PENGEMBANGAN KETERAMPILAN SOSIAL CALON GURU: Studi Kasus pada pogram Praktek Kependidikan dan Khidmat Jamiyyah (PKKJ) di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk Bandung.

(1)

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN SOSIAL

BAGI CALON GURU

(STUDI KASUS PADA PROGRAM PRAKTIK KEPENDIDIKAN DAN

KHIDMAT JAMIYYAH DI PESANTREN MUALLIMIN PERSATUAN

ISLAM 3 PAMEUNGPEUK KABUPATEN BANDUNG)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh Dani Asmara

1107150

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN SOSIAL BAGI CALON GURU (Studi Kasus pada Program Praktik Kependidikan dan Khidmat Jamiyyah

di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk Kab. Bandung)

Oleh : Dani Asmara

S.S, Universitas Padjadjaran, 2001

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M. Pd) pada Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial

Sekolah Pasca Sarjana

© Dani Asmara 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Disetujui dan Disahkan oleh Pembimbing Tesis:

Dosen Pembimbing I

Prof. Dr. H. Suwarma Al Muchtar, SH, M.Pd. NIP. 195302111978031001

Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M. Pd NIP. 195704081984031003

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, SPS UPI Bandung,

Prof. Dr. H. Bunyamin Maftuh, M.Pd., MA 196207021986011


(4)

(5)

Pengembangan Keterampilan Sosial Calon Guru

(Studi Kasus pada pogram Praktek Kependidikan dan Khidmat Jamiyyah (PKKJ) di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk Bandung)

Oleh : Dani Asmara NIM 1107150 Pembimbing:

Prof. Dr. H. Suwarma Al-Muchtar, SH., M.Pd Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd

ABSTRAK

Latar belakang dari penelitian ini adalah rendahnya keterampilan sosial diajarkan di persekolahan formal. Di pendidikan guru Muallimin Persis 3 Pameungpeuk, keterampilan sosial diajarkan di dalam kelas, program pengembangan diri, ekstrakulikuler bahkan dikembangkan dalam program pengabdian di masyarakat melalui Praktek Kependidikan dan Khidmat Jamiyyah (PKKJ). Penelitian difokuskan pada program Praktek Kependidikan dan Khidmat Jamiyyah (PKKJ) di pendidikan guru Muallimin Persis 3 dengan pertanyaan penelitian (1) bagaimana pengembangan keterampilan sosial dalam kurikulum pendidikan guru di Muallimin? (2) bagaimana visi, misi dan tujuan PKKJ? (3) bagaimana perencanaan dan pelaksanaan PKKJ? dan (4) bagaimana hasil pengembangan PKKJ untuk keterampilan sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai program PKKJ sebagai pengembangan keterampilan sosial pada pendidikan guru di Muallimin Persis 3 Pameungpeuk. Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus yaitu mengungkap dan memahami kenyataan kasus tertentu atau program tertentu. Pengumpulan data yang dilakukan dalam latar/setting alamiah, dengan mempergunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasi penelitian menunjukan; (1), PKKJ sebagai pengembangan keterampilan sosial terdapat dalam kurikulum keguruan Muallimin Persis sebagai syarat kelulusan kelas XII. (2), visi, misi dan tujuan PKKJ untuk mendukung visi, misi dan tujuan pendidikan Pesantren Persis, yaitu tafaquh fi din paham terhadap agama. (3), PKKJ direncanakan kurikulum dilaksanakan dalam bentuk pengabdian masyarakat, pendidikan dan dakwah. (4), PKKJ merupakan wahana potensial dalam pengembangan keterampilan sosial yang menghasilkan soft skill; komunikasi interaksi, partisipasi, tanggung jawab dan kepedulian sosial. PKKJ juga merupakan bentuk inovasi pembelajaran IPS di pesantren.


(6)

The Development of Prospective Teachers’ Social Skills

(Case Studies of Praktik Kependidikan dan Khidmat Jamiyyah (PKKJ) in High school of Pesantren PERSIS 3 Pameungpeuk, Bandung City)

By: Dani Asmara NIM 1107150

Supervisor:

Prof. Dr. H. Suwarma Al-Muchtar, SH., M.Pd Prof. Dr. H. Dada Supardan, M.Pd

ABSTRACT

The background of this research is the lack of social skills taught in formal school. While on teacher education in Muallimin of Persis 3 Pameungpeuk, social skills taught in the classroom. Moreover, self-development programs and extracurricular are developed in community service programs in Praktek Kependidikan dan Khidmat

Jamiyyah (PKKJ). This study was focused on Praktek Kependidikan dan Khidmat Jamiyyah (PKKJ) in teacher education of Muallimin of Persis 3 with research questions

(1) what is the social skills development in the teacher educations’ curriculum in Muallimin? (2) What are the vision, mission and objectives of PKKJ? (3) What are the planning and implementation of PKKJ? And (4) what are the impact of PKKJ for social skills development. The purpose of this study was to obtain a description of the PKKJ program as a tool to develop social skills in teacher education in Muallimin of Persis 3, Pameungpeuk. The research methodology used is qualitative approach with case study methods that is to reveal and to understand the fact of a particular case or a particular program. The data collection was conducted in the natural setting, using interview, observation and literature techniques. The result showed: (1), PKKJ as the social skills development has been in the curriculum of Muallimin as a condition of class XIIs’ graduation. (2) The vision, mission and objectives of PKKJ are to support the Pesantren Persis’ vision, mission and educational goals, which are tafaquh fi din; religion understanding. (3), as curriculum were planned, PKKJ implemented in the form of community service, education and religious speech. (4), PKKJ is a potential tool for the social skills development that produce soft skills; interaction communication, participation, responsibility and social concern. PKKJ is also an innovative form of learning social studies at the school.


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN …………... i

LEMBAR PERNYATAAN…………... ii

KATA PENGANTAR ……….. ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. ... iv

ABSTRAK ………... vii

DAFTAR ISI…………... viii

DAFTAR TABEL ………. ... xi

DAFTAR GAMBAR………. xii

DAFTAR LAMPIRAN………. ... xii

BAB I PENDAHULUAN………….. ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ………... 1

B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian………... 8

C. Tujuan Penelitian……….…..………... 9

D. Manfaat Penelitian……..……... 9

E. Struktur Organisasi Tesis………... 10

F. Paradigma Penelitian……….. 11

BAB II KAJIAN TEORITIS ……… 13

A. Keterampilan Sosial……….………... 13

1. Definisi Keterampilan Sosial…………... 13

2. Indikator Keterampilan sosial……..……… 15

3. Keterampilan Sosial dan Pembelajaran……..………. 16

4. Keterampilan Sosial dalam Kearifan Lokal…….……… 19

5. Keterampilan Sosial Berbasis Religius……..………... 20

B. Kompetensi Guru dalam Pengembangan Keterampilan Sosial…….…… 21

1. Kompetensi Pedagogis…….……… 21

2. Kompetensi Profesional……… 22

3. Kompetensi Personal……… 23

4. Kompetendi Sosial……… 24

C. Pendidikan IPS untuk Keterampilan Sosial……….………. 25

1. Definisi Pendidikan IPS……….. ……... 25

2. Tujuan pendidikan IPS……… 26

3. Dimensi Pendidikan IPS……….. 27

4. Pendidikan IPS dalam Permendiknas…..……… 28

D. Pendidikan Pesantren……..………... 29

1. Definisi Pesantren.….………... 29

2. Elemen-elemen Pesantren…..………... 31

3. Pesantren dan Madrasah………... 31

4. Proses Belajar Mengajar di Pesantren………... 32

E. Ormas Persatuan Islam (Persis)…… ... 33

F. Pesantren dan Konsep Pendidikan Persatuan Islam……….. 35


(8)

ix

BAB III METODE PENELITIAN………... 46

A. Pendekatan dan Metode Penelitian……… 46

B. Subjek dan Lokasi Penelitian…….……... 49

C. Teknik Pengumpulan Data…….……… 52

D. Prosedur Penelitian……… 54

E. Teknik Analisis Data……..……… 55

1. Reduksi Data…….……... 55

2. Display Data……. ... 56

3. Kesimpulan…..……… 56

F. Verifikasi Data…..……..………... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……... 59

A. Gambaran Umum Muallimin Pesantren Persis Pameungpeuk…………... 59

1. Sejarah Pesantren Muallimin….. ... 59

2. Visi dan Misi Pesantren Muallimin……... 60

3. Pendidik dan Peserta didik Muallimin……... 62

4. Sarana dan Prasarana Muallimin……... 65

5. Kurikulum Pesantren Muallimin……... 67

6. Pemberajaran IPS di Muallimin Persis 3……….. 69

7. Kegiatan-kegiatan Penunjang Pendidikan Guru Muallimin…….…… 82

8. Keunikan Pendidikan Guru di Muallimin….………... 87

9. Program Praktik Kependidikan dan Khidmat Jamiyyah….………… 89

B. Data Hasil Penelitian ……….…... 91

1. Pengembangan Keterampilan Sosial dalam Kurikulum Pendidikan Calon Guru di Muallimin……..………... 91

2. Sejarah, Visi, Misi dan Tujuan Program Praktik Kependidikan dan Khidmat Jamiyyah di Muallimin………... 94

3. Perencanaan dan Pelaksanaan Program Praktik Kependidikan dan Khidmat Jamiyyah….……… 99

4. Hasil Pengembangan Program Praktik Kependidikan dan Khidmat Jamiyyah untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Calon Guru……… 115

C.Pembahasan……… 123

1. Pengembangan Keterampilan Sosial dalam Kurikulum Pendidikan Calon Guru di Muallimin……..………... 123

2. Sejarah, Visi, Misi dan Tujuan Program Praktik Kependidikan dan Khidmat Jamiyyah di Muallimin………... 126

3. Perencanaan dan Pelaksanaan Program Praktik Kependidikan dan Khidmat Jamiyyah….……… 130

4. Hasil Pengembangan Program Praktik Kependidikan dan Khidmat Jamiyyah untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Calon Guru……… 135

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………. ... 139


(9)

B. Saran ... ... 140 DAFTAR PUSTAKA……… ... 141 LAMPIRAN………..... 147


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan kunci sukses untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sejarah membuktikan bahwa tokoh-tokoh nasional dan internasional terlahir dari proses pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan mempunyai potensi untuk menghasilkan manusia yang berkualitas, yaitu manusia yang memiliki kemampuan luas, berakhlak mulia, berwawasan kebangsaan yang luas, bersikap terpuji dan memiliki keterampilan yang mumpuni.

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kualitas pengetahuannya (hard skill), tetapi lebih besar ditentukan oleh kemampuan sikap dan keterampilannya (soft skill), namun selama ini keterampilan sosial jarang dikembangkan di persekolahan formal, termasuk dalam pembelajaran IPS (Supriatna, 2001). Pembelajaran IPS yang seharusnya mengembangkan keterampilan sosial terjebak oleh target muatan kurikulum yang mengejar kemampuan kognitif peserta didik miskin akan pengamalan-pengamalan sosial. Sehingga bidang studi dan materi IPS menjadi pelajaran hafalan yang cenderung tidak digemari peserta didik.

Begitu pun dengan gurunya, menurut Al Muchtar (2004:52) selama ini guru IPS masih merupakan satu satunya sumber pengetahuan dalam pembelajaran di dalam kelas yang hanya merupakan pentransfer pengatahuan terhadap peserta didik. Guru IPS belum bergeliat memberdayakan metode, media dan sumber belajar yang inovatif sebagai teman belajar, termasuk mengembangkan pembelajaran IPS ke arah penguasaan keterampilan sosial. Menurut Hasan (1996:213), sesuai tuntutan kurikulum, guru lebih sering mengejar hasil belajar dari pada proses dalam mengembangkan keterampilan sosial. Sehingga maraknya berbagai perilaku buruk di masyarakat bisa terjadi dimungkinkan karena kurang berhasilnya sistem pendidikan, terutama lemahnya pendidik IPS yang seharusnya bertujuan menghasilkan warga negara yang baik, yang memiliki keterampilan sosial sebagai bekal untuk berinteraksi dalam lingkungan dan masyarakatnya.


(11)

Dalam hal ini menurut Lickona (2012:20-26) ada sepuluh tanda yang harus diwaspadai sebagai bagian dari kehancuran bangsa. Tanda tersebut yaitu; 1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja; 2) penggunaan bahasa dan kata-kata yang buruk; 3) pengaruh peer group yang kuat dalam tindak kekerasan; 4) meningkatnya perilaku merusak diri seperti penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas; 5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk; 6) menurunnya etos kerja; 7) semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru; 8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara; 9) membudayanya ketidakjujuran; dan 10) adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama. Sehingga tokoh pendidikan, ilmuwan dan ulama besar dari Pakistan, Kurshed Achmad (dalam Wasliman, 2010), pernah menyindir dunia pendidikan sebagai berikut “Although the modern man has learn to fly in the sky like a bird, and swim in the ocean like a fish, but has failed to learn to live on earth like human being.” Meskipun manusia modern ini telah belajar terbang melayang-layang di angkasa bagaikan seekor burung, dan belajar menyelam di samudera bagaikan seekor ikan, namun telah gagal belajar hidup di muka bumi sebagai manusia.

Padahal tujuan pendidikan dalam Sisdiknas tahun 2003, bab I pasal 1 ayat (1) dijelaskan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan masyarakat, bangsa dan negara. Demikian juga dengan tujuan utama PIPS adalah mempersiapkan warga negara yang dapat membuat keputusan reflektif dan berpartisipasi dengan sukses dalam kehidupan kewarganegaraan di lingkungan masyarakat, bangsa dan dunia (Banks.1990:4).

Sesuai pula dengan Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang standar Isi mata pelajaran, disebutkan bahwa mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut; (1), mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan (2), memiliki kemampuan dasar untuk berpikirlogis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial, (3), memiliki


(12)

3

komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan (4), memiliki kemampuan berkomunikasi bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global. Menurut Sapriya (2012:3), tujuan pendidikan IPS diharapkan agar para siswa dapat hidup di masyarakat dengan baik, dapat memecahkan masalah pribadi maupun masalah-masalah sosial, maka para siswa perlu dibekali dengan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), sikap (attitudes), dan nilai (values), bahkan bagaimana cara bertindak (action).

Hal ini penting karena manusia sebagai makhluk sosial sangat membutuhkan interaksi dengan sesamanya yang syarat dengan keterampilan sosial. Apalagi peserta didik yang dalam proses pembelajaran sangat memerlukan keterampilan sosial sebagai bekal hidupnya di masyarakat kelak. Keterampilan-keterampilan sosial yang dibutuhkan tersebut diantaranya, Keterampilan-keterampilan mengenai pergaulan di kelas dan sekolah, keterampilan berinteraksi, partisipasi, tanggung jawab dan kepedulian sosial.

Mengingat guru merupakan figur sentral dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses interaksi belajar-mengajar. Maka seorang guru harus memiliki karakteristik kepribadian ideal sesuai dengan persyaratan pedagogis. Salah satu keterampilan yang harus dimiliki guru adalah keterampilan sosial. Walaupun semua orang bisa mengajar, tetapi tidak semua orang bisa menjadi guru. Untuk menjadi guru diperlukan pendidikan khusus karena tugas guru tidak hanya memindahkan pengetahuan, dibutuhkan wibawa dan keteladanan. Sehingga sebutan guru betul-betul menjadi panutan di masyarakat, digugu dan ditiru.

Tugas pendidikan menurut Licona (2012:7) adalah untuk membimbing para generasi muda untuk menjadi cerdas dan memiliki perilaku berbudi. Selanjutnya tugas guru untuk membantu para siswa meluruskan pemahaman terhadap nilai-nilai yang telah dimiliki peserta didik.

Semua ini selaras dengan tujuan pendidikan Islam yang menurut Rosyidin (2010:31), pendidikan dalam Islam bertujuan untuk mendukung proses penciptaan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Sebagai khalifah tentu memiliki pengaruh terhadap orang lain berupa yang terwujud dalam interaksi sosial sesama manusia dalam konsep silaturahmi dan ukhuwah Islamiyah bahkan sampai pada


(13)

ukhuwah Insaniah. Selanjutnya Islam memberi contoh atau modelling pada

pribadi dan perbuatan Rasulullah Saw. yang sangat cocok untuk ditiru sebagai pembangunan akhlak yang paling utama. Selanjutnya Rosyidin (2010:46) mengutip pendapat Ahmad Tafsir yang menegaskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah mewujudkan pribadi muslim yang menguasai pengetahuan, terampil secara intelektual, memiliki minat, sikap, nilai, dan penyesuaian diri serta memiliki keterampilan dalam melakukan sesuatu. Hal ini tentu tidak dapat dilepaskan dari unsur-unsur pendidikan yang ada di dalamnya, seperti falsafah pendidikan, kurikulum dan para pengajarnya.

Salah satu lembaga pendidikan Islam yang sudah lama dikenal masyarakat Indonesia adalah pesantren. Pada awal pendiriannya pesantren membekali para santrinya dengan ilmu-ilmu keagamaan seperti syariah, ushul fiqih, adab, bahasa

Arab dan berbagai disiplin terkait dengan kajian keagamaan. Namun kemudian

perkembangan lembaga pesantren mengembangkan sekolah-sekolah umum dan madrasah-madrasah. Tujuannya agar para lulusan dari lingkungan pesantren dimungkinkan untuk melanjutkan studi mereka ke fakultas-fakultas di universitas umum dan berharap bahwa lulusan pendidikan umum yang memiliki latar belakang ideologi pesantren akan mampu menerjemahkan ideologi Islam dalam kehidupan modern,

Menurut Dhofier (1982:55) keberadaan pesantren selalu disertai tradisi pesantren yang selalu bersinergi. Tradisi tersebut yaitu pondok, masjid, santri, kyai, dan kitab kuning. Ulama Persatuan Islam menyebut lembaga-lembaga pendidikannya sebagai pesantren dan pondok mirip dengan pondok pesantren tradisional seperti lima tradisi tersebut. Para pemimpin Persis, seperti kebanyakan pemimpin muslim Indonesia lainnya percaya bahwa pendidikan yang berorientasi agama adalah lebih baik bagi umat Islam. Pendidikan agama merupakan pondasi untuk melahirkan generasi yang menjadi khalifah atau pemimpin di dunia.

Namun sebagian masyarakat memandang sebelah mata akan keberadaan pesantren. Lembaga pendidikan pesantren diidentikkan sebagai pendidikan yang kolot, tertutup, tidak peduli terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Pesantren dinilai oleh sebagian masyarakat hanya mengkaji masalah keagamaan saja. Bahkan muncul anggapan bahwa kehidupan pesantren asing terlepas dari masalah


(14)

5

kemasyarakatan. Sehingga pendidikan pesantren diabaikan karena dianggap sebagai pendidikan yang tidak popular, tidak menjanjikan lapangan kerja yang layak. Keberadaan pesantren dianggap hanya menghasilkan calon ulama saja.

Persatuan Islam sebagai salah satu gerakan pembaharuan Islam telah melakukan beberapa perubahan (Wildan.1997:147). Persatuan Islam tampil tidak lagi dengan gerakan shock therapy. Tetapi dengan pendekatan persuatif edukatif. Perubahan terjadi dengan munculnya pergeseran tradisi di lingkungan pesantren dari kecenderungan berfiqih normatif tekstual menuju fiqih secara kontekstual (Zubaedi.2007.386-387), dari kecenderungan berdakwah dengan ceramah dan pengajian menuju berdakwah dengan amal perbuatan nyata melalui pendidikan. Salah satu perubahanya adalah melalui pesantren menyelenggarakan pendidikan Muallimin.

Di pesantren santri tidak hanya dididik untuk paham dalam hal ibadah, tetapi melalui pembelajaran yang kolektif, kehidupan sosial terwujud dengan sendirinya. Para santri dikondisikan untuk hidup dalam kebersamaan dan saling memperhatikan, bahkan pergaulan sosial tidak terlepas dari wujud ibadah yang berbuah pahala. Sehingga di pesantren keterampilan sosial dilakukan secara alamiah dalam lingkungan pembelajaran.

Di pesantren para santri dibimbing untuk mampu menjalin hubungan sosial yang harmonis dengan orang lain melalui sikap dan perilaku yang baik. Santri dilatih berprasangka baik pada orang lain, husnudzan, berempati, suka menolong, jujur, bertanggung jawab menghargai perbedaan pendapat. Pesantren memberikan pelajaran agar santrinya bersatu, bersaudara sehingga terbentuk sikap kebersamaan yang terus dibangun dengan semangat ukhuwah Insaniyah dan

Islamiyah. Santri di pesantren dituntut agar bekerja sama penuh toleransi dengan

sesama umat Islam dan di luar Islam. Menurut Al-Fauzan (2007:325-326) Ikatan

ukhuwah Islamiyah merupakan ikatan yang paling kuat, tulus dan kekal. Ikatan

iman dan Islam lebih kuat karena merupakan ikatan hamba dan Tuhannya.

Pesantren sebagai lembaga pendidikan dalam pola pendidikannya sepertinya telah berupaya mengembangkan keterampilan sosial yang menurut Dadang Supardan (2010), keterampilan sosial atau social skills pada hakekatnya


(15)

adalah menempatkan pentingnya pengembangan perilaku sosial positif (prososial) yang melatih anak menjadi manusia yang bertanggung jawab. :

“...as responsibility, willingness to cooperate, and contribute to the group project. Within the dynamics of a small group, each member has opportunities to act as an individual, interact within others in the discussion and planning, and

react to decisions and problems” (Joyce & Alleman-Brooks, 1979: 139).

Pengembangan sikap keterampilan sosial yang dilaksanakan di pesantren lebih merupakan kurikulum tersembunyi (hidden curriculum). Hal itu biasanya tidak tercatat dengan tertib tetapi dijalankan oleh seluruh komponen pesantren. Hasilnya bisa dilihat melalui sikap, watak dan perilaku santri di lingkungannya, atau ketika santri diterjunkan ke masyarakat luas baik dalam bentuk latihan maupun dalam kehidupan nyata setelah menjadi alumni.

Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan IPS yaitu bagaimana agar siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial. Menurut Sapriya (2012:184) belajar IPS tidak cukup hanya dengan hafalan dan melatih daya ingat. Belajar IPS hendaknya dapat memberdayakan siswa sehingga segala potensi dan kemampuan dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan dapat berkembang. Semua kemampuan siswa tersebut dapat diwujudkan dalam proses pembelajaran melalui aktivitas pelatihan berpartisipasi dalam kehidupan kemasyarakatan.

Demikian juga menurut Jerolimek dan Parker (1993) yang dikutip Sapriya (2012:184), mengemukakan bahwa ujian yang sesungguhnya dalam belajar IPS terjadi ketika siswa berada di luar sekolah, yaitu hidup di masyarakat. Dengan kata lain, tujuan IPS hendaknya diuji dengan cara peserta didik menerapkan konsep yang diperoleh di kelas untuk diPraktikkan dalam realitas kehidupan di masyarakat.

Untuk itu sebagai salah satu upaya pengembangan keterampilan sosial pendidikan di pesantren Persis, melalui pendidikan keguruan di Muallimin Persatuan Islam 3 Pameungpeuk, para santri tidak hanya dididik menjalankan ibadah dengan baik tetapi santri juga secara arif diajarkan bersosialisasi dengan masyarakat (Badri.2008:1). Keterampilan sosial santri akan terasa karena dalam menempuh pendidikan sehari-hari di Muallimin santri sering terjun langsung ke masyarakat. Kegiatan seperti amal shaleh, gotong-royong, shalat berjamaah, shaum, latihan pidato, mengajar di Diniyyah, terjun langsung bergaul bersama


(16)

7

masyarakat dalam program Prakter Pendidikan dan Khidmat Jamiyyah, yaitu selama dua minggu santri dikirim ke daerah terpencil untuk pengabdian pada masyarakat melalui latihan berdakwah, mengajar dan bermasyarakat.

Hal ini tidak terlepas dari visi, misi dan tujuan pendidikan Muallimin Persis 3 Pameungpeuk yaitu mewujudkan manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi. Sedangkan misi pendidikan Persis adalah pemanusiaan insan ulul-albab selaku muslim kaaffah yang tafaqquh fid-dien. Demikian juga dengan tujuan pendidikan Persis yaitu terwujudnya kepribadian muslim yang tafaqquh fid-dien.

Tafaqquh, artinya seseorang yang paham terhadap agamanya.

Upaya pendidikan Mu'alimin, yang bertujuan mencetak lulusan yang memiliki kemampuan sebagai pendidik dan pendakwah ini sejalan dengan misi dan visi Persatuan Islam sebagai ormas yang selalu mensosialisasikan nilai-nilai keislaman melalui pendidikan dan dakwah. Oleh karena itu dalam setiap pembelajarannya, pendidikan Mu’alimin selalu terpadu dengan Ormas Persatuan Islam. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan guru dan ulama sebagai kader Persatuan Islam, sampai saat ini pendidikan keguruan di Mu’alimin masih dipertahankan.

Salah keunggulan pendidikan guru Muallimin adalah adanya program pengabdian masyarakat di dalam kurikulumnya, yaitu program Praktik Kependidikan dan Khidmat Jam’iyyah (PKKJ). Program ini mewajibkan setiap santri mengabdikan diri dan ilmunya di masyarakat untuk melakukan latihan mengajar, berdakwah dan bersosialisasi secara langsung dengan masyarakat. Melalui sistem Program Praktik Kependidikan dan Khidmat Jam’iyyah di

Mu’alimin Pesantren Persatuan Islam 3 dimungkinkan semangat gotong royong dan kebersamaan yang merupakan ciri khas masyarakat Indonesia akan kembali nampak. Tidak hanya itu, melalui PKKJ juga diharapkan nilai-nilai keagamaan yang hidup dalam tradisi pesantren seperti persaudaraan, kerjasama, kesederhanaan, ketaatan, mandiri dan ikhlas terbiasa tertanam dalam perilaku sehingga terlahir generasi yang cerdas secara sosial.

Asumsi peneliti, tidak mungkin akan terwujud calon guru dan ulama yang bisa diterima dalam masyarakat, bila calon guru dan calon ulama tersebut tidak memiliki keterampilan sosial. Jadi, selain berperan sebagai lembaga yang menjaga


(17)

dan mengembangkan nilai moral, spiritual, keilmuan, penjaga tradisi keislaman dan yang melahirkan calon-calon ulama, pendidikan pesantren khususnya pendidikan guru di Muallimin juga memiliki peran dalam mengembangkan keterampilan sosial bagi calon guru, berupa kemampuan bekerja sama, berpartisipasi, tanggung jawab dan memiliki kepedulian. Dengan demikian pesantren tidaklah seburuk yang dikira oleh sebagian masyarakat.

Berdasar pada hal-hal tersebut di atas, maka menjadi signifikan mengkaji peran pesantren, khususnya peran pendidikan guru Muallimin dalam mengembangkan keterampilan sosial, yang kemudian dijadikan sebuah fokus penelitian tesis ini dengan judul “Pengembangan Keterampilan Sosial Bagi Calon Guru (Studi Kasus pada Praktik Kependidikan dan Khidmat Jamiyyah di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk Kabupaten Bandung).”

B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dapat diidentifikasi terkait dengan pengembangan keterampilan sosial, penelitian ini akan difokuskan pada: bagaimana program Praktik Keguruan dan Khidmat Jamiyyah pendidikan guru di Muallimin dapat mengembangkan keterampilan sosial calon guru.

Secara lebih khusus masalah penelitian ini akan diuraikan dalam beberapa pertanyaan berikut:

1. Bagaimana pengembangan keterampilan sosial dalam kurikulum pendidikan guru (Muallimin) Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk Kabupaten Bandung?

2. Bagaimana sejarah, visi dan misi serta tujuan Praktik Kependidikan dan Khidmat Jamiyyah dalam kurikulum pendidikan guru (Muallimin) Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk Kabupaten Bandung? 3. Bagaimana perencanaan dan pelaksanaan Praktik Kependidikan dan

Kidmat Jamiyyah dalam mengembangkan keterampilan sosial calon guru?

4. Bagaimana hasil program Praktik Kependidikan dan Khidmat Jamiyyah untuk mengembangkan keterampilan sosial calon guru?


(18)

9

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini ingin melihat bagaimana pengembangan keterampilan sosial dalam pendidikan guru di Mu’alimin Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk. Secara khusus penelitian ini ingin mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1. Melihat pengembangan keterampilan sosial dalam kurikulum Muallimin Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk Kabupaten Bandung.

2. Melihat sejarah, visi dan misi serta tujuan Praktik Kependidikan dan Khidmat Jamiyyah dalam kurikulum pendidikan guru (Muallimin) Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk Kabupaten Bandung.

3. Menganalisis perencanaan dan pelaksanaan Praktik Kependidikan dan Kidmat Jamiyyah dalam mengembangkan keterampilan sosial calon guru. 4. Menganalisis hasil program Praktik Kependidikan dan Khidmat Jamiyyah

untuk mengembangkan keterampilan sosial calon guru.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis temuan penelitian ini akan bermanfaat bagi pesantren sebagai bahan kajian dalam mengembangkan keterampilan sosial khususnya pada program Praktik Kependidikan dan Khidmat Jamiyyah di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan mengenai inovasi pembelajaran terutama tentang pengembangan keterampilan sosial di Pesantren Muallimin.

Sedangkan secara praktis penelitian ini akan memberikan masukan terhadap :

1. Pesantren Muallimin dalam upaya menentukan kebijakan yang sesuai dengan karakter Muallimin Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk.

2. Persatuan Islam sebagai Ormas penyelenggara gerakan pendidikan dan dakwah, terutama bidang tarbiyah berkaitan dengan tujuan pendidikan Muallimin menghasilkan santri sebagai calon guru dan mubaligh.


(19)

3. Masyarakat umum sehingga memiliki wawasan bahwa pesantren bukan hanya lembaga kaku, kolot, tetapi pesantren juga mampu menghasilkan lulusan yang memiliki keterampilan sebagai pendidik dan ulama yang mampu berinteraksi, berkomunikasi, bertanggung jawab dan peduli dalam menyelesaikan masalah di masyarakat.

4. Departemen Agama sebagai pemegang kebijakan dan pembina terhadap pelaksanaan pendidikan agama yang sesuai dengan sistem pendidikan nasional.

E. Struktur Organisasi Tesis.

Penelitian ini disajikan dalam laporan yang memuat lima bab yang masing-masing bab terdiri dari beberapa bagian subbab. Sistematika pembahasan dalam laporan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, berisi uraian tentang; latar belakang masalah, fokus dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, paradigma penelitian dan struktur organisasi tesis.

Selanjutnya Bab II, merupakan kajian teoritis yang terdiri dari; pembahasan tentang keterampilan sosial, yang meliputi; definisi keterampilan sosial, indikator keterampilan sosial, keterampilan sosial dan pembelajaran, keterampilan sosial dalam kearifan lokal, keterampilan sosial berbasis religius. Kemudian pemaparan tentang kompetensi guru meliputi; kompetensi pedagogis, profesional, personal dan sosial. Selanjutnya pembahasan mengenai pendidikan IPS meliputi definisi pendidikan IPS, tujuan pendidikan IPS, dimensi pendidikan IPS dan pendidikan IPS dalam Permendiknas. Kemudian pemaparan tentang penyelenggaraan pendidikan pesantren yang meliputi; definisi pesantren, elemen-elemen pesantren, pesantren dan madrasah, proses belajar mengajar di pesantren. Selanjutnya pembahasan tentang Ormas Persatuan Islam. Terakhir pemeparan tentang pesantren dan konsep pendidikan Muallimin Pesantren Persatuan Islam dan penelitian terdahulu.

Sedangkan pada Bab III penulis menyantumkan metodologi penelitian, yang terdiri dari pendekatan dan metode penelitian, subjek dan lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, prosedur penelitian, teknik


(20)

11

analisis data yang terdiri dari reduksi data, display data dan kesimpulan dan verifikasi data.

Untuk Bab IV, Penyajian hasil penelitian dan pembahasan, yang meliputi; gambaran umum Persatuan Islam terdiri dari; sejarah pesantren; visi dan misi Pesantren Muallimin; pendidik dan peserta didik; sarana dan prasarana; kurikulum Muallimin; pembelajaran IPS di Mualimin Persis 3; kegiatan-kegiatan penunjang pendidikan guru Muallimin; keunikan pendidikan guru Muallimin Persis 3 Pameungpeuk dan program Praktik Kependidikan dan Khidmat Jam’iyyah (PKKJ) sebagai praktik keterampilan sosial. Kemudian pemaparan hasil penelitian tentang pengembangan keterampilan sosial dalam kurikulum pendidikan guru (Muallimin) Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk Kabupaten Bandung; sejarah, visi dan misi serta tujuan Praktik Kependidikan dan Khidmat Jamiyyah (PKKJ) dalam kurikulum pendidikan guru Muallilim; perencanaan dan pelaksanaan Praktik Kependidikan dan Kidmat Jamiyyah; hasil program Praktik Kependidikan dan Khidmat Jamiyyah untuk mengembangkan keterampilan sosial calon guru; serta analisis pembahasan hasil penelitian.

Akhirnya penelitian ini diakhiri dengan Bab V yaitu Penutup, berisi kesimpulan yaitu jawaban atas perumusan masalah yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya dan dimuat saran-saran atau rekomendasi bagi pihak yang berkepentingan.

F. Paradigma Penelitian

Adapun paradigma penelitian yang dapat diungkap dalam penelitian ini meliputi :

1. Pengembangan keterampilan sosial bagi calon guru di Muallimin terselenggara melalui pembelajaran IPS di dalam kelas yang didesain oleh guru dengan penyiapan RPP dan silabus serta metode pembelajaran diskusi dan pemodelan yang mendukung terjadinya interaksi siswa dalam hal kerjasama, partisipasi, tanggung jawab dan kepedulian.

2. Keterampilan sosial untuk calon guru tidak hanya mengandalkan pembelajaran di dalam kelas, tetapi akan lebih bermutu bila terselenggara di luar kelas melalui kegiatan yang dirancang oleh kurikulum seperti


(21)

kegiatan pengembangan diri, pengayaan, ekstrakulikuler dan program Praktik Kependidikan dan Kidmat Jamiyyah (PKKJ) di masyarakat. 3. PKKJ merupakan media dan wahana yang potensial bagi pengembangan

keterampilan sosial calon guru yang sarat dengan kerjasama, pertisipasi, tanggung jawab dan kepedulian terhadap masalah bersama.

4. Program Praktik Kependidikan dan Khidmat Jamiyyah yang sudah dikembangkan dalam kurikulum Muallimin sebagai ujian praktek keterampilan sosial bagi calon guru memerlukan revitalisasi.


(22)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu pendekatan penelitian tanpa menggunakan angka statistik tetapi dengan pemaparan secara deskriptif yaitu berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi di saat sekarang, di mana peneliti berusaha memotret peristiwa dan kejadian yang terjadi menjadi fokus perhatiannya untuk kemudian dijabarkan sebagaimana adanya.

Menurut Creswell dalam Rochiati (2008:10-11) penelitian kualitatif memiliki karakteristik; (1), berlangsung dalam latar alamiah, tempat kejadian dan perilaku manusia. (2), tidak secara apriori mengharuskan adanya teori. (3), peneliti adalah instrument utama penelitian dalam pengumpulan data. (4), data yang dihasilkan bersifat deskriptif, dalam kata-kata. (5), fokus diarahkan pada persepsi dan pengalaman partisipan. (6), proses sama pentingnya dengan produk, perhatian peneliti diarahkan kepada pemahaman bagaimana berlangsungnya kejadian. (7), penafsiran dalam pemahaman ideografis, bukan kepada membuat generalisasi. (8), memunculkan desain, peneliti mencoba merekonstruksikan penafsiran dan pemahaman dengan sumber data manusia. (9), data tidak dapat dikuantifikasi. (10), objektivitas dan kebenaran dijunjung tinggi, derajat keterpercayaan didapat melalui verifikasi berdasar koherensi, wawasan dan manfaat.

Metode yang digunakan adalah metode studi kasus sesuai dengan yang disampaikan oleh Robert K Yin (2008). Studi kasus digunakan sebagai suatu penjelasan komprehensif yang berkaitan dengan berbagai aspek seseorang, suatu kelompok, suatu organisasi, suatu program, atau suatu situasi kemasyarakatan yang diteliti, diupayakan dan ditelaah sedalam mungkin. Studi kasus juga memiliki pengertian berkaitan dengan penelitian yang terperinci tentang seseorang atau suatu unit sosial dalam kurun waktu tertentu.


(23)

Studi kasus menurut Yin (2008:18) adalah suatu inquiri empiris yang menyelidiki fenomena dalam konteks kehidupan nyata, bilamana; batas-batas antar fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas dan di mana: multi sumber bukti dimanfaatkan. Sebagai suatu inquiry studi kasus tidak harus dilakukan dalam waktu yang lama dan tidak pula harus tergantung pada data etnografi atau observasi partisipan. Bahkan menurut Yin seorang peneliti bisa saja melakukan studi kasus yang valid dan berkualitas tinggi tanpa meninggalkan kepustakaan, tergantung pada topik yang akan diselidiki.

Sedangkan menurut Bogdan (1980:72) studi kasus adalah kajian rinci atas suatu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen. Pelaksanaan studi kasus ini bersifat fokus, di mana pengambilan data dan kegiatan penelitian menyempit ke tempat penelitian, subjek, bahan, topik dan tema. Selanjutnya Bogdan menjelaskan bahwa untuk penelitian sekolah yang cocok untuk digunakan adalah jenis studi kasus observasi. Dalam studi kasus jenis ini teknik pengumpulan data yang utama adalah melalui observasi pelibatan

(participant observation), dan fokus studinya adalah suatu organisasi tertentu

(Pesantren) yang bisa terdiri dari; (1), suatu tempat tertentu di dalam organisasi (2), suatu kelompok khusus orang, dan (3), kegiatan sekolah (Bogdan.1980:74).

Menurut Creswell, Studi Kasus merupakan strategi penelitian di mana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan (Stake, 1995, dalam Creswell, 2010: 20).

Stake (dalam Denzin & Lincoln, 1994:236-238) merinci ciri-ciri studi kasus adalah sebagai berikut; (1). Studi kasus adalah suatu bentuk penelitian (inquiry) atau studi tentang suatu masalah yang memiliki sifat kekhususan (particularity). (2). Dapat dilakukan baik dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif, tetapi lebih ditekankan pendekatan kualitatif. (3). Sasaran studi kasus dapat berupa perorangan (individual) maupun kelompok, bahkan masyarakat luas.


(24)

48

Studi kasus memiliki keunggulan dalam hal memberikan informasi penting mengenai hubungan antar variable, memperoleh wawasan mengenai konsep dasar perilaku manusia dan menyajikan data temuan yang sangat berguna untuk membangun latar permasalahan. Kelebihan lainnya yaitu mampu mengungkap hal-hal yang spesifik, unik dan hal-hal yang amat mendetail yang tidak dapat diungkap oleh studi yang lain. Studi kasus mampu mengungkap makna di balik fenomena dalam kondisi apa adanya atau natural. Selain itu metode studi kasus tidak sekedar memberi laporan faktual, tetapi juga memberi nuansa, suasana kebatinan dan pikiran-pikiran yang berkembang dalam kasus yang menjadi bahan studi yang tidak dapat ditangkap oleh penelitian kuantitatif.

Namun metode studi kasus juga memiliki kekurangan, di antaranya dari kacamata penelitian kuantitatif, studi kasus dipersoalkan dari segi validitas, reliabilitas dan generalisasi. Padahal studi kasus yang sifatnya unik dan kualitatif tidak dapat diukur dengan parameter yang digunakan dalam penelitian kuantitatif, yang bertujuan untuk mencari generalisasi. Kekurangan yang lainnya yaitu semakin kompleks sebuah kasus, semakin sulit analisis dibuat. Hal ini secara khusus terjadi karena studi kasus itu bersifat holistik, hubungan antara berbagai kejadian, variabel, dan hasil-hasilnya. Selain itu aspek-aspek kontekstualisasi kasus kadang-kadang berhadapan dengan hal yang rumit, sehingga sulit mengetahui di mana “konteks” itu mulai dan berakhir (Cohen dan Manion, 1995, Denzin & Lincoln, 1994, Idrus, 2009)

Untuk melakukan studi kasus Robert K Yin, menganjurkan kasus yang diangkat signifikan mengisyaratkan sebuah keunikan dan betul-betul khas. Selain itu studi kasus harus lengkap dengan ciri-ciri memiliki batas yang jelas, tersedia bukti yang relevan dan mempermasalahkan ketiadaan kondisi buatan, mempertimbangkan alternative perspektif (anomaly), menampilkan bukti yang memadai dan laporan harus ditulis dengan cara menarik dan menggugah. Keunikan kasus mencakup: (1), ciri khas/hakekat kasus; (2), latar belakang historis; (3), konteks/setting fisik; (4), konteks lain, mencakup ekonomi, politik, hukum, dan estetika; (5), kasus-kasus lain yang dengannya suatu kasus dapat dikenali; (6), para informan yang menjadi sumber dikenalinya kasus.


(25)

Namun untuk studi kasus berbeda dengan studi etnografi yang memerlukan waktu cukup lama, bisa berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun dan studi observasi partisipan yang menuntut keikutsertaan peneliti, studi kasus adalah bentuk inkuiri yang tidak harus dilakukan dalam waktu yang lama dan tidak harus selamanya tergantung pada data etnografi dan observasi partisipan. (Bungin. 2003:22). Selanjutnya menurut Yin (2008:29), menyarankan lima komponen penting dalam mendesain studi kasus yaitu: (1), pertanyaan-pertanyaan penelitian, (2), proporsi penelitian, hal yang harus diteliti, (3), unit analisis penelitian, (4), logika yang mengaitkan data dengan proposisi, dan (5), kriteria menginterpretasi temuan.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif metode studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk memahami fenomena tentang rencana pelaksanaan dan evaluasi dari pihak pesantren dalam upaya membangun keterampilan sosial. Hal ini dirasa tetap mengingat fakus penelitian merupakan suatu program yang diselenggarakan sekolah secara unik tidak terdapat di sekolah lain.

Dengan demikian penelitian tentang “Pengembangan Keterampilan Sosial bagi Calon Guru (Studi Kasus Program Praktik Kependidikan dan Khidmat Jamiyyah (PKKJ) di Mu’alimin Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk Kabupaten Bandung)” signifikan diteliti dengan metode studi kasus, mengingat program tersebut merupakan program unggulan yang hanya terdapat di pendidikan guru Muallimin Persatuan Islam 3 Pameungpeuk.

B. Subjek dan Lokasi Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti mendeskripsikan secara sistematis fakta yang diteliti kemudian menganalisanya sesuai teori yang didapatkan dari hasil kajian teori. Mengingat dalam penelitian kualitatif problem milik peneliti maka kemudian peneliti mengkonstruksinya dalam sebuah situs penelitian. Dalam penelitian kualitatif juga peneliti harus memiliki kepakaran, subjektivitas kepakaran, kadar kepakaran, pengalaman akan menentukan proses penelitian. Sehingga waktu, biaya akan ditentukan oleh faktor kepakaran.


(26)

50

Ciri penelitian kualitatif lainnya adalah memperlakukan orang sebagai instrument pengumpul data, untuk itu maka peneliti menjadi alat instrument pengumpul data. Hal ini dilakukan dalam pengamatan berperan serta, wawancara mendalam, pengumpulan dokumen, foto dan sebagainya. Ketika mengkaji pengembangan keterampilan sosial melalui program PKKJ di Mu’alimin Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk Kabupaten Bandung, penulis menggunakan cara self-report research, yaitu informasi dikumpulkan oleh peneliti sendiri.

Menurut Lincoln dan Guba (1985:193-194) mengemukakan karakteristik yang secara unik menentukan manusia sebagai instrument pilihan bagi penelitian naturalistik yaitu: “responsiveness, adaptability, holistic emphasis, knowledge

base expansion, processual immediacy, opportunities for clarification and summarization and opportunity to explore atypical or idiosyncratic responses.”

Manusia sebagai instrument bisa merasakan dan merespon semua petunjuk pribadi dan lingkungan yang muncul. Dengan kemampuan tersebut peneliti bisa berinteraksi dengan situasi untuk merasakan reaksinya dan membuatnya menjadi jelas.

Untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, penelitian dilakukan melalui teknik observasi langsung, yaitu meneliti langsung proses pembelajaran, interaksi peserta didik dan program Praktik Kependidikan dan Khidmat Jamiyyah di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk Kabupaten Bandung.

Subjek penelitian ditentukan berdasarkan variable yang hendak diteliti. yaitu komunitas pesantren Muallimin dan proses pembelajaran terutama program PKKJ sebagai sumber data. Penulis menggali data dengan teknik observasi dan mewawancarai informan terhadap :

a. Penyelenggara pendidikan guru Muallimin Pesantren di Pesantren Persis Persatuan Islam 3 Pameungpeuk, penulis menggali data dengan teknik observasi dan wawancara.


(27)

b. Mudir Am atau Pimpinan Pesantren Mu’alimin Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk Kabupaten Bandung, penulis menggali data dengan menggunakan teknik wawancara.

c. Sejumlah guru di Pesantren Persis Persatuan Islam 3 Pameungpeuk, penulis mengadakan observasi dan wawancara.

d. Enam orang santri yang berprestasi dari berbagai tingkatan untuk di wawancara.

e. Satu kelompok peserta PKKJ.

f. Panitia rogram PKKJ dan guru pembimbing PKKJ. g. Alumni yang pernah melaksanakan rogram PKKJ.

h. Orang tua dan masyarakat di tempat yang menjadi lokasi PKKJ.

i. Serta dokumentasi lain yang mendukung pada penyelenggaran program PKKJ.

Dalam penelitian kualitatif situs penelitian tidak sebatas lokasi penelitian tetapi merupakan suasana lingkungan penelitian yang memungkinkan terjadinya interaksi subjek penelitian untuk memecahkan masalah. Situs penelitian yang terdiri dari manusia, masyarakat, lembaga di mana berkaitan peristiwa yang melahirkan kasus tertentu.

Lokasi penelitian ini dilakukan di Mu’alimin Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk Kab. Bandung. Pesantren ini dalam catatan bidang Tarbiyah Pimpinan Pusat Persatuan Islam memiliki nomor urut 3 sesuai dengan tahun pendirian. Pesantren yang terletak di Jalan Raya Banjaran Km 447 Kab Bandung ini resmi berdiri pada tahun 1953. Baru pada tahun 2003 terselenggara pendidikan guru Muallimin, selanjutnya pesantren ini disebut Muallimin Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk. Pertama kali pimpinan pesantren dipimpin oleh Ust. Kholil Abdurrahman dan sekarang Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk dipimpin oleh Ust. KH. Aminudin Husein yang merupakan alumni dari Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk tingkat MTS program empat tahun di tahun 1968.

Pertimbangan lain dalam penentuan lokasi penelitian di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk ini adalah :


(28)

52

1. Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk merupakan pesantren tertua no.3 setelah pesantren Persatuan Islam 1dan 2 di Pajagalan dan Bangil.

2. Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk merupakan anomaly dari tesisnya penelitian Dhofier bahwa setiap pesantren harus ada Pondok, kyai, masjid, santri dan kajian kitab kuning. Sepengetahuan penulis di Pesantren 3 Pameungpeuk tidak terdapat Pondok.

3. Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk masih mengupayakan pendidikan keguruan (Muallimin) guna menghasilkan lulusan yang sanggup mengajar dan berdakwah.

4. Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk memiliki hubungan yang sangat erat dengan masyarakat sekitar.

C. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Yin (2008:103) pengumpulan data untuk studi kasus berupa dokumen, rekaman arsip, wawancara, observasi dan perangkat fisik. Untuk itu prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, Observasi dan dokumentasi.

1. Wawancara mendalam (Interview).

Dalam penelitian kualitatif wawancara dan observasi merupakan cara yang utama untuk mengumpulkan data. Menurut Bogdan. (1980:178) wawancara adalah percakapan yang bertujuan, biasanya antara dua orang yang diarahkan oleh seorang dengan maksud memperoleh keterangan. Wawancara atau interview dilakukan dengan prinsip berdialog, diskusi untuk membangun pemahaman dan pemaknaan dalam memecahkan masalah. Menurut Bogdan wawancara bisa berbarengan dilakukan dengan observasi pelibatan (partisipan), analisis dokumen, atau teknik-teknik lain. Dalam penelitian partisipan, peneliti biasanya mengenal subjeknya terlebih dulu, sehingga wawancara berlangsung seperti percakapan sahabat. Di sini wawancara susah dipisahkan dari kegiatan penelitian lainnya, bahkan wawancara dilakukan tidak dengan pengantar yang formal. Tetapi menjelang akhir studi, ketika ada informasi yang perlu dikros cek, peneliti bisa


(29)

mengatur waktu secara khusus dengan informan untuk mengadakan wawancara yang lebih formal.

Bahkan untuk menemukan makna, peneliti juga menggunakan wawancara mendalam. Metode ini penulis gunakan untuk mencari informasi tentang seluk-beluk dan pelaksanaan program PKKJ di Muallimin di Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk. Data penulis himpun melalui wawancara langsung kepada komunitas pesantren dan juga kepada Pimpinan Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk.

Wawancara mendalam ini memakai pertanyaan terbuka secara informal

interview yang ditujukan mengeksplorasi pembelajaran keterampilan sosial di

Muallimin Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk, melalui empat langkah yaitu:

1. Perencanaan pelaksanaan, yaitu persiapan penggunaan sumber program PKKJ dalam pembelajaran keterampilan sosial di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk dengan analisis data menetapkan ruang lingkup masalah yang jelas dan menetapkan tujuan.

2. Pelaksanaan yang direncanakan, yaitu menggali dan menemukan data tentang pelaksanaan program PKKJ sebagai pengembangan keterampilan sosial di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk.

3. Monitoring atau evaluasi yang berarti monitoring atau mengevaluasi kondisi dan masalah yang disampaika informan mengenai program PKKJ. 4. Perbaikan, yaitu mengembalikan hasil wawancara melalui evaluasi editing,

memperbarui agar informasi yang didapat sesuai perencanaan.

Adapun orang yang diwawancarai adalah Pimpinan Pesantren (Mudir

Am), Penyelenggara Pesantren (yayasan) Kepala Sekolah (Mudir), guru (asatidz),

siswa (santri), alumni, orang tua dan masyarakat. 2. Observasi

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi berpartisipasi (participatory observation), Peranan penulis dalam observasi adalah pemeran serta sebagai pengamat. Observasi berpartisipasi ini adalah mengamati


(30)

54

dan mendengarkan secermat mungkin sampai pada interaksi sosial, pelaksanaan, kinerja, dari program PKKJ.

Bentuk observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: a) observasi secara deskriptif, untuk memperoleh gambaran secara umum aktivitas atau program PKKJ sebagai pengembangan keterampilan sosial di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk. b) observasi secara terfokus, yaitu mengamati proses pelaksanaan program PKKJ, pembelajaran di dalam kelas, di luar kelas yang terkait langsung dengan program PKKJ, interaksi guru dan siswa, serta mengenai peran guru, interaksi santri dengan warga masyarakat selama program PKKJ, c) observasi secara selektif, yaitu untuk mengamati secara intensif pada proses pelaksanaan program PKKJ.

Metode observasi participant ini diterapkan kepada komunitas Mu’alimin Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk, dimana peneliti mengamati dan mengikuti beberapa kegiatan santri antara lain; mengenai proses belajar mengajar di Mu’alimin Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk, kegiatan kesiswaan, kegiatan ustadz sebagai pembimbing, kegiatan ekstra kurikuler lainnya dan pelaksanaan kegiatan Program Praktik Kependidikan dan Khidmat Jam’iyyah.

Selain itu peneliti juga melakukan non-participation observation yaitu observer yang tidak ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan. (Observer berlaku sebagai penonton).

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data-data yang tidak bisa didapatkan dengan teknik wawancara maupun teknik observasi. Teknik dokumentasi diperoleh berupa foto, gambar, bagan, struktur dan catatan-catatan yang diperoleh dari subjek penelitian. Menurut Moleong (2000;105) dokumen dapat digunakan sebagai sumber data dan dapat dimanfaatkan sebagai pembuktian, menafsirkan, dan memaknai suatu peristiwa. Dokumentasi penulis lakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari RPP guru, dokumen pedoman


(31)

PKKJ, pedoman PPL, laporan santri tentang kegiatan PKKJ serta foto-foto kegiatan Pesantren Muallimin 3 Pameungpeuk.

D. Prosedur Penelitian

Secara garis besar tahap-tahap yang dilalui dalam penelitian ini meliputi: 1. Tahap Persiapan Penelitian

Tahap persiapan merupakan langkah awal dalam penelitian. Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan ialah: menyusun usulan penelitian, mengkaji berbagai referensi yang berkaitan usulan penelitian secara sepintas, konsultasi dengan dosen pembimbing, pelaksanaan seminar, penyempurnaan proposal dengan memperhatikan masukan dari dosen penguji.

2. Tahap pelaksanaan penelitian

Setelah izin penelitian dikeluarkan selanjutnya peneliti langsung terjun ke lapangan untuk melakukan penelitian sampai titik jenuh data dan kemudian dilanjutkan ke tahap penulisan laporan.

3. Tahap Laporan

Laporan penelitian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing I dan II untuk memperoleh masukan demi penyempurnaan laporan.

E. Teknik Analisis Data

Pada penelitian kualitatif analisis data dilakukan dengan seluruh kekuatan kepakaran untuk menemukan makna kebenaran alamiah yang diyakini oleh peneliti dan dipahami oleh masyarakat akademik dalam budayanya. Analisis data oleh Bogdan dan Biklen (1982) diartikan sebagai proses secara sistematis untuk mengkaji dan mengumpulkan transkrip wawancara, catatan lapangan, dokumentasi, dan hal-hal lain untuk memperdalam pemahaman tentang fokus penelitian, baik dari hasil observasi, wawancara maupun dokumentasi untuk dijadikan sebuah temuan penelitian.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis model interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1994) yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.


(32)

56

Menurut Miles & Huberman (1994:10), reduksi data adalah proses memilih, fokus, menyederhanakan, dan mentransformasikan data yang muncul dalam tulisan catatan lapangan atau transkripsi. Reduksi data terjadi terus-menerus sepanjang penelitian.

Sebagai hasil pengumpulan data, reduksi data terjadi (menulis, ringkasan, koding, membuat cluster, membuat partisi, menulis memo). Pengurangan data/proses yang tidak terpakai berlanjut selama di lapangan, sampai laporan akhir selesai. Reduksi data bukanlah sesuatu yang terpisah dari analisis. Tetapi tahap ini adalah bagian dari analisis. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang mempertajam, memfokus, membuang, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga akhir kesimpulan yang bisa ditarik dan diverifikasi. Dalam tahap ini, data kualitatif dapat dikurangi dan diubah dalam berbagai cara; melalui seleksi, melalui ringkasan atau parafrase, melalui yang dimasukkan dalam pola yang lebih besar, dan sebagainya.

2. Display Data

Menurut Miles & Huberman (1994:10) display data adalah perakitan, pengorganisasian atau kompresi informasi yang memungkinkan penarikan kesimpulan dan tindakan. Display data dapat membantu untuk memahami apa yang terjadi dan untuk melakukan sesuatu yang didasarkan pada pemahaman.

Kecenderungan kognitif manusia adalah untuk mengurangi informasi yang kompleks menjadi ringkas, selektif dan disederhanakan atau konfigurasi mudah dipahami. Pemahaman bisa dilakukan melalui pemilihan data yang tidak diperlukan atau tidak dipertanyakan. Display data bisa meliputi berbagai jenis matriks, grafik, diagram, dan jaringan. Dalam analisis data, display data memiliki tiga fungsi yaitu; mereduksi data dari yang kompleks menjadi yang sederhana, menyimpulkan interpretasi peneliti terhadap data dan menyajikan data sehingga tampil menyeluruh (Alwasilah.2011:120)

3. Kesimpulan

Tahap ketiga kegiatan analisis adalah kesimpulan dan verifikasi. Dari awal pengumpulan data, analisis kualitatif memiliki keteraturan pola, penjelasan, konfigurasi dan sebab akibat. Peneliti kompeten memegang kesimpulan ringan,


(33)

menjaga keterbukaan, tetapi pada tahap ini kesimpulan belum lengkap dan jelas, kemudian semakin eksplisit dan membumi, dan kesimpulan mungkin tidak muncul sampai pengumpulan data selesai, tergantung pada ukuran catatan lapangan, koding. Kesimpulan juga diverifikasi sebagai hasil analisis. Sedangkan verifikasi bisa dilakukan secara singkat dengan perjalanan singkat kembali ke catatan lapangan, atau mungkin secara menyeluruh atau dengan upaya maksimal untuk mereplikasi temuan dalam satu set data. Makna yang muncul dari data harus diuji sehingga masuk akal.

Kegiatan analisis data yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi, display, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi dilakukan secara terus menerus, untuk kemudian didokumentasikan dengan baik sebagai bahan acuan untuk memahami lebih jelas tentang apa yang terjadi.

Ketepatan dan kedalaman hasil penelitian akan sangat tergantung kepada teknik analisis yang digunakan dan kemampuan menganalisis seorang peneliti. Analisis data sebagaimana diilustrasikan berlangsung secara simultan yang dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Oleh karena itu, analisis data dalam penelitian ini dilakukan ketika proses penelitian berlangsung (on-going

process) dan berulang-ulang (cyclical) untuk menjawab pertanyaan penelitian dan

dan memperoleh temuan penelitian hingga berakhirnya kegiatan penelitian untuk selanjutnya disusun laporan penelitian.

F. Verifikasi Data

Untuk mendapatkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan yang berdasarkan pada beberapa kriteria. Validasi data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan melalui perpanjangan keikutsertaan, trianggulasi, memberchek, audit

trait, dan expert opinion. Perpanjangan pengamatan berarti penelitian kembali ke

lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Melalui perpanjangan pengamatan ini artinya hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk saling kepercayaan sehingga tidak ada informasi yang akan disembunyikan.


(34)

58

Kemudian data yang terkumpul diuji keabsahannya dengan teknik

membercheck yaitu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada

pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Memberchek dilakukan dengan mengecek kembali keterangan atau pendapat informan apakah ia tetap dengan keterangan yang diberikan, atau akan mengubah atau bahkan akan menyangkal sama sekali.

Audit trail juga bisa dilakukan untuk melakukan pengecekan terhadap

kesalahan-kesalahan analisis data. Cara melakukan audit trail adalah dengan meminta bantuan teman sejawat yang memahami metode penelitian kualitatif.

Selanjutnya teknik pemeriksaan keabsahan penelitian lain adalah expert

opinion. Hal ini bisa dilakukan dengan mengkonsultasikan hasil temuan/penelitian

atau meminta nasehat pada para ahli. Dalam penelitian ini peneliti akan mengkonsultasikan hasil penelitian dan meminta nasehat kepada pembimbing I dan pembimbing II.

Sedangkan trianggulasi data dalam penelitian ini peneliti lakukan pada informan yang mengetahui masalah penelitian namun di luar komunitas subjek penelitian. Peneliti menggunakan trianggulasi pada pakar pendidikan Persis, alumini, orang tua santri dan dan warga masyarakat yang berada di lokasi PKKJ.


(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi dan analisis terhadap Pengembangan Keterampilan Sosial Bagi Calon Guru; Studi Kasus Pada Program Praktik Kependidikan dan Khidmat Jamiyyah (PKKJ) di Muallimin 3 Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk Kabupaten Bandung, maka berikut ini beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian dalam penelitian ini.

Pertama, pengembangan keterampilan sosial di Muallimin terdapat

dalam kurikulum pendidikan guru Muallimin Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk. Struktur kurikulum Muallimin memuat pelajaran-pelajaran pembinaan keterampilan sosial dan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di pesantren baik kegiatan pembiasaan atau pun ekstrakurikuler serta pelibatan-pelibatan dalam kegiatan di masyarakat, seperti praktek mengajar, majelis ta’lim dan bakti sosial.

Kedua, pengembangan keterampilan sosial pada pendidikan guru di

Muallimin Persis 3 Pameungpeuk tidak cukup di dalam kelas, tetapi lebih bermutu terselenggara di luar kelas melalui program Praktik Kependidikan dan Khidmat Jamiyyah (PKKJ), yaitu pengabdian pada masyarakat melalui praktik mengajar, berdakwah dan bakti sosial dengan tujuan untuk mendukung merealisasikan visi, misi dan tujuan pesantren yaitu tentang pembinaan akhlak dan menghasilkan calon guru dan mubaligh yang tafaquh fi din.

Ketiga, perencanaan program Praktek Kependidikan dan Khidmat

Jamiyyah (PKKJ) direncanakan oleh sekolah dengan melibatkan kurikulum, orang tua santri, jamaah Persis dan masyarakat di lokasi PKKJ. Pelaksanaannya difungsikan dalam tahap evaluasi pembelajaran sebagai syarat kelulusan kelas XII Mualimin dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat selama dua minggu di daerah terpencil melalui praktek mengajar, berdakwah dan bakti sosial.


(36)

140

Keempat, pembelajaran IPS di kelas, kegiatan-kegiatan pembiasaan dan

pelibatan-pelibatan para siswa dalam kegiatan di masyarakat serta kegiatan pendidikan dakwah melalui program PKKJ dapat mengembangkan keterampilan santri terutama dalam hal interaksi, berpartisipasi, tanggung jawab dan peduli terhadap masalah bersama. PKKJ sebagai inovasi pembelajaran pendidikan IPS di Pesantren Muallimin 3 Pameungpeuk mendapat tanggapan baik dari santri, orang tua santri dan masyarakat.

B. Saran

Setelah peneliti melaksanakan penelitian di Muallimin Pesantren Persatuan Islam 3 Pameungpeuk Kabupaten Bandung dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi, maka peneliti mengajukan saran-saran kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam masalah ini di antaranya:

Pertama, perlu dibuat sebuah model pesantren refresentatif, dengan pembelajaran akurat, menghasilkan calon guru unggulan, memiliki soft skill; komunikasi interaksi, partisipasi, tanggung jawab dan kepedulian.

Kedua, kepada para guru, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal hendaknya melakukan ikhtiar maksimal, mulai dari proses persiapan tertib administrasi, dilanjutkan dengan proses pembelajaran menyenangkan dan diakhiri dengan evaluasi yang menyeluruh. Selain itu guru harus selalu tampil sebagai pengembang kurikulum dan uswah hasanah (teladan yang baik) bagi para siswanya.

Ketiga, kepada peneliti lain, sehubungan dengan keterbatasan waktu, maka diharapkan hasil dari penelitian ini menjadi bahan kajian bagi yang berminat untuk lebih memperdalam dan mengembangkan penelitian mengenai keterampilan sosial di pesantren.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hakam, Kama. 2007. Bunga Rampai Pendidikan Nilai. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Albrecht, Karl.2006. Cerdas Bergaul; Kunci Sukses Bisnis dan Masyarakat. Jakarta PPM Manajemen.

Al Muchtar, Suwarma. 2010. Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

_________.2004. Epistemologi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri.

Alwasilah, Chaedar. 2011. Pokoknya Kualitatif: Dasar-Dasar Merancang dan

Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

Asmani, Jamal Ma’mur. (2011). Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta: Diva Press.

Anshari, Endang Saefudin. 2004. Wawasan Islam; Pokok-pokok Pikiran tentang

Paradigma dan Sistem Islam. Jakarta: Gema Insani Press.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum. 2007. Naskah Akademik Kajian

Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional

Bar-Tal, Daniel 1976. Prosocial Behavior.New York: Toronto John Wiley & Sons.

Bachtiar, Tiar Anwar. 2013. Sejarah Pesantren Persis 1936-1983. Jakarta: Penerbit Islam.

Bidang Tarbiyah PP Persatuan Islam. 2006. Silabi Kurikulum Satuan Pendidikan

dasar dan Menengah Persatuan Islam. Bandung PP. Persis.

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif; Pemahaman Filosofi

dan Metodelogis ke Arah Pengiasaan Model Aplikasi. Jakarta: Raja

Grafindo Pustaka.

Bogdan C. Robert. 1990. Riset Kualitatif Untuk Pendidikan: Pengantar ke Teori

dan Metode. Jakarta: Universitas Terbuka

Bank, James A. 1977. Teaching Strategies For The Social Studies; Inquiry,

Valuing, and Decision Making. Phippines: Addisan–Wesley Publishing Company.

Bidang Tarbiyah PP. Persatuan Islam.1996. Pedoman Sistem Pendidikan


(38)

142

___________________.2005. Silabi Kurikulum Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah Persatuan Islam, Jenjang Muallimin-Aliyah. Bandung: PP.

Persis.

Cartledge, Gwendolyn and Milburn, Joanne Fellows. 1992. Teaching Social Skills

To Children; Innovative, Approaches, Second Edition. New York-Toronto :

Pergamon Press.

Creswell, John W. 2010. Research Design ; Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif

dan Mixed. Jakarta: Pustaka Pelajar.

_______________.2002. Research Design, Desain Penelitian; Pendekatan

Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: KIK Press.

________________.1998. Quantitative Inquiry and Research Design: Choosing

Among Five Traditions, Sega Publications Inc. USA.

Dzanuaryadi, M. 2011. Goes to Pesantren; Panduan Lengkap sukses Belajar di

Pesantren. Jakarta: Lingkar Pena Publishing.

Dahar, Ratna Wilis. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Darling-Hamond, Linda. & Bransford, John. (editors) (2005). Preparing

teachers education for A Changing World. San Farncisco:

Jossey-Bass Publishing Co.

Denzin, N dan Lincoln, Y. 2009. Handbook of Qualitative Research. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

Dhofier, Zamakhsyari.1981. Tradisi pesantren: Suatu Studi tentang Peranan

Kiyai dalam Memelihara dan Mengembangkan Ideologi Islam Tradisional. Jakarta: Prisma, 2 Februari 1981.

Dobkin, Willian S. (Edt.) 1985. A Handbook for the Teaching of Social Studies. New York; The Association of Teachers of Social Studies.

Freankel, R. Jack. 1980. Helping Students Think Value Strategies for Teaching Social Studies. New Jersey: Prentice-Hall.

Frasser and West. 1993. Social Studies in Secondary School. The Ronald Press. (1981:15-20).

Federspiel, Howard M. 2004. Labirin Ideologi Muslim; Pencarian dan

Pergulatan Persis di Era Kemunculan Negara Indonesia (1923-1953).

Jakarta: Serambi.

Gross, RE., 1964, “Social Studies”, In Charles W Harries (ed), Encyclopedia of

Educational Reseach. New York: MacMillan. (Gross. RE, 1964:129).

Goleman, Daniel.2007. Social Intelligence, Ilmu Baru tentang Hubungan Antar


(39)

Guba, G Egon and Yvonna S. Lincoln. 1985. Naturalistic Inquiry. London: Sega

Publication.

Geertz, Clifford. 1989. Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya.

Hasan, Hamid. 1996. Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.

Hasbulah.1996. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Huda, Nor. 2007. Islam Nusantara: Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia.

Yogyakarta: Az-Ruzu Media.

Hamim, Thoha. 2000. Paham Keagamaan Kaum Reformis. Yogyakarta : Tiara Wacana.

Irianto, HD. 2012. Learning Metamorphosis; Hebat Gurunya, Dahsyat Muridya. Jakarta: Erlangga.

Iskandar, Muhammad. 2001. Para Pengemban Amanah: Pergulatan Pemikiran

Kiai dan Ulama di Jawa Barat, 1900-1950. Yogyakarta: Mata Bangsa.

Joyce, Bruce, Marshal Weil dan Emily Calhoun. 2011. Models of Teaching;

Model-Model Pembelajaran. Bandung: Pustaka Pelajar.

Jerolimek and Parker.1993. Social Studies In Elementry Education. New York: Mc Millan Publishing.

John Willey & Son. 1976. Prosocial Behavior, New York- Toronto: Printed the United States of America.

Lickona, Thomas. 2012. Educating For Character; Mendidik untuk Membentuk

Karakter; Bagaimana Sekolah Dapat Mengajarkan Sikap Hormat dan Tanggung jawab. Jakarta: Bumi Aksara

Majid, Abdul dan Andayani, Dian. (2011). Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Maryani, Enok. 2011. Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk

Peningkatan Keterampilan Sosial. Bandung: Alfabeta.

Mastuhu. (1994). Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian tentang

Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS.

Miles, Matthew B. dan Huberman, A. Michael. 1994. Qualitative Data Analysis. London-New Delhi: Sage Publications.

Muslich, Masnur.2011. Pendidikan Karakter; Menjawab Tantangan Krisis


(40)

144

Mutakin, Awan. TT. Pendidikan Ilmu Sosial. Bandung: Tanpa Penerbit.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya. Nasution, Harun dkk.2002 Ensiklopedi Islam Indonesia Jilid 2. Jakarta: Penerbit

Jembatan.

Natamidjaja, Endong. 2012. Sisi Lain Perjuangan Persatuan Islam Di Kecamatan

Pameungpeuk Kabupaten Bandung. Bandung: Pustaka Nadwah.

NCSS.1964. Curriculum Standard for Social Studies. Expectation of Excellece Washington.

Numan, Somantri, Muhammad. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Rosda Karya.

Purwanto, Ngalim. 2007. Ilmu Pendidikan; Teori dan Praktis. Bandung: Rosda Karya.

Pruitt, Dean G dan Jeffrey Z. Rubin.1986. Teori Konflik Sosial. Penerjemah Helly P. Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto. 2004. Jakarta: Pustaka Pelajar. Qomar, Mujamil. (2002). Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju

Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga.

Rosyidin, Dedeng. 2010. Konsep Pendidikan Islam; Ikhtiar Pendidikan Formal

Persis dalam mencetak Generasi Tafaqquh Fiddin. Bandung: Pustaka

Nadwah.

Sapriya. 2012. Pendidikan IPS; Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Rosda Karya.

__________2000. Studi Sosial; Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Rimdi Press.

Schrank, Jeffrey.1972. Teaching Human Beings; 101 Subversive Activities for the

Classroom. Canada: Beacon Press.

Stake, R. (1995). “Seni penelitian kasus”. Newbury Park, CA: Sage Publications. Tersedia Dalam (Http://www.nova.edu/ssss/QR/QR3-3/tellis2.html), diakses tanggal 25 April 2012.

Supriatna, Nana. (2007). Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia Utama Press.

Suyono, Hadi.2007. Social Intelligence, Cerdas Meraih Sukses Bersama Orang

Lain dan Lingkungan.Jogyakarta; Ar-Ruzz Media.

Sumaatmadja, Nursid. 1984. Metodelogi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Penerbit Alumni.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hakam, Kama. 2007. Bunga Rampai Pendidikan Nilai. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Albrecht, Karl.2006. Cerdas Bergaul; Kunci Sukses Bisnis dan Masyarakat. Jakarta PPM Manajemen.

Al Muchtar, Suwarma. 2010. Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

_________.2004. Epistemologi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri.

Alwasilah, Chaedar. 2011. Pokoknya Kualitatif: Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

Asmani, Jamal Ma’mur. (2011). Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta: Diva Press.

Anshari, Endang Saefudin. 2004. Wawasan Islam; Pokok-pokok Pikiran tentang Paradigma dan Sistem Islam. Jakarta: Gema Insani Press.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum. 2007. Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Bar-Tal, Daniel 1976. Prosocial Behavior.New York: Toronto John Wiley & Sons.

Bachtiar, Tiar Anwar. 2013. Sejarah Pesantren Persis 1936-1983. Jakarta: Penerbit Islam.

Bidang Tarbiyah PP Persatuan Islam. 2006. Silabi Kurikulum Satuan Pendidikan dasar dan Menengah Persatuan Islam. Bandung PP. Persis.

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif; Pemahaman Filosofi dan Metodelogis ke Arah Pengiasaan Model Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Pustaka.

Bogdan C. Robert. 1990. Riset Kualitatif Untuk Pendidikan: Pengantar ke Teori dan Metode. Jakarta: Universitas Terbuka

Bank, James A. 1977. Teaching Strategies For The Social Studies; Inquiry, Valuing, and Decision Making. Phippines: Addisan–Wesley Publishing Company.

Bidang Tarbiyah PP. Persatuan Islam.1996. Pedoman Sistem Pendidikan Persatuan Islam. Bandung PP.: Persatuan Islam.


(2)

___________________.2005. Silabi Kurikulum Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Persatuan Islam, Jenjang Muallimin-Aliyah. Bandung: PP. Persis.

Cartledge, Gwendolyn and Milburn, Joanne Fellows. 1992. Teaching Social Skills To Children; Innovative, Approaches, Second Edition. New York-Toronto : Pergamon Press.

Creswell, John W. 2010. Research Design ; Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Jakarta: Pustaka Pelajar.

_______________.2002. Research Design, Desain Penelitian; Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: KIK Press.

________________.1998. Quantitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Traditions, Sega Publications Inc. USA.

Dzanuaryadi, M. 2011. Goes to Pesantren; Panduan Lengkap sukses Belajar di Pesantren. Jakarta: Lingkar Pena Publishing.

Dahar, Ratna Wilis. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Darling-Hamond, Linda. & Bransford, John. (editors) (2005). Preparing teachers education for A Changing World. San Farncisco: Jossey-Bass Publishing Co.

Denzin, N dan Lincoln, Y. 2009. Handbook of Qualitative Research. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

Dhofier, Zamakhsyari.1981. Tradisi pesantren: Suatu Studi tentang Peranan Kiyai dalam Memelihara dan Mengembangkan Ideologi Islam Tradisional. Jakarta: Prisma, 2 Februari 1981.

Dobkin, Willian S. (Edt.) 1985. A Handbook for the Teaching of Social Studies. New York; The Association of Teachers of Social Studies.

Freankel, R. Jack. 1980. Helping Students Think Value Strategies for Teaching Social Studies. New Jersey: Prentice-Hall.

Frasser and West. 1993. Social Studies in Secondary School. The Ronald Press. (1981:15-20).

Federspiel, Howard M. 2004. Labirin Ideologi Muslim; Pencarian dan Pergulatan Persis di Era Kemunculan Negara Indonesia (1923-1953). Jakarta: Serambi.

Gross, RE., 1964, “Social Studies”, In Charles W Harries (ed), Encyclopedia of Educational Reseach. New York: MacMillan. (Gross. RE, 1964:129). Goleman, Daniel.2007. Social Intelligence, Ilmu Baru tentang Hubungan Antar


(3)

Guba, G Egon and Yvonna S. Lincoln. 1985. Naturalistic Inquiry. London: Sega Publication.

Geertz, Clifford. 1989. Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya.

Hasan, Hamid. 1996. Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.

Hasbulah.1996. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Huda, Nor. 2007. Islam Nusantara: Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia.

Yogyakarta: Az-Ruzu Media.

Hamim, Thoha. 2000. Paham Keagamaan Kaum Reformis. Yogyakarta : Tiara Wacana.

Irianto, HD. 2012. Learning Metamorphosis; Hebat Gurunya, Dahsyat Muridya. Jakarta: Erlangga.

Iskandar, Muhammad. 2001. Para Pengemban Amanah: Pergulatan Pemikiran Kiai dan Ulama di Jawa Barat, 1900-1950. Yogyakarta: Mata Bangsa. Joyce, Bruce, Marshal Weil dan Emily Calhoun. 2011. Models of Teaching;

Model-Model Pembelajaran. Bandung: Pustaka Pelajar.

Jerolimek and Parker.1993. Social Studies In Elementry Education. New York: Mc Millan Publishing.

John Willey & Son. 1976. Prosocial Behavior, New York- Toronto: Printed the United States of America.

Lickona, Thomas. 2012. Educating For Character; Mendidik untuk Membentuk Karakter; Bagaimana Sekolah Dapat Mengajarkan Sikap Hormat dan Tanggung jawab. Jakarta: Bumi Aksara

Majid, Abdul dan Andayani, Dian. (2011). Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Maryani, Enok. 2011. Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk Peningkatan Keterampilan Sosial. Bandung: Alfabeta.

Mastuhu. (1994). Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian tentang Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS.

Miles, Matthew B. dan Huberman, A. Michael. 1994. Qualitative Data Analysis. London-New Delhi: Sage Publications.

Muslich, Masnur.2011. Pendidikan Karakter; Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.


(4)

Mutakin, Awan. TT. Pendidikan Ilmu Sosial. Bandung: Tanpa Penerbit.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya. Nasution, Harun dkk.2002 Ensiklopedi Islam Indonesia Jilid 2. Jakarta: Penerbit

Jembatan.

Natamidjaja, Endong. 2012. Sisi Lain Perjuangan Persatuan Islam Di Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Bandung. Bandung: Pustaka Nadwah.

NCSS.1964. Curriculum Standard for Social Studies. Expectation of Excellece Washington.

Numan, Somantri, Muhammad. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Rosda Karya.

Purwanto, Ngalim. 2007. Ilmu Pendidikan; Teori dan Praktis. Bandung: Rosda Karya.

Pruitt, Dean G dan Jeffrey Z. Rubin.1986. Teori Konflik Sosial. Penerjemah Helly P. Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto. 2004. Jakarta: Pustaka Pelajar. Qomar, Mujamil. (2002). Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju

Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga.

Rosyidin, Dedeng. 2010. Konsep Pendidikan Islam; Ikhtiar Pendidikan Formal Persis dalam mencetak Generasi Tafaqquh Fiddin. Bandung: Pustaka Nadwah.

Sapriya. 2012. Pendidikan IPS; Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Rosda Karya.

__________2000. Studi Sosial; Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Rimdi Press.

Schrank, Jeffrey.1972. Teaching Human Beings; 101 Subversive Activities for the Classroom. Canada: Beacon Press.

Stake, R. (1995). “Seni penelitian kasus”. Newbury Park, CA: Sage Publications. Tersedia Dalam (Http://www.nova.edu/ssss/QR/QR3-3/tellis2.html), diakses tanggal 25 April 2012.

Supriatna, Nana. (2007). Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia Utama Press.

Suyono, Hadi.2007. Social Intelligence, Cerdas Meraih Sukses Bersama Orang Lain dan Lingkungan.Jogyakarta; Ar-Ruzz Media.

Sumaatmadja, Nursid. 1984. Metodelogi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Penerbit Alumni.


(5)

Somantri, Muhammad Numan. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, Nana Syaodih.2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa.2012. Belajar dan Pembelajaran; Mengembangkan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

Supardan, Dadang. 2008. Pengantar Ilmu Sosial; Suatu Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: Bumi Aksara.

Saleh, Fauzan.2001. Teologi Pembaharuan: Pergeseran Wacana Islam Sunni di Indonesia Abad XX. Jakarta: Salamadani.

Trilling Bernie and Charles Fadel. 2009. 21 Century Skill; Learning For Life In Our Times. USA: Jossey Bass.

Uno, Hamzah B. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi aksara

Uzer Usman, Muhammad. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda Karya.

Universitas Pendidikan Indonesia. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Vera, Adelia. 2012. Metode Anak Mengajar di Luar Kelas; Outdoor Studi. Yogyakarta: Diva Press.

Wesley, EB & Wronski, S.P., (1958). Teaching Social Studies in High School, Boston:D.C. Health. (Wesley, 1964:9)

Wiriaatmadja, Rochiati. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas; untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung Rosda Karya.

Yin, Robert K. 2008. Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada.

Yunus, Mahmud. 1996. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT Hidakarya Agung.

Zamakhsyari, Dhofier. 1981. Tradisi pesantren: Suatu Studi tentang Peranan Kiyai dalam Memelihara dan mengembangkan Ideologi Islam Tradisional. Jakarta: Prisma, 2 Februari 1981.

Zhao, Yong. (2009). Catching Up Or Leading The Way: American Education In The Age Of Globalization. Alexandria: ASCD.


(6)

Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter: Konsep dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Makalah Ilmiah

Ahmad Daerobby .Visi ,Misi Dan Tujuan Pendidikan Pesantren Persatuan Islam. Diseminarkan Dalam Semiloka Pendidikan Persis, 4 September 2010 di Tasikmalaya.

Bunyamin Maftuh. Memperkuat Peran IPS dalam Membelajarkan Keterampilan Sosial dan Resolusi Konflik. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia, 2010.

Dadang Supardan. Pengembangan Social Skills Anak Emotional Disturbance, Gifted & Talented dalam Pembelajaran IPS. Diseminarkan pada 3 Mei 2010 dalam Seminar Nasional di Universitas Pendidikan Indonesia.

Hamid Hasan. Inovasi untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS. Proseding Seminar Nasional IPS UPI, 12 Mei 2012.

Iim Wasliman. Pendidikan Inklusif Ramah Anak sebagai Strategi Membangun Rumah Masa Depan Pendidikan Indonesia (Pidato Pengukuhan Guru Besar). Pada 23 Februari 2009 di STKIP Persis Bandung.

Ita Ulansari dan Bertha Yonata. Keterampilan Sosial Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Materi Pokok Larutan Penyangga Di SMAN 1 Sumberrejo Bojonegoro. Jurusan Kimia Fmipa Unesa Unesa Journal Of Chemical Education Vol. 1, No. 1, pp 136-144 Mei 2012.

Nana Supriatna dan Mina Holilah, Mengembangkan Keterampilan Sosial dalam IPS di Abad ke 21. Proseding Seminar Nasional IPS UPI, 12 Mei 2012. Udin S. Saud. (2008). Mempersiapkan guru PAUD dan SD bermutu di masa

depan: dalam prespektif administrasi pendidikan. Makalah disajikan dalam seminar peningkatan kualitas sistem pendidikan guru sekolah dasar dan pendidikan anak usia dini, diselenggarakan oleh FIP UPI, Bandung, Agustus 2008.


Dokumen yang terkait

KURIKULUM DAN SISTEM PEMBELAJARAN PESANTREN (Studi Kasus di Pesantren Persatuan Islam [PERSIS] Bangil}

4 18 21

Kontribusi Mohammad Natsir Dalam Perkembangan Pendidikan Islam di Pesantren Persatuan Islam (PERSIS) 69 Jakarta

0 6 104

Perubahan Sosiokultural dalam Komunitas Pesantren Persatuan Islam (Kasus di Pesantren PERSATUAN ISLAM, desa Rancabogo, Kecamatan Tarogong, Kabupaten Garut, Jawa Barat)

1 116 328

Peran kepemimpinan kiayi persatuan islam (PERSIS) dalam membentuk perilaku sosial jama'ahnya : studi kasus pesantren persatuan islam (PPI7) cempakawara, kota tasikmalaya

2 14 81

PENGEMBANGAN KURIKULUM KULLIYATUL MUALLIMIN AL-ISLAMIYAH (KMI) DALAM MENANAMKAN AKHLAQUL Pengembangan Kurikulum Kulliyatul Muallimin Al-Islamiyah (KMI) Dalam Menanamkan Akhlaqul Karimah Pada Santri Putra Di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Tahun Pelajaran

0 4 16

PENGEMBANGAN KURIKULUM KULLIYATUL MUALLIMIN AL- ISLAMIYAH (KMI) DALAM MENANAMKAN AKHLAQUL Pengembangan Kurikulum Kulliyatul Muallimin Al-Islamiyah (KMI) Dalam Menanamkan Akhlaqul Karimah Pada Santri Putra Di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Tahun Pelajara

0 2 22

STUDI KASUS PERENCANAAN STRATEGIK MADRASAH TSANAWIYAH YANG BERORIENTASI TERHADAP PENINGKATAN MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN KEAGAMAAN DI PONDOK PESANTREN MODERN AL IHSAN BALEENDAH DAN PESANTREN PERSIS 3 PAMEUNGPEUK KABUPATEN BANDUNG.

0 3 65

PEMBINAAN SIKAP JUJUR SISWA : Studi Deskriptif Analisis di Madrasah Aliyah Pesantren Persatuan Islam Pameungpeuk Kabupaten Bandung.

0 1 49

PENGEMBANGAN KARIR TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG : Studi Kasus Dosen Fakultas Hukum.

1 1 48

ANALISIS METODE BANDONGAN TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA KITAB PADA SANTRI TINGKAT MU’ALLIMIN DI PESANTREN PERSATUAN ISLAM NO 1 BANDUNG - repository UPI S ARB 1106181 Title

0 0 6