QOL PEREMPUAN BALI DALAM INDUSTRI PARIWISATA SPA.

(1)

699/KEPARIWISATAAN

LAPORAN AKHIR

HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA

QOL: PEREMPUAN BALI DALAM INDUSTRI PARIWISATA SPA

TIM PENELITI

1. Ketua Peneliti : Luh Gede Leli Kusuma Dewi, S.Psi, M.Par (NIDN: 0010038003)

2. Anggota Tim Peneliti:

Putu Sucita Yanthy SS.M.Par ( NIDN: 9908419494) W. Citra Juwitasari, SH., M.Par (NIDN. 9908419705)

PROGRAM STUDI INDUSTRI PERJALANAN WISATA

FAKULTAS PARIWISTA

UNIVERSITAS UDAYANA


(2)

HALAMAN PENGESAHAN HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA

1. Judul penelitian : QOL: Perempuan Bali Dalam Industri Pariwisata Spa 2. Ketua Pelaksana

2.1 Nama lengkap dengan gelar : Luh Gede Leli Kusuma Dewi, S.Psi, M.Par 2.2 NIP/NIDN : 198003102006042002/0010038003

2.3 Pangkat dan Golongan : Asisten Ahli

2.4 Jabatan : Sekretaris Program Studi Industri Perjalanan Wisata 2.5 Alamat Rumah/HP

Rumah : Jl. Jayakarta 1/12

Kantor : Jl. DR R Gris no & Denpasar

TLP/E-mail : 081237583497leli.kusumadewi@gmail.com

3. Personalia

3.1. Jumlah Anggota Pelaksana : 2 Orang 3.2. Jumlah Personalia : 3 Orang 4. Jangka Waktu Kegiatan : 1 Tahun 5. Bentuk Kegiatan : Penelitian 6. Tempat Kegiatan : Sanur-Denpasar

7. Biaya yang diperlukan : 10.000.000,- (Sepuluh Juta Rupiah)


(3)

RINGKASAN

Pada era globalisasi, perempuan dan laki-laki yang memiliki pandangan modern tidak lagi mempermasalahkan perbedaan jenis kelamin dalam hal pekerjaan. Hal ini tentu saja membuka peluang yang luas bagi perempuan untuk berjuang dan menyatakan diri dalam berbagai posisi di industri pariwisata. perempuan memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki, perempuan dapat bekerja dan juga mengenyam pendidikan yang sama. Keadaan ini sejalan dengan tuntutan ekonomi yang juga mengharuskan perempuan untuk ikut bekerja dalam memenuhi kebutuhan hidup sehingga mencapai suatu kualitas hidup yang di inginkan. Kebanyakan perempuan memilih menjadi pekerja pada industri pariwisata khususnya di Bali tetapi tidak sedikit juga perempuan yang telah berhasil menjadi pioner dalam industri pariwisata

Perkembangan industri pariwisata telah memperbesar kesempatan perempuan untuk tidak hanya menjadi pekerja di sektor-sektor pariwisata tetapi juga memberikan kesempatan bagi perempuan untuk menjadi pengusaha serta memberdayakan perempuan lainnya untuk bekerja di sektor pariwisata. Perempuan Bali semakin inovatif dan kreatif dalam mengembangkan industri pariwisata salah satunya pada industri pariwisata spa. Spa telah berkembang menjadi industri yang sangat menjanjikan seiring dengan berkembangnya bisnis pariwisata dan industri Spa telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat dunia. Industri Spa tumbuh pesat dan menopang pariwisata, baik di hotel berbintang maupun kawasan destinasi wisata

Bali menjadi salah satu destinasi wisata utama Spa dengan beragam jenis pusat spa dan perawatan kesehatan yang telah berkembang sejak lama dan tidak ditemukan di negara


(4)

lainnya. Fenomena perkembangan spa menjadi lebih menarik dikaji ketika dikaitkan dengan keterlibatan perempuan Bali baik sebagai pengusaha spa dan terapis spa. Kebutuhan dunia terhadap terapis spa Bali menjadi motivasi perempuan Bali khususnya untuk memilih bekerja dalam bidang ini. Oleh karena itu tidak sedikit dari mereka harus meninggalkan keluarga dan memilih menjadi tulang punggung keluarga sehingga kehidupan sosial dan budaya mereka harus ditinggalkan demi meningkatkan perekonomian keluarga, berlatar belakang hal yang demikian maka kualitas hidup perempuan Bali menjadi fokus utama dalam penelitian Bali.

Hasil penelitian menunjukkan perempuan Bali yang menjadi therapis spa adalah bagian terpernting dari perkembangan spa di Bali terkait citra perempuan Bali yang menjadi therapis yang diminati kalangan wisatawan serta pengusaha-pengusaha industri spa karena keuletan, loyalitas, dan kejujurannya. Tidak sedikit dari mereka yang juga telah menjadi menajer atau bahkan membuka usaha spa berdasarkan pengalamannya sendiri. Taraf kehidupan yang membaik artinya telah mencapai tingkat kesejahteraan yang walapun hanya ditemukan pada aspek materi yaitu peningkatan ekonomi keluarga serta keintiman antara sesama perempuan secara khusus diungkapkan sebagai bentuk solidaritas.


(5)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas asung kertha wara nugraha beliau, penelitian dosen muda yang berjudul:

QOL: PEREMPUAN BALI DALAM INDUSTRI PARIWISATA SPA

dapat diselesaikan dengan baik. Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan harapan kami semoga penelitian ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran bagi Universitas Udayana khususnya pada fakultas pariwisata. Saran ataupun kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya penelitian ini.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN SAMPUL

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

RINGKASAN ... iii

PRAKATA ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA... . 7

2.1 Tinjauan Pustaka penelitian Terdahuhu ... 7

2.2 Perempuan Bali. ... 14

2.3 Industri SPA. ... 15

2.4 QOL. ... 19

2.5 Teori Fungsionalis Struktural. ... 20

2.6 Teori Bottom Up SBottom Up Spilover. ... 22

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN... 25

BAB 4. METODE PENELITIAN ... 26

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

5.1 Perempuan Bali dan Industri SPA. ... 30

5.2 Kualitas Hidup Perempuan Bali yang Bekerja pada Industri SPA. ... 39

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

DAFTAR PUSTAKA. ... 49

LAMPIRAN INSTRUMEN. ... 51

PERSONALIA TENAGA PENELITI BESERTA KUALIFIKASINYA. . 55


(7)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 QOL. ... 20 GAMBAR 2 Ibu Indri Pemilik SPA Sekar Jagat NusaDua. ... 39 GAMBAR 3 Ibu YuliPA Bali Tangi. ... 39

DAFTAR TABEL

TABEL 1 Klasifikasi Hotel/Resort SPA di Kabupaten Badung Selatan. ... 17 TABEL 2. Bentuk dan Kegiatan yang diklasifikasikan sebagai day SPA .. 18 TABEL 3. Bentuk dan Kegiatan yang diklasifikasikan sebagai salon SPA 18


(8)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Pada era globalisasi, perempuan dan laki-laki yang memiliki pandangan modern tidak lagi mempermasalahkan perbedaan jenis kelamin dalam hal pekerjaan. Hal ini tentu saja membuka peluang yang luas bagi perempuan untuk berjuang dan menyatakan diri dalam berbagai posisi di industri pariwisata. Walaupun penelitian-penelitian terdahulu masih mengungkapkan keterlibatan dan peran perempuan di bidang pembangunan pariwisata masih belum optimal dimana peluang-peluang kerja yang diperoleh dari pembangunan pariwisata sebatas pada sektor informal sehingga perempuan dikategorikan sebagai low skill employement daripada kaum laki-laki.

Namun sekarang ini perempuan memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki, perempuan dapat bekerja dan juga mengenyam pendidikan yang sama. Keaadaan ini sejalan dengan tuntutan ekonomi yang juga mengharuskan perempuan untuk ikut bekerja dalam memenuhi kebutuhan hidup sehingga mencapai suatu kualitas hidup yang di inginkan. Kebanyakan perempuan memilih menjadi pekerja pada industri pariwisata khususnya di Bali tetapi tidak sedikit juga perempuan yang telah berhasil menjadi pioner dalam industri pariwisata. Putra (2013) menambahkan perempuan bali semakin inovatif dan kreatif dalam mengembangkan industri pariwisata yang terkait dengan karakteristik kegiatan perempuan secara tradisional, dan sukses menjadi pioner dalam industri pariwisata.


(9)

Peluang yang tersedia bagi perempuan dalam partisipasi di bidang pariwisata cukup beragam antara lain membuka jasa akomodasi (penginapan) berupa homestay di desa-desa tujuan wisata, mengemas hasil pertanian menjadi paket oleh-oleh khas, membudidayakan tanaman hias untuk dijadikan oleh-oleh wisatawan, menyajikan hasil pertanian sebagai produk makanan khas, membuka warung makan, membuat cendera mata, membuka kios cendera mata, menyediakan jasa pemanduan wisata, membentuk kelompok seni pertunjukan yang melibatkan perempuan, membuka jasa katering, dan lain-lain. Perkembangan industri pariwisata telah memperbesar kesempatan perempuan untuk tidak hanya menjadi pekerja di sektor-sektor pariwisata tetapi juga memberikan kesempatan bagi perempuan untuk menjadi pengusaha serta memberdayakan perempuan lainnya untuk bekerja di sektor pariwisata (Astuti,et al 2008:2).

Bali sebagai "the best destination in the world", tidak cukup memanjakan wisatawan dengan banyak pilihan wisata, namun semakin lengkap dengan wisata Spa yang tidak hanya digemari wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Spa telah berkembang menjadi industri yang sangat menjanjikan seiring dengan berkembangnya bisnis pariwisata dan industri Spa telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat dunia. Industri Spa tumbuh pesat dan menopang pariwisata, baik di hotel berbintang maupun kawasan destinasi wisata.


(10)

Bali menjadi salah satu destinasi wisata utama Spa dengan beragam jenis pusat spa dan perawatan kesehatan yang telah berkembang sejak lama dan tidak ditemukan di negara lainnya. Meirina (2012)

Seorang pengelola Padmastana Spa Training Center Jeni Widiyah dalam Antara News mengungkapkan saat ini bisnis spa berkembang pesat di Bali mulai dari layanan sederhana hingga resort-resort mewah yang memposisikan diri sebagai resort spa. Spa saat ini bukan sekedar trend, tapi telah menjadi kebutuhan sehari-hari karena semakin tingginya tuntutan pekerjaan yang berpeluang meningkatkan stres seseorang, maka semakin tinggi pula tingkat kebutuhan relaksasinya. Gaya hidup dan faktor lain seperti meningkatnya kesibukan kerja membuat tingkat stres ikut pula meningkat. Pilihan fasilitas Spa mulai sederhana dengan struktur kayu hingga resort spa internasional, serta Spa yang mengangkat produk herbal seperti rempah-rempah serta teknik spa lokal warisan tradisi leluhur (Meirina dalam Antara News 2012)

Selain jenis pelayanan dan produk spa yang dihasilkan bali, therapis spa Bali pun menjadi keunggulan, hal ini menjadi fenomenal karena meningkatnya kebutuhan tenaga kerja sebagai Spa therapis. Wayan pageh (BP3TKI) balai pelayanan penempatan dan perlindungan tenaga kerja indonesia menyampaikan setiap tahunnya khususnya tenaga therapis spa bali permintaannya meningkat terutama ke luar negri. Masyarakat Bali menjadi semakin antusias bekerja di luar negeri sebagai tenaga kerja Spa therapis Indonesia yang bekerja pada hotel berbintang empat ke atas, kapal pesiar


(11)

asing dan perusahaan asing yang berbadan hukum tetap (LHS dalam Antara news 2012)

Berdasarkan data BP3TKI Denpasar, penempatan tenaga kerja Spa Indonesia tahun 2010 sebanyak 177 orang. Jumlah ini meningkat pada tahun 2011 menjadi 1.697 orang. Sementara itu, hingga Mei 2012 terhitung sebanyak 686 tenaga Spa asal Bali yang telah berangkat ke luar negeri. Totalnya tenaga Spa asal Pulau Dewata mencapai 2.560 orang yang tersebar di 49 negara dan terbanyak tersebar di Uni Emirat Arab, Rusia, Turki dan Prancis. Permintaan atas tenaga kerja Spa asal Bali semakin meningkat, yakni pada tahun 2012 terdapat lebih dari 4.000 permintaan atau lowongan kerja sehingga para penyedia tenaga kerja Spa profesional di Bali kerap kewalahan memenuhi permintaan tersebut (DWA dalam Antara News 2012)

Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial (Kadisnakertransos) Kota Denpasar, Made Erwin Suryadarma Sena, pada artikel Bisnis Online Bali menyebutkan permintaan terapis spa dari Bali sangat tinggi dan belum mampu dipenuhi. TKI asal Bali itu dinilai memiliki keunggulan kompetensi dan kejujuran serta bertanggung jawab terhadap pekerjaan,” dan perkembangannya para therapis spa kini telah banyak yang merambah level lebih tinggi. Seperti menjadi instruktur spa bahkan manajer spa (Aya,2012). Hal ini pun sama diungkapkan oleh Eni Cipta (2012)seorang pemilik spa di kawasan kuta yang menyatakan tidak sedikit perempuan yang dulunya bekerja sebagai therapis spa di luar negri mencoba peruntungan dengan membuka spa dan memberdayakan perempuan lainnya sebagai


(12)

pekerja pada usaha spa yang mereka dirikan. Fenomena ini sangat menarik untuk dikaji dalam perkembangan industri pariwisata yang mana tidak sedikit perempuan Bali berkecimpung di industri pariwisata spa baik sebagai pekerja atau bahkan pencipta lapangan pekerjaan untuk perempuan lainnya.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perempuan Bali dalam industri spa?

2. Bagaimanakah kualitas hidup perempuan Bali yang bekerja pada industri spa? 1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai perempuan Bali dalam industri spa dan kualitas hidup perempuan dalam industri spa di Bali

1.3.2 Tujuan Khusus dari penelitian sebagai berikut:

a. Untuk memberikan gambaran mengenai perempuan Bali dalam industri spa

b. Untuk mengetahui kualitas hidup perempuan Bali yang bekerja pada industry spa

1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoristis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan pemikiran- pemikiran yang dapat menambah dan memperdalam secara teoritis mengenai studi perempuan terutama yang berkaitan dengan perempuan dalam industri pariwisata khususnya spa serta kualitas hidup perempuan Bali pada khususnya.


(13)

1.4.2 Manfaat Praktis

Dominasi perempuan khususnya perempuan Bali dalam industri spa saat ini memegang peranan penting baik sebagai pengelola, pemilik dan therapis spa sehingga secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat terhadap kehidupan perempuan Bali yang terlibat dalam perkembangan industri pariwisata spa.


(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bagian ini menguraikan beberapa kajian pustaka yang merupakan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, konsep serta teori.

2.1 Tinjauan Pustaka penelitian terdahulu.

Penelitian mengenai Peran perempuan dalam pembangunan pariwisata oleh I Nyoman Darma Putra 2013, hal 2-5 dengan judul Peran perempuan dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan: kisah empat pahlawan kuliner Bali. Dalam penelitian ini menekankan bahwa aspek budaya bali yaitu makan khas bali yang telah terbukti berkembang dan menjadi salah satu pendukung penting daya tarik pariwisata pulau bali. Secara spesifik artikel ini menelusuri perana perempuan bali yang kreatif dan inovatif dalam mengangkat makanan khas bali kepada masyarakat luas, khususnya pada wisatawan nusantara ataupun mancanegara. Peran wanita bali dalam mengembangan kuliner bali dalam konteks pembangunan wisata berkelanjutan atau resiprokalitas pembangunan pariwisata dengan pengembangan kuliner bali dengan melihat peran perempuan sebagi agensinya.

Subyek penelitian ditekankan pada perempuan yang telah berhasil mengembangkan kuliner bali ke dunia luas. Kriteria pemilihan mereka bukan semata karena usahanya yang sukses tapi juga kreativitas mereka yang berhasil membuat citra kuliner bali terangkat dan sustainable dalam kehidupan sekarang dan dimasa


(15)

yang akan datang. Dalam dunia pariwisata perempuan mendapatkan peluang besar untuk bisa bekerja disektor ini. Sifat pekerjaannya pun masih berkaitan erat dengan dunia dan karakteristik pekerjaan perempuan di dunia. Sejumlah perempuan bali juga memainkan peranan penting dalam perkembangan pariwisata bukan saja sebagai pekerja tetapi sebagi pionir dan pengusaha pariwisata sukses. Penelitian ini memiliki relevansi yang sama yaitu mengkaji peranan perempuan dalam industri parwisata.

Penelitian berikutnya berjudul The involvement of women in the tourism industri of Bali, Indonesia oleh Judie Cukier, Joanne Norris dan Geoffrey wall dalam The journal of development studies. Kajian mengenai keterlibatan perempuan bali dalam industri pariwisata yang menunjukkan adanya posisi gap antara perempuan dan laki-laki dalam mendapatkan peluang untuk terlibat dalam industri pariwisata. Penelitian ini juga menekannkan perbedaan pada pengaruh perempuan dan laki-laki sebagai pekerja dalam industri pariwisata. Bentuk isu utama dalam penelitian gender sesungguhnya adalah bagaimana kontrol kekuasaan dan keadilan yang tidak semata-mata tergantung pada gender namun juga dipengaruhi oleh umur, ras, kelas, status dan pendidikan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pariwisata sebagai sektor industri jasa mempengaruhi pertumbuhan tenaga kerja khususnya di Bali. Tenaga kerja pariwisata merupakan orang-orang yang bergerak dari sektor tradisional yaitu pertanian dan perikanan menuju sektor jasa yang membeuka peluang besar bagi laki- laki ataupun


(16)

perempuan untuk terlibat di didalamnya. Namun posisi perempuan dalam industri pariwisata ditempatkan pada posisi dan pekerjaan yang sama dengan perempuan namun mereka dibayar dengan upah lebih rendah daripada laki-laki. Survey dalam penelitian ini dilakukan di daerah kedewatan dan wilayah pantai yaitu sanur dan kuta, bekerja di kios dan sebagai resepsionis hotel. Aktivitas pekerjaan yang mereka lakukan tidak berbeda dengan apa yang mereka lakukan dalam kehidupan tradisional sehari-hari misalnya menyapa wisatawan dengan cara tradisional sama seperti yang dilakukan juga di kios-kios. Hubungan antara laki – laki dan perempuan sebagai pekerja dalam industri pariwisata berimplikasi jangka panjang hal ini terlihat dari perempuan yang bekerja di pariwisata masih memegang peranan dalam keluarga dan kehidupan beragama. Perempuan yang bekerja lebih memilih membeli sarana upacara keagamaan dari pada yang tidak bekerja. Hal ini sangat jelas merefleksikan bahwa sikap perempuan berubah dipengaruhi faktor kesejahteraan ekonomi, pemanfaatan waktu ataupun kombinasi dari kedua hal ini.

Hasil penelitian dengan melakukan wawancara kepada wanita 26 dan laki-laki 24 bekerja sebagai resepsionis hotel. Mengutip hasil survey UNDP 1992 yang menemukan bahwa proporsi pekerja hotel adalah 3:1. Pekerja laki-laki lebih banyak dari pada perempuan. Walapun latar belakang pendidikan perempuan sebanyak sarjana 58% dan laki-laki sarjana 29%. Di kedewatan prempuan yang bekerja di kios sebanyak 46 dan laki-laki hanya 14, dominasi pekerja wanita yang sudah menikah dan mempunyai anak masih kecil dengan pertimbangan kemudahan anak mereka bisa


(17)

ikut bekerja sehingga pekerjaan ini dianggap ideal bagi mereka. Pemilik kios kebanyakan adalah orang –orang diluar bali kepemilikan kios lebih besar laki-laki 51 daripada perempuan 9 yang kenyataannya adalah perempuan bali. Barang-barang yang dijajakan juga berbeda pedagang laki-laki lebih banyak menjual jam dan kacamata sedangkan perempuan menjual gelang. Disebutkan juga sedikit perempuan bali yang bekerja sebagai pemandu wisata pada tahun 1990 pemandu wisata resmi perempuan hanya sekita 7%. Hal ini sangat jelas menggambarkan perbedaan tipe pekerjaan di industri pariwisata dipengaruhi oleh gender.

Andalusian women and their participation in rural tourist trade, sebuah penelitian oleh Maria Jose pardos Velasco yang mengkaji hubungan gender dalam aktivitas rural tourism di andalusia spanyol. Wawancara mendalam ditujukan kepada perempuan yang terlibat langsung dalam rural toruism di wilayah ini. Tiga hal utama yang dianalisis dalam penelitian ini adalah proses pengambilan keputusan yang dilakukan perempuan dalam memilih aktivitas baru akibat terlalu seringnya terjadi perpindahan dalam perdagangan, alternatif pekerjaan yang dilakukan sehubungan dengan pariwisata ataupun tidak seperti, pemandu wisata dan pengerajin, ketiga bagaimana menyeimbangan pekerjaan dan peranan mereka sebagai istri dan ibu untuk keluarga. Hasil penelitian adalah perempuan di andalusiana yang terlibat di dalam rural tourism memiliki perbedaan dengan perempuan di spanyol utara dan timur walaupun aktivitas mereka sama.


(18)

Bansal dan Kumar (2011:1) menyatakan terdapat empat aspek berlaku umum dalam literatur mengenai pemberdayaan perempuan. Pertama untuk diberdayakan seseorang seharusnya tidak berdaya. Hal ini relevan ketika kita berbicara tentang pemberdayaan perempuan, misalnya, dalam suatu kelompok ada ketidak berdayaan dibandingkan dengan pria. Kedua pemberdayaan tidak dapat dilimpahkan kepada pihak ketiga. Sebaliknya orang-orang yang akan diberdayakan harus mengklaim hal itu. Untuk mencapai pemberdayaan perempuan hal yang harus dicapai adalah dengan memfasilitasi perempuan untuk memberdayakan diri mereka sendiri. Ketiga, definisi pemberdayaan biasanya meliputi seseorang yang membuat keputusan mengenai hal-hal yang yang penting dalam hidup mereka dan mampu membawa mereka keluar dari kesulitan. Hal ini bisa saja dilakukan secara individu ataupun kolektif, tetapi beberapa bukti menyebutkan bahwa sementara ini perjuangan perempuan untuk pemberdayaan cenderung menjadi upaya kolektif, sementara pemberdayaan yang berorientasi pada intervensi pembangunan sering lebih fokus pada tingkat individu. Akhirnya pemberdayaan adalah proses yang berkelanjutan dan bukan produk

Menurut PBB sekitar 1,3 miliar orang hidup dalam kemiskinan dan 70 persennya adalah perempuan. Perempuan bekerja untuk menopang kehidupan, bercocok tanam, memasak, mengurus anak, merawat orang tua, menjaga rumah, mengangkut air dilakukan oleh perempuan tanpa mendapatkan bayaran dan dianggap berstatus rendah. Perempuan hanya menghasilkan 10 persen dari pendapatan dunia. Apabila wanita bekerja, pekerjaan mereka mungkin terbatas pada satu jenis pekerjaan


(19)

yang dianggap cocok untuk wanita yaitu selalu dibayar rendah dan status posisi rendah. Didunia kepemilikan Perempuan terhadap bangunan dinyatakan kurang dari 1 persen. Sekitar dua pertiga perempuan di dunia diperkirakan tidak bisa membaca atau menulis dan tidak bersekolah (Bangsal dan Kumar 2011:1).

Perempuan sering dipandang sebagai warga negara kelas 2 terpinggirkan pada suatu kegiatan dan sangat terbatas dalam mendapatkan hak istimewa. Beberapa wanita berjuang untuk mendapatkan hak-hak bahkan hak yang paling mendasar. Salah satu tantangan terbesarnya adalah mencegah wanita untuk mendapatkan status yang sama dengan laki-laki dalam hal mencari nafkah hal ini terjadi khususnya di masyarakat pedesaan dan sangat tidak adil bagi perempuan. Degradasi lingkungan, eksploitasi budaya adalah berbagai bentuk dampak negatif dari perkembangan pariwisata, namun pemberdayaan perempuan dalam industri pariwisata merupakan salah satu hal yang berdampak positif. Pekerjaan yang paling umum untuk wanita di bidang pariwisata adalah pekerjaan dengan keterampilan rendah, posisi bergaji rendah yang sebenarnya memperkuat keberadaan stereotip gender. Kabir (2000) menyatakan apabila dikaitkan dengan kebudayaan dan komitmen dengan masyarakat, perempuan pada umumnya dibatasi oleh 'norma-norma, kepercayaan, adat istiadat dan nilai-nilai melalui masyarakat yang membedakan antara perempuan dan laki-laki (Bansal dan Kumar 2011:2).

Konsep pemberdayaan mencakup pengertian community development (pembangunan masyarakat) dan community based development (pebangunan yang


(20)

bertumpu pada masyarakat), dan tahap selanjutnya muncul istiah community driven development (pembangunan yang digerakkkan oleh masyarakat). Pemberdayaan di dalam proses pembangunan harus memuat dua strategi dasar yang memadukan dua tujuan sekaligus, yaitu pertumbuhan dan pemerataan. Dalam arus kontekstual, arah pemberdayaan hanya efektif apabila ditopang oleh tiga hal yaitu:

1. Pemihakan kepada yang lemah dan pemberdayaan mereka;

2. Pemantapan otonomi dan pendelegasian pemenang dalam pengelolaan hidup; dan 3. Moderisasi melalui penajaman dan pemantapan arah perubahan setruktur sosial ekinomi dan budaya yang bersumber pada peran masyarakat lokal.

Suardana, mengidentifikasikan peran perempuan di sektor pariwisata sebagai salah satu usaha pemberdayaan perempuan akan sangat bermanfaat untuk pembinaan pariwisata Bali di masa yang akan datang karena beberapa alasan sebagai berikut:

1. Untuk memberikan kepastian bahwa pembangunan pariwisata perdesaan yang ditawarkan harus melihat proses. Keputusan kebijakan tentang pengembangan pariwisata masa depan merupakan cerminan dan peran dari pendapat para pelaku pariwisata, termasuk didalamnya adalah perempuandan kelompok ini benar-benar mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya atas kebijakan pengembangan pariwisata di Indonesia pada umumnya dan Bali pada khususnya. Pola pembangunan ini disebut dengan pola pemberdayaan masyarakat.


(21)

2. Untuk memberikan jaminan hak-hak perempuan terakomodasi secara baik, dalam setiap kepentingan pariwisata.

3. Untuk meyakinkan terlaksannya manajemen yang baik terhadap aset-aset pariwisata di Indonesia, seperti misalnya sumber alam, karena pariwisata memang didasarkan pada keberadaan sumber alam tersebut.

4. Untuk meyakinkan bahwa pariwisata memberikan keuntungan secara ekonomis, sosial dan budaya terhadap semua pelaku pariwisata (stakeholders) termasuk didalamnya adalah wanita.

Scheyvens (200:236) dalam Suardhana menyatakan ada empat dimensi yang perlu dibahas untuk menentukan apakah perempuan sudah diberdayakan dalam kegiatan parwisata, di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Keempat dimensi tersebut meliputi pemberdayaan yang dilihat dari sudut ekonomi, sosial, psikologi serta politik.

2.2 Perempuan Bali

Dalam adat bali perempuan ditempatkan sebagai subordinasi karena pengertian yang keliru terhadap konsep purusa dan pradana. Konsep puusa dan oradana ada pada setiap laki -laki dan perempuan. Purusa adalah jiwa dan pradana adalah raga. Akan tetatpi relaisasinya purusa adalah jiwa sedangkan pradana adalah benda. Perempuan dalam theologi hindu merupakan suatu bagian yang sama besar, sama kuat, sama menentukan dan perwujudannya yang utuh seperti laki – laki. Perempuan Bali


(22)

memeliki kesetaraan dengan laki-laki sebagai dasar kebahagiaan rumah tangga (Puspa, 2012)

Terdapat dua hal yang dapat menggambarkan perempuan Bali, pertama semangat kerja yang hebat, kedua kedudukan terhadap warisan yang lemah. Perempuan Bali adalah perempuan yang kawin dengan laki-laki bali yang sama-sama beragama hindu dan akibat perkawinan tersebut mereka menjadi karma istri pada banjar dan desa adat. Perempuan bali memiliki watak kerja keras dan mau belajat untuk menjaga tradisi yang ada. Perempuan Bali adalah perempuan etnis bali ataupun bukan etnis bali yang bersedia menikah dengan laki laki bali beragama hindu dimana kehidupan kesehariannya mengikuti adat dan tradisi hindu Bali. Perempuan Bali dalam penelitian ini adalah perempuan Bali yang berkecimpung di industri pariwisata khsusnya industri spa khususnya therapis spa.

2.3. Industri SPA

Industri spa berkembang sangat dinamis, berubah-ubah, dan sangat sulit untuk di kategorisasikan. Hal ini membutuhkan berbagai macam ahli yang profesional termasuk para dokter, terapis, intrusktur spiritual serta fitnes trainer. Menentukan originalitas kategori spa sangat sulit dilakukan mengingat masing-masing negara di belahan dunia manapun memiliki cara-cara relaksasi dengan air yang berbeda-beda. Sejarah spa pada awalnya terbentuk sejak jaman romawi yunani kuno. Pemandian ini pada awalnya dibuat khusus hanya untuk para raja dan ratu di jaman itu ketertarikan


(23)

prosesi mandi inilah yang menyebabkan ritual pemandian khusus ini berkembang di masyarakat sehingga tebentuk pemandian khusus untuk masyarakat dan sering kali di gunakan dalam skala besar teruma oleh prajurit-prajurit setelah berperang (Williams,2007:4)

Di Eropa pada abad 18 dan 19 spa berkembang dengan ditemukan pertama kali di belgia sehingga disebut spa belgium. Trend spa pada masa ini lebih kepada sistem pengobatan dengan air yang dilakukan secara profesional dengan penambahan fasilitas-fasilitas restoran, kasino, teater dan hiburan lainnya. Banyaknya sumber mata air mengakibatkan perkembangan spa semakin meningkat ditambah kunjungan orang-orang yang ingin beristirahat dan relaksasi. Spa berasal dari bahasa latin ‘sparsa” dari “spagere” “sanus per aqua” “solus per aqua” atau sehat dengan air (Wiiliams 2007:5). Industri spa pertama kali di perkenalkan oleh Jeffrey joseph di Amerika. Dia adalah orang pertama yang secara khusus menjual program “spa vacation” pada tahun 1987 semenjak itu spa telah masuk pada dunia industri dan berkembang (Cohen dan Bodeker, 2008:68)

Di tahun 1987 an industri spa berkembang dimasing masing belahan dunia dengan pelayanan dan produk yang berbeda-beda namun masih minim diketahui antar negara satu dengan yang lainnya. Kepopuleran air dalam konsep spa masih menjadi dasar perkembangan industri spa di era ini. akan tetapi, pada era millenium spa industri berkembang pesat dan memperluas konsepnya dengan gaya-gaya spa


(24)

yang muncul karena kebutuhan hidup, gaya hidup, fashion, perjalanan wisata dan kegiatan bisnis. Pada era millenium spa industri mulai berkolaborasi dengan para ahli kesehatan yang profesional. Di masa sekarang ini perkembangan spa dipengaruhi oleh trend demografi peminat spa, teknologi, ekonomi, isu lingkungan, politik dan dampak-dampak perkembangan spa. (Cohen dan Bodeker 2008 69-80)

Di Bali khususnya perkembangan spa sudah tidak bisa diragukan keberadaannya. Hampir dimasing-masing hotel berbintang memiliki fasilita spa, dan trend spa bali ini memperkenalkan kepada wisatawan spa dengan produk alami Bali dan perawatan serta pijatan ala bali. Spa di bali banyak ditemukan di kabupaten badung bagian selatan, menurut Rahyuda et al (2014: 110), spa di Bali dapat dikategorikan melalui definisi dan standar bentuk pelayanan spa . Spa diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu Hotel/resort spa, day spa, salon spa, retreat spa

Tabel 1. Klasifikasi hotel/resort spa di Kabupaten Badung selatan

Klasifikasi Resort spa/hotel spa

Spa resort Spa Chain Spa Amenities

Definisi Spa yang ada di dalam resor hotel yang memberikan pelayanan dan fasilitas spa yang mewah

Spa yang ada di dalam hotel chain

Yang mempunyai hubungan dlam kepemilikan an cara pengelolannya dengan perusahaan lainnya contoh: hotel sheraton

Spa yang berlokasi di

hotel namun

kepemilikan dan pengelolaannya di kelola oleh pengelola di luar managemen hotel

Lokasi spa Resor, pegunungan, daerah rural dan kepulauan

Kota dan wilayah pariwisata

Kota dan destinasi pariwisata


(25)

spa fasilitas Swiming pool dan wahana air lainnya

Kolam berenang Kolam berenang Perawatan spa Spa, kebugaran dan

kegiatan kesehatan

Pelayanan spa dan kebugaran

Pelayanan spa saja Minimum ruang

perawatan spa

8 ruang interior dan ruang exterior

6 ruang interior 4 ruang interior Standar akomodasi Bintang 5 & 4 Bintang 5 Bintang 3 & 4

Sumber : Rahyuda et al (2014: 111)

Tabel 2. Bentuk dan kegiatan yang diklasifikasikan sebagai day spa

Day Spa Bentuk dan kegiatan

Definisi Kegiatan pelayanan spa yang tidak berlokasi di hotel dan tidak menyediakan fasilitas akomodasi

Lokasi Spa Pemukiman, perumahan, dan daerah pertokoan

Spa fasilitas Menyediakan perawatan yang tidak terkait dengan kebugaran atau fitness dan kesehatan atau welness

Perawatan Spa yang ditawarkan Lebih pada pelaksanaan kegiatan relaksasi

Minimun ruang perawatan spa Mempunyai ruangan yang di bagi dengan pembatas ruangan dan dapat menampung lebih dari 12 orang

Sumber: rahyuda et al (2014:112)

Tabel 3. bentuk dan kegiatan yang diklasifikasikan sebagai salon spa

Salon spa Bentuk dan kegiatan

Definisi Kegiatan pelayanan spa yang juga memberikan pelayanan kecantikan seperti kecantikan dan perawatan wajah dan rambut. Lokasi Spa Pemukiman, perumahan, dan daerah pertokoan

Spa fasilitas Menyediakan perawatan yang tidak terkait dengan kebugaran atau fitness dan kesehatan atau welness

Perawatan Spa yang ditawarkan Lebih pada pelaksanaan kegiatan relaksasi dan kecantikan Minimun ruang perawatan spa Memiliki sedikit ruangan untuk kegiatan spa, dan menyediakan

ruangan yang cukup luas untuk kegiatan salon.


(26)

2.4 QOL

QOL mengacu pada kesejahteraan hidup suatu individu yang termasuk di dalamnya adalah aspek emosi, sosial dan fisik kehidupan seseorang. QOL merefleksikan perbedaan, gap antara harapan dan keinginan individu dalam pengalaman yang mereka rasakan. (Nigade, Bhola 2014) Sejarah QOL adalah pergerakan dari indikator-indikator sosial yang dimulai pada akhir tahun 60an di Eropa. QOL dapat diukur pada level individu, keluarga, masyarakat dan komunitas tertentu. Penelitian - penelitian mengenai QOL telah banyak dilakukan dalam bidang studi kesehatan, pendidikan namun sedikit qol dikaitkan dengan QOL suatu kelompok masyarakat tertentu. Lane 1996 dalam (Noll 2002:10) mendefinisikan QOL sebagai sebuah proses yang didalamnya terdapat elemen objective dan subyektif. QOL merupakan hubungan antara kedua elemen tersebut yang mana subyektif elemen terdiri dari perasaan bahwa hidup sejahtera, secara individu mengalami perkembangan kehidupan yang baik sedangkan elemen objektif lebih menekankan kepada kondisi hidup seseorang di lingkungannnya. QOL juga dapat didefinisikan sebagai kondisi baik kehidupan seseorang secara objective dan subyektif mengarah kepada kehidupan yang positif dan sejahtera.

Schalock 1996 dalam Li dan Yang (2012:373) mendefiniskan QOL sebagai konstruk yang multidimensional dan interaktif dari bernagai aspek kehidupan manusia dan lingkungan tempat tinggalnya. QOL dapat diukur secara subjektif dan


(27)

objektif, Subjektif QOL meliputi kebahagiaan, kesejahteraan subjektif dan kepuasan. Fokus subyektif QOL adalah pengalaman pribadi seseorang dan persepsi terhadap kualitas hidupnya. Objektif QOL meliputi kualitas hidup sosial, ekonomi dan faktor kesehatan, konsep pengukuran QOL secara subjektif dan objektif digambarkan pada gambar 1 sebagai berikut yang diperoleh dari rangkuman pemikiran para ahli.

Sumber:Genc 2012:151 dalam Hand Book of Tourism and Quality of life research 2.5 Teori Fungsionalis Struktural

Harding 1987 dalam (Saptari dan Holzer 1997:63) menyatakan pendekatan atau analisis studi perempuan disebutkan memiliki tiga unsur yang merupakan sumbangan utama bagi studi perempuan yaitu:

a. Sumber-sumber empiris dan teoritis yang terutama memperhatikan pengalaman perempuan

QOL

OBJEKTIF 1. aspek ekonomi

(GDP, Tingkat kemiskinan) 2. Indikator sosial (jumlah pengangguran,

pendidikan rata- rata 3. harapan hidup 4. angka melek huruf

SUBJEKTIF 1. kepuasan hidup secara

keseluruhan 2. kepuasan terhadap

pekerjaan 3. rasa aman 4. kesejahteraan sosial 5. kesejahteraan dalam

kelarga 6. kepuasan materi


(28)

b. tujuan baru dalam ilmu sosial yaitu mempunyai kegunaan bagi kaum perempuan dan

c. bentuk hubungan antara peneliti dan subjek yang diteliti yang baru keduanya harus disejajarkan dan menjadi bagian dari sasaran analisis.

Tokoh utama aliran ini adalah Talcott Parson dengan pandangannya adalah setiap masyarakat berfungsi hanya untuk mempertahan kelangsungan hidupnya apabila keteraturan sosial (sosial order) bisa dipertahankan. Setiap masyarakat agar dapt mempertahankan empat funngsi yang dijalankan oleh empat sub sistem yang berbeda. Pertama, Fungsi menyesuaikan diri dengan lingkungan disebut fungsi adaptasi. Fungsi ini dijalankan oleh subsistem ekonomi. Kedua, fungsi mencapai tujuan. Masyarakat mempunyai tujuan yang terumuskan dan menjadi arah segala kegiatan. Fungsi ini dijalankan oleh sub-sistem politik. Ketiga, fungsi intergrasi (yang dijalankan oleh subsistem hukum dan agama), yaitu bahwa setiap unsur dalam masyarakat harus terjalin dan tidak berlawanan. Keempat fungsi mempertahankan pola. Artinya bentuk hubungan sosial yang harus dijalankan untuk mencapai tujuan tersebut harus dipertahankan (melalui aturan dan nilai). Subsistem yangbertanggung jawab menjalankan fungsi ini adalah keluarga dan pendididkan (Saptari dan Holzer,1997:64-65) .

Keluarga memegang peranan kunci dalam mempertahankan stabilitas masyarakat (fungsi keempat) karena dalam konsep keluarga proses sosialisasi


(29)

berlangsung dan pean nilai sosial yang berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan sistem sosial yang diajarkan pada anggotanya. Dalam keluarga inlah posisi perempuan ditempatkan. Karena setiap sistem itu secara potensial mempunyai ketegangan dan ketidakseimbangan, terciotalah struktur internal yang disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan fungsional setiap sistem tersebut. Struktur internal ini, antara lain, terwujud dalam segregasi peran atas dasar jenis kelamin yang muncul dua peranan:

a) peranan instrumental ( yang mengharuskan hubungan antara keluarga dan masyarakat yang lebih luas) yang dijalankan oleh laki – laki

b) peranan ekspresif ( yang mengurus struktur internal dan fungsi-fungsi dalam keluarga) yang dijalankan oleh perempuan (Saptari dan Holzer 1997:65).

2.6 Teori Bottom Up Spilover

Andrews and Withey, 1976; Campbell et al., 1976; Diener, 1984 dalam (Lee dkk 2005 :2) menyatakan bahwa Teori Bottom up spillover adalah sebuah model yang menghubungkan antara aspek kehidupan individu dengan kualitas hidupnya. Teori ini meyatakan bahwa kualitas hidup individu memeiliki pengaruh terhadap kualitas hidup secara menyeluruh. Techatassanasoontorn, Tanvisuth (2008:8) Teori-teori spillover dalam kualitas hidup memiliki dua pandangan yaitu Bottom- up ( vertikal ) dan spillover (Horizontal). Teori bottom-up spillover menunjukkan


(30)

hubunganantara kepuasan dalam berbagai aspek kehidupan dan kepuasan kehidupan secara global. Secara khusus, teori membangun dua pemahaman:(1 ) kepuasan hidup secara menyeluruh merupakan fungsi dari kepuasan dalam berbagai aspek kehidupan ( misalnya , keluarga , kesehatan , pekerjaan, pendidikan ), dan (2) Kepuasan dalam aspek kehidupan tertentu adalah fungsi dari berbagai peristiwa dan pengalaman yang dirasakan terkait dengan aspek kehidupan tersebut. Pada dasarnya, teori Spillover Bottom- up terkait dengan peristiwa dan pengalaman yang mempengaruhi masing-masing aspek kehidupan serta menyebar secara vertikal untuk menentukan kepuasan hidup tertinggi yaitu kepuasan hidup secara meyeluruh.

Teori Horizontal Spillover menunjukkan bahwa kepuasan dan ketidak puasan dalam kehidupan seseorang terhadap salah satu aspek kehidupan akan mempengaruhi aspek kehidupan lainnya Sebagai contoh, pengalaman dalam memanfaatkan waktu luang dengan baik akan mempengaruhi aspek kehidupan kerja seseorang dimana level stress menjadi turun. Hierarki Maslow (1970 ) secara teoritis menjelaskan tentang efek dari spillover horisontal. Tujuh kebutuhan manusia dari kebutuhan tertinggi hingga rendah meliputi kebutuhan biologis (misalnya,makanan,air,oksigen), kebutuhan keamanan (fisik dan keamanan psikologis), kebutuhan sosial (misalnya,relasi,persahabatan,keluarga), kebutuhan harga diri (misalnya,kebutuhan keberhasilan,prestasi, pengakuan,penghormatan) Kebutuhan kognitif (misalnya, perlu untuk pengetahuan, makna), estetika (misalnya,apresiasi


(31)

keindahan,keseimbangan,bentuk), dan aktualisasi diri (misalnya,perlu untuk kreativitas ,ekspresi diri, integritas). Techatassanasoontorn, Tanvisuth (2008:9).

Moleong (2013) teori dapat memberikan gambaran bahwa pandangan atau paradigmanya dapat menyusun konsep-konsep untuk meramalkan fenomena-fenomena yang diamati. Dari segi fungsi teori dapat mensistematiskan penemuan-penemuan penelitian, mendorong pembentukan hipotesis, membuat ramalah-ramalan terhadap fenomena serta memberikan penjelasan terkait penelitian. Teori Fungsional struktural dan teori bottom up spilover adalah dua teori yang memiliki pengaruh terhadap penelitian ini karena teori-teori ini dapat memberikan padanga peranan perempuan dalam industri pariwisata spa serta aspek aspek yang dapat memepengaruhi kualitas hidup perempuan Bali pada khsusunya di industri pariwisata spa.


(32)

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perempuan Bali khususnya bagi mereka yang bekerja di Spa pada negara-negara tertentu. Latar belakangnya karena semakin banyak perempuan yang memilih bekerja keluar negeri khususnya sebagai terapis. Kajian penelitian ini juga terfokus pada kualitas hidup perempuan Bali yang secara langsung akan diungkapka melalui pendapat para terapis tersebut yang dituangkan dalam bentuk tulisan ini. manfaat penelitian ini adalah untuk mengungkapkan perempuan bali yang bekerja menjadi terapis dari segi kehidupan ekonomi dan sosial yang mereka jalanani diluar negeri dan setelah mereka datang kembali kekelurganya. Kualitas hidup yang mereka rasakan akan diungkap dari beberapa faktor seperti ekonomi, kesehatan dan pandangan mereka terhadap image perempuan Bali yang pada kenyataannya berdampak negatif bagi perkembangan industri pariwisata spa di Bali pada khususnya.


(33)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi (pengamatan langsung), Data penelitian ini akan dianalisis secara deskriftif interpretatif.

4.2Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Bali. Lokasi ini dipilih karena pertimbangan sebagai berikut.

1. Fenomena industri spa yang berkembang berdasarkan pengamatan mengalami pertumbuhan pesat di Bali

2. Fenomena perempuan yang menjadi pengusaha spa dan terapis spa di Bali 4.3 Jenis dan Sumber Data

4.3.1 Jenis Data

Berikut dalam penelitian ini jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data Kualitatif adalah jenis data kualitatif yang berupa informasi yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi dengan perempuan pengusaha spa dan perempuan therapis spa. Data Kuantitatif data mengenai jumlah perempuan yang bekerja sebagai therapis spa.


(34)

4.3.2. Sumber Data

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer dari penelitian ini juga merupakan jawaban dari hasil wawancara dengan informan yaitu perempuan therapis spa.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber Data sekunder ”second hand information” yaitu data yang diperoleh dari kepustakaan, seperti artikel dalam surat kabar dan internet .

4.4Teknik Penentuan Informan

Informan dalam penelitian ini adalah perempuan terapis spa. Teknik penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan secara purposive yaitu informan ditentukan berdasarkan ciri-ciri dan sifat tertentu yang dipandang mempunyai keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini.

4.5 Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang akurat, pertama, peneliti menggunakan pedoman wawancara dengan pertanyaan-pertanyaan yang akan mengungkap kualitas terapis perempuan Bali yang bekerja pada industri spa. Penelitian ini menggunakan alat bantu yaitu: alat perekam suara, kamera, buku catatan lapangan, serta alat tulis, untuk menunjang proses pengumpulan data.


(35)

4.5Teknik Pengumpulan Data 1. Kepustakaan

Metode pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan studi kepustakaan yang mengambil beberapa buku, arsip dan dokumen-dokumen yang terkait dan relevan dengan penelitian.

2. Observasi

Metode pengumpulan data dengan observasi langsung ke lapangan. Dalam hal ini adalah spa dan sekolah spa yang menyiapkan tenaga therapis spa Bali.

3. Wawancara

Wawancara akan diajukan kepada informan yaitu terapis spa yang pertanyaan disusun sesuai dengan kebutuhan peneliti. Menekankan wawancara dalam penelitian ini adalah untuk menelaah deskribsi secara subyektif terhadap QOL therapis spa. QOL dapat dideskribsikan baik secara obyektif dan subyektif, pada penelitian ini tujuh aspek QOL berdasarkan hasil penelitian Cummins (1997) menjadi dasar dari pertanyaan-pertanyaan kepada informan yang dikaitkan tujuh aspek kehidupan tersebut: materi, kesehatan, produktivitas, keintiman, keamanan, status dimasyarakat, emosional individu.


(36)

Analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif interpretatif. Interpretasi data secara deskriptif adalah upaya untuk memperoleh arti dan makna lebih mendalam dan luas terhadap hasil penelitian dengan mengaitkan pada teori teori yang memiliki relevansi. Analisis data ini dilakukan pada hasil wawancara untuk menjelaskan dan menemukan makna kualitas hidup terapis perempuan Bali yang bekerja sebagai therapis spa pada khususnya.

4.8 Tekhnik Penyajian Data

Hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk narasi uraian berisi penjelasan konsep dan pemahaman, gambar, bagan dan tabel dengan menggunakan teknik teknik destkriptif interpretatif sehingga makna yang ingin disampaikan dapat dijelaskan dengan baik dan dengan mudah ditarik kesimpulannya.


(37)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Perempuan Bali dalam Industri Spa

Perempuan berasal dari bahasa sansekerta yaitu “pu” atau “empu”. Mendapat awalan “pe” dan akhiran “an” sehingga menjadi perempuan yang memiliki arti dicintai, dimuliakan, membawa kesejahteraan yang diutamakan. Istilah perempuan juga disebutkan sebagai wanita berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu dari akar kata kerja “wan” memiliki arti menghormati dari kata kerja “wan” kemudian menjadi wanita setelah mendapat akhiran hita/ita yang artinya baik, mulia, dan sejahtera. Berdasarkan kata tersebut perempuan adalah sosok yang memiliki sifat dicintai karena baik, mulia dan sejahtera (Mirvianti, 2008).

Noviasih (2007:1) membagi peran perempuan menjadi lima jenis yaitu peranan perempuan sebagai pendamping suami, peranan perempuan sebagai ibu, pendidik, dan pengasuh, peranan perempuan dalam pelaksaan agama, utamanya upacara-upacara keagaaman, peran wanita dalam kehidupan masyarakat, menumbuh kembangkan nilai-nilai yang baik dalam keluarga dan masyarakat serta peranan perempuan dalam pembangunan yang menyoroti peranan perempuan yang aktif sebagai ibu rumah tangga maupun dalam karirnya.

Perempuan berfungsi sebagai ibu rumah tangga, perempuan melahirkan dan memelihara anak. Fungsi-fungsi perempuan mengkondisikan mereka untuk tinggal di


(38)

rumah dan sebaliknya laki-laki bekerja diluar rumah. Perbedaan antara diluar dan didalam rumah menimbulkan perbedaan derajat antara perempuan dan laki-laki bahkan dengan sesama perempuan. Benar adanya perempuan melalui sistem pendidikan dapat bekerja dan menghasilkan uang. Benar adanya perempuan dalam struktur sosial berperan aktif, bahkan juga menduduki posisi penting tetapi kenyataannya tetap dianggap lebih rendah (Ratna, 2005:230)

Industri pariwisata merupakan penyedia lapangan pekerjaan bagi seluruh lapisan masyarakat Bali. Berbagai jenis indutri yang mendukung pariwisata memang sangat penting terutama bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan. Peluang kerja dalam industri ini telah menarik banyak minat berbagai pihak untuk ikut bergabung, tenaga kerja khususnya perempuan adalah sisi menarik dari pariwisata yang telah sejak lama di perdebatkan dan dikaji oleh para peneliti terutama segala hal yang terkait dengan kesetaraan. Perempuan tidak hanya di industri pariwisata telah mengalami ketidak adilan dalam upah atau kesempatan untuk menduduki posisi pada suatu industri. Hal ini berkembang menjadi sebuah stereotip yang mengakibatkan perempuan selalu merasa tidak adil. Tidak hanya itu, berbagai penelitian juga mengungkapkan bahwa perempuan yang menjalanni sektor publik bersamaan dengan sektor domoestiknya kini sering mendapat permasalahan padahal sesungghnya mereka membutuhkan dukungan agar tetap mampu menjalankan berbagai perannannya.


(39)

Perempuan dalam dunia kerja telah mengalami berbagai perlakukan baik dari atasan atau teman kerja. Perempuan dengan perempuan sendiri pun sering terjadi penindasan misalnya sebagai contoh majikan dan pembantunya. Bila perempuan bekerja berbagai citra tentang mereka pun terbentuk oleh masyarakat. Melakoni dua peran sebagai pekerja ataupun ibu di rumah sungguh membutuhkan pengorbanan yang besar. Beruntung mereka yang masih bisa menjalankan keduanya secara seimbang. Macam-macam pekerjaan dalam industri pariwisata yang digeluti perempuan cukup bervariasi mulai dari guide sampai staff hotel bahkan manajer hotel. Sesuai dengan topik yang dikaji dalam penelitian ini maka perempuan yang dijadikan subjek penelitian adalah mereka yang bekerja sebagai therapis spa luar negeri.

The Golden rule for spa employess: “Treat the spa and each of its guests

exatly as if you were the owner. This is the most accelarated way to move

forward in your spa career. No exceptions. No Exuces”

Menurut Capellini ( 2010) seorang therapis spa harus memberikan perawatan terbaik didunia, memahami berbagai teknik-teknik spa dan peralatannya serta memiliki sertifikasi sebagai seorang therapy. Tujuh hal teknik pelayanan yang harus dimiliki oleh seorang therapis adalah sensitif, fleksibel, positif, kemanusiaan, bertanggung jawab,dan matang. Perasaan sensitif dan penuh empati dalam menangani setiap kostumer adalah hal penting yang harus ditanamkan dalam diri seorang terapis. Bekerja sebagai terapis bukan hanya sekedar memijat dan melakukan perawatan-perawatan yang sudah dipelajari sebgaai seorang terapi. Seorang terapi harus bisa


(40)

menrima kostumernya dalam keadaan apapun bukan karena kostumer itu mampu membayar dan memberi tiiping yang banyak

Seorang terapis spa juga harus fleksibel terhadap lingkungannya, bilamana jadwal harus dirubah tanpa pemberitahuan karena kostumer pada hari itu banyak yang datang . Bila seorang terapis dapat fleksibel maka ia akan menjalankan perjalananya dengan senang hati dan tidak frustasi. Terapis juga harus memiliki karakter positif misalnya ketika kostumer meberi saran atau menyampaikan keluhannya, seorang therapis harus mampu menerima dengan mengatakan “ya” dan tersenyum. Hal ini menunjukkan sensitivitas sebagai seorang therapis. Saran dan keluhan harus dipertanggungjawabkan begitu juga terhadap pekerjaan sebagai seorang therapi. Tidak hanya pada saat memberi perawatan tetapi spa therapis juga harus bertanggungjawab pada lingkungan kerjanya seperti kebersihan alat-alat terapis yang digunakan. Bersahaja juga menjadi sikap yang harus ditunjukkan kepada kostumer karena mereka adalah yang utama. Sikap ini akan menunjukkan kematangan seorang terapis dan merupakan kunci sukses sebagai terapis spa.

Therapis Bali adalah perempuan yang menggeluti dunia spa pada umumnya dan orientasi mereka lebih banyak bekerja sebagai therapis diluar negri. Para therapis spa di Bali rata-rata menyebar di seluruh kabupaten Bali. Hanya saja sumber therapis spa lebih didominasi oleh kabupaten Gianyar, Buleleng, dan Badung, dalam 1 tahun berjalan tahun 2014 itu mencapai kuota 1526, tahun 2013 mencapai angka 1499 jadi


(41)

dengan negara yang dituju ada Turki ada Rusia ada Maldive ada India, Sri Langka dan Australia barat New Zeland (Sumber data PT Alquirny Bagas Pratama, 2015).

Rata-rata gaji pokoknnya berkisar antara 500-800 U$, dengan fasilitas berupa konsumsi, akomodasi dam transportasi. Tipping yang mereka dapatkan juga lumayan besar kisaran 2 $ per perawatan dan bonus dari perusahaan tempat mereka bekerja sebesar 4% perbulan dari total kostumer yang melakukan perawatan. Ketika mereka sakit mereka ditanggung oleh asuransi

Menurut Bapak Wayan Wiratha Kepala Cabang Bali PT Aquirrny Bagas Pratama Bali, salah satu perusahaan penyalur Tenaga Therapis Spa Bali yang berlokasi di Sanur menyebutkan bahwa,

....mereka yang sakit di daerah penempatan mereka di asuransikan... ansurasi ini yang mahal kita pernah telusuri di turki mereka sampai per bulan di asuransikan 4 juta perbulan suatu kasus kemarin di rusia salah seorang terapis mengalami stroke biaya pengobatannya sampai 2 M . Total biaya yang dihabiskan sampai 2 M, kemudian sampai di Bali dia mendapatkan 50 juta (Wayan Wiratha, 1 Juli 2015)

Dengan fasilitas seperti itu ternyata banyak para terapis diluar negeri yang melanggar peraturan dan banyak terkena masalah. Mereka sering over stir seperti pindah ke spa yang lain tanpa ijin, atau tidak kembali ke Bali bila masa kontrak telah habis dan memilih menikah atau melanjutkan mencari pekerjaan lagi.

kenakalan pribadi terapis itu dah bagaimana dia banyak bermasalah dengan pengguna atau dengan bosnnya, itu dah khasusnnya, kadang kadang mereka itu overstir di sana artinnya begini kontraknnya sudah habis visannya sudah habis mereka di iming iming oleh orang misalnnya orang turki sendiri “sudah kamu


(42)

di sini aja nannti saya carikan visa” kadang kadang mereka di gaji lebih karna apa ? karna orang yang mengiming iming mereka orang yang menmpung mereka setelah kontraknnya jatuh tempo visannya habis bisa memberikan gajih kadang kadang 800 bisa 600 karna mereka tidak di asuransikan disana , maka waktu tempo hari ada yang tabrakan meninggal, mereka di turki mereka over stir mereka pacaran disana padahal di Bali sudah punya suami, pacaran, mabuk mabukan, dan akhirnnya tabrakan meninggal ((Wayan Wiratha, 1 Juli 2015) saya waktu itu ada di turki saya cari ke rumah sakit tidak dikasik nengok akhirnnya meninggal karena sudah overstir artinnya semestinnya dia sudah pulang ke Indonesia tapi tetap tinggal disana makanya kasian sekali kepulangan mereka jasadnnya tidak di sertai dengan asuransi gak dapet apa gak dapet karena dia itu nakal (Wayan Wiratha, 1 Juli 2015)

Kejadian- kejadian diatas turut mencoreng nama industri spa. dan ini menjadi bulan bulanan media sehingga bisnis spa terancam karena image yangdiciptakan oleh para terapisnya. Sesungguhnya citra spa di bali sangat baik, jika saja kenakalan para terapis spa baik di dalam dan luar negri dapat diatasi dengan beberapa usaha seperti memberikan sosialisasi kepada masyarakat bahwa image para terapis dan spa itu tidak buruk seperti apa yang disampaikan media dengan harapan agar masyarakat bisa mengetahui bahwa spa itu tidak identik dengan dunia prostitusi. Mengembangkan penelitian-penelitian terkait image spa dan kebijakan-kebijakan. Keunggulan dari spa Bali sesungguhnya ada pada pelayanan dan produk, walaupun beberapa tetap menyediakan jenis treatment yang berasal dari negara-negara lain seperti Thai massage, thalasso dari Eropa. Therapis spa yang bekerja diluar negri pun menghadapi tantangan dalam mempelajari jenis perawatan-perawatan salah satunya di negara Turki yang disebut Hammam.


(43)

Kategori terapis spa di Bali digolongkan menjadi dua, yaitu para terapis yang memang khusus mencari pekerjaan karena mereka berasal dari golongan ekonomi yang rendah. Berikutnya kategori terapis yang memiliki motivasi lain seperti ingin mengelilingi dunia dan ingin mendapatkan suatu pengalaman yang baru. Sering kali kategori kedua ini para terapis yang berangkat tidak memiliki kompetensi.

Seorang terapis spa harus melewati beberapa tahapan sebelum berangkat keluar negri misalnya seperti tes kesehatan. beberapa negara menerapkan tes kesehatan yang general seperti HIV, Hepatitis B sehingga beberapa kali para terapis yang dikirim keluar negeri sakit tiba-tiba dan setelah melakukan cek up mereka ternyata memiliki penyakit.

Perempuan Bali pada kenyataannya mampu menjalankan dua peranan sekaligus baik pada ranah domestik dan ranah publik. Begitu mereka memutuskan untuk bekerja di Spa segala konsekuensi yang mereka dapatkan mereka terima karena akan jauh dari keluarga namun di saat yang sama pula mereka menjadi tulang punggung keluarga. Peran suami yang mendukung mereka adalah kunci kekuatan dari perempuan Bali. dalam hal ini kesetaraan gender tampak dimana laki-laki bersedia menggantikan peran istri dalam merawat anak, dan membantu dalam kegiatan domestik perempuan dalam kehidupan rumah tangganya. Tak banyak hal yang bisa dilakukan perempuan tanpa dukungan tersebut karena itu merupakan sumber


(44)

kekuatan perempuan untuk mengaktualisasikan dirinya namun tidak merendahkan posisi keluarganya didalam keluarganya.

Dalam era ekonomi global sekarang ini perempuan dituntut untuk dapat berinovasi dan suskses dalam berbagai bidang. Banyaknya usaha yang muncul salah satunya spa adalah jenis insdustri keratif yang merupakan dunianya para perempuan. Jenis usaha ini sepertinya akan terus berkembang seiiring meningkatnya kebutuhan wisatawan untuk mendapatkan perawatan khusus bahkan penyembuhan setelah mereka sakit. Sumber potensi utamanya adalah SDM terutama perempuan karena perempuan memang memperhatikan kecantikan dan kesehatan tubuhnya melalui kegiatan-kegiatan spa yang sudah sejak turun temurun dilakukan oleh para leluhur dan nenek moyang.

Perempuan Bali secara khusus juga telah berkontribusi membentuk citra industri spa, para therapis baik yang bekerja dalam dan luar negeri telah memiliki kesan tersendiri bagi para kostumer berasal dari berbagai belahan dunia. Seperti yang dungkapkan antara news yang informasinya berasal dari kepala Bali spa training center yang menyatakatan spa therapis yang berasal dari bali sangat diminati di Timur Tengah Oman, Bahrain, Dubai dan Saudi Arabia. Masyarakat Timur tengan sampai


(45)

ke Indonesai khususnya Bali mencari therapis spa karena mampu memberikan pelayanan yang terbaik dengan ketulusan dan ketrampilannya 1.

Untuk memenuhi kebutuhan therapis tersebut dikutip dari harian Bali Post menyebutkan pemerintah serta lembaga terkait mengusahakan terbentuknya standar therapis spa dengan melakukan uji kompetensi bagi para therapis spa Bali. Therapis spa harus memiliki ketrampilan, sikap dan pengetahuan sebagai standar yang harus dipenuhi sebelum terjun kedunia indutri spa. Predikat yang dimiliki therapis spa Bali adalah peluang sekaligus tantangan bagi bali sebagai Destinasi spa terbaik didunia2

Peluang perempuan Bali dalam industri spa sangat besar, terlibat tidak hanya sebagai therapis juga sebagai pengusaha beberapa pengusaha spa ternama di Bali dikelola oleh perempuan seperti Ibu Yuniani pengusaha spa Bali tangi yang mengelola usahanya bersama suami dan Ibu Putu Indri Artini Arta yang membuka pelatihan bagi para wisatawan untuk belajar spa serta mempelajari produk spa Sekar Jagat Spa di Nusa dua. Kedua tokoh perempuan ini merupakan contoh sukses dari banyak perempuan lainnya yang belum diungkapkan kiprahnya dalam industri spa.

1http://www.antarabali.com/berita/4608/bali-spa-kewalahan-penuhi-permintaan-timur-tengah


(46)

Gambar 2. Ibu Indri kedua dari kiri pemilik Sekar Jagat Spa, Nusa Dua


(47)

Tantangan yang dihadapi therapis spa Bali juga muncul karena image Bali Girl yang memang merupakan ciri khusus perempuan Bali yang berbudaya serta memiliki tanggung jawab, ketulusan dan loyalitas dalam bekerja. Hanya saja perkembangan sekarang ini ketika sulitnya therapis spa Bali untuk dikirm keluar negeri maka untuk mengatasinya dikirimlah therapis spa dari jawa dan kupang informasi ini terungkap dari hasil wawancara yang diungkapkan seperti ini.

sebenarnnya peluang Bali Girl, perempuan Bali menjadi therapis karena perempuan Bali membawa budaya bali, kan akan tetapi banyaknya permintaan terapis spa malah dijadikan kesempatan untuk mengirim Jawa girl dan kupang girl yang tidak memiliki kriteria permepuan Bali hal itu akan menyebabkan nama therapis Bali jatuh (Wayan Wiratha, 1 Juli 2015).

Sungguh disayangkan bila nantinya hal ini dapat menurunkan popularitas therapis Bali ,selain karena permasalahan yang timbul akibat permasalaha pribasi para therapis dengan kemunculan pandangan terhadap therapis luar Bali yang diakui sebagai therapis Bali turut menjadi ancaman bagi perkembangan industri spa dan therapis Bali.

5.2 Kualitas hidup perempuan Bali yang bekerja pada industri spa

Kualitas kehidupan seseorang bisa ditunjukkan dengan tercapainya segala harapannya dengan menunjukkan sikap puas terhadap apa yang telah dicapainya dalam setiap aspek kehidupan. Aspek-aspek kehidupan pun bermacam-macam adanya dan saling mempengaruhi satu sama lain. Pada penelitian ini peneliti ingin


(48)

mengkaji secara subjektif terhadap kualitas hidpu yang dirasakan oleh perempuan Bali khususnya para therapis spa yang bekerja diluar negeri. Para therapis spa ini tergolong para therapis yang sudah berpengalaman bekerja di luar negeri 2-5 tahun bahkan ada yang sudah menjadi spa manajer berbekal pengalamannya menjadi tenaga therapis spa diluar negeri.

Kuisioner yang di isi oleh para therapis spa berisi tujuh aspek kehidupan tersebut: materi, kesehatan, produktivitas, keintiman, keamanan, status dimasyarakat, emosional individu. Ketujuh aspek ini dinilai dengan item yaitu “benar sekali”, agak tidak benar”, “agak benar”,“semua tidak benar” . pemilihan item ini didasari keingintahuan tahuan untuk menganalisis apakah benar dengan bekerja menjadi therapis spa mereka mencapai kualitas hidup yang baik. Kuisioner di bagikan kepada 20 therapis spa yang masing-masing jawaban nya akan ditabulasi secara sederhana dengan menunjukan presentase atas item yang dipilih sebagai bentuk jawaban mereka.

Setiap orang memandang kualitas hidupnya berbeda-beda. Ada yang merasa sehat sudah cukup, bahagia saja sudah cukup bila mempunyai uang untuk makan. Masing-masing pandangan akan berbeda sehingga memerlukan pengukuran apakah orang tersebut mencapai kualitas hidupnya. Dari hasil kuisioner rata- rata pendapatan mereka selama enam bulan bekerja menjadi therapis spa adalah sebesar US $6.500-US $10.000. atau bila dikonversikan ke dalam Rupiah sekitar Rp.


(49)

85.000.000-Rp.130.000.000. Penghasilan yang besar bagi mereka yang masih single dan cukup untuk mereka yang sudah berkeluarga.

Sebagian besar jawaban mengungkapkan dengan bekerja menjadi therapis spa mereka mencapai kepuasan hidup dengan meningkatnya beberapa aspek kehidupan terutama materi, bahagia karena kualitas hidupnya meningkat, tidak mengalami tekanan dalam pekerjaannya, memnadang pekerjaan sebagai therapis adalah pekerjaan yang baik walaupun masih ada citra negatif yang belum ditemukan solusinya, puas karena membantu keuangan keluarga, memiliki hubungan yang baik diantara teman-teman sesama therapis, keakraban dalam keluarga membaik, merasa puas dengan pekerjaannya sebagai therapis spa.

Hasil kuisioner menunjukkan 85 persen menyatakan dengan bekerja sebagai therapis spa mereka benar sekali mengalami peningkatan kualitas hidup. Latar belakang mereka memilih pekerjaan menjadi therapis spa memang didasari ingin membangun ekonomi keluarga seperti yang disampaikan salah seorang therapis spa yang bekerja di Turki selama 1 tahun Ni Wayan Urip Kusuma Yanti, menyatakan:

...hasil kerja dipakai untuk membayar hutang dan anak-anak.... (Yanti, 13 juli 2015)

Tidak hanya dari sisi materi ternyata perempuan Bali yang bekerja menjadi therapis spa lebih mengutamakan pengalaman serta hubungan yang baik tercipta antar sesama therapis selama bekerja diluar negeri. Saling menjaga dan berbagi


(50)

pengalaman walapun persaingan tetap dirasakan hadir diantara mereka sesama therapis. Ungkapan Bali sagalak saguluk salanglang salunglung sabayantaka, paras poros sarpanaya ternyata berlaku bagi para therapis Bali. Ungkapan ini memiliki makna bekerja sama dalam mencapai tujuan dan tolong menolong dengan sesama dan menunjukkan nilai solidaritas yang tinggi. Peningkatan kualitas hidup dari segi materi dan non materi adalah ketika para therapis memperoleh hasil kerjanya selama berbulan-bulan atau bahkan setiap tahun dengan keberangkatan berkala telah mencukupi kebutuhan keluarga secara menyeluruh.

Peningkatan ekonomi keluarga juga meningkatkan hubungan keintiman keluarga, dirasa antar satu anggota keluarga dan yang lainnya menjadi lebih akrab karena diberi tanggungjawab untuk saling menjaga selama ditinggal oleh ibu atau saudaranya menjadi therapis diluar negri.

Bagi para perempuan Bali pekerjaan therapis spa adalah pekerjaan yang mulia, karena tujuan mereka untuk memberikan kepuasan bagi konsumen dengan memberikan pelayanan perawatan. Walaupun citra negatif yang muncul tentang therapis spa masih menajdi ancaman untuk para therapis spa bekerja diluar negeri. Citra negatif therapis spa yang juga memberikan pelayanan sex kepada konsumennya adalah yang paling terburuk. Demikian yang diungkapkan seorang therapis spa yang mengaku pernah dipancing oleh konsumennya untuk melakukan hubungan sex layaknya suami istri. Hal ini memang ironi dimana bila ada therapis spa yang


(51)

menyalahi aturan makan akan berdampak pada citra keseluruhan therapis spa yang ada.

Dunia spa yang identik dengan penyegaran ternyata bagi therapis spa juga dapat menimbulkan stress, hal ini terjadi karena tekanan pekerjaan dimana mereka harus bekerja melebihi waktu atau jumlah konsumen yang datang pada hari itu meningkat. Keluhan karena harus bekerja lebih juga ditambah dengan jenis therapi spa yang baru misalnya saja di Rusia, spa disana cenderung menawarkan perawatan ala Thailand sehingga para therapis spa ini harus belajar dan meningkatkan ketrampilannya untuk belajar berbagai jenis therapi spa. Di Turki contoh lainnya Hammam atau pemandian Turki yang merupakan variasi dari Pemandian Romawi, mandi uap, sauna, atau banya Rusia. Hammam dibedakan berdasarkan fokusnya kepada air, serta suasana dan kondisi uapnya yang berbeda.

Di Eropa Barat,apa yang disebut "pemandian Turki" adalah suatu metode membersihkan tubuh sekaligus relaksasi yang dipopulerkan pada Era Victoria. Proses yang dilakukan dalam pemandian Turki serupa dengan sauna, akan tetapi tradisi ini lebih terkait dengan tradisi pemandian Yunani Kuno dan Romawi. Pemandian Turki dimulai dengan relaksasi dalam ruangan pertama (disebut ruangan hangat) yang dipanaskan oleh aliran udara panas yang kering, hal ini memungkinkan penggunanya bernapas dengan lega. Pengguna kemudian melanjutkan terapi dengan memasuki ruangan yang lebih panas (disebut ruangan panas) sebelum akhirnya mandi air


(52)

dingin. Setelah mandi sempurna dengan membersihkan seluruh bagian tubuh, pengguna kemudian akan menikmati pijat, kemudian akhirnya memasuki ruangan pendinginan untuk relaksasi dan bersantai 3. Permasalahan yang timbul adalah kekuatan fisik terapis yang tidak memiliki ketahanan terhadap pelaksanaan Hammam. Misalnya, seorang therapis Buleleng yang memiki riwayat asma menjadi sakit karena harus melakukan jenis perawatan ini.

Hasil penelitian secara menyeluruh berhasil mengungkap bahwa secara subjektif kualitas hidup seseorang dipengaruhi banyak faktor. Faktor-faktor tersebut juga mempengaruhi kehidupan sesorang ataupun orang lain dalam lingkungannya. Secara subyektif jawaban dari wawancara dan kuisioner adalah perwakilan dari perasaan para therapis yang mana peningkatan dalam hidupnya sangat terkait dengan rasa puas yang dirasakan karena hidupnya sudah mencapai taraf kesejahteraan. Begitu pula dengan objektifitas yang terbentuk karena lingkungannya seperti rasa nyaman bekerja dengan therapis spa lainnya walaupun berada di negeri orang mereka bisa bekerja sama dan rasa persaudaraan meningkat.

Para therapis spa yang menjadi subjek penelitian telah mengungkapkan bahwa dalam lingkungan kehidupannya telah terjadi proses adaptasi yang luar biasa. Meninggalkan keluarga dan keluarga yang dtinggal pun adalah adaptasi yang luar biasa apalagi bagi seorang perempuan yang harus rela meninggalkan anak-anaknya


(53)

untuk diasuh ayah dan keluarga. Hal ini membuktikan adanya kelenturan dalam hubungan antara keluarga yang mana perempuan yang harusnya mengurs urusan internal rumah tangga dan menjalankan fungsinya sebagai seorang ibu kini beralih harus menjalankan kehidupan publik yaitu harus bekerja sedangkan laki-laki mau menerima kelenturan ini dengan menjaga anak-anak dalam keluarga.

Pandangan perempuan yang bekerja sepertinya telah mulai bergeser karena berbagai tuntutan hidup yang harus dipenuhi terutama untuk mencapai kualitas hidup yang diinginnkan sebagai patokan kesejahteraan seseorang. Dengan menjadi therapis dan mampu memenuhi kebutuhan keluarga perempuan dapat menerima pengakuan serta dapat melakukan aktualisasi diri. Akan tetapi tidak bisa dilupakan bahwa kepuasan dalam hidup tidak serta merta diperoleh dari kemampuan diri sendiri namun dukungan keluarga serta batas-batas kepuasan tersebut yang dapat ditentukan hanya oleh diri sendiri atau satu aspek saja dalam kehidupan da kecenderungan yang terjadi adalah sebaliknya karena satu aspek yang dominan tidak meningkat dapat mempengaruhi kepuasan hidup lainnya.


(54)

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah perempuan Bali yang menjadi therapis spa adalah bagian terpernting dari perkembangan spa di Bali terkait citra perempuan Bali yang menjadi therapis yang diminati kalangan wisatawan serta pengusaha-pengusaha industri spa karena keuletan, loyalitas, dan kejujurannya. Tidak sedikit dari mereka yang juga telah menjadi menajer atau bahkan membuka usaha spa berdasarkan pengalamannya sendiri. Taraf kehidupan yang membaik artinya telah mencapai tingkat kesejahteraan yang walapun hanya ditemukan pada aspek materi yaitu peningkatan ekonomi keluarga.

Secara keseluruhan dari 20 therapis spa 85 persen telah mengungkapkan bahwa mereka mengalami peningkatan kualitas hidup yang dipengaruhi dua faktor yaitu materi dan keakraban. Materi yang dimaksud adalah peningkatan ekonomi keluarga karena ada penghasilan yang cukup besar untuk membiayai kebutuhan keluarga dan keakraban yang dimaksud adalah selama bekerja di luar negeri rasa solidaritas dan saling menolong antar therapis spa menciptakan suasana kerja yang baik sehingga tidak mengalami tekanan atau stress akibat pekerjaan, keakraban dalam keluarga juga dirasakan menjadi aspek yang meningkatkan kualitas kehidupan.


(55)

Penelitian ini masih memiliki keterbatasan yaitu variabel-variabel yang menentukan kepuasan hidup seseorang yang belum dinilai secara maksimal karena hanya menekannkan pada sisi subjektifitas para terapis spa. hasil penelitian masih harus diperdalam lagi dengan analisis kuantitatif untuk menentukan aspek-aspek kehidupan yang dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang.

Saran dalam penelitian ini ditujuan pada pemerintah yang khususnya menangani proses izin para therapis spa sehingga mereka yang memang memiliki ketrampilan, pengetahuan dan sikap yang sesuai dengan standarnya yang bisa memperoleh pekerjaan diluar negri. Terkait citra therapis Bali, kembali lagi pada standar dan penanaman budi pekerti bagi para therapis sehingga mereka tetap mempertahankan norma-norma dan nilainnya dan tidak mudah terpengaruh pada hal-hal negatif yang berasal dari pribadi mereka atau pergaulan selama diluarnegri. Poin terakhir ini yang amat perlu ditekankan karena tidak mudah mengubah pribadi seseorang dan akar permasalahan yang terjadi selama ini memenag berasal dari pribadi para therapis spa itu sendiri.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Ismi Dwi, dkk, 2008. Model Pemberdayaan Perempuan pedesaan di Bidang pembangunan pariwisata, Spirit Publik, Vol 4, Nomor 1 p 51-68

Bansal. S.P, Jaswinder Kumar. 2011, Women Empowerment and self sustainability through tourism: case study of self employed women in handicraft sector in kullu valley of himachal pradesh, Himachal Pradesh University Journal

Cipta, Eni 2012, Pemilik Jepun Bali Spa di kawasan Peti Tenget

Cohen, Marc, Gerard Bodeker 2008. Understanding the Global spa industry Spa management, Elsivier

Cukier, Judie, Joanne Norris, Geoffrey wall , 1996. The involvement of women in the tourism industry of Bali, Indonesia, The Journal of development studies, 33,2:proquest pg 248

Genc, Ruhet, 2012. Subjective aspect of tourist quality of life dalam Handbook of tourism and quality of life, springer

Lee, dkk, 2005. Contributing to Quality of Life: A New Outcome Variable for Information Technology in Ubiquitous Computing Environments

Nigade, Jyoti J, Bhola, Sarang S, 2014. Impact of quality of work life (QWL) on QOL of working women, Indian Streams Research Journal Vol 4- Issue 1

Noll, Herbert Heinz. 2002. Social indicator and quality of life research:background, achievement and current trends, Nicolai Ed: Genov

Perempuan bali. madebayu.blogspot.com/2012/02/perempuan-nali.html

Puspa, IA Tary, 2012. Ardanareswari dalam Hindu, majalah hindu raditya kamis 26 april 2012.

Putra, I Nyoman Darma, 2013. Peran perempuan dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan: kisah empat pahlawan kuliner Bali, Makalah seminar pariwisata berkelanjutan: Universitas Udayana

Rahyuda, Irma, Putu Sucita Yanthy, Ni Nyoman Sri Aryanti, 2014. Klasifikasi Industri Pariwisata SPA di kawasan badung selatan, Prosiding seminar nasional kepariwisataan dan diseminasi hasil penelitian 2014.

Saptari, Ratna. Briggitte Holzner, 1997. Perempuan Kerja dan Perubahan Sosial sebuah pengantar studi perempuan, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti

Suardana, I Wayan. Pemberdayaan Perempuan di kawasan kuta sebagai upaya peningkatan kualitas parwisata bali, Fakultas Pariwisata Udayana

Techatassanasoontorn, A., Tanvisuth, A. (2008). "The Bottom-up and Horizontal Spillovers of Quality of Life from ICT Use: The Case of Community

Technology Centers," Proceedings of JAIS Theory Development Workshop. Sprouts: Working Papers on Information Systems, 8(18).

http://sprouts.aisnet.org/8-18

Velasco, maria Jose Prados, 1999. Andalusian women and their participation in rural tourist trade, Geojurnal 48,3; Proquest pg 253


(57)

Williams, Anne, 2007. Spa body work A Guide for massage Therapists, Lippincott Willians and Wilkins

Yang, li dan Xiang li, 2012. Ethnic Tourism and resident Qality of Life dalam Handbook of tourism and quality of life, Spinger

Moleong, Lexy. J, 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif,Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Cummins, Robert A, 1997, Comprehensive Quality of life scale, Deakin university: School of Psycology


(58)

INSTRUMEN

KUALITAS HIDUP THERAPIS PEREMPUAN BALI DALAM INDUSTRI PARIWISATA SPA

Ibu/saudari yang terhormat,

Sehubungan dengan penyusunan laporan penelitian dosen muda pada program lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat Universitas Udayana, bersama ini saya Leli Kusuma dewi dan team peneliti mohon kesediaan anda untuk menjawab pertanyaan wawancara jujur tanpa dipengaruhi oleh pihak manapun. Daftar pertanyaan dalam wawancara disusun hanya untuk kepentingan ilmiah, atas bantuannya kami ucapkan terimakasih.

a. Data responden (Mohon ditulis atau dilingkari pada kolom yang telah disediakan)

no KETERANGAN INFORMAN

1 Nama

2 TTD tahun bulan tanggal tempat

3 Alamat

4 dimanakah anda tinggal a) Rumah tinggal milik anda

b) Menyewa Rumah

c) Menyewa kamar kos

d) lain...

5

Berapa kali dalam tiga bulan ini anda mengunjungi dokter

a) tidak pernah b) 1-2 c) 3-4 d) 5-7

e) 8/

Lebih

6 Apakah anda memiliki masalah kesehatan?

a) ya, sebutkan b) tidak (lanjutkan kepertanyaan berikutnya)

7 Berdasarkan kegiatan waktu luang anda, dalam 3 bulan ini kegiatan apakah yang sering anda lakukan

a) Bergabung dan mengikuti kegiatan club/kelompok social

b) bertemu dengan teman

c) menonton do bioskop

d) melakukan persembahyangan ( metirta yatra)

e) mengobrol singkat dengan tetangga

f) berwisata kuliner

g) mengunjungi keluarga

h) berolah raga


(59)

8 Berapakah pendapatan anda dalam sebulan?

a)2,5 Juta

b)3,5

Juta c)5juta d) 5 juta /Lebih e)

b. DAFTAR PERTANYAAN DALAM WAWANCARA 1. Perubahan kehidupan perempuan bali secara materi

a. Apakah perubahan yang anda rasakan secara materi dengan bekerja di industri spa?

b. Apakah dengan bekerja sebagai therapis spa anda dapat membantu keuangan dalam keluarga?

c. Apakah dengan bekerja sebagai therapis anda dapat berinvestasi?

d. Bagaimana peluang kerja yang anda rasakan karena perkembangan industri spa?

e. Apakah anda yang bekerja di industri spa mengalami peningkatan pendapatan?

2. Kesehatan perempuan Bali

a. Berapa kali anda kedokter dalam sebulan? Apakah karena sakit? b. Bagaimana perasaan anda terhadap kualitas dari kesehatan anda?

c. Apakah anda merasa aman dari penularan penyakit kulit dan sejenisnya dalam aktivitas sebagai therapis spa?

3. Produktivitas perempuan bali

a. Apakah anda ingin mengembangkan karier menjadi pengusaha spa?

b. Bagai mana menurut anda perempuan- perempuan bali yang dulunya adalah terapis spa kini lebih maju dan menjadi pengusaha spa?

c. Menurut anda perkembangan industri spa apakah meningkatkan kesempatan anda sebagai terapis untuk bekerja diluar negri?

4. Keamanan perempuan bali

a. Apakah ada rasa keterikatan antar komunitas sesama terapis spa baik ketika di didalam atau diluar negri?

b. Sejauh mana aktivitas sebagai terapis menciptakan interaksi dengan terapis lainnya atau dengan wisatawan?


(60)

a. Bagaimana hubungan anda dengan keluarga ?

b. Interaksi dalam bentuk apa yang anda rasakan dengan wisatawan saat menjalani aktivitas sebagai therapis?

6. Perubahan qol (keadaan emosional: rasa bahagia dan puas)

a. Menurut pendapat anda apakah bekerja sebagai terapis di insutri pariwisata spa meningkatkan kepuasan terhadap kualitas hidup?

b. Menurut pendapat anda apakah anda merasa bahagia dengan adanya perkembangan industri spa?

c. Terkait rasa puas dan bahagia terhadap kualitas hidup di bidang apakah yang anda rasakan meningkat? (pelayanan kesehatan dan pendidikan )?

d. Menurut anda apakah menjadi therapis di industri spa bali meninmbulkan stress di dalam kehidupan anda?

e. Apakah citra negatif dari therapis spa menimbulkan tekanan untuk anda? 7. Menurut anda kualitas hidup dan kebahagian seperti apa yang dirasakan sebagai therapis spa? (ekspresikan dalam 1-5 kalimat)


(1)

References

Astuti, Ismi Dwi, et al., 2008. Model Pemberdayaan Perempuan Pedesaan di Bidang Pembangunan Pariwisata. Spirit Publik, Vol 4, Number 1 p 51-68

Bansal. S. P and Jaswinder Kumar. 2011. Women empowerment and self sustainability through tourism: case study of self employed women in handicraft sector in Kullu Valley of Himachal Pradesh. Himachal Pradesh University Journal.

Cohen, Marc and Gerard Bodeker. 2008. Understanding the Global Spa Industry:

Spa management. Elsivier

Cukier, Judie et al. 1996. The involvement of women in the tourism industry of Bali, Indonesia. The Journal of Development Studies, 33 (2): proquest pg 248

Cummins, Robert. 1997. Comprehensive Quality of Life Scale. Deakin University: School of Psycology

Genc, Ruhet. 2012. Subjective aspect of tourist quality of life in the Handbook of tourism and quality of life. Springer

Lee, et al. 2005. Contributing to Quality of Life: A New Outcome Variable for Information Technology in Ubiquitous Computing Environments

Moleong, Lexy. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nigade, Jyoti J. and Bhola Sarang S. 2014. Impact of quality of work life (QWL) on

QOL of working women. Indian Streams Research Journal Vol 4- Issue 1

Noll, Herbert Heinz. 2002. Social indicator and quality of life research: background, achievement and current trends, Nicolai Ed: Genov

Perempuan Bali. URL: madebayu.blogspot.com/2012/02/perempuan-nali.html

Puspa, I.A. Tary. 2012. Ardanareswari dalam Hindu. Hindu Raditya Magazine. Thursday 26 April 2012.

Putra, I Nyoman Darma. 2014. “Empat Srikandi Kuliner Bali: Peran Perempuan Dalam Pembangunan Pariwisata berkelanjutan”.JUMPA; Vol. 1, No. 1, pp. 65-94.

Rahyuda, Irma et al. 2014. Klasifikasi Industri Pariwisata SPA di kawasan Badung selatan. Proceedings of National Seminar on Tourism and Research Dissemination. 2014.

Saptari, Ratna and Briggitte Holzner. 1997. Perempuan Kerja dan Perubahan

Sosial: sebuah pengantar studi perempuan. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti

Suardana, I Wayan. Pemberdayaan Perempuan di Kawasan Kuta Sebagai Upaya

Peningkatan Kualitas Parwisata Bali. Faculty of Tourism of Udayana

University

Techatassanasoontorn, A. and Tanvisuth, A. 2008. “The Bottom-up and Horizontal Spillovers of Quality of Life from ICT Use: The Case of Community


(2)

Sprouts: Working Papers on Information Systems, 8(18). http://sprouts.aisnet.org/8-18

Velasco, Maria. 1999. Andalusian women and their participation in rural tourist trade, Geojurnal 48 (3): Proquest pg 253

Williams, Anne, 2007. Spa Body Work: A Guide for Massage Therapists. Lippincott Willians and Wilkins

Yang, Li dan Xiang Li. 2012. Ethnic Tourism and resident Quality of Life in Handbook of tourism and quality of life. Spinger


(3)

Log Book Kegiatan Penelitian Dosen Muda Tahun 2015

Judul Penelitian : QOL: PEREMPUAN BALI DALAM INDUSTRI PARIWISATA SPA

Kegiatan yang Telah Dilaksanakan :

No Bulan / Tahun Kegiatan Hasil

1 29 Mei 2015 Survey lokasi penelitian

Bertemu dengan Pihak PT Alquirri Bagas Pratama Bali untuk mohon rekomendasi dan informasi mengenai Therapis spa di Bali .

Pihak memberikan informasi therapis spa yang datang dan akan bersedia untuk di wawancarai pada hari senin dan jumat setiap minggunya

2 1 Juni 2015 Pelaksanaan kegiatan penelitian Pihak perusahaan penyalur tenaga therapi spa merekomendasikan dan memberi informasi gambaran tentang perempuan stherapis spa Bali

Minggu I - II Memohon ijin untuk melaksanakan penelitian dan sekaligus pengumpulan informasi dari pimpinan PT Alquirri Bagas Pratama Bali dan therapis spa yang di tunjuk

7 Juni 2015

Minggu III - IV Pelaksananan kegiatan penelitian

Wawancara dan penyebaran kuisioner

3

Juli 2015

Penulisan laporan Kemajuan Analisis hasil studi pustaka dan wawancara

Minggu I-II

Penulisan Laporan

Studi pustaka terkait QOL perempuan therapis spa

Hasil laporan Kemajuan penelitian untuk menjawab permasalahan 1 dan 2

4 Minggu III-IV

Pengumpulan Laporan kemajuan

5

Agustus 2015 Minggu I-II

Penulisan Laporan Akhir Hasil laporan akhir untuk dipublikasikan di Senastek 2 dan Symphonit 1

6 Minggu III-IV

Penulisan Publikasi

Abstrak dan Paper Bahasa Indonesia dan Inggris


(4)

7

September 2015 Minggu I-II

Upload abstrak dan full paper

Upload abstrak dan full Paper

8

September Minggu I-II

Pengumuman SENASTEK

Pengumuman Senastek

9

Oktober Minggu 1-2

Pengumuman Symphonit

Pengumuman Symphonit

10

Oktober Minggu III-IV

Persiapan Design Poster

Presentasi seminar Poster Senastek 2 29-30 Oktober 2015 Patra Jasa Bali

Persiapan Desian Poster

Presentasi seminar poster senastek 2

11

November Minggu I-II

Upload laporan Akhir

Presentasi seminar International Symphonit (Pemakalah) 12-13 Nov 2015 WestinBali

Upload laporan Akhir

Presentasi seminar international

Denpasar 16 November 2015

Ketua Tim Peneliti

Luh Gede Leli Kusuma Dewi, S.Psi, M.Par NIP. 198003102006042002


(5)

LAPORAN PENGGUNAAN DANA PENELITIAN DOSEN MUDA Judul Penelitian :QOL Perempuan Bali dalam Industri pariwisata SPA

Fakultas/Program Studi : Pariwisata/Universitas Udayana

Jumlah dana yang diterima (100%) : Rp. 10.000.000,- Jumlah dana yang telah terpakai : Rp. 10.000.000,-

No Kegiatan (Rp)

1 Persiapan penelitian :

a. Bahan dan peralatan

- Kertas, tinta printer, ball poin/pulpen Rp200.000

-Sewa kamera digital, video, perekam/tape

recorder Rp450.000

- Biaya Pulsa komunikasi Rp200.000

Kuisioner Rp75.000

2 Survey penelitian/penjajagan:

- Transportasi Rp600.000

- Konsumsi Rp300.000

3 Pelaksanaan kegiatan penelitian:

- Transportasi 1. 200.000

- Konsumsi Rp700.000

- Komunikasi Rp500.000

- Tabulasi dan coding Rp300.000

- Analisis Rp350.000

4 Penggandaan proposal Rp200.000

Penggandaan laporan kemajuan Rp200.000

5 daftar senastek Rp1.000.000

6. Daftar Symponit Rp. 500.000

7 Poster Rp. 107.000

8 Terjemaahan dan Proofreader Rp.1000.000


(6)

10 Honor Anggota 1 Rp. 384.750

11 Honor Anggota 2 Rp. 384.750

12 Pajak Honor Rp. 68.250

13 Perbanyak laporan akhir Rp. 368.850

Total Rp. 10.000.000

Denpasar 16 November 2015

Ketua Tim Peneliti

Luh Gede Leli Kusuma Dewi, S.Psi, M.Par NIP. 198003102006042002