EFEKTIVITAS PENDEKATAN MODIFIKASI KOGNITIF PERILAKU DENGAN TEKNIK RESTRUKTURISASI KOGNITIF DAN VISUALISASI UNTUK MENINGKATKAN SELF-ESTEEM PESERTA DIDIK: Penelitian Kuasi Eksperimen pada Peserta Didik Kelas VIII SMPN 16 Tasikmalaya Tahun Akademik 2014/2015

(1)

DIDIK

(Penelitian Kuasi Eksperimen pada Peserta Didik Kelas VIII SMPN 16 Tasikmalaya Tahun Akademik 2014/2015)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi

Bimbingan dan Konseling

oleh

Akhmad Harum NIM 1302207

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

Saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul “

Modifikasi Kognitif Perilaku dengan Teknik Restrukturisasi Kognitif dan Visualisasi untuk Meningkatkan Self-esteem Peserta Didik” ini adalah karya saya sendiri. Tidak

ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari diketemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 25 Mei 2015

Yang membuat pernyataan,


(3)

AKHMAD HARUM 1302207

EFEKTIVITAS PENDEKATAN MODIFIKASI KOGNITIF PERILAKU DENGAN TEKNIK RESTRUKTURISASI KOGNITIF DAN VISUALISASI

UNTUK MENINGKATKAN SELF-ESTEEM PESERTA DIDIK

(Penelitian Kuasi Eksperimen pada Peserta Didik SMPN 16 Tasikmalaya Tahun Akademik 2014/2015)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing

Dr. H. Mubiar Agustin, M.Pd

NIP 19770828 200312 002

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. H. Nandang Rusmana, M.Pd.


(4)

Akhmad Harum. (2015). Efektivitas Pendekatan Modifikasi Kognitif Perilaku dengan Teknik Restrukturisasi Kognitif dan Visualisasi (Penelitian Kuasi Eksperimen pada peserta didik kelas VIII SMPN 16 Tasikmalaya Tahun Ajaran 2014/2015). Pembimbing Dr. H. Mubiar Agustin, M.Pd

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan self esteem yang rendah pada peserta didik melalui pendekatan modifikasi kognitif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif dan visualisasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan yaitu kuasi eksperimen dengan desain penelian nonequivalent pretest-posttest control group design. Teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan angket self esteem. Sampel penelitian yaitu peserta didik kelas VIII SMPN 16 Tasikmalaya Tahun ajaran 2014/2015 yang memiliki self esteem rendah dengan teknik purposive sampling. Teknik analisis data dengan menggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tingkat Self esteem peserta didik SMPN 16 Tasikmalaya, berdasarkan hasil pretest pada subjek eksperimen dan kontrol menunjukkan sebagian indikator self esteem telah memadai dan sebagian lainnya masih minim. Terdapat 3 aspek terdiri Aspek kognitif berada pada kategori tinggi, aspek afekif dan evaluatif berada pada kategori sedang. Terdapat 19 aspek terdiri 6 indikator berada pada kategori tinggi dan 13 indikator masih berada pada kategori sedang. Perlakuan pada indikator kategori sedang difokuskan untuk terjadinya peningkatan menuju kategori tinggi dan pada kategori tinggi akan diberikan perlakuan sebagai penguatan. Pendekatan modifikasi kognitif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif dan visualisasi efektif meningkatkan self esteem peserta didik. Peningkatan dapat dilihat dari hasil posttest yaitu terdapat 7 Aspek self esteem efektif meningkat. Jadi pendekatan modifikasi kognitif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif dan visualisasi efektif meningkatkan self esteem peserta didik di SMPN 16 Tasikmalaya.

Kata Kunci: Modifikasi Kognitif perilaku, Teknik Restrukturisasi Kognitif,


(5)

to Cognitive Restructuring and Visualization Techniques (Quasi-Experimental Research in class VIII SMP 16 Tasikmalaya Academic Year 2014/2015). Supervisor Dr. H. Mubiar Agustin,M Pd

This study aims to improve low self esteem in students through cognitive behavior modification approach with cognitive restructuring techniques and visualization. This study uses a quantitative approach. The method used is a quasi-experimental design with nonequivalent penelian pretest-posttest control group design. Data was collected using a questionnaire self esteem. The research sample is class VIII SMP 16 Tasikmalaya 2014/2015 school year who have low self esteem with purpose sampling technique. Data analysis techniques using the t test. The results showed that the level of self-esteem of students SMP 16 Tasikmalaya, based on the results of the pretest on the experimental and control subjects showed partial indicators of self-esteem has been adequate and some others are still minimal. 3 aspect, there are cognitive aspects in the high category, afekif and evaluative aspects in middle category. Of the 19 aspects, there are six indicators are at a high category and 13 indicators is still in the moderate category. Treatment on indicator categories are focused on the increase to the high category and the higher category will be given treatment as reinforcement. Cognitive behavior modification approach with cognitive restructuring techniques and visualization effectively improve self-esteem of students. The increase can be seen from the results of the posttest that there are 7 Aspects of effective self-esteem increases. So cognitive behavioral modification approach with cognitive restructuring techniques and visualization effectively improve the self-esteem of students at SMPN 16 Tasikmalaya

Keywords: Cognitive behavior modification, Cognitive Restructuring Engineering, Visualization, Self Esteem


(6)

Halaman HALAMAN JUDUL ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN HAK CIPTA ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN TESIS ... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN SYUKUR DAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... 1 DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GRAFIK ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Manfaat/Signifikansi Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Struktur Organisasi Tesis ... Error! Bookmark not defined. BAB II KAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. A. Self Esteem ... Error! Bookmark not defined. 1. Definisi Self Esteem ... Error! Bookmark not defined. 2. Karakteristik Individu dengan Self Esteem Tinggi dan Rendah ... Error!

Bookmark not defined.

3. Aspek – aspek Self esteem ... Error! Bookmark not defined. 4. Permasalahan Self Esteem ... Error! Bookmark not defined. 5. Faktor yang Mempengaruhi Self Esteem . Error! Bookmark not defined. 6. Perkembangan Self Esteem dan Remaja .. Error! Bookmark not defined.


(7)

1. Definisi Modifikasi Kognitif Perilaku ... Error! Bookmark not defined. 2. Gambaran Modifikasi Kognitif Perilaku . Error! Bookmark not defined. 3. Modifikasi Kognitif: Teknik Restrukturisasi KognitifError! Bookmark not

defined.

4. Modifikasi Perilaku: Visualisasi ... Error! Bookmark not defined. C. Penerapan Pendekatan Modifikasi Kognitif Perilaku untuk Meningkatkan Self

Esteem Remaja ... Error! Bookmark not defined. 1. Restrukturisasi Kognitif ... Error! Bookmark not defined. 2. Visualisasi ... Error! Bookmark not defined. BAB III METODOLOGI PENELITIAN... Error! Bookmark not defined. A. Pendekatan dan Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional VariabelError! Bookmark not

defined.

D. Pengembangan Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen ... Error! Bookmark not defined. 2. Pedoman Skoring ... Error! Bookmark not defined. 3. Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen . Error! Bookmark not defined. 4. Penimbangan Program Intervensi ... Error! Bookmark not defined. E. Rancangan Intervensi Modifikasi Kognitif Perilaku dengan Teknik

Restrukturisasi Kognitif dan Visualisasi untuk Meningkatkan Self Esteem Peserta didik di SMPN 16 Tasikmalaya ... Error! Bookmark not defined. F. Teknik pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. G. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not

defined.

A. Gambaran Umum Tingkat Self Esteem Peserta didik Kelas VIII SMPN 16 Tasikmalaya ... Error! Bookmark not defined.


(8)

C. Implementasi Modifikasi Kognitif Perilaku dengan Teknik Restrukturisasi Kognitif dan Visualisasi untuk Meningkatkan Self Esteem Peserta didik di SMPN 16 Tasikmalaya Tahun Ajaran 2014/2015 ... Error! Bookmark not

defined.

D. Keterbatasan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... Error! Bookmark not defined. A. Simpulan ... Error! Bookmark not defined. B. Rekomendasi ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined. Lampiran 1 Surat-surat Izin Penelitian ... Error! Bookmark not defined. Lampiran 2 Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. Lampiran 3 Hasil Pengolahan Data ... Error! Bookmark not defined. Lampiran 4 Program dan SKLBK ... Error! Bookmark not defined. Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined. RIWAYAT HIDUP ... Error! Bookmark not defined.


(9)

Bab ini merupakan pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang yang menjadi titik tolak penelitian, identifikasi, tujuan penelitian, manfaat dan signifikansi penelitian serta sistematika penulisan.

A. Latar Belakang Penelitian

Masa remaja merupakan masa keindahan dalam kehidupan setiap orang. Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan pada semua aspek yang mencakup fisik, kognitif, serta psikososial. Selain mengalami perkembangan pada masa ini remaja seringkali dikaitkan dengan pencarian identitas diri yaitu usaha mencari status sebagai seorang yang berdiri sendiri tanpa bantuan orang termasuk orang tua. Upaya pencarian identitas diri sesuai dengan yang dikemukakan oleh Erickson (dalam Papalia, Olds & Feldman, 2001) yang menyatakan tugas perkembangan yang penting pada masa remaja adalah mencari identitas diri. Kesuksesan ataupun kegagalan remaja dalam menghadapi tugas ditahapan

perkembangan ini dapat diketahui bila remaja dapat menjawab pertanyaan “Siapa

dirinya?” yang dapat mencerminkan identitas dirinya. Hal ini sesuai dengan

dengan yang dikemukakan Waterman (Purba, 2011), bahwa identitas diri merupakan gambaran diri yang jelas meliputi sejumlah tujuan yang ingin dicapai, nilai, dan kepercayaan yang dipilih oleh individu dan dalam penelitian ini adalah remaja.

Permasalahan mengenai identitas diri tidak dapat dipisahkan dari self esteem karena self esteem merupakan kebutuhan dasar setiap individu. Hal ini sesuai dengan perspektif yang dikemukakan oleh beberapa ahli mengenai self esteem yaitu Rosenberg (Mruk, 2006) yang berpendapat bahwa self esteem adalah suatu bentuk evaluasi dari sikap yang didasarkan pada perasaan keberhargaan diri individu, yang bisa berupa perasaan-perasaan positif dan negatif. Self esteem mempengaruhi tindakan apa yang akan individu pilih dan bagaimana cara melaksanakan tindakan tersebut (Guindon, 2010). Self esteem menjadi faktor penting dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan diberbagai tugas kehidupan remaja (Andrews, Harter, dalam Boden Ferfusson & Horwood, 2008).


(10)

Pada umumnya orang yang memiliki evaluasi yang positif terhadap dirinya cenderung memiliki self esteem yang tinggi. Sebaliknya orang yang memiliki evaluasi yang rendah terhadap dirinya cenderung memiliki tingkat self esteem yang rendah. Lebih lanjut, Branden (1994) secara detail mengungkapkan karakterisitk individu dengan self esteem rendah antara lain memiliki pikiran irasional mengenai dirinya, tidak berani mencari tantangan baru, memiliki perasaan tidak berguna, kurang memiliki aspirasi dan usaha untuk mencapai tujuannya, serta membatasi diri saat berhubungan dengan orang lain.

Beberapa penelitian mengenai self esteem pada remaja dilakukan oleh Reasoner pada tahun 2004 (Santrock, 2007) menunjukkan 12% individu diindikasikan mengalami penurunan harga diri setelah memasuki sekolah menengah pertama dan 13% memiliki harga diri yang rendah pada sekolah menengah. Mujiyati (2012) menunjukkan bahwa perkembangan self esteem bergantung pada penghargaan positif tak bersyarat dari orang lain berupa penerimaan, cinta dan kasih sayang. Jannah (2006) yang menunjukkan bahwa individu yang memiliki self esteem tinggi selalu memandang positif atas kegegalan yang dialaminya, semakin sering gagal individu akan semakin terpacu untuk melakukan yang terbaik dalam tugas selanjutnya, pantang menyerah, fokus terhadap tujuan dan kesuksesan. Nurjanah (2010) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa self esteem merupakan kebutuhan mendasar manusia yang sangat kuat yang memberikan kontribusi penting dalam proses kehidupan yang sangat diperlukan untuk perkembangan yang normal dan sehat sehingga memiliki nilai untuk bertahan hidup.

Hasil penelitian lain cukup menarik yang dilakukan di Indonesia oleh Septeria pada tahun 2010 di SMA Al-Maarif Singosari mengungkapkan sebanyak 14,8% self esteem peserta didik berada pada kategori tinggi, 67.2% berada pada kategori sedang, dan 18% berada pada kategori rendah. Penelitian tahun 2002 oleh family health study menemukan bahwa self esteem menurun pada remaja perempuan dari usia 12 hingga 17 tahun (Baldwin & Hoffman, 2002). Sebaliknya self esteem meningkat di antara remaja laki-laki dari usia 12 hingga 14 tahun, kemudian menurun hingga usia sekitar 16 tahun, sebelum akhirnya meningkat lagi. Meskipun demikian, menurut pandangan dari sejumlah peneliti, perubahan


(11)

perkembangan dari perbedaan gender dalam hal self esteem sering kali kecil (Harter, 2002; Kling dkk., 1999; dalam Santrock, 2007, hlm 186).

Permasalahan self esteem yang dimiliki individu, menurut Guindon (2010) dapat dikategorikan ke dalam permasalahan self esteem yang sifatnya global (karakterologis) dan selektif (Situasional). Guindon (2010) menjelaskan permasalahan self esteem yang sifatnya global menyangkut pada evaluasi individu terhadap keseluruhan keberhargaan dirinya, dimana penerimaan dan penghargaan diri seseorang relatif lebih stabil dan menetap. Mckay dan Fanning (2000) mengungkapkan bahwa individu dengan self esteem rendah yang sifatnya global sudah menjadi karakter diri dan biasanya memiliki pengalaman buruk di masa lampau seperti pengabaian dari orang tua. Sementara itu self esteem yang sifatnya situasional (selektif) adalah evaluasi spesifik terhadap sikap dan kualitas diri, yang mana menyangkut pada situasi tertentu dan bersifat sementara. Individu dengan self esteem rendah yang sifatnya situasional cenderung menunjukkan karakterisitk self esteem rendah pada hal yang spesifik seperti permasalahan prestasi atau keberhasilannya. Bila berbagai permasalahan dalam self esteem situasional ini digabungkan maka akan membentuk permasalahan self esteem yang sifatnya global.

Permasalahan self esteem pada remaja dapat mempengaruhi perkembangannya. Remaja memerlukan self esteem yang baik agar dapat mencapai keberhasilan dalam aspek akademis, hubungan sosial serta kesehatan mental. Bos, Murris, Mulkens, dan Schaalma (2006) mengatakan self esteem merupakan konstruk penting yang berkolerasi dengan prestasi akademis, hubungan sosial serta masalah psikopatologi pada anak dan remaja. Sehubungan dengan prestasi akademis, penelitian menunjukan bahwa individu dengan self esteem rendah menunjukkan keberhasilan yang rendah di sekolah (Mann, Hosman, et al., dalam Bos, Murris, Mulkens, dan Schaalma, 2006). Dalam hubungan sosial, penelitian menunjukkan bahwa individu dengan self esteem rendah biasanya kurang diterima oleh teman-temannya (Donders & Verschueren, dalam Bos, Murris, Mulkens, & Schaalma, 2006). Sementara itu, self esteem rendah juga berhubungan dengan masalah psikopatologi seperti kecemasan (Beck, Brown, Steer, Kuyken, & Grisham; Murris, Meesters, & Fijen dalam Bos, Murris,


(12)

Mulkens, & Schaalma, 2006), depresi (Harter; Mann et al., dalam Bos, Murris, Mulkens, & Schaalma, 2006) dan gangguan makan (e.g. Murris, Meesters, Van de Blom, & Mayer; Stice, dalam Bos, Murris, Mulkens & Schaalma, 2006).

Pembentukan self esteem dimulai pada masa kanak-kanak (Guindon, 2010). Pada umumnya remaja mengembangkan pandangan dirinya secara positif sejak kecil yang merupakan hasil perolehan kesuksesan pada aspek tertentu. Boden, Ferfusson, dan Horwood (2008) mengungkapkan secara umum tingkat self esteem tinggi di masa kanak-kanak, namun mengalami penurunan ketika anak memasuki masa remaja. Hal ini terjadi seiring dengan pengaruh perkembangan body image dan timbulnya permasalahan pada masa pubertas. Beberapa ahli (Dubois & Tevendale; Feldman & Elliot, dalam Boden, Ferfusson, & Horwood, 2008) bahkan menyebutkan masa remaja sebagai masa kritis dalam perkembangan self esteem. Secara spesifik, Robins et al. (dalam Bos, Murris, Mulkens, & Schaalma, 2006) mengatakan bahwa self esteem menurun drastis ketika remaja, dan penurunan tersebut terjadi lebih banyak pada remaja perempuan daripada remaja laki-laki.

Guindon (2010) menyatakan evaluasi diri seorang remaja berkembang pada awal masa kanak-kanak. Evaluasi ini timbul dari pertanyaan dalam diri yang berkaitan dengan perbedaan antara keadaan diri yang ideal (ideal self) dengan kenyataan yang terjadi (actual self). Banyak remaja yang mengkritik dirinya setelah melakukan evaluasi tersebut. Kritik ini dapat menimbulkan evaluasi negatif terhadap diri sehingga mempengaruhi self esteemnya.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui wawancara guru BK dan angket self esteem dari Rosenberg yang diberikan kepada 100 peserta didik kelas VIII di SMPN 16 Tasikmalaya menyatakan ada 17 peserta didik yang memiliki skor terendah yaitu <25 dari angket Rosenberg dengan perbandingan nilai tertinggi 40. Hal ini menandakan bahwa peserta didik tersebut mengalami self esteem rendah. Melalui wawancara dengan guru BK ketujuhbelas peserta didik ini pada umumnya dalam proses pencapaiaan prestasi belajar dinilai rendah hal ini dilihat dari nilai rapor yang mereka miliki, adanya sikap negatif yang tercermin dari tingkat kedisiplinan dalam kehadiran di sekolah maupun penyelesaian tugas sekolah serta adanya masalah interaksi sosial dengan teman-temanya. Dalam


(13)

pandangan terhadap dirinya, mereka merasa tidak sepintar teman-temannya, sehingga mereka merasa bahwa hasil yang akan diperoleh tidak sebaik teman-teman-temannya. Penilaian negatif ini membuatnya takut menghadapi tantangan dalam berbagai mata pelajaran di sekolah. Dalam kegiatan belajar di kelas, pada umumnya ketujuhbelas ini sering tidak berkonsentrasi dan melamun. Bila dirinya menemukan tugas yang rumit, mereka cenderung menghindar, hal ini dapat dilihat dari observasi peneliti. Ketujuhbelas ini juga mudah terpancing emosi sehingga mudah marah bila diajak bercanda. Hal tersebut membuat teman-temannya menjauhi dirinya. Pada umumnya ketujuhbelas ini kerap menjadi bahan perbincangan teman-temannya serta tidak ada yang mau duduk bersama dirinya dilihat dari angket sosiometri yang diberikan. Hal-hal tersebut akhirnya ditanggapi peserta didik tersebut dengan cara menarik diri terhadap teman-temannya. Sejalan dengan karakteristik self esteem yang dikemukakan oleh Branden (1994). Ketujuhbelas peserta didik ini menunjukkan rendahnya self esteem sebagai berikut: (1) Memiliki pikiran irasional dengan mengkritik dirinya; (2) Mudah menyerah dan takut dengan pelajaran di sekolah sehingga prestasi belajarnya rendah sejak awal SMP; (3) Menarik diri dan emosinya mudah marah sehingga kesulitan menyesuaikan diri dengan teman-temannya di sekolah.

Menurut Santrock (2007, hlm 189) ada empat cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan self esteem remaja yaitu: (1) mengidentifikasikan penyebab rendahnya self esteem dan bidang-bidang kompetensi yang penting bagi diri, (2) menyediakan dukungan emosional dan persetujuan sosial, (3) meningkatkan prestasi, dan (4) meningkatkan keterampilan coping remaja. Karena minimnya upaya yang dilakukan oleh guru BK tersebut maka dianggap perlu melakukan suatu pendekatan konseling kepada peserta didik yang memiliki self esteem rendah

Menurut Mruk (2006) beberapa usaha dapat dilakukan untuk mengatasi masalah self esteem remaja diantaranya adalah pemberian dukungan sosial (dalam hal ini orang tua/pengasuh yang memberi dukungan sosial kepada remaja), strategi/modifikasi kognitif perilaku, konseling keluarga/kelompok, stategi kebugaran fisik serta strategi spesifik yang digunakan pada populasi tertentu seperti terapi permainan/terapi naratif. Willets dan Crewell (Arlinkasari, 2011)


(14)

mengungkapkan bahwa modifikasi kognitif perilaku paling efektif digunakan remaja sebab memberikan banyak kebebasan remaja untuk mengontrol pikiran dan perilakunya sendiri.

Modifikasi kognitif perilaku merupakan salah satu pendekatan konseling yang bertujuan mengubah perilaku overt (tampak jelas) dan covert (tersembunyi) dengan mengaplikasikan metode kognitif dan metode perilaku (Dobson & Block, dalam Safino, 1996). Kendall dan Hollon (Maag, 2004) menyebutkan bahwa perubahan perilaku dapat terjadi bila diikuti dengan perubahan kognitif seseorang. Saat individu menginterpretasi suatu situasi, maka persepsi individu mengenai apa yang dipikirkannya akan mempengaruhi apa yang dirasakan dan apa yang dilakukannya. Oleh karena itu, Maag (2004) menyimpulkan bahwa perilaku seseorang dapat diubah dengan mengubah bagaimana seseorang mempersepsi proses situasi tersebut.

Maag (2004) menjelaskan berbagai teknik dalam modifikasi kognitif yang dapat dilakukan untuk mengubah perilaku seseorang antara lain self instruction training, attribution retraining, thought stopping, pemecahan masalah, dan restrukturisasi kognitif. Sementara itu, teknik-teknik dalam modifikasi perilaku antara lain pelatihan keterampilan sosial, pengawasan diri, percobaan perilaku, pemberian token (Menutti, dalam Arlinkasari, 2011), meningkatkan body esteem, meditasi, weight management program (Guindon, 2010), visualisasi, hypnosis, dan goal setting (McKay & Fanning, 2000). Stallard (2004) merangkum bahwa modifikasi kognitif perilaku afektif untuk mengatasi masalah psikologis anak dan remaja, misalnya impulsivitas, emosi marah, keterampilan sosial, depresi, kecemasan dan termasuk rendahnya self esteem. Adapun menurut Guindon (2010) modifikasi kognitif perilaku dinilai efektif dan banyak digunakan untuk meningkatkan self esteem remaja.

McKay dan Fanning (2000) mengembangkan teknik restrukturisasi kognitif untuk meningkatkan self esteem seseorang. Mereka menjelaskan bahwa untuk meningkatkan self esteem individu, cara terbaik untuk memulainya adalah melalui pikiran individu tersebut. Asumsinya bila pola pikir individu menjadi realistis, maka self esteemnya dapat meningkat. Teknik restrukturisasi kognitif untuk meningkatkan self esteem remaja pernah dilakukan pada penelitian


(15)

Arlinkasari (2011). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teknik restrukturisasi kognitif dapat mengubah pandangan negatif remaja menjadi lebih realistis.

McKay dan Fanning (Guindon, 2010) menjelaskan teknik restrukturisasi kognitif membantu individu untuk memahami distorsi kognitif (atau bisa disebut dengan kesalahan berpikir) yang membuat individu tersebut mengkritik diri dengan penilaian negatif. Dengan restrukturisasi kognitif, individu dapat memperbaiki pikiran yang irasional/tidak adaptif/negatif menjadi realistis (McKay dan Fanning, 2000). Hal ini sejalan dengan Stallard (2004) yang mengungkapkan bahwa anak dan remaja perlu meningkatkan kesadaran akan kesalahan berpikirnya sehingga mereka akan memahami efek pikiran tersebut terhadap perilaku dan perasaannya. Selain restrukturisasi kognitif, individu juga memerlukan koreksi pada deficit perilaku adaptif dengan cara melatih keterampilan yang sebelumnya belum dimiliki (Safino, 1996). Keterampilan tersebut dapat dilakukan dengan cara memberi modifikasi perilaku sesuai dengan kebutuhan individu.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Self esteem rendah awalnya terjadi karena peserta didik berada pada situasi yang penuh dengan krisis. Peserta didik berusaha menyelesaikan krisis tetapi timbul pikiran-pikiran yang negatif terhadap dirinya. Penilaian peserta didik terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah self esteem rendah situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau mengkompensasikan dengan tindakan lain yang seolah-olah membuat dirinya lebih berharga.

Gejala self esteem yang dialami oleh peserta didik memerlukan intervensi konseling. Apabila peserta didik terus mengalami self esteem rendah dikhawatirkan memunculkan permasalahan yang lebih kronis oleh Stuart & Gail (2007) yaitu gangguan dalam berhubungan dengan orang lain dan menimbulkan perasaan ketidakmampuan dari dalam pribadi peserta didik, selalu merasa bersalah terhadap orang lain, selalu berperasaan negatif tentang diri sendiri, selalu mempunyai pandangan hidup yang pesimis dan selalu beranggapan mempunyai keluhan fisik, pandangan hidup yang bertentangan, penolakan terhadap kemampuan yang dimiliki dapat menimbulkan penarikan diri secara sosial yang dapat menimbulkan kekhawatiran pada peserta didik serta resikonya lebih besar.


(16)

Self esteem rendah dapat mengakibatkan depresi, bunuh diri, anorexia nervosa, kenakalan remaja dan masalah-masalah penyesuaian diri lainnya (Fenzel, 1994; Santrock, 2007, hlm 188). Berdasarkan fakta tersebut menunjukkan usaha peningkatan self esteem perlu dilakukan. Bila peningkatan self esteem tidak segera dilakukan, hal ini dapat menganggu proses perkembangan masa remajanya. Sejalan dengan pendapat Eipsten (Guindon, 2010) bahwa self esteem merupakan kebutuhan dasar individu, maka bila peserta didik ini tidak memperbaiki self esteemnya hal ini akan mempengaruhi prestasi akademis, keberhargaan diri, serta penyesuaian dirinya. Menurut Gurney, 1987; Koniak-Grifin, 1989; Portes, Dunham, King, dan Kodwell, 1988; Searcy, 1988 (Nuradhi, 2010) semakin muda usia individu dalam meningkatkan self esteem maka perubahan yang terjadi akan lebih dalam dan tahan lama. Sebaliknya, bila tidak dilakukan segera maka peningkatan self esteem individu akan semakin sulit. Mengingat pentingnya self esteem dalam perkembangan dan peran pada remaja, berbagai intervensi telah dikembangkan untuk mengubah self esteem remaja

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan modifikasi kognitif melalui teknik restrukturisasi kognitif dan modifikasi perilaku dengan visualisasi sebagai intervensi meningkatkan self esteem peserta didik tersebut. Penggunaan modifikasi kognitif melalui teknik restrukturisasi kognitif dilakukan dengan pertimbangan bahwa peserta didik ini cenderung memiliki pikiran yang negatif seperti menganggap dirinya tidak pintar, tidak memiliki penampilan yang manarik, dan tidak ada yang memahaminya. McKay dan Fanning (2000) menyatakan bahwa teknik restrukturisasi kognitif sesuai digunakan pada individu dengan self esteem rendah karena masalah situasional. Masalah situasional peserta didik ini di sekolah berkaitan dengan penilaian negatif terhadap dirinya yang mencerminkan self esteem yang rendah. Selain teknik restrukturisasi kognitif, peneliti juga memberikan modifikasi perilaku berupa visualisasi. Visualisasi perlu diberikan mengingat peserta didik ini masih belum dapat mengelola emosi ketika berhadapan situasi yang tidak sesuai dengannya. Hal ini sejalan dengan penelitian (Mujiyati, 2012) bahwa teknik restrukturisasi kognitif efektif meningkatkan self esteem namun ada aspek yang belum meningkat yaitu aspek perasaan dicintai dan disayangi sehingga aspek ini perlu ditingkatkan melalui teknik visualisasi.


(17)

Berdasarkan penjelasan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanan peningkatan self esteem rendah pada peserta didik SMPN 16 Tasikmalaya melalui modifikasi kognitif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif dan visualisasi?

Berdasarkan rumusan masalah penelitian ini dapat dijabarkan dalam pertanyaa penelitian sebagai berikut.

1. Seperti apa profil self esteem peserta didik di SMPN 16 Tasikmalaya tahun ajaran 2014/2015?

2. Bagaimana bentuk rancangan intervensi modifikasi kogintif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif dan visualisasi untuk meningkatkan self esteem peserta didik di SMPN 16 Tasikmalaya tahun ajaran 2014/2015?

3. Apakah modifikasi kogintif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif dan visualisasi efektif meningkatkan self esteem peserta didik di SMPN 16 Tasikmalaya tahun ajaran 2014/2015?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan adalah untuk meningkatkan self esteem yang rendah pada peserta didik melalui modifikasi kogintif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif dan visualisasi. Secara khusus penelitian ini bertujuan 1. Untuk mengetahui profil self esteem peserta didik di SMPN 16 Tasikmalaya

tahun ajaran 2014/2015

2. Untuk mengetahui bentuk rancangan intervensi modifikasi kogintif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif dan visualisasi untuk meningkatkan self esteem peserta didik di SMPN 16 Tasikmalaya tahun ajaran 2014/2015

3. Untuk mengetahui modifikasi kogintif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif dan visualisasi efektif meningkatkan self esteem peserta didik di SMPN 16 Tasikmalaya tahun ajaran 2014/2015

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Signifikansi penelitian yang dimaksud dalam hal ini adalah manfaat atau kegunaan hasil penelitian baik secara teoritis dan praktis.


(18)

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah keilmuan tentang pendekatan modifikasi kognitif perilaku di sekolah untuk meningkatkan self esteem peserta didik. Hal ini sangat penting dalam upaya mengoptimalkan pemberian layanan untuk membantu peserta didik dalam mengoptimalkan potensi dan mempersiapkan diri secara psikologis.

2. Manfaat Praktis a. Peserta didik

Untuk mendapatkan layanan konseling dengan tujuan dapat meningkatkan Self Esteem melalui teknik pendekatan modifikasi kognitif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif dan visualisasi.

b. Guru Bimbingan dan Konseling

Guru bimbingan dan koseling di sekolah dapat memanfaatkan hasil studi untuk menambah pengetahuan dan keterampilan terkait pendekatan-pendekatan konseling terutama modifikasi kognitif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif dan visualisasi untuk meningkatkan self esteem peserta didik, sehingga diharapkan menambah kemampuan teknik konseling dalam melaksanakan layanan responsif khususnya konseling individual. c. Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi yang berkaitan dengan self esteem peserta didik dan pendekatan modifikasi kognitif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif dan visualisasi sebagai teknik untuk meningkatkan self esteem peserta didik.

E. Struktur Organisasi Tesis

Tesis ini terdiri dari lima bagian, yang terdiri dari sebagai berikut.

Bab I: Pendahuluan: Bab ini berisi latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan dan manfaat, serta sistematika penulisan

Bab II: Tinjauan Pustaka: Bab ini berisi dasar-dasar teori yang digunakan untuk mendukung penelitian yang dilakukan. Teori yang digunakan merupakan teori yang terkait dengan self esteem, remaja, modifikasi kognitif perilaku, serta penerapan modifikasi kognitif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif dan visualisasi untuk meningkatkan self esteem peserta didik.


(19)

Bab III: Metode Penelitian: Bab ini berisi gambaran mengenai metode penelitian yang digunakan dalam pelaksanaan intervensi. Bab ini terdiri dari penjelasan mengenai desain penelitian, partisipan, Populasi dan sampel, instrumen penelitian, prosedur penelitian dan analisis data.

Bab IV: Temuan dan Pembahasan: Bab ini menyampaikan dua hal utama, yakni (1) temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan permasalahan penelitian, dan (2) pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.

Bab V: Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi: Bab ini berisi simpulan, implikasi, dan rekomendasi, yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian tersebut. Ada dua alternatif cara penulisan simpulan, yakni dengan cara butir demi butir atau dengan cara uraian padat.


(20)

Bab ini membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan penelitian dalam rangka penyusunan tesis. Pokok bahasan dalam bab ini adalah pendekatan dan metode penelitian, subjek dan lokasi penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, pengembangan instrumen penelitian, langkah-langkah penelitian, dan teknik analisis data.

A.Pendekatan dan Desain Penelitian

Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu suatu jenis penelitian ilmiah di mana peneliti memutuskan apa yang akan diteliti dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang spesifik atau sempit, mengumpulkan data-data yang dapat dikuantifikasikan, menganalisis angka-angka tersebut dengan menggunakan statistik dan melakukan penelitian dalam suatu cara yang objektif (Creswell, 2012, hlm. 16).

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen kuasi. Penelitian eksperimen kuasi yaitu rancangan penelitian eksperimen tapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol atau mengendalikan variabel-variabel luar yang dapat mempengaruhi eksperimen. Pada eksperimen kuasi tidak dilakukan dengan teknik random (random assignment) melainkan pengelompokan berdasarkan kelompok yang terbentuk sebelumnya (Creswell, 2012, hlm. 309).

Desain eksperimen kuasi yang digunakan adalah nonequlvalent pretest-postest group design, yaitu jenis desain yang biasanya dipakai pada eksperimen yang menggunakan kelas-kelas yang sudah ada sebagai kelompoknya, dengan memilih kelas-kelas yang diperkirakan sama keadaan atau kondisinya. Dua kelompok (kontrol dan eksperimen) diberi pretest, kemudian diberikan perlakuan (treatment) berupa pendekatan modifikasi kognitif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif dan visualisasi untuk meningkatkan self esteem peserta didik pada kelompok eksperimen sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan, dan selanjutnya diberikan posttest. (Creswell, 2012, hlm. 310). Adapun skema desain penelitian sebagai berikut.


(21)

Tabel 3. 1

Quasi-Eksperiment Pretest and Posttest Design

Pre- and Posttest Design Time

Control Group Pretest No Treatment Posttest

Eksperimental Group Pretest Eksperimental

Treatment Posttest

Keterangan:

Control Group = kelompok kontrol

Eksperimental Group = kelompok eksperimen

No Treatment = Tanpa perlakuan

Eksperimental Treatment = Pemberian perlakuan (Creswell, 2012, hlm. 310) B.Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

Lokasi Penelitian ini dilakukan di SMPN 16 Tasikmalaya yang beralamat di jalan Jl. Sukarindik-Bungursari No. Telp. (0265) 70776870 Tasikmalaya. Hasil studi pendahuluan terhadap kelas SMPN 16 Tasikmalaya menunjukkan adanya peserta didik yang memiliki self esteem rendah.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII SMPN 16 Tasikmalaya tahun ajaran 2014/2015. Penarikan sampel penelitian ini adalah menggunakan teknik purposive sampling teknik penentuan sampel dengan karakteristik tertentu (sugiyono, 2012, hlm 124). Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII SMPN 16 Tasikmalaya tahun ajaran 2014/2015 yang teridentifikasi memiliki self esteem yang rendah. Adapun langkah-langkah untuk menentukan sampel dalam penelitian ini, yaitu, (1) memberikan pretest kepada peserta didik kelas VIII yang bertujuan untuk mengetahui peserta didik manakah yang memiliki self esteem rendah. Instrumen penelitian diberikan setelah di judgement oleh pakar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Sampel yang diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 14 peserta didik yang teridentifikasi memiliki self esteem rendah; (2) dari 14 peserta didik yang memiliki self esteem rendah tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 6 peserta didik untuk kelompok eksperimen dan 6 peserta didik untuk kelompok kontrol dan 2 peserta tidak bersedia untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini.


(22)

C.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu modifikasi kognitif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif dan visualisasi sebagai variabel bebas (X) dan self esteem sebagai variabel terikat (Y). Variabel bebas (X) yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat dan variabel terikat (Y) yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi sebab akibat.

1. Self Esteem

Self esteem yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu penilaian peserta didik kelas VIII SMPN 16 Tasikmalaya tahun ajaran 2014/2015 terhadap dirinya sendiri yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan aspek evaluatif. Aspek kognitif, suatu bagian dari diri dalam hal deskriptif seperti:memiliki kemampuan berpikir dan berpartisipasi, percaya akan kemampuan sendiri dan merasa yakin, dan juga mampu menghargai, menghormati dan mengambil keputusan dengan baik. Aspek afektif merupakan aspek positif dan negatif seperti merasa senang dan puas terhadap prestasi belajar, merasa diperhatikan dan dicintai dan disayangi dan paling penting penerimaan terhadap diri sendiri dan perhatian orang lain. Aspek evaluatif adalah tingkat kelayakan. Hal ini berdasarkan pada standar sosial yang ideal, seperti: bertanggung jawab atas tindakan yang telah dilakukan, meningkatkan martabat dirinya dan pantang menyerah.

2. Modifikasi Kognitif Perilaku: Teknik Restrukturisasi Kognitif dan Visualisasi

a) Modifikasi kognitif perilaku

Usaha untuk mengubah perilaku yang nyata dengan mengubah pikiran-interpretasi, dugaan dan strategi dalam memberikan respon merupakan intervensi yang dilakukan untuk mengubah proses berpikir menggunakan prinsip modifikasi kognitif serta modifikasi perilaku.

b) Restrukturisasi kognitif

Teknik restrukturisasi kogntif merupakan salah satu dari teknik modifikasi kognitif perilaku yang digunakan untuk memodifikasi fungsi berpikir mengenai self esteem peserta didik dengan mengubah pemikiran dari yang negatif menjadi positif.


(23)

Restrukturisasi kognitif dalam meningkatkan self esteem peserta didik didasarkan pada teori Meichenbaum (Murk, 2006). Resktukturisasi kognitif pada dasarnya merupakan suatu bentuk penyusunan kembali kognitif dan memfokuskan pada peruahan verbalisasi diri peserta didik.

Resktukturisasi kognitif dalam penelitian ini adalah suatu teknik yang dilakukan peneliti melalui perekaman-perekaman pikiran (Thought record) dan pemberian penguatan (reinforcement) yang berlangsung selama enam sesi intervensi untuk memodifikasi penilaian diri pada peserta didik dengan cara bertanya, menganalisis, mengambil keputusan dan memutuskan kembali dalam rangka mengubah fungsi berpikir, merasa dan bertindak peserta didik kelas VIII SMPN 16 Tasikmalaya Tahun ajaran 2014/2015.

c) Visualisasi

Teknik Visualisasi salah satu bagian dari teknik relaksasi yang dilakukan dengan cara membuat rileks seluruh tubuh, mengalihkan dari pikiran yang menganggu, dan membayangkan suasana yang positif. Visualisasi dapat diberikan bila seseorang memiliki self esteem rendah, dengan seseorang membayangkan dirinya dengan positif seperti memiliki perasaan optimis atau berani menghadapi tantangan. Dalam melakukan proses visualisasi, individu dapat melakukan afirmasi dengan memberikan komentar positif serta mengoreksi pikiran negatif dalam diirnya.

D.Pengembangan Instrumen Penelitian

Berdasarkan jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini maka dikembangkan alat pengumpul data seperti: skala self esteem, digunakan untuk memperoleh gambaran tentang self esteem peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti proses konseling melalui teknik restrukturisasi kognitif dan visualisasi.

1. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen

Instrumen self esteem peserta didik dikembangkan dari definisi operasional variabel. Instrumen ini berisi pernyataan-pernyataan tentang self esteem merujuk pada aspek kognitif, afektif, dan evaluatif berdasarkan konsep yang dikembangkan oleh Smelser (Guindon, 2010). Angket menggunakan format rating scale (skala penilaian) model Likert untuk mengukur sikap, pendapat, dan


(24)

persepsi seseorang atau sekolompok orang terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Setelah dilakukan uji coba angket terdapat beberapa perubahan pada kisi- kisi instrumen disajikan dalam Tabel 3.2

Tabel 3. 2

Kisi-kisi Instrumen Self Esteem Peserta didik

Aspek Sub-Aspek Indikator

Nomor Item

Kognitif

Keyakinan dan kepercayaan pada diri sendiri

1.Penampilan fisik 1,3, 2 3

2.Kemampuan berpikir dan berpartisipasi dalam kegiatan diskusi

5 4, 6 3

3.Kemampuan mengambil keputusan

7 8 2

Keyakinan individu bahwa dirinya berharga dan layak dihormati

1.Hubungan dengan orang tua

9,10,11 3 2. Hubungan dengan

teman

12 13 2

3. Hubungan dengan guru 14,15,16 3

Keyakinan individu sebagai anggota kelompok atau anggota masyarakat yang penting

1. Dapat membantu teman atau orang lain

17,18, 19 3

2. Mampu menghargai dan menghormati orang lain sebagaimana menghargai diri sendiri

20,21,22 3

3. Mendapatkan

penghargaan dari orang lain

23,24 2

Afektif

Perasaan puas dan senang terhadap diri sendiri

1. Penerimaan diri 25,26 2

2. Prestasi/Hasil belajar 27,28,29 3

3. Kualitas pribadi 30,31,32 3

Perasaan dicintai dan disayangi

1. Penerimaan tak

bersyarat dari orang lain

34,35 33 3

2. Perhatian dari orang lain 36,37,38 3

Evaluatif

Menerima dan menghargai diri sendiri

1.Bertanggung jawab atas pilihan dan Tindakan yang telah dilakukan

39,40,41 3

2.Mencapai otonomi diri/ independensi

43,44 42 3

Berusaha meningkatkan martabat diri

1. Usaha dalam mencapai kesejahteraan hidup

45, 46 2

2. Berani berkompetisi 47,49,48, 3 3. Giat dan pantang

menyerah


(25)

2. Pedoman Skoring

Instrumen disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat sehingga menghasilkan item-item pernyataan dan kemungkinan jawabannya. Instrumen digunakan untuk mengukur self esteem rendah peserta didik. Item pernyataan self esteem peserta didik menggunakan bentuk skala likert, dengan pilihan sangat sesuai (SS), Sesuai (S), Kurang sesuai (KS), Tidak sesuai (TS) dan Sangat Tidak sesuai (STS). Adapaun kriteria penskoran untuk mendapat skor angket self esteem peserta didik setelah di uji coba dapat dilihat pada table 3.3 berikut ini:

Tabel 3. 3 Ketentuan Pemberian Skor Angket Self Esteem Peserta didik

Pernyataan Skor

SS S KS TS STS

Positif 5 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4 5

3. Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen

Sebelum kuesioner digunakan untuk kegiatan penelitian lapangan, terlebih dahulu dilakukan uji coba kuesioner untuk melihat validitas dan reliabilitasnya. Pada penelitian ini uji coba angket melalui dua tahap. Tahap pertama dengan menggunakan logical validity atau dikenal juga dengan uji kelayakan konstruksi, redaksi dan konten setiap item melalui penimbangan (judgment) oleh pakar terkait sebayak dua atau tiga orang pakar. Atas dasar catatan yang diberikan para penimbang, dilakukan revisi sehingga jumlah item yang layak digunakan untuk diujicobakan.

Penimbang butir pernyataan ini dilakukan oleh dua orang dosen penimbang PPB FIP UPI, yaitu Bapak Syamsu Yusuf, L.N., Mubiar Agustin dan Ibu Ipah Saripah. Hasil penimbang untuk instrumen self esteem yang semula berjumlah 42 item oleh penimbang menyarankan untuk diperbaiki 10 item dan ditambah 10 item sehingga menghasilkan 52 item yang siap untuk digunakan.

Selanjutnya tahap kedua, angket diujicobakan dengan menggunakan face validity atau diuji cobakan secara terbatas dengan memberikan kepada peserta didik kelas VII SMPN 16 Tasikmalaya secara acak (yang keadaannya setara dengan peserta didik yang diteliti). Kepada peserta didik yang dijadikan


(26)

responden diminta untuk menjawab kuesioner self esteem peserta didik yang telah disiapkan. Validasi ini untuk mengetahui apakah bahasa dari item-item pernyataan dipahami oleh peserta didik, menerima terhadap item-item pernyataan sesuai dengan kondisi yang ada, dan menyatukan interpretasi peneliti dan responden terhadap item-item pernyataan. Sehingga pernyataan dalam instrumen tidak mengandung ambiguitas dan cukup dapat dimengerti oleh responden

Pada penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan tahapan sebagai berikut. 1) Menghitung koefisien korelasi product moment/ r hitung (rxy)

2) Proses pengambilan keputusan dengan dasar kriteria yaitu jika r hitung positif, dan r hitung ≥ 0,3, maka butir soal valid

Menurut Sugiyono, 2007, hlm. 188-189, item yang dipilih (valid) adalah

yang memiliki tingkat korelasi ≥ 0,3. Jadi, semakin tinggi validitas suatu alat

ukur, maka alat ukur tersebut semakin mengenai sasarannya atau semakin menunjukkan yang seharusnya.

Berdasarkan hasil perhitungan melalui pengolahan komputer program SPSS 20,0 dan Microsoft excel 2007 ditemukan bahwa dari 52 item pertanyaan, yang tidak valid sebanyak 2 item yaitu.

No Pernyataan Correctes Item-Total Correlation

Keterangan

1 Item 8 -.149 Tidak Valid

2 Item 23 -.144 Tidak Valid

Uji reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan rumus

Cronbach’s Alpha (α) yang kemudian dihitung dengan menggunakan bantuan

program SPSS 20,0. Terdapat cara lain dalam melakukan uji reliabilitas instrumen yaitu dengan menggunakan langkah-langkah perhitungan manual sebagai berikut. a) Pertama, menghitung nilai reliabilitas atau r hitung (r11).

b) Kedua, mencari varians semua item pernyataan instrumen

Tabel 3. 4

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah


(27)

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Tinggi

0,80 – 1,000 Sangat Tinggi

Berdasarkan hasil koefisien Alpha Cronbach yang diperoleh (α = 0.848) dan mengacu pada titik tolak ukur pada tabel 3.4 maka dapat disimpulkan bahwa instrumen self esteem peserta didik memiliki reliabilitas sangat tinggi

4. Penimbangan Program Intervensi

Penimbangan program intervensi dilakukan untuk memperoleh program intervensi yang dapat mengatasi permasalahan self esteem peserta didik. Program intervensi penelitian ditimbang oleh tiga orang pakar untuk dikaji dan ditelaah dari rasional, deskripsi kebutuhan, tujuan intervensi, sasaran intervensi, rencana kegiatan intervensi, pengembangan tema/topic materi dan pengembangan SKLBK, Evaluasi dan tindak lanjut dan indikator keberhasilan

Ketiga penimbang tersebut adalah Bapak Syamsu Yusuf, L.N., Mubiar Agustin dan Ibu Ipah Saripah yang merupakan pakar dalam bimbingan dan konseling. Program intervensi yang telah memperoleh penilaian dari ketiga pakar kemudian direvisi sesuai dengan saran dan masukan dari para penimbang tersebut. Setelah itu program intervensi yang telah direvisi dilaksanakan sesuai dengan SKLBK. Hasil uji kelayakan oleh pakar sebagai berikut.

Tabel 3.5

Hasil Uji Kelayakan/Judgement Program

No Komponen

Program

Hasil Penimbang Pakar BK

Kesimpulan Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3

1.

Rasional Memadai

Tidak

Memadai Memadai

Setelah perbaikan dinyatakan memadai 2. Deskripsi

kebutuhan Memadai

Tidak

Memadai Memadai dinyatakan memadai Setelah perbaikan 3. Tujuan intervensi Memadai Tidak

Memadai Memadai

Setelah perbaikan dinyatakan memadai 4. Sasaran intervensi Memadai Memadai Memadai Memadai 5. Pengembangan tema/topic materi dan pengembangan Memadai Tidak

Memadai Setelah perbaikan dinyatakan memadai


(28)

SKLBK memadai

6.

Evaluasi dan tindak lanjut dan indikator keberhasilan

Memadai

Memadai

Memadai Memadai

E. Menyusun Intervensi Modifikasi Kognitif Perilaku dengan Teknik Restrukturisasi Kognitif dan Visualisasi untuk Meningkatkan Self Esteem Peserta didik di SMPN 16 Tasikmalaya

Pemberian intervensi dengan menggunakan modifikasi koginitif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif dan visualisasi dilakukan terhadap peserta didik yang memiliki skor self esteem yang rendah. Komponen rancangan intervensi modifikasi koginitif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif dan visualisasi untuk meningkatkan self esteem adalah sebagai berikut.

1. Rasional

Permasalahan mengenai identitas diri tidak dapat dipisahkan dari self esteem karena self esteem merupakan kebutuhan dasar setiap individu. Hal ini sesuai dengan perspektif yang dikemukakan oleh beberapa ahli mengenai self esteem yaitu Rosenberg (Mruk, 2006) yang berpendapat bahwa self esteem adalah suatu bentuk evaluasi dari sikap yang didasarkan pada perasaan keberhargaan diri individu, yang bisa berupa perasaan-perasaan positif dan negatif. Guindon (2010) Self esteem mempengaruhi tindakan apa yang akan individu pilih dan bagaimana cara melaksanakan tindakan tersebut. Andrews, Harter, dalam Boden Ferfusson & Horwood (2008) Self esteem menjadi faktor penting dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan diberbagai tugas kehidupan remaja. Pada umumnya orang yang memiliki evaluasi yang positif terhadap dirinya cenderung memiliki self esteem yang tinggi. Sebaliknya orang yang memiliki evaluasi yang rendah terhadap dirinya cenderung memiliki tingkat self esteem yang rendah. Lebih lanjut, Branden (1994) secara detil mengungkapkan karakteristik individu dengan self esteem rendah antara lain memiliki pikiran irasional mengenai dirinya, tidak berani mencari tantangan baru, memiliki perasaan tidak berguna, kurang memiliki aspirasi dan usaha untuk mencapai tujuannya, serta membatasi diri saat berhubungan dengan orang lain.


(29)

Beberapa penelitian mengenai self esteem pada remaja dilakukan oleh Reasoner pada tahun 2004 (Santrock, 2007) menunjukkan 12 % individu diindikasikan mengalami penurunan haga diri setelah memasuki sekolah menengah pertama dan 13% memiliki harga diri yang rendah pada sekolah menengah. Mujiyati (2012) menunjukkan bahwa perkembangan self esteem bergantung pada penghargaan positif tak bersyarat dari orang lain berupa penerimaan, cinta dan kasih sayang. Jannah (2006) yang menunjukkan bahwa individu yang memiliki self esteem tinggi selalu memandang positif atas kegegalan yang dialaminya, semakin sering gagal individu akan semakin terpacu untuk melakukan yang terbaik dalam tugas selanjutnya, pantang menyerah, fokus terhadap tujuan dan kesuksesan. Nurjanah (2010) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa self esteem merupakan kebutuhan mendasar manusia yang sangat kuat yang memberikan kontribusi penting dalam proses kehidupan yang sangat diperlukan untuk perkembangan yang normal dan sehat sehingga memiliki nilai untuk bertahan hidup.

Hasil penelitian lain cukup menarik yang dilakukan di Indonesia oleh Septeria pada tahun 2010 di SMA Al-Maarif Singosari mengungkapkan sebanyak 14,8% self esteem peserta didik berada pada kategori tinggi, 67.2% berada pada kategori sedang, dan 18% berada pada kategori rendah. Penelitian tahun 2002 oleh family health study menemukan bahwa self esteem menurun pada remaja perempuan dari usia 12 hingga 17 tahun (Baldwin & Hoffman, 2002). Sebaliknya self esteem meningkat di antara remaja laki-laki dari usia 12 hingga 14 tahun, kemudian menurun hingga usia sekitar 16 tahun, sebelum akhirnya meningkat lagi. Meskipun demikian, menurut pandangan dari sejumlah peneliti, perubahan perkembangan dari perbedaan gender dalam hal self esteem sering kali kecil (Harter, 2002; Kling dkk, 1999; dalam Santrock, 2007, hlm 186).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui wawancara guru BK dan angket self esteem Rosenberg yang diberikan kepada 100 peserta didik kelas VIII di SMPN 16 Tasikmalaya menyatakan ada 17 peserta didik yang memiliki skor terendah yaitu <25 dari angket Rosenberg dengan perbandingan nilai tertinggi 40. Hal ini menandakan bahwa peserta didik tersebut mengalami self esteem rendah. Melalui wawancara dengan guru BK ketujuhbelas peserta didik ini pada


(30)

umumnya dalam proses pencapaiaan prestasi belajar dinilai rendah, adanya sikap negatif yang tercermin dari tingkat kedisiplinan dalam kehadiran di sekolah maupun penyelesaian tugas sekolah serta adanya masalah interaksi sosial dengan teman-temanya. Dalam pandangan terhadap dirinya, mereka merasa tidak sepintar teman-temannya, sehingga mereka merasa bahwa hasil yang akan diperoleh tidak sebaik teman-teman-temannya. Penilaian negatif ini membuatnya takut menghadapi tantangan dalam berbagai mata pelajaran di sekolah. Dalam kegiatan belajar di kelas, pada umumnya ketujuhbelas ini sering tidak berkonsentrasi dan melamun berdasarkan laporan dari guru- guru. Bila dirinya menemukan tugas yang rumit, mereka cenderung menghindar. Ketujuhbelas ini juga mudah terpancing emosi sehingga mudah marah bila diajak bercanda. Hal tersebut membuat teman-temannya menjauhi dirinya dilihat dari obervasi peneliti. Ketujuhbelas ini kerap menjadi bahan perbincangan teman-temannya serta tidak ada yang mau duduk bersama dirinya hal ini dilihat hasil sosiometri yang diberikan. Hal-hal tersebut akhirnya ditanggapi peserta didik tersebut dengan cara menarik diri terhadap teman-temannya. Sejalan dengan karakteristik self esteem yang dikemukakan oleh Branden (1994). Ketujuhbelas peserta didik ini menunjukkan rendahnya self esteem sebagai berikut: (1) Memiliki pikiran irasional dengan mengkritik dirinya; (2) Mudah menyerah dan takut dengan pelajaran di sekolah sehingga prestasi belajarnya rendah sejak awal SMP; (3) Menarik diri dan emosinya mudah marah sehingga kesulitan menyesuaikan diri dengan teman-temannya di sekolah

Menurut Mruk (2006) beberapa usaha dapat dilakukan untuk mengatasi masalah self esteem remaja diantaranya adalah pemberian dukungan sosial (dalam hal ini orang tua/pengasuh yang memberi dukungan sosial kepada remaja), strategi/modifikasi kognitif perilaku, konseling keluarga/kelompok, stategi kebugaran fisik serta strategi spesifik yang digunakan pada populasi tertentu seperti terapi permainan/terapi naratif. Willets dan Creswell (Arlinkasari, 2011) mengungkapkan bahwa modifikasi kognitif perilaku paling efektif digunakan remaja sebab memberikan banyak kebebasan remaja untuk mengontrol pikiran dan perilakunya sendiri.


(31)

Atas dasar pemikiran tersebut, maka perlu dikembangkan serangkaian kegiatan yang terangkum secara sistematis dalam kerangka intervensi layanan bimbingan dan konseling melalui modifikasi kognitif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif dan visualisasi untuk meningkatkan self esteem peserta didik mengingat peserta didik cenderung memiliki pikiran yang negatif seperti menganggap dirinya tidak pintar, tidak memiliki penampilan yang manarik, dan tidak ada yang memahaminya dan peserta didik ini masih belum dapat mengelola emosi ketika berhadapan situasi yang tidak sesuai dengannya.

2. Tujuan Intervensi

Intervensi ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan self esteem yang rendah pada peserta didik pada aspek kognitif, afektif dan evaluatif melalui modifikasi kognitif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif dan visualisasi. Secara khusus intervensi ini bertujuan agar peserta didik mampu.

1) Memiliki keyakinan dan kepercayaan terhadap diri sendiri

2) Memiliki keyakinan bahwa dirinya berharga dan layak untuk dihormati 3) Memiliki keyakinan sebagai anggota kelompok atau masyarakat yang

penting

4) Memiliki perasaan puas dan senang terhadap diri sendiri

5) Meningkatkan martabat diri, seperti giat dan pantang menyerah 6) Memiliki pemikiran rasional

7) Tidak mudah menyerah dan tidak takut dengan mata pelajaran tertentu 8) Tidak menarik diri dan mudah mengelolah emosinya sehingga tidak

mudah marah

3. Asumsi Intervensi

1) Modifikasi kognitif perilaku merupakan pendekatan konseling yang bertujuan mengubah perilaku overt (tampak jelas) dan covert (tersembunyi) dengan mengaplikasikan metode kognitif dan metode perilaku (Dobson & Block, dalam Sarafino, 1996).

2) Teknik restrukturisasi kognitif sesuai digunakan pada individu dengan self esteem rendah karena masalah situasional. Masalah situasional peserta didik ini di sekolah berkaitan dengan penilaian negatif terhadap dirinya (McKay dan Fanning, 2000)


(32)

3) Modifikasi perilaku melalui teknik visualisasi. Visualisasi perlu diberikan mengingat peserta didik ini masih belum dapat mengelola emosi ketika berhadapan situasi yang tidak sesuai dengannya (McKay dan Fanning, 2000)

4. Kompetensi Peneliti

Dalam melaksanakan teknik modifikasi kognitif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif dan visualisasi untuk meningkatkan self esteem peserta didik harus didukung oleh kompetensi memadai yang dimiliki oleh peneliti yang sekaligus berperan sebagai pemberi intervensi. Berbagai sumber menyatakan bahwa modifikasi kognitif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif dan visualisasi dapat diberikan oleh berbagai kalangan dan tidak menuntut lisensi profesional tertentu. Beberapa kalangan yang terbiasa memberikan intervensi ini diantaranya adalah Guru, Guru BK, Konselor, Terapis dan Sosial Worker. Hal ini mengimplikasikan bahwa peneliti memenuhi syarat untuk melaksanakan modifikasi kognitif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif dan visualisasi. Kompetensi lainnya adalah:

1. Memiliki pemahaman dan pengetahuan yang memadai mengenai konsep self esteem.

2. Memiliki pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan yang memadai dalam modifikasi kognitif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif dan visualisasi.

3. Memahami karakteristik remaja SMPN 16 Tasikmalaya yang merupakan subjek dari penelitian ini.

4. Menunjukkan penerimaan tanpa syarat terhadap konseli sebagai manusia yang tidak lepas dari kesalahan.

5. Sasaran Intervensi

Populasi yang menjadi subjek intervensi/konseli dalam konseling melalui pendekatan modifikasi kognitif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif dan visualisasi untuk meningkatkan self esteem adalah peserta didik kelas VIII SMPN 16 Tasikmalaya, yang teridentifikasi memiliki self esteem rendah.


(33)

Sasaran intervensi adalah peserta didik yang memiliki skor rendah pada aspek self esteem seperti dikemukakan dikemukakan oleh Branden (1994) yang meliputi.

1. Memiliki pikiran irasional dengan mengkritik dirinya

2. Mudah menyerah dan takut dengan pelajaran di sekolah sehingga prestasi belajarnya rendah sejak awal SMP

3. Menarik diri dan emosinya mudah marah sehingga kesulitan menyesuaikan diri dengan teman-temannya di sekolah

. Pemilihan subjek penelitian berdasarkan jumlah aspek yang memiliki skor rendah paling banyak diantara peserta didik yang memenuhi kriteria subjek penelitian.

6. Prosedur Pelaksanaan Intervensi

Pelaksanaan intervensi modifikasi kognitif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif dan visualisasi untuk meningkatkan self esteem disusun berdasarkan hasil self esteem dan karakteristik sampel penelitian. Pelaksanan intervensi yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan modifikasi kognitif dengan teknik restrukturisasi kognitif dan dilanjutkan dengan modifikasi perilaku dengan visualisasi. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.

1) Restrukturisasi Kognitif

Tahapan intervensi teknik restrukturisasi kognitif dalam meningkatkan self esteem rendah peserta didik, sebagai berikut.

a) Tahapan pertama: Assesmen dan Diagnosis

Langkah pertama yang dilakukan yaitu mendiagnosis masalah yang dialami oleh peserta didik. asesmen dan diagnosis di tahap awal bertujuan untuk memperoleh data tentang kondisi peserta didik yang akan ditangani serta mengantisipasi kemungkinan kesalahan penanganan pada proses konseling. Di tahap pertama dilakukan kegiatan sebagai berikut:

1) Penyebaran alat ukur self esteem untuk mengumpulkan informasi mengenai tingkat self esteem peserta didik.

2) Melakukan kontrak konseling dengan peserta didik supaya peserta didik mampu berkomitmen untuk mengikuti proses konseling dari tahap awal sampai tahap akhir.


(34)

b) Tahapan kedua: mengidentifikasi pikiran-pikiran negatif konseli

Sebelum konseli diberikan bantuan untuk mengubah pikiran-pikiran yang mengalami disfungsi, terlebih dahulu konselor perlu membantu konseli untuk menyadari disfungsi pikiran-pikiran yang konseli miliki dan memberitahukan secara langsung kepada konselor. Pada level umum, konseli didorong untuk kembali pada pengalaman dan melakukan introfeksi atau merefleksikan pengalaman-pengalaman yang sudah dilalui. Dalam hal ini peneliti memberikan kegiatan spongebob dan kota bikini bottom untuk Evaluasi Pengalaman hidup dan materi self esteem (PD Aja lagi) dan kegiatan menonton potongan film Fairy Odd Parents.

c) Tahapan ketiga: memonitor pikiran-pikiran konseli melalui thought record Pada tahap ketiga, konseli dapat diminta untuk membawa buku catatan kecil yang berguna untuk menuliskan tugas pekerjaan rumah, hal-hal yang berhubungan dengan perlakuan dalam konseling, dan mencatat pikiran-pikiran negatif. Format dapat dibuat oleh konseli atau disiapkan oleh konselor sebagai format yang sudah dicetak dalam kertas yang diajukan untuk mencatat pikiran-pikiran negatif konseli. Adapun format pikiran-pikiran dapat dilihat pada lembar Rahasia Timmy. Format dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan, karena yang terpenting bukan terletak pada format rekaman pikiran akan tetapi pada isi informasi yang terdapat pada format. Melalui format rekaman pikiran yang disepakati, konseli harus menjadi partisipan yang aktif dalam merumuskan cara-cara merekam informasi, sehingga dapar berguna dan dapat meningkatkan efektivitas pengerjaan homework.

d) Tahapan keempat: memberikan umpan balik kepada konseli dan memberikan motivasi untuk mengikuti konseling sampai akhir

Pada tahap keempat konselor menjelaskan kepada konseli mengenai perkembangan konseli setelah menjalani tiga tahapan konseling. Konselor memberi umpan balik terhadap perilaku konseli serta hal-hal yang terjadi selama konseling dilakukan sehingga konseli mampu memahami pengalaman serta menyadari akan kondisi kognitif yang salah suai dalam mempersepsi dan mereaksi stimulus yang dihadapi.


(35)

e) Tahapan kelima: intervensi pikiran negatif konseli menjadi pikiran-pikiran yang positif.

Pada tahap kelima, pikiran-pikiran negatif konseli yang telah terkumpul dalam thought record berupa lembar rahasia timmy dimodifikasi dengan rumus pikiran alternatif. Beberapa hal mengenai pikiran-pikiran negatif meliputi hal-hal sebagai berikut (Dobson & Dobson, 2009, hlm 127).

1) Menemukan pikiran-pikiran negatif yang berhubungan dengan reaksi emosi yang kuat

2) Menemukan pikiran-pikiran yang berkaitan dengan pola respon perilaku yang kuat

3) Menemukan pikiran-pikiran yang memiliki tingkatan keyakinan yang tinggi.

4) Menemukan pikiran-pikiran yang berulang, karena pikiran-pikiran yang dikemukakan berulang-ulang menunjukkan pola berpikir konseli.


(36)

Untuk lebih jelasnya, tahapan-tahapan intervensi teknik restrukturisasi kognitif dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut ini.

Gambar 3. 1 Tahapan-tahapan Intervensi Teknik Restrukturisasi Kognitif

Pada awal mengintervensi pikiran-pikiran negatif konseli, secara umum terdapat tiga pertanyaan umum yang digunakan, yaitu:

a. Apakah bukti dari pikiran-pikiran negatif anda?

b. Apa saja alternatif-alternatif pikiran untuk memikirkan situasi-situasi yang anda temui?

c. Apa saja pengaruh dari cara berpikir seperti itu?

2) Visualisasi

Teknik Restrukturis asi kognitif

Memonitor pikiran-pikiran negatif melalui thought record berupa lembar rahasia timmy Identifikasi pikiran-pikiran negatif konseli

Intervensi pikiran negatif menjadi pikiran positif

Assesmen dan Diagnosis

Memberikan umpan balik dan motivasi kepada konseli

Sesi Intervensi untk meningkatkan self esteem

1. Spongebob dan Kota Bikini Bottom

2. Rahasia Timmy 3. Meet The

Robinson dan Bantuan Cosmo an Wanda

4. Magic Box 5. Move the Position

and Review Komitmen dan Kontrak Konseling


(37)

Tahapan intervensi teknik visualisasi dalam meningkatkan self esteem Pada penelitian ini, konseli akan diberikan dasar-dasar visualisasi. Tujuan konseli diberikan teknik ini adalah agar konseli dapat menenangkan diri konseli sehingga membantu mencari pikiran alternatif yang lebih postif. Hal ini berdasarkan fakta pada konseli, bila menghadapi suatu masalah, konseli masih sering memunculkan emosi negatif seperti berteriak-teriak dan marah. Setelah konseli memahami kegunaan dari visualisasi ini, konseli diajak untuk mempraktekkan sesuai dengan instruksi peneliti. Berikut merupakan prosedur dalam melakukan visualisasi: a) Peneliti mengajak konseli membahas aktivitasnya (beserta respon pikiran,

perasaan dan tindakan yang dilakukan).

b) Peneliti memberikan Kotak Ajaib yang didalamnya terdapat tips meningkatkan kepercayaan diri dengan visualisasi (untuk menghadapi masalah)

c) Konseli mempraktikkan tips yang diberikan yaitu

1) Berbaring duduk di tempat yang sepi dan perlahan pejamkan kedua mata 2) Tarik nafas perlahan hingga individu merasa rileks

3) Tetap tarik nafas pelan-pelan, sekarang fokuskan tubuh pada bagian bawah. Saat buang nafas, bayangkan ketegangan di kaki berkurang (begitupun pada bagian tubuh yang lainnya)

4) Rasakan tubuh dari atas hingga bawah, lemaskan selurh otot-otot di tubuh 5) Buat gambaran dalam pikiran dengan membayangkan individu sedang

berada di suasana menyenangkan (misal: ditengah-tengah pantai dengan suara ombak yang mengalun, langit berwarna biru, awan putih tebal, dan rasakan pasir di kaki).

6) Gunakan penegasan dengan memberi pernyataan positif bahwa individu dapat menghadapi masalah yang terjadi saat ini (misalnya: “saya disukai teman-teman di sekolah/saya yakin bisa berprestasi)

7. Proses Intervensi

Pelaksanaan intervensi untuk meningkatkan self esteem dengan intervensi modifikasi kognitif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif direncanakan berlangsung 7 sesi dan visualisasi direncanakan 1 sesi yang terdiri dari pra intervensi, lima pertemuan untuk sesi intervensi dan satu pertemuan untuk evaluasi pasca intervensi. Keseluruhan intervensi dilakukan selama kurang lebih


(38)

tiga minggu, dimana 5 sesi/hari digunakan untuk program intervensi. Sementara itu, yang jadwal pelaksanaanya akan disesuaikan dengan konseli.

Tabel 3. 5

Rencana kegiatan modifikasi kognitif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif dan visualisasi untuk meningkatkan self esteem peserta didik

Waktu Pertemuan Rencana Kegiatan

Pra Intervensi Assesmen dan Diagnosis : Pengukuran self esteem menggunakan Angket Rosenberg dan yang dikembangkan peneliti

Intervensi Sesi 1 Identifaski pikiran pikiran negatif (Spongebob dan Kota Bikini Bottom untuk Evaluasi Pengalaman hidup dan materi self esteem (PD Aja lagi)

Intervensi Sesi 2 Identifikasi pikiran-pikiran negatif konseli: Memonitor pikiran-pikiran negatif melalui situasi dan respon (pikiran, perasaan dan tindakan) yang membuat tidak percaya diri melalui thought record dan Memberikan umpan balik dan motivasi kepada konseli (Fairy Odd Parents)

Intervensi Sesi 3 Rahasia Timmy, Meet the Robinson dan bantuan Masya Elza Frozen: Intervensi pikiran negatif menjadi pikiran positif dengan menata ulang pikiran negatif menjadi realistis: berdasarkan situasi ang membuat konseli tidak percaya diri

Intervensi Sesi 4 Magic Box: Visualisasi

Intervensi sesi 5 My Wishes, move the position dan review semua materi Pasca Intervensi Pengukuran self esteem hasil perubahan menggunakan

angket yang dikembangkan peneliti

Dari tabel 3.5 dapat dilihat bahwa intervensi sesi satu sampai tiga dan lima merupakan sesi modifikasi kognitif dengan teknik restrukturisasi kognitif, sementara intervensi sesi empat merupakan sesi modifikasi perilaku dengan teknik visualisasi. Untuk memastikan bahwa konseli dapat menata ulang pikirannya menjadi realistis, peneliti mereview sesi modifikasi kognitif pada sesi tiga. Pelaksanaan intervensi rencananya berlangsung 1,5 jam agar konseli tidak merasa jenuh dan pelaksanaan ini dilakukan di sekolah.

8. Sesi Intervensi

Program intervensi modifikasi kognitif perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif dan visualisasi dilaksanakan dengan 5 sesi. Sesi intervensi yang dirancang berdasarkan hasil pertimbangan masalah self esteem rendah peserta didik dan penyesuaian pendekatan modifikasi kognitif perilaku khususnya


(39)

teknik restrukturisasi kognitif dan visualisasi di setting sekolah. Penentuan jadwal intrvensi berdasarkan kesepakatan antara konselor dengan konseli. Adapun gambaran setiap sesi intervensi yang dilakukan yaitu sebagai berikut:

Sesi 1

Sesi 1 berjudul “Spongebob dan Kota Bikini Bottom (PD Aja lagi)

(identifikasi pikiran pikiran negatif). Sesi ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman keberhasilan dan kegagalan hidupnya. Strategi pada sesi ini yaitu melalui konseling kelompok menggunakan alat tulis, pensil warna, krayon, kertas kosong dan lembar Spongebob dan Kota Bikini Bottom. Adapun indikator keberhasilan dari sesi ini yaitu peserta didik menuliskan 5 pengalaman keberhasilan dan 5 pengalaman kegagalan. Alasan peneliti menggunakan tema ini, yaitu sebagai upaya peserta didik lebih tertarik menuliskan pengalaman keberhasilan dan pengalaman kegagalan pada dirinya.

Sesi 2

Sesi 2 berjudul “Fairy Odd Parents” (identifikasi pikiran negatif dan

(memonitir pikiran-pikiran konseli dan memberikan umpna balik dan motivasi kepada konseli) sesi ini bertujuan mengenali situasi yang membuatnya tidak percaya diri dan melihat gejala yang muncul berdasarkan pikiran, perasaan dan perilakunya. Strategi pada sesi ini yaitu konseling kelompok dengan pemutaran

film “Fairy Odd Parents” dengan menggunakan DVD, Laptop, alat tulis, lembar

Spongebob dan Kota Bikini Bottom, pulpen dan kertas kosong. Adapun indikator keberhasilan dari sesi ini yaitu peserta didik dapat mengidentifikasi respon (proses pikiran, perasaan dan tindakannya) yang membuatnya tidak percaya diri dari 3 minimal pengalaman hidupnya. Alasan peneliti menggunakan tema ini, yaitu sebagai upaya peserta didik mengetahui dan mengidentifikasi respon (proses pikiran, perasaan dan tindakannya) yang membuatnya tidak percaya diri.

Sesi 3

Sesi 3 berjudul “Rahasia Timmy, Meet The Robinson dan Bantuan Masya

dan Elza Frozen” (intervensi pikiran negatif menjadi pikiran positif) sesi ini

bertujuan untuk melakukan restrukturisasi dengan mengubah pikiran konseli yang negatif dengan pikiran lain yang realistis berdasarkan bukti yang mendukung. Strategi pada sesi ini yaitu konseling kelompok dengan pemutaran film “Meet The


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press

Arlinkasari, F. (2011). Intervensi Peningkatan Self Esteem pada Remaja dengan

Menggunakan Strategi Kognitif Perilaku. Tesis. Depok: Fakultas

Psikologi Universitas Indonesia.

Atwater Eastwood & Duffy, K.G (1999). Psychology For Living; Adjustment,

Growth and Behavior Tiday (5th edition). New Jersey. Prentice-Hall,Inc

Baldwin, D. and Mayers, A., 2002. Cited 19 Oktober 2010. Sexual side-effects of

antidepressant and antipsychotic drugs. Advances in Psychiatric

Treatment 2003; vol. 9, 202–210.

Barlow, D. H. & Hersen, D. (2008). Single case experimental designs: Strategies

for studying behavior change. New York: Pergamon

Beck, Aaron T. (1993). Cognitive Therapy; Past, Present, and Future. Jurnal of

Counsulting and Clinical Psychology. 61, 194-198

Beck, Judith S. (1995). Cognitive Behavior Therapy. New York: Guilford Press.

Buss,A.H. (1993). Personality: Temperament, Social Behavior and The Self. Allyn and Bacon: Boston;

Boden, J. m, Ferfusson, D. M, & Horwood, J. (2008). Does Adolescent self esteem predict later life outcomes? A test of causal role of self esteem.

Developmental and Psychophatology 20, 319-339, diunduh dari

www.nobi.nij.gov/pubmed/18211740, pada tanggal 3 November 2014

Bond, F. W.& Dryden, W. (2004). Handbook of Brief Cognitive Behaviour

Therapy. England: John Wiley & Sons Ltd

Bos, A., Murris, P., Mulkens, S., & Schaalma, H,. (2006). Changing self esteem ini Children and Adolescents: A Roadmap For Future Interventions.

Netherlands Journal Of Psychology 62, 26-33, diunduh dari

www.repub.eur.nl/res/pub/8078.


(2)

Akhmad Harum, 2015

---. (1992). The Power of Self Esteem. Florida, USA: Health Communications, Inc. Deerfield Beach

Burn, R.B (1993). Konsep Diri : Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku. Alih bahasa oleh Eddy. Jakarta: Arcan

Cooley, C.H. (1902). Human Nature and The Social Order. New York: Charles Scribner and Sons

Coopersmith,S. (1967). The Antecedents of Self-Esteem. San Francisco: W.H. Freeman and Company

Cormier, W.H. & Cormier, L.S. (1985). Interviewing Strategies For Helpers:

Fundamental Skill Cognitive Behavioral Interventions. Monterey,

California: Brooks/Cole Publishing Company

Corey, Gerald. (2007). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama

Choirunisa, K. (2011). Hubungan antara body image dengan kepercayaan diri

pada remaja putri. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta,

diunduh dari http://etd.eprints.ums.ac.id/15967/, pada tanggal 3 November 2014

Cresweell,J.W.(2012). Education Research: Planning, Conducting and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. (3 rd ed). New Jersey: Pearson Education, Inc

Clemes, Harris, dkk. (2012). Bagaimana Meningkatkan Harga Diri Remaja. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher

Dobson, D., Dobson, K.S. (2009). Evidence-Based Practice of

Cognitive-Behavioral Therapy. New York: Guilford Press

Duffy, K. G. & Atwater, E. (2002). Psychology for living: Adjustment, growth,

and behavior today (7th ed.). New Jersey: Pearson Education.

Frey dan Carlock.(1984). Enhancing Self Esteem.Ohio: Accelerated Development

Furqon. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Guindon, M. H. (2010). Self Esteem across the Lifespan. New York: Routledge Taylor & Francis Group


(3)

Hadi, S. 2005. Metodologi Research. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM.

Harter, S. (1999). The Construction of the Self. New York: Guilford Press

Hurlock, E. B. (1980). Developmental psychology: A life- span approach (5th ed).

New York: McGraw -Hill Inc

Hogg, MA, & Vaughan, GM. 2002. Social Psychology (3rd edition). London : Prentice Hall

Horner, R. H., Carr, E. G., Halle, J., McGee, G., Odom, S., & Wolery, M. (2005).

The use of single-subject research to identify evidencebased practice in special education. Exceptional Children, 71(2), 165-179

http://www.bsos.umd.edu/socy/research/rosenberg.htm, diunduh pada tanggal 3 November 2014

Indraswari, Paramita. (2012). Modifikasi Kognitif Perilaku untuk meningkatkan

Self esteem Remaja. Tesis. Depok: Fakultas Psikologi Universitas

Indonesia.

Ivey, A.E., M.B., K.L., Morgan. (1993). Counseling and Psychoterapy. A.

Multicultural Perspenctive. Ally and Bacon A Division of Simon &

Schuster, Inc. Boston

Jannah, R.(2006). Program Bimbingan dan Konseling untuk Meningkatkan Self Esteem pada Peserta didik Underachiever Kelas VIII SMP Negeri 1 Cimahi Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi. Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan

Jarvis, Matt. (2000). Teori-teori Psikologi. Bandung: Nusa Media

Juang Sunanto. (2006). Penelitian Subyek Tunggal. Bandung: UPI Press

Kanfer, P & Karoly, F.H. (1982). Self Management and Behavior Change : from Theories and Intervention. New York: Oxford University

Koswara. (1991). Teori-teori Kepribadian. Bandung: Eresco

Klass, W.H. and Hodge, S.E. 1978. Self Esteem In Open And Tradition Classroom. Journal of Educational Psychology, 5,701- 705

Landrum, T. J., & Tankersley, M. (2004). Science in the school- house: An


(4)

Akhmad Harum, 2015

Loopez, S.J & Snyder, C. R (2004). The Handbook of Positive Psychology. New York: Oxford University Press.

Maag, J. W. (2004). Behavior management: From theoretical implications to

practical applications 2nd. Calfornia: Thomson Warsworth.

Maslow, A. (1943). A theory of human motivation, Psychological Review, vol. 50, 1943, 370-96.

Mead, Geoerge Herbert. (1934). Mind’s, Self and Society. University Of Chigago Press: Chicago

Meichenbaum, D. (1977). Cognitive–Behavior Modification: An Integrative Approach. New York: Plenum Press

Mellveen, R., & Gross, R. (1977). Develpomental Psychology. London: Hodder & Stoughton.

Meltzer, D. E. (2012). The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics: a Possible “Hidden Variable’ in Diagnostics Pretest Scores. American Journal of Physics. (Online).

Tersedia: www.physics.iastate.edu/-per/doc/AJP-dec-2002-vol.70-1259-1268.pdf. (1 April 2015

Morgan, D., & Morgan R., (2009). Single- case research methods for the

behavioral and health sciences. Los Angles, Sage Publications Inc

McKay, M. & Fanning, P. (2000). Self Esteem 3rd edition. Canada: New

Harbinger Publications, Inc.

Mcllveen, R., & Gross, R. (1997). Developmental Psychology. London: Hodder & Stoughton.

Mruk, C.J. (2006). Self Esteem research theory and Practice: Toward a positive

psychology of self esteem 3rd ed. New York: Springer Publishing Co

Mujiyati. (2012). Efektivitas teknik restrukturisasi kognitif untuk Meningkatkan

Self Esteem Peserta didik. Thesis. Program Studi Bimbingan dan

Konseling Sekolah Pascasarjana UniversitasPendidikan IndonesiaBandung: tidak diterbitkan

Nuradhi, M.A. (2010). Peningkatan self esteem remaja mlali konseling


(5)

Nurjanah, Neneng. (2010). Efektivitas Konseling Analisis Transaksional untuk Meningkatkan Self Esteem Peserta didik (StudiKasus Terhadap Peserta didik SMAN 1 Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat). Tesis. Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan

Nourbakhsh, M. R., & Ottenbacher, K. (1994). The statistical analysis of

single-subject data: A comparative examination. Physical Therapy, 74,

768-776.

Papalia, D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D. (2001). Human Development (9th Ed).

NY: McGraw Hill.

Purba, R. 2011. Gambaran Proses Pencapaian status Identitas Diri Remaja yang Mengalami Kekerasan Fisik pada Masa Kanak-kanak. Skripsi Universitas Sumatera Utara, diunduh dari http://repository.usu.ac.id tanggal 3 September 2014

Ramadhan, G. (2011). Conitive Behavioral Therapy untuk Meningkatkan Harga

Diri Remaja. Tesis. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Robins, R. W., Hendin, H.M & Trzesniewski, K.H. (2001). Measuring Global Self Esteem; Construct Validation of a Single-Item Measure and The Rosenberg Self esteem Scale. Personality and Social Psychology

Bulletin, 27, 151-161

Robson, P.J. (1988). Self Esteem-a Psychiatric View. British Journal Of

Psychiatry. 153,6-15.

Rogers, K.R. (2010). Evaluation of Guided Visualizations and relationships

among perceived stress, differentiation of self, sense of cohenrence, dyadic satisfaction and quality of life. Thesis. Las Vegas: University of

Nevada, diunduh pada tanggal 5 oktober 2014

Rosenberg, M. (1980). Conceiving the Self. New York: Basic Books

Santrock, J.W. (2007). Adolescence 11th ed. Madison: Brown & Benchmark

Publishers.

Sarafino, E.P. (1996). Principles of behavior change: Understanding behavior


(6)

Akhmad Harum, 2015

Schaefer, E.P. (1996). Principles Of Behavior Change: Understanding Behavior

Modification Techniques. Canada: John Wiley & Sons, Inc

Septeria, Dita. (2010). Hubungan Antara Harga Diri (Self Esteem) dengan

Memaafkan (Forgiveness) pada Remaja Putri di SMA Islam Al Maarif Singosari. Tesis Jurusan Psikologi UIN Malang. Tidak diterbitkan

Shavelson, R. J., Hubner, J. J. dan Stanton, G. C. 1976. Validation of Construct

Interpretation. Review of Educational Research. 46: 407-441.

Somatri, G. D. (2009) Harga Diri Peserta didik sebagai Peserta didik sebagai Dasar Penyusunan Program Bimbingan Pribadi Sosial (Studi Pengembangan Bimbingan dan Konseling Peserta didik Kelas XI SMA Pasundan 1 Kota Bandung Tahun Ajaran 2008/2009). Skripsi. Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia; tidak diterbitkan

Stallard, P. (2004). Think Good. Feel Good: A cognitive Behavior Therapy

workbook for children and young people. Great Britain: John Wiley &

Sons, Ltd.

Stuart dan Sundeen. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3 alih bahasa

Achir Yani. S. Jakarta: EGC

Sudjana.(1996). Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuntitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung:ALFABETA

Tesser, A. (2001) Towards a self-evaluatif maintenance model of social behavior. In L. Berkowitz (ed.), Advances in experimental social psychology (Volume 21, pp. 181-227), Orlando, FL: Academic Press

Williams, James. D. (1989). Preparing to Teach Writing. California: Wadsworth Publishing Company.

Weiten, W. & Lloyd, M. (2006). Psychology applied to modern life: Adjusment

in the 21st century (8th edition). Canada:Thomson Wadsworth

Yahav, R. dan Cohen, M. (2008). Evaluation of Cognitive behavior intervention for adolescents. International Journal of stress management vol 15. No.

2, 173-188, diunduh dari www.psycnet.apa.org/index.cfm, pada tanggal