PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG.

(1)

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA

NEGERI 2 BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Prodi Pendidikan Sosiologi

Oleh

RINRIN NURHIDAYANTI 1103627

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA

NEGERI 2 BANDUNG

Oleh

Rinrin Nurhidayanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

©Rinrin Nurhidayanti 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Mei 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lain tanpa ijin dari penulis.


(3)

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG


(4)

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengaruh Penjulukan Jurusan IPA dan IPS Terhadap Kecenderungan Perilaku Menyimpang Pada Siswa Di SMA Negeri 2 Bandung

Pembimbing I : Dr. Elly Malihah S, M.Si Pembimbing II : Syaifullah Syam, S.Pd, M.Si

Rinrin Nurhidayanti NIM. 1103627

ABSTRAK

Penjulukan merupakan salah satu bentuk respon terhadap stimulus yang diberikan oleh individu atau kelompok, yang mana penjulukan cenderung mengarah pada penyimpangan. Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya penjulukan berbeda yang berbentuk positif dan negatif terhadap siswa khususnya siswa jurusan IPA dan IPS, yang memberikan pengaruh bagi penerima julukan. Penjulukan positif berpengaruh pada hal yang positif juga, sedangkan penjulukan negatif berpengaruh pada hal negatif dan positif. Penjulukan berbentuk positif dapat membuat siswa termotivasi untuk terus berprestasi, sedangkan penjulukan negatif dapat membuat siswa kehilangan motivasi untuk berprestasi dan bahkan cenderung melakukan perilaku menyimpang di sekolah. Salah satu pengaruh dari penjulukan yaitu menimbulkan kecenderungan perilaku menyimpang siswa.

Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui seberapa besar pengaruh dari penjulukan jurusan IPA dan IPS terhadap kecenderungan perilaku menyimpang pada siswa. Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Bandung dengan populasi sebanyak 1194 siswa dan sampel sebanyak 179 responden. Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran (mixed methods) dengan strategi eksplanatoris sekuensial, yaitu gabungan penelitian kuantitatif dan kualitatif, yang mana dalam pengumpulan data tahap awal menggunakan metode kuantitatif dan pada tahap kedua menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup, wawancara, observasi dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh penjulukan jurusan IPA dan IPS terhadap kecenderungan perilaku menyimpang pada siswa di sekolah. Berdasarkan penelitian kuantitatif pengaruh atau tingkat hubungannya sangat rendah dengan nilai koefisien determinasi 0,5%, sedangkan penelitian kualitatif menunjukan pengaruhnya sangat besar, karena ketika siswa IPA diberi penjulukan positif yaitu “pintar” berpengaruh pada tindakan yang positif juga, sedangkan siswa jurusan IPS yang memiliki julukan negatif yaitu “nakal” berpengaruh pada kecenderungan berperilaku menyimpang. Rekomendasi bagi penelitian ini diantaranya bagi pihak sekolah dan guru hendaknya mampu menjelaskan apa fungsi dari penjurusan di SMA, bagi masyarakat dapat secara bijak memandang siswa dari jurusan manapun dan bagi siswa, sedari awal hendaknya memahami minat bakat dan potensi yang dimilikinya supaya siswa dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal.


(5)

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

The impact of labeling in science and social major on deviation among the students in SMA Negeri 2 Bandung.

Rinrin Nurhidayanti NIM. 1103627

ABSTRACT

Labeling is one of the response to stimulus which is given by the individual or the group where labeling tends to be deviation. This study is based on the impact of labeling whether it is positive or negative on students who are science or social major which influences those the receiver of labeling. This labeling can be positive or negative impact to the students’s life of their living way in science or social major. The effect of positive labeling can motivate students to be success, instead it tends students to be deviant. The impact of this labeling is deviation among the students.

The purpose of this study is to find out how much the impact of labeling in science or social major on deviation among the students. This study takes place in SMA Negeri 2 Bandung involving population about 1194 students and sample about 179 respondents. This study is mixed method approach with sequence explainationary, which means combination of qualitative and quantitative approach where data is firstly collected with quantitative approach and secondly using qualitative approach. Data is collected through closed questionnair, interview, observation and documentation.

The result of this study shows that there is impact of labeling in science or social major on deviation among the students in school. Based on quantitative research there influences or the level of relation is low with coefficient value of determinant about 0,5%, meanwhile qualitative research shows that the impact of labeling is high, because when the students of science major are given positive labeling (clever) influencing them to do the right thing, but when the students of social major are given negative labeling (moron or bad) influencing them to do the bad thing or to be deviant. This study recommends school and teacher to explain the students about the funcion of majoring in high school, recommendation for society is being wise to view student not from their major and recommendation for students is to comprehend their skill and ability so that they can find themselves and develop their skill and ability in the future.


(6)

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Tinjauan Teori ... 10

1. Teori Interaksionisme Simbolik ... 10

2. Teori Labeling ... 13

3. Penjurusan Siswa SMA ... 18

a. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Penjurusan ... 20

b. Kelebihan dan Kelemahan Penjurusan ... 21

4. Penyimpangan Sosial ... 22

a. Pengertian Perilaku Menyimpang ... 22

b. Relativitas Perilaku Menyimpang ... 26

c. Bentuk Perilaku Menyimpang ... 28

d. Ciri-ciri Perilaku Menyimpang ... 30


(7)

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Penelitian Terdahulu ... 34

C. Kerangka Pikir ... 36

D. Hipotesis ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Desain Penelitian ... 39

B. Definisi Operasional ... 42

C. Variabel Penelitian ... 42

D. Partisipan dan Tempat Penelitian ... 43

1. Lokasi Penelitian ... 43

2. Partisipan ... 44

E. Populasi dan Sampel ... 44

1. Populasi ... 44

2. Sampel ... 46

F. Instrumen Penelitian ... 47

G. Proses Pengembangan Instrumen ... 54

1. Uji Validitas ... 54

2. Reliabilitas ... 61

H. Prosedur Penelitian ... 63

1. Tahap Pra-penelitian ... 63

2. Tahap Pekerjaan Lapangan ... 64

3. Tahap Pengelolaan Data ... 64

I. Teknik Pengumpulan Data ... 65

1. Angket atau Kuesioner ... 65

2. Wawancara ... 65

3. Observasi ... 66

4. Studi Dokumentasi ... 66

J. Analisis Data ... 67

1. Analisis Data Kuantitatif ... 68


(8)

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Analisis Statistik Kuantitatif ... 68

2. Analisis Data Kualitatif ... 71

a. Data Reduction ... 72

b. Data Display ... 72

c. Conclusion Drawing/Verification ... 73

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 74

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 74

1. Sejarah Perkembangan Sekolah ... 74

2. Keadaan Fasilitas Civitas Akademika Sekolah ... 76

3. Pembinaan Kesiswaan ... 79

B. Temuan Penelitian ... 81

1. Hasil Penelitian Kuantitatif ... 81

a. Analisis Statistik Deskriptif ... 81

b. Hubungan Antara Penjulukan dengan Kecenderungan Perilaku Menyimpang Siswa ... 111

2. Hasil Penelitian Kualitatif ... 113

a. Penjulukan yang Terjadi di SMA Negeri 2 Bandung ... 114

b. Kecenderungan Perilaku Menyimpang pada Siswa di SMA Negeri 2 Bandung ... 121

c. Pengaruh Penjulukan Jurusan IPA dan IPS terhadap Kecenderungan Perilaku Menyimpang Siswa di SMA Negeri 2 Bandung ... 126

C. Pembahasan Hasil Penelitian Kuantitatif danKualitatif ... 130

1. Penjulukan yang Terjadi di SMA Negeri 2 Bandung ... 130

2. Kecenderungan Perilaku Menyimpang pada Siswa di SMA Negeri 2 Bandung ... 139

3. Pengaruh Penjulukan Jurusan IPA dan IPS Terhadap Kecenderungan Perilaku Menyimpang Siswa di SMA Negeri 2 Bandung ... 146

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 149

A. Simpulan ... 149


(9)

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LAMPIRAN


(10)

1

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki berbagai masalah di dalamnya. Seperti dalam bidang politik, ekonomi, agama, sosial, budaya, kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya. Masalah yang ada tentu sebuah hal wajar terjadi, karena kondisi masyarakat dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan dan bersifat dinamis, sehingga masalah yang timbul pada masyarakat pun semakin beragam. Salah satu masalah yang sering terjadi adalah terjadinya pelanggaran terhadap aturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Masalah-masalah tersebut termasuk pelanggaran terhadap aturan dan kondisi itu harus dihadapi dan diatasi oleh pemerintah serta masyarakat Indonesia, guna menyongsong Indonesia yang lebih baik lagi ke depannya.

Perilaku pelanggaran terhadap aturan yang berlaku sering disebut dengan perilaku menyimpang, yang mana memiliki artian perilaku yang dilakukan individu atau kelompok di luar batas toleransi masyarakat. Perilaku menyimpang tersebut terjadi tidak mengenal usia dan dilakukan oleh individu dengan berbagai faktor penyebab, baik internal maupun eksternal. Salah satu bentuk yang dianggap sebagai perilaku menyimpang oleh masyarakat yaitu penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang, efek penggunaan obat-obatan, perkelahian antar pelajar dan mahasiswa, perilaku hubungan seks di luar nikah, homoseks, alkoholisme, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), bullying, perampokan, pencurian, pembunuhan serta penyimpangan lainnya. Semua penyimpangan yang terjadi merusak keteraturan dan keselarasan di dalam masyarakat, sehingga harus mendapatkan penanganan yang serius.

Tapi tidak selamanya perilaku menyimpang itu terwujud pada hal-hal yang besar, karena ketika individu melakukan suatu tindakan yang tidak sesuai dengan kebiasaan dari suatu masyarakat, maka tindakan itu dapat disebut sebagai


(11)

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

suatu penyimpangan. Seperti pengertian dari perilaku menyimpang yang

dikemukakan oleh Horton (dalam Setiadi dan Kolip, 2011, hlm. 188) „bahwa

perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat‟. Oleh karena itu, suatu tindakan yang dianggap sepele oleh individu, dapat menjadi sebuah perilaku menyimpang apabila tindakan tersebut bagi masyarakatnya menyimpang dari aturan dan kebiasaan. Hal tersebut seperti meludah sembarangan, makan dengan tangan kiri, berkelahi dengan teman, dan lain sebagainya yang sering individu anggap kecil, tapi sebenarnya tetap saja perilaku tersebut merupakan perilaku menyimpang.

Penyimpangan juga saat ini terjadi dikalangan remaja khususnya siswa pada tingkat SMA yang merupakan salah satu jenjang pendidikan pada lembaga pendidikan formal. Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa ini perlu mendapatkan perhatian yang serius dan penanganan secara cepat, karena siswa masih ada dalam masa atau proses perkembangan, sehingga ditakutkan nantinya dapat menghambat masa perkembangan dalam menentukan jati diri siswa tersebut. Seperti menurut Erickson (dalam Hartinah, 2010, hlm. 66)

mengemukakan bahwa „masa remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati

diri yang disebut dengan identitas ego (ego identity)‟. Hal tersebut menurut

Hartinah (2010, hlm. 66) “karena masa remaja merupakan peralihan antara masa

kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Ditinjau dari segi fisiknya, mereka sudah bukan anak-anak lagi melainkan sudah seperti orang dewasa, tetapi jika mereka diperlakukan sebagai orang dewasa, ternyata belum

dapat menunjukan sikap dewasa”. Oleh karena itu, perlu diarahkan supaya tidak terjadi penyimpangan yang nantinya akan menghambat perkembangan siswa dan merugikan dirinya sendiri serta orang lain.

Keadaan siswa yang masih ada dalam masa peralihan yang selalu mengalami gejolak dan badai yang disertai perubahan, membuat siswa masih belum dapat berpikir secara bijak. Menurut Monks (dalam Hartinah, 2010, hlm.


(12)

3

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

58) „remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal

fungsi fisik maupun psikisnya‟. Selain itu, kehidupan remaja bukan hanya

mengenai perubahan fisik dan psikologisnya, tetapi remaja juga selalu dihadapkan pada kehidupan emosi yang tidak stabil. Kehidupan emosi yang tidak stabil inilah yang dapat menyebabkan perilaku menyimpang pada siswa, apalagi siswa pada masa ini memiliki keinginan siswa untuk mencoba-coba berbagai hal.

Penyimpangan yang dilakukan oleh siswa di SMA beraneka ragam, seperti membolos pada jam sekolah, membolos dari kegiatan yang diwajibkan oleh sekolah, mencontek pada saat ujian, merokok di lingkungan sekolah, berkelahi dengan siswa lain, menggunakan atribut yang tidak diperbolehkan, dan pelanggaran aturan lainnya yang ditetapkan oleh sekolah. Akan tetapi penyimpangan tersebut tidak terjadi secara serta merta, melainkan ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku menyimpang tersebut, dan salah satunya yaitu karena adanya penjulukan yang diberikan kepada siswa di lingkungan sekolah.

Dalam pelaksanaan pendidikan di SMA siswa sudah diarahkan untuk menentukan pemilihan jurusan yang merupakan awal pemilihan karir kedepannya, dengan memilih fokus satu cabang ilmu yang sesuai dengan minat dan bakatnya, sehingga kemampuan siswa dapat dioptimalkan. Adanya penjurusan ini diharapkan agar siswa dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, sehingga mereka dapat tumbuh, bersaing dan mempertahankan hidupnya menghadapi kehidupan yang selalu mengalami perubahan dengan baik. Di sekolah secara umum dikenal ada tiga jurusan yaitu IPA, IPS dan Bahasa dengan tujuan untuk fokus pada karir sedari awal. Tetapi pada nyatanya dalam proses pelaksanaan pembelajaran mengenai penjurusan ini mendapatkan asumsi yang berbeda di masyarakat, yaitu telah terjadi penjulukan khususnya terhadap jurusan IPA dan IPS, yang mana penjulukan merupakan pemberian nama sindiran, gelar, atau kehormatan. Mereka menganggap siswa dari jurusan IPA rajin, pintar, dan selalu berprestasi, sedangkan jurusan IPS selalu diasumsikan sebaliknya. Asumsi


(13)

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tersebut terus bergulir di masyarakat, hingga pada akhirnya penjulukan tersebut melekat pada jurusan masing-masing.

Penjulukan secara otomatis akan didapatkan oleh siswa dari masing-masing jurusan yang mereka dapatkan dari masyarakat selama proses sosialisasi dan interaksi. Tanpa disadari informasi yang didapatkan mengenai julukan pada kedua jurusan tersebut yang siswa dapatkan ikut mempengaruhi pembentukan kepribadian siswa, termasuk siswa SMA yang sedang mengalami masa-masa pencarian jati diri, sehingga siswa akan menunjukan dirinya dengan apa yang mereka ketahui mengenai jurusan yang mereka pilih atau dapatkan, seperti apa siswa IPA dan seperti apa IPS beserta julukan yang menyertainya. Maka dari gambaran dan julukan yang didapat pada masyarakat, lingkungan sekolah khususnya kelas dan jurusan masing-masing akan mempengaruhi setiap tindakan dan perilaku siswa di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Perilaku dan tindakan yang dihasilkan ada yang positif dan ada juga yang negatif. Hal yang positif sudah pasti akan direspon dengan baik dan terus ditingkatkan, tapi apabila bentuk perilaku yang dihasilkan negatif, maka perlu diperhatikan dan ditangani dengan serius. Perilaku yang mengarah pada hal-hal negatif inilah yang paling ditakutkan untuk terjadi pada siswa, dan kenyataannya hal tersebut tidak dapat dihindari bahkan semakin menjamur dikalangan siswa yaitu banyak terjadi perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa secara terus-menerus.

Pemberian label atau julukan pada seseorang akan berpengaruh terhadap konsep diri seseorang. Berdasarkan hasil penelitian Skripsi Hanafi (2013-2014) menunjukan adanya label yang diberikan pada siswa IPS bahwa siswa IPS tidak lebih baik dari siswa IPA, dan hal tersebut ditunjukan dengan adanya perlakuan guru yang berbeda pada siswa dari kedua jurusan, yang mana jurusan IPS selalu dinomor duakan dalam pelayanan mengajar. Hal tersebut terbukti dengan kedatangan guru yang tepat waktu di kelas IPA dan selalu memberikan tugas, sedangkan ke jurusan IPS selalu datang terlambat dan jarang memberikan tugas. Label yang diberikan kepada siswa IPS yang dianggap menyimpang


(14)

5

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mempengaruhi tindakan dari kelompok tersebut. Hal tersebut juga sejalan dengan yang dikemukakan Cohen (1992, hlm. 235) bahwa

Pemberian cap inidividu sebagai penyimpang bisa mengakibatkan seseorang menjelma sebagai seorang penyimpang. Pemberian cap semacam itu bisa mengakibatkan seseorang benar-benar bisa menjadi penyimpang karena sekali masyarakat menyebut individu tersebut bertindak dalam sikap yang menyimpang, maka individu itu segera akan mendefinisir dirinya sebagai penyimpang, dan akan bertindak sesuai dengan sebutannya.

Berdasarkan pemaparan di atas apabila seseorang telah diberikan cap hingga melekat pada dirinya, sekalipun awalnya dia tidak seperti itu, nantinya ia akan melakukan hal yang dicap pada dirinya karena percuma baginya untuk berusaha agar tidak mendapat cap tersebut. Ia akan lebih memilih untuk masuk pada dunia yang diberikan masyarakat tentang dirinya. Begitu juga julukan terhadap jurusan IPA dan IPS yang diberikan masyarakat pada siswa-siswa yang ada didalamnya, maka siswa juga akan melakukan segala sesuatu sesuai dengan cap/julukan yang diberikan padanya, sekalipun hal tersebut menyimpang dari aturan yang berlaku.

Hal tersebut sejalan dengan keadaan di lapangan, bahwa berdasarkan penelitian pendahuluan di SMA Negeri 2 Bandung, terjadi penjulukan yang diberikan oleh warga sekolah, yang mengatakan bahwa siswa-siswa dari jurusan IPA itu pintar, rajin, dan aktif dalam berbagai kegiatan. Sedangkan siswa dari jurusan IPS cendrung nakal, susah diatur, dan jarang berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh sekolah. Asumsi tersebut terjadi dikarenakan melihat kondisi siswa baik IPA dan IPS yang seperti itu. Hal tersebut nampaknya memang terjadi, berdasarkan temuan dari BK dalam menanggapi informasi contohnya seperti informasi tentang pendaftaran ke universitas dan informasi harus mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh sekolah, siswa jurusan IPA meresponnya dengan cepat dan antusias, sedangkan siswa IPS cenderung acuh dan berleha-leha. Selain itu berdasarkan pengamatan dalam kegiatan


(15)

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

selesai bagi siswi yang beragama Islam, tingkat kehadiran dari siswi jurusan IPA selalu tinggi, kemungkinan dari satu kelas keputrian yang tidak hadir hanya satu dua orang saja. Tapi siswi pada jurusan IPS, yang tidak hadir bisa mencapai lebih dari 10 orang, dengan alasan yang kurang meyakinkan.

Melihat kondisi tersebut, maka peneliti ingin meneliti mengenai gambaran jurusan di SMA yang telah mendapatkan julukan yang melekat padanya dari masyarakat, yang tidak disadari akan berpengaruh pada kecenderungan perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa di sekolah. Oleh karena itu peneliti ingin mengkaji mengenai permasalahan tersebut, dengan mengangkat penelitian

berjudul “Pengaruh Penjulukan Jurusan IPA dan IPS Terhadap Kecenderungan Perilaku Menyimpang pada Siswa di SMA Negeri 2 Bandung”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengajukan

rumusan masalah pokok penelitian ini, yaitu : “Bagaimana Pengaruh Penjulukan

Jurusan IPA dan IPS Terhadap Kecenderungan Perilaku Menyimpang Siswa?” Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus pada pokok permasalahan, maka masalah pokok tersebut penulis jabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana penjulukan yang terjadi pada siswa di SMA Negeri 2 Bandung? 2. Seberapa besar kecenderungan perilaku menyimpang terjadi pada siswa di

SMA Negeri 2 Bandung?

3. Seberapa besar pengaruh penjulukan jurusan IPA dan IPS terhadap kecenderungan perilaku menyimpang siswa di SMA Negeri 2 Bandung?


(16)

7

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C.Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mendapatkan gambaran mengenai pengaruh penjulukan jurusan IPA dan IPS terhadap kecenderungan perilaku menyimpang pada siswa di SMA Negeri 2 Bandung.

2. Tujuan Khusus

Tujuan umum tersebut dapat dijabarkan ke dalam beberapa tujuan khusus sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan tentang penjulukan siswa di SMA Negeri 2 Bandung. b. Mengetahui seberapa besar kecenderungan perilaku menyimpang pada

siswa di SMA Negeri 2 Bandung.

c. Mengetahui pengaruh penjulukan pada jurusan IPA dan IPS terhadap perilaku menyimpang siswa SMA Negeri 2 Bandung.

D.Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Secara teoritis hasil dari penelitian ini adalah dapat memperluas wawasan serta bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang sosiologi pada umumnya dan khususnya pemahaman mendalam tentang Teori Penyimpangan Sosial yang terjadi di masyarakat dan Teori Labeling serta pengaruhnya terhadap tindakan sosial yang dilakukan.

2. Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara langsung maupun tidak langsung dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari di masyarakat. Manfaat praktis tersebut diantaranya sebagai berikut. a. Untuk mahasiswa, memberikan informasi sebagai calon pendidik untuk melaksanakan proses pendidikan dengan baik dan menambah wawasan mengenai dampak dari adanya penjulukan yang diberikan pada sesuatu terhadap tindakan yang akan dilakukan nantinya.


(17)

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Untuk masyarakat, memberikan informasi mengenai pengaruh

penjulukan yang diberikan oleh masayarakat pada suatu jurusan di sekolah beserta dampak yang menyertainya, sehingga masyarakat dapat secara bijak mengambil sikap dalam menghadapi masalah tersebut. c. Untuk sekolah, memberikan masukan dalam melaksanakan proses

pembelajaran bagaimana dampak penjulukan yang diberikan terhadap tindakan yang akan dihasilkan oleh siswa, sehingga pihak sekolah secara profesional dapat mengatur proses penjurusan siswa dengan baik.

d. Untuk siswa, memberikan wawasan mengenai penjurusan di SMA bahwa

semua jurusan memiliki kelemahan dan kelebihannya masing-masing, tergantung bagimana siswa tersebut dapat belajar sungguh-sungguh dan mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan optimal sesuai kesempatan yang ada.

E.Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi merupakan sistematika penulisan skripsi yang terdiri dari lima bab. Berikut ini merupakan rincian mengenai urutan setiap bab, yaitu:

Bab I Pendahuluan

Bab I merupakan pendahuluan yang menjadi bagian awal penulisan skripsi yang terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi penelitian. Latar belakang penelitian berisikan alasan penulis mengambil masalah yang membuat peneliti tertarik meneliti masalah tersebut. Rumusan masalah terdiri dari beberapa pertanyaan yang dapat menggambarkan hasil penelitian yang diharapkan. Tujuan penelitian merupakan tujuan penulisan untuk hasil yang ingin dicapai. Manfaat penelitian untuk mengetahui manfaat dari penelitian yang telah dilakukan dan


(18)

9

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

struktur organisasi sebagai rincian dari urutan penulisan skripsi secara keseluruhan.

Bab II Kajian Pustaka

Bab II merupakan kajian pustaka yang terdiri dari kajian pustaka, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian dan penelitian terdahulu. Kajian pustaka berisikan teori-teori yang berkaitan dengan masalah penelitian dan mendukung fokus penelitian. Kerangka pemikiran sebagai landasan teoritis penelitian, hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara dari masalah yang dirumuskan, dan penelitian terdahulu sebagai gambaran penelitian yang sudah ada serta berkaitan dengan masalah yang peneliti ambil.

Bab III Metode Penelitian

Bab III merupakan metode penelitian yang terdiri dari desain penelitian, yaitu kategori penelitian yang akan diambil. Definisi operasional yaitu penjelasan dari judul yang diambil. Variabel penelitian yang berisi indikator penelitian yang diteliti. Lalu Partisipan dan tempat penelitian yang terlibat dalam penelitian. Populasi dan sampel, yaitu populasi yang dipilih untuk penelitian dan sampel yang diambil dari keseluruhan populasi. Instrumen penelitian merupakan alat untuk mengumpulkan data dalam penelitian, dan prosedur penelitian merupakan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian, serta analisis data dari semua data yang sudah terkumpul.

Bab IV Temuan dan Pembahasan

Bab IV terdiri dari temuan penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan dari hasil penelitian. Dalam temuan penelitian ini berupa informasi data-data, pengelolaan dan analisis data untuk menghasilkan data yang berkaitan dengan masalah dan pembahasan yang menjawab rumusan masalah dalam penelitian.

Bab V Simpulan dan Rekomendasi

Bab V terdiri dari simpulan dan rekomendasi yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian di lapangan. Bab


(19)

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ini berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dan rekomendasi yang diberikan kepada pihak-pihak yang terkait. Terakhir yaitu daftar pustaka yang berisi sumber-sumber yang penulis gunakan seperti buku, artikel, jurnal atau sumber lainnya yang dikutip dalam penulisan skripsi.


(20)

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A.Desain Penelitian

Desain penelitian menurut Silalahi (2012, hlm. 180) adalah “rencana dan struktur penyidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan dapat memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitian”. Bagi O‟Sullivan dan Rassel (dalam Silalahi, 2012, hlm. 180) „makna umum dari research design menunjuk pada presentasi rencana untuk studi metodologi‟. Jadi dalam desain ini peneliti harus menentukan pendekatan dan metode penelitian apa yang akan digunakan dalam meneliti masalah penelitian.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian metode campuran (mixed methods). Peneliti memilih menggunakan penelitian ini karena masalah yang akan diteliti membutuhkan penelitian yang mendalam, tidak hanya menyebar angket lalu dihitung secara statistika kemudian membuktikan H0, dan

penelitian selesai. Tapi penelitian ini membutuhkan penelitian yang lebih dalam dari itu, selain menggunakan angket sebagai alat pengumpul data, tapi peneliti juga melakukan observasi ke lapangan dan melakukan wawancara terhadap narasumber yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, sehingga hasil dari penelitian ini tidak bersifat dangkal, tapi secara mendalam dan sesuai dengan kenyataan di lapangan. Oleh karena itu, diharapkan dengan menggunakan metode ini dapat mencapai tujuan yang diinginkan tersebut.

Penelitian metode campuran menurut Creswell (2012, hlm. 5) adalah: Penelitian metode campuran merupakan pendekatan penelitian yang mengkombinasikan atau mengasosiasikan bentuk kualitatif dan bentuk kuantitatif. Penelitian ini melibatkan asumsi-asumsi filosofis, aplikasi pendekatan-pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dan pencampuran (mixing) kedua pendekatan tersebut dalam satu penelitian. Pendekatan ini lebih kompleks dari sekedar mengumpulkan dan menganalisis dua jenis data; ia juga melibatkan fungsi dari dua pendekatan penelitian tersebut secara kolektif sehingga kekuatan penelitian ini secara keseluruhan lebih besar ketimbang penelitian kuantitatif dan kualitatif.

Sedangkan penelitian metode campuran menurut Denscombe (dalam Putra dan Hendarman, 2013, hlm. 44) adalah sebagai berikut:


(21)

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

strategy that crosses the boundaries of conventional paradigms of research by deliberately combining methods drawn from different tradition with different underlying assumption. At its simplest, a mixed methods srategy is one that uses both qualitative and quantitative methods...

Pendekatan metode campuran merupakan sebuah penelitian yang berusaha untuk membuktikan suatu penelitian dengan menggunakan kombinasi antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif guna menghindari kedangkalan suatu penelitian yang hanya menggunakan penelitian tunggal. Oleh karena itu, digunakanlah penelitian metode campuran guna mendapatkan hasil penelitian yang akurat dan mendalam, tidak hanya sekedar mengumpulkan dan menganalisis suatu data, tapi lebih kompleks dari itu dengan strategi dari gabungan metode kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti ingin meneliti bagaimana kecenderungan perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa SMA dengan dipengaruhi oleh penjulukan terhadap jurusan IPA dan IPS yang diberikan oleh masyarakat.

Pendekatan metode campuran memiliki berbagai strategi yang digunakan untuk pengumpulan data. Strategi tersebut diantaranya yaitu strategi eksplanatoris sekuensial, strategi eksplonatoris sekuensial, strategi transformatif sekuensial, strategi triangulasi konkuren, strategi embedded konkuren, dan strategi transformatif konkuren. Dalam penelitian ini dengan mempertimbangkan masalah yang diteliti, tujuan penelitian, informasi setiap gambaran tahap setiap strategi, waktu yang dimiliki, lalu informasi yang berkaitan dengan penelitian ini, maka peneliti memilih menggunakan strategi eksplanatoris sekuensial.

Creswell (2012, hlm. 316) mengemukakan bahwa strategi eksplanatoris sekuensial adalah

Penelitian yang cukup terkenal pada metode campuran dan sering digunakan pada penelitian yang lebih condong pada kuantitatif. Strategi ini diterapkan dengan pengumpulan data dan analisis data kuantitatif pada tahap pertama yang diikuti oleh pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap kedua yang dibangun berdasarkan hasil awal kuantitatif. Bobot/prioritas lebih diberikan pada data kuantitatif. Proses pencampuran (mixing) data dalam strategi ini terjadi ketika hasil awal kuantitatif menginformasikan proses pengumpulan data kualitatif. Untuk itulah, dua


(22)

41

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

jenis data ini terpisah, tetapi bisa juga tidak, dalam membentuk keseluruhan prosedur.

Sedangkan menurut Putra dan Hendarman (2013, hlm. 64) menjelaskan strategi eksplanatoris sekuensial sebagai berikut:

Strategi eksplanatoris sekuensial tujuannya adalah eksplanasi atau penjelasan, maka strategi ini mendahulukan pengumpulan dan analisis data kuantitatif yang kemudian diikuti oleh pengumpulan dan analisis data kualitatif. Penelitian kuantitatif memang bertujuan menjelaskan berbagai variabel baik secara deskriptif seperti hasil survei, hubungan antarvariabel, maupun pengaruh antarvariabel.

Menurut Morse (dalam Creswell, 2012, hlm. 216) „rancangan

eksplanatoris sekuensial biasanya digunakan untuk menjelaskan dan

menginterpretasikan hasil-hasil kuantitatif berdasarkan hasil pengumpulan dan analisis data kualitatif. Rancangan ini secara khusus berguna ketika muncul hasil-hasil yang tidak diharapkan dari penelitian kuantitatif‟. Artinya, pengumpulan data kualitatif yang dilakukan sesudahnya dapat diterapkan untuk menguji hasil-hasil penelitian ini dengan lebih detail. Strategi ini bisa saja memiliki atau tidak memiliki perspektif teoritis tertentu. Sifat keterusterangan dari rancangan ini merupakan salah satu kekuatan utamanya, rancangan ini juga mudah dideskripsikan dan dilaporkan.

Peneliti memilih penelitian campuran (mixed methods) dengan strategi eksplanatoris sekuensial, yaitu dalam penelitiannya peneliti menggunakan gabungan dari penelitian kuantitataif dan kualitatif, yang mana dalam pengumpulan data tahap awal menggunakan metode kuantitatif dan pada tahap kedua menggunakan metode kualitatif. Dalam proses penelitian peneliti menggunakan angket yang berisikan serangkaian pertanyaan yang terstruktur yang diberikan kepada sampel yang telah dipilih. Setelah itu dilakukan observasi dan wawancara terhadap responden yang bisa memberikan informasi terhadap permasalahan yang sedang diteliti.

Untuk mendapatkan data guna menjawab permasalahan seperti yang dikemukakan di atas, peneliti menggunakan metode deskriptif. Penelitian yang bermaksud membuat „penyadaran‟ secara sistematis, faktual dan akurat mengenai


(23)

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengemukakan bahwa

Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata lain penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini, dan melihat kaitan antara variabel-variabel yang ada.

Sedangkan menurut Silalahi (2012, hlm. 27) mendeskripsikan “penelitian deskriptif menyajikan satu gambar yang terperinci tentang satu situasi khusus, setting sosial atau hubungan”. Oleh karena itu, menggunakan metode ini peneliti berharap dapat menjelaskan secara terperinci mengenai fenomena yang dikaji dalam penelitian ini.

B.Definisi Operasional

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Penjulukan Jurusan IPA dan IPS terhadap Kecenderungan Perilaku Menyimpang pada Siswa di SMA Negeri 2 Bandung”, untuk mempermudah dan menghindari salah tafsir dalam penelitian ini, maka penulis akan membatasi definisi operasional sebagai berikut:

1. Penjulukan

Penjulukan adalah Pemberian julukan (nama sindiran, gelar, kehormatan).

2. Perilaku Menyimpang

Menurut Cohen (1992, hlm. 218) perilaku menyimpang atau penyimpangan didefinisikan sebagai

Setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat. Penyimpangan juga dapat didefinisikan sebagai perbuatan yang mengabaikan norma, dan penyimpangan ini terjadi jika seseorang atau sebuah kelompok tidak mematuhi patokan baku di dalam masyarakat.

C.Variabel Penelitian

Variabel merupakan salah satu bagian paling penting dalam sebuah penelitian, oleh karena itu peneliti memilih variabel penelitian dari awal untuk dikaji dan mendapatkan informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan


(24)

43

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diteliti, agar peneliti dapat fokus pada penelitian tersebut. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 60) “variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”. Sedangkan menurut Hatch dan Farhady (dalam Sugiyono, 2006, hlm. 38) „variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain‟.

Pada penelitian terdapat beberapa macam variabel, menurut Arikunto (2010, hlm. 162) yaitu adanya variabel yang mempengaruhi yang disebut variabel penyebab, variabel bebas atau idependent variable (X), dan variabel akibat yang disebut sebagai variabel tidak bebas, variabel terikat atau dependent variable (Y). Dalam penelitian ini, variabel bebas atau variabel (X) adalah penjulukan dan variabel terikat atau variabel (Y) adalah perilaku menyimpang, dan yang menjadi variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (Variabel X)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penjulukan siswa jurusan IPA dan IPS. Adapun indikator mengenai penjulukan sebagai berikut :

a. Kondisi penjulukan b. Dampak penjulukan 2. Variabel Terikat (Variabel Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku menyimpang. Adapun indikator mengenai perilaku menyimpang sebagai berikut:

a. Macam-macam perilaku Menyimpang

D.Partisipan dan Tempat Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh penjulukan terhadap kecenderungan perilaku menyimpang siswa di sekolah. Dalam penelitian ini peneliti memilih lokasi penelitian di SMA Negeri 2 Bandung yang berlokasi di jalan Cihampelas No.173 Bandung, Jawa Barat. SMAN 2 Bandung merupakan


(25)

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan siswanya berprestasi. Melihat profil sekolah yang baik, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa di sekolah dan apakah terjadi penjulukan terhadap siswa baik jurusan IPA atau IPS, bagaimana penjulukan tersebut terjadi dan bagaimana pengaruhnya terhadap kecenderungan perilaku menyimpang siswa di sekolah.

2. Partisipan

Partisipan merupakan bagian terpenting dalam penelitian, karena partisipan merupakan sumber informasi utama berkenaan dengan masalah yang akan diteliti. Partisipan atau sumber data penelitian merupakan pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian dan dapat memberikan informasi. Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi beserta guru di SMA Negeri 2 Bandung tahun 2015. Dalam penelitian ini peneliti memilih sampel sesuai perhitungan untuk penelitian kuantitatif, dan sampel untuk penelitian kualitatif ketika observasi dan terjun ke lapangan, peneliti memilih dan mempertimbangkan orang yang dapat memberikan data yang dibutuhkan dengan memberikan data yang jelas dan akurat.

E.Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel merupakan sumber data, apabila hasil penelitian ingin digeneralisasikan dengan mengambil sampel dari suatu populasi, maka sampel yang diambil untuk data harus representatif sesuai dengan fakta di lapangan. Jadi sampel yang diambil harus dapat menjelaskan dan menggambarkan dari keseluruhan populasi tersebut.

1. Populasi

Populasi merupakan bagian penting dalam sebuah penelitian, karena menjadi salah satu komponen utama yang harus ada. Populasi merupakan fokus penelitian yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian yang nantinya akan menentukan bagaimana penelitian itu dilakukan serta hasilnya. Seperti yang diungkapkan oleh Margono (2004, hlm. 118) yaitu:


(26)

45

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi, populasi berhubungan dengan data, bukan manusianya. Kalau setiap manusia memberikan suatu data, maka banyaknya aturan atau ukuran populasi akan sama dengan banyaknya manusia.

Selain itu Nawawi (dalam Margono, 2004, hlm. 118) menjelaskan „populasi adalah merupakan keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam penelitian‟. Sedangkan menurut Riduwan dan Kuncoro (2012, hlm. 37) bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa populasi merupakan unsur penting dalam penelitian yang menjadi patokan bagi peneliti untuk melakukan penelitian, dan dipilih populasi penelitian siswa-siswi SMA Negeri 2 Bandung yang berlokasi di jalan Cihampelas No.173 Bandung, Jawa Barat Tahun Ajaran 2014/2015, yang masih terdaftar dan aktif dalam proses pembelajaran di sekolah. Penelitian ini berfokus kepada peserta didik, maka populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik dari kelas Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) atau Ilmu-ilmu Sosial (IIS) dan kelas Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Ilmu-ilmu Alam. Populasi siswa diuraikan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

No Kelas Jumlah

1 X 393

2 XI 349

3 XII 452

Jumlah 1194


(27)

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Sugiyono (2011, hlm. 91) bahwa sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Sedangkan menurut Arikunto (dalam Riduwan dan Kuncoro, 2012, hlm. 39) „sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi‟. Oleh karena itu dalam pemilihan sampel harus teliti, apakah teknik sampling yang akan dipilih, sehingga sampel yang diambil dapat mewakili keseluruhan populasi.

Bila populasi besar dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu maka penelitian dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Sampel yang digunakan dalam penelitian yaitu proportionate stratified random sampling atau sampel berstrata. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 120) proportionate stratified random sampling ialah pengambilan sampel bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional”. Sampel ini dipilih karena disesuaikan dengan kondisi siswa SMA yang memiliki tingkatan X, XI dan XII serta kondisi siswanya yang heterogen.

Dalam penelitian ini peneliti menentukan banyaknya sampel mengacu pada penjelasan Arikunto (1992, hlm. 107) bahwa “untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya bila subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%”. Oleh karena itu berdasarkan pertimbangan yang ada, peneliti memilih 15% dari keseluruhan populasi siswa SMA Negeri 2 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015 yang berjumlah 1194 orang untuk dijadikan sampel. Jadi jumlah sampel yang diambil 15% dari populasi yaitu sebanyak 179 orang siswa, karena menurut peneliti sampel tersebut dianggap sudah dapat mewakilkan keseluruhan populasi.


(28)

47

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.2

Sebaran Sampel Penelitian

No. Kelas Jumlah Peserta

Didik Jumlah Sampel

1 X 393

x 179 = 58,91/59

2 XI 349

x 179= 52,32/52

3 XII 452

x 179= 67,76/68

Jumlah 1194 179

Sumber : Data diolah oleh Peneliti (2015)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menurut Arikunto (dalam Riduwan, 2012, hlm. 32) adalah „nafas dari penelitian‟. Oleh karena itu, instrumen penelitian merupakan sesuatu yang penting dan strategis kedudukannya di dalam keseluruhan kegiatan penelitian‟. Instrumen penelitian merupakan alat bantu peneliti dalam pengumpulan data. Mutu instrumen akan menentukan juga mutu dari pada data yang dikumpulkan, sehingga tepatlah dikatakan bahwa hubungan instrumen dengan data adalah sebagai jantungnya penelitian yang saling terkait antara: latar belakang masalah; tujuan; manfaat; kerangka pemikiran; asumsi dan hipotesis penelitian. Oleh karena itu, menyusun instrumen untuk kegiatan penelitian merupakan langkah penting yang harus peneliti pahami secara benar. Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Nasution (1987, hlm. 78) bahwa

Penyusunan instrumen merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam penelitian. Dengan instrumen itulah kita mengumpulkan data yang esensial diperlukan guna memecahkan masalah kita. Instrumen yang tidak baik dan tidak serasi akan menghasilkan data yang tidak sesuai dan tidak dapat dipercaya dan dengan sendirinya seluruh penelitian itu tidak ada nilainya. Instrumen apa yang akan digunakan bergantung pada sifat data yang harus dikumpulkan serta kemungkinan menggunakan instrumen tertentu. Ada kalanya kita menggunakan lebih dari satu instrumen.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket atau kuesioner dan pedoman wawancara yang dibuat berdasarkan indikator dari rumusan masalah yang dapat menjawab semua pertanyaan penelitian. Pertama angket, angket yang


(29)

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berstruktur dan berisi pernyataan dengan skala pengukuran ordinal. Angket ini memudahkan bagi responden karena pernyataan disediakan beserta alternatif jawabannya, sehingga responden hanya tinggal memilih jawaban yang ada.

Untuk mengelola data angket peneliti menggunakan skala likert, yang mana skala likert menurut Riduwan dan Akdon (2010, hlm. 16) “digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial”. Selain itu Sugiyono (2013, hlm.134) berpendapat bahwa

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban dari setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif.

Angket yang dipilih berisikan butir-butir pernyataan dan jawaban yang berisikan lima dan empat pilihan jawaban, dan menggunakan tanda silang (x) atau checklist () untuk memilih jawaban tersebut. Angket dengan lima jawaban pilihannya terdiri dari sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (RR), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Sedangkan angket dengan empat jawaban pilihannya terdiri dari selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KK), dan tidak pernah (TP). Oleh karena itu, untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor sebagai berikut:

Tabel 3.3

Bobot Nilai Skala Likert

Alternatif Jawaban Skor

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Ragu-ragu (RR) 3

Tidak Setuju (TS) 2


(30)

49

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sumber : Data diolah oleh Peneliti (2015)

Tabel 3.4

Bobot Nilai Skala Likert

Alternatif Jawaban Skor

Selalu 1

Sering 2

Kadang-kadang 3

Tidak pernah 4

Sumber : Data diolah oleh Peneliti (2015)

Kedua pedoman wawancara yang dikembangkan dari rumusan masalah dan kemudian ditentukan indikatornya, setelah itu pertanyaan dibuat berdasarkan indikator yang ditentukan dengan berisi serangkaian pertanyaan yang akan ditunjukan kepada responden untuk menggali informasi secara langsung dan mendalam guna mendapatkan hasil yang akurat dan sesuai tujuan penelitian. Dalam pedoman wawancara semua rangkaian pertanyaan harus dapat menggambarkan rumusan masalah dalam penelitian, dan harus dibuat batasan agar data yang diungkap sesuai dengan harapan dan tidak menyimpang dari tujuan.

Instrumen penelitian ditujukan kepada responden yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu siswa SMA Negeri 2 Bandung yang telah dijelaskan dalam penjelasan pemilihan sampel sebelumnya. Alasan dilakukannya penelitian di SMA tersebut karena setelah melakukan observasi memang ada perbedaan kebiasaan antara siswa jurusan IPS dan IPA dalam menjalankan aktivitasnya di sekolah. Selain itu, terdapat perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa berupa pelanggaran terhadap peraturan dan tata tertib sekolah. Oleh karena itu, peneliti ingin mengkaji apakah perilaku menyimpang itu salah satunya dipengaruhi oleh adanya penjulukan yang terjadi di sekolah atau tidak. Berikut ini merupakan kisi-kisi instrumen penelitian yang digunakan:


(31)

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Angket (Sebelum Uji Validitas)

Variabel Indikator Sub Variabel Sumber

informasi No instrumen

Penjulukan Siswa

Jurusan IPA dan IPS (X)

1.Kondisi Penjulukan

a. Persepsi terhadap penjulukan

Siswa 1

b. Penjulukan yang diberikan

Siswa 2 dan 3

c. Kondisi siswa

jurusan IPA dan IPS

Siswa 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 dan 13

d. Penjulukan terhadap siswa jurusan IPA dan IPS

Siswa 14 dan 15

e. Perlakuan terhadap penerima julukan

Siswa 16, 17, 18 dan 19

2.Dampak Penjulukan

a. Dampak

julukan terhadap

jurusan IPA dan IPS

Siswa 20, 21, 22 dan 23

b. Adanya pengaruh pemberian julukan terhadap kecenderungan

Siswa 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32 dan 33


(32)

51

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perilaku menyimpang Perilaku Menyimpang Siswa (Y) 1. Macam-macam Perilaku Menyimpang a. Kedisiplinan Siswa

Siswa 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40 dan 41

b. Pakaian Siswa 42, 43, 44, 45, 46,

47, 48, 49 dan 50

c. Penampilan Siswa 51, 52, 53, 54 dan

55

d. Sikap Siswa 56, 57, 58, 59, 60

61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72

73, 74, 75, 76, 77 dan 78

Sumber : Data diolah oleh Peneliti (2015)

Tabel 3.6

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pedoman Wawancara Masalah

Pokok

Rumusan Masalah

Indikator yang

diteliti Pertanyaan penelitian

Sumber informasi S O G

Pengaruh penjulukan

jurusan IPA

dan IPS

terhadap kecenderunga

n perilaku

menyimpang pada siswa di SMA Negeri 2

1.Bagaimana penjulukan yang terjadi pada

siswa di

SMA

Negeri 2

Bandung?

a. Persepsi mengenai penjulukan

1. Apa yang anda ketahui

tentang penjulukan

terhadap individu atau kelompok tertentu?

2. Bagaimana tanggapan

anda tentang adanya penjulukan tersebut? b. Kondisi penjulukan pada siswa

3. Bagaimana keseharian

siswa di sekolah?

4. Menurut pendapat anda


(33)

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang diberikan pada siswa jurusan IPA dan IPS disekolah saat ini? 5. Apa yang menjadi latar

belakang terjadinya

penjulukan tersebut?

c. Dampak dari penjulukan

6. Apakah ada dampak

yang ditimbulkan dari penjulukan tersebut?

7. Bagaimana pengaruh

penjulukan negatif

yang diberikan pada

siswa atau jurusan

tertentu?

8. Bagaimana perlakuan

yang diberikan kepada penerima julukan di sekolah? 2.Seberapa besar kecenderun gan perilaku menyimpa ng terjadi pada siswa

di SMA

Negeri 2

Bandung?

a. Persepsi mengenai perilaku menyimpang

siswa di

SMA

9. Menurut pendapat anda

apa yang dimaksud

perilaku menyimpang di sekolah?

10.Bagaimana tanggapan

anda mengenai adanya perilaku menyimpang tersebut? b. Latar belakang perilaku

11. Apa yang menjadi

latar belakang

terjadinya perilaku


(34)

53

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyimpang menyimpang di

sekolah?

c.

Macam-macam perilaku menyimpang

12. Sebutkan

macam-macam perilaku

menyimpang yang

terjadi di sekolah?

d. Dampak

perilaku menyimpang

13. Bagaimana dampak

yang diakibatkan dari

adanya perilaku

menyimpang, baik bagi

siswa maupun bagi

pihak lainnya? 3.Seberapa besar pengaruh penjulukan jurusan

IPA dan

IPS terhadap kecenderun gan perilaku menyimpa ng siswa di SMA

Negeri 2

Bandung? a. Pengaruh penjulukan terhadap perilaku menyimpang

14.Apakah adanya

penjulukan terhadap

siswa atau jurusan

tertentu berpengaruh

terhadap terjadinya

perilaku menyimpang?

15.Seberapa besar

pengaruh tersebut

terhadap kecenderungan

munculnya perilaku

menyimpang siswa?

16.Perilaku menyimpang

apa saja yang

dipengaruhi oleh

adanya penjulukan

tersebut?


(35)

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dampak negatif dari adanya penjulukan

untuk mengurangi

dampak negatif dari adanya penjulukan?

18.Upaya apa yang

dilakukan oleh pihak

sekolah untuk

mengurangi dampak

negatif dari adanya

penjulukan?

19.Upaya apa yang

dilakukan oleh orang tua untuk mengurangi dampak negatif dari adanya penjulukan?

Sumber : Data diolah oleh Peneliti (2015)

G.Proses Pengembangan Instrumen 1. Uji Validitas

Sebuah penelitian membutuhkan hasil yang tepat, akurat dan tidak memberikan keraguan. Oleh karena itu instrumen dari suatu penelitian harus memenuhi syarat valid dan reliabel. Validitas adalah suatu keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan dan mampu mengukur yang hendak diukur.

Menurut Sugiyono (2013, hlm. 173) “instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”. Sedangkan Arikunto (2005, hlm. 65) mengemukakan bahwa “Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur”. Jadi sebelum dilakukan penelitian akan diadakan uji coba dahulu melalui validasi instrumen, supaya instrumen dapat mengukur yang


(36)

55

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

harus diukur sesuai tujuan penelitian dan dapat dikatakan valid. Maka dengan adanya uji validitas ini dapat menentukan kualitas dari suatu penelitian apakah layak dan baik atau tidak.

Dalam uji validitas peneliti mengkorelasikan skor item instrumen dengan skor total, kemudian dilakukan perhitungan. Pada proses perhitungan peneliti dibantu dengan menggunakan aplikasi SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi 22. Sedangkan untuk menguji validitas konstruk setiap item dalam indikatornya menggunakan analisis dengan rumus korelasi pearson product moment. Rumus yang digunakan korelasi pearson product moment menurut Riduwan dan Akdon (2010, hlm. 191) sebagai berikut :

Dimana:

= koefisien korelasi

= jumlah skor item

= jumlah skor total (seluruh item)

n = jumlah responden

Selanjutnya dihitung dengan uji-t, menurut Sugiyono (2012, hlm. 230) menggunakan rumus sebagai berikut:

√ √ Dimana:

= nilai t

r = nilai Koefisien Korelasi

n = jumlah sampel


(37)

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

thitung < ttabel berarti tidak valid

Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r), menurut Sugiyono (2012, hlm. 231) diantaranya sebagai berikut:

Antara 0,00 sampai dengan 0,199 : sangat rendah Antara 0,20 sampai dengan 0,399 : rendah

Antara 0,40 sampai dengan 0,599 : sedang Antara 0,60 sampai dengan 0,799 : kuat

Antara 0,80 sampai dengan 1,000 : sangat kuat

Pengujian validitas dilakukan terhadap 33 item angket penjulukan siswa jurusan IPA dan IPS serta 45 item angket perilaku menyimpang siswa, dengan jumlah 32 responden. Pada uji validitas instrumen dilihat validitas dan kesahihannya, karena tinggi rendahnya suatu instrumen akan memperlihatkan sejauh mana data yang telah dikumpulkan layak atau tidak dan tidak menyimpang dari gambaran validitas yang telah ditentukan. Oleh karena itu, peneliti melakukan uji instrumen sebelum melakukan penelitian di lokasi yang telah dipilih untuk menentukan item instrumen mana saja yang valid yang dapat digunakan. Pada uji instrumen ini peneliti menyebarkan angket di SMA Taruna Bakti karena dianggap memiliki karakteristik yang sama dengan sekolah lokasi penelitian. Berikut hasil uji validitas angket:

Tabel 3.7

Hasil Uji Validitas Angket Penjulukan siswa Jurusan IPA dan IPS No

item

r xy (r hitung) r tabel (5%) Keterangan

1 0,472 0, 361 Valid

2 0,131 0, 361 Tidak valid

3 0,102 0, 361 Tidak valid

4 0,228 0, 361 Tidak valid


(38)

57

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6 0,079 0, 361 Tidak valid

7 0,074 0, 361 Tidak valid

8 0,435 0, 361 Valid

9 0,176 0, 361 Tidak valid

10 0,359 0, 361 Tidak valid

11 0,431 0, 361 Valid

12 0,735 0, 361 Valid

13 0,703 0, 361 Valid

14 0,589 0, 361 Valid

15 0,466 0, 361 Valid

16 0,353 0, 361 Tidak valid

17 0,647 0, 361 Valid

18 0,430 0, 361 Valid

19 0,412 0, 361 Valid

20 0,354 0, 361 Tidak valid

21 0,051 0, 361 Tidak valid

22 0,264 0, 361 Tidak valid

23 0,518 0, 361 Valid

24 0,584 0, 361 Valid

25 0,541 0, 361 Valid

26 0,541 0, 361 Valid

27 0,541 0, 361 Valid

28 0,452 0, 361 Valid

29 0,627 0, 361 Valid

30 0,513 0, 361 Valid

31 0,727 0, 361 Valid

32 0,637 0, 361 Valid

33 0,637 0, 361 Valid


(39)

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan Hasil Uji Validitas Angket Penjulukan siswa Jurusan IPA dan IPS

Keterangan No Item Jumlah

Valid 1, 8, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 23, 24, 25, 26,

27, 28, 29, 30, 31, 32, 33 21

Tidak Valid 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 16, 20, 21, 22 12 Sumber : Data diolah oleh Peneliti (2015)

Berdasarkan data di atas bahwa data yang tidak valid yaitu nomor 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 16, 20, 21 dan 22, data yang tidak valid tidak diikutsertakan dalam analisis data selanjutnya karena sudah mewakili dengan nomor item soal yang lainnya.

Tabel 3.9

Hasil Uji Validitas Angket Perilaku Menyimpang Siswa No

item

r xy (r hitung) r tabel (5%) Keterangan

34 0,396 0, 361 Valid

35 0,494 0, 361 Valid

36 0,719 0, 361 Valid

37 0,380 0, 361 Valid

38 0,159 0, 361 Tidak valid

39 0,352 0, 361 Tidak valid

40 0,415 0, 361 Valid

41 0,316 0, 361 Tidak valid

42 0,617 0, 361 Valid

43 0,157 0, 361 Tidak valid

44 0,667 0, 361 Valid

45 0,458 0, 361 Valid

46 0,718 0, 361 Valid

47 0,131 0, 361 Tidak valid


(40)

59

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

49 0,206 0, 361 Tidak valid

50 0,040 0, 361 Tidak valid

51 0,688 0, 361 Valid

52 0,612 0, 361 Valid

53 0,067 0, 361 Tidak valid

54 0,325 0, 361 Tidak valid

55 0,138 0, 361 Tidak valid

56 0,592 0, 361 Valid

57 0,602 0, 361 Valid

58 0,326 0, 361 Tidak valid

59 0,686 0, 361 Valid

60 0,457 0, 361 Valid

61 0,707 0, 361 Valid

62 0,299 0, 361 Tidak valid

63 0,352 0, 361 Tidak valid

64 0,480 0, 361 Valid

65 0,263 0, 361 Tidak valid

66 0,602 0, 361 Valid

67 0,267 0, 361 Tidak valid

68 0,366 0, 361 Valid

69 0,201 0, 361 Tidak valid

70 0,252 0, 361 Tidak valid

71 0,503 0, 361 Valid

72 0,267 0, 361 Tidak valid

73 0,462 0, 361 Valid

74 0,514 0, 361 Valid

75 0,243 0, 361 Tidak valid

76 0,552 0, 361 Valid

77 0,448 0, 361 Valid

78 0,782 0, 361 Valid


(41)

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan Hasil Uji Validitas Angket Perilaku Menyimpang Siswa

Keterangan No Item Jumlah

Valid 34, 35, 36, 37, 40, 42, 44, 45, 46, 48, 51, 52, 56,

57, 59, 60, 61, 64, 66, 68, 71, 73, 74, 76, 77, 78 26

Tidak Valid 38, 39, 41, 43, 47, 49, 50, 53, 54, 55, 58, 62, 63,

65, 67, 69, 70, 72, 75 19

Sumber : Data diolah oleh Peneliti (2015)

Berdasarkan data di atas bahwa data yang tidak valid yaitu nomor 38, 39, 41, 43, 47, 49, 50, 53, 54, 55, 58, 62, 63, 65, 67, 69, 70, 72, dan 75, data yang tidak valid tidak diikutsertakan dalam analisis data selanjutnya karena sudah mewakili dengan nomor item soal yang lainnya.

Setelah dilakukan uji validitas maka diperoleh item soal yang telah valid dan akan diikutsertakan dalam pengolahan data. Berikut kisi-kisi angket setelah dilakukan uji validitas.

Tabel 3.11

Kisi-kisi Instrumen penelitian angket (Sesudah Uji Validitas)

Variabel Indikator Sub variabel Sumber

informasi No

instrumen

Penjulukan Siswa

Jurusan IPA dan IPS (X)

Kondisi Penjulukan

a. Persepsi terhadap

penjulukan

Siswa 1

b. Kondisi siswa jurusan IPA dan IPS

Siswa 2, 3, 4 dan 5

c. Penjulukan terhadap

siswa jurusan IPA dan IPS

Siswa 6 dan 7

d. Perlakuan terhadap

penerima julukan

Siswa 8, 9 dan 10

Dampak Penjulukan

c. Dampak julukan

terhadap jurusan IPA dan IPS


(1)

151

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswapun yang benar-benar ingin melakukan perilaku menyimpang. Selain itu, perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa dapat memberikan pengaruh tehadap siswa dan sekolah. Pengaruh terhadap siswa diantaranya yaitu dapat membentuk pribadi siswa yang kurang baik dan tidak tertib, nama baik siswa tercoreng, kurang dipercaya oleh siswa lain atau guru, mendapatkan julukan negatif dari yang lain serta menjadi penilaian terhadap ketidakberhasilan dalam belajar di sekolah. Sedangkan untuk sekolah dapat menyebabkan nama baik sekolah terganggu karena memiliki siswa yang tidak disiplin. Tapi ada juga beberapa perilaku menyimpang yang membuat siswa menjadi lebih percaya diri, dan itu biasanya dalam cara berpakaian dan berpenampilan. Walaupun perilaku menyimpang ada yang berdampak positif, tapi tetap saja perilaku menyimpang tidak dapat dibiarkan terjadi, melainkan harus dengan tegas ditindak dengan melakukan upaya-upaya yang sesuai.

3. Penjulukan berpengaruh terhadap kecenderungan perilaku menyimpang pada siswa dengan tingkat hubungan rendah, tapi penjulukan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kecenderungan perilaku menyimpang siswa. Penjulukan pada siswa membuat mereka cenderung melakukan tindakan sesuai dengan julukan yang melekat padanya, walaupun tidak semuanya seperti itu. Penjulukan positif memberikan masukan yang positif, sedangkan penjulukan negatif memberikan masukan ganda yaitu positf dan negatif. Tapi penjulukan umumnya mengarah pada tindakan penyimpangan, yang mana penjulukan negatif inilah yang berpengaruh terhadap munculnya perilaku menyimpang, dan saat ini yang memiliki julukan negatif di sekolah adalah siswa jurusan IPS. Walaupun siswa IPS yang memilki julukan negatif, tapi tidak semua siswa IPS melakukan perilaku menyimpang dan walaupun siswa IPA dijuluki positif, masih banyak siswa IPA yang berperilaku menyimpang tapi biasanya mereka cenderung cepat untuk bangkit lagi karena mereka tidak ingin mendapat julukan negatif. Sedangkan saat ini penjulukan negatif ditanggapi oleh siswa IPS dengan datar, dan bahkan semakin kesini siswa merasa nyaman dengan


(2)

Rinrin Nurhidayanti, 2015

julukanya, serta memiliki kebanggaan bahwa mereka disebut nakal. Selain itu, karena mereka merasa nyaman maka mereka cenderung melakukan sesuai dengan yang banyak siswa IPS lakukan sekalipun itu merupakan tindakan menyimpang di sekolah.

B.Rekomendasi

Dengan melihat hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian, maka penulis memberikan saran terhadap beberapa pihak. Adapun rekomendasi dari penulis yaitu:

1. Bagi Mahasiswa

Bagi mahasiswa pendidikan sosiologi hendaknya memahami permasalahan mengenai penjulukan secara mendalam karena ini merupakan bagian kajian sosiologi dan permasalahan yang terjadi di masyarakat yang harus ditangani karena memberikan dampak yang kurang baik, sehingga hendaknya dapat memberikan solusi untuk memecahkan masalahnya. Selain itu, sebagai calon pendidik hendaknya dapat memberikan penjelasan terhadap peserta didik mengenai fungsi diadakannya penjurusan di SMA dan mampu membantu siswa mengarahkan dirinya sesuai dengan minat dan bakat, serta bagaimana dampak penjulukan yang selalu dilakukan di sekolah, supaya siswa tidak membudayakan penjulukan.

2. Bagi Masyarakat

Masyarakat hendaknya menghilangkan anggapan bahwa jurusan IPA itu pintar dan IPS itu nakal yang terus membudaya pada masyarakat, karena itu dapat membuat siswa IPS merasa redah diri dan tidak nyaman, serta calon siswa SMA tidak berminat masuk IPS sedangkan sebenarnya dia bakatnya di IPS .

3. Bagi Guru

Guru hendaknya dapat menghilangkan penjulukan terhadap siswa jurusan IPA dan IPS di sekolah yang cenderung berdampak negatif, serta hendaknya memberikan pemahaman pada siswa mengenai setiap perbedaan yang ada dan menjelaskan mengenai fungsi dari adanya penjurusan, sehingga siswa


(3)

153

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tidak melakukan tindakan-tindakan yang mengarah pada rasis jurusan dan penjulukan siswa di SMA dapat dihilangkan. Selain itu, secara khusus guru BK juga hendaknya dapat membantu siswa dalam menangani permasalahan-permasalahan yang dialami selama di sekolah, termasuk dalam menangani permasalahan penjulukan tersebut, dan salah satu caranya adalah melakukan bimbingan dengan siswa secara rutin, agar siswa dapat terpantau dan masalahnya dapat teratasi dengan cepat.

4. Bagi Sekolah

Bagi pihak sekolah hendaknya dapat menjelaskan pada siswa mengenai fungsi dari adanya penjurusan dan keunggulan masing-masing jurusan, sehingga siswa memilih jurusan bukan berdasarkan gengsi dan tuntutan orang tua, tapi berdasarkan minat, bakat dan potensi yang dimilikinya supaya siswa dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal.

5. Bagi Peserta Didik

Peserta didik hendaknya menghilangkan penjulukan yang diberikan pada siswa jurusan IPA dan IPS, karena hal tersebut dapat mengganggu tujuan belajar di sekolah dan menghambat perkembangan pribadi peserta didik itu sendiri.

6. Bagi Penelitian Selanjutnya

Bagi peneliti lain yang akan meneliti permasalahan serupa hendaknya melakukan penelitian yang lebih mendalam dan melakukan penelitian secara komprehensif, sehingga data yang terkumpul lebih akurat dan dapat memberikan masukan yang lebih baik untuk pendidikan sosiologi. Selain itu, dapat memilih lokasi penelitian yang lebih beragam sehingga dapat diketahui secara umum apakah memang penjulukan terhadap jurusan IPA dan IPS itu berpengaruh terhadap kecenderungan timbulnya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa.


(4)

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Daftar Pustaka Literatur

Ahmadi, H.A & Uhbiyati, N. (2003). Ilmu pendidikan. Jakarta: PT.Rineka Cipta. Anwar, Y dan Adang. (2010). Kriminologi. Bandung : PT. Refika Aditama. Arikunto, Suharsimi. (1992). Prosedur penelitian sebuah pendekatan praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Black, J.A & Champion, D.J. E. Koswara dkk (pent.). (2009). Methods and issues in social research: Metode dan masalah penelitian sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.

Cohen, B.J. Simamora, S (Pent.). (1992). Theory and problems of introduction to sociology: sosiologi suatu pengantar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Creswell, J.W. Fawaid, I (Pent.). (2010). Research. design: Pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Effendi, Tadjoeddin dan Manning, Chris. (1991). Urbanisasi, pengangguran dan sektor informal di Kota. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Hartinah, S. (2010). Perkembangan peserta didik. Bandung: PT. Refika Aditama. Horton, Paul. B & Hunt, Chester. L. Ram, Aminuddin & Sobari, Tita (Pent).

(tanpa tahun). Sociology, sixth edition: sosiologi edisi keenam. PT Gelora Aksara Pratama.

Ihsan, H.F. (2011). Dasar-dasar kependidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Mardalis. (1999). Metode penelitian suatu pendekatan proposal. Jakarta :PT Bumi Aksara.

Margono. (2004). Metodologi penelitian pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Maryati, K & Suryawati, J. (2013). Sosiologi kelompok peminatan ilmu-ilmu

sosial. Jakarta: Erlangga.

Morissan, Wardhani, A.C., & Hamid, F. (2012). Metode penelitian survei. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Morissan. (2014). Metode penelitian survei. Jakarta: Kencana.

Narwoko, & Suyanto. (2010). Sosiologi teks pengantar dan terapan. Edisi ketiga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


(5)

155

Rinrin Nurhidayanti, 2015

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nasution. (1987). Metode research. Bandung : Jemmars.

Nasution, S. (2009). Metode research. Jakarta: PT Bumi Aksara. Priyanto, A. (2012). Kriminologi. Yogyakarta : Ombak.

Putra, N & Hendarman. (2013). Metode riset campur sari. Jakarta: PT. Indeks. Raho, B. (2007). Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Prestasi Pustakaraya.

Riduwan. (2012). Skala pengukuran variabel-variabel penelitian. Bandung: Alfabeta.

Riduwan, & Akdon. (2010). Rumus dan data dalam analisis statistika. Bandung: Alfabeta.

Riduwan, & Kuncoro. (2012). Cara menggunakan dan memaknai path analysis. Bandung: Alfabeta.

Riduwan, & Sunarto. (2012). Pengantar statistika untuk penelitian: pendidikan, sosial, komunikasi, ekonomi, dan bisnis. Bandung: Alfabeta.

Ritzer, George. Alimandan (Pent). (2013). Sociology: multiple paradigm science: sosiologi ilmu pengetahuan berparadigma ganda. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Ritzer, George. Pasaribu, Saut dkk (Pent). (2012). Sociology theory: teori sosiologi dari sosiologi klasik sampai perkembangan terakhir postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Santoso, S. (2011). SPSS mengolah data statistik secara profesional. Jakarta : Elek Media Komputido.

Sarosa, S. (2012). Penelitian kualitatif (dasar-dasar). Jakarta: PT Indeks.

Scott, John. (2011). Sosiologi : The Key Concepts. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

Setiadi, E & Kolip, U. (2011). Pengantar sosiologi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Silalahi, Uber. (2012). Metode penelitian sosial. PT Refika Aditama: Bandung. Sugiyono. (2006). Metode penelitian administrasi. Bandung : CV. Alfabeta. Sugiyono. (2008). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.


(6)

Rinrin Nurhidayanti, 2015

Susetyo, Budi. (2010). Statistika untuk analisis data penelitian. Surabaya: Rafika Aditama.

Usman, S. (2012). Sosiologi sejarah, teori dan metodologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Veeger, K.j. (1990). Realitas sosial: refleksi filsafat sosial atas hubungan individu-masyarakat dalam cakrawala sejarah sosiologi. Jakarta: PT Gramedia.

Willis, S. (2010). Remaja dan masalahnya. Bandung: Alfabeta.

Zeitlin, Irving. M. Ansori & Juhanda (Pent). (1995). Rethinking sociology a critique of contemporary theory: memahami kembali sosiologi kritik terhadap teori sosiologi kontemporer. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Skripsi

Hanafi, A.B. (2013-2014). Jurnal: Diskriminasi Terhadap Siswa IPS di SMA Surabaya; Studi Deskriptif Tentang Fenomena Labeling yang Dialami Siswa IPS di SMAN 3 Surabaya dan SMA Barunawati Surabaya.

Khoisiyah, N.H. (2013). Gambaran Respon Psikologis pada Remaja yang Mendapat Labeling di SMK Perdana Kota Semarang. (Skripsi) Universitas Muhammadiyah Semarang.

Undang-Undang

Permendikbud No 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA/MA.


Dokumen yang terkait

PENGARUH TERPAAN IKLAN POLITIK PARTAI NASDEM DI TELEVISI TERHADAP SIKAP POLITIK PEMILIH PEMULA (Studi Pada Siswa/siswi Jurusan IPA dan IPS di SMA Negeri 3 Bandar Lampung & SMA Negeri 9 Bandar Lampung)

5 38 9

Implementasi Metode AHP Untuk Penentuan Jurusan IPA dan IPS di SMA Negeri 6 Semarang.

0 3 10

PERILAKU MENYIMPANG SISWA SMA (Studi Eksplorasi Peta dan Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang PERILAKU MENYIMPANG SISWA SMA (Studi Eksplorasi Peta dan Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang di SMA Negeri Jumapolo).

0 1 16

PENDAHULUAN PERILAKU MENYIMPANG SISWA SMA (Studi Eksplorasi Peta dan Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang di SMA Negeri Jumapolo).

0 1 7

PERBEDAAN TINGKAT STRES PADA SISWA KELAS XI JURUSAN IPA DENGAN JURUSAN IPS Perbedaan Tingkat Stres Pada Siswa Kelas XI Jurusan IPA Dengan Jurusan IPS di SMA N 2 Sukoharjo.

0 0 13

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XI ANTARA JURUSAN IPA DAN IPS PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SISWA KELAS XI ANTARA JURUSAN IPA DAN IPS DI SMA NEGERI 1 BABADAN PONOROGO.

0 0 14

PENGARUH TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) TERHADAP TIMBULNYA PERILAKU MENYIMPANG REMAJA : Penelitian eksplanasi Di SMA Negeri Kota Bandung.

2 25 51

Studi Deskriptif Mengenai Konsep Diri Pada Siswa Kelas XII Jurusan IPA dan IPS di SMA "X" Bandung.

0 0 30

Pengaruh kecerdasan, pengetahuan ekonomi dan perilaku konsumtif terhadap literasi keuangan pada siswa kelas xi ips sma negeri sekota Madiun Jurnal

2 11 20

PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG - repository UPI S SOS 1103627 Title

0 0 3