PENGARUH METODE MENGAJAR PRAKTIK PADAT DAN DISTRIBUSI TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINANBOLAVOLI:Studi eksprimen pada siswa kelas XI SMAN 1 Tandun Kab. Rokan Hulu Riau.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Batasan Penelitian ... 10

F. Batasan Istilah ... 11

G. Metode Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Teoretis ... 14

1. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Jasmani ... 14

a. Belajar ... 14

b. Pembelajaran ... 19

c. Hasil Belajar ... 21

d. Pendidikan Jasmani ... 23

2. Metode Mengajar dalam Pendidikan Jasmani ... 26

a. Metode Mengajar Praktik Padat ... 28

b. Metode Mengajar Praktik Distribusi ... 29

c. Perbedaan Metode Praktik Padat dan Distribusi ... 30

3. Permainan Bolavoli ... 31

a. Pembelajaran Permainan Bolavoli ... 33

b. Teknik Permainan Bolavoli ... 36

4. Karakteristik Siswa SMAN 1 Tandun ... 51

B. Kerangka Berpikir ... 54

C. Hipotesis ... 65

BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 67

B. Desain Penelitian ... 69

C. Populasi, Sampel, dan Lokasi Penelitian ... 73

D. Definisi Operasional Variabel ... 75


(2)

2. Variable Terikat ... 79

E. Instrumen Penelitian ... 79

1. Tes Teknik Dasar Permainan Bolavoli ... 80

2. Tes Keterampilan Bermain Bolavoli ... 85

F. Analisis Uji Coba Instrumen ... 87

1. Uji Validitas Instrumen ... 88

2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 92

G. Teknik Analisis Data ... 94

1. Uji Normalitas Data ... 94

2. Uji Homogenitas Data ... 96

3. Uji Dua Rata-Rata (t-Test)………. 96

4. Uji Hipotesis ... 97

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 99

1. Deskripsi Data ... 99

a. Deskripsi Data Hasil Belajar Permainan Bolavoli ... 100

b. Deskripsi Data Selisih/Beda ... 102

2. Uji Normalitas ... 104

a. Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Permainan Bolavoli ... 105

b. Hasil Uji Normalitas Data Selisih/Beda ... 107

3. Uji Homogenitas ... 108

a. Hasil Uji Homogenitas Data Hasil Belajar Permainan Bolavoli .. 109

b. Hasil Uji Homogenitas Data Selisih/Beda ... 111

4. Hasil Pengujian Hipotesis ... 113

a. Hasil Uji Paired Samples t-test ... 113

b. Hasil Uji Independent Samples t-test ... 116

B. Pembahasan ... 119

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 125

B. Rekomendasi ... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 128

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 132 RIWAYAT HIDUP


(3)

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1. Perbedaan Metode Praktik Padat dan Praktik Distribusi ... 31

3.1. Jadwal dan Waktu Penelitian ... 75

3.2. Hasil Uji Validitas Servis ... 89

3.3. Hasil Uji Validitas Pasing Bawah ... 89

3.4. Hasil Uji Validitas Pasing Atas ... 90

3.5. Hasil Uji Validitas Keterampilan Bermain Bolavoli ... 91

3.6. Hasil Uji Reliabilitas Servis ... 92

3.7. Hasil Uji Reliabilitas Pasing Bawah ... 92

3.8. Hasil Uji Reliabilitas Pasing Atas ... 92

3.9. Hasil Uji Reliabilitas Keterampilan Bermain Bolavoli ... 93

4.1. Deskripsi Data Hasil Belajar Permainan Bolavoli ... 100

4.2. Deskripsi Data Selisih/Beda ... 102

4.3. Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Permainan Bolavoli ... 105

4.4. Hasil Uji Normalitas Data Selisih/Beda ... 107

4.5. Hasil Uji Homogenitas Data Hasil Belajar Permainan Bolavoli ... 109

4.6. Hasil Uji Homogenitas Data Selisih/Beda ... 111

4.7. Hasil Uji Paired Samples t-test Pengaruh Metode Praktik Padat terhadap Hasil Belajar Permainan Bolavoli ... 113

4.8. Hasil Uji Paired Samples t-test Pengaruh Metode Praktik Distribusi terhadap Hasil Belajar Permainan Bolavoli ... 115

4.9. Hasil Uji Independent Samples t-test Perbedaan Pengaruh Hasil Belajar Permainan Bolavoli antara Metode Praktik Padat dengan Praktik Distribusi ... 116


(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

3.1. Desain Penelitian ... 70

3.2. Alur Penelitian ... 72

3.3. Lapangan untuk Tes Servis ... 81

3.4. Lapangan untuk Tes Pasing Bawah ... 83


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

3.1. Data Tes Uji Coba ...133

3.2. Validitas Reliabilitas Uji Coba Instrumen ...137

3.3. Data Teknik Dasar Bolavoli ...141

3.4. Data Keterampilan Bermain Bolavoli ...157

3.5. Data Total T-Skor Tes Awal Tes Akhir Dan Selisih ...165

3.6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Praktik Padat ...172

3.7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Praktik Distribusi ...197

3.8. Beberapa Foto Kegiatan Pembelajaran Bolavoli ...223

3.9. Surat Keputusan Pembimbing Penulisan Tesis Program Magister ...227

4.0. Surat Izin Mengadakan Study Lapangan ...229


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP:2009:512), dikatakan bahwa Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

Salah satu tujuan kurikulum yang ingin dicapai melalui pendidikan jasmani adalah mengembangkan aspek keterampilan gerak. E. Rink, (1993:18) mengungkapkan, “Children learn how to do many things, including developing more advanced motor skills, outside an instructional environment,. They learn by interacting with their environment, experimenting, and imitating what they see other people do.“

Lingkungan memberikan pengaruh besar terhadap anak dalam belajar. Melalui pengalaman yang diperoleh anak dalam lingkungan, anak mempelajari berbagai hal seperti bagaimana cara berinteraksi dengan orang disekitarnya, meniru apa yang dilihatnya dari orang lain dan juga termasuk belajar mengenai keterampilan gerak. Perubahan yang terjadi pada anak dalam berbagai aspek baik


(7)

itu pengetahuan, mental dan kemampuan gerak merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman yang dipelajari.

Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Maka dari itu, pendidikan jasmani sangat perlu untuk pembelajaran di sekolah. Salah satu pembelajaran pendidikan jasmani disekolah yang sesuai dengan isi kurikulum adalah mempraktekkan salah satu permainan olahraga bola besar secara sederhana serta nilai kerja sama, kejujuran, menghargai, semangat dan percaya diri.

Materi olahraga bola besar beregu ini merupakan materi pilihan, disesuaikan dengan fasilitas dan peralatan yang tersedia. Berdasarkan kondisi di SMAN 1 Tandun Kabupaten Rokan Hulu Riau, fasilitas dan peralatan yang cukup memadai di sekolah adalah untuk permainan bolavoli.

Diantara berbagai cabang olahraga permainan yang diajarkan di sekolah, cabang olahraga permainan bolavoli merupakan cabang olahraga yang cukup sulit untuk dipelajari siswa, sehingga pembelajaran masih belum efektif dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Seperti yang dikemukakan oleh Subroto dan Yudiana (2010:42), bahwa ”Dalam permainan bolavoli sangat sulit untuk menentukan cara memainkan bola yang paling efektif secara pasti, karena banyaknya perubahan lingkungan yang mempengaruhi terhadap pelaksanaan tugas gerak.”

Kondisi lingkungan tentunya berpengaruh terhadap efektivitas pembelajaran. Selain itu kemampuan siswa yang berbeda-beda, kemampuan guru


(8)

juga turut mempengaruhi kondisi tersebut. Pendapat serupa dikemukakan oleh Ahmadi (2007: 19), bahwa “Permainan bolavoli merupakan suatu permainan yang kompleks yang tidak mudah dilakukan oleh setiap orang.” Kemampuan siswa yang berbeda-beda dan kompleksnya materi pembelajaran menuntut guru agar dapat meramu sebuah cara dalam menyampaikan materi.

Berdasarkan analisis di lapangan, siswa sekolah menengah atas pada umumnya belum begitu menguasai teknik permainan bolavoli. Masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran permainan bolavoli. Banyak faktor yang menyebabkan siswa kesulitan dalam mempelajarinya, terutama terkait dengan motivasi siswa yang kurang senang dengan aktivitas olahraga terutama terjadi pada siswa putri. Kondisi serupa tersebut terjadi di SMAN 1 Tandun Kab. Rokan Hulu, Riau. Metode pembelajaran yang kurang kurang tepat merupakan faktor lain yang mempengaruhi efektivitas pembelajaran. Masih banyak guru yang kurang kreatif dalam menciptakan variasi-variasi pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan siswanya.

Kompetensi guru dalam hal ini menjadi penting untuk dapat mengatasi permasalahan yang ada. Menurut Suherman (2009:44) bahwa ”Guru yang baik memiliki sejumlah kemampuan. Dari situ mereka memilih dan memberikannya kepada siswa sesuai dengan perkembangan dan pengalaman geraknya.” Dalam proses pembelajaran seorang guru harus dapat menyesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Hal ini berkaitan dengan metode apa yang tepat untuk diberikan pada saat dilaksanakannya proses pembelajaran.


(9)

Metode yang tepat akan memberikan dampak yang positif terhadap efektivitas pembelajaran. Guru harus memahami berbagai metode pembelajaran dan dapat menerapkannya pada situasi belajar mengajar. Karakteristik serta kemampuan siswa yang berbeda-beda, menjadi salah satu pertimbangan agar guru dapat menguasai dan memahami berbagai pendekatan atau metode pembelajaran.

Menurut Nawawi dalam Suryosubroto (2009:27), ”metode mengajar adalah kesatuan langkah kerja yang dikembangkan oleh guru berdasarkan pertimbangan rasional tertentu, masing-masing jenisnya bercorak khas dan kesemuanya berguna untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.” Metode mengajar yang digunakan oleh guru harus dikembangkan berdasarkan berbagai pertimbangan rasional. Tidak semua metode cocok digunakan dalam semua pembelajaran, karena setiap sekolah memiliki ciri khas masing-masing. Lutan (1988:398) mengemukakan bahwa:

Metode mengajar cenderung diartikan sebagai suatu cara yang sepesifik untuk menyuguhkan tugas-tugas belajar (Learning task) secara sistematis yang terdiri dari seperangkat tindakan guru, penyediaan kondisi belajar yang efektif dan bimbingan yang difokuskan pada isi dari pengalaman belajar yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Tugas belajar yang diberikan kepada siswa akan mudah ditangkap dan difahami ketika penyampaiannya cukup tepat. Siswa akan belajar memahami apa yang ditugaskan oleh guru melalui pengalaman belajar. Pengalaman belajar yang diberikan oleh guru kepada siswa diharapkan harus mampu mengarah pada tujuan pembelajaran yang diharapkan.


(10)

Seorang guru dituntut memiliki kreativitas dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik. Pemilihan metode pengajaran tentunya tidak terpisah dari tujuan dan pengalaman belajar atau tugas gerak yang akan dipelajari oleh siswa.

Seperti yang sering terjadi pada pembelajaran „pendidikan olahraga‟

adalah bahwa guru kurang memperhatikan kemampuan dan kebutuhan murid. Jika siwa harus belajar bermain bolavoli, mereka belajar keterampilan teknik bolavoli secara langsung. Teknik-teknik dasar dalam pelajaran demikian lebih ditekankan, sementara tahapan penyajian tugas gerak yang disesuaikan dengan kemampuan anak kurang diperhatikan (Husdarta 2009:21).

Banyaknya metode pengajaran menuntut guru harus cermat dalam memilih dan menentukan metode mengajar. Sesuai dengan pernyataan Suryosubroto (2009:140) bahwa:

Para pendidik (Guru) selalu berusaha untuk memilih metode pengajaran yang setepat-tepatnya, yang dipandang lebih efektif dari pada metode-metode lainya sehingga kecakapan dan pengetahuan yang diberikan oleh guru itu benar-benar menjadi milik murid.

Banyak ragam dan metode latihan, namun efektifitas dan efisiensi dari masing-masing metode latihan tersebut sangat dipengaruhi berbagai faktor antara lain: subyek latihan, waktu, sarana dan prasarana. Dengan demikian, seorang guru harus pandai dalam memilih metode yang tepat agar proses pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Analisis akan kebutuhan siswa dan berbagai faktor yang mempengaruhinya mutlak dilakukan oleh seorang guru.


(11)

Pendidikan jasmani di sekolah menuntut siswa agar dapat memiliki keterampilan terutama secara fisik. Penjas merupakan pelajaran yang khas, karena selain menuntut kecerdasan intelektual dan emosional, juga menuntut keterampilan fisik. Berbeda dengan mata pelajaran lainnya, pembelajaran keterampilan dalam penjas dibutuhkan latihan yang panjang dan terus menerus sehingga siswa dapat terampil dalam melakukan gerakan, oleh karena itu dalam pembelajaran penjas diperlukan metode pembelajaran yang dapat digunakan secara tepat. Metode yang biasa digunakan adalah dengan metode praktik distribusi dan metode praktik padat.

Magil (1985:373) menjelaskan mengenai metode praktik distribusi,

practice in which the amount of rest between trials or groups of trials is relatively large.” Praktik distribusi merupakan bentuk latihan yang jumlah isirahat antara percobaan-percobaan atau kelompok percobaan cenderung besar atau lama. Pada pelaksanaannya praktik distribusi dibagi-bagi atau diselingi dengan beberapa kali waktu istirahat. Mengenai metode latihan padat, Magil

(1985:373) mengemukakan bahwa “practice in which the amount of rest between

trials is either very short or none at all so that practice is relatively continuous.”

Praktik padat merupakan latihan yang dilakukan dengan jumlah istirahat antara percobaan-percobaan sangat singkat atau tidak sama sekali sehingga latihan ini cendrung terus menerus. Latihan terus-menerus disini maksudnya suatu bentuk latihan yang jumlah atau lamanya waktu istirahat yang diberikan disela-sela latihan sangat pendek atau tidak sama sekali.


(12)

Pembelajaran penjas di sekolah yang hanya dilaksanakan satu kali dalam seminggu cenderung tidak cukup untuk dapat melatih keterampilan siswa. Untuk melatih keterampilan dibutuhkan waktu yang relatif lama dan pengulangan yang terus-menerus, sehingga terjadi pembiasaan belajar gerak pada siswa. Oleh karenanya diperlukan metode yang dapat memfasilitasi siswa dalam meningkatkan dan menguasai keterampilan yang dipelajari. Metode praktik padat dan metode praktik distribusi bisa menjadi salah satu metode yang dapat diterapkan di sekolah dalam meningkatkan kemampuan gerak siswa.

Proses pembelajaran yang dilakukan dengan metode praktik distribusi dan metode praktik padat apabila dilakukan di sekolah, akan mendapatkan hasil belajar yang mengarah pada tujuan pembelajaran. Hal ini dikarenakan siswa akan belajar secara terus menerus sehingga mendapatkan beberapa kali pengulangan materi, dengan demikian secara tidak langsung pemahaman siswa terhadap materi akan didapatkan.

Beberapa ahli telah melakukan penelitian pada metode praktik pada dan praktik distribusi. Ariyasajsiskul dkk, Instute of Physical Education Bangkok

Campus (Thailand) yang meneliti tentang Effects of distributed Practice and Massed Practice on Swimming Ablity In 50 Meters Distance and Maximal Oxygen Uptake. meyimpulkan bahwa metode praktik pada dan metode praktik distribusi

berpengaruh terhadap keterampilan olahraga renang.

Penelitian R. Setiawan Leo (2010:38) yang berjudul, Pengaruh metode Praktik Distribusi dan metode Praktik Padat Terhadap Hasil Belajar Menggiring Bola Dalam Sepak Bola Ditinjau Dari Kemampuan Motor Educability,


(13)

menyimpulkan bahwa metode praktik distribusi dan metode praktik padat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar menggiring bola dalam permainan sepak bola ditinjau dari kemampuan motor educability.

Hasil dari penelitian tersebut memberikan gambaran bahwa metode praktik padat dan praktik distribusi dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan keterampilan gerak siswa dalam cabang olahraga. Pengulangan gerak yang dipelajari secara kontinu pada siswa dapat meningkatkan keterampilan gerak.

Penelitian mengenai praktik padat dan distribusi banyak dilakukan pada tingkatan mahasiswa universitas dan pada olahraga prestasi. Tentunya perlu ada pengkajian mendalam lagi mengenai pengaruhnya pada pembelajaran penjas di sekolah. Pada tingkatan sekolah, guru cenderung lebih banyak menggunakan metode pembelajaran langsung (direct teaching). Penggunaan metode praktik padat dan metode praktik distribusi masing jarang dilakukan. Kondisi ini terjadi terutama di beberapa daerah seperti di Kabupaten Rokan Hulu Riau. Belum adanya data empirik mengenai pengaruh metode praktik padat dan distribusi terhadap hasil belajar permainan bola voli di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) juga menjadi dasar penulis untuk mengkaji dan meneliti permasalahan tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mencoba meneliti pembelajaran penjas di sekolah menengah atas (SMA) khususnya di sekolah Tandun Kecamatan Tandun Kabupaten Rokan Hulu Riau. Penelitian difokuskan


(14)

pada pengaruh metode mengajar praktik padat dan metode praktik distribusi terhadap hasil belajar permainan bolavoli.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang dianggap penting untuk diteliti dan menjadi rumusan adalah sebagai berikut:

1. Apakah metode praktik padat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar permainan bolavoli di SMAN 1 Tandun Kab. Rokan Hulu Riau?

2. Apakah metode praktik distribusi memberikan pengaruh terhadap hasil belajar permainan bolavoli di SMAN 1 Tandun Kab. Rokan Hulu Riau?

3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar permainan bolavoli antara metode mengajar praktik padat dengan praktik distribusi di SMAN 1 Tandun Kab. Rokan Hulu Riau?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah yang diajukan, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Meneliti apakah metode praktik padat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar permainan bolavoli di SMAN 1 Tandun Kab. Rokan Hulu Riau.

2. Meneliti apakah metode praktik distribusi memberikan pengaruh terhadap hasil belajar permainan bolavoli di SMAN 1 Tandun Kab. Rokan Hulu Riau.


(15)

3. Meneliti perbedaan hasil belajar permainan bolavoli antara metode mengajar melalui praktik padat dengan praktik distribusi di SMAN 1 Tandun Kab. Rokan Hulu Riau.

D. Manfaat Penelitian

Dengan tujuan yang diuraikan di atas, penelitian ini memiliki beberapa kegunaan, baik dari segi teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Sebagai masukan kajian empiris penggunaan metode mengajar praktik padat dan metode praktik distribusi dalam pembelajaran pendidikan jasmani. 2. Manfaat Praktis

a. Menelaah metode yang lebih tepat dalam pembelajaran olahraga, baik bagi guru maupun siswa.

b. Menemukan metode yang tepat dalam upaya peningkatan hasil belajar pada pembelajaran olahraga bolavoli.

E. Batasan Penelitian

Dalam setiap penelitian yang dilaksanakan terdapat istilah-istilah atau faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses penelitian yang terkadang diluar hal yang akan diteliti. Oleh karena itu setiap penelitian harus dibatasi agar kesalahan yang terjadi tidak terlalu menyimpang. Sesuai dengan permasalahan yang penulis kemukakan maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut:


(16)

1. Penelitian ini hanya akan membahas mengenai pengaruh metode mengajar praktik padat dan distribusi terhadap hasil belajar permainan bolavoli.

2. Subjek yang dijadikan penelitian adalah siswa SMA Negeri 1 Tandun Kab. Rokan Hulu Riau, dan pengambilan sampelnya menggunakan teknik Sample

Random sampling.

3. Desain penelitian yang penulis gunakan yaitu Two-group Pretest-Posttest

Design.

4. Instrumen atau alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari teknik dasar permainan bolavoli (servis, pasing bawah, dan pasing atas) dan keterampilan bermain bolavoli. Instrumen ini mengacu pada Strand & Wilson dalam Yunyun (2010:113-120).

F. Batasan Istilah

Demi kelancaran dan terkendalinya pelaksanaan penelitian, maka penulis perlu membatasi penelitian ini agar lebih terarah dan tidak terjadi salah penafsiran. Karena bila hal ini tidak dilakukan, dikhawatirkan akan menyebabkan kekeliruan dan dapat mengaburkan atau menjadi bias definisi yang sesungguhnya.

Untuk menghindari penafsiran yang keliru dan memberikan penjelasan istilah-istilah dalam penelitian ini, penulis perlu untuk memberikan penjelasan tentang istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Pengaruh merupakan kata benda dalam kamus besar bahasa Indonesia (2008: 1045) mendivinisikan bahwa pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang/benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.


(17)

2. Metode Praktik Padat adalah latihan praktik padat sedikitnya waktu istirahat diantara ulangan. Misalnya, jika tugas latihan mempunyai lama waktu pelaksanaan 30 detik, latihan padat akan menjadwalkan istirahat pada setiap ulangannya hanya sedikit sekali (misalnya 5 detik) atau tidak istirahat sama sekali (Mahendra 2007:268).

3. Metode Praktik distribusi adalah latihan distribusi akan memerlukan istirahat diantara ulanganya minimal selama waktu pelaksanaanya, misalnya 30 detik atau lebih lama (Mahendra 2007:268).

4. Hasil Belajar menurut Djamarah (2010:155), adalah suatu sifat yang sudah melekat didalam diri seseorang. Dorongan ingin mengetahui membuat seseorang berusaha dengan cara apapun agar keinginannya itu terjadi kenyataan atau terwujud.

5. Permainan bolavoli menurut Subroto dan Yudiana (2010:42) adalah permainan memantul-mantulkan bola oleh tangan atau lengan dari dua regu yang bermain di atas lapangan yang mempunyai ukuran-ukuran tertentu.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara yang ditempuh untuk memperoleh data, menganalisis dan menyimpulkan hasil penelitian. Penggunaan metode dalam pelaksanaan penelitian merupakan hal yang sangat penting, karena dalam menggunakan metoda penelitian yang tepat diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan.


(18)

Oleh karena itu, merumuskan masalah yang diteliti serta menentukan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu penelitian sangat menentukan terhadap metode penelitian yang digunakan.

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. (Sugiyono, 2011:3). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Mengenai metode ini, Riduwan (2010:50) mengemukakan bahwa

”Metode eksprimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh

variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi terkontrol secara

ketat.” Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas, maka metode eksperimen

penulis rasa cocok untuk menjawab permasalahan yang diajukan yaitu keterkaitan antara variabel-variabel yang menjadi objek pengamatan selama penelitian berlangsung, yaitu untuk mengetahui perbedaan pengaruh metode mengajar praktik padat dan metode praktik distribusi terhadap hasil belajar permaianan bolavoli.


(19)

BAB II

KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. KAJIAN TEORETIS

1. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Jasmani a. Belajar

Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktifitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari. Peserta didik untuk mendapatkan sesuatu hal yang baru mengalami suatu proses yang disebut dengan belajar.

Banyak teori yang membahas tentang terjadinya perubahan tingkah laku. Namun demikian, setiap teori itu berpangkal dari pandangan tentang hakikat manusia. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku (Sanjaya, 2011:112). Adanya perubahan perilaku dalam kehidupan manusia merupakan hasil dari belajar. Ketika tidak terjadi perubahan baik itu pengetahuan, sikap serta perilaku pada individu, maka tidak terjadi yang namanya pembelajaran. Perubahan yang terjadi sesuai dengan kebutuhan akan kehidupan dari setiap individu.

Sunaryo (1989) dalam Komalasari (2011:2) mengemukakan bahwa

“Belajar merupakan suatu kegiatan di mana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan atau tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan.”


(20)

Melalui tahapan belajar, manusia merubah pola pikir dan semua aspek yang dapat berguna dalam kehidupannya. Munculnya pembelajaran ini dilatar-belakangi oleh adanya kebutuhan individu manusia untuk dapat memenuhi segala kebutuhannya tersebut. Belajar hakekatnya adalah perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, atau tidak bisa menjadi bisa. Perubahan akan terjadi apabila individu yang bersangkutan mau berusaha untuk belajar.

Dari uraian di atas dapat diidentifikasikan ciri-ciri dari kegiatan belajar yaitu:

a) Belajar adalah aktivitas yang dapat menghasilkan perubahan dalam diri seseorang, baik secara aktual maupun potensial.

b) Perubahan yang didapat sesungguhnya adalah kemampuan yang baru dan ditempuh dalam jangka waktu yang lama.

c) Perubahan terjadi karena ada usaha dari dalam diri setiap individu.

Siedentop (1991) dalam Suherman (2009:19) mengemukakan bahwa

“belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman yang disebabkan oleh sesuatu yang bersifat pembawaan atau

keturunan.” Pengalaman dalam belajar akan merubah tingkah laku individu,

sesuai dengan apa yang dipelajarinya.

Gagne (1977) dalam Komalasari (2011:2) mendefinisikan bahwa “belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecendrungan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuan yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis performance


(21)

individu. Selain itu pengetahuan hasil belajar juga akan meningkatkan kemampuan individu, sehingga dalam berbagai penampilannya cenderung akan mengalami perubahan dan peningkatan sesuai dengan pengetahuan yang diperoleh. Proses latihan serta pengalaman selama proses pembelajaran tersebut pada akhirnya akan merubah tingkah laku. Hal ini senada dengan ungkapan Jamaes O Witaker dalam Aunurrahman (2011:35) yang mengemukakan bahwa, belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

Jika dikaitkan dengan pendapat diatas, maka perubahan yang terjadi melalui belajar tidak hanya mencakup pengetahuan, tetapi juga keterampilan untuk hidup (life skils) bermasyarakat meliputi keterampilan berpikir (memecahkan masalah) dan keterampilan sosial, juga yang tidak kalah pentingnya adalah nilai dan sikap. Jadi jika disimpulkan, belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperolah dalam jangka waktu yang lama dan dengan syarat bahwa perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya kematangan ataupun perubahan sementara karena sesuatu hal.

1.) Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam belajar meliputi: a) Prinsip kesiapan

Tingkat keberhasilan belajar tergantung pada kesiapan pelajar. Apakah dia sudah dapat mengosentrasikan pikiran, atau apakah kondisi pisiknya sudah siap untuk belajar.


(22)

b) Prinsip asosiasi

Tingkat keberhasilan pelajar juga tergantung pada kemampuan belajar mengasosiasikan atau menghubung-hubungkan apa yang sedang dipelajari dengan apa yang sudah ada dalam ingatannya: pengetahuan yang sudah dimiliki, pengalaman, tugas yang akan datang, masalah yang pernah dihadapi, dan lain-lain

c) Prinsip latihan

Pada dasarnya mempelajari sesuatu itu perlu berulang-ulang atau diulang-ulang baik mempelajari pengetahuan maupun keterampilan bahkan juga dalam kawasan efektif. Makin sering diulang makin baik hasil belajarnya.

d) Prinsip efek

Situasi emosional pada saat belajar akan mempengaruhi hasil belajarnya. Situasi emosional itu dapat disimpulkan sebagai perasaan senang atau tidak senang selama belajar.

Sejalan dengan prinsip-prinsip diatas dalam teori koneksionisme belajar Thorndike dalam Sanjaya (2011:116) mengemukakan terdapat hukum-hukum belajar yaitu sebagai berikut:

a) Hukum kesiapan (law of readiness)

Menurut hukum ini hubungan antara stimulus dan respon akan mudah terbentuk manakala ada kesiapan dalam diri individu. Secara lengkap bunyi hukum ini adalah: pertama, jika pada seseorang ada kesiapan untuk merespon atau bertindak maka tindakan atau respon yang dilakukannya akan


(23)

memberikan kepuasan dan mengakibatkan orang tersebut untuk tidak melakukan tindakan-tindakan lain. Kedua, jika seseorang memiliki kesiapan untuk merespon kemudian tidak dilakukannya, maka dapat mengakibatkan ketidak-puasan, dan akibatnya orang tersebut akan melakukan tindakan-tindakan lain. Ketiga, jika seseorang tidak memiliki kesiapan untuk merespon, maka respon yang diberikan akan mengakibatkan ketidak-puasan. Implikasi praktis dari hukum ini adalah, keberhasilan seseorang sangat tergantung dengan ada atau tidak adanya kesiapan

b) Hukum latihan (law of exercise)

Hukum ini menjelaskan kemungkinan kuat dan lemanya hubungan stimulus dan respon hubungan atau koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan (law of

use), dan koneksi-koneksi itu akan menjadi lemah karena latihan tidak

dilanjutkan atau dihentikan (law of disuse). c) Hukum akibat (law of effect)

Hukum ini menunjukkan kepada kuat atau lemahnya hubungan stimulus dengan respon tergantung pada akibat yang ditimbulkannya.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas terkait dengan belajar dapat disimpulkan bahwa belajar idealnya memberikan suatu perubahan yang lebih kompleks dalam artian mempunyai pandangan kedepan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik. Sejalan dengan itu dipertegas lagi oleh beberapa para ahli yang bergerak dibidang psikoterapi paradigma kognitif mengemukakan belajar itu sebagai berikut :


(24)

a.) Cart R. Rogers dalam Yunyun (2010:55), membimbing anak kearah kebebasan dan kemerdekaan, mengetahui apa yang dilakukannya dengan penuh tanggung jawab sebagai hasil belajar. Kebebasan itu hanya dapat dipelajari dengan memberi anak didik kebebasan sejak mulanya sejauh ia dapat memikulnya sendiri, hal ini dilakukan dalam konteks belajar.

b.) B.F Skinner dalam Yunyun (2010:55), suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Di dalamnya ditemukan hal-hal berikut: (1). Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar, (2). Respon si pelajar, (3). Konsekwensi yang bersifat menggunakan respon tersebut baik konsekwensinya sebagai hadiah maupun teguran atau hukuman. Skinner membagi dua jenis respon dalam proses belajar yakni: (a). responden dan response yaitu respon yang terjadi karena stimuli khusus, perangsang-perangsang yang demikian ini mendahului respon yang ditimbulkannya, (b) operan conditioning dalam

clasical conditioning menggambarkan sesuatu situasi belajar dimana suatu

respon dibuat lebih kuat akibat reinforcement langsung yaitu respon yang terjadi karena situasi random.

b. Pembelajaran

Pendidikan merupakan proses yang melibatkan peserta didik dengan pendidik. Proses interaksi dalam kegiatan pendidikan antara pendidik dengan peserta didik selanjutnya disebut pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya

(2011:102) mengatakan : “Pembelajaran” adalah terjemahan dari “ Instruction”,


(25)

Komalasari (2011:232) pembelajaran merupakan inti proses pendidikan, dan oleh sebab itu upaya peningkatan kualitas pendidikan perlu difokuskan pada kualitas pembelajaran. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses memperoleh ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Menurut Rusman (2010:116) Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks, karena dalam kegiatan pembelajaran senantiasa mengintegrasikan berbagai komponen dan kegiatan, yaitu dari dalam lingkungan belajar yang diperolehnya perubahan perilaku (hasil belajar) sesuai dengan tujuan (kompetensi) yang diharapkan.

Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seseorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Surya (2005:8) dalam Rusman (2010:116) mengemukakan, “Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungangya.” Lebih lanjut menurut Suherman (2009:2) proses pembelajaran merupakan interaksi pedagogis antara guru, siswa, materi dan lingkungannya. Pembelajaran dalam hal ini merupakan kegiatan pedagogis yang terjadi dan terkait erat dengan seluruh komponen yang ada.


(26)

Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek efektif), serta ketrampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Smith dan Ragan dalam Yamin (2011:70) menyatakan bahwa pembelajaran adalah desain dan pengembangan penyajian informasi dan aktifitas-aktifitas yang diarahkan pada hasil tertentu. Peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu.

c. Hasil Belajar

Seperti yang telah diungkapkan di atas bahwa belajar merupakan proses perubahan prilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan dari belajar itu adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Agar memperoleh kesuksesan dalam belajar, siswa dalam belajar perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan merangsang aktivitas belajar itu sendiri.

b. Mengoptimalkan hasil belajar. c. Mengerjakan tugas dengan baik.

d. Merumuskan tujuan belajar secara nyata.

e. Melihat kembali hasil-hasil belajar yang telah dicapai.


(27)

Kesuksesan belajar sebenarnya tidak terlepas dari cara belajar yang siswa itu sendiri laksanakan, karena baik tidaknya hasil belajar dapat dilihat dan dirasakan oleh siswa itu sendiri. Belajar pada intinya tertumpu pada berbagai kegiatan untuk menambah ilmu, dan wawasan untuk bekal hidup di masa sekarang dan masa mendatang. Oleh karena itu dengan belajar yang sungguh-sungguh diharapkan siswa memperoleh hasil yang memuaskan, sehingga tujuan hidup dan cita-cita yang diharapkan dapat terlaksana.

Rusyan (1990:10) mengemukakan bahwa “hasil belajar adalah pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan keterampilan”. Prestasi belajar dapat diartikan pula sebagai hasil belajar yang dapat diukur berdasarkan perbedaan prilaku sebelum dan sesudah belajar dilakukan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sudjana (2011:34) yang mengemukakan bahwa:

Hasil belajar sebagai objek penilaian pada hakikatnya menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan instruksional. Hal ini adalah karena isi rumusan tujuan instruksional menggambarkan hasil belajar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan-kemampuan siswa setelah menerima atau menyelesaikan pengalamannya.

Dari beberapa pendapat tersebut di atas penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar merupakan segala yang diperoleh siswa didik sebagai hasil dari proses pembelajaran yang ditempuh dan bersifat terukur, dituangkan dalam bentuk nilai dan diproses melalui pengukuran.


(28)

d. Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan dengan melalui aktivitas fisik jasmani maupun psikisnya dengan melalui gerak yang dikelola secara sistematik untuk menuju manusia Indonesia seutuhnya. Menurut Suherman (2009:19) mengemukakan bahwa:

Pendidikan jasmani didefinisikan sebagai pendidikan dari dan melalui gerak, dan harus dilakukan dengan cara-cara yang sesuai dengan arti yang dikandungnya. Pendidikan jasmani terutama pengalaman gerak memberikan kontribusi yang dominan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak didik secara menyeluruh, sehingga pandangan terhadap kehidupan manusia bahwa antara jiwa dan raga tidak bisa dipisahkan satu sama lain benar-benar dapat dibuktikan.

Gerak atau aktivitas fisik merupakan ciri atau kegiatan dominan yang dilakukan dalam pendidikan jasmani. Pada pendidikan jasmani peserta didik diberikan berbagai pengalaman gerak dengan harapan anak didik dapat berkembang secara menyeluruh baik secara kognitif, afektif maupun psikomotor. Melalui gerak raga bukan hanya kemampuan fisik saja yang dilatih, melainkan juga secara rohani akan dapat terlatih.

Lebih lanjut Suherman (2011:3) mengemukakan bahwa:

Pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui dan tentang aktivitas fisik atau dalam bahasa aslinya adalah Physical education is education of and

throught movement. Terdapat tiga kata kunci dalam definisi tersebut, yaitu 1)

pendidikan (education), yang direflesikan dengan kompetensi yang ingin diraih siswa 2) melalui dan tentang (throught and of), sebagai kata sambung yang menggambarkan keeratan hubungan yang dinyatakan dengan berhubungan langsung dan tidak langsung dan 3) gerak (movement), merupakan bahan kajian sebagaimana tertera dalam kurikulum pendidikan jasmani.


(29)

Selain itu, pendidikan jasmani merupakan suatu proses sosialisasi atau pembudayaan aktivitas jasmani, bermain dan atau olahraga untuk mencapai tujuan. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Supandi 1990 dalam Husdarta (2009:167) mengemukakan bahwa “Pendidikan jasmani adalah suatu aktivitas yang menggunakan fisik atau tubuh sebagai alat untuk mencapai tujuan melalui aktivitas-aktivitas jasmani.”

Aktivitas jasmani dalam definisi di atas diartikan sebagai kegiatan peserta didik untuk meningkatkan keterampilan motorik dan nilai-nilai fungsional yang mencakup kognitif, afektif dan sosial. Aktivitas tersebut harus dipilih dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Sesuai dengan Visi Global Pendidikan Jasmani di sekolah (Juni 1995) dalam Komisi Nasional Pendidikan Jasmani dan Olahraga (2009:10):

a. Semua siswa di seluruh tingkatan kelas harus memiliki hak dan kesempatan untuk memperoleh pengalaman yang berkualitas dalam pendidikan jasmani

b. Semua program pendidikan jasmani yang berkualitas menjamin persamaan hak ( tanpa memandang perbedaan jender, budaya, suku, kemampuan dan ketidakmampuan)

Meskipun dalam literatur terdapat pandangan yang berbeda dan berbagai definisi tentang pendidikan jasmani yang bervariasi antara satu dengan yang lainnya, tetapi masih mempunyai kesamaan serta kesetaraan yakni pendidikan jasmani adalah melalui gerak. Oleh karena itu, melalui kegiatan pendidikan jasmani diharapkan anak didik tumbuh dan berkembang secara sehat, dan segar jasmaninya serta berkembang kepribadiannya secara harmonis.


(30)

Pendidikan jasmani bukan hal yang baru. Oleh karena itu, tujuan pendidkan jasmani yang ingin dicapai melalui pendidikan jasmani mencakup pengembangan individu secara menyeluruh artinya, cakupan pendidikan jasmani tidak hanya pada aspek jasmani saja, akan tetapi juga aspek mental, emosional, sosial, dan spiritual. Secara umum tujuan pendidikan jasmani dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori sesuai dengan pendapat Adang Suherman (2000:23) sebagai berikut:

a. Perkembangan fisik. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang (physical fitness)

b. Perkembangan gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, sempurna (skillful)

c. Perkembangan mental. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berpikir dan menginterprestasikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani kedalam lingkunganya sehingga memungkinkan tubuh dan berkembangnya pengetahuan, sikap, dan tanggung jawab siswa.

d. Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat.

Dengan demikian tujuan pendidikan jasmani adalah untuk mengembangkan kondisi fisik, mental dan integrasi sosial dan membentuk pribadi yang sendiri dan memiliki bentuk pendidikan jasmani yang sesuai dengan keadaan kondisi seseorang, irama dan aktivitas fisik yang sesuai dengan keadaan lingkungan sosial dan member kesehatan yang standar.

Sedangkan dalam pelaksanaanya pendidikan jasmani juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan emosional peserta didik melalui pelaksanaan pendidikan jasmani. Peningkatan emosional ini bisa diadaptasi melalui aktivitas olahraga antara lain berupa menghargai orang lain, tenggang rasa, kejujuran, dan


(31)

keadilan. Pendidikan jasmani dapat dilakukan dengan membantu siswa agar dapat memahami bagaimana cara melakukan gerak secara baik, efisien, efektif serta bagaimana cara mengimplementasikan baik itu secara terencana, bertahap, dan berkelanjutan, yang pada giliranya siswa diharapkan dapat meningkatkan kualitas.

2. Metode Mengajar dalam Pendidikan Jasmani

Metode mengajar yang tepat sangat diperlukan sekali untuk keberhasilan suatu proses pembelajaran, dengan metode yang tepat diharapkan tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik. Hal ini berlaku bagi semua proses pembelajaran termasuk dengan pembelajaran pendidikan jasmani.

Dalam pendidikan jasmani banyak metode yang dapat digunakan bagi proses pembelajaran, tetapi harus disesuaikan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan. Sehingga metode tersebut tepat, dan materinya dapat tersampaikan dengan baik kepada siswa. Ada beberapa metode pembelajaran yang bisa dilakukan dalam pendidikan jasmani seperti yang dikemukakan oleh Mahendra (1998:201) yaitu metode bimbingan, latihan padat dan terdistribusi, latihan terpusat dan acak, keseluruhan versus bagian. Metode bimbingan adalah metode yang paling umum dalam proses pembelajaran, di mana siswa dituntun dengan berbagai cara melalui pemolaan gerak. Metode ini mempunyai tujuan yaitu untuk mengurangi kesalahan serta memastikan bahwa pola gerak yang tepat sudah dilakukan, serta penggunaan metode ini penting terutama dalam cabang olahraga yang berbahaya seperti senam. Sedangkan untuk latihan padat dan terdistribusi, seorang guru pendidikan jasmani harus membuat keputusan berkaitan dengan seberapa lama dalam satu episode pembelajaran siswa harus


(32)

melatih suatu keterampilan, dan bagaimana waktu yang tersedia ini dimanfaatkan, apakah langsung dihabiskan sekaligus atau diselingi istirahat, dan umumnya hanya untuk satu keterampilan saja. Metode latihan padat dan distribusi sangat cocok untuk pembelajaran permainan seperti bolavoli, sepakbola, dan bolabasket. Latihan terpusat dan acak yaitu adalah latihan yang digunakan untuk pembelajaran gerak yang melatih beberapa keterampilan dalam satu pertemuan. Latihan disebut terpusat jika dua atau tiga keterampilan yang dilatih dilaksanakan satu persatu hingga jumlah ulangan atau waktu yang ditentukan terselesaikan, sebelum dilanjutkan ke keterampilan lain. Sedangkan latihan disebut acak apabila dilakukan dengan melakukan latihan beberapa keterampilan secara sekaligus berselang-seling. Dan yang terakhir yaitu keseluruhan versus bagian adalah suatu metode yang digunakan untuk pembelajaran yang sangat kompleks, karena ada beberapa keterampilan gerak yang diajarkan sekaligus. Dari kenyataan tersebut cukup jelas bahwa alangkah sulitnya bagi guru untuk menampilkan semua aspek keterampilan tersebut sekaligus kepada siswa. Maka dari itu guru akan membagi tugas tadi menjadi bagian-bagian kecil (sesuai teknik dasarnya). Setiap bagian tersebut dilatih satu persatu sesuai urutan teknik dasarnya, untuk kemudian disatukan setelah semua bagian terkuasai agar menjadi satu keterampilan yang utuh.

Dari beberapa metode pembelajaran pendidikan jasmani tersebut di atas, maka yang sesuai dengan penelitian yang penulis lakukan adalah metode padat dan distribusi.


(33)

a. Metode Mengajar Praktik Padat

Metode mengajar praktik padat adalah metode yang digunakan dalam melakukan latihan dan pada saat melakukan latihan tidak ada masa istirahat lebih lama. Adanya masa istirahat dalam satu sesi biasanya dilakukan hanya beberapa detik saja. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Mahendra (2007:268) bahwa:

Metode praktik padat adalah latihan praktik padat sedikitnya waktu istirahat di antara ulangan. Misalnya, jika tugas latihan mempunyai lama waktu pelaksanaan 30 detik, latihan padat akan menjadwalkan istirahat pada setiap ulangannya hanya sedikit sekali (misalnya 5 detik) atau tidak istirahat sama sekali.

Metode praktik padat dalam pelaksanaannya hampir tidak ada istirahat atau bahkan sama sekali tanpa istirahat. Pengulangan gerakan yang terus-menerus merupakan ciri khas dari metode praktik padat. Menurut Yunyun dkk (2012:34) metode latihan praktik padat dicirikan dengan tidak adanya waktu istirahat di antara ulangan. Misalnya, jika tugas latihan adalah lari 30 menit, tugas itu akan diselesaikan tanpa istirahat.

Mengenai metode praktik padat, Singer (1980:419) mengemukakan

sebagai berikut “students could consistently and continuously practice the skill to

be learned without any intermittent pauses. This method is termed massed practice.” Artinya siswa-siswa dapat berlatih secara kontinyu dan konsisten tentang kemampuan yang diajarkan tanpa jeda yang sebentar. Lebih lanjut Schmidt (1982) dalam Magil (1985:373) mengemukakan "the amount of practice


(34)

waktu latihan dalam suatu percobaan lebih lama dari jumlah istirahat antara setiap percobaan-percobaan yang diberikan. Sedangkan Magil (1985:373)

mengemukakan bahwa “practice in which the amount of rest between trials is

either very short or none at all so that practice is relatively continuous.” Artinya latihan yang dilakukan dengan jumlah istirahat antara percobaan-percobaan sangat singkat atau tidak sama sekali sehingga latihan ini cendrung terus menerus.

Dari beberapa pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa metode praktik padat merupakan suatu bentuk pembelajaran yang setiap sesi pembelajarannya diselingi dengan waktu istirahat yang sangat singkat bahkan tidak ada waktu istirahat sama sekali, dengan kata lain pembelajarannya dilakukan dengan terus menerus dan kalau ada istirahat pun itu singkat sekali.

b. Metode Mengajar Praktik Distribusi

Metode praktik distribusi adalah metode yang biasa dilakukan pada saat latihan dan pada waktu persesi latihan istirahatnya lebih lama. Hal ini sejalan

dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mahendra (2007:268) bahwa “metode

praktik distribusi adalah latihan distribusi yang memerlukan istirahat di antara ulanganya minimal selama waktu pelaksanaanya, misalnya 30 detik atau lebih lama.” Mengenai hal yang sama Yunyun dkk (2012:34) mengemukakan bahwa

“Latihan distribusi diselesaikan dengan cara membaginya menjadi beberapa

bagian. Setiap bagian akan diselingi istirahat.”

Pada pelaksanaannya metode praktik distribusi menggunakan beberapa kali istirahat dalam setiap sesi latihan. Latihan dibagi ke dalam beberapa set, yang pada sela setiap set berhenti sekitar 30 detik atau lebih dengan tujuan memberikan


(35)

waktu istirahat. Singer (1980:419) mengemukakan bahwa “the students might

learn the skill in shorter but more frequent practice sessions. These practice periods would be divided by rest interval or intervals of alternate skill learning, a condition known as distributed practice.” Artinya siswa boleh belajar kemampuan secara singkat tetapi sesi latihanya lebih sering. Periode latihan ini dibagi oleh selang istirahat atau selang dari pembelajaran kemampuan secara bergantian.

Schmidt (1982) dalam Magil (1985:373) mengemukakan bahwa "the

amount of rest between trials equals or exceeds the amount of time in a trial.” Artinya jumlah istirahat antara percobaan-percobaan sama dengan atau melebihi jumlah waktu latihan dalam suatu percoban. Dan menurut Magil (1985:373)

practice in which the amount of rest between trials or groups of trials is relatively large. Artinya latihan dimana jumlah isirahat antara percobaan-percobaan atau

kelompok percobaan cenderung besar.

Dari pendapat-pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa metode praktik distribusi merupakan suatu bentuk metoda pembelajaran yang dilakukan dengan jeda waktu istirahat persesi pembelajarannya relatif lama atau banyak, dengan kata lain siswa dalam melakukan pembelajaran diselingi jeda waktu istirahat yang lama.

c. Perbedaan Metode Praktik Padat dan Distribusi

Pada dasarnya metode praktik padat dan metode praktik distribusi dilaksanakan dalam pembelajaran gerak. Masing-masing metode memiliki ciri khas, kelemahan serta kelebihan. Ciri yang paling khas dari metode pembelajaran praktik padat dan metode praktik distribusi adalah dari pelaksanaannya. Berikut


(36)

ini adalah beberapa perbedaan antara metode praktik padat dan metode praktik distribusi pada tabel 2.1.

Tabel 2.1

Perbedaan Metode Praktik Padat dan Praktik Distribusi No. Metode Praktik Padat No. Metode Praktik Distribusi

1 Jeda waktu istirahat antar latihan

sebentar atau tidak ada sama sekali 1

Jeda waktu istirahat antar latihan lebih lama atau lebih besar

2 Pengulangan latihan lebih banyak 2 Pengulangan latihan lebih sedikit 3

Efektif digunakan untuk

mempercepat penguasaan gerak latihan yang sederhana

3

Efektif digunakan untuk mempercepat penguasaan gerak latihan yang

kompleks

4

Siswa harus memiliki kebugaran yang baik, karena sedikitnya waktu istirahat

4

Lamanya waktu istirahat akan memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk recovery terutama untuk yang kebugarannya kurang baik 5 Siswa cenderung mudah bosan 5 Jeda istirahat dapat mengurangi

kebosanan siswa

3. Permainan Bolavoli

Permainan bola voli merupakan suatu permainan yang kompleks yang tidak mudah dilakukan oleh setiap orang. Diperlukan pengetahuan tentang teknik-teknik dasar dan teknik-teknik lanjutan untuk dapat bermain bolavoli secara efektif (Ahmadi 2007:19). Selanjutnya menurut Bachtiar, dkk (2003:116)

menjelaskan bahwa “Permainan bola voli adalah permainan beregu di mana

melibatkan lebih dari satu orang permainan misalnya bolavoli pantai terdiri dari dua orang pemain tiap regu, Bola voli sistem international tiap regu terdiri dari enam pemain.”


(37)

Lebih lanjut menurut Bachtiar (2003:115) yaitu:

Bolavoli adalah olahraga beregu. Setiap regu berada pada petak lapangan permainan masing-masing dengan dibatasi oleh net. Bola dimainkan dengan satu atau atau kedua tangan hilir mudik atau bolak-balik melalui atas net secara teratur sampai bola menyentuh lantai (mati) di petak lawan dan mempertahankan agar bola tidak mati di petak permainan sendiri.

Sedangkan Menurut Yunyun dan Subroto (2010:42) mengemukakan bahwa:

Permainan bola voli adalah permainan memantul-mantulkan bola oleh tangan atau lengan dari dua regu yang bermain di atas lapangan yang mempunyai ukuran-ukuran tertentu. Lapangan dibagi dua sama besar oleh net yang dibentangkan diatas lapangan dengan ukuran ketinggian tertentu, satu orang pemain tidak boleh memantulkan bola lebih dari dua kali secara berturut-turut, dan satu regu dapat memainkan bola maksimal tiga kali sentuhan di lapangannya sendiri.

Wiliam G Morgan dalam Bachtiar dkk (2003:14) menjelaskan bahwa

“Peraminan bolavoli adalah permainan dengan memantul-mantulkan bola di udara secara terus menerus melewati net, tetapi tidak boleh menyentuh lantai dan harus

divoli.”

Dengan melihat pemaparan ahli seperti yang tertera di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa permainan bolavoli merupakan cabang olahraga beregu yang dimainkan di atas lapangan berukuran 9 meter x 18 meter, baik putra maupun putri, di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Tujuan permainan yaitu memukul bola sebanyak-banyaknya tiga kali kecuali bendungan dalam lapangan sendiri dengan bola tidak boleh menyentuh lantai dan mengusahakan menyeberangkan bola ke lapangan lawan melewati atas jaring (net). Sedangkan untuk melakukan cara-cara memainkan bola yaitu memenangkan reli, memenangkan pertandingan, sampai pada perlengkapan pertandingan diatur oleh peraturan permainan. Dalam


(38)

pelaksanaannya permainan dipimpin oleh wasit yang keputusannya harus dipatuhi oleh seluruh pemain dan regu. Dengan demikian dan sportif untuk mengakui kesalahan, menerima kekalahan, atau mengakui dan menghargai kemenangan lawan secara nyata.

a. Pembelajaran Permainan Bolavoli

Sesuai dengan kedudukan dan fungsi pendidikan jasmani dalam konteks pendidikan secara keseluruhan, maka kedudukan dan fungsi permainan bolavoli dalam pendidikan jasmani adalah sarana seperti cabang-cabang olahraga lainnya yaitu sebagai alat atau sarana pendidikan, sehingga menjadi materi dalam mata perlajaran pendidkan jasmani. Menurut Subroto dan Ma’mun (2001:40) pendidikan jasmani diarahkan pada dua sasaran utama yaitu:

Pertama tama pemberian pengalaman pendidikan gerak bagi anak agar kemampuan geraknya berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan usianya. Kedua, memanfaatkan aktivitas jasmani sebagai arena atau wahana pendidikan untuk mengembangkan berbagai potensi yang ada pada setiap diri anak ke arah tujuan pendidikan yang dicita-citakan.

Dengan demikian, maka guru (termasuk guru pendidikan jasmani) harus mampu mendidik anak menjadi orang yang mampu melakukan hal-hal baru dan tidak hanya sekedar mengulang apa yang telah dilakukan generasi sebelumnya, akan tetapi mampu melakukan perubahan-perubahan.

Sebagai salah satu sarana pendidikan, maka penguasaan keterampilan teknik dasar bolavoli bagi anak-anak sekolah, khususnya anak Sekolah menengah atas, bukan satu-satunya tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran, akan tetapi masih banyak tujuan lain yang harus ditumbuh


(39)

kembangkan dalam diri siswa sebagai individu yang sedang tumbuh berkembang. Tujuan-tujuan tersebut adalah pengembangan seluruh potensi yang dimiliki siswa baik yang melibatkan aspek-aspek kognitif, afektif, psikomotor, maupun sosial dalam pengertian yang lebih luas.

Nilai-nilai potensial pendidikan dan seluruh aspek tersebut ada dalam permainan bolavoli, seperti: dengan berlatih dan bermain bolavoli secara teratur selain dapat meningkatkan keterampilan bermain bolavoli itu sendiri, juga dapat meningkatkan kemampuan fisik, kebugaran jasmani, kemampuan berpikir, keterampilan sosial, kerjasama, dan mengembangkan sikap positif (fair play).

Permainan bolavoli menuntut para pelakunya untuk dapat bergerak cepat, tepat, terkoordinasi, seimbang, dan kadangkala harus melakukan gerak lentur, dan lembut penuh dengan tipu muslihat. Untuk dapat memenangkan suatu pertandingan, para pelakunya harus bermain dalam waktu yang cukup lama, oleh sebab itu menuntut kerja jantung, paru, dan sistem peredaran darah bekerja lebih cepat dibandingkan pada kondisi waktu istirahat. Permainan bolavoli adalah permainan beregu yang menuntut adanya kerjasama dan saling pengertian di antara sesama anggota regu.

Permainan bolavoli diatur oleh peraturan permainan yang sudah disahkan oleh induk organisasi. Bagaimana memainkan bola, memenangkan reli, memenangkan pertandingan sampai kepada perlengkapan pertandingan, kesemuanya itu sudah diatur dalam peraturan permainan. Di dalam permainan, wasit memiliki kewenangan penuh atas keputusan-keputusannya dan harus dipatuhi oleh para pemain Dengan demikian permainan bolavoli mengajarkan


(40)

kepada para pelakunya untuk berperilaku jujur dan sportif untuk mengakui kesalahan, menerima kekalahan, atau mengakui dan menghargai kemenangan lawan.

Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam permainan bolavoli yang telah dipaparkan di atas, diharapkan dapat terinternaliasasi dalam pelakunya tidak hanya pada saat bermain atau bertanding saja, akan tetapi dapat diwujudkan dalam kehidupan kesehariannya di masyarakat. Namun demikian, perubahan yang terjadi di masyarakat semakin kompleks, baik pada masa sekarang maupun masa yang akan datang. Dalam pembelajaran permainan bolavoli, guru harus mampu mempertimbangkan karakteristik permainan bolavoli tersebut, juga harus memperhatikan perkembangan emosional, sosial, fisik, gerak, dan intelektual anak.

Seperti yang diungkapkan Subroto dan Ma’mun (2001:41) yang

mengemukakan bahwa:

Permainan bolavoli mengandung unsur keterampilan gerak, yaitu berupa teknik-teknik memainkan bola di dalam permainan bolavoli; nilai-nilai sosial seperti unsur kerjasama di antara teman seregu amat dibutuhkan, memahami keterbatasan diri atau regu, memahami keunggulan teman bermain di luar regu sendiri dan lain-lain; nilai kompetitif seperti memaknai keberhasilan dan tidak keberhasilan, nilai kompetitif sebaiknya ditanamkan kepada setiap diri anak agar dapat terimplementasikan dalam kehidupan dia baik masa sekarang maupun di kemudian hari.

Untuk kepentingan itulah maka penelitian ini dilakukan, agar guru pendidikan jasmani bisa mempertimbangkan perbedaan kemampuan fisik dan bisa memilih metode mana yang relevan dan mampu meningkatkan hasil


(41)

belajar siswa dalam penguasaan teknik permainan bolavoli pada kegiatan pembelajaran gerak pendidikan jasmani dan olahraga ekstrakurikuler.

Dalam proses pembelajaran permainan bolavoli, di samping guru harus mempertimbangkan karakteristik permainan bolavoli itu sendiri, juga harus memperhatikan perkembangan emosi, sosial, fisik, gerak, dan intelektual anak. Hal ini disebabkan karena guru tidak hanya berfungsi sebagai guru, tapi sekaligus sebagai pendidik yang berfungsi menumbuh-kembangkan segala potensi positif yang dimiliki setiap anak. Maka dan itu, akan lebih bijaksana jika guru menerapkan metode dan strategi pembelajaran yang dapat memberikan peluang kepada anak untuk mengeksplorasi kemampuan yang mereka miliki dalam memecahkan segala persoalan yang dihadapi saat belajar.

b. Teknik Permainan Bolavoli

Jika diamati secara sederhana, beberapa teknik dasar yang harus dikuasai untuk melakukan permainan bolavoli antara lain yaitu servis, pasing, umpan, serangan, dan bendungan. Lain halnya yang diungkapkan oleh Ma’mun dan Subroto (2001:51), keterampilan teknik bolavoli terdiri dari:

1. Service, fungsinya adalah untuk mengawali permainan yang terdiri dari service bawah, servis dari samping dan servis dari atas.

2. Pasing yang berfungsi untuk menerima/memainkan bola yang datang dari daerah lawan atau seregu, yang terdiri dari pasing bawah dan pasing atas. 3. Umpan berfungsi untuk menyajikan bola kepada teman seregu sesuai

dengan keinginannya sehingga teman seregu tersebut dapat melakukan serangan dengan sempurna. jenisnya adalah umpan tinggi dan umpan rendah.

4. Spike, berfungsi untuk melakukan serangan kedaerah lawan sehingga bola yang akan disebrangkan ke daerah lawan tersebut dapat mematikan, minimal menyulitkan lawan dalam memainkan bola dengan sempurna.


(42)

5. Bendungan atau block, fungsinya untuk menghadang serangan lawan dari dekat jarring sekaligus sebagai serangan balik ke pihak lawan.

6. Receive, menjaga bola agar tidak menyentuh lantai.

Adapun pengertian teknik dasar bermain bolavoli yang disampaikan oleh Yunyun dan Subroto (2010:45) menjelaskan bahwa:

Teknik dasar bermain bolavoli adalah cara memainkan bola secara efektif dan efisien sesuai dengan perturan permainan yang berlaku untuk mencapai hasil yang optimal. Teknik bermain yang baik selalu berdasarkan pada teori dan hukum-hukum yang sudah teruji dalam ilmu dan pengetahuan yang menunjang pelaksanaan teknik tersebut.

Berbagai Teknik tersebut dikuasai oleh para siswa agar bisa bermain boalvoli dengan baik. Adapun hasil belajar permainan bolavoli lebih jelas diungkapkan sebagai berikut:

1) Passing

Passing dalam permainan bolavoli merupakan suatu teknik memainkan bola yang dilakukan oleh seorang pemain dengan satu atau dua tangan dengan tujuan untuk mengarahkan bola ke suatu tempat atau teman seregu untuk selanjutnya dimainkan kembali. Istilah lain yang dipakai dalam permainan bola voli adalah set up atau bahasa Indonesia disebut umpan. Jika umpan dimaksudkan adalah sajian yang diberikan kepada teman seregu untuk dipukul dengan tujuan melakukan serangan ke petak permainan, sedangkan passing tujuanya agar bola dimainkan selanjutnya untuk mengatur serangan. Dalam melakukan passing ada dua macam yang harus dipahami serta dilakukan seorang pemain bolavoli antara passing atas dan passing bawah.


(43)

(1) Passing Atas

Passing atas merupakan elemen yang paling penting, dalam permainan bolavoli. Penguasaan teknik passing atas yang baik akan menentukan keberhasilan regu untuk membantu serangan yang baik. Apalagi jika dilakukan secara bervariasi, maka seluruh potensi penyerangan regu dapat dimanfaatkan.

Menurut Yunyun dan Subroto (2010:47) Pas atas adalah sebagai berikut:

Cara memainkan bola di atas dahi dengan menggunakan kedua tangan. Passing atas biasanya digunakan untuk memainkan bola yang datang baik dari lawan maupun dari kawan sendiri, yang memiliki ciri melambung dan kecepatan mudah diprediksi. Misalnya bola yang datang dari servis lawan yang melambung, operan teman seregu,atau kadangkala dari bola yang diseberangkan dari pihak lawan (bukan dari pihak servis) yang datang melambung. Disamping itu, pas atas juga sering digunakan untuk memainkan bola yang mementingkan ketepatan seperti umpan spike dan tipuan ke lawan.

Sedangkan langkah-langkah yang harus dilakukan seorang pemain dalam melakukan passing atas adalah sebagai berikut:

a) Sikap Permulaan

Ambil posisi dengan sikap siap untuk memainkan bola berdiri dengan kedua kaki terbuka selebar bahu, salah satu kaki berada di depan berat badan bertumpu pada tapak kaki bagian depan, lutut ditekuk dengan badan merendah, tempatkan badan secepat mungkin di bawah bola, dengan kedua tangan diangkat lebih tinggi dari dahi kira-kira 10 cm dari muka, kedua lengan diangkat dan ditekuk, kedua tangan terbuka lebar jari-jari tangan terbuka membentuk mangkok seperti setengah lingkaran ibu jari dan telunjuk membentuk segi tiga, kedua siku tidak terlalu terbuka ke samping.


(44)

b) Gerakan Pelaksanaan

Tepat saat bola berada di atas, kedua tangan agak ditekuk pada siku maupun pergelangan tangan., tangan berada sedikit di atas dahi. Perkenaan bola pada permukaan ruas jari-jari tangan terutama ruas pertama dan kedua. Dan yang dominan mendorong bola adalah ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah. Pada saat tangan bersentuhan dengan bola jari-jari agak ditegangkan agar bola dapat memantul dengan baik kemudian bola didorong dengan menggerakkan pergelangan tangan diikuti dengan meluruskan siku. Pada waktu mendorong badan ikut membantu dengan memindahkan tenaga mulai dari kaki badan, lengan dan tangan dengan lancar tidak terputus, pandangan tetap tetap kearah bola

c) Gerak Lanjutan

Setelah bola memantul dengan baik, lanjutkan dengan meluruskan lengan ke depan atas sebagai satu gerakan lanjutan diikuti dengan memindahkan berat badan ke depan dengan melangkahkan salah satu kaki belakang ke depan dan segera mengambil sikap dalam posisi normal untuk bermain kembali. Sering dialami di lapangan bahwa pada saat melakukan pas atas posisi dan jarak bola dengan badan tidak selalu dalam keadaan yang ideal untuk melakukan pass atas dengan posisi yang baik atau normal. Dari situasi bola yang datang bermacam-macam, maka pass atas dapat divariasikan sebagai berikut:


(45)

(a) Passing Atas dengan Bola Rendah

Kunci terletak pada pelaksanaannya, yaitu segera merendahkan badan dengan menekuk lutut hingga salah satu lutut menyentuh lantai dan badan berada di bawah bola.

(b) Passing Atas ke Belakang

Kunci pelaksanaannya: tempatkan badan tegak lurus di bawah bola, tekuk lutut agak rendah, regang badan melalui dorongan pinggul dan kedua tangan di atas kepala, pergelangan tangan ditekuk ke belakang, dorong bola dengan meluruskan lengan ke atas belakang hingga badan membusur ke belakang, pandangan mengikuti arah bola.

(c) Passing Atas dengan Bola Samping Badan

Kunci pelaksanaan: dari posisi normal segera bergeser dengan melangkah ke samping sehingga badan berada di bawah bola.

(d) Kesalahan-kesalahan pelaksanaan Passing Atas

(1) Penempatan badan kurang yang kurang tepat di bawah bola, lutut kurang bengkok atau badan tegak, jari-jari tangan terlalu rapat, siku terbuka dan terlalu rapat, siku terbuka kesamping pergelangan tangan tidak ditekuk kedalam sehingga tangan tidak membentuk cekungan atau mangkok.

(2) Gerakan jari-jari menutup pada saat perkenaan dengan bola sehingga bola tidak jauh atau optimal.


(46)

(4) Kelancaran gerakan antara tungkai, badan, lengan dan jari-jari tidak harmonis sehingga gerakan kurang efisien.

(5) Perkenaan bola tidak pada ujung jari tetapi pada telapak tangan. (6) Bahu tidak mengarah kesamping.

(7) Kedua tangan terlalu jauh di atas kepala.

(2) Passing Bawah

Passing bawah merupaka elemen utama untuk mempertahankan regu. Bola yang datang terlalu keras dan sulit untuk dimainkan dengan pass atas, maka harus dimainkan dengan passing bawah. Selain untuk pertahanan juga berperan untuk membangun serangan. Passing bawah dapat juga berfungsi seperti passing atas.

Menurut Yunyun dan Subroto (2010:51) mengemukakan bahwa:

Pas bawah dua tangan adalah cara memainkan bola yang datang lebih rendah dari bahu dengan menggunakan kedua pergelangan tangan yang dirapatkan. Pasing ini biasanya digunakan untuk memainkan bola yang datang baik dari lawan maupun dari kawan seregu, yang memiliki ciri sulit; misalnya bola rendah, cepat, keras, atau yang datang tiba-tiba, namun masih masih dapat dijangkau oleh kedua tangan. Kadang kala juga pasing bawah digunaka untuk memainkan bola yang mementingkan ketepatan seperti pasing dan umpan.

Passing bawah dapat dapat dilakukan dengan satu atau dengan dua tangan dan penggunaanya sesuai dengan situasi dan tujuan yang ingin dicapai. Apabila bola datang dengan keras dan agak jauh dari badan, maka ambil dengan passing bawah dengan dua tangan.Adapun langkah-langkah passing bawah yang harus dilakukan adalah:


(47)

1) Sikap Permulaan

Ambilah sikap siap normal dalam permainan bola voli normal yaitu: kedua kaki ditekuk dengan badan dicondongkan kedepan sedikit, berat badan menumpu pada telapak kaki bagian depan untuk untuk mendapatkan suatu keseimbangan untuk lebih mudah bergerak dengan cepat ke segala arah. 2) Gerakan Pelaksanaan

Bergerak ke arah jatuhnya bola, dengan posisi sedemikian rupa sehingga badan dalam keadaan menghadap bola. Kedua tangan dirapatkan, ayunkan kedua lengan kearah bola, dengan sumbu gerak pada persendian bahu dengan siku dengan benar-benar lurus. Pada saat mengayun, tangan telah berpegangan. Perkenaan bola pada bagian pergelangan tangan pada waktu lengan membentuk sudut kira-kira sekitar 45 derajat dengan badan, ayunan lengan diangkat sampai lurus sejajar dengan lantai.

3) Gerakan Lanjutan

Setelah ayunan mengenai bola, kaki belakang dilangkahkan kedepan untuk mengambil posisi siap untuk memainkan bola kembali. Dalam perminan tidak selalu dalam keadaan ideal untuk mengambil bola dengan passing bawah secara normal. Dangan keadaan datangnya bola dalam posisi yang kurang menguntungkan, secara garis besar dapat dilakukan berbagai variasi, antara lain: (a) Passing bawah ke depan, dengan bola rendah.

(b) Kunci gerakannya adalah bergerak ke arah bola dengan badan merendah. (c) Passing bawah dengan bergerak mundur.


(48)

Jika bola datang dengan relatif tinggi (setinggi dada dan sulit diambil dengan passing atas dan harus diambil dengan passing bawah, maka harus didahului dengan melangkah mundur (ke belakang). Pelaksanaan geraknya adalah badan merendah dan rileks, mundur dengan melakukan langkah kecil ke belakang sambil merendahkan badan kemudian lakukan passing bawah dengan mengayunkan kedua lengan dan mengangkat badan dengan rileks. (d) Passing Bawah dengan Bergerak ke Samping

Bola yang datang jauh di samping badan dan bola harus diterima dengan passing bawah. Gerakanya adalah tempatkan badan sedemikian rupa dengan melangkah kesamping depan diagonal 45 derajat dengan badan merendah lutut ditekuk.

2) Servis

Servis adalah pukulan permulaan untuk memulai permainan, sesuai dengan peningkatan mutu permainan servis sekarang adalah merupakan serangan untuk mematikan bola di pihak lawan atau supaya lawan tidak bisa mengembalikan bola.

Menurut Yunyun dan Subroto (2010:52) mengemukakan bahwa:

Servis adalah pukulan pertama untuk mengawali permainan. Servis dilakukan dari daerah servis masuk ke bidang lapangan lawan melewati atas net. Pada awalnya servis hanya merupakan penyajian bola pertama untuk mengawali permainan. Dalam perkembangan bolavoli modern, servis merupakan serangan pertama untuk memperoleh angka.

Ada dua macam servis yang harus diketahui dan dilakukan oleh pemain di antaranya servis atas dan servis bawah


(49)

(1) Servis tangan bawah

Servis bawah menurut Yunyun (2010;52) merupakan servis yang paling sederhana, banyak dilakukan oleh pemain pemula. Ciri bola hasil pukulan servis adalah melambung, sehingga bagi pemain yang memiliki keterampilan yang tinggi, menerima bola dari servis ini sangat mudah.

Servis tangan bawah adalah servis yang paling sederhana dan mudah untuk dilakukan oleh setiap pemain dan mudah untuk dikuasai. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam melakukan servis bawah antara lain:

a) Sikap permulaan

b) Berdiri pada petak servis di belakang garis akhir antara perpanjangan garis samping, menghadap ke lapangan permainan, adalah satu kaki berada di depan kaki yang lain, kaki kanan di depan jika menggunakan tangan kanan. Bola dipegang dengan salah satu tangan kiri (tidak tangan pemukul), tangan pemukul boleh menggemggam atau dengan telapak tangan terbuka, lutut sedikit ditekuk dan berat badan berada di tengah.

c) Gerakan Pelaksanaan

Bola dilambungkan di depan bahu kanan, setinggi 10 sampai 20 cm, dalam waktu yang bersamaan tangan pemukul ditarik kebelakang, kemudian diayunkan kedepan atas melalui samping bada, sehingga mengenai bagian bagian belakang bola.


(50)

Setelah memukul, langkahkan kaki yang di belakang ke depan untuk menjaga keseimbangan dan segera masuk ke lapangan permainan, siap untuk memainkan bola yang datang dari lawan.

(2) Servis Tangan Atas

Servis ini sering juga disebut dengan tenis servis, karena sikap melakukan servis sama dengan servis pada tenis, di mana bola dipukul setinggi mungkin di atas kepala. Servis ini sulit bagi orang yang baru belajar atau pemula.

Menurut Yunyun dan Subroto (2010:53) tentang servis adalah sebagai berikut:

Servis yang paling banyak dilakukan oleh para pemain bola voli pada saat ini adalah servis atas. Bola hasil pukulan servis ini dapat bentuk topspin atau jalan bola berputar ke depan dan floating atau jalan bola mengapung atau mengambang, jalan bola topspin menukik dan akan cepat turun; sedangkan jalan bola floating akan berubah-rubah, tidak datar, sehingga penerima sulit memprediksi arah jatuhnya bola secara tepat. Bentuk bola hasil pukulan bergantung pada cara memukul bola terutama saat perkenaan tangan dengan bola.

Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: a) Sikap Permulaan

Berdiri di daerah servis di belakang garis akhir dan antara perpanjangan garis samping, dengan salah satu kaki di depan, kaki kanan di depan bagi yang menggunakan tangan kiri, sebaiknya kaki kiri di depan bagi yang menggunakan tangan kanan. Bola dipegang dengan tangan kiri atau tangan kanan.


(51)

b) Gerakan Pelaksanaan

Bola dilambungkan di depan pundak tangan pemukul lebih tinggi dari jangkauan tangan pemukul, tangan pemukul diayunkan segera memukul bola berada sejangkauan tangan pada bagian tangan belakang bola, sehingga gaya yang diberikan terhadap bola berjalan memotong garis tengah bola. Jika diinginkan jalan bola mengapung atau floating, maka harus dihindari pada putaran bola.

c) Gerak Lanjutan

Gerak lanjutan tangan pemukul segaris dengan garis yang dihasilkan, kaki yang di belakang melangkah ke depan, sehingga berat badan pindah ke depan dan segera memasuki lapangan permainan.

d) Kesalahan-kesalahan yang dilakukan pada servis tangan atas

(1) Pada saat memukul tubuh bagian atas bergerak sehingga bola melenceng ke samping.

(2) Badan condong ke belakang, sehingga bola mengarah ke atas atau badan terlalu membungkuk maka bola mengarah ke bawah.

(3) Bola dipukul agak di bawah bola sehingga bola jauh atau keluar lapangan permainan.

(4) Lengan pemukul ditekuk, sehingga pengembalian bola tidak pada raihan tertinggi.


(52)

3) Smash atau Spike

Smash adalah pukulan yang utama dalam melakukan penyerangan ke daerah lawan. Smash merupakan modal untuk mendapatkan poin atau angka hingga mematahkan servis lawan. Pada teknik smash inilah letak seninya permainan bolavoli. Untuk mencapai hasil yang optimal dalam menyerang (Smash) dibutuhkan raihan tangan yang tinggi, kemampuan yang tinggi maupun daya tahan lompatan, koordinasi lompatan dan kekuatan pukulan yang optimal.

Menurut Yunyun dan Subroto (2010:56) tentang spike atau smash adalah:

Spike merupakan salah satu teknik serangan yang paling efektif selama

permainan. Bola dipukul di atas depan dekat net yang mengakibatkan bola jatuh menukik tajam ke bidang lapangan lawan, sehingga lawan sulit mengembalikannya, bahkan sering langsung mematikan. Dewasa ini istilah spike lebih khusus digunakan dalam permainan bolavoli, karena ciri hasil bola spike menukik tajam seperti paku, sebagai akibat bola dipukul diatas dekat net.

Variasi serangan atau smash dilihat dari teknik gerakannya ada bermacam-macam, dapat dilakukan dengan tangan kanan dan tangan kiri. Namun demikian proses gerakannya secara umum antara lain:

1) Langkah awalan

2) Tolakan atau take off untuk meloncat 3) Memukul bola pada saat di udara

4) Mendarat kembali setelah memukul bola.

Sedangkan untuk proses gerakan secara umum dalam smash bagi pemukul tangan kanan terdiri posisi 4


(53)

Berdiri rileks posisi serong kira-kira 45 derajat dari jarak net sejauh 3 sampai 4 meter.

2) Pelaksanaan gerakan

Melangkah ke depan mendekati net dengan kaki kiri dengan langkah biasa diikuti dengan langkah kaki kanan yang panjang untuk menyesuaikan dengan keadaan bola, kemudian kaki kiri segera diletakan di samping kaki kanan( ujung kaki kiri sedikit di depan kaki kanan) sambil menekuk lutut dan kedua lengan di belakang badan, segera melakukan tolakan sambil mengayunkan kedua lengan ke depan atas. Pada saat badan berada pada ketinggian maksimal, segera memukul bola pada raihan tertinggi dengan tangan terbuka. 3) Gerakan Lanjutan

Menjaga keseimbangan badan agar tidak terdorong ke net dan mendarat dengan kedua kaki sambil mengeper dan siap untuk memainkan bola kembali.

Secara umum proses smash dari sikap permulaan, gerakan pelaksanaan dan gerakan lanjutan dengan ciri-ciri khususnya adalah:

1) Smash normal atau Open Smash

Proses smash ini tidak jauh berbeda dengan proses pelaksanaan smash secara umum yang terdiri dari sikap permulaan, gerakan pelaksanaan dan gerak lanjutan dan ciri-ciri khusus adalah:

a) Umpan bola cukup tinggi, diatas tiga meter.

b) Lintasan bola yang diumpankan berada ditengah-tengah antara pengumpan dan pemukul.


(1)

distribusi supaya proses pembelajaran dapat menghasilkan tujuan pembelajaran yang optimal. Terutama sekolah yang mempunyai fasilitas lengkap untuk mata pelajaran olahraga, dan bagi sekolah yang tidak atau kurang fasilitas pembelajaran untuk penjas supaya menyediakan fasilitas tersebut guna tercapainya tujuan pembelajaran ke arah yang lebih baik lagi. Dengan adanya fasilitas tersebut, guru dituntut untuk memakai fasilitas tersebut secara optimal sesuai dengan tuntutan yang diberikan.

2. Bagi para guru pendidikan jasmani, agar lebih memperhatikan mengenai metoda pembelajaran yang digunakan pada saat proses belajar mengajar, hal ini dikarenakan pembelajaran penjas menuntut banyak praktik maka penentuan metoda harus sangat diperhatikan supaya pencapaian tujuan pembelajaran tercapai. Salah satu metoda pembelajaran supaya siswa mendapatkan materi dan siswa paham adalah dengan metode praktik padat dan metode praktik distribusi, metode ini mungkin masih jarang dilakukan pada proses pembelajaran penjas disekolah karena kemungkinan fasilitas yang tidak memadai, maka dari itu dukungan dengan cara menyediakan fasilitas dan pendukung lainnya agar segera diperhatikan. Dan bagi para guru yang telah menggunakan metode ini agar tetap mempertahankan bahkan lebih meningkatkan kualitas pembelajaran ke arah yang lebih baik lagi.

3. Bagi siswa (kususnya siswa menengah atas), agar lebih bersemangat lagi dalam mengikuti pembelajaran penjas. Hal ini dikarenakan dengan melakukan pembelajaran tersebut penguasaan teknik dasar dan keterampilan


(2)

akan meningkat, sehingga pengetahuan keterampilan mengenai permainan akan lebih dikuasai serta bisa diaplikasikan di masyarakat.

4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan agar lebih mengembangkan penelitian dengan cakupan yang lebih luas lagi. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini bisa dijadikan bahan rekomendasi untuk melaksanakan penelitian-penelitian lanjutan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, N. (2007). Panduan Olahraga Bola Voli. Solo: Era Pustaka Utama. Alshumaimeri, Yousif. (2001). Massed vs. Distributed Practice. Journal

Arikunto. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pedekatan Praktek. Rineka cipta. Ariyasajsiskul, et. Al. (2011). Effects of Distributed Praktice and Massed Practice

on Swimming Ability in 50 Meters Distance and Maximal Oxygen Uptake. Institute of Physical Education Bangkok Campus (Tailand).

Aunurrahman. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Alfabeta. Bandung

Bachtiar. (2003). Permainan Besar II Bola Voli dan Bola Tangan. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

________. (2009). Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah menengah pertama. Depdiknas Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Djamara S.B., Zain. A. (2010). Strategi belajar Mengajar. Rineka Cipta Jakarta. Frenkel, J.R., Wallen, NE. (1993). How To Design and Evaluate Research in

Education.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek psikologis Dalam Coaching. Jakarta. CV. Tambak kusuma.

Hidayat. (2003). Biomekanika Pendekatan Sistem Pembelajaran Gerak. PPs Universitas Pendidikan Indonesia.


(4)

Ice Sutary, K.Y., Nenden Lilis A., Yulianeta, (2008). Konsep Diri Remaja Dalam Pengaktualisasian Kemampuan Potensinya. Jurnal. Universitas Pendidikan Indonesia.

Komalasari Kokom. (2011). Pembelajaran Kontekstual, Konsep dan Aplikasi . Refiko Aditama: Bandung.

Komisi Nasional Pendidikan Jasmani dan Olahraga. (2009). Menuju Pendidikan Jasmani dan Olahraga Berbasis Riset. Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.

Leo. R. Setiawan. (2010). Jurnal. Pengaruh Metode Praktik Distribusi dan Metode Praktik Padat Terhadap Hasil Belajar Menggiring Bola Dalam Sepak Bola Ditinjau dari Kemampuan Motor Educability.

Lutan, R. (1988). Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Dikti: Jakarta

Magil. R. A (1985). Motor Learning Concepts & Applications. Louisiana State University

Mahendra A. (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Ma’mun. A. Mahendra. A. (1998). Teori Belajar dan Pembelajaran Motorik. IKIP Bandung Press.

Murray, D.A., Steven R. ;Udermann, Ph.D., ATC. , Brian E.; 2003. Review Massed versus Distributed Practice: Which is Better? .

Nurhasan. (2001) Tes dan Pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani: Prinsip-Prinsip dan Penerapannya. Derektorat Jenderal Olah Raga.

Riduwan. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. Rink, E.J. (1993). Teaching Physical Education for Learning. USA: Mosby

Ruseffendi, E. T. (2005). Statistik Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Pertama. Bandung : IKIP Bandung Press.


(5)

Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesional guru. Jakarta Rajawali Perss.

Rusyan, Tabrani. (1990). Penuntun Belajar Yang Sukses. Jakarta: Nine Karya Jaya. Sanjaya, Wina. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta : Kentana.

Santosa, Singgih. (2009). Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Schmidt. Richard A. (1991). Motor Learning & Performance. University Of California, Los Angeles.

Singer, RN. (1980). Motor Learning and Human Performance. New York: Macmillan Publishing CO. Inc

Subroto T, Ma’mun A. (2001). Pendekatan keterampilan Taktis dalam Pembelajaran. Konsep & Metode Pembelajaran. Depdiknas dan Dirjen Olahraga Dasar dan Menengah.

Sudjana. N. (2011). Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. PT Remaja Rosda Karya Bandung

Sugiyanto. (1993). Pertumbuhan Perkembangan KONI Pusat: Ditjen Disdikpora. PBVSI. Bahan Penataran Pelatihan Bulutangkis Seluruh Indonesia.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suherman, A. (2000). Dasar-Dasar Penjaskes. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah

____________. (2009). Revitalisasi Pengajaran dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: Bintang Warli Artika.

____________. (2011). Realitas Kurikulum Penddikan Jasmani: Upaya Kurikulum Berbasis penelitian. Bandung Rizqi Press


(6)

Sukmadinata. S.N. (2011). Metode Penelitian Pendidikan.PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Suparmin M. (2010). Makna Psikologi Permbangan Peserta Didik. Journal ilmiah Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. UPI Yamin. M. (2011). Paradigma Baru Pembelajaran. Gaung Persada Press. Jakarta Yudiana .Y. Subroto. T. (2010). Permainan Bolavoli. FPOK UPI: Bandung.

Yudiana. Y. (2010). Disertasi. Implementasi Model Pendekatan Taktis dan Teknis dalam Pembelajaran Permainan Bolavoli Pada Pendidikan Jasmani Siswa SMP. Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung Yudiana, Y., dkk. (2012). Belajar & Pembelajaran Penjas. Fakultas Pendidikan

Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Yusuf, S., Sugandhi, NM. (2012). Perkembangan Peserta Didik. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta


Dokumen yang terkait

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN DISIPLIN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI SMAN 1 SELESAI KAB. LANGKAT T.P 2015/2016.

0 3 29

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG METODE MENGAJAR GURU DAN DISIPLIN BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI KELAS XI IPS SMA N.1 SALAK KAB. PAKPAK BHARAT TAHUN AJARAN 2013/2014.

1 4 29

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI KELAS XI IPS Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru Dan Minat Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Kelas XI IPS

0 3 13

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN METODE MENGAJAR GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS XI Pengaruh Minat Belajar dan Metode Mengajar Guru Terhadap Prestasi Belajar Pada Siswa Kels XI Mata Pelajaran Ekonomi Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 1 Surakar

0 4 13

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN METODE MENGAJAR GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS XI Pengaruh Minat Belajar dan Metode Mengajar Guru Terhadap Prestasi Belajar Pada Siswa Kels XI Mata Pelajaran Ekonomi Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 1 Suraka

0 3 15

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR GURU TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI : survey pada siswa kelas XI IPS SMAN 15 Bandung.

0 0 45

PENGARUH METODE MENGAJAR PRAKTIK PADAT DAN DISTRIBUSI TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLAVOLI:Studi eksprimen pada siswa kelas XI SMAN 1 Tandun Kab. Rokan Hulu Riau.

1 4 57

Inventarisasi dan Eksplorasi Mineral Non Logam di Kab. Rokan Hulu dan Rokan Hilir, Provinsi Riau

0 1 6

LPSE Kabupaten Rokan Hulu SMP 3 Tandun

0 1 2

Pengaruh Keterampilan Mengajar Guru Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI SMAN 1 Bungoro Kab. Pangkep - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 113