PENGARUH PENERAPAN METODE ROLE PLAYING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS.

(1)

Yatci Andriyani, 2013

Pengaruh Penerapan Metode Role Playing Terhdap Motivasi Belajar Dan Keterampilan Sosial Siswa Pada

T E S I S

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Dasar Konsentrasi Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh

YATCI ANDRIYANI NIM. 1102566


(2)

Yatci Andriyani, 2013

Pengaruh Penerapan Metode Role Playing Terhdap Motivasi Belajar Dan Keterampilan Sosial Siswa Pada

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

PERNYATAAN

De ga i i saya e yataka bahwa tesis ya g berjudul PENGARUH PENERAPAN METODE ROLE PLAYING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS i i da seluruh isi ya adalah be ar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya.

Bandung, Oktober 2013 Yang membuat pernyataan

Yatci Andriyani NIM. 1102566


(3)

Yatci Andriyani, 2013

Pengaruh Penerapan Metode Role Playing Terhdap Motivasi Belajar Dan Keterampilan Sosial Siswa Pada DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING :

Pembimbing I

Prof Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd NIP. 19570408 198401 1 003

Pembimbing II

Prof Dr. Bunyamin Maftuh, M.A NIP. 19620702 198601 1 002


(4)

Yatci Andriyani, 2013

Pengaruh Penerapan Metode Role Playing Terhdap Motivasi Belajar Dan Keterampilan Sosial Siswa Pada

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Dasar

Dr. Ernawulan Syaodih, M.Pd NIP. 19651001 199802 2 001

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PENGUJI :

Penguji I

Prof Dr. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001


(5)

Yatci Andriyani, 2013

Pengaruh Penerapan Metode Role Playing Terhdap Motivasi Belajar Dan Keterampilan Sosial Siswa Pada Dr. M. Solehuddin, M.Pd, MA


(6)

PENGARUH PENERAPAN METODE ROLE PLAYING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN KETERAMPILAN SOSIAL

SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

ABSTRAK

Penelitian ini bertolak dari keresahan peneliti terhadap rendahnya motivasi belajar siswa dan keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Dalam interaksi pembelajaran, siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Pembelajaran yang hanya berpusat pada guru (teacher centered) sehingga suasana pembelajaran menjadi pasif, sepi dan kurang bergairah. Atas dasar inilah, penelitian ini dilakukan untuk mengimplementasikan penggunaan metode pembelajaran bermain peran dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode role playing terhadap motivasi belajar dan keterampilan sosial siswa. Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar dan keterampilan sosial siswa sebagai dampak dari penggunaan metode

role playing. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen semu (quasi experiment). Kajian eksperimen difokuskan pada proses penerapan metode role playing dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar terhadap motivasi belajar

dan keterampilan sosial siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik nontest dalam bentuk observasi dan wawancara. Teknik analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif data statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan metode role playing dalam pembelajaran IPS terhadap motivasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan N-Gain motivasi belajar siswa pada kelas kontrol sebesar 0,46 dengan kategori sedang sedangkan pada kelas eksperimen sebesar 0,79 dengan kategori tinggi (2) Terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan metode role

playing dalam pembelajaran IPS terhadap keterampilan sosial siswa. Hal ini dapat

dilihat dari peningkatan N-Gain keterampilan sosial siswa pada kelas kontrol sebesar 0,58 dengan kategori sedang, sedangkan pada kelas eksperimen diperoleh 0,75 dengan kategori tinggi. Dengan demikian, peneliti merekomendasikan agar pembelajaran dengan menggunakan metode role playing dapat digunakan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar.


(7)

THE EFFECT OF ROLE PLAYING METHOD OF LEARNING TO MOTIVATION AND STUDENTS SOCIAL SKILLS SOCIAL STUDIES

ABSTRACT

This study departed from anxiety researchers to low student motivation and learning social skills of students in the Social Sciences . In the learning interaction , students are less enthusiastic in participating in learning . Learning only teacher-centered ( teacher teacher-centered ) so that the learning atmosphere being passive , lonely and less passionate. On this basis , the research is done to implement the use of learning methods play a role in learning social studies in elementary school . The problems of this study was to determine the effect of the use of role playing to motivate students to learn and social skills . The goal is to determine the increased motivation of students to learn and social skills as a result of the use of role playing. Research methodology is a quasi experimental methods. Experimental study focused on the application of the method of role playing in teaching social studies in elementary schools to motivate students to learn and social skills . The data was collected using nontest techniques in the form of observations and interviews . Data analysis techniques with descriptive analysis of statistical data . The results showed that : (1) There is a significant effect of the use of role playing in teaching social studies to students' motivation . It can be seen from the increase in N - Gain students' motivation to control grade of 0.46 with moderate category while in the experimental class was 0.79 with a high category (2) There is a significant effect of the use of role playing in a social studies lesson on social skills students. It can be seen from the increase in N-Gain social skills of students in the control class is 0.58 with moderate category, while in the experimental class with a 0.75 earned high category. Thus , the researcher recommends that learning by using role playing can be used in teaching Social Studies in Elementary School.


(8)

vi

Yatci Andriyani, 2013

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ……… ABSTRAK ……… KATA PENGANTAR ……….. UCAPAN TERIMAKASIH ……… DAFTAR ISI……….. DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ……… BAB I PENDAHULUAN ...

A.Latar Belakang Penelitian ……….... B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... C.Tujuan Penelitian ………... D.Manfaat Penelitian ………... E. Definisi Operasional ... F. Struktur Organisasi Tesis ……….

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………...

A.Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar ………..…

B. Pembelajaran IPS di SD ………...

C.Motivasi Belajar ... 1. Pengertian Motivasi Belajar ………... 2. Teori Motivasi Belajar ... 3. Macam-Macam Motivasi ... 4. Bentuk-Bentuk Motivasi ... 5. Fungsi Motivasi ………... 6. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar ... 7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi ... 8. Manfaat Motivasi Belajar ……… 9. Upaya Membangkitkan Motivasi Belajar …………... 10. Peranan Motivasi Belajar dalam IPS ……….. D. Keterampilan Sosial ...

1. Pengertian Keterampilan Sosial ... 2. Karakteristik Keterampilan Sosial ... 3. Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Sosial ... 4. Fungsi dan Kedudukan Keterampilan Sosial ... 5. Dimensi Keterampilan Sosial ... 6. Pengembangan Keterampilan Sosial dalam IPS ……. E. Metode Role Playing ...

1. Pengertian Metode Role Playing ... 2. Tujuan Penggunaan Metode Role Playing ... 3. Macam-Macam Metode Role Playing ... 4. Fungsi dan Kedudukan Role Playing ... 5. Langkah-Langkah Penerapan Metode Role


(9)

vii

Yatci Andriyani, 2013

F. Hubungan Penerapan Metode Role Playing terhadap Motivasi dan Keterampilan Sosial Siswa ... G. Paradigma Penelitian ………... H. Hipotesis ……….. I. Penelitian yang Relevan ………..

BAB III METODE PENELITIAN ...

A. Metode Penelitian ... B. Desain Penelitian ... C. Prosedur Penelitian . ... D. Populasi dan Sampel ... E. Teknik Pengumpulan Data ... F. Instrumen Penelitian ... G. Uji Coba Alat Pengumpul Data ... H. Teknik Analisis Data ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

A. Hasil Penelitian ... 1. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan

Metode Role Playing ..…... 2. Motivasi Belajar Siswa ……….

a. Penguasaan Awal (Pretest) ……….. b.Penguasaan Akhir (Posttest) ……… c. Hasil Peningkatan N-Gain ………... d.Hasil Uji Normalitas N-Gain ………... 3. Keterampilan Sosial ………..

a. Penguasaan Awal (Pretest) ……….. b.Penguasaan Akhir (Posttest) ……… c. Hasil Peningkatan N-Gain ………... d.Hasil Uji Normalitas N-Gain ………... 4. Hasil Perhitungan Setiap Aspek ………...

a. Motivasi Belajar ………...… b.Keterampilan Sosial……… B. Pembahasan ...

1.Pengaruh Penerapan Metode Role Playing

terhadap Motivasi Belajar Siswa... 2.Pengaruh Penerapan Metode Role Playing

terhadap Keterampilan Sosial Siswa ...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...

A. Kesimpulan ... B.Saran ...

DAFTAR PUSTAKA……… LAMPIRAN-LAMPIRAN ……….. 58 61 62 62 64 64 64 66 68 68 70 71 78 81 81 82 88 88 92 95 95 98 98 102 105 106 108 108 113 117 117 122 126 126 127 129 135


(10)

viii

Yatci Andriyani, 2013

Pengaruh Penerapan Metode Role Playing Terhdap Motivasi Belajar Dan Keterampilan Sosial Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Penelitian ... Tabel 3.3 Teknik Pengumpulan Data ... Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ………... Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Pedoman Observasi Motivasi

Belajar Siswa ... Tabel 3.6 Kisi-Kisi Pedoman Observasi Motivasi Belajar

Setelah Uji Validasi ... Tabel 3.7 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha ... Tabel 3.8 Hasil Uji Validasi Pedoman Observasi

Keterampilan Sosial Siswa ... Tabel 3.9 Kisi-Kisi Pedoman Observasi Keterampilan

Sosial Siswa setelah Uji Validasi ... Tabel 3.10 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha ... Tabel 3.11 Kategori Tingkat N-Gain ... Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Skor Penguasaan Awal

(Pretest) Motivasi Belajar Siswa ... Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas Skor Penguasaan Awal

(Pretest) Motivasi Belajar Siswa ... Tabel 4.3 Hasil Uji Beda Rata-Rata Pretest Motivasi Belajar

Siswa ... Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Skor Penguasaan Akhir

(Postest) Motivasi Belajar Siswa ... Tabel 4.5 Hasil Uji Beda Rata-Rata Skor Posttest Motivasi

Belajar Siswa ... Tabel 4.6 Hasil Uji Peningkatan N-Gain Motivasi Belajar

Siswa ... Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Peningkatan N-Gain

Motivasi Belajar Siswa ... Tabel 4.8 Hasil Uji Beda Rata-Rata Peningkatan N-Gain

Motivasi Belajar ………

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Skor Penguasaan Awal (Pretest) Keterampilan Sosial Siswa ... Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Skor Penguasaan Awal

(Pretest) Keterampilan Sosial Siswa ... Tabel 4.11 Hasil Uji Beda Rata-Rata Pretest Keterampilan

Sosial Siswa ... Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Skor Postest Keterampilan

Sosial Siswa ... Tabel 4.13 Hasil UjiHomogenitas Skor Postest Keterampilan

Sosial Siswa ... Tabel 4.14 Hasil Uji Beda Rata-Rata Postest Keterampilan

64 67 69 70 72 73 75 76 77 78 79 89 90 91 92 94 95 95 96 99 99 100 102 103


(11)

ix

Yatci Andriyani, 2013

Tabel 4.15 Hasil Uji Peningkatan N-Gain Keterampilan

Sosial ………..

Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas peningkatan N-Gain

Keterampilan Sosial Siswa ... Tabel 4.17 Hasil Uji Homogenitas Skor N-Gain

Keterampilan Sosial Siswa ... Tabel 4.18 Hasil Uji Beda Rata-Rata N-Gain Keterampilan

Sosial Siswa ... Tabel 4.19 Perolehan Skor Pretest, Posttest, dan N-Gain

Setiap Aspek Motivasi Belajar Siswa ... Tabel 4.20 Perolehan Skor Pretest, Postest, dan n-Gain Setiap Indikator Frekuensi Kehadiran ... Tabel 4.21 Perolehan Skor Pretest, Postest, dan n-Gain Setiap

Indikator Tekun dan rajin Mengerjakan Tugas dan Kesulitan ... Tabel 4.22 Perolehan Skor Pretest, Postest, dan n-Gain Setiap

Indikator Mampu Bekerja Mandiri Maupun

Kelompok ...

Tabel 4.23 Perolehan Skor Pretest, Postest, dan n-Gain Setiap Indikator Minat dan Ketajaman Perhatian dalam Belajar ... Tabel 4.24 Perolehan Skor Pretest, Postest, dan n-Gain Setiap

Indikator Percaya Diri dalam Menyelesaikan Tugas ... Tabel 4.25 Perolehan Skor Pretest, Postest, dan n-Gain Setiap Indikator Keterampilan Sosial Siswa ... Tabel 4.26 Perolehan Skor Pretest, Postest, dan n-Gain Setiap

Indikator Keterampilan Berkomunikasi atau Berinteraksi ... Tabel 4.27 Perolehan Skor Pretest, Postest, dan n-Gain Setiap Indikator Keterampilan Berpartisipasi Kelompok.. Tabel 4.28 Perolehan Skor Pretest, Postest, dan n-Gain Setiap Indikator Keterampilan Bekerjasama ... Tabel 4.29 Perolehan Skor Pretest, Postest, dan n-Gain Setiap

Indikator Keterampilan Bertanggungjawab ...

105 106 106 107 108 110 111 112 112 113 114 115 116 116 117


(12)

x

Yatci Andriyani, 2013

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian ……….

Gambar 3.1 Alur Penelitian ... Gambar 4.1 Uji Beda Rata-Rata Pretest Motivasi Belajar

Siswa ... Gambar 4.2 Uji Beda Rata-Rata Posttest Motivasi Belajar

Siswa ... Gambar 4.3 Uji Beda Rata-Rata Posttest N-Gain Motivasi

Belajar Siswa ... Gambar 4.4 Uji Beda Rata-Rata Pretest Keterampilan Sosial

Siswa ... Gambar 4.5 Uji Beda Rata-Rata Posttest Keterampilan Sosial

Siswa ... Gambar 4.6 Uji Beda Rata-Rata N-Gain Keterampilan Sosial

Siswa ... Gambar 4.7 Peningkatan Motivasi Belajar Siswa pada Kelas

Kontrol dan Kelas Eksperimen ... Gambar 4.8 Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa pada

Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 62 65

91

94

97

101

105

108

119


(13)

xi

Yatci Andriyani, 2013

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...

Lampiran B Alat Pengumpul Data ………

Lampiran C Hasil Skor Pretest dan Posttest ……….

Lampiran D Hasil Uji N-Gain ………...

Lampiran E Hasil Uji Normalitas, Homogenitas, dan Beda

Rata-Rata ………...

Lampiran F Grafik Persentase Peningkaan Motivasi Belajar dan

Keterampilan Sosial ………..

Lampiran G Surat-Surat ………

135 177 183 192

200

208 220


(14)

xii


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di Sekolah Dasar (SD) dimana dalam pembelajaran IPS bertujuan untuk membina kecerdasan sosial siswa yang mampu berpikir kritis, analitis, inovatif, berwatak dan berkepribadian luhur, bersikap ilmiah dalam cara memandang, menganalisa serta menelaah kehidupan nyata dihadapannya.

Dalam kurikulum 2006 dijelaskan bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidayah (MI)/Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) / Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) yang mengkaji seperangkat isu sosial. Melalui mata pelajaran IPS peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggungjawab serta warga dunia yang cinta damai. Menurut

Nu’man Somantri (Sapriya, 2006:7) Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah

penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.

Tujuan mata pelajaran IPS di SD/MI adalah agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan, nilai, dan sikap serta keterampilan sosial yang berguna bagi dirinya, mengembangkan pemahaman tentang pertumbuhan masyarakat Indonesia masa lampau hingga kini sehingga siswa bangga sebagai bangsa Indonesia.

Sumantri (2001:43 ) mengatakan bahwa

Pendidikan IPS merupakan mata pelajaran yang mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam usaha pembentukkan warga negara yang baik dan handal sesuai dengan tujuan pembangunan nasional, juga salah satu program pendidikan yang membina dan menyiapkan peserta didik sebagai warga Negara yang baik dan masyarakat. Hal ini tidak terlepas


(16)

dari sikap individu (siswa) dalam menghadapi tantangan zaman di saat kini maupun di saat nanti, yang tentu saja keterampilan (skill) harus dapat dimiliki oleh setiap individu tersebut, agar kelak individu (siswa) tersebut dapat siap menghadapi segala permasalahan dalam hidupnya

Artinya bahwa IPS berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, dan sikap serta keterampilan sosial siswa untuk dapat menelaah kehidupan sosial yang dihadapi sehari-hari serta menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap perkembangan masyarakat sejak masa lalu hingga masa kini. Sedangkan tujuannya adalah agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan nilai dan sikap serta keterampilan sosial yang berguna bagi dirinya, mengembangkan pemahaman tentang pertumbuhan masyarakat masa lampau hingga masa kini sebagai siswa bangga sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Menurut Fajar (2002:85) fungsi dari pelajaran IPS di SD / MI adalah mengembangkan pengetahuan nilai, sikap dan keterampilan sosial siswa untuk dapat menelaah kehidupan sosial yang dihadapi sehari-hari serta menumbuhkan rasa bangga dan cinta tanah air.

Menurut Wahab (1998 : 9) mengemukakan bahwa ;

Tujuan pengajaran IPS di sekolah tidak lagi semata-mata untuk memberikan pengetahuan dan menghapal sejumlah fakta dan informasi akan tetapi lebih dari itu. Para siswa selain diharapkan memiliki pengetahuan mereka juga dapat mengembangkan keterampilannya dalam berbagai segi kehidupan dimulai dari keterampilan akademiknya sampai pada keterampilan sosialnya terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini

Berdasarkan pengamatan di lapangan menunjukan bahwa pembelajaran IPS yang diberikan oleh guru kepada siswa secara verbalistis ( tradisional ), keterbatasan sumber belajar, metode yang digunakan tidak variatif, hal tersebut menyebabkan pembelajaran yang tidak aktif dan membosankan bagi siswa. Hal ini berdampak pada motivasi belajar siswa berkurang, kurangnya pemahaman dan penguasaan materi oleh siswa berdampak pada hasil belajar yang diperoleh dirasakan kurang atau tidak mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam hal ini, guru mengejar target kurikulum yang telah ditetapkan dan hanya memberikan siswa dengan pengetahuan saja tanpa melihat kebutuhan siswa untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan alam, sosial dan budayanya serta


(17)

tidak mampu mengembangkan dan mempraktekan keanekaragaman studi, kerja, dan intelektualnya secara pantas dan tepat sebagai mana diharapkan ilmu – ilmu sosial.

Proses pembelajaran IPS masih jauh dari apa yang menjadi tuntutan kurikulum dan hakikat IPS itu sendiri. Sehingga mata pelajaran IPS masih menjadi pelajaran yang dianggap tidak penting bagi siswa karena proses pembelajaran masih didominasi dan berpusat pada guru. Guru tidak bertindak sebagai fasilitator akan tetapi lebih banyak berindak dan berposisi satu-satunya sumber belajar. Akibatnya proses pembelajaran dirasakan tidak menarik dan membuat siswa tidak tertantang untuk belajar, bertanya, dan mengemukakan ide.

Peran peserta didik tampak belum secara optimal diperlakukan sebagai subyek didik yang memiliki potensi untuk berkembang secara mandiri. Posisi peserta didik masih dalam situasi dan kondisi belajar yang menempatkan mereka dalam keadaan pasif, aktivitas belajar mengajar masih didominasi guru dalam menyampaikan informasi yang secara garis besar bahan-bahannya telah tertulis dalam buku paket. Kebiasaan guru bertindak sebagai pemberi informasi, mengembangkan budaya belajar yang menerima dengan pengembangan berpikir pada tingkap hapalan. Peserta didik masih kuat kedudukannya sebagai murid yang memusatkan perhatiannya pada bahan yang disajikan oleh guru. Seperti kritikan yang dikemukakan oleh Stopsky dan Sharon Lee (Gunawan, 2011) yang menyatakan bahwa IPS merupakan

(1). Bidang studi yang membosankan ; (2). Pembelajaran yang bersumber pada buku teks; (3). Guru tidak dapat membelajarkan keterampilan berpikir; (4). Pada pembelajarann IPS, guru berasumsi bahwa tugas mereka adalah memindahkan pengetahuan dan keterampilan yang ada pada dirinya kepada siswa secara utuh.

Sunal ( 1993) menyimpulkan bahwa buku-buku IPS yang telah ditulis oleh para ahli tidak menyajikan proses pembelajaran IPS yang dituntut oleh apa yang seharusnya dilakukan guru dan apa yang diinginkan siswa. Proses pembelajaran IPS di sekolah dasar yang ditekankan pada penguasaan materi pelajaran sebanyak mungkin sehingga suasana belajar bersifat kaku, dan terpusat pada satu arah tidak


(18)

memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar lebih aktif. Budaya belajar ditandai oleh budaya hapalan daripada budaya berpikir, proses pembelajaran tersebut mempersiapkan siswa supaya yang tercetak dalam buku paket tanpa dibekali keterampilan-keterampilan bagaimana siswa menggali dan menemukan fakta dan konsep serta pembentukkan generalisasi sebagai bekal siswa untuk hidup di masyarakat secara nyata.

Kondisi ini tampak memuculkan kelemahan bagi peserta didik, jika dilihat dari tuntutan peran peserta didik dalam peningkatan mutu pendidikan, antara lain mereka kurang terlatih dalam menemukan/mencari, menganalisis dan menggunakan informasi sebagai akibat dari sajian materi yang bersifat kognitif tanpa banyak memuat masalah faktual. Interaksi belajar mengajar sebenarnya mengandung makna membangun proses motivasi. Artinya bahwa proses interaksi belajar mengajar tersebut pihak pengajar mampu memberikan dan mengembangkan motivasi serta reinforcement kepada pihak warga belajar/siswa agar dapat melakukan kegiatan belajar secara optimal.

Dalam pembelajaran, motivasi merupakan sesuatu yang menggerakkan atau mendorong siswa untuk belajar atau menguasai materi pelajaran yang sedang diikutinya. Mengajar dalam konteks proses pendidikan, menurut Sanjaya (2007) tidak hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi juga memaknai sebagai proses mengatur lingkungan. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam proses belajar mengajar siswa harus dijadikan sebagai pusat dari kegiatan. Hal ini dimaksudkan untuk membentuk watak, peradaban dan meningkatkan mutu peserta didik.

Pembelajaran perlu memperdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Tingkat pencapaian kompetensi dasar sangat ditentukan oleh minat siswa terhadap mata pelajaran. Bahan ajar dan penyampaian materi belajar disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa.

Menurut Sagala (2011:152) bahwa

Pembelajaran perlu memperhatikan minat dan kebutuhan sebab keduanya akan menjadi peyebab timbulnya perhatian, sesuatu yang menarik minat dan dibutuhkan siswa tentu akan menarik perhatiannya dengan demikian mereka akan terdorong dalam belajar


(19)

Oleh karena itu tugas gurulah membangkitkan minat siswa terhadap mata pelajaran IPS, yaitu dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi kehidupan yang bersifat praksis. Dengan mempelajari materi pembelajaran yang dikaitkan dengan hal itu perhatian yang khusus akan muncul karena bisa jadi materi pembelajaran yang sama namun dikaitkan dengan kehidupan praksis akan memunculkan keterkaitan dengan segi-segi tertentu yang sangat beragam. Dengan keragaman ini setiap siswa akan menaruh perhatian khusus pada segi-segi tertentu dengan kaitan-kaitan itu. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan Atmaja, (2012 ) yaitu ;

motivasi merupakan hasil sejumlah proses, yang bersifat internal atau eksternal bagi seseorang individu, yang menyebabkan timbulnya antusiasme dan persistensi, dalam hal melakukan kegiatan – kegiatan tertentu

Berkaitan dengan kegiatan belajar, motivasi dirasakan sangat penting peranannya dalam rangka menumbuhkan minat siswa dalam pembelajaran IPS. Upaya guru menumbuhkan dorongan belajar baik dalam diri anak maupun dari luar anak sehingga anak berkembang secara optimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimiliki. Jadi, siswa adalah sebagai pelaku atau subjek dalam belajar. Siswa memiliki potensi untuk aktif dalam belajar. Adanya kecenderungan pembelajaran dan kualitas belajar mata pelajaraan IPS mengisyaratkan tuntutan agar guru dapat mengembangkan kemampuannya yang mengarahkan kepada peningkatan proses pembelajaran. Siswa bertanggungjawab untuk memberikan ide atau pemikiran dan pertanyaan untuk eksplorasi, mengajukan hipotesa untuk diuji, mengumpulkan dan mengorganisir data yang dipakai untuk menguji hipotesa serta pengambilan kesimpulan yang masih tentatif, memiliki tingkat kesadaran dan kepekaan sosial dan keterampilan sosial serta reflektif dalam mengembangkan kemampuan memecahkan persoalan-persoalan sosial.

Kebutuhan akan pengembangan keterampilan sosial dan pembinaan sikap/nilai mulai nampak dan dirasakan penting setelah maraknya berbagai bentuk penyimpangan sosial dan amoral di tengah masyarakat. Hampir setiap hari


(20)

ada saja pemberitaan di media cetak dan elektronik tentang tawuran antar warga, konflik antar etnik dan agama, pelanggaran tata tertib, peredaran dan pemakaian narkoba kasus pemerasan yang dilakukan geng anak usia SD. Salah satu contoh data statistik yang diperoleh Badan Narkotika Nasional hingga pada tahun 2011 setidaknya sekitar 3,8 juta orang di Indonesia adalah pengguna narkoba, setahun berikutnya 2012 pengguna narkoba mencapai empat juta lebih.

Kecenderungan yang muncul seperti yang disebutkan di atas meresahkan orang tua jika dikaitkan dengan situasi kehidupan yang diperkirakan akan semakin kompleks dan penuh tantangan itu. Sejalan dengan itu, Andersen (1993:718) mengungkapkan ;

Situasi kehidupan semacam itu dapat menyebabkan manusia serba bingung atau tambah larut ke dalam situasi baru itu tanpa dapat menyeleksi lagi jika tidak memiliki ketahanan hidup yang memadai karena tata nilai lama yang telah mapan ditantang oleh nilai-nilai baru yang belum banyak dipahami.

Banyaknya anak yang mengalami gangguan perilaku perlu mendapat perhatian yang serius untuk segera diberikan intervensi yang tepat. Dengan masalah perilaku yang antisosial, setelah dewasa cenderung terlibat dengan tindakan kriminal dan mengembangkan perilaku antisosial. Salah satu faktor yang cukup penting mempengaruhi munculnya gangguan perilaku antisosial adalah rendahnya keterampilan sosial anak, yaitu kemampuan anak mengatur emosi dan perilakunya untuk menjalin interaksi yang efektif dengan orang lain atau lingkungan. Menjalin hubungan sosial dengan orang lain merupakan hal yang sangat penting bagi anak. Bagi seorang anak, keterampilan sosial merupakan faktor penting untuk memulai dan memiliki hubungan sosial dan dinilai oleh teman sebayanya sebagai anak yang tidak memiliki kompetensi sosial, akan kesulitan dalam memulai dan menjalin hubungan yang positif dengan lingkungannya, bahkan boleh jadi akan ditolak atau diabaikan oleh lingkungnnya (http//www.mediainfo.com).

Keterampilan sosial merupakan salah satu keterampilan dasar yang dibutuhkan oleh siswa untuk menerapkan secara aplikatif pemahaman mereka terhadap konsep-konsep dasar sosial. Misalnya, penjelasan konsep interaksi,


(21)

interelasi dan interdependensi yang bersumber dari kajian sosiologi dapat diwujudkan dalam bentuk kegiatan kerjasama, saling menghargai terhadap perbedaan, menumbuhkan kesetiakawanan dan toleransi dan lain sebagainya. Alasan mengapa keterampilan sosial perlu dikembangkan dalam pembelajaran, dikarenakan banyaknya permasalahan sosial yang sering ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari seperti peristiwa tawuran antar warga, berbagai pelanggaran tata tertib, pengrusakan lingkungan serta fasilitas umum.

Keterampilan sosial tidak datang dengan sendirinya, ia harus diajarkan dan dilatihkan antara lain melalui pendidikan khususnya IPS. Pendidikan IPS di SD sebenarnya memberikan peluang untuk tumbuhnya dasar-dasar keterampilan sosial dengan mulai mengenalkan lingkungan sosial yang dekat dengan kehidupannya, mengenalkan status dan perannya sebagai manusia sosial dan juga keterampilan bekerja sama dan bergotong royong. Dengan memiliki keterampilan sosial akan membuatnya mudah diterima oleh anak lain karena mampu berperilaku sesuai harapan lingkungannya secara tepat. Begitu pula, anak-anak yang diberi banyak kesempatan untuk bermain dan bergaul cenderung akan memiliki keterampilan sosial yang tinggi ketimbang anak yang sehari-harinya di rumah saja.

Selanjutnya di dalam satuan tugas National Consult for Social Studies (NCSS) (1994) dijelaskan bahwa tujuan pengajaran IPS berhubungan dengan pengembangan aspek keterampilan adalah sebagai berikut :

1) Keterampilan yang berhubungan dengan upaya memperoleh informasi, yang meliputi keterampilan membaca, keterampilan studi, keterampilan merujuk dan mencari informasi, dan keterampilan teknik dalam menggunakan alat elektonik.

2) Keterampilan yang berhubungan dengan pengorganisasian dan penggunaan informasi yang meliputi keterampilan intelektual dan pengambilan keputusan

3) Keterampilan yang berhubungan dengan hubungan inter-personal (antar pribadi) dan partisipasi sosial yang meliputi keterampilan personal, keterampilan interaksi kelompok dan keterampilan partisipasi sosial dan politis


(22)

Hal yang sama dikemukakan Bank (1990), bahwa sejumlah keterampilan-keterampilan yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran IPS, meliputi: (1) keterampilan berpikir; (2) keterampilan akademik; (3) keterampilan ilmiah; dan (4) keterampilan sosial.

Selain itu, pengembangan keterampilan sosial telah dirumuskan melalui Standar Kompetensi Lulusan No.23 Tahun 2006. Uraian kompetensi yang diharapkan dicapai siswa antara lain meliputi (1) mampu mencari, memilah dan mengolah informasi dari berbagai sumber; (2) mampu mempelajari hal-hal baru untuk memecahkan masalah sehari-hari; (3) memiliki keterampilan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan. (4) memahami, menghargai dan mampu bekerjasama dengan orang lain yang majemuk; (5) mampu mentransformasikan kemampuan akademik dan beradaptasi dengan perkembangan masyarakat, lingkungan dan perkembangan global.

Kegiatan pembelajaran bagi anak usia sekolah dasar memiliki makna dan tujuan tersendiri. Hal ini berkaitan dengan ciri-ciri atau karakteristik anak yang bersangkutan. Oleh karena itu proses pembelajaran harus diciptakan atas dasar pemahaman dan bagaimana anak tumbuh dan berkembang. Dengan kata lain, kegiatan belajar mengajar yang secara praktis dikembangkan guru sekolah dasar, dituntut untuk berorientasi pada perkembangan anak secara tepat (Sumantri, 2001).

Dengan memahami karakteristik siswa yang suka bermain dan memiliki rasa ingin tahu yang besar, mereka mudah terpengaruh oleh lingkungan dan gemar membentuk kelompok sebaya. Oleh karena itu pembelajaran diusahakan dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan. Guru harus memperhatikan beberapa prinsip motivasi, prinsip latar belakang, prinsip pemusatan perhatian, prinsip keterpaduan, prinsip pemecahan masalah, prinsip menemukan, prinsip belajar sambul bekerja, prinsip belajar sambil bermain, prinsip perbedaan individu, dan prinsip hubungan sosial (Isjoni : 2007:66).

Anak usia SD sedang mengalami perkembangan dan pertumbuhan, baik pertumbuhan intelektual, emosional maupun badaniyah. Kecepatan pertumbuhan anak pada masing-masing aspek tersebut tidak sama sehingga terjadi berbagai


(23)

variasi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut. Ini suatu faktor yang menimbulkan adanya perbedaan individual pada anak-anak SD walaupun mereka ada pada usia yang sama.

Dengan melihat perkembangan karakteristik anak yang merupakan masa keemasan atau yang disebut masa Golden Age, biasanya ditandai dengan perubahan cepat dalam perkembangan fisik, kognitif, sosial dan emosional. Agar masa ini dapat dilalui dengan baik oleh setiap anak maka perlu diupayakan pendidikan yang tepat.

Dengan bertitik tolak pada tahap perkambangan anak usia sekolah dasar hal ini menunjukkan bahwa mereka memiliki karakteristik tersendiri untuk berkembang secara optimal. Dimana dalam proses berpikir, mereka belum dapat memisahkan dari dunia konkret atau hal-hal faktual sedangkan perkembangan psikososial anak usia sekolah dasar masih berpijak pada prinsip yang sama dimana mereka tidak dapat dipisahkan dari hal-hal yang diamati karena mereka sudah diharapkan pada dunia pengetahuan. Pada usia ini mereka masuk sekolah umum, proses belajar mereka tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah karena mereka sudah diperkenalkan dalam kehidupan yang nyata di dalam lingkungan masyarakat.

Sejalan dengan itu, Hyde & Bizar (Purta, 1991 ) mengemukakan tujuh prinsip pembelajaran IPS yang seyogianya dilaksanakan oleh guru dalam mengembangkan pembelajaraan, yaitu ;

1) Menyadari bahwa skema kognitif ; salah-konsep atau teori – teori sosial yang dimiliki siswa senantiasa akan dibawanya ke dalam kelas 2) Lebih memperhatikan pada adanya sudut pandang yang berbeda –

beda dari setiap siswa

3) Membantu siswa mengekplorasi, menggenerate, memantapkan, mengeleborasi dan merefleksi ide-ide pokok yang terdapat di dalam konsep siswa

4) Merancang pembelajaran yang bersifat inkuiri sistematik yang mengaitkan dan menjembatanai kesenjangan yang terjadi antara konsep siswa dengan konsep yang diharapkan kurikulim

5) Mempedomani siswa dengan berbagai konsep – konsep arahan atau mendorong siswa agar berhasil mencapai pengertian baru atau dalam merestrukturisasi skematanya


(24)

6) Melakukan tukar pikiran dan proses – proses metakognitif sehingga siswa dapat melakukan refleksi terhadap proses yang terjadi

7) Mengelaborasi skemata mereka dengan membantunya melihat kaitan

– kaitan antara apa yang telah mereka ketahui dalam bidang – bidang kajian dan permasalahan yang terdapat dalam IPS

Berdasarkan alasan tersebut, maka sangatlah penting bagi para pendidik dalam hal ini guru agar melaksanakan pembelaaran di kelas perlu memahami karakteristik materi, peserta didik dan metodologi pembelajaran terutama yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran, sumber dan media belajar, sarana dan prasarana serta penerapan pendekatan, model, dan metode pembelajaran sehingga dalam mengkonstruksikan wawasan pengetahuan dan implementasinya dapat meningkatkan aktivitas, kreativitas, dan motivasi peserta didik.

Pendapat tersebut mengandung pengertian bahwa pembelajaran selain harus mampu memotivasi siswa untuk aktif, kreatif, dan inovatif, juga harus berpusat pada siswa sehingga disini peran guru adalah sebagai fasilitator. Guru sebagai fasilitator memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran, dalam hal ini guru harus meningkatan kualitas belajar bukan semata-mata aspek metodologis dan teknis, akan tetapi mesti dikaji dalam antisipasi pengembangan kemampuan keterampilan sosial dan dapat membangun motivasi siswa dalam belajar.

Sejalan dengan yang ungkapkan oleh Nu’man Somantri bahwa ”

salah satu tantangan mendasar dalam pembelajaran IPS dewasa ini adalah mencari strategi proses pembelajaran inovatif yang memungkinkan bagi peningkatan mutu pendidikan IPS. Hal ini dirasakan mendesak seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam sistem pembelajaran yang berperan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi dan disesuaikan dengan konsep yang akan diajarkan adalah salah satu cara agar pembelajaran lebih efektif. Dalam penggunaan metode pembelajaran guru juga harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas. Hal ini disebabkan dalam proses belajar mengajar, tidak semua siswa mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama dan pemahaman


(25)

siswa terhadap materi yang diberikan berbeda-beda, ada yang cepat, ada yang sedang dan ada pula yang lamban.

Menurut Schug, Todd dan Berry (Sunal 1993) bahwa ;

Siswa menghendaki pembelajaran yang bersifat group projects, field

trips, independent work, less reading, discussion, clear examples, students planning, and challenging, learning experiences, class activity, role playing, dan simulation

Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk menentukan metode pembelajaran yang aktif, efektif, kreatif dan menyenangkan. Untuk itulah guru harus memilih metode yang sesuai dengan tuntutan tersebut. Sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk memenuhi tuntutan tersebut adalah metode role playing yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan- tujuan yang efektif.

Role playing merupakan suatu metode pembelajaran yang dapat memotivasi

dan meningkatkan keterampilan sosial anak. Misalnya melalui metode ini siswa akan merasa termotivasi dalam pembelajaran IPS yang katanya sarat dengan hapalan ternyata bisa dilakukan melalui kegiatan bermain peran, selain itu keterampilan sosial siswa akan meningkat melalui kegiatan bermain peran. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Desmita, (2009:14) menyatakan bahwa :

Salah satu fungsi permainan sosial dapat mengingkatkan perkembangan sosial anak, khususnya dalam permainan fantasi dengan memerankan suatu peran, anak belajar memahami orang lain dalam peran-peran yang akan ia mainkan dikemudian hari setelah tumbuh menjadi dewasa

Metode role playing (bermain peran) ini digunakan apabila pelajaran dimaksudkan untuk : (a) menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak dan berdasarkan pertimbangan didaktik lebih baik didramatisasikan dari pada diceritakan, karena akan jelas dan dapat dihayati oleh anak ; (b) melatih anak -anak agar mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial psikologis dan (c) melatih anak dapat bergaul dan memberikan kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya.


(26)

Melalui metode role playing (bermain peran) siswa diajak untuk belajar memecahkan masalah pribadi, dengan bantuan kelompok sosial yang anggotanya teman-temannya sendiri. Dengan kata lain metode ini berupaya membantu individu melalui proses kelompok sosial. Melalui bermain peran, para siswa mencoba mengeksploitasi masalah-masalah hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya. Hasilnya didiskusikan dalam kelas. Proses belajar dengan menggunakan metode role playing (bermain peran) diharapkan siswa mampu menghayati tokoh yang dikehendaki, keberhasilan siswa dalam menghayati peran itu akan menentukan apakah proses pemahaman, penghargaan dan identifikasi diri terhadap nilai berkembang.

Bruce Joyce (2009:329) mengatakan esensi dari role playing sebagai berikut ; Keterlibatan siswa dalam situasi masalah yang sebenarnya dan adanya keinginan memahami apa yang muncul dari keterlibatan maka proses

role playing bertujuan untuk (a) mengeksplorasi perasaan siswa, (b)

mentransfer dan mewujudkan pandangan mengenai perilaku, nilai, dan persepsi siswa, (c) mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dan tingkah laku, dan (d) mengeksplorasi materi pelajaran

dalam cara yang berbeda “

Berdasarkan pada berbagai kajian tersebut di atas serta melihat permasalahan dan fenomena yang terjadi terhadap pembelajaran IPS di sekolah dasar maka peneliti akan melakukan kajian tentang pembelajaraan IPS dengan menggunkan metode role playing yang disesuaikan dengan karakteriatik dan kebutuhan anak sebagai prasyarat terbentuknya motivasi belajar dan keterampilan sosial anak. Oleh karena itu peneliti mengajukan judul penelitian tentang “Pengaruh Penerapan Metode Role Playing Terhadap Motivasi Belajar dan Keterampilan

Sosial Siswa pada Mata Pelajaran IPS” ( Studi Quasi Experiment terhadap Siswa Kelas III SDN 2 Jatianom Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon).

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah penelitian dapat diidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut:


(27)

1. Konsep-konsep IPS yang sarat dengan materi tidak bisa diaplikasikan siswa dalam kehidupan sehari-hari sehingga keterampilan sosial mereka rendah dalam berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya.

2. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, hasil belajar siswa dirasakan sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi siswa terhadap pembelajaran IPS rendah pula.

3. Penggunaan model dan metode pembelajaran IPS yang digunakan guru dalam pembelajaran IPS belum bervariasi sehingga pembelajaran terkesan monoton dan membosankan.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut ;

1. Adakah pengaruh yang signifikan penggunaan metode role playing dalam pembelajaran IPS terhadap motivasi belajar siswa ?

2. Adakah pengaruh yang signifikan penggunaan metode role playing dalam pembelajaran IPS terhadap keterampilan sosial siswa ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut dan menganalisis tentang hal sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan metode role playing terhadap motivasi belajar siswa

2. Untuk mengetahui pengaruh penerapan metode role playing terhadap keterampilan sosial siswa

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan pada umumnya, sedangkan lebih khusus diharapkan bermanfaat bagi para siswa dan guru serta praktisi pendidikan. Berikut manfaat penelitian yang dibagi dua kategori, yakni manfaat teoretis dan manfaat praktis.


(28)

a) Penelitian mengenai pembelajaran IPS melalui penerapan metode role

playing dapat bermanfaat untuk mengetahui metode yang cocok

lainnya dalam pembelajaran IPS.

b) Memberikan kontribusi pada pengembangan bidang keilmuan IPS mengenai model-model pembelajaran yang efektif.

2. Manfaat praktis a) Bagi Siswa

 Meningkatnya motivasi siswa dalam pembelajaran IPS

Siswa yang tadinya kurang berpartisipasi berubah menjadi lebih berpartisipasi secara aktif seperti yang diharapkan guru. Peran siswa mempunyai motivasi yang tinggi dalam pembelajaran IPS antara lain dengan adanya peningkatan kualitas belajar bukan semata-mata aspek metodologis dan teknis tetapi mesti dikaji dalam antisipasi kemampan sosial, berpikir, hingga nilai untuk mengembangkan budaya belajar sepanjang hayat

 Meningkatnya kemampuan keterampilan sosial siswa

Keterampilan sosial yang dimaksud yaitu kemampuan anak dalam melakukan suatu perbuatan dengan lancar disertai dengan kecepatan dan ketepatan sehingga dapat diterima secara sosial dan mempunyai keuntungan positif bagi pihak manapun. Penguasaan keterampilan sosial akan memungkinkan anak untuk memperoleh interaksi dan penerimaan sosial yang lebih baik.

Penerapan metode role playing dapat memberikan pengetahuan baru dalam meningkatkan kemampuan siswa dan kualitas pembelajaran lainnya. Dengan adanya penerapan metode role playing, diharapkan siswa akan memiliki konsep baru yang dapat dikembangkan sehingga pembelajaran bisa lebih menantang dan bermakna bagi siswa dan memberikan pengalaman baru.

b) Bagi Guru

 Bertambahnya wawasan pengetahuan dan pemahaman yang baru bagi guru dalam penerapan metode role playing dalam pembelajaran


(29)

IPS. Dalam mengembangkan suatu metode pembelajaran, guru memiliki kemampuan yang baik mengenai subjek yang akan diajarkan, serta mampu mengikuti kode etik profesional dan menjaga serta mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam pembelajaran IPS khususnya.

c) Bagi Sekolah

 Penerapan metode role playing dapat dijadikan salah satu metode pembelajaran yang relevan dengan permasalahan yang terjadi di sekolah. Berdasarkan esensi tujuan role playing bahwa terdapat keterlibatan partisipan dan peneliti dalam situasi masalah yang sebenarnya dan adanya keinginan untuk memunculkan resolusi damai serta memahami apa yang muncul dari keterlibatan tersebut.

E. Definisi Operasional

Terdapat beberapa istilah yang digunakan baik dalam judul maupun isi penelitian ini yang perlu diklarifikasi agar diperoleh kesamaan persepsi, istilah-istilah tersebut antara lain ;

1. Metode Role Playing (Bermain Peran).

Menurut Hamzah B.Uno (2007 : 14) mengemukakan bahwa bermain peran adalah suatu model pembelajaraan sosial. Dikatakan model pembelajaran sosial karena pendekatan pembelajaran yang termasuk dalam kategori model pembelajaran sosial lebih menekankan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain. Model-model dalam kategori pembelajaran sosial difokuskan pada peningkatan kemampuan individu dalam berhubungan dengan orang lain, terlibat dalam proses yang demokratis dan bekerja secara produktif dalam masyarakat. dalam kegiatan role playing, anak akan melakukan kegiatan berpura-pura atau bermain imajiasi yang spontan dan mandiri pada saat anak menguji, menjernihkan, dan meningkatkan pengalaman atas diri dan dunianya sendiri. Pada kegiatan ini, guru mempersiapkan berbagai tokoh dan karakter dengan tujuan agar anak siswa dapat mengembangkan potensi dan kemampuannya untuk mengekpresikan melalui peran tokoh/karakter yang dimainkannya. Dengan


(30)

demikan kegiatan ini akan menarik dan memotivasi anak untuk mengaktualisasikan dan mengekpresikan dirinya secara utuh. Adapun langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode role playing antara lain ;(a) Pemanasan, yaitu menyampaikan dan membahas situasi ; (b) Pemilihan peran ; (c) mengatur setting ; (d) menyiapkan pengamat ; (e) mengaplikasikan permainan ; (f) diskusi dan evaluasi ; (g) mengulang permainan ;(h) diskusi dan evaluasi ; dan (i) mengungkap pengalaman

2. Motivasi Belajar Siswa

Menurut Sardiman (2012 : 73), motivasi adalah daya penggerak dari dalam

dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai tujuan”. Sedemikan banyaknya pengertian mengenai motivasi maka dalam pembelajaran motivasi diartikan sebagai (a) dorongan yang timbul pada diri seseorang secara disadari atau tidak disadari untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu, (b) usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang ingin dicapai. Dari dua motivasi, maka motivasi dibagi menjadi dua jenis yaitu ; (a) Motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang disebut motivasi intrinsik, (b) motivasi yang berasal dari luar yang berupa pembentukkan dari orang lain yang disebut motivasi ektrinsik. Secara alami, motivasi siswa sesungguhnya berkaitan dengan keinginan siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran Motivasi sangat diperlukan bagi terciptanya proses pembelajaran dikelas secara efektif. Motivasi memiliki peranan yang sangat penting dalam pembelajaran, baik dalam proses maupun pencapaian hasil. Seorang siswa yang memiliki motivasi tinggi pada umumnya mampu meraih keberhasilan dalam proses maupun output pembelajaran. Dalam proses pembelajaran di kelas, bisa berkembang dua situasi yang berbeda berkaitan dengan motivasi siswa. Seorang guru merasa bersemangat ketika siswa yang dihadapi memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar. sebaliknya, guru bisa merasa kecewa ketika melihat siswanya tidak termotivasi terhadap pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut mampu mengekspresikan berbagai cara agar motivas siswa dapat muncul dan berkembang


(31)

on the teacher’s ability...to maintain the interest that brought students to the course in the first place.” Adapun indikator-indikator yang dikembangkan dalam

penelitian ini adalah ;

a) Frekuensi kehadiran dengan subindikator (a) kehadiran di sekolah/kelas, (b) mengikuti PBM di kelas.

b) Tekun dan rajin mengerjakan tugas dan kesulitan dengan subindikator (a) menyelesaikan tugas yang diberikan guru, (b) bertanggungjawab terhadap tugas, dan (c) berusaha mengatasi kesulitan.

c) Mampu bekerja mandiri maupun kelompok dengan indikator (a) penyelesaian tugas, dan (b) Bekerjasama

d) Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar dengan subindikator (a) kebiasaan dalam mengikuti PBM, dan (b) semangat dalam mengikuti PBM. e) Percaya diri dalam menyelesaikan tugas dengan subindikator (a)

menyelesaikan tugas tepat waktu, dan (b) menyelesaikan tugas tanpa bantuan orang lain.

3. Keterampilan Sosial

Dalam perspektif psikologis, social skills dapat didefinisikan sebagai

“… an individual ability to express both positive and negative feelings in the interpersonal contex without suffering consequent loss of social reinforcement… in a large variety of interpersonal contexts… involving …. The coordinated delivery of appropriate verbal and non verbal responses. (Bellack dan Hersen (1977: 145).

Sedangkan dalam perspektif studi sosial terminologi social skills pada hakekatnya adalah

...as responsibility, willingness to cooperate, and contribute to the

group project. Within the dynamics of a small group, each member has opportunities to act as an individual, interact within others in the discussion and planning, and react to decisions and problems”

(Joyce & Alleman-Brooks, 1979: 139).

Menurut Chaplin (Suhartini, 2004:18) keterampilan sosial merupakan bentuk perilaku, perbuatan, dan sikap yang ditampilkan oleh individu ketika berinteraksi dengan orang lain disertai dengan ketepatan dan kecepatan sehingga memberikan


(32)

kenyamanan bagi orang yang berada di sekitarnya Keterampilan sosial yang dimaksud dalam hal ini adalah kemampuan anak dalam melakukan suatu perbuatan dengan lancar disertai dngan kecepatan dan ketepatan sehingga dapat diterima secara sosial dan mempunyai keuntungan positif bagi pihak manapun. Penguasaan keterampilan sosial akan memungkinkan anak untuk memperoleh interaksi dan penerimaan sosial yang lebih baik.

Adapun keterampilan sosial yang akan diteliti dari siswa kelas III SDN 2 Jatianom aalah sebagai berikut ;

1) Keterampilan mendengarkan orang lain, subindikatornya adalah (a) memperhatikan dengan konsentrasi yang relatif lama, dan (b) tepat dalam menyimpulkan sesuatu yang telah dilihat dan didengarnya.

2) Keterampilan bertanya, subindikatornya adalah (a) cepat dan tepat dalam mengemukakan pendapat atau gagasan, (b) lancar dalam berbahasa dan berkomunikasi, dan (c) cepat dalam menanggapi pernyataan/pertanyaan. 3) Keterampilan menjalin dan memelihara pertemanan, subindikatornya adalah

(a) mudah berteman dengan siapapun dan (b) mampu menjauhkan diri dari konflik pertemanan.

4) keterampilan bekerjasama, dengan subindikatornya (a) menyelesaikan tugas kelompok, dan (b) saling bertukar pikiran dan pendapat.

5) keterampilan mau berbagi, subindikatornya adalah (a) menunjukkan sikap toleran, dan (b) mau berbagi mainan/barang yang dimiliki.

F. Struktur Organisasi Tesis

Di dalam tesis ini terdiri dari lima bab. Bab I tentang pendahuluan, Bab II tentang Kajian Pustaka, Bab III tentang Metode Penelitian, Bab IV tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan, dan Bab V tentang Kesimpulan dan Saran.

Bab I berisi tentang latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan struktur organisasi tesis.


(33)

Bab II berisi tentang kajian teori yang mencakup motivasi belajar, keterampilan sosial, metode role playing, paradigma penelitian, hipotesis, dan penelitian yang relevan.

Bab III berisi tentang metode penelitian, desain penelitian, prosedur penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, uji coba alat pengumpul data, dan teknik analisis data.

Bab IV berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh penerapan metode role playing terhadap motivasi belajar dan keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran IPS di SD.


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dengan jenis penelitiannya eksperimen kuasi/semu. Metode kuasi eksperimen digunakan untuk mengetahui perbandingan peningkatan motivasi dan keterampilan sosial siswa yang mendapatkan pembelajaran melalui penggunaan metode role playing dengan pembelajaran secara konvensional.

B. Desain Penelitian

Desain penelitiannya adalah Nonequivalent Control Group Design,

dimana kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen tidak dipilih secara random ( Sugiyono, 2007:116). Ekperimen dilakukan dengan memberikan

perlakuan metode bermain peran pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O3 O4

Keterangan :

O : Pretest – Posttest

X : Perlakuan model pembelajaran dengan metode role playing Berdasarkan desain penelitian kuasi ekperimen, selanjutnya penulis membuat alur penelitian untuk memudahkan pemahaman terhadap pelaksanaan penelitian, alur penelitian ini adalah sebagai berikut ;


(35)

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Identifikasi Masalah

Perumusan Masalah

Studi Literatur : Motivasi Belajar, Keterampilan Sosial, dan Metode Bermain Peran

Penyusunan Instrumen :

1. Soal non tes motivasi belajar 2. Soal non tes keterampilan

sosial 3. Wawancara

Penyusunan RPP dengan metode role playing

Validasi, Uji coba, Revisi

Tes Awal

( Pretest ) Kelompok eksperimen

Kelompok Kontrol

Pembelajaran konvensional

Pembelajaran Metode

Role playing

Tes Akhir ( Posttest )

Pengolahan dan Analisis Data

Pembahasan

Kesimpulan

Observasi Keterlaksanaan metode


(36)

C. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian meliputi langkah-langkah sebagai berikut ; 1. Tahap persiapan

Pada tahap ini dilakukan dengan studi literatur terhadap pembelajaran IPS di sekolah dasar dan buku-buku pendidikan dasar sebagai suatu upaya untuk menganalisis konsep-konsep penting yang akan diajarkan. Selanjutnya menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang melibatkan penggunaan metode role playing dalam pembelajarannya. Dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dikembangkan indikator motivasi belajar dan keterampilan sosial siswa, media dan penilaian serta alokasi waktu. Kemudian dilakukan studi mengenai motivasi belajar dan keterampilan sosial siswa yang akan ditentukan sebagai instrumen penelitian yang dikembangkan pada lembar observasi. Dalam pengembangan instrumen penelitian meliputi langkah-langkah sebagai berikut (a) menentukan topik dan subjek penelitian ; (b) menyusun kisi-kisi observasi motivasi belajar dan keterampilan sosial ; (c) validasi instrumen penelitian ; (d) Uji coba instrumen penelitian ; (e) Revisi instrumen penelitian ; dan (f) Persiapan administrasi izin penelitian.

2. Tahap Kunjungan

Pada tahap ini peneliti melakukan kunjungan ke SDN 2 Jatianom Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon untuk meminta izin pelaksanaan penelitian dengan menyerahkan surat izin penelitian. Pada tahap berikutnya, peneliti dan guru kelas mendiskusikan tentang pembelajaran menggunakan metode role playing, sekaligus menentukan jadwal penelitian.

3. Tahap Pelaksanaan

Pada tahapan ini dilaksanakan aplikasi metode role playing pada pembelajaran IPS. Tahap pelaksanaan pembelajaran terdiri dari dua tahap, yaitu tahap persiapan pra pembelajaran dan proses pembelajaran. Persiapan pra pembelajaran menyangkut (a) pengenalan konsep materi ; (b) menyiapkan alat-alat atau media yang dibutuhkan dalam role playing ;


(37)

(c) memilih partisipan dan menyiapkan pengamat ; (d) memberikan latihan role playing, dan ; (d) diskusi dan evaluasi.

Sedangkan dalam tahap proses pembelajaran menyangkut hal sebagai berikut (a) pemberian pretest untuk mengetahui motivasi dan keterampilan sosial siswa sebelum mengikuti pembelajaran ; (b) implementasi metode

role playing sesuai dengan prosedur pelaksanaan sedangkan pada kelas

kontrol dilakukan pembelajaran secara konvensional ; (c) pemberian posttest untuk melihat peningkatan motivasi belajar dan keterampilan sosial siswa.

Pada tahap pelaksanaan, dilaksanakan aplikasi metode dengan jadwal kegiatan sebagai berikut ;

Tabel 3.2

Jadwal Kegiatan Penelitian

No Hari/Tanggal Kegiatan Keterangan

1 22-26 April 2013 Uji Instrumen SDN 2 Cipanas

2 29-30 April 2013 Melatih guru tentang metode role playing

Guru Kelas Eksperimen

3 1 – 7 Mei 2013 Pretest Kelas kontrol dan

kelas eksperimen

4 8– 24 Mei 2013

Pelaksanaan

pembelajaran dengan metode role playing

Pelaksanaan pembelajaran konvensional

Kelas eksperimen

Kelas kontrol

5 27-31 Mei 2013 Posttest Kelas kontrol dan

kelas eksperimen

4. Tahap analisis

Setelah kegiatan pelaksanaan, data yang diperoleh akan dianalisis secara statistik untuk memperoleh data kuantitatif. Selain itu membuat kesimpulan dari hasil penelitian.


(38)

D. Populasi Dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SDN 2 Jatianom Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon. Dengan jumlah siswa adalah sebanyak 60 siswa.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diselidiki atau dapat juga dikatakan bahwa sampel merupakan bentuk mini dari (miniatur population). Menurut Sugiyono (2007:118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penelitian ini dilakukan pada siswa elas III SDN 2 Jatianom Kecamatan Susukan dan yang akan diteliti adalah siswa kelas III dengan jumlah 60 orang yang dibagi ke dalam 2 kelompok, sehingga masing-masing terdapat 30 orang siswa untuk kelas eksperimen dan 30 untuk kelas kontrol. Pembagian kelompok menggunakan kelas yang sudah tersedia atau terbentuk sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol (Furqon dan Emilia,2010:20).

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang mendukung penelitian, maka peneliti menyusun dan menyiapkan dua teknik pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan penelitian, sebagai berikut ;

1. Observasi

Observasi digunakan sebagai teknik yang utama dalam penelitian ini karena penelitian ini dengan melalukan pengamatan terhadap perilaku atau sikap manusia yaitu keterampilan sosial dan motivasi belajar siswa juga akan diteliti dengan menggunakan observasi. Sugiyono (2008:203) menyatakan bahwa observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Menurut Alma Buchari (2010:104) mengatakan bahwa observasi merupakan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat lebih dekat kegiatan yang dilakukan karena objek penelitian bersifat perilaku dan tindakan manusia, fenomena alam (kejadian-kejadian yang ada


(39)

di alam sekitar), proses kerja dan penggunaan respondennya kecil maka observasi tepat digunakan sebagai alat ukurnya.

2. Wawancara

Wawancara merupakan cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya (Alma Buchari, 2010:102). Wawancara digunakan untuk mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah respondennya sedikit. Wawancara ini dilakukan pula dengan guru mengenai kegiatan pembelajaran IPS dengan metode-metode tertentu. Pada tahap ini, peneliti melakukan wawancara dengan guru yang mengajar IPS di kelas III. Dengan adanya wawancara ini, peneliti mengetahui latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, metode-metode yang dilakukan saat mengajar IPS. Wawancara juga dilakukan dengan beberapa siswa kelas III yang tujuannya untuk mengetahui minat mereka terhadap pelajaran IPS, cara guru mengajarkan IPS, dan sikap siswa dalam pelajaran IPS.

Pada tahap pengumpulan data, langkah yang dilakukan menentukan sumber data, jenis data, teknik pengumpulan data dan instrumen yang digunakan.

Tabel 3.3

Tabel Teknik Pengumpulan Data

No Sumber

Data Jenis Data Teknik Pulta Instrumen

1 Siswa

Motivasi belajar siswa sebelum dan setelah mendapat perlakuan

Observasi

( Pretest dan Posttest )

Non tes Pernyataan operasional tentang

motivasi belajar

2 Siswa

Keterampilan sosial siswa sebelum dan setelah mendapat perlakuan

Observasi

( Pretest dan Posttest )

Non tes Pernyataan operasional tentang keterampilan sosial

3 Guru

Tanyajawab mengenai metode role playing

Wawancara Non tes


(40)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu peneliti untuk mengumpulkan data penelitian dengan cara melakukan pengukuran. Menurut Sugiyono (2010 : 102 ) instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dengan melakukan pengukuran akan diperoleh data yang objektif yang diperlukan untuk menghasilkan kesimpulan yang objektif pula.

Instrumen penelitian ini dengan meneliti variabel-variabel yang akan diteliti. Dari variabel-variabel tersebut dibuat definisi operasionalnya yang kemudian mengembangnkan indikator variabel yang akan diukur. Dari indikator ini dijabarkan menjadi butir-butir pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono, 2008 : 149). Indikator yang dikembangkan disusun ke dalam kisi-kisi instrumen.

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Motivasi Belajar dan Keterampilan Sosial siswa

No Variabel Subvariabel Indikator Pulta Resp. Butir

Item 1 Motivasi

Belajar

1. Frekuensi kehadiran

 Kehadiran di sekolah/kelas  Mengikuti PBM di

kelas

Observasi Siswa 1,2,3

4,5,6,7

2. Tekun dan rajin mengerjakan tugas dan kesulitan

 Menyelesaikan tugas yang diberikan guru  Bertanggungjawab

terhadap tugas

 Usaha mengatasi kesulitan

Observasi Siswa 8,9,10

11,12

13,14, 15 3. Mampu bekerja

mandiri maupun kelompok

 Penyelesaian tugas  Bekerjasama

Observasi Siswa 16,17, 18,19

20,21 4. Minat dan

ketajaman perhatian dalam

 Kebiasaan dalam mengikuti PBM

Observasi Siswa 22,23, 24,25


(41)

belajar  Semangat dalam mengikuti PBM

26,27, 28 5. Percaya diri

dalam

menyelesaikan tugas

 Menyelesaikan tugas tepat waktu

 Menyelesaikan tugas tanpa bantuan orang lain

Observasi Siswa 29,30, 31

32,33, 34

2 Keterampil an Sosial

1. Keterampilan berkomunikasi atau

berinteraksi

 Cepat dan tepat dalam mengemukakan pendapat atau gagasan

 Lancar dalam berbahasa dan berkomunikasi  Mampu berinteraksi

Observasi Siswa 1,2,3,4 ,5 6,7,8 9,10, 11,12, 13,14, 15 2. Keterampilan berpartisipasi kelompok

 Saling bertukar pikiran dan pendapat

Observasi Siswa 16,17,, 18,19, 20 3. Keterampilan

bekerja sama

 Mampu menjauhkan dari konflik pertemanan

Observasi Siswa 21,22, 23,24, 25,26 4. Keterampilan

bertanggungjaw ab

 Menyelesaikan tugas kelompok

 Menyelesaikan tugas mandiri

Observasi Siswa 27,28, 29,30

31,32, 33,34

Keterangan :

Instrumen ini diukur dengan mengacu pada skala Guttman yaitu dengan hanya

menggunakan dua interval yaitu pernyataan “ya” atau “tidak” untuk mengunakan kejelasan suatu sikap/sifat. Siswa yang menjawab “ya” akan diberi skor 1 sedangkan siswa yang menjawab “tidak” akan diberikan skor 0.


(42)

Alat pengumpul data berupa pedoman observasi harus diuji terlebih dahulu apakah alat ini sudah valid dan reliabel, maka proses pertama adalah dengan mengukur validitas dan reliabilitas butir item.

1. Pedoman Observasi Motivasi Belajar

Pedoman observasi ini digunakan untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa dari mulai pretest sampai kepada posttest. Pedoman observasi yang digunakan adalah skala Guttman yaitu “ya” dan “tidak”. Penskorannya adalah

dengan memberikan nilai 1 untuk sikap “ya” dan nilai 0 untuk sikap “tidak”. a. Validitas Butir Item

Validitas adalah suatu derajat ketepatan instrumen (alat ukur), maksudnya adalah apakah instrumen yang digunakan betul-betul tepat untuk mengukur apa yang akan di ukur. Uji validitas ini dilakukan untuk menguji ketepatan suatu item dalam pengukuran suatu instrumen.

Validitas setiap butir item yang digunakan dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment, yang kemudian menghitung harga thitung. Kaidah pengujian dengan membandingkan nilai ttabel

dan nilai thitung. Nilai ttabel diperoleh dengan dk = n-1 dengan tingkat signifikan �

= 0,05, dimana n = jumlah siswa. Untuk mengetahui tingkat validitas dapat dilakukan dengan membandingkan antara thitung dan nilai ttabel dengan

berpedoman pada kaidah penafsiran jika thitung > ttabel berarti data valid dan jika

thitung < ttabel maka data tidak valid.

Dari 34 butir item yang diujikan kepada 30 siswa diperoleh data hasil uji validitas pada tabel 3.4 terdapat keterangan bahwa 20 butir item dinyatakan valid dan 14 item dinyatakan tidak valid, dengan demikian 20 butir item pernyataan yang digunakan sebanyak 20 butir.

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Pedoman Observasi Motivasi Belajar Siswa

No Soal

Validitas

Interpretasi thitung ttabel Ket.


(43)

1 0,180 0,361 Tidak Valid Tidak Dipakai

2 0,538 0,361 Valid Dipakai

3 0,168 0,361 Tidak Valid Tidak Dipakai

4 0,393 0,361 Valid Dipakai

5 0,416 0,361 Valid Dipakai

6 0,415 0,361 Valid Dipakai

7 0,441 0,361 Valid Dipakai

8 0,089 0,361 Tidak Valid Tidak Dipakai

9 0,416 0,361 Valid Dipakai

10 0,416 0,361 Valid Dipakai

11 0,691 0,361 Valid Dipakai

12 0,290 0,361 Tidak Valid Tidak Dipakai 13 0,340 0,361 Tidak Valid Tidak Dipakai

14 0,510 0,361 Valid Dipakai

15 0,424 0,361 Valid Dipakai

16 0,352 0,361 Tidak Valid Tidak Dipakai 17 0,283 0,361 Tidak Valid Tidak Dipakai 18 0,317 0,361 Tidak Valid Tidak Dipakai

19 0,523 0,361 Valid Dipakai

20 0,352 0,361 Tidak Valid Tidak Dipakai

21 0,737 0,361 Valid Dipakai

22 0,623 0,361 Valid Dipakai

23 0,660 0,361 Valid Dipakai

24 0,649 0,361 Valid Dipakai

25 0,125 0,361 Tidak Valid Tidak Dipakai 26 0,017 0,361 Tidak Valid Tidak Dipakai 27 0,125 0,361 Tidak Valid Tidak Dipakai

28 0,506 0,361 Valid Dipakai

29 0,831 0,361 Valid Dipakai

30 0,488 0,361 Valid Dipakai

31 0,488 0,361 Valid Dipakai

32 0,557 0,361 Valid Dipakai

33 0,214 0,361 Tidak Valid Tidak Dipakai 34 0,003 0,361 Tidak Valid Tidak Dipakai

Berdasarkan tabel 3.5 tentang uji validasi pedoman observasi motivasi belajar siswa, maka diperoleh item pernyataan yang dinyatakan valid sebagaimana data pada tabel 3.6 berikut ini ;

Tabel 3.6

Kisi-Kisi Pedoman Observasi

Motivasi Belajar Siswa Setelah Uji Validasi

No Variabel Subvariabel Indikator Pulta Resp. Butir Soal

Perubahan No. Butir


(44)

Valid Item

1 Motivasi Belajar

1. Frekuensi kehadiran

 Kehadiran di sekolah/kelas  Mengikuti PBM di

kelas

Observasi Siswa 2,

4,5,6,7 1

2,3,4,5

2. Tekun dan rajin mengerjakan tugas dan kesulitan  Menyelesaikan tugas yang diberikan guru  Bertanggungjawab terhadap tugas  Usaha mengatasi

kesulitan 9,10 11 14,15 6,7 8 9,10 3. Mampu bekerja mandiri maupun kelompok

 Penyelesaian tugas  Bekerjasama

19

21

11

12

4. Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar

 Kebiasaan dalam mengikuti PBM  Semangat dalam

mengikuti PBM 22,23, 24 28 13,14,15 16

5. Percaya diri dalam menyelesaik an tugas

 Menyelesaikan tugas tepat waktu  Menyelesaikan

tugas tanpa

bantuan orang lain

29,30, 31

32

17,18,19

20

b. Reliabilitas Butir Item

Reliabilitas adalah derajat konsistensi instrumen yang bersangkutan. Reliabilitas berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu instrumen dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Reliabilitas merupakan kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau satu pengukuran ke pengukuran yang lain. Pengujian reliabilitas menggunakan metode Alpha-Chronbach. Standar yang digunakan dalam menentukam reliabel atau tidaknya suatu alat instrumen penelitian adalah perbandingan antara nilai rhitung dengan rtabel pada taraf kepercayaan 95 % atau


(45)

tingkat signifikansi 5%. Tingkat reliabilitas dengan metode Alpha-Cronchbach diukur berdasarkan skala alpha 0 sampai dengan 1. Apabila skala tersebut dikelompokkan ke dalam lima kelas dengan range yang sama maka kemantapan alpha dapat diinteerpretasikan seperti tabel berikut ;

Tabel 3.7

Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha

Alpha Tingkat Reliabilitas

0,00 s.d 0,20 Kurang reliabel

> 0,21 s.d 0,40 Agak reliabel

> 0,41 s.d 0,60 Cukup reliabel

> 0,61 s.d 0,80 Reliabel

> 0,81 s.d 1.00 Sangat reliabel

Berdasarkan tabel diatas maka tingkat reliabilitas pedoman observasi motivasi belajar siswa ada pada tingkat derajat sangat reliabel karena diperoleh nilai Alpha-Cronbanch sebesar 0,936 dengan ttabel 0,367.

2. Pedoman Observasi Keterampilan Sosial Anak

Pedoman observasi ini digunakan untuk mengetahui peningkatan keterampilan sosial siswa dari mulai pretest sampai kepada posttest. Pedoman

observasi yang digunakan adalah skala Guttman yaitu “ya” dan “tidak”. Penskorannya adalah dengan memberikan nilai 1 untuk sikap “ya” dan nilai 0 untuk sikap “tidak”.

a. Validitas Butir Item

Validitas adalah suatu derajat ketepatan instrumen (alat ukur ), maksudnya adalah apakah instrumen yang digunakan betul-betul tepat untuk mengukur apa yang akan di ukur. Uji validitas ini dilakukan untuk menguji ketepatan suatu item dalam pengukuran suatu instrumen.

Validitas setiap butir item yang digunakan dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment, yang kemudian menghitung harga thitung. Kaidah pengujian dengan membandingkan nilai ttabel


(46)

= 0,05, dimana n = jumlah siswa. Untuk mengetahui tingkat validitas dapat dilakukan dengan membandingkan antara thitung dan nilai ttabel dengan

berpedoman pada kaidah penafsiran jika thitung > ttabel berarti data valid dan jika

thitung < ttabel maka data tidak valid.

Dari 34 butir item yang diujikan kepada 30 siswa diperoleh data hasil uji validitas pada tabel 3.8 terdapat keterangan bahwa 23 butir item dinyatakan valid dan 11 item dinyatakan tidak valid, dengan demikian butir item pernyataan yang digunakan sebanyak 23.

Tabel 3.8

Uji Validitas Pedoman Observasi Keterampilan Sosial Siswa

No Soal

Validitas

Interpretasi thitung ttabel Ket.

1 0,458 0,361 Valid Dipakai

2 0,386 0,361 Valid Dipakai

3 0,331 0,361 Tidak Valid Tidak Dipakai

4 0,347 0,361 Tidak Valid Tidak Dipakai

5 0,505 0,361 Valid Dipakai

6 0,444 0,361 Valid Dipakai

7 0,495 0,361 Valid Dipakai

8 0,422 0,361 Valid Dipakai

9 0,693 0,361 Valid Dipakai

10 0,706 0,361 Valid Dipakai

11 0,500 0,361 Valid Dipakai

12 0,353 0,361 Tidak Valid Tidak Dipakai

13 0,454 0,361 Valid Dipakai

14 0,345 0,361 Tidak Valid Tidak Dipakai

15 0,334 0,361 Tidak Valid Tidak Dipakai

16 0,454 0,361 Valid Dipakai

17 0,374 0,361 Valid Dipakai

18 0,217 0,361 Tidak Valid Tidak Dipakai

19 0,654 0,361 Valid Dipakai

20 0,564 0,361 Valid Dipakai

21 0,451 0,361 Valid Dipakai

22 0,471 0,361 Valid Dipakai

23 0,345 0,361 Tidak Valid Tidak Dipakai

24 0,471 0,361 Valid Dipakai

25 0,569 0,361 Valid Dipakai

26 0,421 0,361 Valid Dipakai

27 0,367 0,361 Valid Dipakai


(47)

29 0,367 0,361 Valid Dipakai

30 0,065 0,361 Tidak Valid Tidak Dipakai

31 0,383 0,361 Valid Dipakai

32 0,039 0,361 Tidak Valid Tidak Dipakai

33 0,134 0,361 Tidak Valid Tidak Dipakai

34 0,071 0,361 Tidak Valid Tidak Dipakai

Berdasarkan tabel 3.8 tentang uji validasi pedoman observasi motivasi belajar siswa, maka diperoleh item pernyataan yang dinyatakan valid sebagaimana data pada tabel 3.8 berikut ini ;

Tabel 3.9

Kisi-Kisi Pedoman Observasi Keterampilan Sosial Siswa Setelah Uji Validasi

No Variabel Indikator Subindikator Pulta Resp

Butir Item Yg Valid Peruba han No. Butir Item

2 Keterampil an Sosial

1. Keterampilan berkomunikasi atau

berinteraksi

 Cepat dan tepat dalam

mengemukakan pendapat atau gagasan

 Lancar dalam berbahasa dan berkomunikasi  Mampu berinteraksi

Observasi Siswa 1,2,5

6,7,8 9,10, 11,13 1,2,3 4,5,6 7,8,9, 10 2. Keterampilan berpartisipasi kelompok

 Saling bertukar pikiran dan pendapat

16,17, 19, 20 11,12, 13,14 3. Keterampilan bekerja sama

 Mampu menjauhkan dari konflik pertemanan 21,22, 24,25, 26 15,16, 17,18, 19 4. Keterampilan bertanggungja wab  Menyelesaikan tugas kelompok  Menyelesaikan tugas mandiri 27,28, 29 31 20,21, 22 23


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abdorrakhman,G. (2008). Esensi Belajar & Pembelajaran. Bandung : Humaniora Al Muchtar, Suwarma. (2001). Epistiologi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Bandung : Gelar Pustaka andiri.

Alma,B. ( 2010 ). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta

Amaliyah,N. ( 2012 ). Tesis : Penggunaan Metode Role Playing untuk

Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Kreativitas Siswa dalam Mata Pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas 1 di Mi Al-Inayah Kota

Bandung. Bandung : Tidak diterbitkan

Andersen, S.M. (1993). “Future Event Schemes and Certainty About the Future :

Automaticity in Depres-sives’ Future Event Predisctions” Journal of

Personality and Social Psychology, 63,711723.

Anitah Sri, dkk. (2008). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Arifin, Z. ( 2011 ). Penelitian Pendidikan : Metode dan paradigma Baru. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya

Asr, B. ( 2004). Belajar & Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta

Asra-Sumiati. ( 2011). Metode Pembelajaran. Bandung : CV Wacana Prima. Asrori, M. (2011). Psikologi Pembelajaran. Bandung : CV Wahana Prima

Bank, A,J. (1990). Teaching Strategies for The Social Studies-Inquiry, Valuing,

and Decision Making. Longman New York and London.

Beaty, J.J. (1994). Observing Development of The Young Child. New York: MacMillan Publishing Company.

Begun, R.W. Ready-to-Use Social Skills Lessons & Activities for Grades 7-12. Jossey–Bass A Tilley Imprint

Bellack, A.S. dan Hersen, M., (1977) Behavior modification: An introductory

textbook, Baltimore: Williams & Wilkins.

Bunyamin, M. (2010). Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar UPI dalam

Bidang IPS : Memperkuat Peran IPS dalam Membelajarkan Keterampilan Sosial dan Resolusi Konflik. UPI : Bandung


(2)

Bruce,J- Marsha, W, & Calhoun,E. ( 2009 ). Models of Teaching : Model – Model Pengajaran. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Conny,R,S. (2009). Penerapan Pembelajaran pada Anak. Jakarta : PT. Indeks Dahlan MD. (1990) Model-model Mengajar, Bandung; Diponogoro.

Dahar, R.W. (2006). Teori – teori Belajar. Jakarta : Erlangga

Dadang ,S. (2008). Makalah : Seminar Nasional dalam Pembelajaran

Sosial Skills di Sekolah. Bandung : Prodi Pendidikan IPS pada tanggal 19

Mei 2008

Darsono, M. dkk.( 2000). Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang Press.

Departemen Pendidikan Nasional .(2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional ( 2004 ). Metode Role Playing : Sekolah Al

Falah dan CCRT. Jakarta : Depdiknas

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT Remaja Rosda Karya

Dimyati ,Mudjiono. ( 2009 ). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Eko Putro Widoyoko. ( 2012 ). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Elizabeth Hurlock. ( 1980 ). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga Elizabeth Hurlock (1981). Developmental Psychology, A Life-Span Approach.

New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd.

Fajar, A. ( 2002 ). Portofolio dalam Pelajaran IPS. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Furdyartanto,Ki.RBS. ( 2002 ). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Yogyakarta : Global Pustaka Utama.

Furqon & Emilia E. (2010). Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : SPs UPI


(3)

Ganes Gunansyah. ( 2004 ). Makalah : Develompement of social skills in learning

social studies in primary school. Semarang : Unesa

Gunawan Rudi. ( 2011 ). Pendidikan IPS : Filosofi, Konsep dan Aplikasi. Bandung : Alfabeta

Hamalik,Oemar.(1995). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum. Bandung : Pustaka Martiana

Hanifah, N. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung : PT Refika Aditama Isjoni. ( 2007 ). Integrated Learning : Pendekatan Pembelajajaran IPS di

Pendidikan Dasar. Bandung : Falah Production

Jarolimek. J. (1971). Social Studies in Elementary School. New York : Macmilan Pub. Company

Jill Hadfield (1986). Classroom Dynamic. Oxford University Press.

Joyce, Bruce & Marsha, Well. (2009). Models of Teaching : Model-Model

Mengajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Joyce, W. Wiliam, dan Alleman-Brooks, (1979) Teaching Social Studies in the

Elementary and Midle Schools, New York: Holt, Rinehart and Winston

Kurt Singer. (1973). Membina Hasrat Belajar di Sekolah. Bandung : Remadja Karya

Kurniati E. (2006). Program Bimbingan untuk Mengembankan Keterampilan Sosial melalui Permainan Tradisional. Tesis UPI: Tidak diterbitkan

Knoff, Howard, M. (2002) The Stop & Think Social Skills Program: Teaching

Children Interpersonal, Problem Solving and Conflict Resolution, NASP

Communique, Vol.30 # 6.

Mansyur ( 1996 ). Pemanfaatan Model – Model Pembelajaran : Strategi Belajar Mengajar. Jakarta “ Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan

Universitas terbuka

Marsh C.J dan Print M.N. (1975). The Social Sciences : Skills andt Teaching

Methods. Perth : Buckland

Marsh, Collin. (2008). Studies of Society and Environment. Australia : Pearson Education


(4)

Mayke S. Tedjasaputra (2001). Bermain, Mainan, dan Permainan untuk

Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta : PT Grasindo

Mc. Donald, Frederick. Educational Psychology. Wadsworth Publishing Company. Inc. San Fransisco – Oveseas Publication Ltd ( Kaigin Shuppan Boeki KK. Tkyo : 1959

M. Surya. ( 2007 ). Kapita Selekta Kependidikan SD. Bandung : Universitas Terbuka

Moesichatoen R. (2004) Metode Pengajaran TK. Jakarta : PT Rineka Cipta. Nana Supriatna (2008). Bahan Belajar Mandiri Pendidikan IPS di SD. Bandung :

FIP UPI. Tidak diterbitkan

Noel Entwistle. (1981). Styles of Learning and teaching : An Integrated Outline

of Educational Psychology for Students, Teachers, and Lecturers,

Newyork : John Wiley & Sins Ltd

Nasution S.(2001). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Bandung : Jemmars

NCSS. ( 1994). “ Curriculum Standar for Social Studies. Washington : NCSS

Nursid Sunaatmadja. (1984). Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung : Alumni

Nurihsan Juntika. (2007). Perkembangan Peserta Didik. Bandung : SPs UPI Piaget,J.(1988). Antara Tindakan dan Pikiran. (alih bahasa ; Agus Cremers).

Jakarta : Gramedia

Purwa Atmada Prawira. (2011). Psikologi Pendidikan dalam perspektif Baru. Jogjakarta : A-Ruzz Media

Purta, Judith-Torney. ( 1991 ). Schema Theory and Cognitive Psychology

Implication for Social Studies. Theory and Research in Social Education,

XIX(2). 189-210

Poorman, P. B. (2002. Biography and role-playing:fostering empathy in abnormal

psychology. Teaching of Psychology.

Sanjaya Wina (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


(5)

Sanjaya, Wina.(2011). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya Wina. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Santrock, J.W. (2002). Life Span Development : Perkembangan AnakEdisi 5, Alih

Bahasa : Juka Demanik et al.. Jakarta : Erlangga

Sagala Syaiful. (2011). Konsep & Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta Sapriya. ( 2011 ). Pendidikan IPS : Konsep dan Pembelajaran. Bandung : PT

Remaja Rosda Karya

Simatupang Syawal. (2009). Tesis : Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran

Bermain Peran Terhadap Kompetensi Sosial Kognitif dan Kompetensi Sosial Afektif dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Bandung :

Pascasarjana UPI

Slameto. (1987). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta

Sudjana S. (2001). Metode & Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung : Falah Production

Sugiyono. ( 2006 ). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuanttatif, dan R

& D. Bandung : Alfabeta

Sumantri Mulyani & Permana Johar. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV Mulyana

Sugiyono. (2012). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Soemantri Nu’man (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya

Somantri Numan. ( 2012 ). Inovasi Pembelajaran IPS. Bandung : UPI Press Sunal. (1993). Social Studies and The Elementary/Middle School Student.

Florida: Harcourt Brace Jovanovinch Collage Publisher.

Sunhaji.( 2006). Manajemen Madrasah. Yogyakarta : Grafindo Litera Media. Tjahyati, T. (2008). Pembelajaran Role Playing bagi Anak Attention Deficit


(6)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : BP restindo Mediatama

Universitas Pendidikan Indonesia. ( 2011 ). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung.

Wahab, Abdul Aziz. dkk .(2007). Konsep Dasar IPS. Jakarta : Universitas Terbuka

Winkel. (1991). Psikologi Pengajaran. Jakarta : Grasindo

Yamin Martinis, 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Ciputat : Gaung Persada Pres

.(2013). Forum Dialektika : Meretas Pemikiran dan Kreativitas Guru. Cirebon : Edisi 63 Th VI/Februari 2013

--- http://andiaccank.blogspot.com/2011/05/pentingnya-keterampilan-sosial-pada.html. Diakses tanggal 6 Juni 2013

--- Learning Social Skills Through Play. Tersedia : http:// content.scholastic. com (Akses: 16 Juni 2013)

--- Teaching Social Skill To Kids Who Don’t Have Them. Tersedia : http://www.behavioradvisor.com. ( 16 Juni 2013)


Dokumen yang terkait

Pengaruh metode role playing (bermain peran) terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V di SDN Cempaka I Putih Tahun ajaran 2014-2015

0 21 122

Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa Pada Pokok Bahasan Menerima Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Melalui Metode Role Playing di SD NU Wanasari Kabupaten Indramayu

0 10 173

PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING DALAM MATA PELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SD.

0 1 26

PENERAPAN MODEL ROLE PLAYING(BERMAIN PERAN) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS.

0 3 46

METODE SIMULASI ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKANMOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN Metode Simulasi Role Playing Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Dasar Negeri 2 Gondang Kelas V Semeste

0 1 14

METODE SIMULASI ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKANMOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN Metode Simulasi Role Playing Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Dasar Negeri 2 Gondang Kelas V Semeste

0 0 18

Penerapan metode role playing guna meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi : studi kasus siswa kelas XI IPS 2, SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan.

2 5 277

Upaya peningkatan motivasi belajar siswa melalui peneraan metode pembelajaran role playing pada mata pelajaran akuntansi.

1 16 254

METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

0 0 5

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI

0 1 252