Perancangan Interior Rumah Lanjut Usia Dengan Konsep The Beginning Of A New Life.

(1)

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara yang mengalami perkembangan dari berbagai bidang. Salah satu bidang yang terus berkembang adalah bidang kedokteran yang menyebakan peningkatan jumlah usia lanjut di Indonesia, sedangkan dampak negatifnya adalah sikap individual yang menyebabkan ketidakpedulian anak akan orang tua, oleh karena itu dibutuhkannya sebuah wadah yang diperuntukkan para usia lanjut. Perancangan interior bangunan yang bertempat di Lembang dengan tema sunrise yang memiliki arti semangat baru saat menginjak dihari tua yang sesuai dengan makna ada saat matahari terbit yang merupakan memulai sebuah kehidupan yang dipadukan dengan konsep the beginning of a new life yang menampilkan sebuah tempat berkumpulnya para lanjut usia yang dapat membantu menghadapi rasa monoton dan kebosanan dengan memberikan kegiatan atau aktifitas-aktifitas yang sesuai dengan kondisi mereka, dengan memberikan suasana yang nyaman, cocok bagi orang yang berusia lanjut secara psikologis.


(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

ABSTRAK

LEMBAR PENGESAHAN………..………... i

BIODATA PENULIS………..……….... ii

KATA PENGANTAR……….. iii

DAFTAR ISI……….. v

DAFTAR GAMBAR………...……….. vii

DAFTAR TABEL……….. ix

BAB I PENDAHULUAN………... 1

1.1Latar Belakang Masalah... 1

1.2Identifikasi Masalah... 3

1.3Tujuan Penelitian... 3

1.4Skema Perancangan... 4

1.5Sistematika Penyajian... 5

BAB II KAJIAN TEORI……….... 6

2.1 Orang Jompo... 6

2.1.1 Definisi Orang Jompo... 6

2.1.2 Aspek Fisiologis... 6

2.1.3 Aspek Psikologis... 7

2.1.4 Tipe Kepribadian Lansia... 8

2.1.5 Pembagian Kategori Usia Lanjut... 8

2.1.5.1 Aspek Kesehatan dan Fisik... 9

2.1.5.2 Aspek Usia... 9

2.2 Rumah Lanjut Usia... 10


(3)

2.2.2 Permasalahan Rumah Lanjut Usia... 11

2.2.3 Tujuan Rumah Lanjut Usia... 11

2.2.4 Fungsi Rumah Lanjut Usia... 12

2.2.5 Program Kegiatan di Rumah Lanjut Usia... 13

2.3 Standar Rumah Lanjut Usia... 14

2.4 Hasil Survey... 19

2.4.1 Panti Sosial Tresna Werdha ”Senjarawi” ... 19

2.4.2 Panti Sosial Eben Neizer... 20

2.4.3 Panti Sosial Priangan ... 20

BAB III DESKRIPSI OBJEK STUDY... 23

3.1 Deskripsi Obyek Studi... 24

3.2 Analisa Fisik... 24

3.3 Analisa Fungsional... 31

3.3.1User Aktivity ... 31

3.3.2Kebutuhan Ruang... 34

3.3.3Bubble Diagram dan Kedekatan... 38

3.3.4Zoning Blocking... 47

3.3.4.1 Zoning Blocking Minimarket... 48

3.3.4.2 Zoning Blocking Gedung Entrance... 48

3.3.4.3 Zoning Gedung Lanjut Usia dan Fasilitasnya... 49

3.3.4.4 Blocking Gedung Lanjut Usia dan Fasilitasnya... 50

3.3.4.5 Zoning dan Blocking Gedung Lanjut Usia dan Fasilitasnya... 50

BAB IV PERANCANGAN... 51

4.1 Deskripsi Umum Projek... 51

4.2 Ide Implementasi Konsep pada Obyek Studi... 52

4.3 Deskripsi Khusus Projek... 59

BAB V KESIMPULAN... 78


(4)

DAFTAR PUSTAKA


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alternatif Radius Putar dari Kursi Roda... 15

Gambar 2.2 Tata Letak Lavatory... 15

Gambar 2.3 Lavatory/Pemakai Kursi Roda... 15

Gambar 2.4 Fasilitas Kamar Mandi... 16

Gambar 2.5 Bilik WC/Pemindahan dari Arah Depan... 16

Gambar 2.6 Bilik WC/Pemindahan dari Arah Samping... 16

Gambar 2.7 Teknik Pemindahan dari Arah Samping... 17

Gambar 2.8 Garis-garis Antrian/Perbandingan Kapadatan... 17

Gambar 2.9 Sirkulasi Kursi Roda... 18

Gambar 2.10 Konter dan Lemari Kabinet... 18

Gambar 2.11 Perbandingan Pencapaian Kabinet... 18

Gambar 2.12 Image 1... 20

Gambar 2.13 Image 2... 20

Gambar 2.14 Image 3... 20

Gambar 2.15 Image 4... 20

Gambar 2.16 Image 5... 21

Gambar 2.17 Image 6... 21

Gambar 2.18 Image 7... 21

Gambar 2.19 Image 8... 21

Gambar 2.20 Image 9... 21

Gambar 2.21 Image 10... 21

Gambar 2.22 Image 11... 22

Gambar 2.23 Image 12... 22

Gambar 2.24 Image 13... 22

Gambar 2.25 Image 14... 23

Gambar 2.26 Image 15... 23

Gambar 2.27 Image 16... 23

Gambar 3.1 Image Lokasi 1... 24

Gambar 3.2 Image Lokasi 2... 24

Gambar 4.1 Site Plan... 56


(6)

Gambar 4.3 Tampak Potongan General... 59

Gambar 4.4 Pola Lantai dan Layout... 61

Gambar 4.5 Pola Lantai dan Layout... 61

Gambar 4.6 Perspektif... 62

Gambar 4.7 Pola Lantai dan Layout... 63

Gambar 4.8 Perspektif... 64

Gambar 4.9 Pola Lantai dan Layout... 65

Gambar 4.10 Pola Lantai dan Layout... 66

Gambar 4.11 Perspektif... 66

Gambar 4.12 Detail Furniture Meja Recepcionist... 67

Gambar 4.13 Detail Furniture Meja Recepcionist... 68

Gambar 4.14 Perspektif Meja Recepcionist... 68

Gambar 4.15 Detail Furniture Meja Lobby Nursing Unit... 69

Gambar 4.16 Detail Furniture Meja Lobby Nursing Unit... 70

Gambar 4.17 Detail Furniture Tempat Tidur... 71

Gambar 4.18 Detail Furniture Tempat Tidur... 71

Gambar 4.19 Detail Ceilling... 72

Gambar 4.20 Detail Ceilling... 73

Gambar 4.21 Detail Ceilling... 73

Gambar 4.22 Detail Ceilling... 73

Gambar 4.23 Detail Pintu... 74

Gambar 4.24 Detail Kolom... 76

Gambar 4.25 Detail Kolom... 76


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Permasalahan Rumah Lanjut Usia... 11 Tabel 2.2 Lavatory... 15 Tabel 2.3 Bilik WC/Pemindahan dari Arah Depan... 16 Tabel 2.4 Bilik WC/Pemindahan dari Arah Samping dan Teknik

Pemindahan dari Arah Samping... 16 Tabel 2.5 Garis-garis Antrian/Perbandingan Kepadatan dan

Sirkulasi Kursi Roda... 17 Tabel 2.6 Konter dan Lemari kabinet dan Perbandingan Pencapaian

Kabinet... 18 Tabel 2.7 Jumlah Rumah Lanjut Usia... 19


(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penduduk lanjut usia yang merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya akan membawa dampak terhadap sosial ekonomi baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam pemerintah yang terjadi peningkatan dalam ratio ketergantungan usia lanjut (old age ratio dependency). Tetapi, karena modernisasi masyarakat dihadapi pada kehidupan modern yang lebih kompleks, banyak memerlukan efisiensi, sifat induvidualisme yang tinggi dan berkurangnya perhatian kepada orang lanjut usia yang dapat mempertajam kesenjangan antara kedua generasi tersebut dan menyebabkan peranan yang terisolir bagi orang tua, karena merasakan perbedaan yang jauh atas perlakuan anaknya terhadapnya dibandingkan perlakuannya terhadap orang tua.

Fasilitas tempat perawatan lanjut usia yang tersedia sekarang belum dapat memberikan perawatan yang optimal mengingat kurangnya fasilitas yang diperlukan para lanjut usia, bahkan sarana yang tersedia sangat sederhana dan terkesan seperti tempat pengasingan dengan desain yang menekankan aspek fungsional dan mengabaikan aspek estetis, sehingga ruangan yang ada terasa monoton dan dapat menyebabkan kebosanan.

Perancangan interior rumah lanjut usia merupakan sebuah lingkungan yang dapat menyediakan ruang lingkup lanjut usia yang berawal dari berbagai kegiatan yang dapat memenuhi kebutuhannya masing-masing yang dilengkapi dengan fasilitas dengan peraturan dan perencanaan yang tepat. Dengan mengingat proses menua (aging) yang merupakan penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang sangat berpengaruh pada kondisi psikis, dengan berubahnya penampilan, menurunnya fungsi panca indra menyebabkan lanjut usia merasa rendah diri, mudah tersinggung dan merasa tidak berguna. Oleh karena itu diperlukan sebuah wadah yang mampu memberikan sarana, perlindungan, perhatian dan tempat berkumpulnya para lanjut usia yakni sebuah rumah lanjut usia yang berlokasi di Kota Bandung terlebih dahulu karena Kota Bandung memiliki jumlah penduduk yang tergolong banyak, tetapi tidak sepadat dan semetropolitan ibu kota sehingga mudah untuk di benahi. Sedangkan pendorong lainnya adalah penghawaan, walaupun kondisi dan suasana Kota Bandung sudah tidak sesejuk dan senyaman Bandung tempo dulu, tetapi masih tergolong baik bagi para lanjut usia terutama bagian utara Kota Bandung, yaitu Lembang. Oleh karena


(9)

2

itu Projek Tugas Akhir yang dibuat adalah ”Perancangan Interior Rumah Lanjut Usia dengan Konsep The Beginning of a New Life, di Bandung” .

Perancangan interior bangunan yang berkonsep the beginning of a new life merupakan sebuah tempat berkumpulnya para lanjut usia yang membantu menghadapi rasa monoton dan kebosanan dengan memberikan kegiatan atau aktifitas-aktifitas yang sesuai dengan kondisi mereka, dengan adanya suasana yang nyaman, cocok bagi orang yang berusia lanjut secara psikologis. Selain fasilitas hunian, juga disediakan fasilitas pendukung yang lainnya seperti fasilitas kesehatan yang memantau kesehatan mental dan fisik para lanjut usia, mengingat mereka mengalami kemunduran dalam kesehatan. Disediakannya juga sebuah fasilitas yang bersifat rekreatif dan hobi yang dapat membantu mereka mengatasi waktu senggang, serta perlu adaya fasilitas yang lain sebagai penunjang yang juga penting di dalam tempat perawatan orang usia lanjut.

Jumlah Penduduk Menurut Wilayah, Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2005 (Hasil Survei Sosial Ekonomi Daerah 2005) yang mengalami perkembangan.

Kabupaten/Kota

Jenis Kelamin Kelompok Umur

Laki-Laki Perempuan Total 0-14 15-64 65+

N % N % N N N N

Kab. Bogor 2,085,587 50.86 2,015,347 49.14 4,100,934 1,440,304 2,523,445 137,185 Kab. Sukabumi 1,136,359 51.07 1,088,634 48.93 2,224,993 627,469 1,487,849 109,675 Kab. Cianjur 1,069,408 50.96 1,029,236 49.04 2,098,644 709,172 1,301,692 87,780 Kab. Bandung 2,108,890 49.46 2,155,044 50.54 4,263,934 1,288,896 2,787,536 187,502 Kab. Garut 1,182,875 50.96 1,138,195 49.04 2,321,070 807,275 1,412,245 101,550 Kab. Tasikmalaya 867,460 51.22 826,019 48.78 1,693,479 503,758 1,096,743 92,978 Kab. Ciamis 781,746 50.68 760,915 49.32 1,542,661 399,043 1,027,024 116,594 Kab. Kuningan 549,369 50.09 547,479 49.91 1,096,848 317,575 696,559 82,714 Kab. Cirebon 1,060,299 50.30 1,047,619 49.70 2,107,918 638,352 1,386,854 82,712 Kab. Majalengka 596,024 50.02 595,466 49.98 1,191,490 314,264 798,042 79,184 Kab. Sumedang 534,711 50.10 532,650 49.90 1,067,361 288,483 705,882 72,996 Kab. Indramayu 898,038 51.02 862,248 48.98 1,760,286 488,784 1,187,058 84,444 Kab. Subang 708,731 49.84 713,242 50.16 1,421,973 363,535 961,970 96,468 Kab. Purwakarta 389,864 50.59 380,796 49.41 770,660 239,007 493,305 38,348 Kab. Karawang 1,029,477 51.85 956,097 48.15 1,985,574 566,568 1,323,749 95,257 Kab. Bekasi 992,508 50.81 960,872 49.19 1,953,380 562,958 1,349,810 40,612 Kota Bogor 429,627 50.86 415,151 49.14 844,778 237,820 579,040 27,918 Kota Sukabumi 146,496 50.91 141,264 49.09 287,760 81,968 192,494 13,298 Kota Bandung 1,171,169 50.57 1,144,726 49.43 2,315,895 615,866 1,615,582 84,447 Kota Cirebon 139,849 49.75 141,240 50.25 281,089 73,509 194,526 13,054 Kota Bekasi 998,634 50.06 996,216 49.94 1,994,850 591,604 1,374,230 29,016 Kota Depok 688,390 50.11 685,470 49.89 1,373,860 389,090 952,650 32,120


(10)

3

Kota Cimahi 247,812 50.20 245,886 49.80 493,698 130,326 347,964 15,408 Kota Tasikmalaya 293,326 49.37 300,832 50.63 594,158 166,920 398,380 28,858 Kota Banjar 85,558 49.29 88,018 50.71 173,576 49,748 113,238 10,590 20,192,207 50.53 19,768,662 49.47 39,960,869 11,892,294 26,307,867 1,760,708

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dibatasi permasalahan yang akan diteliti. Pokok-pokok identifikasi masalah dapat dikemukakan sebagai berikut:

Bagaimana menerapkan konsep the beginning of a new life pada perancangan interior rumah lanjut usia di Bandung?

Bagaimana program ruang disesuaikan dengan fungsi untuk interior rumah lanjut usia?

Bagaimana menerapkan sirkulasi manusia, ruang, dan udara yang sesuai dengan penghuni rumah lanjut usia tersebut?

1.3 Tujuan Perancangan

Perancangan ini bertujuan:

Untuk menerapkan konsep the beginning of a new life pada perancangan interior rumah lanjut usia di Bandung dengan memberikan kegiatan-kegiatan dengan fasilitas yang dapat mendukung para lanjut usia untuk terus berkreatifitas dengan begitu dapat menghilangkan sikap phisikolgis yang tidak baik.

Dapat menyesuaikan program ruang dengan fungsi untuk interior rumah lanjut usia seperti menyediakan art therapy dengan fasilitas ruang lukis, bengkel handycraft, bengkel seni keramik, function hall, café, ruang gym, perpustakaan, tempat pembibitan.

Untuk menerapkan sirkulasi manusia, ruang, dan udara yang sesuai dengan penghuni rumah lanjut usia dengan memikirkan ergonomi penghuni, sedangkan untuk udara lebih menggunakan penhawaan alami mengingat lokasi yang digunakan.


(11)

4


(12)

5

1.5 Sistematika Penulisan

Pendahuluan pada Bab I terdiri dari Latar Belakang Masalah, Tujuan Perancangan, Skema Perancangan dan Sistematika Penulisan.

Landasan Teori pada Bab II membahas Rumah Lanjut Usia yang terdiri dari Orng Jompo, yang terdiri dari Definisi Orang Jompo, Aspek Fisiologis, Aspek Psikologis, Tipe Kepribadian Lansia Pembagian Kategori Lansia yang terdiri dariAspek Kesehatan dan Fisik, Aspek Usia, Rumah Lanjut Usia yang terdiri dari Definisi Rumah Lanjut Usia, Permasalahan Rumah Lanjut Usia, Tujuan Rumah Lanjut Usia, Fungsi Rumah Lanjut Usia, Program Kegiatan di Rumah Lanjut Usia, Berbagai keuntungan dan kerugian tinggal di lembaga penampungan orang usia lanjut, dan Hasil Survey yang terdiri dari Panti Sosial Tresna Werdha ”Senjarawi”, Panti Sosial Eben Neizer, Panti Sosial Priangan.

Hasil Survei pada Bab III terdiri dari Deskripsi Obyek Studi, Ide Implementasi Konsep pada Obyek Studi, Analisa Fisik, Analisa Fungsional yang terdiri dari User Aktivity, Kebutuhan Ruang, Bubble Diagram secara umum, Kedekatan Ruang secara umum, Zoning Blocking.

Hasil Perancangan pada Bab IV terdiri dari Deskripsi Umum Projek, Deskripsi Khusus Projek

Kesimpulan pada Bab V terdiri dari Kesimpulan


(13)

77

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Sistem organisasi ruangan berupa cluster baik untuk perancangan interior rumah lanjut usia karena kelompok ruang berdasarkan kedekatan hubungan dengan mempertimbangkan pendekatan fisik untuk menghubungkan suatu ruang terhadap ruang lainnya. Dan sistem organisasi ruang linier,Organisasi linier pada dasarnya terdiri dari sederetan ruang. Ruang-ruang ini dapat berhubungan secara langsung satu dengan yang lain atau dihubungkan melalui ruang linier yang berbeda dan terpisah. Sehingga para lansia dapat leluasa dan mengingat secara tidak langsung ruangan yang berada disampingnya.

Lantai

Lantai diminimalkan kenaikan dan penurunan tinggi lantai dan diaplikasikannya ramp, hal ini bertujuan untuk masalah keamanan. Sedangkan pola, bentuk, bahan, dan warna lantai mengikuti fungsinya (form follow function), karena pemakai yang rentan, dan memiliki banyak keterbatasan oleh karena itu perhatian perancangan ini benar-benar harus menyeluruh.

Bahan yang digunakan lebih mengutamakan fungsinya, tetapi estetikanya juga tidak kalah menariknya. Pemakaian bahan menggunakan keramik dove pada setiap ruang dan pada sirkulasi utama yang memiliki sifat kehangatan dan juga bertujuan untuk memudahkan lanjut usia yang memiliki penglihatan kurang mengetahui dimanakah mereka sekarang berada, atau paling tidak jika mereka tersesat akan memudahkan kembali kearea sirkulasi utama sesuai dengan perasaan mereka.

Warna digunakan sebagai signing dan memudahkan pembedaan setiap ruang (dimana sirkulasi utamanya, dimana ruang-ruang untuk berkumpul. Warna secara umum memakai warna pastel hal ini dimaksudkan untuk memudahkan lansia akan persepsi kedalaman ruang, karena nantinya dindinglah yang paling kontras dari pada elemen pembentuk ruang lainnya sehingga lansia lebih mudah untuk merasakan akhir dari ruang.


(14)

78 Dinding

Dinding memiliki banyak fungsi yakni tempat bersandarnya handrails, dan baseboard yang akan banyak membantu lansia untuk menjalankan aktivitasnya. Baseboard yang berada didinding bagian bawah dipasang lampu untuk memberikan penerangan pada lantai, sehingga dapat menuntun lansia menuju ruang yang diinginkan. Handrails digunakan untuk berpegangan ketika berjalan, handrails ini sangat baik untuk terapi jalan, oleh karena itu sepanjang dinding area sirkulasi banyak ditemui handrails. Selain itu dinding juga digunakan untuk bersandarnya lampu (wall lamp).

Bentuk dinding dibuat terbuka agar memudahkan pengawasan dan memudahkan komunikasi. Selain itu pola bentukan dinding dibuat dengan tidak bersudut terutama disirkulasi utama yakni berfungsi untuk memberikan penglihatan lebih luas ketika berbelok menggunakan kereta dorong.

Dinding dibuat seaman mungkin karena seringkali bersentuhan langsung dengan kulit manusia. Jadi yang utama tidak bertekstur kasar, dan sebisa mungkin memakai bahan yang sulit membentuk refleksi karena akan mengganggu penglihatan.

Plafon

Plafon digunakan sebagai sarana signing, setiap ruangan dengan fungsi yang berbeda diberi bentuk yang berbeda.

Bentuk pada plafon dibuat tidak terlalu rumit, lebih banyak mengikuti fungsinya yakni sehubungan dengan pemakaian lampu yang hidden lamp maka bentukkan plafon berupa drop ceiling

Bahan yang digunakan sederhana karena hanya memakai gypsum dan kaca agar sinar dapat masuk dengan leluasa.

Furniture

Furniture secara umum hanya berupa meja, kursi, lemari dan tempat tidur dan mengutamakan fungsi dan peletakannya agar tidak menganggu sirkulasi dan memudahkan bila digunakan oleh lansia. Handle pada cabinet dan karakteristik bahan juga perlu diperhatikan.

Bentuk terlihat sederhana, nyaman, dan aman ketika digunakan, sudut-sudut yang tajam diminimalisir. Disini bentuk mengikuti fungsinya contohnya kursi, semua kursi yang dipakai langung lansia disini dibuat semuanya tanpa menggunakan sandaran tangan,


(15)

79

hal ini dimaksudkan untuk kemudahan untuk duduk. Selain itu juga kursi, ataupun meja pada kakinya dibuat tidak menonjol untuk keselamatan (tidak tersandung). Peletakan kursi yang berdekatan dengan cara mengelilingi meja dapat memudahkan mereka untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Bentuk sofa ”L” dapat memberikan tekanan psikologis karena dibagian sudut sofa memberikan kesan menyudutkan.

Bahan tidak membuat silau, bahan harus ringan (khususnya kursi yang sering digeser oleh lansia). Tetapi tidak boleh terlalu ringan karena akan menyebabkan berkurangnya kekuatan ketika dipakai untuk pegangan ketika akan berjalan.

Warna menjadi unsur yang penting pada furniture, disini furniture yang berada pada area sirkulasi perlu memakai warna yang cukup kontras dari pada lingkungan sekitarnya terutama lantai supaya lebih mudah terlihat.

Penghawaan

Penghawaan menggunakan penghawaan alami dengan sirkulasi menyilang, karena penghawaan alami sangat penting bagi para lansia, selain menyehatkan tubuh dan dapat menyegarkan. Selain itu lokasi yang terletak di Bandung bagian utara, yang menghembuskan angin yang dapat menyejukkan. Meskipun penghawaan buatan akan digunakan untuk kelembapan dan stabilitas ruangan-ruangan tertentu.

Sistem Tata Suara

Sistem tata suara lebih bertujuan untuk memperoleh keheningan diruang-ruang yang bertujuan untuk relaksasi seperti hunian, perpustakaan, dan masih banyak lagi. Disini kehadiran speaker sangat penting adanya untuk mendukung aktivitas ketika adanya siaran radio lokal, yakni berupa siraman rohani, pemutaran request lagu, ataupun pemberian berita-berita seputar kesehatan. Sehingga speaker diletakkan di setiap ruangan dengan kontrol suara yang dapat disesuaikan oleh masing-masing ruangan.

Pencahayaan

Pencahayaan dapat membantu penglihatan pada lansia dan memberikan dampak psikologis contohnya tingkat pencahayaan dapat meningkatkan kemampuan berekspresi, dan berkumpul. Pencahayaan menggunakan sistem pencahayaan alami dan buatan, pencahayaan alami sangat baik untuk kesehatan dan psikologi lansia, sedangkan untuk pencahayaan buatan memakai sistem indirect lamp dengan memakai lampu TL cool daylight, karena direct lamp menyulitkan pandangan lansia karena menyilauka.


(16)

80

Sedangkan pencahayaan yang berupa spot light digunakan untuk menyorot display, mempertegas karakter ruang, dan eccent light. Pencahayaan yang tidak kalah pentingnya yakni pencahayaan yang sifatnya sebagai signing.

Sistem Komunikasi

Sistem komunikasi sangat penting karena memudahkan komunkasi antara lansia dengan perawat, sehingga dalam keadaan darurat dapat memudahkan lansia untuk menghubungi perawat. Sistem ini memakai intercom yang berhubungan langsung dengan medical record, nursing unit, bahkan ruang siaran.

Sistem Keamanan

Sistem keamanan pada lansia memakai sistem manual yakni penjagaan dari perawat yang dibuat nursing unit dengan jarak jangkauan tertentu, selain itu nursing unit juga diletakkan di titik-titik berbahaya.

Sistem Proteksi Kebakaran

Untuk memperoleh hasil yang maksimal maka sistem proteksi kebakaran menggunakan sprinkler, hydrant, dan smoke detector.


(17)

DAFTAR PUSTAKA

www.e-psikologi.com/usia/160402.htm www.e-psikologi.com/usia/090402.htm

www.menkokesra.go.id/content/view/2933/333/

www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek-2007-04-17-Perawatan-Lansia-di-Jepang:-Catatan-Pengalaman,.shtml

www.google.com

www.keluarga-d1207.blogspot.com/2006/11/pohon-pisang.html www.iptek.net.id/ind/teknologi_pangan/index.php?mnu=2&id=133

B. Hurlock, Elizabeth. Psikologi Perkembangan edisi kelima. Jakarta : Erlangga, 1980.

Neufert, Ernst.2002. Data Arsitek (bagian Rumah Panti Werda hal. 240-242). Jakarta:Erlangga

Panero, Julius, AIA, ASID dan Martin Zelnik. AIA. ASID.2003.Dimensi Manusia dan Ruang Interior.Jakarta:Erlangga

Asih, Ade Tri.1996.Laporan Mata Kuliah Semianar: Warna Interior Panti Wredha.Bandung

Kartosuwiryo, Sudarsono Katam.2006.Bandoeng Tempo Doeloe.Bandung:PT. Kiblat Buku Utama


(1)

5 1.5 Sistematika Penulisan

Pendahuluan pada Bab I terdiri dari Latar Belakang Masalah, Tujuan Perancangan, Skema Perancangan dan Sistematika Penulisan.

Landasan Teori pada Bab II membahas Rumah Lanjut Usia yang terdiri dari Orng Jompo, yang terdiri dari Definisi Orang Jompo, Aspek Fisiologis, Aspek Psikologis, Tipe Kepribadian Lansia Pembagian Kategori Lansia yang terdiri dariAspek Kesehatan dan Fisik, Aspek Usia, Rumah Lanjut Usia yang terdiri dari Definisi Rumah Lanjut Usia, Permasalahan Rumah Lanjut Usia, Tujuan Rumah Lanjut Usia, Fungsi Rumah Lanjut Usia, Program Kegiatan di Rumah Lanjut Usia, Berbagai keuntungan dan kerugian tinggal di lembaga penampungan orang usia lanjut, dan Hasil Survey yang terdiri dari Panti Sosial Tresna Werdha ”Senjarawi”, Panti Sosial Eben Neizer, Panti Sosial Priangan.

Hasil Survei pada Bab III terdiri dari Deskripsi Obyek Studi, Ide Implementasi Konsep pada Obyek Studi, Analisa Fisik, Analisa Fungsional yang terdiri dari User Aktivity, Kebutuhan Ruang, Bubble Diagram secara umum, Kedekatan Ruang secara umum, Zoning Blocking.

Hasil Perancangan pada Bab IV terdiri dari Deskripsi Umum Projek, Deskripsi Khusus Projek

Kesimpulan pada Bab V terdiri dari Kesimpulan


(2)

77

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Sistem organisasi ruangan berupa cluster baik untuk perancangan interior rumah lanjut usia karena kelompok ruang berdasarkan kedekatan hubungan dengan mempertimbangkan pendekatan fisik untuk menghubungkan suatu ruang terhadap ruang lainnya. Dan sistem organisasi ruang linier,Organisasi linier pada dasarnya terdiri dari sederetan ruang. Ruang-ruang ini dapat berhubungan secara langsung satu dengan yang lain atau dihubungkan melalui ruang linier yang berbeda dan terpisah. Sehingga para lansia dapat leluasa dan mengingat secara tidak langsung ruangan yang berada disampingnya.

Lantai

Lantai diminimalkan kenaikan dan penurunan tinggi lantai dan diaplikasikannya ramp, hal ini bertujuan untuk masalah keamanan. Sedangkan pola, bentuk, bahan, dan warna lantai mengikuti fungsinya (form follow function), karena pemakai yang rentan, dan memiliki banyak keterbatasan oleh karena itu perhatian perancangan ini benar-benar harus menyeluruh.

Bahan yang digunakan lebih mengutamakan fungsinya, tetapi estetikanya juga tidak kalah menariknya. Pemakaian bahan menggunakan keramik dove pada setiap ruang dan pada sirkulasi utama yang memiliki sifat kehangatan dan juga bertujuan untuk memudahkan lanjut usia yang memiliki penglihatan kurang mengetahui dimanakah mereka sekarang berada, atau paling tidak jika mereka tersesat akan memudahkan kembali kearea sirkulasi utama sesuai dengan perasaan mereka.

Warna digunakan sebagai signing dan memudahkan pembedaan setiap ruang (dimana sirkulasi utamanya, dimana ruang-ruang untuk berkumpul. Warna secara umum memakai warna pastel hal ini dimaksudkan untuk memudahkan lansia akan persepsi kedalaman ruang, karena nantinya dindinglah yang paling kontras dari pada elemen pembentuk ruang lainnya sehingga lansia lebih mudah untuk merasakan akhir dari ruang.


(3)

78 Dinding

Dinding memiliki banyak fungsi yakni tempat bersandarnya handrails, dan

baseboard yang akan banyak membantu lansia untuk menjalankan aktivitasnya.

Baseboard yang berada didinding bagian bawah dipasang lampu untuk memberikan penerangan pada lantai, sehingga dapat menuntun lansia menuju ruang yang diinginkan.

Handrails digunakan untuk berpegangan ketika berjalan, handrails ini sangat baik untuk terapi jalan, oleh karena itu sepanjang dinding area sirkulasi banyak ditemui handrails. Selain itu dinding juga digunakan untuk bersandarnya lampu (wall lamp).

Bentuk dinding dibuat terbuka agar memudahkan pengawasan dan memudahkan komunikasi. Selain itu pola bentukan dinding dibuat dengan tidak bersudut terutama disirkulasi utama yakni berfungsi untuk memberikan penglihatan lebih luas ketika berbelok menggunakan kereta dorong.

Dinding dibuat seaman mungkin karena seringkali bersentuhan langsung dengan kulit manusia. Jadi yang utama tidak bertekstur kasar, dan sebisa mungkin memakai bahan yang sulit membentuk refleksi karena akan mengganggu penglihatan.

Plafon

Plafon digunakan sebagai sarana signing, setiap ruangan dengan fungsi yang berbeda diberi bentuk yang berbeda.

Bentuk pada plafon dibuat tidak terlalu rumit, lebih banyak mengikuti fungsinya yakni sehubungan dengan pemakaian lampu yang hidden lamp maka bentukkan plafon berupa drop ceiling

Bahan yang digunakan sederhana karena hanya memakai gypsum dan kaca agar sinar dapat masuk dengan leluasa.

Furniture

Furniture secara umum hanya berupa meja, kursi, lemari dan tempat tidur dan mengutamakan fungsi dan peletakannya agar tidak menganggu sirkulasi dan memudahkan bila digunakan oleh lansia. Handle pada cabinet dan karakteristik bahan juga perlu diperhatikan.

Bentuk terlihat sederhana, nyaman, dan aman ketika digunakan, sudut-sudut yang tajam diminimalisir. Disini bentuk mengikuti fungsinya contohnya kursi, semua kursi yang dipakai langung lansia disini dibuat semuanya tanpa menggunakan sandaran tangan,


(4)

79

hal ini dimaksudkan untuk kemudahan untuk duduk. Selain itu juga kursi, ataupun meja pada kakinya dibuat tidak menonjol untuk keselamatan (tidak tersandung). Peletakan kursi yang berdekatan dengan cara mengelilingi meja dapat memudahkan mereka untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Bentuk sofa ”L” dapat memberikan tekanan psikologis karena dibagian sudut sofa memberikan kesan menyudutkan.

Bahan tidak membuat silau, bahan harus ringan (khususnya kursi yang sering digeser oleh lansia). Tetapi tidak boleh terlalu ringan karena akan menyebabkan berkurangnya kekuatan ketika dipakai untuk pegangan ketika akan berjalan.

Warna menjadi unsur yang penting pada furniture, disini furniture yang berada pada area sirkulasi perlu memakai warna yang cukup kontras dari pada lingkungan sekitarnya terutama lantai supaya lebih mudah terlihat.

Penghawaan

Penghawaan menggunakan penghawaan alami dengan sirkulasi menyilang, karena penghawaan alami sangat penting bagi para lansia, selain menyehatkan tubuh dan dapat menyegarkan. Selain itu lokasi yang terletak di Bandung bagian utara, yang menghembuskan angin yang dapat menyejukkan. Meskipun penghawaan buatan akan digunakan untuk kelembapan dan stabilitas ruangan-ruangan tertentu.

Sistem Tata Suara

Sistem tata suara lebih bertujuan untuk memperoleh keheningan diruang-ruang yang bertujuan untuk relaksasi seperti hunian, perpustakaan, dan masih banyak lagi. Disini kehadiran speaker sangat penting adanya untuk mendukung aktivitas ketika adanya siaran radio lokal, yakni berupa siraman rohani, pemutaran request lagu, ataupun pemberian berita-berita seputar kesehatan. Sehingga speaker diletakkan di setiap ruangan dengan kontrol suara yang dapat disesuaikan oleh masing-masing ruangan.

Pencahayaan

Pencahayaan dapat membantu penglihatan pada lansia dan memberikan dampak psikologis contohnya tingkat pencahayaan dapat meningkatkan kemampuan berekspresi, dan berkumpul. Pencahayaan menggunakan sistem pencahayaan alami dan buatan, pencahayaan alami sangat baik untuk kesehatan dan psikologi lansia, sedangkan untuk pencahayaan buatan memakai sistem indirect lamp dengan memakai lampu TL cool daylight, karena direct lamp menyulitkan pandangan lansia karena menyilauka.


(5)

80

Sedangkan pencahayaan yang berupa spot light digunakan untuk menyorot display, mempertegas karakter ruang, dan eccent light. Pencahayaan yang tidak kalah pentingnya yakni pencahayaan yang sifatnya sebagai signing.

Sistem Komunikasi

Sistem komunikasi sangat penting karena memudahkan komunkasi antara lansia dengan perawat, sehingga dalam keadaan darurat dapat memudahkan lansia untuk menghubungi perawat. Sistem ini memakai intercom yang berhubungan langsung dengan

medical record, nursing unit, bahkan ruang siaran. Sistem Keamanan

Sistem keamanan pada lansia memakai sistem manual yakni penjagaan dari perawat yang dibuat nursing unit dengan jarak jangkauan tertentu, selain itu nursing unit juga diletakkan di titik-titik berbahaya.

Sistem Proteksi Kebakaran

Untuk memperoleh hasil yang maksimal maka sistem proteksi kebakaran menggunakan sprinkler, hydrant, dan smoke detector.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

www.e-psikologi.com/usia/160402.htm www.e-psikologi.com/usia/090402.htm

www.menkokesra.go.id/content/view/2933/333/

www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek-2007-04-17-Perawatan-Lansia-di-Jepang:-Catatan-Pengalaman,.shtml

www.google.com

www.keluarga-d1207.blogspot.com/2006/11/pohon-pisang.html www.iptek.net.id/ind/teknologi_pangan/index.php?mnu=2&id=133

B. Hurlock, Elizabeth. Psikologi Perkembangan edisi kelima. Jakarta : Erlangga, 1980.

Neufert, Ernst.2002. Data Arsitek (bagian Rumah Panti Werda hal. 240-242). Jakarta:Erlangga

Panero, Julius, AIA, ASID dan Martin Zelnik. AIA. ASID.2003.Dimensi Manusia dan Ruang Interior.Jakarta:Erlangga

Asih, Ade Tri.1996.Laporan Mata Kuliah Semianar: Warna Interior Panti Wredha.Bandung

Kartosuwiryo, Sudarsono Katam.2006.Bandoeng Tempo Doeloe.Bandung:PT. Kiblat Buku Utama