DESAIN DIDAKTIS SIFAT-SIFAT SEGIEMPAT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA BERDASARKAN LEARNING OBSTACLE DAN LEARNING TRAJECTORY.

(1)

DESAIN DIDAKTIS SIFAT-SIFAT SEGIEMPAT

PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BERDASARKAN LEARNING OBSTACLE

DAN LEARNING TRAJECTORY

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Matematika

Oleh Hanifah Nurrahmi

NIM 1002573

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATI KA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

DESAIN DIDAKTIS SIFAT-SIFAT SEGIEMPAT

PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BERDASARKAN LEARNING OBSTACLE

DAN LEARNING TRAJECTORY

Oleh Hanifah Nurrahmi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Hanifah Nurrahmi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

Hanifah Nurrahmi, 2014

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Desain Didaktis Sifat-sifat Segiempat pada Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama Berdasarkan Learning Obstacle dan Learning Trajectory”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kesalahan-kesalahan konsep pada buku yang digunakan oleh siswa dalam pembelajaran sifat-sifat segiempat yang mengakibatkan adanya learning obstacle yang dialami siswa. Selain itu, buku tersebut tidak sampai pada konsep pengelompokkan jenis-jenis segiempat sehingga tidak ada kenaikan leve l berpikir geometri berdasarkan teori Van Hiele. Berdasarkan hal tersebut, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk membuat desain didaktis yang diharapkan dapat meminimalisir

learning obstacle. Desain didaktis juga disusun berdasarakan learning trajectory

pada pembelajaran sifat-sifat segiempat kemudian diimplementasikan kepada siswa kelas VII di Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang belum pernah mendapat pengajaran sifat-sifat segiempat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, serta studi dokumentasi. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa terjadi pengurangan learning obstacle siswa setelah mendapatkan pengajaran dengan desain didaktis yang disusun penulis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa desain didaktis ini dapat meminimalisir learning obstacle yang ditemukan meskipun belum secara utuh dan dapat dijadikan salah satu rekomendasi bahan ajar pada pembelajaran sifat-sifat segiempat.

Kata kunci : Learning Obstacle, Learning Trajectory, Desain Didaktis, Sifat-sifat Segiempat.


(5)

Abstract

The title of this study is "Didactic Design of Quadrilateral Characteristics on Mathematics Learning in Junior High School Based on Learning Obstacle and Learning Trajectory". This research was carried out correspondingly with the errors of concept in the book used by students in learning the quadrilateral characteristics which led to the learning obstacle experienced by the students. Moreover, the book used did not guide the students to the concept of grouping the types of quadrilateral so that there is no increase in the level of thinking of geometry based on the theory of the Van Hiele. Accordingly, the purpose of this study was to create a didactic design that was expected to minimize the learning obstacle. The didactic design was also arranged based on the learning trajectory in learning the characteristic of quadrilateral and then implemented to seventh graders of Junior High School (SMP) who have never received any quadrilateral characteristics instruction. The method used in this study was qualitative method and the techniques employed for obtaining the data were observation, interview, and documentation study. The result showed that there was a reduction of students’ learning obstacle after getting the didactic design instruction arranged by the researcher. It can be concluded that the didactic design can minimize the learning obstacle discovered, though it is not yet fully covered and can be one of teaching material recommendations on the teaching of quadrilateral characteristics.

Keywords : Learning Obstacle, Learning Trajectory, Didactic Design, Quadrilateral Characteristics.


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah... 6

D. Tujuan Penelitian... 6

E. Manfaat Penelitian... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Didactical Design Research (DDR)... 8

B. Learning Obstacle ... 10

C. Learning Trajectory ... 11

D. Teori Belajar Matematika... 12

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 17

B. Subjek Penelitian ... 18

C. Teknik Pengumpulan Data ... 18

D. Teknik Analisis Data ... 19

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN A. Masalah dalam Pembelajaran Sifat-sifat Segiempat di Sekolah Menengah Pertama (SMP) ... 20

B. Desain Didaktis Awal Sifat-sifat Segiempat ... 25


(7)

vii

D. Pembahasan Hasil Implementasi Desain Didaktis Awal Sifat-sifat Segiempat

... 54

E. Desain Didaktis Revisi Sifat-sifat Segiempat ... 97

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 99

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu tujuan pendidikan yaitu untuk mengembangkan potensi siswa. Hal ini memberi arti bahwa siswa mempunyai hak untuk mengembangkan potensinya melalui adanya pendidikan dan memperoleh pendidikan semaksimal mungkin. Para guru wajib memfasilitasi dan melayani hak tersebut.

Memberikan layanan pendidikan yang baik bagi seorang siswa yaitu dengan melakukan rancangan pembelajaran yang baik. Sebelum pembelajaran berlangsung, guru harus memikirkan cara menyampaikan materi dengan baik agar siswa dapat memahami materi secara utuh. Penyampaian materi dapat dituangkan dalam sebuah bahan ajar.

Bahan ajar yang tersedia di sekolah biasanya berupa buku-buku teks yang masih banyak memuat kesalahan konsep sehingga siswa pun memiliki persepsi yang salah mengenai konsep tersebut. Selain itu, bahan ajar pada umumnya dibuat secara umum tanpa memperhatikan kondisi dan karakteristik siswa. Apabila karakteristik siswa tidak diperhatikan dalam proses pembelajaran, siswa tersebut belum tentu bisa memahami konsep yang disampaikan. Siswa hanya menerima materi tanpa terjadi proses mental untuk berpikir di dalam pikiran siswa. Akibatnya, ketika mempelajari konsep selanjutnya siswa akan mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar yang dialami siswa dikenal dengan istilah

learning obstacle.

Kesulitan belajar siswa terjadi paling banyak pada konsep geometri. Dalam hal ini, lebih spesifik mengenai segiempat. Banyak siswa yang merasa kesulitan dalam memahami konsep tersebut. Asrori (2007: 241) mengemukakan pelajaran matematika sering dirasakan sulit oleh siswa sehingga cenderung tidak disenangi. Bahkan tidak jarang siswa yang memandang pelajaran matematika sebagai hal yang menakutkan meskipun ada sebagian siswa yang menyenangi matematika.

Hal ini bisa terjadi karena dalam proses pembelajaran kurang memperhatikan proses pembelajaran bermakna, seperti yang dikemukakan oleh Nurela (2013)


(9)

2

bahwa kelemahan nyata dalam pembelajaran matematika yaitu ketidakbermaknaan dalam proses pembelajaran. Tidak bermaknanya proses pembelajaran matematika disebabkan karena kebanyaka n guru hanya menyampaikan materi pembelajaran sampai siswa bisa menghitung saja. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang diberikan motivasi untuk mengembangkan kemampuan berpikir sehingga siswa hanya diarahkan pada kemampuan menghafal informasi (Sanjaya, 2010).

Selain itu, dalam pembelajaran segiempat di sekolah, para guru langsung mengajarkan materi seperti yang tertera pada buku teks. Salah satu buku teks yang banyak digunakan oleh sekolah yaitu BSE (Buku Sekolah Elektronik) yang diterbitkan oleh Depdiknas (Departemen Pendidikan Nasional). Dalam buku BSE yang berjudul Pegangan Belajar Matematika karya A. Wagiyo, F. Surati, dan Irene Supradiarini, konsep segiempat disajikan secara parsial. Definisi dari jenis-jenis dan sifat-sifat yang disajikan juga cenderung sulit dan harus dihapal, contohnya dalam mendefinisikan dan menyajikan sifat-sifat persegipanjang sebagai berikut

(Sumber : Buku BSE Pegangan Belajar Matematika halaman 203 dan 205)

Gambar 1.1

Sifat-sifat dan definisi persegipanjang

Selain itu, ada kesalahan konsep mengenai definisi trapesium dan hubungan antara trapesium dengan jajargenjang berikut ini :


(10)

3

(Sumber : Buku BSE Pegangan Belajar Matematika halaman 210 dan 211)

Gambar 1.2

Definisi trapesium dan hubungan antara trapesium dengan jajargenjang

Seharusnya, apabila mendefiniskan trapesium sebagai segiempat yang tepat mempunyai sepasang sisi yang sejajar, maka jajargenjang bukan trapesium karena jajargenjang memiliki dua pasang sisi yang sejajar.

Kemudian dalam buku BSE yang berjudul Matematika Konsep dan Aplikasinya karya Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni terdapat ketidakkonsistenan dalam menyajikan pendefinisian jenis-jenis segiempat. Dalam mendefinisikan persegipanjang menggunakan konsep kesejajaran tetapi dalam mendefinisikan konsep jajargenjang menggunakan konsep segitiga sebagai berikut :

(Sumber : Buku BSE Matematika Konsep dan Aplikasinya halaman 251 dan 261)

Gambar 1.3


(11)

4

Akibat dari adanya buku teks BSE itu, guru mengajarkan konsep segiempat tidak secara utuh, melainkan disampaikan secara terpisah mulai dari persegi, persegipanjang, jajargenjang, trapesium, layang- layang, dan belahketupat sehingga siswa tidak memahami konsepnya secara keseluruhan dan tidak memahami bahwa konsep-konsep tersebut saling berkaitan. Apabila dalam pembelajaran segiempat selalu seperti itu, kemampuan berpikir siswa tidak akan meningkat sesuai dengan tingkatan berpikir geometri menurut Van Hiele.

Selanjutnya Sanjaya (2010) mengemukakan guru yang kurang baik (kurang professional) manakala ia tidak memahami tentang materi yang diajarkannya. Ketidakpahaman tentang materi pelajaran biasanya ditunjukkan dengan perilaku-perilaku tertentu, misalnya teknik penyampaian materi pelajaran yang monoton, ia lebih sering duduk di kursi sambil membaca, suaranya lemah, tidak berani melakukan kontak mata dengan siswa, miskin dengan ilustrasi, dan lain- lain. Perilaku guru yang demikian bisa menyebabkan hilangnya kepercayaan pada diri siswa, sehingga guru akan sulit mengendalikan kelas.

Untuk menjadi guru yang profesional, khususnya guru matematika, guru harus melakukan proses berpikir dalam konteks kurikulum dan pembelajaran. Proses berpikir ini terjadi pada tiga fase, yaitu sebelum pembelajaran, pada saat pembelajaran berlangsung, dan setelah pembelajaran. Sebelum pembelajaran berlangsung, guru harus memikirkan cara untuk mendorong terjadinya situasi belajar yang optimal ketika pembelajaran melalui proses pengembangan situasi didaktis yang kemudian dikenal sebagai Analisis Didaktik dan Pedagogis (ADP). ADP pada hakekatnya adalah sintesis hasil pemikiran guru berdasarkan berbagai kemungkinan yang diprediksi akan terjadi pada peristiwa pembelajaran (S uryadi, 2010). Kemudian ketika pembelajaran berlangsung, guru juga harus memperhatikan urutan penyampaian materi. Urutan penyampaian ini akan berpengaruh terhadap proses berpikir dan pemahaman siswa. Guru harus memilih urutan penyampaian materi yang tepat dalam pembelajaran matematika, yang kemudian disebut sebagai learning trajectory. Learning trajectory adalah langkah-langkah yang dipilih oleh seorang guru untuk menyampaikan suatu materi (konsep) kepada siswa. Menurut Clements dan Sarama (2009: 5) “learning


(12)

5

trajectories describe the goals of learning,, the thinking and learning processes of children at various levels, and the learning activities in which they might engage”.

Dalam hal ini, learning trajectory jelas memperhatikan tingkatan berpikir siswa.

Learning trajectory dan learning obstacle adalah dua hal yang saling berkaitan sebagai acuan untuk melaksanakan proses pembelajaran matematika. Ketika mengajar guru harus memperhatikan kesulitan belajar yang dialami siswa dan menyampaikan materi dengan memik irkan urutan penyampaiannya. Kedua hal tersebut dapat disusun dalam sebuah desain pembelajaran (bahan ajar) berdasarkan situasi didaktis yang telah dipikirkan sebelumnya. Penyusunan desain didaktis ini juga disusun berdasarkan repersonalisasi dan rekonteks tualisasi yang dilakukan terlebih dahulu untuk mengkaji konsep matematika lebih mendalam berdasarkan keterkaitan antara konsep yang satu dengan yang lainnya.

Berdasarkan hal yang telah dijelaskan di atas, maka dalam penelitian ini penulis memilih judul “Desain Didaktis Sifat-sifat Segiempat pada Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama Berdasarkan Learning Obstacle dan

Learning Trajectory”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu:

1. Jenis masalah apa saja yang terdapat dalam pembelajaran sifat-sifat segiempat di Sekolah Menengah Pertama (SMP)?

2. Bagaimana bentuk desain didaktis awal berdasarkan analisis masalah yang terdapat dalam pembelajaran sifat-sifat segiempat?

3. Bagaimana hasil implementasi desain didaktis awal berdasarkan analisis masalah yang terdapat dalam pembelajaran sifat-sifat segiempat?

4. Bagaimana pembahasan hasil implementasi desain didaktis awal berdasarkan analisis masalah yang terdapat dalam pembelajaran sifat-sifat segiempat? 5. Bagaimana bentuk desain didaktis revisi pembelajaran sifat-sifat segiempat


(13)

6

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Penyusunan desain didaktis dalam pembelajaran sifat-sifat segiempat di Sekolah Menengah Pertama (SMP) disesuaikan dengan karakteristik siswa kelas VII.

2. Penyusunan desain didaktis dalam pembelajaran sifat-sifat segiempat di Sekolah Menengah Pertama (SMP) didasarkan pada learning obstacle dan

learning trajectory.

3. Pengukuran keberhasilan implementasi desain didaktis didasarkan pada proses berpikir siswa.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk:

1. Mengetahui jenis masalah yang terdapat dalam pembelajaran sifat-sifat segiempat di Sekolah Menengah Pertama (SMP).

2. Membuat desain didaktis awal berdasarkan analisis masalah yang terdapat dalam pembelajaran sifat-sifat segiempat.

3. Mengetahui hasil implementasi desain didaktis awal berdasarkan analisis masalah yang terdapat dalam pembelajaran sifat-sifat segiempat.

4. Mengetahui pembahasan hasil implementasi desain didaktis awal berdasarkan analisis masalah yang terdapat dalam pembelajaran sifat-sifat segiempat. 5. Membuat desain didaktis revisi pembelajaran sifat-sifat segiempat

berdasarkan hasil implementasi.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Bagi siswa, diharapkan dapat lebih memahami dan menguasai sifat-sifat segiempat dalam pembelajaran matematika.

2. Bagi guru, diharapkan menjadi motivasi untuk melakukan proses pembelajaran matematika berdasarkan karakteristik dan proses berpikir siswa.


(14)

7

3. Bagi peneliti, diharapkan dapat mengetahui desain didaktis sifat-sifat segiempat pada pembelajaran matematika di Sekolah Menengah Pertama (SMP).


(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif berupa Penelitian Desain Didaktis (Didactical Design Research) melalui tiga tahapan analisis, yaitu:

1. Analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran yang wujudnya berupa Desain Didaktis Hipotesis termasuk ADP.

2. Analisis metapedadidaktik.

3. Analisis retrosfektif, yakni analisis yang mengaitkan hasil analisis situasi didaktis hipotesis dengan hasil analisis metapedadidaktik.

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian yaitu mengkaji learning obstacle dan learning trajectory berupa alur sifat-sifat segiempat dan menyusun desain didaktis berdasarkan learning obstacle dan learning trajectory sehingga desain didaktis tersebut diharapkan dapat memperbaiki dan mengembangkan proses pembelajaran ke arah yang lebih baik.

Adapun tahapan-tahapan yang dilaksanakan pada penelitian ini, sebagai berikut.

1. Tahap Perencanaan

a. Memilih sebuah konsep matematika yang akan dijadikan sebagai materi penelitian.

b. Menganalisis alur penyampaian materi pada buku teks yang digunakan dalam pembelajaran di sekolah.

c. Mempelajari dan menganalisis karakteristik dari materi yang telah dipilih untuk penelitian.

2. Tahap Persiapan

a. Menganalisis learning trajectory dari konsep yang dipilih.

b. Menganalisis dan membuat repersonalisasi dari konsep yang telah dipilih.


(16)

18

c. Menyusun, membuat, dan mengkonsultasikan desain didaktis awal yang telah dibuat kepada orang-orang yang ahli dibidangnya. Desain didaktis awal dibuat dengan mempertimbangkan karakteristik siswa.

3. Tahap Pelaksanaan

a. Memilih subjek penelitian secara acak. b. Melakukan uji coba learning obstacle.

c. Menganalisis hasil uji coba learning obstacle. d. Melakukan uji coba desain didaktis awal.

e. Menganalisis dan melakukan evaluasi terhadap kekura ngan dari desain didaktis awal.

f. Melakukan perbaikan dan menyusun desain didaktis baru yang lebih baik dari sebelumnya.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok. Subjek penelitian kelompok pertama yaitu ketika melakukan penelitian untuk mengetahui kesulitan belajar adalah siswa kelas VIII di SMP Negeri 4 Bandung, siswa kelas X dan XI di SMA Negeri 1 Palabuhanratu kabupaten Sukabumi, dan mahasiswa Pendidikan Matematika di Universitas Pendidikan Indonesia. Subjek penelitian kelompok kedua yaitu ketika melakukan penelitian pada penggunaan desain didaktis awal sifat-sifat segiempat adalah siswa kelas VII di SMP Negeri 14 Bandung.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti yaitu teknik triangulasi berupa gabungan dari observasi yang dilengkapi catatan lapangan, wawancara, dan studi dokumentasi.

Observasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang kesulitan belajar responden dalam sifat-sifat segiempat dan melihat konsep pembelajaran terdahulu yang disusun oleh guru. Dalam observasi ini dilakukan perekaman dan pemotretan yang akan dijadikan bahan analisis lebih lanjut. Catatan lapangan terus dilakukan


(17)

19

selama penelitian berlangsung untuk mencatat hal – hal penting yang terjadi di lapangan.

Wawancara dilakukan untuk mendapat informasi lebih mendalam karena jawaban responden belum mempresentasikan kesulitan belajar. Wawancara dilakukan agar peneliti dapat mengidentifikasi kesulitan belajar dalam sifat-sifat segiempat.

Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi video pembelajaran, buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, dan data lain yang relevan. Hal ini ditujukan untuk memperoleh data yang semakin objektif.

D. Teknik Analisis Data

Analisis data pada penelitian kualitatif dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Adapun langkah- langkah yang dilakukan peneliti dalam tahap analisis data sebagai berikut.

1. Mengumpulkan informasi.

2. Menganalisis secara keseluruhan informasi yang diperoleh. 3. Mengklasifikasikan informasi yang diperoleh.

4. Membuat uraian terperinci mengenai hal- hal yang muncul pada saat pengujian.

5. Mencari hubungan dan membandingkan antara beberapa kategori. 6. Menemukan dan menetapkan pola atas dasar data aslinya.

7. Melakukan interpretasi. 8. Menyajikan secara naratif.


(18)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa :

1. Masalah yang terdapat dalam pembelajaran sifat-sifat segiempat di Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu siswa-siswa masih mengalami kesulitan belajar terkait dengan sifat-sifat dan definisi jenis-jenis segiempat. Bahkan, banyak yang belum bisa menemukan hubungan antar jenis segiempat. Hal ini terjadi akibat dari pengalaman belajar yang biasa menghapal dan menghitung, bukan memahami konsep, juga akibat sistem belajar yang selalu menggunakan buku teks tanpa memperhatikan konsep-konsep di dalamnya. 2. Berdasarkan masalah tersebut, penulis membuat desain didaktis awal

sifat-sifat segiempat yang disusun mulai dari pengidentifikasian sifat-sifat-sifat-sifat segiempat, pendefinisian jenis-jenis segiempat, sampai pada pengelompokkan jenis-jenis segiempat. Desain ini disusun untuk memudahkan proses berpikir siswa untuk mengelompokkan jenis-jenis segiempat dari yang paling khusus sampai yang paling umum. Untuk desain secara jelasnya dapat dilihat di lampiran.

3. Hasil implementasi desain didaktis awal sifat-sifat segiempat yaitu :

a. Pada awal pembelajaran siswa sudah mampu mengenal nama-nama jenis segiempat dengan baik, tetapi penulis tidak mempertimbangkan bahwa nama-nama dari jenis segiempat tidak tunggal meskipun mereka belum belajar pengelompokkan.

b. Pada saat pengidentifikasian sifat-sifat segiempat, para siswa mengalami kesulitan terkait bahasa yang terdapat pada tabel sifat-sifat. Hal itu terjadi karena siswa lupa mengenai istilah-istilah yang ada pada unsur-unsur segiempat, yaitu pasangan sisi yang berdekatan, pasangan sisi yang berhadapan, dan pasangan sudut yang berdekatan. Selain itu, siswa


(19)

100

cenderung sulit diajak untuk melakukan proses berpikir mandiri karena mereka tidak terbiasa dengan cara belajar seperti itu.

c. Ketika mencari sifat utama, banyak siswa yang awalnya salah menentukan sifat utama, tetapi dengan arahan-arahan dari penulis akhirnya mereka mampu memahaminya sampai bisa mendefinisikan jenis-jenis segiempat berdasarkan sifat utamanya.

d. Dalam kegiatan pengelompokkan jenis-jenis segiempat, awalnya siswa tidak merespon, tetapi dengan cara diarahkan terus- menerus akhirnya mereka bisa mengelompokkan semua jenis segiempat.

4. Setelah dilakukan pembahasan hasil implementasi, maka diperoleh hal-hal sebagai berikut :

a. Respon siswa yang muncul ada yang di luar prediksi karena penulis kurang mempertimbangkan prediksi tersebut dan penulis berpikir respon itu akan muncul ketika siswa telah belajar pengelompokkan jenis-jenis segiempat.

b. Pada saat pembelajaran pengidentifikasian sifat-sifat segiempat, penulis harus memberikan banyak arahan dan penjelasan ulang mengenai unsur-unsur segiempat.

c. Ketika pembelajaran pencarian sifat utama jenis-jenis segiempat, tidak semua siswa ditanyakan responnya karena waktu yang kurang mencukupi. Respon yang terlihat hanya dari satu kelompok saja untuk satu jenis segiempat.

d. Pada saat mengelompokkan jenis-jenis segiempat, siswa berhasil mengelompokkan semua jenis segiempat dengan cepat, tetapi tetap harus diarahkan oleh penulis.

e. Pelaksanaan implementasi banyak yang dilaksanakan di luar rencana karena terkendala oleh waktu yang diberikan oleh sekolah di tempat penelitian sangat sedikit, yaitu hanya 2 pertemuan.

5. Desain didaktis revisi berdasarkan hasil implementasi masih tetap menggunakan desain awal dengan perubahan lembar kerja pertama disimpan di kegiatan paling akhir dan ada penambahan sifat pada tabel sifat-sifat


(20)

101

segiempat, yaitu sifat paling sedikit memiliki 2 pasang sudut yang berdekatan yang jumlahnya 180o dan sifat diagonal dapat membagi daerah dalam menjadi 2 bagian yang sama.

B. Saran

Saran ditujukan kepada peneliti lain yang akan menjadikan penelitian ini sebagai rujukan, yaitu :

1. Pemberian nama jenis-jenis segiempat sebaiknya ditempatkan di akhir pembelajaran dengan perintah siswa harus menyebutkan nama-nama jenis segiempat tersebut sebanyak mungkin karena mereka telah belajar pengelompokkan jenis-jenis segiempat.

2. Sebelum pembelajaran mengidentifikasi sifat-sifat segiempat, sebaiknya dilakukan pembelajaran mengenai unsur-unsur segiempat terlebih dahulu. Selain itu, pembelajaran sebaiknya dijalankan sesuai rencana implementasi. 3. Ketika siswa mencari sifat utama yang dimiliki oleh masing- masing jenis

segiempat, sebaiknya respon siswa dilihat secara keseluruhan, tidak perkelompok untuk setiap jenis segiempat.

4. Sebaiknya penelitian dilakukan di sekolah yang memberikan kefleksibelan waktu agar implementasi desain dapat dijalankan dengan maksimal.

5. Untuk mengecek mengenai kesulitan belajar dan kemampuan siswa dalam mengelompokkan jenis-jenis segiempat sebaiknya menggunakan instrumen tes geometri Van Hiele.


(21)

DAFTAR PUSTAKA

Asrori, M. (2007). Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

BSNP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BNSP.

Brousseau, G. (1997). Theory of Didactical Situation in Mathematics. Dordrecht: Kluwer Academic Publisher.

Clements, D. H. dan Sarama, J. (2009). Learning and Teaching Early Math (The Learning Trajectories Approach). New York: Routledge.

Istiqomah, D.N. (2012). “Desain Didaktis Konsep Perbandingan Segmen Garis pada Pembelajaran Matematika SMP”. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Meilina, A. (2013). Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat pada Pembelajaran Matematika SMP. Skripsi: Tidak diterbitkan.

Nuharini, D. dan Wahyuni, T. (2008). Matematika (Konsep dan Aplikasinya). Departemen Pendidikan Nasional.

Nurela. (2012). Desain Didaktis Konsep Garis Singgung Lingkaran pada Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP). Skripsi: Tidak diterbitkan.

Ruhimat, T. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: UPI.

Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

Suherman, dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA.

Suratno, T. (2009). Memahami Kompleksitas Pengajaran-Pembelajaran dan Kondisi Pendidikan dan Pekerjaan Guru. [Online]. Tersedia: the2the.com/ eunice/document/TSuratno_complex_syndrome.pdf [02 Februari 2014]

Suratno, T. dan Suryadi, D. (2013). Metapedidaktik dan Didactical Design Research (DDR) dalam Implementasi Kurikulum Praktik Lesson Study.

Hand-out Seminar. Surabaya: tidak diterbitkan.

Suryadi, D. (2010). “Metapedadidaktik dan Didactical Design Research (DDR): Sintesis Hasil Pemikiran Berdasarkan Lesson Study”, dalam Teori,Paradigma, Prinsip, dan Pendekatan Pembelajaran MIPA dalam Konteks Indonesia. Bandung: FPMIPA UPI.


(22)

103

Syaodih, N. S. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Kesuma Karya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wagiyo, A., dkk. (2008). Pegangan Belajar Matematika. Departemen Pendidikan Nasional.

Wintarti, A. (2008). Contextual Teaching and Learning Matematika. Departemen Pendidikan Nasional.


(1)

19

Hanifah Nurrahmi, 2014

selama penelitian berlangsung untuk mencatat hal – hal penting yang terjadi di lapangan.

Wawancara dilakukan untuk mendapat informasi lebih mendalam karena jawaban responden belum mempresentasikan kesulitan belajar. Wawancara dilakukan agar peneliti dapat mengidentifikasi kesulitan belajar dalam sifat-sifat segiempat.

Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi video pembelajaran, buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, dan data lain yang relevan. Hal ini ditujukan untuk memperoleh data yang semakin objektif.

D. Teknik Analisis Data

Analisis data pada penelitian kualitatif dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Adapun langkah- langkah yang dilakukan peneliti dalam tahap analisis data sebagai berikut.

1. Mengumpulkan informasi.

2. Menganalisis secara keseluruhan informasi yang diperoleh. 3. Mengklasifikasikan informasi yang diperoleh.

4. Membuat uraian terperinci mengenai hal- hal yang muncul pada saat pengujian.

5. Mencari hubungan dan membandingkan antara beberapa kategori. 6. Menemukan dan menetapkan pola atas dasar data aslinya.

7. Melakukan interpretasi. 8. Menyajikan secara naratif.


(2)

Hanifah Nurrahmi, 2014

D esain D idaktis Sifat-sifat Segiempat pada Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama Berdasarkan Learning Obstacle dan Learning Trajectory

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa :

1. Masalah yang terdapat dalam pembelajaran sifat-sifat segiempat di Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu siswa-siswa masih mengalami kesulitan belajar terkait dengan sifat-sifat dan definisi jenis-jenis segiempat. Bahkan, banyak yang belum bisa menemukan hubungan antar jenis segiempat. Hal ini terjadi akibat dari pengalaman belajar yang biasa menghapal dan menghitung, bukan memahami konsep, juga akibat sistem belajar yang selalu menggunakan buku teks tanpa memperhatikan konsep-konsep di dalamnya. 2. Berdasarkan masalah tersebut, penulis membuat desain didaktis awal

sifat-sifat segiempat yang disusun mulai dari pengidentifikasian sifat-sifat-sifat-sifat segiempat, pendefinisian jenis-jenis segiempat, sampai pada pengelompokkan jenis-jenis segiempat. Desain ini disusun untuk memudahkan proses berpikir siswa untuk mengelompokkan jenis-jenis segiempat dari yang paling khusus sampai yang paling umum. Untuk desain secara jelasnya dapat dilihat di lampiran.

3. Hasil implementasi desain didaktis awal sifat-sifat segiempat yaitu :

a. Pada awal pembelajaran siswa sudah mampu mengenal nama-nama jenis segiempat dengan baik, tetapi penulis tidak mempertimbangkan bahwa nama-nama dari jenis segiempat tidak tunggal meskipun mereka belum belajar pengelompokkan.

b. Pada saat pengidentifikasian sifat-sifat segiempat, para siswa mengalami kesulitan terkait bahasa yang terdapat pada tabel sifat-sifat. Hal itu terjadi karena siswa lupa mengenai istilah-istilah yang ada pada unsur-unsur segiempat, yaitu pasangan sisi yang berdekatan, pasangan sisi yang berhadapan, dan pasangan sudut yang berdekatan. Selain itu, siswa


(3)

100

Hanifah Nurrahmi, 2014

cenderung sulit diajak untuk melakukan proses berpikir mandiri karena mereka tidak terbiasa dengan cara belajar seperti itu.

c. Ketika mencari sifat utama, banyak siswa yang awalnya salah menentukan sifat utama, tetapi dengan arahan-arahan dari penulis akhirnya mereka mampu memahaminya sampai bisa mendefinisikan jenis-jenis segiempat berdasarkan sifat utamanya.

d. Dalam kegiatan pengelompokkan jenis-jenis segiempat, awalnya siswa tidak merespon, tetapi dengan cara diarahkan terus- menerus akhirnya mereka bisa mengelompokkan semua jenis segiempat.

4. Setelah dilakukan pembahasan hasil implementasi, maka diperoleh hal-hal sebagai berikut :

a. Respon siswa yang muncul ada yang di luar prediksi karena penulis kurang mempertimbangkan prediksi tersebut dan penulis berpikir respon itu akan muncul ketika siswa telah belajar pengelompokkan jenis-jenis segiempat.

b. Pada saat pembelajaran pengidentifikasian sifat-sifat segiempat, penulis harus memberikan banyak arahan dan penjelasan ulang mengenai unsur-unsur segiempat.

c. Ketika pembelajaran pencarian sifat utama jenis-jenis segiempat, tidak semua siswa ditanyakan responnya karena waktu yang kurang mencukupi. Respon yang terlihat hanya dari satu kelompok saja untuk satu jenis segiempat.

d. Pada saat mengelompokkan jenis-jenis segiempat, siswa berhasil mengelompokkan semua jenis segiempat dengan cepat, tetapi tetap harus diarahkan oleh penulis.

e. Pelaksanaan implementasi banyak yang dilaksanakan di luar rencana karena terkendala oleh waktu yang diberikan oleh sekolah di tempat penelitian sangat sedikit, yaitu hanya 2 pertemuan.

5. Desain didaktis revisi berdasarkan hasil implementasi masih tetap menggunakan desain awal dengan perubahan lembar kerja pertama disimpan di kegiatan paling akhir dan ada penambahan sifat pada tabel sifat-sifat


(4)

101

Hanifah Nurrahmi, 2014

D esain D idaktis Sifat-sifat Segiempat pada Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama Berdasarkan Learning Obstacle dan Learning Trajectory

segiempat, yaitu sifat paling sedikit memiliki 2 pasang sudut yang berdekatan yang jumlahnya 180o dan sifat diagonal dapat membagi daerah dalam menjadi 2 bagian yang sama.

B. Saran

Saran ditujukan kepada peneliti lain yang akan menjadikan penelitian ini sebagai rujukan, yaitu :

1. Pemberian nama jenis-jenis segiempat sebaiknya ditempatkan di akhir pembelajaran dengan perintah siswa harus menyebutkan nama-nama jenis segiempat tersebut sebanyak mungkin karena mereka telah belajar pengelompokkan jenis-jenis segiempat.

2. Sebelum pembelajaran mengidentifikasi sifat-sifat segiempat, sebaiknya dilakukan pembelajaran mengenai unsur-unsur segiempat terlebih dahulu. Selain itu, pembelajaran sebaiknya dijalankan sesuai rencana implementasi. 3. Ketika siswa mencari sifat utama yang dimiliki oleh masing- masing jenis

segiempat, sebaiknya respon siswa dilihat secara keseluruhan, tidak perkelompok untuk setiap jenis segiempat.

4. Sebaiknya penelitian dilakukan di sekolah yang memberikan kefleksibelan waktu agar implementasi desain dapat dijalankan dengan maksimal.

5. Untuk mengecek mengenai kesulitan belajar dan kemampuan siswa dalam mengelompokkan jenis-jenis segiempat sebaiknya menggunakan instrumen tes geometri Van Hiele.


(5)

Hanifah Nurrahmi, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Asrori, M. (2007). Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

BSNP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BNSP.

Brousseau, G. (1997). Theory of Didactical Situation in Mathematics. Dordrecht: Kluwer Academic Publisher.

Clements, D. H. dan Sarama, J. (2009). Learning and Teaching Early Math (The Learning Trajectories Approach). New York: Routledge.

Istiqomah, D.N. (2012). “Desain Didaktis Konsep Perbandingan Segmen Garis pada Pembelajaran Matematika SMP”. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Meilina, A. (2013). Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Belah Ketupat pada Pembelajaran Matematika SMP. Skripsi: Tidak diterbitkan.

Nuharini, D. dan Wahyuni, T. (2008). Matematika (Konsep dan Aplikasinya). Departemen Pendidikan Nasional.

Nurela. (2012). Desain Didaktis Konsep Garis Singgung Lingkaran pada Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP). Skripsi: Tidak diterbitkan. Ruhimat, T. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: UPI.

Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

Suherman, dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA.

Suratno, T. (2009). Memahami Kompleksitas Pengajaran-Pembelajaran dan Kondisi Pendidikan dan Pekerjaan Guru. [Online]. Tersedia: the2the.com/ eunice/document/TSuratno_complex_syndrome.pdf [02 Februari 2014]

Suratno, T. dan Suryadi, D. (2013). Metapedidaktik dan Didactical Design Research (DDR) dalam Implementasi Kurikulum Praktik Lesson Study. Hand-out Seminar. Surabaya: tidak diterbitkan.

Suryadi, D. (2010). “Metapedadidaktik dan Didactical Design Research (DDR): Sintesis Hasil Pemikiran Berdasarkan Lesson Study”, dalam Teori,Paradigma, Prinsip, dan Pendekatan Pembelajaran MIPA dalam Konteks Indonesia. Bandung: FPMIPA UPI.


(6)

103

Hanifah Nurrahmi, 2014

D esain D idaktis Sifat-sifat Segiempat pada Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama Berdasarkan Learning Obstacle dan Learning Trajectory

Syaodih, N. S. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Kesuma Karya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wagiyo, A., dkk. (2008). Pegangan Belajar Matematika. Departemen Pendidikan Nasional.

Wintarti, A. (2008). Contextual Teaching and Learning Matematika. Departemen Pendidikan Nasional.


Dokumen yang terkait

Desain Didaktis Pada Pembuktian Luas Daerah Bangun Datar Segitiga dan Segiempat Untuk Mengatasi Learning Obstacle Siswa Sekolah Menengah Pertama.

1 3 16

DESAIN DIDAKTIS VOLUME LIMAS DAN PRISMA BERDASARKAN IRISAN KUBUS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA : KAJIAN LEARNING TRAJECTORY BERDASARKAN LEVEL BERPIKIR VAN HIELE.

0 2 18

DESAIN DIDAKTIS KONSEP GARIS SINGGUNG LINGKARAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA BERDASARKAN LEARNING OBSTACLES DAN LEARNING TRAJECTORY.

8 20 26

Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Segitiga Dan Segiempat Pada Pembelajaran Matematika Di Sekolah Menengah Pertama Berdasarkan Learning Obstacle Dan Learning Trajectory.

16 43 29

DESAIN DIDAKTIS KONSEP VOLUME LIMAS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA BERDASARKAN LEARNING TRAJECTORY.

1 33 227

DESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS PERMUKAAN PRISMA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP BERDASARKAN LEARNING OBSTACLE DAN LEARNING TRAJECTORY.

0 7 28

DESAIN DIDAKTIS SIFAT-SIFAT SEGIEMPAT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA BERDASARKAN LEARNING OBSTACLE DAN LEARNING TRAJECTORY - repository UPI S MTK 1002573 Title

0 0 3

DESAIN DIDAKTIS KONSEP VOLUME LIMAS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA BERDASARKAN LEARNING TRAJECTORY - repository UPI S MAT 1005264 TITLE

0 0 3

DESAIN DIDAKTIS KONSEP GARIS SINGGUNG LINGKARAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA BERDASARKAN LEARNING OBSTACLES DAN LEARNING TRAJECTORY - repository UPI S MTK 1005388 Title

0 0 3

DESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS PERMUKAAN PRISMA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP BERDASARKAN LEARNING OBSTACLE DAN LEARNING TRAJECTORY - repository UPI S MAT 1005293 Titel

0 0 3