, diperkirakan, seakan-akan, terkesan, kesannya, seolah, agaknya, diperkirseakan-akan, diramalkan, mengejutkan, kontroversi, manuver, sayangnya, dan kata-kata opinionative lainnya.

b) Tidak ada pencampuran fakta dan opini, yaitu bila dalam berita tidak terdapat kata-kata opinionative seperti : tampaknya, diperkirakan, seakan-akan, terkesan, kesannya, seolah, agaknya, diperkirakan,


(51)

diramalkan, mengejutkan, kontroversi, manuver, sayangnya, dan kata-kata opinionative lainnya.

3.2.2. Fairness dan ketidakberpihakan pemberitaan, yaitu menyangkut keseimbangan penulisan berita. Meliputi :

1) Ketidakberpihakan, dilihat dari sumber berita yang digunakan yaitu : a) Seimbang, yaitu bila masing-masing pihak yang diberitakan diberi

porsi yang sama sebagai sumber berita, dilihat dari jumlah sumber beritanya.

b) Tidak seimbang, yaitu bila masing-masing pihak yang diberitakan tidak diberi porsi yang sama sebagai sumber berita, dilihat dari jumlah sumber beritanya.

2) Ketidakberpihakan dilihat dari ukuran fisik luas kolom (centimeters kolom) yang dipakai yaitu :

a) Seimbang, jika luas kolom yang dipakai antara pihak-pihak yang terlibat dalam pemberitaan memiliki jumlah kesamaan.

b) Tidak seimbang, yaitu jika luas kolom yang dipakai antara pihak-pihak yang terlibat dalam pemberitaan tidak memiliki jumlah kesamaan.

3.2.3. Validitas keabsahan pemberitaan:

1) Atribusi, yaitu pencantuman sumber berita secara jelas (baik identitas maupun dalam upaya konfirmasi atau cek dan recek). Ada dua kategori yaitu:


(52)

a) Sumber berita jelas, jika dalam berita dicantumkan identitas sumber berita seperti nama, pekerjaan atau sesuatu yang memungkinkan untuk dikonfirmasi.

b) Sumber berita tidak jelas, jika dalam berita tidak dicantumkan identitas sumber berita seperti nama, pekerjaan atau sesuatu yang memungkinkan untuk dikonfirmasi.

2) Kompetensi pihak yang dijadikan sumber berita, apakah berasal dari apa yang dilihat sendiri oleh wartawan atau dari sumber berita yang menguasai persoalan atau hanya sekedar kedekatannya dengan media yang bersangkutan atau karena jabatannya. Ada dua ketegori, yaitu :

a) Wartawan, bila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil pengamatan wartawan sendiri secara langsung, yaitu mengungkap informasi sesuai dengan apa yang dilihat, didengar, dan diketahui oleh wartawan itu sendiri.

b) Pelaku langsung, bila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil wawancara wartawan dengan sumber berita yang mengalami langsung peristiwa tersebut. Misalnya, saksi mata, korban atau orang yang terlibat langsung dengan peristiwa itu sendiri atau berada di lokasi saat peristiwa terjadi.

c) Bukan pelaku langsung, bila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil wawancara wartawan dengan sumber berita yang tidak mengalami langsung peristiwa tersebut. Hanya karena jabatan atau


(53)

memiliki akses informasi lalu menjadi sumber berita. Misalnya, petugas humas, juru bicara, dan lainnya yang tidak berada di lokasi saat peristiwa terjadi.

3.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel

3.3.1. Populasi

Penentuan jumlah populasi dalam suatu penelitian merupakan upaya bagi peneliti untuk membatasi ruang lingkup analisisnya. Populasi dalam penelitian adalah seluruh berita yang ada di media online Kompas.com tentang berita film documenter Cowboys in Paradise pada tanggal 26 April 2010 – 30 April 2010. Populasi penelitian ini adalah 5 berita film documenter Cowboys in Paradise pada tanggal 26 April 2010 – 30 April 2010.

3.3.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Dalam penarikan sampel, tidak ada ketentuan pasti mengenai jumlah besar-kecilnya. Hanya saja, yang diutamakan dalam pengambilan sampel haruslah representatif atau mampu mewakili secara keseluruhan (Kriyantono 2006 : 151), menyatakan besaran sampel tidak ada ketentuan pastinya, yang penting adalah hasilnya yang representatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan penulis total sampling, yaitu sample diambil secara keselurahan dari jumlah populasi yang didasarkan pada keseluruhan unit populasi, yakni berita film documenter Cowboys in Paradise di media online Kompas.com yang menjadi populasi dalam penelitian ini.


(54)

Jumlah berita tentang film Cowboys In Paradise pada tanggal 26 April – 30 April 2010 diperoleh sebanyak 5 berita. Jadi sampel yang diambil adalah 5 sesuai dengan jumlah populasi yang diperoleh memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sample. Dengan demikian harus dihindari adanya diskriminasi unit populasi antara satu dengan yang lain karena semua memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sample.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diambil secara langsung dari media online Kompas.com yang berupa unit berita pada tanggal 26 April – 30 April 2010 yang terlebih dahulu telah didokumentasikan. Prosedur yang digunakan dalam penilitian ini adalah ; pertama, dengan melakukan pencatatan setiap unit berita film documenter Cowboys in Paradise. Kedua, setiap data yang dikumpulkan dengan lembar koding untuk memasukkan data-data berdasarkan kategori-kategori yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan metode analisis data yang selanjutnya akan dilakukan proses penghitungan dan analisis, diinterpretasikan guna memperoleh jawaban dari permasalahan yang telah dirumuskan, serta untuk mengetahui tujuan penelitian.

3.5. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data, terlebih dahulu data yang terkumpul akan diuraikan dengan menggunakan lembar koding. Selanjutnya teknik analisis data yang


(55)

digunakan dalam penelitian ini adalah obyektivitas berita. Data di analisis dengan menggunakan tabel kategorisasi melalui tabel frekuensi. Dari tabel tersebut akan dilakukan analisis dan perhitungan prosentase atas akurasi, fairness, validitas berita yang diungkapkan dalam berita film documenter Cowboys in Paradise di media online Kompas.com.


(56)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah Kompas.com

Situs berita kompas.com adalah bagian dari group Kompas yang terletak di Jl. Palmerah selatan 19 Jakarta. Oleh karena itu keberadaannya tidak dapat terlepas dari sejarah surat kabar Kompas itu sendiri. Sejarah terbitnya kompas tidak bisa dipisahkan dengan pergolakan masa orde lama. Cikal bakal tebitnya kompas muncul atas ide dari pelaku sejarah pergolakan tersebut, yang gugur sebagai pahlawan revolusi yaitu letjen Ahmad Yani yang saat itu menjabat sebagai panglima TNI AD, menghubungi salah satu rekan sekabinetnya, Drs. Frans Seda, untuk menerbitkan surat kabar yang bias menyaingi dan mengimbangi pers komunis.

Drs. Frans Seda menyanggupi dan mempunyai satu pemikiran dengan sang pencetus ide. Drs. Frans Seda memantangkan penerbitan surat kabar tersebut dengan Ignantius Josef Kasimo, rekannya sesama partai kahtolik, berserta Petrus Kanisius Ojong dan Jakob Oetama yang keduanya aktif memimpin majalah Intisari.


(57)

dan ajakan tersebut. Mereka pun mempersiapkan sebuah nama Bentara rakyat. yang secara tegas mendefinisikan visi dan misinya sebagai pembela rakyat yang sebenarnya, Berbeda dengan surat kabar yang berideologi komunis bentukan Partai Komunis Indonesia.

Ketika Bentara Rakyat akan terbit, Drs. Frans Seda yang saat menjabat sebagai menteri perkebunan, dating menemui Presiden Soekarno untuk urusan kenegaraan. Presiden soekarno menanyakan nama Koran yang akan di terbitkan oleh Frans Seda, dan menyebutkan nama Bentara Rakyat di ubah menjadi “Kompas” yang berfusngsi sebagai penunjuk arah mata angin.

Kompas pun resmi menjadi nama surat kabar itu, sedangkan nama yang sudah disiapkan sebelumnya, yaitu Bentara rakyat dijadikan nama yayasan yang menerbitkan surat kabar Kompas. Pada bulan-bulan pertama kompas diplesetkan sebagai Kompt Pas Morgen atau “Kompas”, diawali tidak lebih dari 10 orang dibagian redaksi dan bisnis sampai tahun 1972, kantor redaksi ada di Jl. Pintu Besar selatan kemudian pindah ke Jl. Palmerah Selatan 22-26.

Undang-Undang pokok Pers pada tahun 1982 dan ketentuan surat izin usaha penerbitan pers mewajibkan untuk berbadan hokum. Oleh karena itu, sejak tahun1982 penerbit kompas bukan lagi yayasan Bentara Rakyat, tetapi PT Kompas Media Nusantara.

Awal mula penerbitan harian yang terbit di Ibukota di Negara ini, berada pada kondisi yang cukup memprihatinkan. Kantor yang di tempati terbagi dua dengan kantor majalah Intisari yang bertempat di Jl. Pintu Besar Selatan no. 86-88 Jakarta kota. Sedangkan percetakannya masaih menggunakan percetakan milik PN. Eka Grafika.


(58)

Setelah satu bulan mencetak penerbitannya pada PN. Eka Grafika, Kompas beralih pada percetakan masa Merdeka milik BM Diah. Ternyata kompas mendapat keuntungan lebih dengan mencetak penerbitannya di percetakan masa Merdeka ini ternyata hasil cetakannya jauh lebih bagus dan sudah menggunakan mesin rotasi sehingga daya cetaknya jauh lebih cepat. Sampai kemudian oplah Kompas meningkat hampir seratus persen.

Situasi dan kondisi yang tidak menentu pada orde lama mempengaruhi perkembangan Kompas selanjutnya penghentian penerbitanbeberapa surat kabar sehubungna dengan adannya pemberontakan G 30 S/PKI, juga menimpa Kompas. Tepatnya tanggal 2 Oktober 1965 Kompas dapat perintah untuk menghentikan kegiatannya. Namun manakala kondisi sudah mulai memulih, pada akhirnya kompas kembali diijinkan terbit kembali pada tanggal 6 Oktober 1965.

Selama pemerintahaan Orde Baru, kompas pernah tercatat sekali terkena larangan terbit, yaitu pada tahun 1978. Tercatat enam terbitan di masa itu mengakami nsaib yang sama dengan mekanisme pencabutan SIUUP. Keenam surat kabar itu adalah sinar Harapan, Merdeka, The Indonesian Times, Pelita, Sinar Pagi dan Pos Sore.

Namun hal itu tidak berlangsung lama, kemudian kompas kembali diijinkan terbit. Harian ini mulai menampakaan perkembangan yang pesat hingga oplahnya mencapai 300.000 eksemplar pada tahun 1982. Dan pada perkembangan selanjutnya tepatnya tahun 1997, Kompas menerbitkan tabloid yang terbit setiap minggu.

Permodalan surat kabar Kompas dimiliki secara bersama oleh yayasan Bentara Rakyat, yayasan kompas gramedia, Sejaterah, PT. Gramedia, PT Tiransito Asri Media, serta


(59)

atas nama perorangan, yaitu Jakob Oetama, Frans seda, dan P. Iswantoro. Dengan ijin terbit berdasarkan surat keputusan Menteri Penerangan no. 001/Mempen/SIUUP/A.7/1985 tanggal 10 November 1985.

Kemudian Kompas juga tidak mau ketinggalan ikut menyajikan media online yang di kenal dengan www.kompas.com. Sebelumnya kompas cyber media dikenal sebagai kompas online, yang menyediakan edisi internet dari harian kompas. Di akhir tahun 1972, manajemen kompas memutuskan untuk membuat perusahaan yang terfokus pada internet, sehingga kompas cyber media didirikan.

Dengan para professional di jurnalistik, teknologi informasi, bisnis dan periklanan dan juga para professional di internet, Kompas cyber media menjadi situs berita internet pertama kali di Indonesia yang dikelola secara professional. Di bulan Agustus 1998, Kompas cyber media di luncurkan kembali dengan pengembangan di isi, dsain, dan strategi iklan.

Kompas Cyber Media tidak hanya memberikan kesempatan beriklan kepada perusahaan-perusahaan, tetapi juga juga menyediakan jasa desain web, produksi web, aplikasi web, fasilitas e-commerce, konsultasi internet dan pemeliharaan web. Kompas Cyber Media mempunyai komitmen untuk mengembangkan penggunaan internet dan e-commerce di Indonesia. Hal ini di wujudkan dalam berbagai kegiatan.

Dibulan Desember 1998, Kompas Cyber Media mulai memberikan kesempatan kepada perusahaan-perusahaan untuk menjual produk mereka melalui internet. Saat itu pembayaran dilakukan secara offline yaitu transfer atau cash.


(60)

provider menyediakan fasilitas e-commerceyang lengkap dan sercure. Perusahan-perusahan dapat menfaatkan fasilitas tersebut untuk membangun took mereka di internet atau bergabung bersama internet mail Kompas Cyber Media yang disebut dengan webstore. Pembayaran dilakukan secara online melalui internet.

Komapas Cyber Media juga menyediakan dan memfasilitasi kebutuhan infrastruktur teknis bagi perusahaan yang membutuhkan, seperti secure server dan juga memberikan konsultasi dibidang strategic business, media dan internet.

Kompas cyber Media mempunyai tujuan utama untuk memberikan a high quality value proposition untuk para klien, dan juga memberikan solusi yang terintegrasi, baik di bidang internet atau mengkombinasikannya dengan media tradisional. Kompas Cyber Media memberikan produk-produk yang mengakomodasi berbagai kebutuhan dan anggaran dana klien. Salah satu filosofi perusahaan di relefasikan didalam responnya atas saran-saran dari klien

Kompas.com merupakan situs berita terpecaya di Indonesia, di update selama 24 jam sehari, dengan total readership lebih dari 15 juta orang. Tingkat kunjungan ke kompas.com atau lebih dikenal dengan sebutan page view, rata- rata mencapai 40 juta setiap bulan. Berita di kompas.com tak hanya saja bias di akses melalui internet, tapi juga melalui mobile (handphone).

Konotasi kompas masih berafiliasi dengan partai katolik tampaknya masih berbekas, terutama untuk mereka yang masih awam dengan kompas. Hal ini bias diperkuat apabila dilihat dari siapa yang mengasuh dan yang memiliki surat kabar ini demikian juga orientasi


(61)

politiknya kadang-kadang muncul secara terselubung walaupun barang kali tidak disadarinya. Hal ini tentunya berkaitan erat dengan sejarah berdirinya harian Kompas yang pada awalnya memang dekat dengan partai katolik. Ketika partai katolik difusikan kedalam PDI tahun 1973 Kompas berusaha menjadi media massa yang independen. Saat ini Kompas menghadirkan dirinya sebagaimana massa yang independen, dan lebih berorientasi bisnis. Meskipun demikian latar belakangnya sebagai media yang dekat dengan berbagai perdebatan itu menyangkut atau menyinggung kekuatan politik islam.

Namun pada perkembangnnya kompas berusaha untuk membenahi diri menjadi sebuah media masa professional yang berusaha untuk bersikap netral dan tidak melakukan pengkotak-kotakan kondisi demografis khalayaknya. Hal ini tercermin dalam motonya yaitu “Amanat Hati Nurani Rakyat” yang menggambarkan visi dan misi bagi disuarakan hati nurani rakyat. Kompas ingin berkembang sebagai intitusi pers yang mengkedepankan keterbukaan, meninggalkan pengkotakan latar belakang suku, agama, ras dan golongan. Ingin berkembang sebagai “Indonesia mini”, karena dia sendiri adalah lembaga yang terbuka, kolektif. Ingin ikut serta dalam mencerdaskan bangsa, Kompas ingin menempatkan kemanusian sebagai nilai tertinggi. Mengarahkan focus perhatian dan tujuan nilai-nilai yang tesedia atau mengatasi kepentingan kelompok. Rumusan bukunya adalah “Hmanisme Tansedental”. Pada ualng tahun kompas yang ke-35 tahun di temukan pepatah “Kata Mata Hati” menegaskan semangat ”emphaty” dan compassion Kompas.

Situs Kompas.com berisi beragam konten, antara lain; News, Internasional, Nasional, Regional, Economy, Lifestyle, Sports, Techno dan masih banyak lainnya.


(62)

respon terhadap tuntunan masyarakat yang semakin efisien dalam membaca berita. Selain itu konsep portal berita online juga semakin menjadi pilihan masyarakat karena sifatnya yang up to date dan melaporkan kejadian peristiwa secara instan pada saat itu juga sehingga masyarakat tidak perlu menggu sampai kesokan harinya untuk membaca berita yang terjadi.

Lembaga media masa seperti kompas tidak terlepas dari gejolak masyarakatnya. Dalam setiap pergolakan itu, Kompas terus berusaha membangun kepercayaan masyarakat lewat berita dan tulisan yang komperhensif. Coverboth sides, tidak menyakiti hati secara pribadi mendudukan soal, membuka cakrawala, tidak memihak, kecuali pada kebenaran dan demi penghargaan tertinggi pada harkat kembali.

4.2. Penyajian Data dan Analisis Data

Berikut adalah data yang diperoleh penulis dari sample berita film documenter Cowboys In Paradise di media on line kompas.com edisi 26 April - 30 April 2010 yang diukur dengan menggunakan kategorisasi Obyektivitas Pemberitaan.

4.2.1 Objektivitas Pemberitaan

Obyektivitas dalam penyajian berita merupakan salah satu nilai yang harus dipenuhi oleh jurnalis dalam rangka pemenuhan informasi serta penyampaian informasi yang benar kepada khalayak ataupun masyarakat. Teori ini didasari atas pandangan bahwa sebuah kebenaran di media massa tidaklah bisa diklaim oleh satu pihak saja, namun harus dikonfirmasikan menurut kebenaran dari pihak lain.

Inilah mengapa pemberitaan disurat kabar selalu dituntut untuk mengungkapkan kebenaran secara fairness. Obyektivitas yang juga sering disebut sebagai pemberitaan cover


(63)

both side, dimana pers menyajikan semua pihak yang terlibat sehingga pers mempermudah pembaca menemukan kebenaran. Selain fairness, pers juga dituntut melakukan pemberitaan yang akurat, tidak bohong, menyatakan fakta bila itu memang fakta, dan pendapat bila itu memang pendapat.

Hanya belakangan ini, muncul suatu wacana yang memandang obyektivitas sebagai teori yang dikuduskan oleh para praktisi jurnalis dan dikristalkan sehingga aplikasi dalam profesinya sudah sangat jarang ditemui lagi di media massa. Sesuatu yang ditulis oleh wartawan dan terbitkan oleh media yang memiliki prestige akan lebih dipercaya oleh khalayak sebagai fakta sehingga memiliki kekuatan untuk menimbulkan opini public di masyarakat.

Keyakinan untuk menyajikan berita yang obyektive disampaikan juga oleh Denis McQuail seorang pakar komunikasi yang mengembangkan konsep obyektivitas ini dari pola obyektivitas pemberitaan milik Jurgen Wersthelsthal dengan membagi dimensi obyektivitas kedalam Impartial dan factual. Wien Charllote, seorang dosen komunikasi dari Denmark juga memiliki ketertarikan yang sama terhadap teori obyektivitas ini.

Dalam disertasinya dinyatakan bahwa jurnalis saat ini hanya memandang obyektivitas sebagai kepercayaan yang ada namun kurang berperan dalam tindakan praktis sebagai jurnalis dalam menulis berita. Tidak hanya pakar komunikasi dari luar saja yang memiliki ketertarikan terhadap obyektivitas pemberitaan, Ashadi Siregar, Henry Subiakto dan Rachma Ida adalah beberapa diantara ahli komunikasi di Indonesia yang mengaangkat teori obyektivitas pemberitaan sebagai alat ukur untuk memahami media surat kabar harian


(64)

nasional yang ada di Indonesia.

Henry Subiakto melakukan analisis isi kuantitatf terhadap 8 surat kabar nasional bertiras 100.000 eksemplar dengan mengukurnya kedalam dimensi obyektivitas pemberitaan yakni aktualitas, fairness dan validitas pemberitaan. Hasil temuan data menyimpulkan surat kabar Suara Pembaharuan, Kompas, Suara Merdeka, Media. Indonesia adalah media massa di Indonesia yang cenderung obyektif dibandingkan media massa yang lain dalam hal keakurasian pemberitaan, validitas nara sumbernya dan ketidak berpihakan pada pihak manapun.

Walaupun tidak ada salah satu media yang benar-benar telah menerapkan prinsip-prinsip jurnalisme obyektif, tapi paling tidak media tersebut dianggap mampu untuk memisahkan fakta daripada opini dan dinilai cenderung untuk tidak melakukan provokasi massa, dan sebagainya. Berangkat dari pertimbangan yang didasari pada pandangan/paradigma klasik dimana para jurnalis dalam menyajikan berita selalu mengacu pada fakta dan selalu bersifat obyektif dalam menyajikan liputan menjadi sebuah berita, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kategorisasi yang dibuat dan digunakan Rachma Ida.

Dosen Komunikasi ini menggunakan prinsip obyektivitas dalam meneliti berita politik di harian surat kabar nasional yang bertiras 100.000 eksemplar. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Kompas.com sebagai subyek penelitian dengan berita film documenter “cowboys in paradise” di media on line kompas.com edisi 26 April – 30 April 2010.


(1)

langsung peristiwa tersebut. Hanya karena jabatan atau memiliki akses informasi lalu

menjadi sumber berita. Dalam berita film dokumenter Cowboys In Paradise salah

satu bentuk kompetensi sumber berita yang merupakan bukan pelaku langsung.

Tabel. 4.8

Validitas Pemberitaan Dalam Sub Kategori Kompetensi Pihak Sumber Berita

Kompetensi sumber berita F

Wartawan -

Pelaku langsung -

Bukan pelaku langsung 5

Jumlah 5

BERITA 1

“Heboh Film Gigolo Kuta, 24 Dirazia”

Bukan pelaku langsung, bila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil wawancara wartawan dengan sumber berita yang tidak mengalami langsung peristiwa tersebut.

Hanya karena jabatan atau memiliki akses informasi lalu menjadi sumber berita. Misalnya, petugas humas, juru bicara, dan lainnya yang tidak berada di lokasi saat peristiwa terjadi. Dalam berita ini I Gusti Ngurah Tresna selaku kepala satgas pantai Kuta dinilai bukan pelaku langsung. Karena beliau tidak mengalami langsung peristiwa tersebut.


(2)

BERITA 2

“Polisi Seidiki Film Gigolo Bali”

Bukan pelaku langsung, bila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil wawancara wartawan dengan sumber berita yang tidak mengalami langsung peristiwa tersebut.

Hanya karena jabatan atau memiliki akses informasi lalu menjadi sumber berita. Misalnya, petugas humas, juru bicara, dan lainnya yang tidak berada di lokasi saat peristiwa terjadi. Dalam berita ini Kombes Gede Sugianyar Dwi Putra selaku Kabid Humas Polda Bali dinilai bukan pelaku langsung. Karena beliau tidak mengalami langsung peristiwa tersebut.

BERITA 3

“Film Gigolo Tidak Pengaruhi Citra Bali”

Bukan pelaku langsung, bila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil wawancara wartawan dengan sumber berita yang tidak mengalami langsung peristiwa tersebut.

Hanya karena jabatan atau memiliki akses informasi lalu menjadi sumber berita. Misalnya, petugas humas, juru bicara, dan lainnya yang tidak berada di lokasi saat peristiwa terjadi. Dalam berita ini Ngurah Wijaya selaku Ketua Badan Pariwisata Bali dinilai bukan pelaku langsung. Karena beliau tidak mengalami langsung peristiwa tersebut.

BERITA 4

“Sutradara Gigolo Terancam Dibui”

Bukan pelaku langsung, bila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil wawancara wartawan dengan sumber berita yang tidak mengalami langsung peristiwa tersebut.


(3)

Hanya karena jabatan atau memiliki akses informasi lalu menjadi sumber berita. Misalnya, petugas humas, juru bicara, dan lainnya yang tidak berada di lokasi saat peristiwa terjadi. Dalam berita ini Kombes Gede Sugianyar Dwi Putra selaku Kabid Humas Polda Bali dinilai bukan pelaku langsung. Karena beliau tidak mengalami langsung peristiwa tersebut.

BERITA 5

“Polda Bali Kejar Sutradara Cowboys In Paradise”

Bukan pelaku langsung, bila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil wawancara wartawan dengan sumber berita yang tidak mengalami langsung peristiwa tersebut.

Hanya karena jabatan atau memiliki akses informasi lalu menjadi sumber berita. Misalnya, petugas humas, juru bicara, dan lainnya yang tidak berada di lokasi saat peristiwa terjadi. Dalam berita ini Kombes Gede Sugianyar Dwi Putra selaku Kabid Humas Polda Bali dinilai bukan pelaku langsung. Karena beliau tidak mengalami langsung peristiwa tersebut.

Dikarenakan I Gusti Ngurah Tresna (Kepala Satgas Pantai Kuta), Kombes Gede Sugianyar Dwi Putra (Kepala Bidang Humas Polda Bali), Ngurah Wijaya (Ketua Badan Pariwisata Bali), Bukan pelaku langsung yang tidak mengalami langsung peristiwa tersebut.dan dapat digolongkan sebagai sumber berita yang kurang valid karena dilihat dari peristiwa yang diberitakan merupakan hasil wawancara wartawan.


(4)

 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis tentang obyektivitas terhadap berita film documenter “Cowboys In Paradise” di media on line Kompas.com edisi 26 April – 30 April 2010,

Memang ada realita lahiriah yang disajikan dalam pemberitaan berita film documenter

“Cowboys In Paradise” di media on line Kompas.com edisi 26 April – 30 April 2010 masih

mendominasi isi pemberitaan seputar film documenter “Cowboys In Paradise”. Meski dalam dimensi fairness sumber berita prasangka/bias, kemampuan memilih berita terbukti tidaklah obyektive.

1. Akurasi pemberitaan Kompas.com dalam memuat berita film documenter “Cowboys

In Paradise” di media on line Kompas.com edisi 26 April – 30 April 2010 belum

memenuhi teori obyektivitas pemberitaan karena tidak terdapat kesesuaian antara judul berita dengan isi berita, tidak terdapat data pendukung serta tidak adanya pencampuran antara fakta dan opini dalam jumlah yang dominan.

2. Fairness (ketidakberpihakan) berita film documenter “Cowboys In Paradise” di media on line Kompas.com edisi 26 April – 30 April 2010 masih belum tergolong obyektif karena meski dalam jumlah berita yang digunakan sudah sesuai namun luas


(5)

kolom yang digunakan dalam memberitakan suatu peristiwa masih belum cover both side dari sisi luas masing-masing pihak yang diberitakan masih tidak seimbang. 3. Validitas (keabsahan) berita yang ditulis sebagai berita film documenter “Cowboys

In Paradise” di media on line Kompas.com edisi 26 April – 30 April 2010 dalam

kejelasan identitas sumber berita, data sumber berita yang digunakan sudahlah valid dan merefleksikan prinsip obyektivitas dalam sumber berita.

4. Dari ketiga penghitungan objektivitas menurut kategorisasi di atas berita yang diterbitkan oleh media on line Kompas.com ini masih belum bisa dikatakan sebagai berita yang objektif karena belum sepenuhnya memasukan unur realita yang sebenar-benarnya.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang didapat dari hasil analisis isi terhadap obyektivitas berita film documenter “Cowboys In Paradise” di media on line Kompas.com edisi 26 April – 30 April 2010maka dapat diberikan saran sebagai berikut:

1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi pengembangan konsep obyektifitas pemberitaan pers, bagaimana mengukurnya, dan apa kaitannya dengan konsep-konsep akurasi, validitas dan fairness.

2. Mengingat masih terdapat dimensi fairness yang masih tidak memenuhi syarat obyektivitas, melalui jurnalis maupun editornya, Jawa Pos sebaiknya lebih meningkatkan kualitas pemberitaannya, sekaligus koreksi terhadap berita yang disajikan agar tetap berjalan atas prinsip ketidak berpihakan/fair.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan, Metode Penelitian Sosial, Surabaya Airlangga University Press,

2001

Effendy, Uchjana, Onong, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Remaja

Rosdakarya, Bandung 2010

Flournoy, Don Michael, Analisis Isi Surat Kabar Indonesia, Yogyakarta: Gajah

Mada University Press, 1986

Ishwara, Luwi, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, Jakarta : PT Kompas Media

Nusantara, 2005

Kriyantono, rachmat, Public Relations Writing, Jakarta : penerbit prenada media

group, 2008

Kusumaningrat, Hikmat, Jurnalistik Teori dan Praktik, Bandung : Remaja

Rosdakara, 2006

McQuail, Denis, Teori Komunikasi Massa, Jakarta : Erlangga, 2001

Sumadiria, Haris, Jurnalistik Indonesia, Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2005

Suyanto, Bagong, Metode Penelitian Sosial, Jakarta : Kencana Prenada Media

Group, 2005

Winarni, Komunikasi Massa Sebagai Suatu Pengantar, Unmu, Malang, 2003

Non Buku

:

www.kompas.com


Dokumen yang terkait

Konstruksi Sosial Kehidupan Penjual Tahu Dalam Film Features Dokumenter Dongeng Rangkas

1 27 114

OBJEKTIVITAS BERITA BIAS GENDER DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Isi Kuantitatif Objektivitas Berita Kecelakaan Novi Amilia dalam OBJEKTIVITAS BERITA BIAS GENDER DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Isi Kuantitatif Objektivitas Berita Kecelakaan Novi Amilia dalam Po

0 5 15

Objektivitas Pemberitaan Polemik Antara PDIP dan Gerindra Di Kompas.com dan Okezone.com (Analisis Objektivitas Pemberitaan Polemik Antara PDIP dan Gerindra Di Media Online Kompas.com dan Okezone.com Maret 2014).

0 5 107

OBJEKTIVITAS BERITA KEBAKARAN DISKOTEK redboXX di SURABAYA (Analisis Isi Objektivitas Berita Kebakaran Diskotek RedboXX di Surabaya Pada Koran Harian Jawa Pos Edisi 26 Juni-1 Juli 2010).

0 2 132

OBJEKTIVITAS BERITA TENTANG TINGKAT KELULUSAN UJIAN NASIONAL (UNAS) 2010 DI SURABAYA (Studi Analisi isi Objektivitas Berita Tentang Tingkat Kelulusan Ujian Nasional (UNAS) Pada Koran Jawa Pos 28 April 2010).

0 3 73

Berita Acara lelang Gagal Pembuatan Film Dokumenter Erau

0 0 1

Perancangan Film Dokumenter Kesenian Bes

0 0 6

OBJEKTIVITAS BERITA KEBAKARAN DISKOTEK redboXX di SURABAYA (Analisis Isi Objektivitas Berita Kebakaran Diskotek RedboXX di Surabaya Pada Koran Harian Jawa Pos Edisi 26 Juni-1 Juli 2010)

0 0 20

OBJEKTIVITAS BERITA TENTANG TINGKAT KELULUSAN UJIAN NASIONAL (UNAS) 2010 DI SURABAYA (Studi Analisi isi Objektivitas Berita Tentang Tingkat Kelulusan Ujian Nasional (UNAS) Pada Koran Jawa Pos 28 April 2010)

0 0 17

OBJEKTIVITAS BERITA FILM DOKUMENTER COWBOYS IN PARADISE DI MEDIA ON LINE KOMPAS.COM (Analisis Objektivitas Berita Film Dokumenter Cowboys In Paradise di media on line kompas.com edisi 26 April 2010 – 30 April 2010).

0 0 15