Perancangan Branding Kota Pekalongan.

(1)

vi

ABSTRAK

PERANCANGAN BRANDING KOTA PEKALONGAN

Oleh

Tan Fendy Dharmawan NRP 1164124

Semakin berkembangnya teknologi, sebuah kota dituntut untuk semakin maju dalam mengembangkan budaya daerahnya. Pekalongan merupakan sebuah kota penghasil batik terbesar di Indonesia, dengan total 70%. Hasil batik Indonesia dibuat oleh masyarakat Pekalongan, Pekalongan memiliki batik yang sangat unik dibandingkan batik milik kota lain, hal itu dikarenakan perpaduan Budaya yang sudah diwariskan turun temurun bercampur dengan budaya Lokal terbentuklah Batik Jelamprang, sebuah batik yang terbuat dari percampuran 7 budaya Arab, Jawa, China, India, Jepang, Belanda dan Islam.

Dengan berbagai macam potensi dan budaya yang dimiliki oleh Pekalongan, maka dari itu Pekalongan diajak bergabung kedalam Jaringan kota kreatif UNESCO yang diumumkan pada 1 Desember 2014 kemarin. Dengan bergabungnya Pekalongan, maka Pekalongan dituntut untuk memiliki sebuah logo beserta Identitas yang baru yang nantinya akan digunakan untuk memajukan potensi pariwisata di Pekalongan dan guna kerjasama dengan dunia luar.

Metode yang digunakan ialah dengan membuat logo beserta branding stationary yang bertujuan sebagai identitas kota Pekalongan dan dengan membuat website, poster, x-banner, brosur, gimmick dan iklan elektronik yang bertujuan untuk media promosi. Diharapkan melalui perancangan diatas Pekalongan semakin dikenal oleh masyarakat dalam maupun luar negri.


(2)

vii

ABSTRACT

CITY BRANDING OF PEKALONGAN

Submitted by

Tan Fendy Dharmawan

1164124

Technology advances oblige a city to even be more creative to develop its local culture. Pekalongan is one of the cities best known for its local culture, batik in Indonesia since 70% of batik production in Indonesia originated from the particular city. Its unique batik productions differs Pekalongan from those of other cities. It is on account of intermix culture brought by generation into finally there exists a local butik called Batik Jalamprang, a kind of Batik born out of seven distinct cultures namely Arabian, Javanese, Chinese, India, Japan, Dutch and Islamic cultures.

With such potentials, Pekalongan is one of the creative cities enlisted by UNESCO and announced last year on the first of December 2014. With the city's joining the list, the city is obliged to have a new logo and identity to be used to enhance its potential as one of the tourism destinations also known internationally.

The methods used are branding stationary with a logo that compromises the identity of Pekalongan and completed by websites, x-banner, brochure, gimmick and electronic advertisements for promotional media. The expectation is definitely to allow the city to gain recognition both locally and internationally.


(3)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRAK BAHASA INGGRIS ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULIAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 2

1.3 Tujuan Perancangan ... 2

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 3

1.5 Skema Perancangan ... 4

BAB 2 LANDASAN TEORI ... 5

2.1 Brand ... 5

2.2 Branding ... 5

2.3 City Branding ... 5

2.4 Design Produk ... 5

2.5 Corporate Identity ... 6


(4)

ix

2.7 Layout ... 6

2.8 GSM (Graphic Standard Manual) ... 7

2.9 Infografis ... 7

2.10 Teori Warna ... 7

2.10.1 Komunikasi Warna ... 7

BAB 3 DATA DAN ANALISIS MASALAH ... 8

3.1 Data dan Fakta ... 8

3.1.1 Pemerintah kota Pekalongan ... 8

3.1.2 Data Hasil Wawancara ... 11

3.1.3 Masalah yang sedang dihadapi ... 12

3.1.4 Tinjauan terhadap proyek ... 13

3.2Analisis permasalahan berdasarkan Fakta ... 14

3.3.1 STP ... 15

3.2.2 SWOT ... 15

BAB 4 PEMECHAN MASALAH ... 17

4.1 Konsep Komunikasi ... 17

4.2 Konsep Kreatif ... 17

4.3 Konsep Media ... 20

4.4 Hasil Karya ... 21

4.4.1 Logo ... 21

4.4.2 Branding Stationery ... 22

4.4.3 Website ... 23

4.4.4 Media Cetak ... 24

4.4.5 Brand Identity Guidelines ... 26

4.4.6 Budgeting ... 28


(5)

x

DAFTAR PUSTAKA ... 30 LAMPIRAN ... 31


(6)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Batik Jelamprang ... 2

Gambar 3.1 Kantor Walikota Pekalongan ... 8

Gambar 3.2 Logo City Branding Bandung ... 13

Gambar 3.3 City Branding Bandung ... 14

Gambar 4.1 Pemilihan Warna ... 18

Gambar 4.2 Font Aller ... 19

Gambar 4.3 Font Bebas Neue ... 19

Gambar 4.4 Font Krinkes Décor ... 19

Gambar 4.5 Logo Kota Pekalongan ... 21

Gambar 4.6 Unsur Logo ... 21

Gambar 4.7 Warna pada Logo ... 22

Gambar 4.8 Branding Stationery ... 23

Gambar 4.9 Desain Web ... 24

Gambar 4.10 Design X-Banner dan Umbul-umbul ... 25

Gambar 4.11 Design Poster/Pamflet ... 26

Gambar 4.12 Brand Identity gidelines ... 27


(7)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A.1 Wawancara dengan H. M. Basyir Ahmad Syawie ... 11 A.2 Wawancara dnegan Sri Ruminingsih, SE M.Si ... 11


(8)

Universitas Kristen Maranatha 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Semakin berkembangnya teknologi, sebuah kota dituntut untuk semakin maju dalam mengembangkan budaya daerahnya. Pekalongan merupakan sebuah kota penghasil batik terbesar di Indonesia, dengan total 70%. Hasil batik Indonesia dibuat oleh masyarakat Pekalongan. Saat ini industri batik Pekalongan memiliki 2608 unit usaha yang tersebar di kota Pekalongan sebanyak 608 unit usaha dengan 5.821 tenaga kerja dan di kabupaten Pekalongan sebanyak 2000 unit usaha dengan 10.000 tenaga kerja. Bukan hanya Batik saja yang membuat Pekalongan spesial banyaknya perkebunan teh, perdagangan ikan, kuliner yang memanjakan lidah serta Budaya yang sudah berumur ratusan tahun membuat Pekalongan menjadi tempat wisata yang wajib di kunjungi di Indonesia. Dari sekian banyaknya hal yang menarik di Pekalongan tetapi ada satu yang sangatlah menonjol, yaitu batik. Pekalongan memiliki batik yang sangat unik dibandingkan batik milik kota lain, hal itu dikarenakan perpaduan Budaya yang sudah diwariskan turun temurun bercampur dengan budaya lokal terbentuklah Batik Jelamprang, sebuah batik yang terbuat dari percampuran 7 budaya Arab, Jawa, China, India, Jepang, Belanda dan Islam.

UNESCO memilih Pekalongan sebagai 1 dari 28 Creative Cities Network,

tepatnya pada tanggal 1 Desember 2014. Terpilihnya Pekalongan sebagai kota budaya bukanlah suatu hal yang kebetulan, pada awalnya KEMENPAREKRAF (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) mengajukan beberapa nama kota yang layak untuk diikutsertakan dalam keangotaan UNESCO, setelah perundingan akhirnya terpilihlah Pekalongan sebagai salah satu wakil dari Indonesia, dan tentunya dengan syarat Pekalongan memenuhi standar sebagai kota kreatif yang diberikan oleh UNESCO.


(9)

Universitas Kristen Maranatha 2 UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization)

merupakan Salah satu lembaga dari PBB dalam bidang pendidikan, keilmuan dan kebudayaan, UNESCO sendiri memiliki 7 kategori bagi ke 28 kota, predikat itu adalah

Design, Film, Media Arts, Literature, Gastronomy, Music, dan Crafts & Folk Arts.

Predikat yang telah diberikan kepada UNESCO adalah Pekalongan The City of Craft and Folk Arts. Sebagai sebuah kota kreatif yang diakui UNESCO tentunya Pekalongan memiliki sebuah budaya yang khas, Budaya tersebut berasal dari 300 tahun lalu, merupakan Budaya kerajinan tangan dan Seni membuat Batik. Batik Pekalongan sendiri menjadi sangat spesial dikarenakan berasal dari perpaduan 7 budaya yaitu : Jawa, Arab, Cina, India, Belanda, Jepang dan Muslim.

Gambar 1.1 Batik Jelamprang

Dengan dikenalnya Pekalongan di kancah Internasional membuat Walikota Pekalongan merasa Pekalongan harus memiliki City Branding Serta Logo baru. Dengan digunakannya logo baru serta Branding diharapkan membuat Dunia semakin tertarik untuk datang ke Pekalongan. Penulis memilih masalah tersebut sebagai Tugas Akhir karena penulis berharap supaya Kota Pekalongan dapat semakin dikenal di kancah Internasional dalam Bidang Seni dan Budaya.

1.2Permasalahan dan Ruang Lingkup

 Bagaimana cara membuat City Branding kota Pekalongan?


(10)

Universitas Kristen Maranatha 3 Ruang lingkup dari masalah diatas akan dimulai dengan pengerjaan City Branding,

setelah itu para produsen di Pekalongan diharuskan memakai Logo di kemasan dagangannya, segmentasinya adalah turis lokal maupun International.

1.3Tujuan Perancangan

Dengan adanya City Branding diharapkan adanya kemajuan di bidang pariwisata, dengan banyaknya turis yang datang akan membuat masyarakat pedangang batik akan mulai bersaing satu sama lain, dan mulai menggunakan iklan yang lebih baik untuk mempromosikan produk mereka. Tujuannya supaya nama Pekalongan semakin dikenal banyak orang, setelah mereka datang pun mereka akan di sambut dengan desain yang tepat sasaran sehingga dengan harapan mereka akan datang kembali ataupun memberitahu kerabat mereka untuk datang kembali.

Dengan banyaknya turis yang tertarik untuk datang, maka pertumbuhan ekonomi kota pun diharapkan dapat meningkat, dengan bertumbuhnya ekonomi akan menarik pengusaha pengusaha besar yang tertarik untuk menanam modal di Pekalongan, dengan banyaknya penanam modal diharapkan pula tingkat pengangguran di kota Pekalongan akan berkurang.

1.4Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

 Wawancara

1. Ibu Sriwiningsih selaku Kepala BAPEDA

2. Bapak Basyir selaku Walikota Pekalongan

 Observasi Lapangan

Penulis mengunjungi langsung Kota Pekalongan guna melakukan observasi ke berbagai sudut kota dengan tujuan untuk mendapatkan Informasi yang lebih jelas serta melihat langsung kehidupan kota Pekalongan yang secara lebih detail.

 Buku “ Best Practise Kota Pekalongan “

Buku tersebut merupakan buku pemberian langsung dari ketua BAPEDA Pekalongan Ibu Sriwiningsih yang berisikan tentang Pekalongan itu sendiri, dan apa saja yang terdapat di Pekalongan.


(11)

Universitas Kristen Maranatha 4

1.5Skema Perancangan

BAB 2

Latar Belakang

Kota Pekalongan merupakan Kota dengan berbagai macam budaya peranakan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi berpadu dengan Batik Lokal yang menghasilkan Batik Jelamprang. Maka dari itu Pekalongan terpilih sebagai 1 dari 28

Jejaringan Kota kreatif UNESCO

Permasalahan

 Bagaimana cara membuat City Branding kota Pekalongan?

 Bagaimana cara menerapkan media branding dalam kehidupan sehari-hari?

Ruang Lingkup

pengerjaan City Branding, dan memberikan penyulUhan kepada para produsen di Pekalongan cara pengunnan aplikasi logo dikalangan masyarakat pekalongan.

Tujuan

 Dengan adanya identitas kota diharapkan Pekalongan dapat bekerjasama di Dunia Internasional.

 Menarik wisatawan Lokal maupun Asing yang berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi rakyat Pekalongan.

Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Metode Penelitian

Observasi Lapangan dengan berkeliling kota Pekalongan terutama Museum Batik.

Studi PustakaBuku “ Best Practise Kota Pekalongan “ dan yang terakhir mewancarai ketua BAPEDA serta Walikota Pekalongan.

Teori Penunjang

 Teori City Branding

 Teori Warna  Teori Typografi  Teori Layout  Teori Infografis  Teori STP & SWOT

Data dan Analisis STP

Segmenting Turis lokal maupun mancanegara yang berumur 30-50tahun.

Targeting Keluarga maupun wirausaha yang ingin berbelanja batik murah dan mengetahui sejarah batik Jelamprang, berkisar 30- 50 tahun.

Positioning Menjadikan tempat wisata international yang menawarkan berbagai macam pertokoan batik dari seluruh Indonesia.

SWOT Strength Letak Kota yang sangat mudah dicapai.

Weakness Kurangnya transportasi dan promosi kota yang kurang.

Opportunity Batik menjadi trend terbaru.

Threat Kota Pekalongan yang belum terkenal.

Pemecahan Masalah Konsep

Hasil Akhir

Pekalongan dapat bersaing serta bekerjasama dalam bidang seni dan budaya dengan Dunia Internasional, sehingga terjalinnya kerjasama antar kota budaya UNESCO lainnya, serta membuat Pekalongan semakin dikenal oleh turis baik luar maupun dalam negri. Konsep Komunika-si Re-Branding kota Pekalongan sebagai kota Internasional. Konsep Kreatif Modern, Berani, Serius, Tegas, Tradisional Konsep Media

Website, Brosur, Branding Stationery, X-banner dan umbul-umbul


(12)

Universitas Kristen Maranatha 29

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dalam perancangan Branding Kota Pekalongan penulis berharap dapat memberikan manfaat bagi masyarakat kota Pekalongan dalam menerapkan logo Pekalongan ber sebelahan dengan Logo mereka supaya memajukan usaha mereka, Penulis juga berharap agar dengan adanya Branding Kota yang baru diharapkan pula Kota Pekalongan semakin dikenal oleh masyarakat Lokal maupun Internasional dan pada akhirnya Pekalongan dapat bersaing dengan kota-kota besar di Indonesia.

Pembuatan Branding Stationery diharapkan dapat bermanfaat bagi para pegawai dikantor pemerintahan, dan dengan harapan akan memperkuat Identitas dan ciri khas Kota Pekalongan. Penggunaan Website dengan gaya yang modern dan desain yang menarik diharapkan dapat menarik wisatawan untu datang dan berlibur di Kota Pekalongan sehingga dapat memajukan Pariwisata Kota Pekalongan.

5.2 Saran

Diharapkan agar branding Kota yang Pekalongan memiliki unsur Tradisional yang lebih kental, penggunaan gaya desain harus lebih memiliki unsur Indonesia, diharapkan menggunakan unsur Batik Jelamprang yang lebih berfariasi.


(13)

Universitas Kristen Maranatha 30

DAFTAR PUSTAKA

Kotler, Philip. 2009. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Erlangga.

Murphy, John and Michael Rowe. 1998. How to Design Trademarks & Logos : North Light Books.

Ind, Nicholas. 2003. Beyond Branding: How the New Values of Transparency and Integrity are changing the worlds of Brands. Great Britain : Kogan Page. Dinnie, Keith. 2011. City Branding: Theory and Cases. New York : Palgrave

Macmillan.

Hannah, Bruce. 2003. Becoming a Product Designer. New Jersey : Willey

Knapp, Pat Matson. 2001. Designing Corporate Identity: Graphic Design as a Business Strategy. Boston : Rocksport.

Graham, Lisa. 2005. Basics of Design: Layout & Typography for Beginners. New York Cengage Learning.

Landa, Robin. 2008. Designing Brand Experience: Creating Powerful Integrated Brand Solutions. New York : Cengage Learning.

Eliot, Joanna. 2014. Infographic Guide to Literature. London : Hachette

Birkhauser. 2007. Per Arnoldi : "Colour is Communication" : Selected Projects for Foster +Partners”. New York : Springer.

Soewardi, Cici. 2002. Mix & Match Busana Batik Anak & Remaja. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.


(1)

Universitas Kristen Maranatha1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Semakin berkembangnya teknologi, sebuah kota dituntut untuk semakin maju dalam mengembangkan budaya daerahnya. Pekalongan merupakan sebuah kota penghasil batik terbesar di Indonesia, dengan total 70%. Hasil batik Indonesia dibuat oleh masyarakat Pekalongan. Saat ini industri batik Pekalongan memiliki 2608 unit usaha yang tersebar di kota Pekalongan sebanyak 608 unit usaha dengan 5.821 tenaga kerja dan di kabupaten Pekalongan sebanyak 2000 unit usaha dengan 10.000 tenaga kerja. Bukan hanya Batik saja yang membuat Pekalongan spesial banyaknya perkebunan teh, perdagangan ikan, kuliner yang memanjakan lidah serta Budaya yang sudah berumur ratusan tahun membuat Pekalongan menjadi tempat wisata yang wajib di kunjungi di Indonesia. Dari sekian banyaknya hal yang menarik di Pekalongan tetapi ada satu yang sangatlah menonjol, yaitu batik. Pekalongan memiliki batik yang sangat unik dibandingkan batik milik kota lain, hal itu dikarenakan perpaduan Budaya yang sudah diwariskan turun temurun bercampur dengan budaya lokal terbentuklah Batik Jelamprang, sebuah batik yang terbuat dari percampuran 7 budaya Arab, Jawa, China, India, Jepang, Belanda dan Islam.

UNESCO memilih Pekalongan sebagai 1 dari 28 Creative Cities Network,

tepatnya pada tanggal 1 Desember 2014. Terpilihnya Pekalongan sebagai kota budaya bukanlah suatu hal yang kebetulan, pada awalnya KEMENPAREKRAF (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) mengajukan beberapa nama kota yang layak untuk diikutsertakan dalam keangotaan UNESCO, setelah perundingan akhirnya terpilihlah Pekalongan sebagai salah satu wakil dari Indonesia, dan tentunya dengan syarat Pekalongan memenuhi standar sebagai kota kreatif yang diberikan oleh UNESCO.


(2)

Universitas Kristen Maranatha2 UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization)

merupakan Salah satu lembaga dari PBB dalam bidang pendidikan, keilmuan dan kebudayaan, UNESCO sendiri memiliki 7 kategori bagi ke 28 kota, predikat itu adalah

Design, Film, Media Arts, Literature, Gastronomy, Music, dan Crafts & Folk Arts.

Predikat yang telah diberikan kepada UNESCO adalah Pekalongan The City of Craft and Folk Arts. Sebagai sebuah kota kreatif yang diakui UNESCO tentunya Pekalongan memiliki sebuah budaya yang khas, Budaya tersebut berasal dari 300 tahun lalu, merupakan Budaya kerajinan tangan dan Seni membuat Batik. Batik Pekalongan sendiri menjadi sangat spesial dikarenakan berasal dari perpaduan 7 budaya yaitu : Jawa, Arab, Cina, India, Belanda, Jepang dan Muslim.

Gambar 1.1 Batik Jelamprang

Dengan dikenalnya Pekalongan di kancah Internasional membuat Walikota Pekalongan merasa Pekalongan harus memiliki City Branding Serta Logo baru. Dengan digunakannya logo baru serta Branding diharapkan membuat Dunia semakin tertarik untuk datang ke Pekalongan. Penulis memilih masalah tersebut sebagai Tugas Akhir karena penulis berharap supaya Kota Pekalongan dapat semakin dikenal di kancah Internasional dalam Bidang Seni dan Budaya.

1.2Permasalahan dan Ruang Lingkup

 Bagaimana cara membuat City Branding kota Pekalongan?


(3)

Universitas Kristen Maranatha3 Ruang lingkup dari masalah diatas akan dimulai dengan pengerjaan City Branding,

setelah itu para produsen di Pekalongan diharuskan memakai Logo di kemasan dagangannya, segmentasinya adalah turis lokal maupun International.

1.3Tujuan Perancangan

Dengan adanya City Branding diharapkan adanya kemajuan di bidang pariwisata, dengan banyaknya turis yang datang akan membuat masyarakat pedangang batik akan mulai bersaing satu sama lain, dan mulai menggunakan iklan yang lebih baik untuk mempromosikan produk mereka. Tujuannya supaya nama Pekalongan semakin dikenal banyak orang, setelah mereka datang pun mereka akan di sambut dengan desain yang tepat sasaran sehingga dengan harapan mereka akan datang kembali ataupun memberitahu kerabat mereka untuk datang kembali.

Dengan banyaknya turis yang tertarik untuk datang, maka pertumbuhan ekonomi kota pun diharapkan dapat meningkat, dengan bertumbuhnya ekonomi akan menarik pengusaha pengusaha besar yang tertarik untuk menanam modal di Pekalongan, dengan banyaknya penanam modal diharapkan pula tingkat pengangguran di kota Pekalongan akan berkurang.

1.4Sumber dan Teknik Pengumpulan Data  Wawancara

1. Ibu Sriwiningsih selaku Kepala BAPEDA 2. Bapak Basyir selaku Walikota Pekalongan

 Observasi Lapangan

Penulis mengunjungi langsung Kota Pekalongan guna melakukan observasi ke berbagai sudut kota dengan tujuan untuk mendapatkan Informasi yang lebih jelas serta melihat langsung kehidupan kota Pekalongan yang secara lebih detail.

 Buku “ Best Practise Kota Pekalongan “

Buku tersebut merupakan buku pemberian langsung dari ketua BAPEDA Pekalongan Ibu Sriwiningsih yang berisikan tentang Pekalongan itu sendiri, dan apa saja yang terdapat di Pekalongan.


(4)

Universitas Kristen Maranatha4

1.5Skema Perancangan

BAB 2

Latar Belakang

Kota Pekalongan merupakan Kota dengan berbagai macam budaya peranakan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi berpadu dengan Batik Lokal yang menghasilkan Batik Jelamprang. Maka dari itu Pekalongan terpilih sebagai 1 dari 28

Jejaringan Kota kreatif UNESCO

Permasalahan

 Bagaimana cara membuat City Branding kota Pekalongan?

 Bagaimana cara menerapkan media branding dalam kehidupan sehari-hari?

Ruang Lingkup

pengerjaan City Branding, dan memberikan penyulUhan kepada para produsen di Pekalongan cara pengunnan aplikasi logo dikalangan masyarakat pekalongan.

Tujuan

 Dengan adanya identitas kota diharapkan Pekalongan dapat bekerjasama di Dunia Internasional.

 Menarik wisatawan Lokal maupun Asing yang berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi rakyat Pekalongan.

Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Metode Penelitian

Observasi Lapangan dengan berkeliling kota Pekalongan terutama Museum Batik.

Studi PustakaBuku “ Best Practise Kota Pekalongan “ dan yang terakhir mewancarai ketua BAPEDA serta Walikota Pekalongan.

Teori Penunjang

 Teori City Branding

 Teori Warna  Teori Typografi  Teori Layout  Teori Infografis  Teori STP & SWOT

Data dan Analisis STP

Segmenting Turis lokal maupun mancanegara yang berumur 30-50tahun.

Targeting Keluarga maupun wirausaha yang ingin berbelanja batik murah dan mengetahui sejarah batik Jelamprang, berkisar 30- 50 tahun.

Positioning Menjadikan tempat wisata international yang menawarkan berbagai macam pertokoan batik dari seluruh Indonesia.

SWOT Strength Letak Kota yang sangat mudah dicapai.

Weakness Kurangnya transportasi dan promosi kota yang kurang.

Opportunity Batik menjadi trend terbaru.

Threat Kota Pekalongan yang belum terkenal.

Pemecahan Masalah Konsep

Hasil Akhir

Pekalongan dapat bersaing serta bekerjasama dalam bidang seni dan budaya dengan Dunia Internasional, sehingga terjalinnya kerjasama antar kota budaya UNESCO lainnya, serta membuat Pekalongan semakin dikenal oleh turis baik luar maupun dalam negri. Konsep Komunika-si Re-Branding kota Pekalongan sebagai kota Internasional. Konsep Kreatif Modern, Berani, Serius, Tegas, Tradisional Konsep Media

Website, Brosur, Branding Stationery, X-banner dan umbul-umbul


(5)

Universitas Kristen Maranatha29

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dalam perancangan Branding Kota Pekalongan penulis berharap dapat memberikan manfaat bagi masyarakat kota Pekalongan dalam menerapkan logo Pekalongan ber sebelahan dengan Logo mereka supaya memajukan usaha mereka, Penulis juga berharap agar dengan adanya Branding Kota yang baru diharapkan pula Kota Pekalongan semakin dikenal oleh masyarakat Lokal maupun Internasional dan pada akhirnya Pekalongan dapat bersaing dengan kota-kota besar di Indonesia.

Pembuatan Branding Stationery diharapkan dapat bermanfaat bagi para pegawai dikantor pemerintahan, dan dengan harapan akan memperkuat Identitas dan ciri khas Kota Pekalongan. Penggunaan Website dengan gaya yang modern dan desain yang menarik diharapkan dapat menarik wisatawan untu datang dan berlibur di Kota Pekalongan sehingga dapat memajukan Pariwisata Kota Pekalongan.

5.2 Saran

Diharapkan agar branding Kota yang Pekalongan memiliki unsur Tradisional yang lebih kental, penggunaan gaya desain harus lebih memiliki unsur Indonesia, diharapkan menggunakan unsur Batik Jelamprang yang lebih berfariasi.


(6)

Universitas Kristen Maranatha30

DAFTAR PUSTAKA

Kotler, Philip. 2009. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Erlangga.

Murphy, John and Michael Rowe. 1998. How to Design Trademarks & Logos : North Light Books.

Ind, Nicholas. 2003. Beyond Branding: How the New Values of Transparency and Integrity are changing the worlds of Brands. Great Britain : Kogan Page.

Dinnie, Keith. 2011. City Branding: Theory and Cases. New York : Palgrave Macmillan.

Hannah, Bruce. 2003. Becoming a Product Designer. New Jersey : Willey

Knapp, Pat Matson. 2001. Designing Corporate Identity: Graphic Design as a Business Strategy. Boston : Rocksport.

Graham, Lisa. 2005. Basics of Design: Layout & Typography for Beginners. New York Cengage Learning.

Landa, Robin. 2008. Designing Brand Experience: Creating Powerful Integrated Brand Solutions. New York : Cengage Learning.

Eliot, Joanna. 2014. Infographic Guide to Literature. London : Hachette

Birkhauser. 2007. Per Arnoldi : "Colour is Communication" : Selected Projects for Foster +Partners”. New York : Springer.

Soewardi, Cici. 2002. Mix & Match Busana Batik Anak & Remaja. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.