PERSEBARAN DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG KOTA MEDAN.

(1)

PERSEBARAN DAERAH RAWAN BANJIR

DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperolah

Gelar Sarjan Pendidikan

Oleh :

LAMRIAMA RAMBE NIM. 309131039

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2014


(2)

(3)

ABSTRAK

Lamriama Rambe, 309131939. Persebaran Daerah Rawan Banjir Di Kecamatan

Medan Selayang Kota Medan. Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, 2014.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1). Faktor penyebab banjir, (2). Karakteristik banjir dan (3) Persebaran daerah rawan banjir.

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Medan Selayang tahun 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah daerah di Kecamatan Medan Selayang sekaligus dijadikan sampel (total sample). Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan observasi, wawancara dan studi dokumenter. Teknik analisis data yang digunakan data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik analisis deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1). Faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya banjir di Kecamatan Medan Selayang antara lain adalah (a) curah hujan yang tinggi, (b) penggunaan lahan yang paling luas adalah pemukiman, dan (c) saluran drainase yang buruk. (2). Karakteristik banjir yang terjadi di Kecamatan Medan Selayang ditinjau dari (a) lama genangan banjir di Kecamatan Medan Selayang bervariasi mulai dari 1 – 24 jam, (b) kedalaman genangan banjir rata – rata di Kecamatan Medan Selayang mencapai 0,1 – 0,7 m, (c). frekuensi banjir di Kecamatan Medan Selayang 2-3 kali dalam setahun dan banjir lokal 10-13 kali. (3). Persebaran kelas kerawanan banjir di enam kelurahan yaitu Kelurahan Asam kumbang adalah kelurahan yang tidak rawan banjir, Kelurahan Sempakata dan KelurahanTanjung Sari adalah kelurahan yang agak rentan banjir, Kelurahan Beringin dan Kelurahan Padangbulan Selayang I adalah kelurahan yang rawan banjir sedangkan Kelurahan Padangbulan Selayang II adalah kelurahan yang sangat rawan terhadap banjir.


(4)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan judul “Persebaran Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Medan

Selayang”. Adapun tujuan skripsi ini dibuat adalah sebagai kelengkapan tugas dalam memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Negeri Medan.

Sebagaimana biasa di dalam penulisan skripsi, penulis banyak mengalami

rintangan karena keterbatasan pengetahuan serta literatur yang menunjang topik

ini, namun berkat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak akhirnya penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta stafnya.

2. Bapak Dr. Restu, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial beserta stafnya.

3. Bapak Drs. W.Lumbantoruan, M.Si selaku ketua jurusan yang telah banyak membimbing selama mengikuti studi di Jurusan Pendidikan Geografi.

4. Ibu Dra. Asnidar, M.Si selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Geografi. 5. Bapak Drs. Kamarlin Pinem, M.Si sebagai dosen pembimbing yang

telah memberikan banyak waktu dan pemikiran dalam menyelesaikan penyusunan dan penulisan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Nahor Simanungkalit, M.Si sebagai salah satu dosen yang menyumbangkan saran dalam penyelesaian skripsi ini.


(5)

iv

7. Drs. Sugiharto, M.Siselaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing selama perkuliahan.

8. Bapak dan Ibu Dosen di Jurusan Pendidikan Geografi yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan kepada penulis beserta Bapak siagian.

9. Kepada camat di Kecamatan Medan Selayang dan staff yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.

10. Teristimewa kepada Ayahanda H. Rambe dan Ibunda D. pasaribu yang telah memberikan banyak doa, pengorbanan, motivasi serta dukungan sehingga penulis dapat menjalani pendidikan untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan.

11. Buat kakanda Asni Oktarina Rambe, buat adinda Tantri Mawarni Rambe, Dina Marito Rambe dan Bintang Marsondang Rambeyang selalu memberi motivasi dan dukungan.

12. Buat teman-teman seperjuangan B REGULER 09 yang telah memberi semangat dan motivasi. Khususnya Patar Sihombing, Tio Vhanta, Ruben Pardede, Charles Diafari, Andi Eko Pratama dan Yopi Nafiri. 13. Terimakasih juga kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan

namanya satu persatu yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Akhir kata penulis ucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari skripsi ini belum

sempurna, untuk itu penulis masih mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak khususnya mahasiswa jurusan pendidikan geografi,

FIS UNIMED.

Medan, Maret 2014 Penulis

Lamriama Rambe NIM. 309131039


(6)

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING i

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN v

ABSTRAK vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah 1 B. Identifikasi Masalah 5 C. Pembatasan Masalah 5 D. Perumusan Masalah 5 E. Tujuan Penelitian 6 F. Manfaat Penelitian 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7

A. Kerangka Teoritis 7

B. Penelitian Yang Relevan 17 C. Kerangka Berpikir 20

BAB III METODE PENELITIAN... ...22

A. Lokasi Penelitian 22 B. Populasi dan Sampel 22 C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional 22 D. Teknik Pengumpulan Data 24 E. Teknik Analisis Data 24

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN...25

A. Keadaan Fisik 25


(7)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 43

A. Hasil Penelitian 43

B. Pembahasan 63

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... ...67

A. Kesimpulan 67

B. Saran 68

DAFTAR PUSTAKA 69


(8)

DAFTAR TABEL

No Uraian Hal

1. Curah Hujan 11

2. Iklim Smith Ferguson 11 3. Klasifikasi Penggunaan Lahan 12 4. Karakteristik Saluran Drainase... 13

5. Karakteristik Banjir ... 14

6. Kerawanan Banjir 16 7. Luas Kelurahan, Jumlah Penduduk, Dan Kepadatan Penduduk

di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011 32 8. Jumlah Penduduk Per Kelurahan Menurut Jenis Kelamin di

Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011 33 9. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011 35 10. Jumlah Warga Negara Asing Menurut Kewarganegaraan Per

Kelurahan di Kecamatan Medan Selayang 36 11. Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Per Kelurahan di

Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011 37

12. Jumlah Sekolah Taman Kanak-Kanak Per Kelurahan di

Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011 38

13. Jumlah Sekolah Dasar Per Kelurahan di Kecamatan

Medan Selayang Tahun 2011... 39

14. Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Per Kelurahan di

Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011 40 15. Jumlah SekolahLanjutan Tingkat Atas Per Kelurahan di

Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011 ... 40 16. Jumlah Rumah Ibadah Per Kelurahan di Kecamatan Medan

Selayang Tahun 2011 42 17. Curah Hujan Bulanan Kecamatan Medan Selayang 44 18. Penggunaan Lahan Kecamatan Medan Selayang 46 19. Kepadatan Penduduk 47


(9)

20. Jenis Tempat Pembuangan Sampah di Kecamatan Medan Selayang 48 21. Karakteristik Saluran Drainase 51 22. Kelas Kerawanan Banjir di Kecamatan Medan Selayang 55


(10)

DAFTAR GAMBAR

No Uraian Hal

1. Skema kerangka berpikir 21 2. Grafik Luas Kelurahan di Kecamatan Medan Selayang 26 3. Peta Administrasi Kota Medan ... 27 4. Peta Kecamatan Medan Selayang 28 5. Saluran Drainase yang Terbuat Dari Besi, Semen dan ada

yang Masih Dari Tanah 51 6. Kedalaman Banjir di Jalan Cempaka 53 7. Peta Frekuensi Banjir di Kecamatan Medan Selayang 56 8. Peta Kedalaman genangan Air di Kecamatan Medan Selayang 57 9. Peta Lama Genangan Air di Kecamatan Medan Selayang 58 10. Peta Persebaran Daerah Rawan Banjir 59


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Uraian Hal

1. Daftar Wawancara... 73 2. Data Responden Hasil Wawancara Kelurahan Padang Bulan

Selayang I 74

3. Data Responden Hasil Wawancara Kelurahan Padang Bulan

Selayang II... 74 4 Data Responden Hasil Wawancara Kelurahan Sempakata 75

5. Data Responden Hasil Wawancara Kelurahan Beringin... 75 6 Data Responden Hasil Wawancara Kelurahan Asam Kumbang 76


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di

kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan rumah dan pertokoan

yang dibangun di dataran banjir sungai alami. Meski kerusakan akibat banjir dapat

dihindari dengan pindah menjauh dari sungai dan badan air yang lain, orang-orang

menetap dan bekerja dekat air untuk mencari nafkah dan memanfaatkan biaya

murah serta perjalanan dan perdagangan yang lancar dekat perairan. Manusia

terus menetap di wilayah rawan banjir adalah bukti bahwa nilai menetap dekat air

lebih besar daripada biaya kerusakan akibat banjir periodik.

Banjir adalah salah satu proses alam yang tidak asing lagi. Banjir terjadi

karena debit air sungai yang sangat tinggi hingga melampaui daya tampung

saluran sungai lalu meluap ke daerah sekitarnya. Debit air sungai yang tinggi

terjadi karena curah hujan yang tinggi. Sementara itu, banjir juga dapat terjadi

karena kesalahan manusia. Sebagai proses alam, banjir adalah hal yang biasa

terjadi dan merupakan bagian dari siklus hidrologi. Banjir tidak dapat dihindari

dan pasti terjadi.Hal ini dapat dilihat dari adanya dataran banjir pada sistem aliran

sungai. Saat banjir terjadi transportasi muatan sedimen dari daerah hulu sungai ke

hilir dalam jumlah yang luar biasa. Muatan sedimen itu berasal dari erosi yang

terjadi di daerah pegunungan atau perbukitan.Melalui mekanisme banjir ini,


(13)

Bencana alam di Indonesia dari tahun ke tahun memiliki kecenderungan

yang meningkat, begitu juga bencana banjir yang setiap tahun terjadi di seluruh

penjuru tanah air. Kecenderungan meningkatnya bencana banjir di Indonesia tidak

hanya luasnya saja melainkan kerugiannya juga ikut bertambah pula. Jika dahulu

bencana banjr hanya melanda kota-kota besar khususnya di Pulau Jawa, akan

tetapi pada saat sekarang ini bencana tersebut telah melanda dan merambah

sampai ke pelosok penjuru tanah air.

Di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Semarang dan beberapa wilayah di

Indonesia lainnya, setiap tahun tidak pernah bisa lepas dari masalah banjir dan

kurang tanggapnya pemerintah dengan masalah ini. Berdasarkan nilai kerugian

dan frekuensi kejadian bencana banjir terlihat adanya peningkatan yang cukup

berarti. Peristiwa bencana banjir sangat dipengaruhi oleh faktor alam berupa curah

hujan yang diatas normal dan adanya pasang naik air laut. Disamping itu faktor

ulah manusia juga berperan penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat

(pemukiman di daerah bantaran sungai, di daerah resapan, penggundulan hutan,

dan sebagainya), pembuangan sampah ke dalam sungai, pembangunan

pemukiman di daerah dataran banjir dan sebagainya.

Kota-kota besar di Indonesia mengalami peningkatan populasi manusia

karena daya pikat yang meransang manusia berpindah dari rural ke

urban.Lahan-lahan yang sebenarnya untuk daerah preservasi dan konservasi untuk menjaga

keseimbangan, diambil alih untuk pemukiman, pabrik-pabrik, industri dan

lainnya. Akibatnya dapat dirasakan misalnya di kota Medan, kualitas genangan


(14)

Hasil beberapa penelitian mengenai banjir menunjukkan bahwa selain

kondisi lahan seperti penutup lahan, topografi, dan geomorfologi adalah curah

hujan yang merupakan salah satu unsur iklim yang utama dalam menentukan

banjir di Indonesia. Oleh sebab itu, dalam inventarisasi daerah rawan banjir,

faktor lahan maupun iklim atau cuaca harus dilibatkan secara bersamaan. Dalam

hal ini faktor lahan berperan dalam menentukan daerah yang berpotensi banjir dan

bersifat jangka panjang.

Permasalahan banjir merupakan hal yang rutin terjadi setiap musim hujan

dan cakupan wilayahnya pun telah melebar tidak hanya terjadi pada daerah yang

biasa tergenang tetapi juga ke daerah sekitarnya. Oleh karena itu diperlukan

pemetaan daerah banjir untuk mengetahui sebaran banjir dalam rangka

mengurangi resiko dari adanya banjir.

Kecamatan Medan Selayang merupakan salah satu dari 21 kecamatan yang

ada di Kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Medan Selayang

memiliki 6 (Enam) kelurahan yaitu kelurahan Padang Bulan Selayang I, kelurahan

Padang Bulan Selayang II, kelurahan Beringin, kelurahan Tanjung Sari, kelurahan

Sempakata, dan kelurahan Asam Kumbang.

Berdasarkan survey pendahuluan salah satu jalan besar yang sering

mengalami banjir di Kecamatan Medan Selayang yaitu jalan Jamin Ginting pasar

7 Padang Bulan tepatnya di depan Balai Namaken, ketika hujan turun dengan

intensitas tinggi dan dengan durasi hujan 1 – 2 jam saja sudah menyebabkan beberapa ruang di daerah ini menghadapi bahaya banjir. Begitu juga dengan jalan

cempaka sebelum dan sesudah Kantor Camat Medan Selayang. Ketika hujan


(15)

volume air hujan sehingga meyebabkan air meluap keluar dari parit tersebut dan

menggenangi permukiman warga dan jalan.

Usaha dalam mengurangi banjir adalah pembuatan tampungan air (situ) atau

sumur resapan. Pada musim hujan, prasarana itu sebagai tempat penampungan air

dan pada musim kemarau berfungsi sebagai sumber air cadangan irigasi.Yang

berkaitan dengan sungai adalah melaksanakan program normalisasi sungai dengan

pembuatan turap tebing sungai (beronjong) dalam rangka mencegah longsor dan

memperbesar daya tampung air, di samping pengerukan sedimen dari dasar

sungai.

Selain itu, pemberdayaan masyarakat dengan penyuluhan, kampanye, dan

bimbingan tentang cinta lingkungan diintensifkan sebagai program pembangunan

pemerintah daerah. Dalam hal ini, peran pemerintah sebagai fasilitator, tokoh, dan

pemuka masyarakat sebagai sosok anutan, lembaga swadaya masyarakat (LSM)

sebagai pendamping pembangunan, dan perguruan tinggi sebagai pengembang

teknologi sangat berarti untuk melangkah bersama dalam memberdayakan peran

aktif masyarakat sebagai upaya pengendalian banjir atau kekeringan.

Kerentanan potensi banjir diartikan sebagai suatu rangkaian kondisi yang

menentukan apakah suatu sumber/asal/bahaya dapat berpotensi menyebabkan

banjir. Sedangkan daerah rawan banjir yang dimaksudkan dalam penelitian ini

adalah daerah yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana banjir.

Pertanyaannya, strategi apa yang harus diprogram untuk menekan risiko

banjir dan genangan agar penanggulangan banjir dan genangan lebih terprogram?,


(16)

jawabannya. Oleh karena itu penulis perlu untuk mengetahui persebaran daerah

rawan banjir di Kecamatan Medan Selayang.

B. Identifikasi Masalah

Banjir merupakan bencana yang telah akrab di Kecamatan Medan

Selayang. Pada umumnya banjir bersifat merusak, pada saat banjir surut maka

akan terjadi pengendapan dan akan menyebabkan kerusakan tanaman, perumahan

dan wabah penyakit. Hal tersebut menjadi masalah yang belum terselesaikan

sampai saat ini.

Adapun yang menjadi identifikasi masalah yaitu jenis-jenis banjir,

faktor-faktor penyebab banjir, karakteristik banjir, kerentanan banjir, dampak banjir,

pengendalian banjir, dan persebaran daerah rawan banjir.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dipaparkan, agar permasalahan

tidak terlalu luas maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini yaitu

fakor – fakor yang mempengaruhi banjir, karakteristik banjir dan kerawanan banjir.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi banjir di Kecamatan Medan


(17)

2. Bagaimana karakteristik banjir di Kecamatan Medan Selayang?

3. Bagaimana persebaran daerah rawan banjir di Kecamatan Medan

Selayang?

E. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah yaitu untuk

mengetahui:

1. Faktor – faktor yang mempengaruhi banjir di Kecamatan Medan Selayang. 2. Karakteristik banjir di Kecamatan Medan Selayang.

3. Persebaran daerah rawan banjir di Kecamatan Medan Selayang.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya, khususnya tentang

persebaran daerah rawan banjir.

2. Sebagai salah satu sumbangan ilmu pengetahuan geografi khususnya

geografi fisik.

3. Sebagai acuan untuk para pembaca agar lebih memperhatikan lingkungan


(18)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian dengan mengumpulkan data skunder dari

instansi terkait, dan data primer hasil observasi dan wawancara maka dapat

diperoleh data bahwa dari tujuh kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan

Selayang yang menjadi daerah penelitian terdapat lima kelurahan yang rawan

banjir, diantaranya adalah Kelurahan Padang Bulan Selayang I, Kelurahan Padang

Bulan Selayang II, Kelurahan Beringin, Kelurahan Tanjung Sari, dan Kelurahan

Sempakata. Sedangkan kelurahan yang tidak rawan banjir adalah Kelurahan Asam

Kumbang.

Besar kecilnya banjir di suatu daerah sangat ditentukan oleh sebab dan

karaktristik banjir setempat.Karaktristik banjir setempat sangat tergantung kepada

karaktristik lingkungan daerah bersangkutan yaitu daerah studi berupa daerah

dataran rendah.

1. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Banjir di Kecamatan Medan

Selayang

a. Curah Hujan

Berdasarkan data yang diperoleh dari Stasiun Klimatologi Sampali dari tahun

2008 – 2012 dapat diketahui bahwa daerah penelitian memiliki rata – rata curah hujan selama 5 tahun terakhir yaitu 2.685 mm/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa

curah hujan di Kecamatan Medan Selayang termasuk kedalam kelas basah yaitu


(19)

Keadaan curah hujan tahunan Kecamatan Medan Selayang tahun 2008 – 2012. Data tersebut sudah mewakili curah hujan di Kecamatan Medan Selayang.

Berdasarkan data di atas curah hujan paling tinggi terdapat pada tahun 2009 yaitu

sebanyak 3153 mm/tahun termasuk kedalam kelas sangat basah yaitu dengan

jumlah curah hujan >3000 mm/tahun, disusul kelas basah yaitu tahun 2012 yaitu

2892 mm/tahun dan tahun 2011 yaitu 2569 mm/ tahun, sedangkan tahun 2008

yaitu curah hujan 2267 mm/tahun termasuk kelas sedang atau lembab. Maka dari

data tahun 2008 sampai tahun 2012, rata – rata curah hujan yaitu sebanyak 2.685 mm/tahun.

Curah hujan rata – rata selama lima tahun terakhir yaitu sebesar 2.685 mm/tahun yang termasuk kedalam kelas basah yang merupakan curah hujan yang

tinggi sehingga durasi satu sampai dua jam saja sudah menyebabkan banjir di

Kecamatan Medan Selayang.

Tabel 17.Curah hujan bulanan Kecamatan Medan Selayang

Bulan / Tahun

Curah hujan mm/bulan Jumlah 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 110 12 31 205 241 134 240 181 320 258 145 314 56 177 136 39 46 98 163 141 476 149 62 164 119 43 20 57 116 87 89 156 184 164 83 111 34 91 102 105 160 98 64 170 236 126 73 234

137 82 264 206 182 184 1374 57 114 106 114 72 147 933 16 140 512 124 211 158 1450 87 117 230 144 222 356 1562 147 127 310 201 138 334 1820 133 92 261 311 69 235 1518 147 197 270 212 229 170 1781 145 154 251 229 250 273 1950 220 255 330 212 300 227 2760 245 432 319 203 301 285 2482 287 321 275 311 283 269 2109 167 236 179 280 312 254 2251 Jumlah 2192 1707 1229 1498 1788 2267 3153 2547 2569 2892 20428 BB 10 7 6 7 9 10 12 12 10 12 95 BL - 2 3 4 1 2 - - 2 - 14 BK 2 3 3 1 2 - - - 11 Sumber: Data Primer Olahan, 2013


(20)

Keterangan :

BB: Bulan Basah (curah hujan>100 mm) BL: Bulan Lembab (curah hujan 60 – 100 mm) BK: Bulan Kering (curah hujan <60 mm)

Berdasarkan tabel 17 menunjukkan bahwa curah hujan tertinggi tahunan

yaitu tahun 2009 yaitu sebesar 3153 mm, dan pada bulan maret tahun 2009

terdapat curah hujan yang tinggi yaitu sebesar 512 mm. dan rata – rata curah hujan tahunan selama sepuluh tahun adalah sebesar 1702 mm. Dari tahun 2008 – 2012 terjadi peningkatan curah hujan, dimana pada tahun 2008 dan 2011 terdapat

10 bulan basah dan tahun 2009, 2010 dan 2012 terdapat 12 bulan basah. Artinya

pada bulan – bulan tersebut curah hujan banyak, sehingga input air tanah juga banyak dan menjadikan muka air tanah menjadi naik pada bulan – bulan basah.

Berdasarkan data curah hujan bulanan selama sepuluh tahun dari 2003 -

2012akan diketahui nilai Q di daerah penelitian.Dimana jumlah rata – rata bulan kering (11/12) dan rata – rata jumlah bulan basah tahunan (95/12). Dengan menggunakan rumus:

Q = rata – rata bulan kering x 100 % Rata – rata bulan basah

Q = 0,92x 100 % = 11,6 % 7,92

Jika dihubungkan dengan iklim Smith Ferguson maka Kecamatan Medan

Selayang termasuk daerah yang memiliki curah hujan sangat basah yaitu antara

0,0 – 14,3 % dapat dijelaskan pada tabel 21 dibawah ini:

Kecamatan Medan Selayang memiliki tipe A dengan ciri – ciri sangat basah dan curah hujan rata – rata bulanan berkisar antara 77,75 mm sampai 230 mm.


(21)

b. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan juga mempengaruhi kerentanan bahaya banjir di suatu

wilayah sebab setiap jenis penggunaan lahan memiliki infiltrasi dan run off yang

berbeda. Jenis penggunaan lahan di Kecamatan Medan Selayang adalah

pemukiman, persawahan, tubuh air dan kebun campuran.Diantara jenis lahan

tersebut, pemukiman merupakan penggunaan lahan yang paling luas yaitu seluas

1043 ha.

Tabel 18.Penggunaan Lahan Kecamatan Medan Selayang

No Penggunaan Lahan Luas 1

2 3 4

Tubuh air ( danau / rawa dan sungai) Sawah

Pemukiman Pertanian

94 400 1043 812

Jumlah 2379 ha

Sumber : Kantor Camat Medan Selayang, 2011

Berdasarkan tabel 18 menunjukkan bahwa penggunaan lahan yang paling

luas adalah pemukiman dan yang paling sedikit adalah tubuh air.Fenomena banjir

sangat berkaitan dengan daya serap permukaan tanah dan besarnya aliran

permukaan.Oleh karena itu pemukiman merupakan jenis penggunaan lahan yang

kurang baik dalam hal menyerap air. Salah satu penyebab banjir di daerah

Kecamatan Medan Selayang adalah faktor penggunaan lahan, salah satunya

adalah faktor pemukiman. Faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap proses

terjadinya banjir karena lahan untuk tempat daya serap air sudah semakin

berkurang.

Perubahan lahan salah satunya disebabkan oleh semakin bertambahnya


(22)

Kecamatan Medan Selayang termasuk kedalam kepadatan penduduk sangat padat

dengan tingkat kepadatan penduduk lebih besar dari 400 jiwa/km2

Tabel 19. Kepadatan Penduduk

No Kelurahan Luas

Wilayah (Km²) Jumlah Penduduk (orang) Kepadatan Penduduk per Km² 1 2 3 4 5 6 Asam Kumbang Beringin

PB. Selayang I PB Selayang II Sempakata Tanjung Sari 4,00 0,79 1,80 7,00 5,10 5,10 15.773 8.472 10.438 21.237 11.143 32.919 3.943 10.724 5.799 3.034 2.185 3.093

Jumlah 23,79 99.982 4.202

Sumber :Data Primer Olahan, 2013

Dengan menggunakan perhitungan kepadatan penduduk secara Aritmatika

diperoleh kepadatan penduduk tertinggi adalah Kelurahan Beringin yaitu 10.724

jiwa/km2 dan kepadatan penduduk terendah adalah Kelurahan Sempakata 2.185

jiwa/km2. Angka kepadatan penduduk yang tinggi ini berdampak pada perubahan

perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Medan Selayang.

c. Saluran Drainase

Sistem drainasi bawah permukaan tanah maupun permukaan tanah

diadakan secara memadai untuk mengumpulkan dan menyalurkan air hujan dan

air limbah. Belum tersedianya drainase yang memadai terlihat dari kapasitas

saluran drainasi yang tersumbat oleh sampah .

Sampah merupakan hasil sampingan dari kegiatan manusia sehari-hari.

Jumlah sampah yang semakin besar memerlukan pengelolaan yang harus

dilakukan secara bertanggung jawab.Selama tahapan penanganan sampah banyak


(23)

menimbulkan dampak yang berpotensi mengganggu lingkungan. Sampah padat

yang dibuang ke saluran menimbulkan sedimentasi atau pengendapan sehingga

menimbulkan pendangkalan dan penyempitan alur serta menghambat aliran.

Tabel 20.Jenis tempat pembuangan sampah di Kecamatan Medan Selayang

No Kelurahan Lingkungan Jenis Tempat Pembuangan Sampah Ketersediaan TPS Tempat sampah kemudian diangkat Dalam lubang/ dibakar sungai

1 Padangbulan Selayang I Ia Ib III V VIII IX 1 1 1 1 1 1 2

2 Padangbulan Selayang II II III V VI VII VIII IX XII XIII XV XVI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3 Beringin III V VI 1 1 1 -

4 Sempakata II III

1 1

-

5 Tanjungsari VI X XI 1 1 1 1

6 Asam Kumbang

Tidak Pernah banjir

Sumber : Data Primer Olahan, 2013

Tabel 20 diambil dari wawancara terhadap kepala lingkungan yang terkena


(24)

sementara. Di daerah Kecamatan Medan Selayang masih banyak masyarakat yang

membuang sampah ke saluran drainase, hal ini merupakan salah satu penyebab

karakteristik drainase di Kecamatan Medan Selayang masih buruk. Di sebagian

lingkungan di Kecamatan Medan Selayang tempat pembuagan sampahnya sudah

ada yang langsung diangkat oleh petugas sampah, namun hal tersebut tidak

terealisasi secara keseluruhan. Bagi masyarakat yang tinggal agak kedalam masih

membuang sampah ke saluran drainase atau kedaerah rawa-rawa di sekitar tempat

tinggalnya. Ada juga yang langsung membakar sampah.Selain itu bagi masyarakat

yang tinggal di daerah jalan besar menggunakan jasa petugas pengangkut sampah

juga masih dapat menyebabkan saluran drainase menjadi sumbat, hal ini terjadi

jika petugas pengangkut sampah datang terlalu lama sehingga sampahnya menjadi

berserakan dan masuk ke saluran drainase.

Karakteristik saluran drainase di Kecamatan Medan Selayang di bagi

menjadi dua, saluran alami dan saluran buatan.


(25)

Saluran alami tidak lurus dan tidak teratur, terdapat bebatuan dan banyak

tumbuhan. Saluran buatan melengkung, berlubang, dan berdinding semen dan

pasir serta banyak terdapat tumbuh – tumbuhan sehingga aliran pelan. Saluran drainase di Kecamatan Medan Selayang buruk, hal ini disebabkan oleh kurangnya

kesadaran masyarakat dalam membersihkan drainase yang ada.

2. Karakteristik Banjir

Setelah dilakukan penelitian dengan melakukan observasi dan wawancara

maka dapat diperoleh data bahwa daerah penelitian sering terjadi banjir setiap

hujan datang dengan intensitas tinggi. Daerah banjir dari enam kelurahan ada lima

kelurahan yang terkena banjir. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di


(26)

Tabel 21.Karakteristik banjir di Kecamatan Medan Selayang

No Kelurahan Lingkungan Kedalaman Genangan (m) Lama Genangan (jam) Frekuensi Banjir

1 Padangbulan Selayang I Ia Ib IV VI IX X

0,2 – 0,5 0,1 – 0,7 0,1 – 0,3 0,1 – 0,2 0,1 – 0,3 0,1 – 0,3

1 – 5 1 – 7 1 – 3 0,5 – 4 1 – 4 0,5 – 1

<1 Tahun

2 Padangbulan Selayang II II III V VI VII VIII IX XII XIII XV XVI

0,1 – 2 0,1 – 0,3 0,1 – 0,3 0,1 – 0,3 0,1 – 0,5 0,1 – 1,5 0,1 – 0,3 0,1 – 0,3 0,1 – 1,0 0,1 – 0,5 0,1 – 0,5

2 – 24 1 – 3 1 – 5 1 – 9 1 – 8 2 – 10 1 – 7 1 – 4 1 – 5 1 – 2 1 - 2

<1 Tahun

3 Beringin III V VI

0,1 – 0,3 0,1 – 0,6 0,1 – 2

1 – 3 1 – 10 2 – 13

<1 Tahun

4 Sempakata II III

0,1 – 0,2 0,1 – 0,3

0,5 – 1 1 – 2

<1 Tahun

5 Tanjungsari VI X XI

0,1 – 0,6 0,1 – 0,6 0,1 – 0,3

1 – 3 1 – 2 0,5 – 3

<1 Tahun

6 Asam Kumbang

Tidak Pernah Banjir

Sumber: Data Primer Olahan, 2013

Berdasarkan tabel 21 menunjukkan bahwa terdapat 5 kelurahan yang

terkena banjir yaitu Kelurahan Padangbulan Selayang I, Kelurahan Selayang II,

Kelurahan Beringin, Kelurahan Tanjung Sari, dan Kelurahan Sempakata.

Kedalaman genangan yang paling dalam adalah 2 meter dan lama gengan yang


(27)

a. Frekuensi Banjir

Dari wawancara setempat, masyarakat menyebutkan bahwa banjir yang

terjadi di daerah penelitian merupakan banjir yang diakibatkan oleh tingginya

intensitas curah hujan dan akibat luapan air sungai. Banjir kiriman atau banjir

besar terjadi pada tahun 2009 dan terakhir tahun 2011 yang terjadi 2 – 3 kali dalam satu tahun. Banjir terjadi disepanjang sungai Babura, Sungai Deli yang

melewati Kecamatan Medan Selayang antara lain Kelurahan Beringin dan

kelurahan Sempakata.

Sedangkan banjir lokal yang terjadi di Kecamatan Medan Selayang hampir

setiap hujan dengan intensitas tinggi maka Kecamatan Medan Selayang akan

banjir. Kelurahan yang mengalami banjir lokal adalah Kelurahan Padangbulan

Selayang I, Padangbulan Selayang II, Kelurahan Tanjung Sari (lihat gambar 6).

b. Kedalaman Banjir

Hasil dari pengamatan lapangan dapat ditemukan tingkat kedalaman dan daerah

rawan banjir yang berpariasi. Tingkat banjir dapat dibagi menjadi dua yaitu :

kedalaman 0 – 0,5 meter, merupakan daerah yang tidak rawan banjir dan hanya terjadi banjir ringan akibat sanitasi air baik dan umumnya cepat kering.

Sedangkan kedalaman 0,6 – 2 meter, merupakan daerah yang rawan banjir karena merupakan daerah dataran rendah (lihat gambar 7).

Ditinjau dari kedalaman banjir, Kelurahan Padangbulan Selayang II dan

Kelurahan Beringin memiliki kedalaman banjir yang paling dalam yaitu 2 meter,

kemudian Kelurahan Padang Bulang Selayang I yaitu 0,7 meter, Kelurahan

Tanjung Sari yaitu 0,6 meter dan yang paling rendah adalah Kelurahan


(28)

Gambar 4. Kedalaman banjir di Jln. Cempaka

c. Lama genangan

Lama banjir diukur sejak air mulai menggenangi hingga surut. Jika ditinjau dari

lama genangannya, Kelurahan Padang Bulan Selayang II adalah Kelurahan yang

paling lama tergenang yaitu 2 - 24 jam, diikuti kelurahan Beringin 2 - 13 jam,

kemudian Kelurahan Padang Bulan Selayang I yaitu 1 – 7 jam, Kelurahan Tanjung Sari 1 – 3 jam dan yang hanya sebentar tergenang yaitu Kelurahan Sempakata yaitu 0,5 – 1 jam (lihat gambar 8).

3. Persebaran Kerawanan Banjir

Setelah data diperoleh dan diolah, maka dapat dihitung tingkat kerawanan

banjir di Kecamatan Medan Selayang.

Curah hujan berpengaruh secara langsung terhadap banjir karena curah

hujan merupakan masukan dari kejadian banjir. Hujan yang turun dengan

intensitas yang tinggi akan mengakibatkan debit banjir yang lebih besar daripada


(29)

yang sama, hal ini disebabkan intensitas hujan yang tinggi akan lebih besar

memberikan sumbangan terhadap banjir.

Penggunaan Lahan berpengaruh terhadap secara tidak langsung terhadap

besar kecilnya debi banjir. Lahan yang berisi bangunan mengakibakan jumlah

debit air semakin tinggi karena air yang terinfiltasi lebih sedikit dalam perjalan

air limpasan. Infiltrasi adalah sebagai proses masuknya air kepermukaan tanah.

Kondisi banjir salah satunya disebabkan oleh buruknya kondisi saluran

drainase, sehingga saluran tidak dapat menampung dan mengalirkan air ke sungai

akibatnya air meluap ke daerah yang lebih rendah. Sebaliknya jika drainase baik

maka kemungkinan banjir akan semakin kecil.

Hal ini juga didukung oleh karakterisitik banjir yang ada di Kecamatan


(30)

Tabel 22.Kelas Kerawanan Banjir di Kecamatan Medan Selayang

Sumber: Data Primer Olahan, 2013 Keterangan:

F = Frekuensi H = Harkat

K = Kedalaman genangan

Berdasarkan tabel 22 menunjukkan bahwa Padang Bulan Selayang I,

Tanjung Sari merupakan daerah Rawan banjir, Kelurahan Beringin dan Kelurahan

Padang Bulan Selayang II merupakan daerah yang Sangat Rawan Banjir dan

Kelurahan Asam Kumbang adalah Kelurahan yang tidak rawan banjir. Kelurahan Harkat Karakteristik Banjir

F H L (jam) H K (m) H Jum-lah Tingkat Kerentanan PB. Selayang I <1 tahun

2 1 – 7 1 0,1 – 0,7 2 5 Rawan Sangat rawan Rawan Sangat rawan Kurang rawan PB. Selayang II <1 tahun

2 1 – 24 2 0,1 – 2 3 7 Tanjungsari <1

tahun

2 1 – 3 1 0,1 – 0,6 2 5 Beringin <1

tahun

2 1 – 13 2 0,1 – 2 3 7 Sempakata <1

tahun

2 0,5 – 2 1 0,1 – 0,3 1 4 Asam

Kumbang


(31)

(32)

(33)

(34)

(35)

B. Pembahasan

1. Faktor Penyebab Banjir Di Kecamatan Medan Selayang a. Curah hujan

Faktor curah hujan di Kecamatan Medan Selayang juga mempengaruhi

kerentanan banjir dapat dilihat dari intensitas curah hujan yang meningkat dari

tahun 2010 – 2012, tahun 2008 curah hujan 2267, tahun 2009 curah hujan mengalami peningkatan menjadi 3154 mm, dan tahun 2010 curah hujan menjadi

2547 mengalami penurunan, tetapi tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi

2569 mm, dan tahun 2012 curah hujan 2892. Dan curah hujan rata - rata bulanan

yaitu 11,6 % dan termasuk curah hujan sangat basah menurut iklim Smith

Ferguson.

Oleh karena itu ketika curah hujan tinggi maka tidak dapat menampung

air hujan sehingga terjadi luapan dan mengakibatkan banjir. Hal ini sesuai dengan

penelitian Suherlan (2001) yang mengatakan bahwa semakin tinggi tebal hujan

maka tingkat kerentanan dan debit banjir semakin tinggi. Luapan air tersebut

menggenangi daerah – daerah yang rendah seperti jalan raya dan sebagian sawah.Hal ini telah menjadi fenomena rutin ketika terjadi hujan. Curah hujan

yang tinggi pada waktu 1 – 3 jam sudah merupakan peringatan akan datangnya bencana banjir di Kecamatan Medan Selayang.

Curah hujan yang tinggi dapat mengakibatkan banjir dibeberapa tempat

kawasan jatuhnya hujan demikian juga yang terjadi di daerah penelitian, apabila

terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi maka di beberapa titik

(lokasi) di wilayah Kecamatan Medan Selayang sudah terjadi banjir lokal berupa


(36)

b. Penggunaan Lahan

Kecamatan Medan Selayang sebagian besar wilayahnya digunakan

sebagai pemukiman.Pemukiman yang semakin lama semakin mengisi lahan

kosong.Hal ini menyebabkan semakin sedikit air yang dapat terserap oleh air

akibat tanah telah ditutupi oleh pemukiman.

Selain itu penggunaan lahan daerah studi penelitian penting untuk

diketahui.Informasi mengenai penggunaan lahan dapat digunakan untuk

mengetahui penyebab bertambahnya volume banjir dan daerah yang terlanda

banjir, dalam hal ini konversi lahan dari pertanian ke bukan pertanian, khususnya

yang kedap air (impervious area) bisa merubah koefisien run – off.

Lapisan kedap akan mengganggu pada musim hujan. Air yang banyak

akan membuat lahan pemukiman cepat jenuh air apalagi pemukiman yang

membuat semen seluruh pekarangan akan menyebabkab limpasan permukaan

cenderung lebih besar. Oleh karena itu ketika hujan deras, lahan pemukiman tidak

dapat menyerap air hujan melainkan menyalurkannya ke jalan raya bahkan

menyebabkan genangan.

Pemukiman menyebabkan daerah Kecamatan Medan Selayang menjadi

daerah yang sangat rawan terhadap banjir, hal ini disebabkan oleh semakin

sedikitnya lahan hijau atau lahan kosong yang menyerap air masuk kedalam tanah

dan menyebabkan adanya genangan air. Semakin banyak pemukiman atau lahan


(37)

c. Saluran Drainase

Kondisi saluran di Kecamatan Medan Selayang adalah buruk. Dimana

saluran buatan tidak lurus dan tidak teratur dan saluran alami melengkung,

berlubang dan ditemukan tumbuh – tumbuhan sehingga memperlambat aliran. Selain itu banyak terlihat sampah yang bertumpuk di dalam saluran sehingga

membentuk sedimentasi dan menyebabkan drainase tidak berfungsi secara

optimal.

Hal ini juga didukung oleh tindakan manusia dalam membuang sampah.

Dari observasi dan wawancara yang dilakukan penulis dilapangan masih banyak

masyarakat yang membuang sampah langsung ke parit dekat rumahnya, namun

ada juga yang membuangnya ke tong sampah bahkan ada juga yang

membuangnya ke sungai sehingga menyebabkan tersumbatnya drainase sehingga

aliran air lambat dan ketika hujan turun akan menyebabkan banjir.

Aliran drainase yang tidak lancar mengalir juga diperburuk lagi dengan

penyempitan saluran dimana masyarakat mendirikan kios di atas saluran drainase.

Hal ini dapat dilihat pada ruas jalan jamin ginting, tanjung sari dan jalan cempaka.

Untuk itu disamping membersihkan dan merawat saluran drainase dan

pendimensian ulang juga perlu merubah kemiringan dengan memperdalam

saluran sekunder agar aliran yang berasal dari saluran rumah tangga dapat

mengalir lancar hingga akhirnya sampai ke saluran primer.

Berkurangnya kapasitas saluran atau drainase di Kecamatan Medan

Selayang, disebabkan oleh meningkatnya lapisan sedimen baik sebagai muatan

terlarut maupun muatan dasar.Peningkatan sedimen sendiri merupakan akibat


(38)

Belum tersedianya drainase yang memadai, belum tersedianya saluran

yang memadai terlihat dari kapasitas saluran drainase yang kebanyakan sudah

terlampaui tetapi karena air “antri masuk” maka jalan – jalan mulai tergenang

banjir ini. Kurang besarnya dimensi saluran yang ada karena perencanaan yang

kurang diperhitungkan.

Banjir pada umumnya terjadi akibat hujan lebat dengan durasi lama

sehingga meningkatkan volume air dan mempercapat peningkatan akumulasi

aliran permukaan (run – off). Yang akan berpengaruh terhadap saluran primer, saluran sekunder dan saluran tersier.

Salah satu negara maju yaitu Tokyo memiliki curah hujan yang tinggi serta

terdiri dari banyak bangunan namun tidak terjadi banjir. Hal ini disebabkan oleh

yang pertama adalah adanya perancangan kota yang baik dimana adanya saluran

drainase bawah tanah yang luas yang bisa menampung debit air yang tinggi,

sehingga aliran air lancar mengalir dan tidak ada penyempitan saluran karena ada

petugas yang bertugas dalam membersihkan drainase yang ada. Yang kedua

adalah perilaku manusia dalam membuang sampah dimana mereka akan

dikenanakan sanksi apabila membuang sampah dengan sembarangan sehingga

jarang sekali terlihat adanya sampah yang berserakan di sepanjang jalan karena

sampah bisa menyumpat saluran drainase yang ada.

Dari contoh tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang

paling utama dalam banjir adalah manusianya yaitu perancangan kota dan

perilaku manusia dalam membuang sampah.Disusul dengan penggunaan lahan,


(39)

2. Karakteristik Banjir Di Kecamatan Medan Selayang a. Kedalaman Banjir

Kedalaman banjir di Kecamatan Medan Selayang berbeda tingginya di

setiap kelurahan dan di setiap lingkungan. Kelurahan yang paling tinggi

kedalamannya adalah Kelurahan Beringin yaitu lingkungan VI mencapai 2 meter

dari permukaan tanah dan Kelurahan Padangbulan Selayang II yaitu Lingkungan

II dan Kelurahan Beringin lingkungan VI yaitu 2 meter. Kelurahan Padanbulan

selayang II, Lingkungan II, menurut kepala lingkungan daerah tersebut

merupakan daerah rawa, sedangkan daerah Kelurahan Beringin lingkungan VI

dataran rendah yang dekat dengan sungai.

b. Lama Genangan

Lama genangan di Kecamatan Medan Selayang sangat bervariasi, daerah

yang paling lama tergenang adalah Kelurahan Padangbulan Selayang II,

lingkungan II, selama kurang lebih 24 jam, hal ini disebabkan air masuk ke

dalam gang rumah dan ketika hujan berhenti air akan mengalir mencari tempat

yang lebih rendah. Lama banjir tergantung pada lamanya hujan sehingga apabila

air yang ada didalam roil – roil sudah surut maka air yang tergenang akan surut.

c. Frekuensi Banjir

Kejadian banjir setiap tahunnya pasti terjadi, pengamatan penulis tahun

2012 terjadi setiap bulan hujan april – oktober, dan di tahun 2013 frekuensi banjir semakin sering, adapun frekuensi banjir yang ada di Kecamatan Medan Selayang

lebih dari dua kali dalam setahun, dan hujan lokal 10 – 13 kali dalam setahun. Durasi hujan 1-2 jam dengan curah hujan tinggi sudah menyebabkan air meluap


(40)

3. Persebaran Daerah Rawan Banjir Di Kecamatan Medan Selayang

Dalam penelitian ini tingkat kerawanan di bagi menjadi 4, sangat rawan

banjir, rawan banjir, kurang rawan banjir dan tidak rawan banjir. Kecamatan

Medan Selayang termasuk ke dalam tingkat kerawanan banjir yaitu rawan banjir.

Hal tersebut diperoleh dari penghitungan yang diperoleh.Karakteristik yang

diperoleh bertujuan untuk bersiaga ketika terjadi hujan dan kemungkinan terjadi

banjir di kelurahan masing – masing. Adapun daerah yang tidak rawan banjir adalah Kelurahan Asam Kumbang, kelurahan yang agak rawan banjir adalah

Kelurahan Sempakata, Kelurahan yang rawan banjir adalah Kelurahan Tanjung

Sari dan Kelurahan Padangbulan Selayang I. Dan kelurahan yang sangat rawan

terhadap banjir adalah Kelurahan Padangbulan Selayang II dan Kelurahan

Beringin.

Persebaran daerah rawan banjir di Kecamatan Medan Selayang tidak

merata, daerah yang paling banyak mengalami banjir yaitu di Kelurahan

Padangbulan Selayang II dan kelurahan yang tidak terkena banjir adalah

Kelurahan Asam Kumbang.

Persebaran lingkungan yang terkena banjir di Kelurahan Padangbulan

Selayang II meliputi lingkungan II, III, V, VI, VII, VIII, IX, XII, XIII, XV, dan

lingkungan XVI dan yang sangat rawan ada dilingkungan II, hal ini disebabkan

karena masih terdapat rawa di daerah tersebut. Persebaran lingkungan yang

terkena banjir di kelurahan Padangbulan Selayang I meliputi lingkungan I, III, V,

VIII, dan lingkungan IX. Persebaran lingkungan yang terkena banjir di Kelurahan

Tanjung Sari meliputi lingkungan VII, X, dan lingkungan XI.Persebaran


(41)

dan lingkungan III.Persebaran lingkungan yang terkena banjir di Kelurahan


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, Chay. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Asrul. 2010. Penyebaran Daerah Rawan Banjir di Kelurahan Anggrung Kecamatan Medan Polonia Kota Medan. Skripsi. Medan : Jurusan Pendidikan Geografi FIS – UNIMED.

Kusumawijaya, Marco. 2007. Kota Bebas Banjir?. Sumber: Kompas, 30 November 2007. http://bebasbanjir2025.wordpress.com/artikel-tentang-banjir/marco kusumawijaya/, diakses 13 -5-2013

Maryono, Agus. 2004. Menangani Banjir, Kekeringan dan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Mislan. Bencana Banjir, Pengenalan Karakteristik Dan Kebijakan Penanggulanangannya Di Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal. 2011. Universitas Wulawarman.

Prasetyo, Agus. 2011. Kajian Kerentanan dan Daerah Rawan Banjir Limpasan Sungai Bogwonto dalam Upaya Pengelolaan DAS secara terpadu dan Berkelanjutan. Tesis (online). Semarang: Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro. http//eprints.undip.ac.id.31588/, diakses 13 – 4 – 2013, PUKUL 18.00 WIB.

Primayda A, 2006. Pemetaan Daerah Rawan Banjir dan Resiko Banjir Menggunakan Sistem Informasi Geografis: studi kasus Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur (Skripsi). Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Ristya, Wika. 2012. Kerentanan Wilayah Terhadap Banjir di Sebagian Cekungan Bandung. Skripsi. Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam – UI.

Suherlan, Erlan. Zonasi Tingkat Kerentanan Banjir Kabupaten Bandung. Tesis, 2001. Bogor : FMIPA Institut Pertanian Bogor. http//repository.ipb.ac.id/bitsream/handle/123456789/13674/G01esu1.pdf? sequence=1, diakses 13-4-2013


(43)

Tarseon. 2002. Fenomena Banjir di Wilayah Perkotaan. Jakarta : UI Pres.

Utomo W. Y. 2004. Pemetaan Kawasan Berpotensi Banjir DAS Kaligarang Semarang dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografi (skripsi). Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

http://simbalapan.tripod.com/homepage/banjir.htm ( diakses 16-4-2013, pukul 16.30 WIB)


(1)

Belum tersedianya drainase yang memadai, belum tersedianya saluran yang memadai terlihat dari kapasitas saluran drainase yang kebanyakan sudah terlampaui tetapi karena air “antri masuk” maka jalan – jalan mulai tergenang banjir ini. Kurang besarnya dimensi saluran yang ada karena perencanaan yang kurang diperhitungkan.

Banjir pada umumnya terjadi akibat hujan lebat dengan durasi lama sehingga meningkatkan volume air dan mempercapat peningkatan akumulasi aliran permukaan (run – off). Yang akan berpengaruh terhadap saluran primer, saluran sekunder dan saluran tersier.

Salah satu negara maju yaitu Tokyo memiliki curah hujan yang tinggi serta terdiri dari banyak bangunan namun tidak terjadi banjir. Hal ini disebabkan oleh yang pertama adalah adanya perancangan kota yang baik dimana adanya saluran drainase bawah tanah yang luas yang bisa menampung debit air yang tinggi, sehingga aliran air lancar mengalir dan tidak ada penyempitan saluran karena ada petugas yang bertugas dalam membersihkan drainase yang ada. Yang kedua adalah perilaku manusia dalam membuang sampah dimana mereka akan dikenanakan sanksi apabila membuang sampah dengan sembarangan sehingga jarang sekali terlihat adanya sampah yang berserakan di sepanjang jalan karena sampah bisa menyumpat saluran drainase yang ada.

Dari contoh tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang paling utama dalam banjir adalah manusianya yaitu perancangan kota dan perilaku manusia dalam membuang sampah.Disusul dengan penggunaan lahan, curah hujan, kemiringan lereng, tekstur tanah, dan jenis tanah yang ada.


(2)

2. Karakteristik Banjir Di Kecamatan Medan Selayang a. Kedalaman Banjir

Kedalaman banjir di Kecamatan Medan Selayang berbeda tingginya di setiap kelurahan dan di setiap lingkungan. Kelurahan yang paling tinggi kedalamannya adalah Kelurahan Beringin yaitu lingkungan VI mencapai 2 meter dari permukaan tanah dan Kelurahan Padangbulan Selayang II yaitu Lingkungan II dan Kelurahan Beringin lingkungan VI yaitu 2 meter. Kelurahan Padanbulan selayang II, Lingkungan II, menurut kepala lingkungan daerah tersebut merupakan daerah rawa, sedangkan daerah Kelurahan Beringin lingkungan VI dataran rendah yang dekat dengan sungai.

b. Lama Genangan

Lama genangan di Kecamatan Medan Selayang sangat bervariasi, daerah yang paling lama tergenang adalah Kelurahan Padangbulan Selayang II, lingkungan II, selama kurang lebih 24 jam, hal ini disebabkan air masuk ke dalam gang rumah dan ketika hujan berhenti air akan mengalir mencari tempat yang lebih rendah. Lama banjir tergantung pada lamanya hujan sehingga apabila air yang ada didalam roil – roil sudah surut maka air yang tergenang akan surut. c. Frekuensi Banjir

Kejadian banjir setiap tahunnya pasti terjadi, pengamatan penulis tahun 2012 terjadi setiap bulan hujan april – oktober, dan di tahun 2013 frekuensi banjir semakin sering, adapun frekuensi banjir yang ada di Kecamatan Medan Selayang lebih dari dua kali dalam setahun, dan hujan lokal 10 – 13 kali dalam setahun. Durasi hujan 1-2 jam dengan curah hujan tinggi sudah menyebabkan air meluap dan menggenangi Kecamatan Medan Selayang.


(3)

3. Persebaran Daerah Rawan Banjir Di Kecamatan Medan Selayang

Dalam penelitian ini tingkat kerawanan di bagi menjadi 4, sangat rawan banjir, rawan banjir, kurang rawan banjir dan tidak rawan banjir. Kecamatan Medan Selayang termasuk ke dalam tingkat kerawanan banjir yaitu rawan banjir. Hal tersebut diperoleh dari penghitungan yang diperoleh.Karakteristik yang diperoleh bertujuan untuk bersiaga ketika terjadi hujan dan kemungkinan terjadi banjir di kelurahan masing – masing. Adapun daerah yang tidak rawan banjir adalah Kelurahan Asam Kumbang, kelurahan yang agak rawan banjir adalah Kelurahan Sempakata, Kelurahan yang rawan banjir adalah Kelurahan Tanjung Sari dan Kelurahan Padangbulan Selayang I. Dan kelurahan yang sangat rawan terhadap banjir adalah Kelurahan Padangbulan Selayang II dan Kelurahan Beringin.

Persebaran daerah rawan banjir di Kecamatan Medan Selayang tidak merata, daerah yang paling banyak mengalami banjir yaitu di Kelurahan Padangbulan Selayang II dan kelurahan yang tidak terkena banjir adalah Kelurahan Asam Kumbang.

Persebaran lingkungan yang terkena banjir di Kelurahan Padangbulan Selayang II meliputi lingkungan II, III, V, VI, VII, VIII, IX, XII, XIII, XV, dan lingkungan XVI dan yang sangat rawan ada dilingkungan II, hal ini disebabkan karena masih terdapat rawa di daerah tersebut. Persebaran lingkungan yang terkena banjir di kelurahan Padangbulan Selayang I meliputi lingkungan I, III, V, VIII, dan lingkungan IX. Persebaran lingkungan yang terkena banjir di Kelurahan Tanjung Sari meliputi lingkungan VII, X, dan lingkungan XI.Persebaran lingkungan yang terkena banjir di Kelurahan Sempakata meliputi lingkungan II


(4)

dan lingkungan III.Persebaran lingkungan yang terkena banjir di Kelurahan Beringin meliputi lingkungan III, V dan lingkungan VI.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, Chay. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Asrul. 2010. Penyebaran Daerah Rawan Banjir di Kelurahan Anggrung Kecamatan Medan Polonia Kota Medan. Skripsi. Medan : Jurusan Pendidikan Geografi FIS – UNIMED.

Kusumawijaya, Marco. 2007. Kota Bebas Banjir?. Sumber: Kompas, 30 November 2007. http://bebasbanjir2025.wordpress.com/artikel-tentang-banjir/marco kusumawijaya/, diakses 13 -5-2013

Maryono, Agus. 2004. Menangani Banjir, Kekeringan dan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Mislan. Bencana Banjir, Pengenalan Karakteristik Dan Kebijakan Penanggulanangannya Di Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal. 2011. Universitas Wulawarman.

Prasetyo, Agus. 2011. Kajian Kerentanan dan Daerah Rawan Banjir Limpasan Sungai Bogwonto dalam Upaya Pengelolaan DAS secara terpadu dan Berkelanjutan. Tesis (online). Semarang: Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro. http//eprints.undip.ac.id.31588/, diakses 13 – 4 – 2013, PUKUL 18.00 WIB.

Primayda A, 2006. Pemetaan Daerah Rawan Banjir dan Resiko Banjir Menggunakan Sistem Informasi Geografis: studi kasus Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur (Skripsi). Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Ristya, Wika. 2012. Kerentanan Wilayah Terhadap Banjir di Sebagian Cekungan Bandung. Skripsi. Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam – UI.

Suherlan, Erlan. Zonasi Tingkat Kerentanan Banjir Kabupaten Bandung. Tesis, 2001. Bogor : FMIPA Institut Pertanian Bogor. http//repository.ipb.ac.id/bitsream/handle/123456789/13674/G01esu1.pdf? sequence=1, diakses 13-4-2013


(6)

Tarseon. 2002. Fenomena Banjir di Wilayah Perkotaan. Jakarta : UI Pres.

Utomo W. Y. 2004. Pemetaan Kawasan Berpotensi Banjir DAS Kaligarang Semarang dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografi (skripsi). Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

http://simbalapan.tripod.com/homepage/banjir.htm ( diakses 16-4-2013, pukul 16.30 WIB)