PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMK NEGERI 3 PEMATANG SIANTAR.

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN

KEMAMPUAN PENALARAN SISWA TERHADAP HASIL

BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X

SMK NEGERI 3 PEMATANGSIANTAR

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Teknologi Pendidikan

Oleh : YUL AFNIZAR NIM : 8116121038

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2014


(2)

(3)

(4)

(5)

i ABSTRAK

YUL AFNIZAR , NIM.8116121038. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif

Dan Kemampuan Penalaran Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMK Negeri 3 Pematangsiantar . Tesis: Program Pascasarjana Universitas Negeri

Medan. 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1)perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan tipe TGT, (2) perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan penalaran rendah, dan (3) interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan kemampuan penalaran terhadap hasil belajar matematika siswa.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK Negeri 3 Pematangsiantar Tahun Pelajaran 2013/2014.Sampel penelitian terdiri dari 38 orang siswa kelas X Tata Busana 2 untuk pembelajaran kooperatif tipe STAD dan 37 orang siswa kelas X Tata Kecantikan 1 untuk pembelajaran kooperatif tipe TGT.Teknik penarikan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling. Instrumenuntuk mengukur hasil belajar matematika siswa digunakantes bentuk pilihan berganda yang berjumlah 22 soal.Sedangkan pengelompokan kemampuan penalaran siswa menggunakan tes kemampuan penalaran dengan bentuk tes pilihan berganda yang berjumlah 28 soal. Metode penelitian menggunakan rancangan kuasi eksperimen dengan desain faktorial 2 x 2.Teknik analisis data menggunakan Anava dua jalur.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa: (1) hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ̅ lebih tinggi dari pada siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ̅ dengan Fhitung = 4.01 > Ftabel = 3.98, (2) hasilbelajar matematika siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi (X 15.84) lebih tinggi daripada hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan penalaran rendah(X 13.50), dengan Fhitung = 20.02 > Ftabel = 3.98, (3) terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan kemampuan penalaran, dengan Fhitung = 4.78 > Ftabel = 3.98.

Dari hasil analisis data disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tepat digunakan untuk siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tepat digunakan untuk siswa yang memiliki kemampuan penalaran rendah.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan khazanah ilmu pengetahuan mengenai peningkatan kemampuan guru dalam menggunakan berbagai model pembelajaran kooperatif khususnya tipe STAD dan TGT.


(6)

i ABSTRACT

YUL AFNIZAR, NIM.8116121038. The Effect of Cooperative Learning Model

and Reasoning on The Mathematic Outcomes at X Grade SMK N 3 Pematangsiantar, Graduate Thesis, State University Of Medan, 2014.

This study aims to determine : (1) the difference in the results among students who study mathematics using STAD and TGT cooperative learning model (2) the difference in the learning outcomes of students who have hight reasoning and low reasoning (3) Interaction between the pplication of cooperative learning model and reasoning in influencing the students mathematics lesson learning outcomes.

This study is a quasi experimental research. The population in this study amounted to ten classes, while the sample of 75 students are taken from two classes.using random cluster sampling. Before the treatment was given, a test was given prior to distinguish the hight or low reasoning possessed by students. The test learning outcomes are used to collect research data by first being tested to determine the level of validity and realiblity. The results obtained from 50 questions tested, 22 questions met the requirements to present and describe the data, descriptive statistic is used, while to test the hypothesis the inferential statistics is applied. Research hyphotheses were tested using two line ANOVA that were previously done with Lilifors test requirements normality and homogeneity of variance test with The Barlett test and Fisher Test.

The finding of the research shows that: (1) mathematic learning outcomes of student taught with STAD cooperative learning model (X = 15.39) is higher that those taught with TGT cooperative learning model (X = 14.33), with Fcount = 4.01>Ftable = 3.98, (2) mathematic learning outcomes of students whose have hight reasoning (X = 15.84) is higher than whose have low reasoning ( X = 13.50), with

Fcount = 22.02 >Ftable = 3.98, (3) there is interaction between cooperative learning model and reasoning , with Fcount = 4.78>Ftable = 3.98.

From the results of data analysis it can be concluded that the use of STAD cooperative learning model is more appropriate for students whose have high reasoning and TGT cooperative learning model is more suited to be used on students whose have low reasoning.


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh tugas dalam pendidikan S2 dan penulisan tesis ini dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Kemampuan Penalaran Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMK Negeri 3 Pematangsiantar ”, sesuai dengan waktu yang direncanakan. Tesis ini disusun untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Medan.

Dalam penulisan tesis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk semuanya itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Dosen pembimbing I Bapak Prof. Dr. Mukhtar , M.Pd dan Dosen pembimbing II Bapak Prof. Dr. Harun Sitompul ,M.Pd , selaku pembimbing saya, yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk melakukan telaah, koreksi, bimbingan dan arahan kepada penulis.

2. Bapak Prof. Dr. H.Abdul Muin Sibuea, M.Pd. , Bapak Dr. Edi Syahputra ,M.Pd. , dan Bapak Dr. Hamonangan Tambunan, M.Pd. , selaku nara sumber yang telah banyak memberikan masukan dalam penulisan tesis ini. 3. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Pd., selaku Rektor Universitas Negeri

Medan, Bapak Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd., selaku Direktur Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Bapak Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd., dan Bapak Dr. R. Mursid, M.Pd., selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Teknologi Pendidikan beserta staf yang telah membantu penulis dalam menempuh pendidikan Pascasarjana pada Program Studi Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Medan.


(8)

4. Bapak Drs. Safrudin, M.Si selaku Kepala SMK Negeri 3 Pematangsiantar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan di Pascasarjana Universitas Negeri Medan, dan seluruh Bapak/Ibu guru dan staff pegawai SMK Negeri 3 Pematangsiantar, atas semua bantuan yang telah diberikan.

5. Keluarga tercinta, Ayahanda Guswar dan Ibunda Sri Darmantina Harahap serta Abangda Jefrizal dan keluarga, Adinda Asrizal, yang selalu memberikan semangat, dan doa yang tulus ikhlas serta kasih sayang yang diberikan kepada penulis.

6. Rekan- rekan mahasiswa jurusan Teknologi Pendidikan Kelas B angkatan XXI yang saling membantu dan memotivasi dalam menyelesaikan perkuliahan, Saudari – saudariku yang tak bisa disebutkan namanya satu persatu yang tulus menjadi inspirasi dan motivasi bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, seiring dengan rasa harap atas kritik dan saran, penulis mengucapkan terima kasih atas saran maupun kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Medan, 26 Maret 2014 Penulis,


(9)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ………. ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 8

1.3. Pembatasan Masalah ... 9

1.4. Rumusan Masalah ... 9

1.5. Tujuan Penelitian ... 10

1.6. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Teoretis ... 12

2.1.1 Hakikat Belajar dan Hasil Belajar Matematika ... 12

2.1.2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif ... 21

2.1.3. Hakikat Kemampuan Penalaran ... 35

2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan ... 38

2.3 Kerangka Berpikir ... 41

2.4 Pengajuan Hipotesis ... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 48

3.2. Populasi dan Sampel ... 48

3.3. Metode dan Desain Penelitian ... 48

3.4. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ... 50

3.5. Prosedur dan Pelaksanaan Perlakuan ... 51

3.6. Teknik Pengumpul Data ... 54

3.7. Teknik Analisis Data ... 67

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Deskripsi Data ... 69

4.2. Pengujian Persyaratan Analisis ... 83

4.3. Pengujian Hipotesis ... 88

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 95

4.5. Keterbatasan Penelitian ... 102

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 105

5.2. Implikasi ... 106

5.3. Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA……… 109


(10)

vi

DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Hasil Ujian Formatif Matematika Materi

Barisan Dan Deret SMK Negeri 3 ... 5

Tabel 2.1. Langkah –Langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 27

Tabel 2.2. Perhitungan Perkembangan Skor Individu ... 29

Tabel 2.3. Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok ... 30

Tabel 2.4. Predikat Skor Pada TGT ... 34

Tabel 3.1. Desain Penelitian ... 49

Tabel 3.2. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Matematika ... 55

Tabel 3.3. Klasifikasi Indeks Reliabilitas Soal ... 57

Tabel 3.4. Klasifikasi Tingkat Kesukaran soal ... 58

Tabel 3.5. Klasifikasi Indeks Daya Beda Soal ... 60

Tabel 3.6. Kisi – kisi Tes Kemampuan Penalaran ... 61

Tabel 4.1. Data Hasil Belajar Matematika Siswa ... 70

Tabel 4.2. Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Dibelajarkan Dengan Model Kooperatif STAD ... 71

Tabel 4.3. Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Dibelajarkan Dengan Model Kooperatif TGT ... 72

Tabel 4.3. Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Memiliki Kemampuan Penalaran Tinggi ... 73

Tabel 4.4. Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Memiliki Kemampuan Penalaran Rendah ... 74

Tabel 4.5. Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Dibelajarkan Dengan Model Kooperatif STAD berdasarkan Kemampuan Penalaran Tinggi ... 75

Tabel 4.6. Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Dibelajarkan Dengan Model Kooperatif STAD Berdasarkan Kemampuan Penalaran Rendah ... 77

Tabel 4.7. Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Dibelajarkan Dengan Model Kooperatif TGT berdasarkan Kemampuan Penalaran Tinggi ... 78


(11)

vii

Tabel 4.8. Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Dibelajarkan Dengan Model Kooperatif TGT

Berdasarkan Kemampuan Penalaran Rendah ... 80

Tabel 4.9. Rangkuman Hasil Analisis Uji Normalitas Hasil Belajar ... 83

Tabel 4.10. Hasil Uji Homogenitas Antar Variabel Penelitian ... 85

Tabel 4.11. Rangkuman Analisis Faktorial 2x2 ... 85


(12)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 34 Gambar 4.1. Histogram Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Dibelajarkan

Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 72 Gambar 4.2. Histogram Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Dibelajarkan

Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT... 73 Gambar 4.3. Histogram Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Memiliki

Kemampuan Penalaran Tinggi ... 75 Gambar 4.4. Histogram Hasil Belajar Matematika Siswa Yang

Memiliki Kemampuan Penalaran Rendah ... 76 Gambar 4.5. Histogram Hasil Belajar Matematika Siswa Dengan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berdasarkan

Kemampuan Penalaran Tinggi ... 78 Gambar 4.6. Histogram Hasil Belajar Matematika Siswa Dengan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berdasarkan

Kemampuan Penalaran Rendah ... 80 Gambar 4.7. Histogram Hasil Belajar Matematika Siswa Dengan

Model Pembelajarn Kooperatif Tipe TGT Berdasarkan

Kemampuan Penalaran Tinggi ... 81 Gambar 4.8. Histogram Hasil Belajar Matematika Siswa Dengan

Model Pembelajaran kooperatif Tipe TGT Berdasarkan

Kemampuan Penalaran Rendah ... 83 Gambar 4.9 Interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan


(13)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus Pembelajaran ... 112

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 116

Lampiran 3. Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika ... 179

Lampiran 4. Hasil Uji Coba Instrumen……….. ... 186

Lampiran 5. Instrumen Tes Kemampuan Penalaran ... 193

Lampiran 6. Hasil Uji Coba Instrumen ……… ... 204

Lampiran 7. Perhitungan Uji Coba Instrumen... 211

Lampiran 8. Perhitungan Statistik Dasar dan Distribusi Frekuensi ... 229

Lampiran 9. Perhitungan Normalitas Data ... 257

Lampiran 10. Perhitungan Uji Homogenitas Data……… 263

Lampiran 11. Pengujian Hipotesis ... 266

Lampiran 12. Perhitungan Uji Lanjut Dengan Uji Schefee... 270

Lampiran 13. Tabel Liliefors, Distribusi z dan Distribusi F………. 274

Lampiran 14. Pedoman Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif………. 278


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.

Undang – undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsayang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pengangguran di Indonesia masih menjadi masalah utama pembangunan. Menurut data yang dirilis BPS, jumlah pengangguran terbuka lulusan SLTA di Indonesia pada Agustus 2010 sebanyak 3.344.315 orang, DI/II/III/Akademi sebanyak 443.222 orang, dan universitas sebanyak 710.128. Dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, pengangguran lulusan SLTA menurun 13.79%, DI/II/III/Akademi naik 0,48% dan universitas naik 1,21%. Selama ini diasosiasikan


(15)

2

bahwa tingginya angka pengangguran disebabkan oleh sedikitnya lapangan pekerjaan yang tersedia. Namun hal tersebut tidak sepenuhnya benar karena banyak yang sependapat bahwa rendahnya kompetensi pencari kerja ikut menjadi faktor tingginya angka penganggurantersebut.

Temuan tersebut tampaknya mengindikasi bahwa pembelajaran di sekolah belum banyak menyentuh atau mengembangkan kemampuan adaptasi peserta didik. Data ini juga memperoleh gambaran bahwa sebagian lulusan sekolah, khususnya SMK (yang memang dicetak untuk menjadi tenaga siap pakai) tidak bisa diserap di lapangan kerja, karena kompetensi yang mereka miliki belum sesuai dengan tuntutan dunia kerja.

Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang sekolah, memegang peranan yang cukup penting di dunia pendidikan. Matematika telah banyak menyumbang dan memberikan kontribusi yang signifikan untuk kemajuan peradaban manusia. Matematika adalah ilmu dasar, memegang peranan yang cukup penting dalam banyak bidang ilmu terapan. Setelah sukses diterapkan dalam bidang astronomi dan mekanika, matematika telah berkembang menjadi alat analisis yang penting dalam bidang fisika dan juga engineering. Dengan demikian matematika telah menjadi komponen esensial dalam kegiatan hidup. Selain itu juga tujuan pembelajaran matematika sekolah (khususnya SMK) adalah agar siswamemahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Selain itu juga diharapkan siswa memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki


(16)

3

rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Seorang pakar pendidikan matematika, Soedjadi yang dikutip oleh Trianto (2000:19) mengatakan pembelajaran matematika tidak hanya diarahkan agar siswa dapat memecahkan soal dan menerapkan matematika tetapi juga dapat menumbuhkankemampuan menerapkan dan menggunakan matematika dalam bidang lain, berpikir analisis dan sintesis, membedakan yang benar dan salah dengan alasan logis, kerja keras, konsentrasi dan mandiri, kemampuan memecahkan masalah. Secara tidak langsung, kemampuan tersebut memberikan kontribusi bagi pendidikan nilai anak seperti dapat membedakan mana yang salah dan benar, kerja keras, mandiri dan sebagainya.

Kualitas pendidikan Indonesia oleh banyak kalangan dianggap masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator. Salah satunya,pencapaian prestasi belajar siswa Indonesia di bidang sains dan matematika, menurun. Siswa Indonesia masih dominan dalam level rendah, atau lebih pada kemampuan menghafal dalam pembelajaran sains dan matematika.Demikian hasil Trends in Mathematics and Science Study (TIMSS) yang diikuti siswa kelas VIII Indonesia tahun 2011. Penilaian yang dilakukan International Association for the Evaluation of Educational Achievement Study Center Boston College tersebut, diikuti 600.000 siswa dari 63 negara.Untuk bidang Matematika, Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya dites. Skor Indonesia ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007.


(17)

4

Menurut Soedjadi yang dikutip oleh Yuhasriati ( 2012 : 82) matematika adalah suatu ilmu yang didasarkan atas akal (rasio) yang berhubungan benda- benda dalam pikiran yang abstrak atau matematika memiliki objek kajian yang abstrak. Salah satu faktor penyebab rendahnya prestasi belajar matematika siswa adalah karena keabstrakan matematika sehingga sebagian besar siswa selalu menganggap matematika adalah mata pelajaran yang sulit, sehingga perlu kerja keras untuk memahaminya selain itu juga, pola pembelajaran masih bersifat transmitif, pengajar mentransfer dan memberikan konsep – konsep secara langsung pada peserta didik. Pembelajaran hanya sekedar penyampaian fakta, konsep, prinsip dan keterampilan kepada siswa. Selanjutnya, Soedjadi yang dikutip oleh Trianto (2009:18) mengatakan bahwa kurikulum sekolah di Indonesia terutama pada mata pelajaran eksak (matematika, fisika, kimia) dan dalam pengajarannya selama ini terpatri kebiasaan dengan urutan sajian pembelajaran sebagai berikut : (1) diajarkan teori/teorema/defenisi ;(2) diberikan contoh – contoh ; dan (3) diberikan latihan soal – soal.

Salah satu faktor yang sangat strategis yang perlu dibenahi adalah factor proses pembelajaran, sehingga siswa dapat belajar secara bermakna. Dalam hal ini Degeng seperti yang dikutip oleh Yuhasriati (2012 : 81) mengemukakan bahwa, dari semua variabel pembelajaran, variabel strategi pembelajaran yang berpeluang besar untuk dapat dimanipulasi oleh setiap guru atau perancang pengajaran sehingga dapat mengatasi masalah rendahnya hasil belajar siswa.


(18)

5

Dari pengalaman penulis sebagai pengajar di SMK Negeri 3 Pematangsiantar dapat diambil keterangan bahwa kegiatan pembelajaran matematika selama ini masih bersifat teacher oriented. Sekitar 75% kegiatan pembelajaran masih terpusat pada guru.Pembelajaran yang dilaksanakan masih menggunakan metode yang konvensional. Guru lebih banyak menjelaskan dan memberikan informasi tentang konsep konsep yang akan dibahas. Karena itu kemampuan dasar matematika yang dimiliki siswa masih rendah. Model pembelajaran yang bersifat teacher oriented ini juga terjadi pada saat pembelajaran pokok bahasan barisan dan deret. Pokok bahasan ini merupakan salah satu pokok bahasan yang dianggap sulit. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata rata ujian formatif materi barisan dan deret pada siswa tahun pelajaran 2010/2011, 2011/2012 dan 2012/2013 belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan untuk Matematika yaitu 68. Hasil belajar siswa seperti Tabel 1.1

Tabel 1.1 Hasil Belajar Ujian Formatif Matematika Materi Barisan dan deret SMK Negeri 3 TP 2010/2011, 2011/2012 dan 2012/2013.

No Tahun Pelajaran Nilai

Terendah Tertinggi Rata Rata

1 2010/2011 52,00 81,00 66,50

2 2011/2012 53,50 79,00 66,25

3 2012/2013 52,50 79,50 66,25

Untuk meningkatkan hasil belajar tersebut, maka seorang guru harus mampu memilih dan menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran dan kebutuhan belajar siswa. Salah satu solusinya adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan


(19)

6

suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa.

Edi Winarto melakukan penelitian pada tahun 2008 dengan judul Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Penelitian ini dilakukan di kelas VII MTs Negeri Jumapolo dengan tujuan untuk mengetahui apakah proses pembelajaran matematika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam belajar matematika dengan sub pokok bahasan bentuk aljabar. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIC MTs Negeri Jumapolo yang berjumlah 24 siswa. Data dikumpulkan melalui metode observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam belajar matematika yang meliputi : (a) motivasi mengerjakan tugas mandiri kondisi awal sebanyak 10 siswa (41,70%) dan kondisi akhir sebanyak 17 siswa (70,83%), (b) motivasi bertanya kondisi awal sebanyak 3 siswa (12,50%) dan kondisi akhir sebanyak 11 siswa (45,83%), (c) motivasi menjawab pertanyaan kondisi awal sebanyak 10 siswa (41,70%) dan kondisi akhir sebanyak 13 siswa (54,17%), (d) motivasi mengerjakan soal didepan kelas kondisi awal sebanyak 4 siswa (16,70%) dan kondisi akhir sebanyak 9 siswa (37,50%), (e) motivasi mengerjakan soal-soal latihan kondisi awal sebanyak 18 siswa (75%) dan kondisi akhir sebanyak 21 siswa (87,50%).

Selanjutnya, Atik Liulin Nuha melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) dalam Materi Pokok Logaritma guna Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Peserta


(20)

7

didik Kelas X A MAN Semarang 2 Semester Gasal Tahun Pelajaran 2009- 2010. Obyek penelitian ini adalah di MAN Semarang 2. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan satu kelas untukmenerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams GamesTournament) yaitu kelas X A yang jumlahnya ada 45 peserta didik yang terdiri dari 17 putra dan 28 putri. Pengumpulan data menggunakan angket motivasi belajar dan soal kuis dan tes evaluasi. Data yang terkumpul dianalisis deskriptif sederhana. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu tahap prasiklus, siklus I dan siklus II. Pada tahap prasiklus, motivasi belajar peserta didik mempunyai prosentase 47% dan rata-rata hasil belajar 59.23 dengan ketuntasan klasikal 48,5%. Pada siklus I setelah dilaksanakan tindakan motivasi belajar peserta didik meningkat menjadi 62.96% dan rata-rata hasil belajar 74.29 dengan ketuntasan klasikal 71.1%. Sedangkan pada siklus II motivasi belajar peserta didik mengalami peningkatan yaitu dapat diprosentasekan menjadi 77, 77% dan rata-rata hasil belajar peserta didik adalah 79.64 dengan ketuntasan klasikal 93.3%. Dari tiga tahap tersebut jelas bahwa ada peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dengan sebelumnya.

Menurut Slavin (2007:5), pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Ini membolehkan pertukaran ide dan pemeriksaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai falsafah konstruktivisme. Dengan demikian pendidikan hendaknya mampu mengkondisikan, memberikan dorongan untuk dapat mengoptimalkan dan membangkitkan potensi siswa, menumbuhkan aktivitas serta daya cipta


(21)

8

(kreativitas), sehingga akan menjamin terjadinya dinamika di dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran matematika ada beberapa tipe diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).

Mengacu pada defenisi yang dikemukakan oleh Slavin (2007:4) bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD menempatkan siswa dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompok mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran tersebut.Pada akhirnya siswa diberikan tes yang mana pada saat tes ini mereka tidak dapat saling membantu. Poin setiap anggota tim ini selanjutnya dijumlahkan untuk mendapat skor kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, materi pembelajaran dirancang untuk pembelajaran kelompok. Dengan menggunakan LKS atau perangkat pembelajaran yang lain, siswa bekerja secara bersama-sama untuk menyelesaikan materi. Siswa saling membantu satu sama lain untuk memahami materi pelajaran, sehingga setiap anggota kelompok dapat memahami materi pelajaran secara tuntas.

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok kelompok belajar yang heterogen dengan penyajian materi oleh guru atau diskusi materi oleh guru dan siswa dan diakhiri dengan mengadakan permainan turnamen akademik dimana siswa berkompetisi


(22)

9

sebagai wakil dari timnya melawan anggota tim yang lain yang setara kemampuannya. Model pembelajaran TGT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Edi Winarto dan Atik, penulis beranggapan bahwa model pembelajaran STAD dan TGT merupakan dua model pembelajaran kooperatif yang dapat membangkitkan ketertarikan siswa terhadap materi matematika dan membuat siswa lebih aktif, mendorong kerjasama antar siswa dalam mempelajari suatu materi, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Selain aspek model pembelajaran, ada beberapa hal lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Salah satu kemampuan yang erat kaitannya dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan berpikir logis (penalaran). Menurut Suriasumantri (2005 : 43), penalaran adalah kemampuan menemukan suatukebenaran berdasarkan aturan, pola atau logika. .Kemampuan ini perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika, karenadapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematika.Materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Materi matematika dipahami melalui penalaran, dan penalaran dipahami dan dilatihkan melalui belajar matematika. Jadi pola pikir yang dikembangkan matematika seperti yang dijelaskan di atas memang membutuhkan dan melibatkan pemikiran kritis, sistematis, logis dan kreatif.


(23)

10

Berpikir, bernalar, dan berargumentasi sangat penting dan sangat sering digunakan di dalam kehidupan nyata sehari-hari, di dalam mata pelajaran matematika sendiri maupun mata pelajaran lainnya. Karenanya, wajarlah jika para siswa harus mempelajari dan memiliki kompetensi yang berkaitan dengan pengetahuan matematika, penalaran, pemecahan masalah, komunikasi, dan sikap menghargai kegunaan matematika.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka penelitian tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif dan kemampuan penalaran terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMK Negeri 3 Pematangsiantar perlu dilakukan.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Hasil belajar matematika siswa kelas X SMK masih tergolong rendah

2. Model pembelajaran yang digunakan guru mata pelajaran matematika kurang mendorong aktivitas siswa untuk mengikuti pelajaran.

3. Siswa menganggap matematika merupakan mata pelajaran yang sangat sulit dimengerti dan juga membosankan.

4. Siswa mengalami banyak kesulitan untuk memahami dan menyelesaikan soal barisan dan deret.

5. Kemampuan penalaran adalah kemampuan menemukan suatu kebenaran berdasarkan aturan, pola atau logika.


(24)

11

1.3. Pembatasan Masalah

Melihat luasnya cakupan masalah yang teridentifikasi dan keterbatasan waktu dan kemampuan yang dimiliki penulis dan agar penelitian ini terarah dan dapat dilaksanakan maka penulis membatasi masalah sebagai berikut :

1. Model pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

2. Hasil belajar matematika dibatasi hanya pada ranah kognitif materi barisan dan deret.

3. Kemampuan penalaran digunakan saat pembelajaran matematika pada materi barisan dan deret.

4. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas X semester genap SMKNegeri 3 Pematangsiantar Tahun Pelajaran 2013/2014

1.4. Perumusan Masalah

Sesuai pembatasan masalah, maka masalah dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Matematika siswa yang diajarkan

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan tipe TGT pada siswa kelas X SMK Negeri 3 Pematangsiantar?

2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan penalaran rendah pada kelas X SMK Negeri 3 Pematangsiantar?


(25)

12

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan kemampuan penalaran terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas X SMK Negeri 3 Pematangsiantar?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar

dengan menggunakan model pembejaran kooperatif tipe STAD dengan tipe TGT pada siswa kelas X SMK Negeri 3 Pematangsiantar

2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan penalaran rendah pada kelas X SMK Negeri 3 Pematangsiantar.

3. Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan kemampuan penalaran terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas X SMK Negeri 3 Pematangsiantar.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis dan praktis:

1. Manfaat secara teoretis

a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan khazanah ilmu pengetahuan mengenai peningkatan kemampuan guru dalam


(26)

13

menggunakan berbagai model pembelajaran khususnya tipe STAD dan TGT.

b. Sebagai motivasi bagi guru untuk memanfaatkan kemampuan penalaran siswa dalam pembelajaran.

c. Sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut tentang variabel yang sama dalam penelitian ini.

2. Manfaat secara praktis

a. Sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan penalaran siswa.

b. Bagi siswa diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan penalaran siswa khusunya pada materi barisan dan deret.


(27)

105

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan sbelumnya maka dalam peneletian ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

2. Hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi lebih tinggi daripada hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemamapuan penalaran rendah.

3. Terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran kooperatif dan kemampuan penalaran dalam mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. Siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi memperoleh hasil belajar matematika lebih tinggi jika dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD daripada menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, sementara siswa yang memiliki kemampuan penalaran rendah lebih tinggi hasil belajarnya jika dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT daripada menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.


(28)

106

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan pertama dan temuan penelitian ini telah membuktikan bahwa hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, hal ini dapat dijadikan pertimbangan bagi guru – guru mata pelajaran matematika untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD khususnya dalam pelajaran matematika tingkat SMK. Oleh karena itu temuan penelitian perlu dipertimbangkan dan disosialisasikan kepala sekolah maupun para guru yang mengajar dalam mata pelajaran matematika.

Hasil penelitian sangat beralasan sebab ciri khas dari pembelajaran STAD adalah guru hanya mengarahkan seorang siswa dari setiap kelompoknya untuk setiap kasus. Dalam mengarahkan siswa tersebut, guru tidak memberi kebebasan kepada siswa siapa yang akan mewakili kelompoknya. Dengan adanya model ini, para siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi dapat melaksanakan pembelajaran sendiri baik di sekolah maupun di rumah dan menemukan sendiri secara langsung informasi – informasi melalui website yang sesuai dengan materi pembelajaran. Dengan demikian akan terjadi penguatan pada struktur kognitif siswa dan proses pengembangan sikap semakin berani dalam mencari informasi terbaru dalam penerapan matematika dalam kehidupan sehari – hari dan meningkatkan hasil belajar.

Demikian juga dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat dijadikan pertimbangan bagi guru untuk membelajarkan siswa yang memiliki kemampuan penalaran rendah. Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas


(29)

107

seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsure permainan dan reinforcement. Kemampuan penalaran dengan permainan yag dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa yang memiliki kemampuan penalaran rendah dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Siswa yang memiliki kemampuan penalaran rendah lebih cenderung menunggu inforamsi dari seorang guru tanpa langsung beriisiatif untuk menemukan informasi atau materi pelajaran, dengan demikian guru perlu melakukan pendekatan kepada siswa agar dapat merubah perilakunya, sehingga perolehan hasil belajarnya minimal sama dengan hasil belajar yang memiliki kemampuan penalaran tinggi.

Hasil kesimpulan kedua menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi memperoleh hasil belajar matematika yang lebih tinggi apabila dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Demikian juga hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan penalaran rendah akan lebih tinggi apabila dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif yang sesuai dengan karakteristik siswa maka kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna, sehingga pembelajaran akan lebih efektif, efisien dan memiliki daya tarik. Namun perlu disadari bahwa tidak ada satu model pembelajaran kooperatif yang paling sesuai untuk setiap karakteristik siswa mapupun karakteristik pembelajaran. Tetapi hasil penelitian ini bisa menjadi masukan bagi guru mata pelajaran matematika untuk memilih model pembelajaran kooperatif yang sesuai dalam menyajikan materi pembelajaran.


(30)

108

C. Saran

Berdasarkan hasil temuan yang telah diuraikan pada kesimpulan serta impilkasi hasil penilitian, maka disarankan beberapa hal sebagai berikut :

1. Kepada guru dalam memberikan pelajaran sebaiknya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD daripada menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Hal ini berdasarkan hasil dari penelitian yaitu penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan pengaruh terhadap hasil belajar yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

2. Kepada guru agar memperhatikan kemampuan penalaran yang dimiliki siswa. Dengan mengelompokkan siswa berdasarkan kelompok kemampuan penalaran tinggi dan rendah, maka guru dapat membedakan dalam memberikan pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif yaitu menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk kelompok siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk siswa yang memiliki kemampuan penalaran rendah.

3. Untuk penelitian lebih lanjut pada penggunaan model pembelajaran kooperatif disamping guru yang menjadi mitra peneliti, perlu untuk disosialisasikan terlebih dahulu kepada siswa bagaimana prosedur penggunaan model pembelajaran kooperatif sehingga penggunaan waktu bias seefisien mungkin dan efektifitas pembelajaran dapat tercapai.


(31)

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I. (2008) Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar. Buku Dua. (Penterjemah: Helly Prayitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi, (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta

As’ari, A.R, (2000), Peningkatan Mutu Pendidikan Matematika, Makalah. Malang

: UM Malang.

Azhar, Arsyad, (2006), Media Pembelajaran, Jakarta : Raja Grafindo

Azwar, S, (1999), Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Benyamin, S Bloom, (1986), Taxonomy Of Education Objective, New York :

Longman.

Djamarah, Syaiful Bahri, (2002), Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka cipta

Fathurrahman, (2012), http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/14/model-model-pembelajaran/(online) tanggal akses 20 September 2013

Hamalik, Oemar, (2009), Proses Belajar Mengajar, Bandung : Bumi Aksara. Heriani, (2008), Korelasi Tingkat Kesulitan Belajar dengan Prestasi Belajar

Matematika di SMU, http://one.indoskripsi.cm/skripsi/pengaruh-kecerdasan-emosional-terhadap-hasil-belajar-matematika. (online) tanggal akses 20 September 2013

Ibrahim, dkk, (2000), Pembelajaran Kooperatif, Surabaya : University Press. Ichsan, Panggabean (2012), “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan

Aktivitas Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA Budi Murni 2 Medan”, Tesis. Program Studi Teknologi Pendidikan. Sekolah Pascasarjana, Universitas Negeri Medan.

I, Ery, (2008), “Penerapan Model Kooperatif Tipe TGT Pada Materi Bilangan Bulat Di Kelas IV SD Al Ittidiyah Kecamatan Percut Sei Tuan”, Skripsi.

Program Studi Matematika, Universitas Negeri Medan.


(32)

Listiyani, Retno, (2010), “Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Kemampuan Numerik Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMAN I Banguntapan”, Skripsi : Program studi Pendidikan Matematika. Universitas Negeri Yogyakarta.

Marito, Yeni, (2010),“Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Goal Oriention Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMP Muhammadiyah 1

Medan”, Tesis, Program Studi Teknologi Pendidikan, Sekolah

Pascasarjana,Universitas Negeri Medan.

Mulyasa, E, (2009), Menjadi Guru Profesional, Bandung : Remaja Rosdakarya Nur, M, (2000), Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis

Dalam Pengajaran, Surabaya : PSMS Program Pascasarjana Unesa.

Pangestuti, (2012), ”Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Game Turnament) Terhadap Hasil Belajar Matematika Berdasarkan Gender Siswa Kelas IV SD Negeri Krapyak Gugus Mendhut Kabupaten Wonogiri Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012”,Skripsi : Program Studi Sekolah Dasar . Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Riyanto, Yatim, (2009), Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta : Prenada Media Group.

Rusman, (2010), Model – Model Pembelajaran, Jakarta : PT.Raja Grafindo

Persada

Sagala, Syaiful , (2006), Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung : Alfabeta. Sanjaya, Wina, (2008), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan, Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Shadiq, Fajar ,(2008),Bagaimana Cara Mencapai Tujuan Pembelajaran

Matematika di SMK, Yogyakarta : PPPPTK Matematika

Siregar, Eveline dan Hara, (2010), Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor: Ghalia Slameto, (2003), Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta :

Rineka Cipta.

Slavin,E.Robert, (2007), Cooperative Learning : Riset dan Praktik. Bandung : Nusa Indah

Soesianto, F, (2010), Logika Matematika Untuk Ilmu Komputer, Yogyakarta : Andi Offset


(33)

Sudjana, Nana, (1998), Penilaian Hasil Proses Belajar , Bandung : Remaja Rosdakarya

Suriasumantri, Jujun, (2005), Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Trianto, (2009), Model Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta : Prestasi Pustaka

Yuhasriati, (2012), Pendekatan Realistik dalam Pembelajaran Matematika, Jurnal Peluang , Volume 1, Nomor 1, Oktober 2012, ISSN : 2302-5158

BPS, 2010. ( http://www.bps.go.id/ tab_sub/ view. php?

tabel=1&daftar=1&id_subyek= 06&notab=4,di akses tanggal 02 April


(1)

106

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan pertama dan temuan penelitian ini telah membuktikan bahwa hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, hal ini dapat dijadikan pertimbangan bagi guru – guru mata pelajaran matematika untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD khususnya dalam pelajaran matematika tingkat SMK. Oleh karena itu temuan penelitian perlu dipertimbangkan dan disosialisasikan kepala sekolah maupun para guru yang mengajar dalam mata pelajaran matematika.

Hasil penelitian sangat beralasan sebab ciri khas dari pembelajaran STAD adalah guru hanya mengarahkan seorang siswa dari setiap kelompoknya untuk setiap kasus. Dalam mengarahkan siswa tersebut, guru tidak memberi kebebasan kepada siswa siapa yang akan mewakili kelompoknya. Dengan adanya model ini, para siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi dapat melaksanakan pembelajaran sendiri baik di sekolah maupun di rumah dan menemukan sendiri secara langsung informasi – informasi melalui website yang sesuai dengan materi pembelajaran. Dengan demikian akan terjadi penguatan pada struktur kognitif siswa dan proses pengembangan sikap semakin berani dalam mencari informasi terbaru dalam penerapan matematika dalam kehidupan sehari – hari dan meningkatkan hasil belajar.

Demikian juga dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat dijadikan pertimbangan bagi guru untuk membelajarkan siswa yang memiliki kemampuan penalaran rendah. Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas


(2)

107

seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsure permainan dan reinforcement. Kemampuan penalaran dengan permainan yag dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa yang memiliki kemampuan penalaran rendah dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Siswa yang memiliki kemampuan penalaran rendah lebih cenderung menunggu inforamsi dari seorang guru tanpa langsung beriisiatif untuk menemukan informasi atau materi pelajaran, dengan demikian guru perlu melakukan pendekatan kepada siswa agar dapat merubah perilakunya, sehingga perolehan hasil belajarnya minimal sama dengan hasil belajar yang memiliki kemampuan penalaran tinggi.

Hasil kesimpulan kedua menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi memperoleh hasil belajar matematika yang lebih tinggi apabila dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Demikian juga hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan penalaran rendah akan lebih tinggi apabila dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif yang sesuai dengan karakteristik siswa maka kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna, sehingga pembelajaran akan lebih efektif, efisien dan memiliki daya tarik. Namun perlu disadari bahwa tidak ada satu model pembelajaran kooperatif yang paling sesuai untuk setiap karakteristik siswa mapupun karakteristik pembelajaran. Tetapi hasil penelitian ini bisa menjadi masukan bagi guru mata pelajaran matematika untuk memilih model pembelajaran kooperatif yang sesuai dalam menyajikan materi pembelajaran.


(3)

108

C. Saran

Berdasarkan hasil temuan yang telah diuraikan pada kesimpulan serta impilkasi hasil penilitian, maka disarankan beberapa hal sebagai berikut :

1. Kepada guru dalam memberikan pelajaran sebaiknya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD daripada menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Hal ini berdasarkan hasil dari penelitian yaitu penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan pengaruh terhadap hasil belajar yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

2. Kepada guru agar memperhatikan kemampuan penalaran yang dimiliki siswa. Dengan mengelompokkan siswa berdasarkan kelompok kemampuan penalaran tinggi dan rendah, maka guru dapat membedakan dalam memberikan pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif yaitu menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk kelompok siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk siswa yang memiliki kemampuan penalaran rendah.

3. Untuk penelitian lebih lanjut pada penggunaan model pembelajaran kooperatif disamping guru yang menjadi mitra peneliti, perlu untuk disosialisasikan terlebih dahulu kepada siswa bagaimana prosedur penggunaan model pembelajaran kooperatif sehingga penggunaan waktu bias seefisien mungkin dan efektifitas pembelajaran dapat tercapai.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I. (2008) Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar. Buku Dua. (Penterjemah: Helly Prayitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi, (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta

As’ari, A.R, (2000), Peningkatan Mutu Pendidikan Matematika, Makalah. Malang

: UM Malang.

Azhar, Arsyad, (2006), Media Pembelajaran, Jakarta : Raja Grafindo

Azwar, S, (1999), Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Benyamin, S Bloom, (1986), Taxonomy Of Education Objective, New York :

Longman.

Djamarah, Syaiful Bahri, (2002), Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka cipta

Fathurrahman, (2012), http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/14/model-model-pembelajaran/(online) tanggal akses 20 September 2013

Hamalik, Oemar, (2009), Proses Belajar Mengajar, Bandung : Bumi Aksara. Heriani, (2008), Korelasi Tingkat Kesulitan Belajar dengan Prestasi Belajar

Matematika di SMU, http://one.indoskripsi.cm/skripsi/pengaruh-kecerdasan-emosional-terhadap-hasil-belajar-matematika. (online) tanggal akses 20 September 2013

Ibrahim, dkk, (2000), Pembelajaran Kooperatif, Surabaya : University Press. Ichsan, Panggabean (2012), “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan

Aktivitas Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA Budi Murni 2 Medan”, Tesis. Program Studi Teknologi Pendidikan. Sekolah Pascasarjana, Universitas Negeri Medan.

I, Ery, (2008), “Penerapan Model Kooperatif Tipe TGT Pada Materi Bilangan Bulat Di Kelas IV SD Al Ittidiyah Kecamatan Percut Sei Tuan”, Skripsi. Program Studi Matematika, Universitas Negeri Medan.


(5)

Listiyani, Retno, (2010), “Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Kemampuan Numerik Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMAN I Banguntapan”, Skripsi : Program studi Pendidikan Matematika. Universitas Negeri Yogyakarta.

Marito, Yeni, (2010),“Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Goal Oriention Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMP Muhammadiyah 1 Medan”, Tesis, Program Studi Teknologi Pendidikan, Sekolah Pascasarjana,Universitas Negeri Medan.

Mulyasa, E, (2009), Menjadi Guru Profesional, Bandung : Remaja Rosdakarya Nur, M, (2000), Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis

Dalam Pengajaran, Surabaya : PSMS Program Pascasarjana Unesa.

Pangestuti, (2012), ”Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Game Turnament) Terhadap Hasil Belajar Matematika Berdasarkan Gender Siswa Kelas IV SD Negeri Krapyak Gugus Mendhut Kabupaten Wonogiri Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012”,Skripsi : Program Studi Sekolah Dasar . Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Riyanto, Yatim, (2009), Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta : Prenada Media Group.

Rusman, (2010), Model – Model Pembelajaran, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada

Sagala, Syaiful , (2006), Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung : Alfabeta. Sanjaya, Wina, (2008), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan, Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Shadiq, Fajar ,(2008),Bagaimana Cara Mencapai Tujuan Pembelajaran Matematika di SMK, Yogyakarta : PPPPTK Matematika

Siregar, Eveline dan Hara, (2010), Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor: Ghalia Slameto, (2003), Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta :

Rineka Cipta.

Slavin,E.Robert, (2007), Cooperative Learning : Riset dan Praktik. Bandung : Nusa Indah

Soesianto, F, (2010), Logika Matematika Untuk Ilmu Komputer, Yogyakarta : Andi Offset


(6)

Sudjana, Nana, (1998), Penilaian Hasil Proses Belajar , Bandung : Remaja Rosdakarya

Suriasumantri, Jujun, (2005), Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Trianto, (2009), Model Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta : Prestasi Pustaka

Yuhasriati, (2012), Pendekatan Realistik dalam Pembelajaran Matematika, Jurnal Peluang , Volume 1, Nomor 1, Oktober 2012, ISSN : 2302-5158

BPS, 2010. ( http://www.bps.go.id/ tab_sub/ view. php?

tabel=1&daftar=1&id_subyek= 06&notab=4,di akses tanggal 02 April 2014


Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur dalam meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa SMPN 3 kota Tangerang selatan

1 12 173

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok Terhadap Kemampuan Penalaran Matematika Siswa

0 9 0

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DEMONSTRATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X MATA PELAJARAN BOGA DASAR SMK NEGERI 3 PEMATANG SIANTAR T.A 2014/2015.

0 2 24

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA SMK KELAS X MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa SMK Kelas X Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)(PTK Siswa Kelas

0 2 14

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA SMK KELAS X MELALUI PEMBELAJARAN Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa SMK Kelas X Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)(PTK Siswa Kelas X di SMK Muhammadi

0 4 15

PENGARUH METODE LATIHAN TERHADAP HASIL BELAJAR MEMBUAT POLA ROK PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 3 PEMATANG SIANTAR.

0 4 23

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR KKPI SISWA SMK NEGERI 3 PEMATANG SIANTAR.

1 9 33

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MEMBUAT BUSANA WANITA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 3 PEMATANG SIANTAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014.

0 3 34

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MELAKUKAN PROSEDUR ADMINISTRASI KELAS X SMK NEGERI 1 PEMATANG SIANTAR T.P 2012/2013.

0 3 25

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA NEGERI 1 PEMATANG SIANTAR SKRIPSI

0 0 14