PENGARUH GAYA BERPAKAIAN TERHADAP PERSEP
PENGARUH GAYA BERPAKAIAN TERHADAP
PERSEPSI
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah
"Psikologi Sosial"
1
Dosen Pengampu:
Lucky Abrorry, M.Psi, Psikolog
Disusun Oleh:
Diandra Hilva Mawardi
J71214056
2
Putri Nilam Sari
J71214066
Rilla Fauzia Nur A.
J71214072
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2015
3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
i
Daftar Isi
ii
BAB I (PENDAHULUAN)
1.1 Latar Belakang Masalah
1
1.2 Rumusan Masalah
3
1.3 Tujuan Penulisan
3
1.4 Manfaat Penulisan
3
BAB II (KAJIAN PUSTAKA)
2.1 Pengertian Gaya Berpakaian
4
2.1.1 Sifat-Sifat Fashion
5
2.1.2 Jenis-Jenis Fashion Mahasiswi
5
2.1.3 Gaya Fashion Mahasiswi yang Disukai
11
2.1.4 Gaya Fashion Mahasiswi yang Tidak Disukai
13
2.2 Pengertian Persepsi
14
2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
14
2.2.2 Macam-Macam Persepsi
15
BAB III (METODOLOGI PENELITIAN)
3.1 Jenis Penelitian
17
3.2 Populasi Sampel
17
3.3 Teknik Pengumpulan Data
18
3.4 Analisis Data
19
BAB IV (PEMBAHASAN)
4.1 Identifikasi Subjek
21
4.2 Hasil Analisis Data Kuantitatif
23
4.3 Hasil Analisis Data Kualitatif
25
4.3.1 Persepsi Antara Foto 1 dan Foto 2
25
4.3.2 Skor yang Diberikan Subjek Penelitian Terhadap Foto 1
dan Foto 2
26
4.3.3 Alasan Pemberian Skor Oleh Subjek Penelitian Terhadap Foto 1
4
dan Foto 2
26
4.3.4 Foto yang Disukai Subjek Penelitian Antara Foto 1
dan Foto 2
27
4.3.5 Pandangan Subjek Penelitian Tentang Mahasiswi yang
Fashionable
4.4 Pengaruh Gaya Berpakaian Terhadap Persepsi
27
28
BAB V (PENUTUP)
5.1 Kesimpulan
30
5.2 Saran
31
Daftar Pustaka
32
Lampiran
34
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu acuan utama dalam menilai seseorang adalah dilihat dari
penampilannya, terutama jika orang tersebut baru pertama kali kita kenal. Hal
yang menjadi perhatian yakni dengan melihat gaya berpakaiannya, bentuk
tubuhnya, wajah, tingkah laku, gerak-gerik, tatanan rambut yang kesemuanya
dapat menimbulkan berbagai kesan baik positif maupun negatif. Penampilan fisik
sering menimbulkan persepsi mengenai karakteristik seseorang, seperti gambaran
mengenai kepribadiannya atau kompetensi yang dimilikinya. Bahkan dengan
hanya melihat fisiknya saja bisa menimbulkan pengaruh terhadap sebuah
hubungan interpersonal. Tentu saja hal ini akan berpengaruh kepada interaksi di
masa mendatang.
Terkadang dengan melihat penampilanya saja dapat menimbulkan kesan
yang bahkan bisa menutupi bagaimana kualitas orang tersebut yang sebenarnya.
Salah satu yang dikaitkan dengan penampilan seseorang yaitu gaya berbusana.
Pakaian yang dikenakan seseorang menandakan ciri-ciri penting dari pemakainya.
Disadari atau tidak, tujuan dari cara berpakaian seseorang adalah membuat kesan
pribadi yang bervariasi. Mungkin saja pakaian yang dikenakannya mencerminkan
diri yang cerdas, seksi, santai, pendiam, bertanggung jawab, fashionable dan lainlain. Hal ini tentunya menjadi simbol bagi pribadi yang ingin ditunjukkan.
Dalam sebuah penelitian menyatakan bahwa apa yang kita kenakan tidak
hanya berdampak bagi orang lain, tetapi juga berdampak pada diri pribadi. Hajo
dan Galinsky memperkenalkan istilah “enclothed cognition” dalam penelitian
mereka yang dilaporkan dalam Journal of Experimental Sosial Psychology. Istilah
“enclothed cognition” mengacu pada pengaruh pakaian terhadap proses psikologis
kita. Dalam penelitian ini, mereka melakukan serangkaian percobaan mengenai
pakaian yang mereka kenakan dengan menghubungkan dua faktor yaitu makna
simbolis dan pengalaman aktual terhadap pakaian yang mereka pakai. Dalam
tesnya mereka memakai jas labolatorium yang dikaitkan dengan kejelian dan
perhatian, kemudian mereka membuat hipotesis bahwa dengan memakai jas ini
akan berdampak pada perhatian masyarakat terhadap tugas mereka. Selanjutnya,
6
mereka menemukan bahwa secara fisik mengenakan jas lab meningkatkan
perhatian secara selektif dibanding tidak memakai jas lab.
Penelitian lainnya mengenai “enclothed cognition” yaitu NIMHA crosssectional descriptive study menggunakan metodologi survei yang dilakuakn
kepada 500 pasien dan pengunjung di ruang tunggu sebuah klinik rawat jalan
penyakit dalam. Responden diberi pertanyaan terkait preferensi mereka mengenai
baju dokter serta kepercayaan dan kesediaan untuk membahas isu-isu sensitif.
Hasil tes dari penelitian ini responden sangat mendukung dokter dalam pakaian
profesional dengan jas putih dan melaporkan bahwa hal ini memiliki pengaruh
positif pada kepercayaan dan keyakinan. Kesimpulan dari penelitian ini yakni
menguatkan makna simbolis dari jas lab putih dalam pengaturan medis yang
sebenarnya. Selain itu, apakah kita memakai pakaian tertentu atau menanggapi
orang memakainya, pakaian mempengaruhi perasaan kita, pikiran kita dan respon
kita.
Semakin seseorang mampu berbusana dengan baik, tepat, sesuai dan serasi
maka pengaruh yang timbul dalam dirinya adalah meningkatnya kepercayaan diri.
Tidak menutup kemungkinan dengan gaya berbusana yang baik akan membuat
dirinya semakin dihargai dan dihormati. Seberapa besar pengaruh pakaian
terhadap psikologi seseorang tergantung kepada sebaik apa pakaian tersebut yang
menampilkan karakteristik di mana dapat diterima secara signifikan di lingkungan
sosialnya serta sebaik apa pakaian tersebut digunakan sesuai dengan keperluan
pemakainya. Jadi, selain sebagai simbol untuk menunjukkan siapa pribadi kita,
pakaian juga mempengaruhi bagaimana perasaan kita, cara berpikir kita dan
respon kita.
Bedasarkan uraian diatas, peneliti bermaksud untuk meneliti tentang adakah
pengaruh gaya berpakaian terhadap persepsi Mahasiswa UIN Sunan Ampel
Surabaya.
1.2 Rumusan Masalah
Dengan latar belakang
di
atas,
maka
pokok
masalah
yang
akan diungkapkan yaitu:
1. Apakah gaya berpakaian dapat mempengaruhi persepsi?
7
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang akan penulis kemukakan dalam hal ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah gaya berpakaian dapat mempengaruhi persepsi.
2. Untuk mengetahui mengapa gaya berpakaian dapat mempengaruhi
persepsi.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan yang akan penulis kemukakan dalam hal ini
adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui tingkat pengaruh yang dihasilkan oleh gaya berpakaian
terhadap persepsi.
2. Untuk dapat mengetahui dampak lain yang ditimbulkan dari pengaruh
gaya berpakaian
3. Dapat mengetahui jenis atau macam gaya berpakaian serta akibat yang
ditimbulkan.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Gaya Berpakaian
Gaya berpakaian sering juga diartikan dengan Fashion. Menurut The
Contemporary English Indonesian Dictionary Oleh drs. Peter Salim (1985),
Fashion berarti mode gaya cara busana pakaian, bentuk, jenis, macam, pembuatan.
Berbicara mengenai Fashion, sepintas adalah mengenai pakaian atau busana.
Dan berbicara tentang pakaian adalah berbicara mengenai sesuatu yang sangat
dekat dengan diri kita. Seperti yang di kutip oleh Idi Subandi Ibrahim (peneliti
media dan kebudayaan pop dalam pengantar buku Malcolm Barnard, Fashion dan
komunikasi: 2007): Thomas Carlyle mengatakan,”Pakaian adalah perlambang
jiwa”. Masih menurut Idi: “Pakaian tak bisa di pisahkan dari perkembangan
sejarah kehidupan dan budaya manusia”.
Studi tentang Fashion bukan hanya tentang pakaian, tapi juga peran dan
makna pakaian dalam tindakan sosial. Dengan kata lain, Fashion bisa di
metaforakan sebagai kulit sosial yang didalamnya membawa pesan dan gaya
hidup suatu komunitas tertentu yang adalah suatu bagian dari kehidupan sosial. Di
samping itu Fashion juga mengekspresikan suatu identitas tertentu. pakaian adalah
salah satu dari seluruh rentang penandaan yang paling jelas dari penampilan luar,
yang dengannya seseorang menempatkan diri mereka terpisah dari orang lain,
yang selanjutnya berkembang menjadi identitas suatu kelompok tertentu. Hal ini
juga diperkuat dengan pendapat lain, menurut Solomon,(1986) “Pakaian yang
menurut Produk Fashion adalah kategori produk yang dikenal dapat
mencerminkan kehidupan sosial konsumen, fantasi dan keanggotaannya”.
2.1.1 Sifat-Sifat Fashion
Dilihat dari uraian mengenai Fashion pada uraian sebelumnya, Fashion
memiliki sifat-sifat yaitu sebagai berikut :
1. Gaya hidup sang pemakai
9
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Bagian dari penonjolan keindahan
Perputaran mode
Penonjolan sisi-sisi tertentu
Dinamis
Bebas
Adaptasi
2.1.2 Jenis – Jenis Fashion Mahasiswi
Berikut ini adalah beberapa model atau jenis gaya berpakaian yang sering
digunakan oleh mahasiswi yang muslimah:
1. Feminin Casual
Yaitu dengan menggunakan busana yang simpel, dinamis namun tetap
feminin. Feminin Casual bisa diaplikasikan dengan sebuah blouse putih
dengan paduan celana katun yang lebih santai dengan warna terang. Untuk
model hijab sendiri, dengan memadukan gaya busana muslim remaja saat
ini yaitu memakai scarf yang berwarna cokelat dengan motif yang lebih
bervariasi (bukan polos) sehingga penampilan lebih menarik dan lebih
terlihat modis.
2. Urban Chic
Gaya berbusana muslim pada mahasiswi selanjutnya adalah dengan fashion
style seperti urban chick dengan paduan two tone cropped blouse yang lebih
menutupi area belakang. Bisa diaplikasikan dengan menggunakan celana
yang berjenis mono tone dengan warna yang lebih terang.
3. Slide Sling Scarf Style
Paduan berbusana muslim slide sling scarf style dengan kemeja panjang
yang menutupi bagian paha berwarna polos dan berkerah yang dibalut
dengan cape membuat tampilan lebih menarik tanpa menghilangkan kesan
formalnya saat kuliah. Bisa dipadukan dengan jeans pencil agar lebih mudah
10
bergerak.
Beberapa jenis pakaian yang digunakan mahasiswi agar terlihat fashionable
saat di kampus, adalah sebagai berikut:
1. Scarf
Hijab scarf ini berbentuk sehelai kain berbentuk segi empat, yang tersedia
dalam besar ukuran yang bermacam-macam, Karena bentuk yang fleksibel
inilah yang memungkinkan dikreasikan untuk berbagai tampilan yang
berbeda-beda, sehingga yang paling populer juga untuk digunakan, Kini,
selain tersedia dalam berbagai macam warna dan motif , hijab scarf juga
tersedia berbagai aplikasi tekstil tambahan pita atau bordir.
2. Pashmina
Hijab ini bisa diartikan sebagai salah satu jenis cahmere wool dan tekstil
ini pertama kali ditemukan di India. Istilah pashmina berasal dari kata
pashmineh dan dibuat dari pashm yang dalam bahasa india berati wool,
yang sesuai jenis bahanya, hijab pashmina memang biasanya terasa lebih
panas dan tebal. Walau biasanya pashmina berbentuk selendang yang lebih
lebar dan panjang, Untuk tipe ini biasanya teredia dalam varian yang lebih
beragam.
3. Kemeja Oxford
Kemeja oxford adalah kemeja yang dibuat berbahan kain oxford. Kain
oxford merupakan kain yang dibuat dari penyilangan dua benang dengan
cara ditenun atau dianyam. Kemeja oxford sering ditemukan berwarna
lembut, seperti abu-abu, biru laut, hijau toska, merah, dan kuning pastel.
Oxford seringnya polos dan kadang juga dikombinasikan dengan warna
lain, berbahan oxford juga. Oxford cocok untuk gaya casual dan formal.
Dapat dipakai untuk cowok dan cewek. Kemeja adalah jenis pakaian
mahasiswi yang tricky, tetapi mudah menyesatkan jika tidak hati-hati.
Begitu banyaknya desain dan motif kemeja, kuncinya pilih yang sesuai
karakter. Polos akan terkesan dewasa dan kalem. Bermotif terkesan santai
dan ceria. Satu aturan: ukuran harus pas. Gunakan kemeja putih atau biru
muda Oxford yang simpel. Cocok untuk digunakan bersama Jeans dan
Chino yang sudah dimiliki, dan cocok untuk berpakaian formal dengan
11
dasi atau kasual dengan lengan digulung.
4. Sweatshirt/Sweater
Sweater, pullover, jumper atau jersey adalah pakaian yang umumnya berat
untuk menutupi badan dan lengan. Biasanya dipakai di atas kemeja, blus
atau kaos. Sweater terbuat dari kain wool, katun, benang sintetis atau
campurannya. Perbedaan dasar adalah antara cardigan (yang terbuka
bagian depan) dan pullover (yang tidak terbuka). Kalau sweater tidak ada
lengan, umumnya disebut rompi sweater atau tank top. Garmen jenis ini
disebut sweater karena didisain untuk menyerap keringat (bahasa ingris:
sweat) yang dikeluarkan dari badan orang. Untuk model kuliahan ala
eropa. Terkesan berkelas. Milikilah setidaknya 1 untuk variasi gaya.
Daripada menggunakan Hoodie kebesaran, lebih baik gunakan Sweatshirt
atau yang lebih dikenal dengan Sweater. Cari yang bermodel Crewneck
dan Slim-Fit. Bisa digunakana dengan T-Shirt atau dengan Kemeja Oxford
untuk terlihat lebih rapih.
5. Cardigan
Cardigan adalah sweater yang terbuka di bagian depan dan dapat diberi
variasi dengan kancing atau ritsleting. Nama cardigan berasal dari James
Thomas Brudenell, Earl of Cardigan, seorang kommandan militer Ingris.
Cardigan ini dapat dibuat menggunakan mesin atau manual dari bahan wol
atau katun. Seperti fusion Sweater dan Jacket, Cardigan sangat versatile, ia
bisa digunakan hampir kapan saja. Bisa digunakan dengan T-Shirt, kemeja
dan terlihat keren dibalik blazer. Trik nya adalah jangan keliahatan seperi
nenek-nenek dan kakek-kakek. Cari potongan yang pas, tidak kebesaran
dan tidak terlalu ketat.
6. Navy Blazer
Blazer adalah sejenis jaket yang dipakai sebagai pakaian yang santai
namun tetap cukup rapi. Sebuah blazer bentuknya menyerupai jas dengan
potongan yang lebih santai. Bahan untuk membuat blazer biasanya tahan
lama, karena ia merupakan jaket olahraga luar ruangan. Blazer sering
dijadikan sebagai pakaian seragam, misalnya untuk penerbangan, sekolah,
dan klub olahraga. Navy Blazer di Indonesia sangat underrated, orang
12
lebih memilih menggunakan jas/blazer hitam yang jelas-jelas digunakan
untuk Nightlife atau pemakaman. Gunakan Blazer yang pas.
7. Rok
Rok adalah bagian busana khususnya busana wanita mulai dari batas
pinggang ke bawah melalui panggul sampai panjang yang di inginkan.
Rok dibuat terpisah dengan busana bagian atasnya dan dikenakan oleh
wanita sebagai pasangan blus. Fungsi rok yaitu untuk menutup dan
melindungi tubuh bagian bawah dari sengatan matahari, udara dingin,
debu, dan untuk memenuhi syarat kesusilaan dan kesopanan.
8. Jeans
Jeans adalah celana yang terbuat dari denim atau kain dungaree.
Seringkali istilah "jeans" mengacu pada gaya celana tertentu, yang disebut
"blue jeans" dan diciptakan oleh Jacob Davis dan Levi Strauss pada tahun
1873. Mulai tahun 1950-an, jeans yang awalnya dirancang untuk koboi,
menjadi populer di kalangan remaja. Merek yang melegenda termasuk
diantaranya Levi, Lee, dan Wrangler. Jeans memiliki berbagai model,
diantaranya skinny, tapered, slim, straight, boot cut, narrow bottom, low
waist, anti-fit dan flare. Jeans sekarang merupakan pakaian kasual yang
sangat populer di seluruh dunia. Mereka juga memiliki berbagai style dan
warna, namun, blue jeans yang paling sering diidentifikasi dengan budaya
Amerika, terutama Amerika Old West. You can never go wrong
with Jeans. Gunakan jeans dengan fit yang pas dan berbahan Raw. Karena
kuliah adalah waktu sebelum dunia kerja dimana Mahasiswi bisa
menggunakan Jeans hampir tiap hari, sepanjang semester, selama 4-5
tahun.
9. Sneakers
Sneakers adalah sepatu dengan sol karet yang fleksibel sementara bagian
atasnya berbahan kulit atau kanvas. Footwear satu ini memliki sol karet
yang fleksibel, awalnya terbuat hanya untuk keperluan olahraga. Sekarang
orang-orang memakai sepatu jenis ini untuk keperluan sehari-hari. Sepatu
ini kebanyakan terbuat dari kulit, kanvas, atau material sintetis. Dengan
detail lain pada pada sneakers ialah tali Jeans ditambah t-shirt putih/hitam
ditambah sneakers adalah resep untuk tampil casual dan gaya.
13
10. Loafer
Loafer adalah sebutan untuk sepatu pantofel. Sepatu model loafers
memiliki sol datar ataupun berbentuk selop, paling pas dipadankan dengan
celana pantalon atau kapri. Jenis loafer untuk wanita biasanya berhak tapi
tidak terlalu tinggi. Haknya berbentuk kotak dengan bentuk sepatu yang
tertutup.
Bagi Anda yang memiliki kaki jenjang, loafer bisa dipadukan dengan rok
mid-length. Padukan celana chino, long sleeve motif garis, tas tali panjang
dengan loafer datar untuk memberikan tampilan musim panas yang edgy.
Sepatu berhak datar tanpa tali dengan bagian depan yang tertutup.
Biasanya terbuat dari bahan kulit dengan aksen gesper, rumbai, atau coin
holder. Untuk saat-saat formal lainnya dimana Sneakers tidak cukup,
gunakan sepasang penny Loafers.
11. Ballet-Flat Shoes
Sepatu jenis ini adalah sepatu yang paling santai & menjadi favorit para
remaja. Sepatu didesain dengan bentuk datar tanpa hak. Ada yang
berbentuk tertutup, tapi ada juga yang dibuat terbuka di bagian depan
seperti peep toe.
Bagi yang termasuk pribadi yang casual, simpel, dan lebih mengutamakan
kenyamanan saat menggunakan sepatu, sepatu jenis ini bisa jadi pilihan
pas untuk anda. Sepatu ini sesuai digunakan dengan jenis baju apapun.
Jeans, celana kapri, dan baju casual lainnya sangat cocok dipadu padankan
dengan sepatu ini. Sepatu hak datar atau biasa disebut flat shoes
merupakan sepatu sehari-hari yang nyaman. Biasanya sepatu ini banyak
dikenakan saat santai. Pakaian apa saja pun cocok dipadukan dengan flat
shoes, asalkan selalu sesuaikan warna dan model flat shoes dengan busana
Anda. Hindari pemakaian sepatu datar dengan rok selutut, outfit anda
terlihat berat dibawah, sangat kuno dan membuat kaki terlihat pendek.
Sepatu ini memang lebih banyak digunakan remaja perempuan, tetapi
wanita eksekutif tetap dapat bergaya dengannya. Pilihlah ballet flat yang
dihiasi dengan permata-permata cantik atau pita.
12. Tas
Tas adalah wadah tertutup yang dapat dibawa bepergian. Materi untuk
14
membuat tas antara lain adalah kertas, plastik, kulit, kain, dan lain-lain.
Biasanya digunakan untuk membawa pakaian, buku, dan lain-lain. Tas yang
dapat digendong di punggung disebut ransel, sedangkan tas yang besar untuk
memuat pakaian disebut koper (dari bahasa Belanda koffer).Ada pula tas
yang hanya berbentuk kotak yang biasanya dipergunakan oleh kaum wanita
untuk membawa peralatan kecantikannya, biasanya disebut dengan tas
kecantikan atau beauty case . Sekarang tas menjadi salah satu industri yang
sangat menggiurkan. Rata-rata penduduk di dunia ini, menghabiskan sebagian
dari uangnya untuk membelanjakan tas. Oleh karena itu, para pengusaha
sangat tertarik untuk mengembangkan bisnisnya di industri tas ini. Sekarang
ada tas yang terbuat dari batik.Modelnya tidak kalah menarik dari tas-tas
lainnya.Selain itu, tas ini memeliki corak yang menarik yang dapat menarik
perhatian para konsumen.
2.1.3
Gaya Fashion Mahasiswi yang Disukai
Gaya berpakaian merupakan cerminan dari pribadi seseorang. Gaya
berpakaian seseorang memang bukan sesuatu yang terjadi dalam waktu semalam.
Orang yang memiliki gaya penampilan yang luwes dan menarik adalah orang
yang sadar dan mau belajar untuk tampil menarik. Berikut adalah panduan gaya
berpakaian mahasiswi di kampus menurut hipwee.com yang telah menyurvei
beberapa pendapat pria mengenai busana muslimah yang disukai Mahasiswa:
1. Tidak Berlebihan dan tampil Kasual
Seringkali mahasiswi berlomba untuk mengenakan pakaian terbaik
dan termodis untuk menarik perhatian lawan jenis. Ironisnya, bukan gaya
berpakaian seperti itulah yang paling cowok sukai Menurut para cowok,
justru gaya yang santai dan kasuallah yang seringkali membuat mata
mereka melirik. Menggunakan tank top warna dasar seperti hitam atau
krem dipadukan dengan luaran cardigan, kemeja, atau blazer menjadi
pilihan yang tepat. Paduan ini pun akan terlihat menyenangkan untuk
dikenakan ke kampus. Selain itu paduan blazer dan tank top di padukan
dengan celana jeans berwarna netral, seperti biru navy atau hitam, supaya
cocok dengan motif dan warna apapun. Flat shoes dapat menambah gaya
15
kasual menjadi lebih manis. Jika ingin terlihat lebih sporty, dapat
dipadukan dengan mengenakan sepatu kets sebagai alas kaki pilihan yang
cocok.
2. Berpakaian Sopan
Pilih pakaian yang sopan. Tidak terlalu pendek, tidak terlalu ketat,
dan pastinya tidak terlalu terbuka. Menurut cowok, cewek yang berpakaian
sopan itu berarti menghargai dan memiliki rasa peduli pada tubuhnya
sendiri.
3. Memadukan Motif atau Warna
Memadukan warna atau motif pakaian dengan baik adalah poin
tambah tersendiri bagi para cowok. Menurut mereka, gaya berpakaian apa
saja asalkan warna dan motifnya dipadukan dengan baik akan tetap terlihat
menarik. Pilih warna dan motif yang sesuai dengan warna kulit
4. Mengenakan Dress
Pilih kaos atau blus yang bermotif sederhana, misalnya motif
floral atau garis-garis dan tambahkan kalung dengan bentuk dan liontin
yang sederhana sebagai pemanis. Dan sebagai pelengkap gaya girly yang
feminim berikan paduaan flat shoes yang memiliki warna yang sesuai
untuk dipadukan.
5. Sesuaikan Gaya dengan Karakter Tubuh
Apabila anda memiliki badan yang gemuk fokuslah pada bagian
pinggang dan hindari pakaian yang terlampau ketat. Atau untuk yang
berkulit gelap, kenakan pakaian yang berwarna cerah supaya kulitmu juga
ikut terlihat bercahaya. Menggunakan pakaian yang tepat, walaupun tidak
sesuai dengan tren yang ada, akan tetap membuat terlihat menarik dan
modis.
6. Sesuai Dengan Acara
Membiasakan rajin untuk menyesuaikan diri, walaupun mungkin
gaya berpakaian yang diharuskan tidak sesuai dengan dirimu. Bukan
hanya semata-mata supaya enak dipandang, tetapi juga menghargai yang
telah mengundang. Begitu juga saat ke kampus. Tidak perlu terlalu berhias
diri, cukup yang sederhana namun rapi. Kalau kamu terlalu berhias diri,
bisa-bisa kamu hanya akan menjadi buah omongan saja di kampus nanti.
7. “Fashion fades, style remains.”
Walaupun sudah punya gaya sendiri, Anda juga masih tetap bisa
16
mengikuti tren. Misalnya bergaya kasual, Anda bisa tetap mengikuti tren
dengan memakai celana jeans atau sepatu kets model terbaru. Untuk
bergaya feminin, motif dress dan bentuk rok yang sedang in saat ini juga
bisa digunakan tanpa menghilangkan gaya dan jati diri.
8. Gaya Berpakaian Nyaman dan percaya diri
Rasa percaya diri itu bisa muncul karena apabila ada rasa yakin
tidak ada yang salah dari diri ataupun pakaian dan anda merasa nyaman
mengenakannya. Kalau selama ini anda masih takut dengan apa yang akan
orang katakan mengenai penampilan anda, berarti anda belum dapat
dibilang nyaman dan percaya diri dengan gaya berpakaian anda.
2.1.4 Gaya Fashion Mahasiswi yang Tidak Disukai
Berikut ini adalah beberapa gaya fashion mahasiswi yang tidak disukai:
1. Celana legging bermotif
Celana legging adalah celana yang sangat ketat dan tipis. Fashion
item yang satu ini dibenci oleh pria karena pria beranggapan bahwa tubuh
wanita akan terlihat lebih besar jika menggunakan legging bermotif ini.
Pria juga menganggap legging bermotif ini terlihat ramai dan norak.
2. Jumpsuit
Jumpsuit adalah pakaian gabungan atasan dan celana yang menjadi
satu. Jumpsuit ini dapat menjadi pakaian yang praktis, nyaman dan
longgar saat digunakan. Tetapi para pria akan memandangnya cenderung
tidak akan tertatik. Bahkan terlihat aneh di mata pria.
3. Skinny jeans
Skinny jeans adalah celana jeans yang ketat hingga membentuk
lekuk tubuh pada penggunanya. Skinny jeans tidak akan cocok digunakan
oleh wanita dengan ukuran tubuh besar. Meskipun nyaman dikenakan,
skinny jeans iniakan membuat lemak-lemak yang ada di tubuh semakin
terlihat.
4. Celana berpinggang tinggi
Celana dengan model pinggang yang tinggi ini adalah salah satu
fashion item yang sedang tren. Celana dengan model pinggang yang
17
tinggi ini akan membuat pria memandang aneh karena menurut mereka
celana dengan model ini seperti popok bayi bila digunakan.
5. Pakaian bermotif kulit binatang
Pakaian-pakaian baik baju maupun celana dengan motif kulit
binatang ini merupakan pakaian yang tidak disukai pria karena
kebanyakan dari mereka tidak suka melihat wanita yang menggunakan
pakaian-pakaian dengan motif kulit binatang.
18
2.2 Pengertian Persepsi
Persepsi adalah proses mengatur dan mengartikan informasi sensoris untuk
memberikan makna.(King,A Laura, 2014) Menurut kamus lengkap psikologi,
persepsi adalah: (1) Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian
objektif dengan bantuan indera, (2) Kesadaran dari proses-proses organis, (3)
(Titchener) satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang
berasal dari pengalaman di masa lalu, (4) variabel yang menghalangi atau ikut
campur tangan, berasal dari kemampuan organisasi untuk melakukan pembedaan
diantara perangsang-perangsang, (5) kesadaran intuitif mengenai kebenaran
langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu (Chaplin, 2008).
Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses yang menggabungkan dan
mengorganisir data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan
sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar
akan diri kita sendiri (Shaleh, 2009). Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi
adalah proses pengolahan informasi dari lingkungan yang berupa stimulus, yang
diterima melalui alat indera dan diteruskan ke otak untuk diseleksi,
diorganisasikan sehingga menimbulkan penafsiran atau penginterpretasian yang
berupa penilaian dari penginderaan atau pengalaman sebelumnya.
2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi
Menurut Rakhmat, Krech dan Crutchfield (dalam Sobur, 2005)
factor-faktor yang mempengaruhi persepsi dapat dikategorikan menjadi:
1. Faktor Fungsional
Faktor Fungsional dihasilkan dari kebutuhan, kegembiraan (suasana
hati), pelayanan, dan pengalaman masa lalu seseorang individu.
2. Faktor-Faktor Struktural
Faktor-faktor struktural berarti bahwa faktor-faktor tersebut timbul atau
dihasilkan dari bentuk stimuli dan efek-efek netral yang ditimbulkan
dari sistem syaraf individu.
3. Faktor - Faktor Situasional
Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal. Petunjuk
proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, petunjuk paralinguistik
adalah beberapa dari faktor situasional yang mempengaruhi persepsi.
4. Faktor Personal
Faktor Personal ini terdiri atas pengalaman, motivasi dan kepribadian.
Menurut Sholeh (2009) persepsi lebih bersifat psikologis daripada
19
merupakan proses penginderaan saja maka ada beberapa faktor yang
mempengaruhi:
a) Perhatian yang selektif, individu memusatkan perhatiannya pada
rangsangrangsang tertentu saja.
b) Ciri-ciri rangsang, rangsang yang bergerak di antara rangsang yang
diam akan lebih menarik perhatian.
c) Nilai dan kebutuhan individu
d) Pengalaman dahulu, pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi
bagaimana seseorang mempersepsi dunianya.
Dari beberapa poin diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi
dapat dipengaruhi oleh suasana hati, sistem syaraf individu, factor situasi
dan pengalaman, motivasi serta kepribadian.
2.2.2 Macam - Macam Persepsi
Secara garis besar persepsi manusi dibagi menjadi dua bagian,
yaitu (Mulyana, 2005: 171-176): persepsi terhadap objek (lingkungan
fisik) dan persepsi terhadap manusia (interpersonal).
1. Persepsi Objek (lingkungan fisik)
Persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) merupakan sebuah proses
persepsi yang menggunakan benda sebagai objek, bukan manusia.
Stimulus yang ditangkap bukan dari komunikasi nonverbal, melankan
dari gelombang cahaya, gelombang suara, temperatur, dll. sifat- sifat luar,
sedangkan persepsi terhadap orang menanggapi sifat- sifat luar dan
dalam
(perasaan,motif,
harapan,
dan
sebagainya).
Orang
akan
mempersepsi anda pada saat anda mempersepsi mereka. Dengan kata
lain, persepsi terhadap manusiabersifat interaktif. Objek yang kita
persepsi tidak memberikan reaksi kepada kita dan kita juga tidak
memberikan reaksi emosional kepada objek tersebut, dan objek yang kita
jadikan sebagai bahan persepsi relatif tetap. Persepsi objek terdiri 3
jenis, yaitu :
a) Persepsi Jarak
Contoh awan semakin kita memandang jauh semakin nampak rendah
seolah-olah kita dapat menggapainya
b) Persepsi Gerak
20
Contoh saat kita berada di dalam kereta dan bersebelahan dengan
rumah penduduk atau pohon terkadang kita bingung, kita yang
bergerak atau rumah penduduk itu yang bergerak
c) Persepsi Total
Pada persepsi total baru akan tampak jelas kalau dilihat secara
keseluruhan.
2. Persepsi terhadap manusia (interpersonal)
Persepsi terhadap manusia merupakan proses presepsi dimana manusia
merupakan objeknya. Stimulus disampaikan melalui lambang-lambang
verbal maupun nonverbal. Reaksi dari yang dipersepsi ada kemungkinan
bias, karena manusia selalu berubah-ubah.
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah dengan menggunakan Mix
Method, yaitu dengan memadukan Desain penelitian Kuantitafif dan Kualitatif.
Desain penelitian Kuantitatif bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh
variable bebas terhadap variable terikat yaitu dengan uji perbandingan antara foto
1 dan foto 2. Kemudian desain penelitian Kualitatif, peneliti gunakan untuk
memperjelas dan untuk menggali informasi lebih dalam lagi melalui interview
dengan subjek penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode
Eksperimental.
Metode
eksperimental
adalah
penelitian
yang
menggunakan eksperimen sehingga, Peneliti memiliki konrol sepenuhnya
terhadap jalannya suatu eksperimen.
Adapun variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel independen / bebas: Gaya berpakaian
2. Variabel dependen / terikat
: Persepsi
3.2 Populasi Sampel
Populasi adalah sejumlah individu yang setidaknya memiliki beberapa sifat
yang sama. Populasi yang terlibat dalam penelitian ini adalah Mahasiswa UIN
Sunan Ampel Surabaya. Subjek penelitian yang dipilih adalah sebagian dari
keseluruhan populasi yang dinamakan sampel. Sampel adalah sebagian dari
populasi yang setidaknya memiliki satu sifat yang sama dengan populasi.
Untuk membatasi rumusan masalah dan meminimalkan bias, peneliti
menetapkan subjek penelitian sebanyak 30 orang. Adapun karakteristik subjek
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya
2. Masih aktif mengikuti perkuliahan
3. Berjenis kelamin laki-laki
4. Sebelumnya tidak pernah bertemu dengan objek penelitian (tidak kenal)
.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik nonprobability
22
sampling, yaitu tidak memberi peluang atau kesempatan bagi anggota populasi
untuk menjadi sampel.
Untuk objek penelitian ini, peneliti menggunakan 1 partisipan yaitu
Mahasiswi yang diberi perlakuan berupa perubahan gaya berpakaian untuk
menentukan persepsi social mahasiswa yang telah memenuhi kriteria untuk
menjadi subjek penelitian.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Untuk teknik pengumpulan data dengan metode kuantitatif, peneliti
menggunakan teknik Scoring, yaitu dengan menetapkan skor 1-10 untuk
memberikan nilai pada foto 1 dan foto 2 (skor 1 untuk nilai tingkat fashionable
paling rendah dan skor 10 untuk nilai tingkat fashionable paling tinggi). Teknik ini
digunakan untuk mengukur sejauh mana kisaran nilai yang diberikan oleh subjek
penelitian terhadap objek foto yang telah diberi perlakuan oleh peneliti. Dengan
menggunakan Scoring, peneliti akan mendapatkan taksiran tingkat persepsi atas
foto tersebut melalui analisis data terlebih dahulu. Untuk menentukan skala atas
foto tersebut, peneliti mengajukan 3 pertanyaan sebagai berikut:
1. Berapa nilai yang anda berikan pada objek dalam kedua foto tersebut? (skala
penilaian 1-10)
2. Atas dasar apa anda memberikan nilai tersebut?
Untuk teknik pengumpulan data kualitatif primer, peneliti menggunakan
teknik interview, agar data yang diperoleh akan lebih mendalam dan mampu
menggali pemikiran atau pendapat secara detail. Untuk mendapatkan hasil yang
akurat, peneliti membuat sejumlah pertanyaan yang sudah didesain untuk subjek
penelitian setelah memberikan nilai pada kedua objek foto tersebut, dengan
pertanyaan sebagai berikut :
1. Apa yang ada dipikiran anda saat melihat kedua foto tersebut?
2. Berdasarkan kedua foto tersebut, manakah foto yang anda anggap paling
anda sukai?
3. Menurut anda, Mahasiswi yang fashionable itu seperti apa? Dan yang
tidak itu seperti apa?
Kemudian untuk teknik pengumpulan data kualitatif yang sekunder, peneliti
23
menggunakan metode observasi, yaitu metode yang tidak hanya mengukur sikap
dari responden, namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena
yang terjadi. Metode observasi yang digunakan adalah participant observation,
yaitu peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatan atau situasi yang diamati
sebagai sumber data.
3.4 Analisis Data
Analisis data yang digunakan untuk melihat apakah ada pengaruh gaya
berpakaian terhadap persepsi Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, yaitu
dengan menggunakan Uji Komparasi dengan “Paired Sample T-Test” / Between
Treament oleh Software SPSS 16.0 for windows yang digunakan untuk
membandingkan mean dari suatu sampel yang berpasangan (paired). Sampel
berpasangan adalah sebuah kelompok sampel dengan subjek yang sama namun
mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang beda. Yaitu untuk menguji
perbedaan yaitu dengan membandingkan Foto 1 dengan Foto 2 dengan skala 1-10
untuk menentukan tingkat fashionable objek penelitian. Selain itu, untuk
mendapatkan data kualitatif, peneliti juga menggunakan teknik Verbatim (dengan
memberikan koding dalam transkrip wawancara) untuk mendukung hasil data
kuantitatif dan menjawab atas rumusan masalah dalam penelitian ini.
24
BAB IV
PEMBAHASAN
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Nama
Sisno
Zainuri
Adly
Alfat
Badrus
Bayu
Cahya
Imron
Nabil
Ulinas
Rizal
Robi
luhur
Dimas
Wildan
Alfan
Ghoni
Hilmi
Bagus
Faisal
Debi
Yasin
Alvis
Ali
Roni
Rizky
Febri
Dicky
Rifki
Khoiri
Jurusan
Skor untuk
Skor Untuk
Psikologi
Psikologi
Psikologi
Ilmu kelautan
Psikologi
Psikologi
Sistem Informasi
Ilmu Kelautan
Psikologi
Manajemen Dakwah
KPI
KPI
Psikologi
KPI
Ilmu Komunikasi
Ilmu Komunikasi
KPI
KPI
Psikologi
Psikologi
Psikologi
Psikologi
Psikologi
Psikologi
Psikologi
Psikologi
Psikologi
PAI
PGMI
Ilmu kelautan
Foto 1
8
8
4
7
2
2
7
4
3
8
5
5
3.5
1
5
4
2
2
1
7,5
4
4
3
2
7
3
6
7
5
4
Foto 2
6
8
8
8
8
3
8
7
5
6
7
9
8.5
5
8
7
9
6
7
8,5
7
6
7
9
7
6
7
8
7
7
4.1 Identifikasi Subjek
25
4.2 Hasil Analisis Data Kuantitatif
T-Test
T-TEST PAIRS=sebelum WITH sesudah (PAIRED)
/CRITERIA=CI(.9500)
/MISSING=ANALYSIS.
[DataSet0]
Paired Samples Statistics
Paired Samples Correlations
Mean
N
Std.
Std. Error
N
Correlation
Sig.
Deviation
Mean
Pair 1 sebelum perlakuan &
30
.236
.209
Pair 1 Sebelum perlakuan
4.47
30
2.189
.400
sesudah perlakuan
sesudah perlakuan
7.10
30
1.342
.245
26
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Std.
Interval of the
Deviatio Std. Error
Mean
n
-2.633
2.282
Mean
Sig. (2-
Difference
Lower
Upper
t
df
tailed)
Pair sebelum
1
perlakuan sesudah
.417
-3.485
-1.781 -6.322
29
perlakuan
27
.000
Keterangan :
Correlation : Nilai Korelasi antara 2 variabel tersebut
Sig
: tingkat signifikansi hubungan
Df
: degree of freedom (derajat kebebasan) : Untuk uji T Paired selalu
N- 1. Di mana N adalah jumlah sampel.
Interpretasi :
Pada Paired Sample Statistics, dapat dilihat rata- rata pemberian nilai
terhadap foto subjek secara umum sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan
bahwa rata- rata nilai yang diberikan meningkat dari 4.47 menjadi 7.10, N
menunjukkan banyak nya data yaitu sebelum dan sesudah sebanyak 30, standar
deviasi yang menunjukkan ke heterogenan yang terjadi dalam data sebelum dan
sesudah perlakuan adalah 2.189 dan 1.342 dan standart error of mean sebelum dan
sesudah perlakuan adalah 400 dan 245 . Standart ini menunjukkan sebaran rataratas ample terhadap rata-rata dari rata-rata keseluruhan kemungkinan sample.
Bagian Dua. Paired samples Correlatian, Hasil uji menunjukkan bahwa nilai
sig (0.209) >α (0.05 ) maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang
signifikan antara sebelum dan sesudah perlakuan.. Dapat juga dilihat korelasinya
yang menunjukkan korelasi yang tidak begitu tinggi yakni sebesar 0.236.
Pada bagian ketiga Paired Samples Test :
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan adalah :
Ho : rata-rata Persepsi adalah sama
H1 : rata-rata Persepsi adalah berbeda
Tingkat signifikasi
=5%
28
Hasil uji Hipotesis
Nilai t hitung adalah sebesar -6322 degan sig 0.000 Karena sig < 0.05
maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, artinya rata-rata persepsi sebelum dan
sesudah perlakuan terhadap foto subjek adalah tidak sama (berbeda).Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa perlakuan yang diberikan terhadap foto objek
mempengaruhi persepsi subjek penilitian.
4.3 Hasil Analisis Data Kualitatif
Fokus penelitian ini apakah gaya berpakaian dapat mempengaruhi
persepsi, Berdasarkan hasil wawancara yang mengacu pada ciri dari Herriot
(1996) dan Palmer (1999) ditemukan beberapa temuan lapangan yang dapat
digambarkan berikut ini, dan temuan tersebut di masukkan ke dalam tema-tema
yang akan didiskripsikan berikut ini. (transkrip wawancara ada di lampiran)
Mengawali hasil temuan penelitian, ditemukan pentingnya persepsi bagi
subyek penelitian yang merupakan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya,
dengan memberikan foto objek penelitian yang telah diberi perlakuan dalam gaya
berpakaiannya (foto ada di lampiran).
4.3.1 Persepsi Antara Foto 1 Dan Foto 2
Petikan hasil wawancara pada subjek tentang bagaimana persepsi antara
foto 1 dan foto 2 dari objek penelitian adalah sebagaimana berikut ini;
“Ya lebih sederhana aja pakaiannya. Terus warnanya lebih warna-warni, cuma
lebih sederhana. Kalo yang foto yang kanan ini warnanya lebih simple, terus
gimana ya. Hehe“. (PF.3.4.19)
“Apa yaaa? Emm, yang pertama mungkin dari desa, trus yang kedua lebih kekotakotaan. Tapi kalau pun dari desa yang kedua pasti ter.. apa ya? Terkontaminasi
dengan perubahan apa ya? Dengan trend dikotalah. Artinya sudah mulai adaptasi
dengan style yang ada di kota.” (PF.6.10.13)
“Emm, apa yaa, warna kulit, terus penampilan juga berbeda, yang satu lebih
modis yang satu terkesan apa ya? Terkesan nggak enak diliat lah.” (PF.8.14.11)
“Emm, ini kelihatannya ya, secara jelas dan terang-terangan sudah berbeda. Mulai
dari, ya, cara berpakaiannya sudah berbeda. Orangnya juga pun berbeda.”
29
(PF.10.19.16)
“Ini mungkin kalo menurut saya ya? Ini dari gaya busananya aja udah kelihatan
ya. Yang satu kayak apa ya, mohon maaf ya.” (PF.11.21.15)
4.3.2 Skor yang Diberikan Subjek Penelitian Terhadap Foto 1 Dan Foto 2
Petikan hasil wawancara pada subjek tentang berapa skor yang diberikan
subjek penelitian terhadap foto 1 dan foto 2 dari objek penelitian adalah
sebagaimana berikut ini;
“Kalo foto satu itu tiga. Kalo foto lima itu lima. Eh foto lima, foto dua, lima.”
(SF.1.1.23)
“Dua sama tiga. Foto satu, dua, foto dua, tiga.” (SF.2.3.15)
“Yang kiri tujuh, yang kanan delapan lah.” (SF.3.5.32)
“Foto satu ini berapa ya skornya, lima lah, yang satu, kalo yang ini, tujuh sampai
delapanan lah.” (SF.11.21.39)
“Foto yang kedua, delapan koma lima lah.” (SF.13.26.43)
4.3.3 Alasan Pemberian Skor Oleh Subjek Penelitian Terhadap Foto 1 Dan
Foto 2
Petikan hasil wawancara pada subjek tentang alasan skor yang diberikan
subjek penelitian terhadap foto 1 dan foto 2 dari objek penelitian adalah
sebagaimana berikut ini;
“Iya, dia nggak ada usaha untuk terlihat cantik gitu. Fashionnya juga buruk. Beda
dengan yang nomer dua, kan dia mau apa itu namanya, mau dandan udah,
walaupun, walaupun gimana gitu.” (AS.1.1.33)
“Dari penampilannya juga dia sebenernya pengen tampil tapi kurang berani.
Warnanya. Hehe, warnanya nggak cocok.” (AS.2.3.25)
“Emm, warnanya terlalu. Kalo menurut saya warnanya terlalu ramai. Yang kanan
ini lebih simple warnanya.” (AS.3.5.41)
“Ya hanya apa ya, rasa-rasanya saja. Rasanya ini kurang klop gitu lho, eh, serasi
antara warna satu dengan warna lainnya. Jadinya, nggak enak dipandang, menurut
saya.” (AS.4.6.31)
“Yang foto pertama karena masih mempertahankan karakter dia atau karakter
model dia dari kota katakanlah dia masih mempertahankan katakanlah cirinya dia
sendiri, artinya tidak mudah terpengaruh dengan kota. Kalau yang ini 8 karena
memang apa ya? Katakanlah ya memang fashionable.” (AS.6.11.39)
30
4.3.4 Foto yang Disukai Subjek Penelitian Antara Foto 1 dan Foto 2
Petikan hasil wawancara pada subjek tentang foto yang disukai subjek
penelitian antara foto 1 dan foto 2 dari objek penelitian adalah sebagaimana
berikut ini;
“Yang disukai yang pertama.” (FD.5.9.55)
“Harus milih ya? Haduh, repot ini. Kalau dua-duanya gak bisa? Saya lebih ke foto
yang nomer dua.” (FD.6.11.54)
“Pilihan yang disukai? Foto satu lah.” (FD.10.19.51)
“Foto dua.” (FD.9.17.49)
“Pribadi ya? Kalau saya pilih satu.” (FD.21.41.63)
4.3.5 Pandangan Subjek Penelitian Tentang Mahasiswi yang Fashionable
Petikan hasil wawancara pada subjek tentang bagaimana pandangan
subjek penelitian tentang mahasiswi yang fashionable adalah sebagaimana berikut
ini;
“Kalo yang fashionable itu ya, dandan secukupnya aja. Dandanan seperti apa sih
yang pantes buat kuliah. Nah itu yang fashionable, ukuran mahasiswi. Kalo yang
tidak fashionable ya yang kebalikannya dia, dandanannya terlalu, apa ya, terlalu
dilebih-lebihkan. Ya juga nggak dandan, gitu aja. Nggak fashionable kan?”
(MF.1.2.49)
“Fashionable ya, emm, fashionable itu apa ya, ya mungkin penampilannya itu
biasa tapi terlihat mewah. Itu terlihat dari orangnya sendiri. Nggak perlu
penampilan yang.” (MF.2.3.48)
“Emm, kalo menurut saya sih ya yang pakai rok sama yang gimana ya, ya
hijabnya simple gitu, nggak terlalu banyak warnanya. Tapi ya, ya tetep syar'i gitu.
Nggak, nggak di, nggak banyak dilipet ke belakang gini. (MF.3.5.68)
Kalo fashionable, ya gampangannya enak dilihat mata, eye-catching. Terus kalo
yang nggak fashionable, yang kayak kurang sedap dandanannya.” (MF.4.7.52)
“Mahasiswa yang fashion? Mahasiswa yang fashion saya pikir mahasiswa yang
mampu menempatkan cara berpakaian ataupun cara berbusananya menyesuaikan
tempat, emm, maksudnya bagaimana seorang yang menggunakan busana tersebut
mampu menempatkan diri dalam situasi dan kondisi tertentu. Jadi nggak, nggak
selalu harus, ketika ada di kampus kita harus makai seperti pakaian atau busana
layaknya ketika datang ke kondangan atau ke pengajian. Kan berbeda. Dari
situnya sendiri kan memang nggak cocok. Ya seperti itu memang fashionable,
definisi fashionable menurut saya ya seperti itu.” (MF.12.27.85)
31
4.4 Pengaruh Gaya Berpakaian terhadap Persepsi
Berdasarkan hasil analisis data kuantitatif, telah didapatkan hasil bahwa
perlakuan yang diberikan terhadap foto objek mempengaruhi persepsi subjek
penelitian. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh gaya berpakaian
terhadap persepsi Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya. Hal ini dapat
dibuktikan dengan pengertian Persepsi itu sendiri yang telah dijelaskan di Bab 2.
Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses yang menggabungkan dan
mengorganisir data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan
sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar
akan diri kita sendiri (Shaleh, 2009). Mengapa perlakuan yang diberikan oleh
peneliti terhadap objek penelitian mempengaruhi persepsi subjek? Karena
Persepsi terhadap manusia merupakan proses presepsi dimana manusia
merupakan objeknya. Stimulus disampaikan melalui lambang-lambang verbal
maupun nonverbal. Reaksi dari yang dipersepsi ada kemungkinan bias, karena
manusia selalu berubah-ubah. (Persepsi Interpersonal).
Hal ini didukung dengan hasil analisis data kualitatif, yang telah
didapatkan hasil data variatif, dimana persepsi subjek penelitian atas penilaian
terhadap Foto 1 dan 2 yang beragam. Hal ini dapat dibuktikan dengan
beragamnya jawaban subjek penelitian terhadap pertanyaan-pertanyaan yang
peneliti utarakan. (transkrip wawancara ada di lampiran). Ada yang cenderung
memilih foto 1 dan ada yang cenderung memilih foto 2. Pada foto 1, peneliti telah
memberikan perlakuan kepada objek penelitian dengan indicator gaya berpakaian
yang tidak disukai mahasiswa dan pada foto 2, peneliti juga memberikan
perlakuan kepada objek penelitian dengan indikator gaya berpakaian yang disukai
oleh mahasiswa sesuai dengan landasan teori pada Bab 2. Karena seperti yang
sudah peneliti uraikan sebelumnya, bahwa persepsi interpersonal manusia selalu
berubah-ubah dan tidak ada indicator keotentikan dalam persepsi manusia. Dan
persepsi bersifat subjektif. Persepsi terbentuk berdasarkan pengalamanpengalaman sebelumnya terhadap penilaian suatu objek yang di pengaruhi oleh
lingkungan sosialnya sehingga terbentuklah frasa persepsi itu sendiri.
32
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Gaya berpakaian sering juga diartikan dengan Fashion. Menurut The
Contemporary English Indonesian Dictionary Oleh drs. Peter Salim (1985),
Fashion berarti mode gaya cara busana pakaian, bentuk, jenis, macam, pembuatan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses pengolahan
informasi dari lingkungan yang berupa stimulus, yang diterima melalui alat indera
dan diteruskan ke otak untuk diseleksi, diorganisasikan sehingga menimbulkan
penafsiran atau penginterpretasian yang berupa penilaian dari penginderaan atau
pengalaman sebelumnya.
Salah satu acuan utama dalam menilai seseorang adalah dilihat dari
penampilannya, terutama jika orang tersebut baru pertama kali kita kenal. Hal
yang menjadi perhatian yakni dengan melihat gaya berpakaiannya, bentuk
tubuhnya, wajah, tingkah laku, gerak-gerik, tatanan rambut yang kesemuanya
dapat menimbulkan berbagai kesan baik positif maupun negatif. Penampilan fisik
sering menimbulkan persepsi mengenai karakteristik seseorang, seperti gambaran
mengenai kepribadiannya atau kompetensi yang dimilikinya. Bahkan dengan
hanya melihat fisiknya saja bisa menimbulkan pengaruh terhadap sebuah
hubungan interpersonal. Tentu saja hal ini akan berpengaruh kepada interaksi di
masa mendatang.
Berdaasarkan hasil penelitian kuantitatif diatas, peneliti mendapatkan hasil
bahwa perlakuan yang diberikan terhadap Foto Objek mempengaruhi Persepsi
Subjek penelitian. . Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh Gaya
Berpakaian terhadap Persepsi Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya. Hal ini
didukung oleh hasil penelitian kualitatif yang menyatakan beragamnya jawaban
atas pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Ada yang cenderung lebih menyukai
foto 1. Dan banyak mahasiswa yang cenderung lebih menyukai foto 2. Semuanya
kembali tergantung pada persepsi masing-masing.
5.2 Saran
33
Bagi subjek penelitian, khususnya Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya,
peneliti menyarankan “don’t judge someone by the cover.” Dan untuk mahasiswi,
jadilah diri sendiri. Gaya berpakaian kita menentukan bagaimana penilaian orang
lain terhada kita. Kita boleh sekreatif mungkin dalam gaya berpakaian. Tapi ingat
harus tetap ada batasan yang syar’i sesuai dengan identitas kita sebagai mahasiswi
yang islami.
DAFTAR PUSTAKA
A, Charles etc. (2014). Enclothed Cognition and Controlled Attention During
Insight Problem-Solving: Journal of Problem Solving Vol.7
Adam, Hajo etc. (2012). Enclothed Cognition: Journal of Experimental Social
Psychology
Aliakbari, Mohammad etc. (2013). Does it Matter What We Wear? A
Sociolinguistic Study of Clothing and Human Values: International
Journal of Linguistic Vol.5 No.2
Baron, Robert. (2003). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga
Dunbar, Norah etc. (2011). Clothing and Teacher Credibility: Journal of
34
International Scholarly Research Network
Forsythe, Sandra etc. (1985). Influence of Applicant’s Dress on Interviewer’s
Selection Decisions: Journal of Applied Psychology Vol.70 No.2
Fortenberry, James etc. (1978). Mode of Dress As a Perceptual Cue to Deference:
The Journal of Social Psychology
Furnham, Adam etc. (2014). What to Wear? The Influence of Attire on The
Perceived Professionalism of Dentists and Lawyers: Journal of Applied
Social Psychology
L, Tracy etc. (1996). Fashion In The Classroom: Effects of Attire on Student
Perceptions of Instructors in College Classes: Journal of Communication
Education Vol.45
Lightstone, Karen etc. (2011). University Faculty Style of Dress and Students
Perception of Instructor Credibility: International Journal of Business and
Social Science Vol.2 No.15
Mcdermott, Lauren etc. (2011). The Influence of Clothing Fashion and Race on
The Perceived Socioeconomic Status and Person Perception of College
Students: Journal of Psychology & Society Vol.4
Naimie, Zahra etc. (2012). Have You Heard About The New Fashion?: Journal of
Social and Behavioral Sciences
U, Dorothy etc (1991). Influence of Dress on Perception of Intelligence and
Expectations of Scholastic Achievement: Clothing and Textiles Research
Journal Vol.9
Reddy, Shweta etc. (2013). Relationship Between Body Image and Clothing
Perceptions: International Journal of Arts and Commerce
35
LAMPIRAN
FOTO OBJEK PENELITIAN
36
Keterangan:
Foto 1 = Sebelum mendapat perlakuan
Foto 2 = Setelah mendapat perlakuan
37
TRANSKRIP WAWANCARA
Identitas Subjek 1
Nama
: Nabil
Fakultas/Jurusan
: Psikologi dan Kesehatan/Psikologi
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu/20 Mei 2015
Tempat Wawancara
: Utara Auditorium UINSA
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Subjek
Interviewer
Interviewee
Interviewer
Interviewee
Interviewer
Interviewee
Interviewer
Hasil Wawancara
Masnya namanya siapa?
Nabil
Siapa?
Nabil.
Nabil. Dari fakultas, jurusan apa?
Dari jurusan Psikologi
Oke, ya. Mas bisa dilihat ini fotonya.
Foto objek yang kami gunakan.
Interviewee Iya.
Interviewer Yang ada di dalam pikiran mas Nabil
ini apa saat melihat kedua foto ini?
Interviewee Boleh jujur ya?
Interviewer Iya, gak pa pa.
Interviewee Eneg.
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Interviewer
Koding
Keterangan
PF.1.1.14
Persepsi foto,
subjek 1, hal. 1,
baris 14
Yang mana? Yang buat eneg yang
mana?
Interviewee Ya semuanya sih.
Interviewer Semuanya? Oh gitu. Emm, berapa skor
yang mas Nabil berikan dari satu
persatu foto ini? Foto satu diberikan
skor berapa? Rentangnya satu sampai
sepuluh.
Interviewee Kalo foto satu itu tiga. Kalo foto
SF.1.1.23
lima itu lima. Eh foto lima, foto dua,
lima.
Interviewer Oh iya, terus atas dasar apa mas Nabil
ini memberi foto itu nilai segitu?
Interviewee Kalo foto satu itu tiga ya? Dia itu
AS.1.1.28
pasrah banget, keliatan dia nggak
ada usaha untuk menampilkan
Skor foto,
su
PERSEPSI
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah
"Psikologi Sosial"
1
Dosen Pengampu:
Lucky Abrorry, M.Psi, Psikolog
Disusun Oleh:
Diandra Hilva Mawardi
J71214056
2
Putri Nilam Sari
J71214066
Rilla Fauzia Nur A.
J71214072
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2015
3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
i
Daftar Isi
ii
BAB I (PENDAHULUAN)
1.1 Latar Belakang Masalah
1
1.2 Rumusan Masalah
3
1.3 Tujuan Penulisan
3
1.4 Manfaat Penulisan
3
BAB II (KAJIAN PUSTAKA)
2.1 Pengertian Gaya Berpakaian
4
2.1.1 Sifat-Sifat Fashion
5
2.1.2 Jenis-Jenis Fashion Mahasiswi
5
2.1.3 Gaya Fashion Mahasiswi yang Disukai
11
2.1.4 Gaya Fashion Mahasiswi yang Tidak Disukai
13
2.2 Pengertian Persepsi
14
2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
14
2.2.2 Macam-Macam Persepsi
15
BAB III (METODOLOGI PENELITIAN)
3.1 Jenis Penelitian
17
3.2 Populasi Sampel
17
3.3 Teknik Pengumpulan Data
18
3.4 Analisis Data
19
BAB IV (PEMBAHASAN)
4.1 Identifikasi Subjek
21
4.2 Hasil Analisis Data Kuantitatif
23
4.3 Hasil Analisis Data Kualitatif
25
4.3.1 Persepsi Antara Foto 1 dan Foto 2
25
4.3.2 Skor yang Diberikan Subjek Penelitian Terhadap Foto 1
dan Foto 2
26
4.3.3 Alasan Pemberian Skor Oleh Subjek Penelitian Terhadap Foto 1
4
dan Foto 2
26
4.3.4 Foto yang Disukai Subjek Penelitian Antara Foto 1
dan Foto 2
27
4.3.5 Pandangan Subjek Penelitian Tentang Mahasiswi yang
Fashionable
4.4 Pengaruh Gaya Berpakaian Terhadap Persepsi
27
28
BAB V (PENUTUP)
5.1 Kesimpulan
30
5.2 Saran
31
Daftar Pustaka
32
Lampiran
34
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu acuan utama dalam menilai seseorang adalah dilihat dari
penampilannya, terutama jika orang tersebut baru pertama kali kita kenal. Hal
yang menjadi perhatian yakni dengan melihat gaya berpakaiannya, bentuk
tubuhnya, wajah, tingkah laku, gerak-gerik, tatanan rambut yang kesemuanya
dapat menimbulkan berbagai kesan baik positif maupun negatif. Penampilan fisik
sering menimbulkan persepsi mengenai karakteristik seseorang, seperti gambaran
mengenai kepribadiannya atau kompetensi yang dimilikinya. Bahkan dengan
hanya melihat fisiknya saja bisa menimbulkan pengaruh terhadap sebuah
hubungan interpersonal. Tentu saja hal ini akan berpengaruh kepada interaksi di
masa mendatang.
Terkadang dengan melihat penampilanya saja dapat menimbulkan kesan
yang bahkan bisa menutupi bagaimana kualitas orang tersebut yang sebenarnya.
Salah satu yang dikaitkan dengan penampilan seseorang yaitu gaya berbusana.
Pakaian yang dikenakan seseorang menandakan ciri-ciri penting dari pemakainya.
Disadari atau tidak, tujuan dari cara berpakaian seseorang adalah membuat kesan
pribadi yang bervariasi. Mungkin saja pakaian yang dikenakannya mencerminkan
diri yang cerdas, seksi, santai, pendiam, bertanggung jawab, fashionable dan lainlain. Hal ini tentunya menjadi simbol bagi pribadi yang ingin ditunjukkan.
Dalam sebuah penelitian menyatakan bahwa apa yang kita kenakan tidak
hanya berdampak bagi orang lain, tetapi juga berdampak pada diri pribadi. Hajo
dan Galinsky memperkenalkan istilah “enclothed cognition” dalam penelitian
mereka yang dilaporkan dalam Journal of Experimental Sosial Psychology. Istilah
“enclothed cognition” mengacu pada pengaruh pakaian terhadap proses psikologis
kita. Dalam penelitian ini, mereka melakukan serangkaian percobaan mengenai
pakaian yang mereka kenakan dengan menghubungkan dua faktor yaitu makna
simbolis dan pengalaman aktual terhadap pakaian yang mereka pakai. Dalam
tesnya mereka memakai jas labolatorium yang dikaitkan dengan kejelian dan
perhatian, kemudian mereka membuat hipotesis bahwa dengan memakai jas ini
akan berdampak pada perhatian masyarakat terhadap tugas mereka. Selanjutnya,
6
mereka menemukan bahwa secara fisik mengenakan jas lab meningkatkan
perhatian secara selektif dibanding tidak memakai jas lab.
Penelitian lainnya mengenai “enclothed cognition” yaitu NIMHA crosssectional descriptive study menggunakan metodologi survei yang dilakuakn
kepada 500 pasien dan pengunjung di ruang tunggu sebuah klinik rawat jalan
penyakit dalam. Responden diberi pertanyaan terkait preferensi mereka mengenai
baju dokter serta kepercayaan dan kesediaan untuk membahas isu-isu sensitif.
Hasil tes dari penelitian ini responden sangat mendukung dokter dalam pakaian
profesional dengan jas putih dan melaporkan bahwa hal ini memiliki pengaruh
positif pada kepercayaan dan keyakinan. Kesimpulan dari penelitian ini yakni
menguatkan makna simbolis dari jas lab putih dalam pengaturan medis yang
sebenarnya. Selain itu, apakah kita memakai pakaian tertentu atau menanggapi
orang memakainya, pakaian mempengaruhi perasaan kita, pikiran kita dan respon
kita.
Semakin seseorang mampu berbusana dengan baik, tepat, sesuai dan serasi
maka pengaruh yang timbul dalam dirinya adalah meningkatnya kepercayaan diri.
Tidak menutup kemungkinan dengan gaya berbusana yang baik akan membuat
dirinya semakin dihargai dan dihormati. Seberapa besar pengaruh pakaian
terhadap psikologi seseorang tergantung kepada sebaik apa pakaian tersebut yang
menampilkan karakteristik di mana dapat diterima secara signifikan di lingkungan
sosialnya serta sebaik apa pakaian tersebut digunakan sesuai dengan keperluan
pemakainya. Jadi, selain sebagai simbol untuk menunjukkan siapa pribadi kita,
pakaian juga mempengaruhi bagaimana perasaan kita, cara berpikir kita dan
respon kita.
Bedasarkan uraian diatas, peneliti bermaksud untuk meneliti tentang adakah
pengaruh gaya berpakaian terhadap persepsi Mahasiswa UIN Sunan Ampel
Surabaya.
1.2 Rumusan Masalah
Dengan latar belakang
di
atas,
maka
pokok
masalah
yang
akan diungkapkan yaitu:
1. Apakah gaya berpakaian dapat mempengaruhi persepsi?
7
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang akan penulis kemukakan dalam hal ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah gaya berpakaian dapat mempengaruhi persepsi.
2. Untuk mengetahui mengapa gaya berpakaian dapat mempengaruhi
persepsi.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan yang akan penulis kemukakan dalam hal ini
adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui tingkat pengaruh yang dihasilkan oleh gaya berpakaian
terhadap persepsi.
2. Untuk dapat mengetahui dampak lain yang ditimbulkan dari pengaruh
gaya berpakaian
3. Dapat mengetahui jenis atau macam gaya berpakaian serta akibat yang
ditimbulkan.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Gaya Berpakaian
Gaya berpakaian sering juga diartikan dengan Fashion. Menurut The
Contemporary English Indonesian Dictionary Oleh drs. Peter Salim (1985),
Fashion berarti mode gaya cara busana pakaian, bentuk, jenis, macam, pembuatan.
Berbicara mengenai Fashion, sepintas adalah mengenai pakaian atau busana.
Dan berbicara tentang pakaian adalah berbicara mengenai sesuatu yang sangat
dekat dengan diri kita. Seperti yang di kutip oleh Idi Subandi Ibrahim (peneliti
media dan kebudayaan pop dalam pengantar buku Malcolm Barnard, Fashion dan
komunikasi: 2007): Thomas Carlyle mengatakan,”Pakaian adalah perlambang
jiwa”. Masih menurut Idi: “Pakaian tak bisa di pisahkan dari perkembangan
sejarah kehidupan dan budaya manusia”.
Studi tentang Fashion bukan hanya tentang pakaian, tapi juga peran dan
makna pakaian dalam tindakan sosial. Dengan kata lain, Fashion bisa di
metaforakan sebagai kulit sosial yang didalamnya membawa pesan dan gaya
hidup suatu komunitas tertentu yang adalah suatu bagian dari kehidupan sosial. Di
samping itu Fashion juga mengekspresikan suatu identitas tertentu. pakaian adalah
salah satu dari seluruh rentang penandaan yang paling jelas dari penampilan luar,
yang dengannya seseorang menempatkan diri mereka terpisah dari orang lain,
yang selanjutnya berkembang menjadi identitas suatu kelompok tertentu. Hal ini
juga diperkuat dengan pendapat lain, menurut Solomon,(1986) “Pakaian yang
menurut Produk Fashion adalah kategori produk yang dikenal dapat
mencerminkan kehidupan sosial konsumen, fantasi dan keanggotaannya”.
2.1.1 Sifat-Sifat Fashion
Dilihat dari uraian mengenai Fashion pada uraian sebelumnya, Fashion
memiliki sifat-sifat yaitu sebagai berikut :
1. Gaya hidup sang pemakai
9
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Bagian dari penonjolan keindahan
Perputaran mode
Penonjolan sisi-sisi tertentu
Dinamis
Bebas
Adaptasi
2.1.2 Jenis – Jenis Fashion Mahasiswi
Berikut ini adalah beberapa model atau jenis gaya berpakaian yang sering
digunakan oleh mahasiswi yang muslimah:
1. Feminin Casual
Yaitu dengan menggunakan busana yang simpel, dinamis namun tetap
feminin. Feminin Casual bisa diaplikasikan dengan sebuah blouse putih
dengan paduan celana katun yang lebih santai dengan warna terang. Untuk
model hijab sendiri, dengan memadukan gaya busana muslim remaja saat
ini yaitu memakai scarf yang berwarna cokelat dengan motif yang lebih
bervariasi (bukan polos) sehingga penampilan lebih menarik dan lebih
terlihat modis.
2. Urban Chic
Gaya berbusana muslim pada mahasiswi selanjutnya adalah dengan fashion
style seperti urban chick dengan paduan two tone cropped blouse yang lebih
menutupi area belakang. Bisa diaplikasikan dengan menggunakan celana
yang berjenis mono tone dengan warna yang lebih terang.
3. Slide Sling Scarf Style
Paduan berbusana muslim slide sling scarf style dengan kemeja panjang
yang menutupi bagian paha berwarna polos dan berkerah yang dibalut
dengan cape membuat tampilan lebih menarik tanpa menghilangkan kesan
formalnya saat kuliah. Bisa dipadukan dengan jeans pencil agar lebih mudah
10
bergerak.
Beberapa jenis pakaian yang digunakan mahasiswi agar terlihat fashionable
saat di kampus, adalah sebagai berikut:
1. Scarf
Hijab scarf ini berbentuk sehelai kain berbentuk segi empat, yang tersedia
dalam besar ukuran yang bermacam-macam, Karena bentuk yang fleksibel
inilah yang memungkinkan dikreasikan untuk berbagai tampilan yang
berbeda-beda, sehingga yang paling populer juga untuk digunakan, Kini,
selain tersedia dalam berbagai macam warna dan motif , hijab scarf juga
tersedia berbagai aplikasi tekstil tambahan pita atau bordir.
2. Pashmina
Hijab ini bisa diartikan sebagai salah satu jenis cahmere wool dan tekstil
ini pertama kali ditemukan di India. Istilah pashmina berasal dari kata
pashmineh dan dibuat dari pashm yang dalam bahasa india berati wool,
yang sesuai jenis bahanya, hijab pashmina memang biasanya terasa lebih
panas dan tebal. Walau biasanya pashmina berbentuk selendang yang lebih
lebar dan panjang, Untuk tipe ini biasanya teredia dalam varian yang lebih
beragam.
3. Kemeja Oxford
Kemeja oxford adalah kemeja yang dibuat berbahan kain oxford. Kain
oxford merupakan kain yang dibuat dari penyilangan dua benang dengan
cara ditenun atau dianyam. Kemeja oxford sering ditemukan berwarna
lembut, seperti abu-abu, biru laut, hijau toska, merah, dan kuning pastel.
Oxford seringnya polos dan kadang juga dikombinasikan dengan warna
lain, berbahan oxford juga. Oxford cocok untuk gaya casual dan formal.
Dapat dipakai untuk cowok dan cewek. Kemeja adalah jenis pakaian
mahasiswi yang tricky, tetapi mudah menyesatkan jika tidak hati-hati.
Begitu banyaknya desain dan motif kemeja, kuncinya pilih yang sesuai
karakter. Polos akan terkesan dewasa dan kalem. Bermotif terkesan santai
dan ceria. Satu aturan: ukuran harus pas. Gunakan kemeja putih atau biru
muda Oxford yang simpel. Cocok untuk digunakan bersama Jeans dan
Chino yang sudah dimiliki, dan cocok untuk berpakaian formal dengan
11
dasi atau kasual dengan lengan digulung.
4. Sweatshirt/Sweater
Sweater, pullover, jumper atau jersey adalah pakaian yang umumnya berat
untuk menutupi badan dan lengan. Biasanya dipakai di atas kemeja, blus
atau kaos. Sweater terbuat dari kain wool, katun, benang sintetis atau
campurannya. Perbedaan dasar adalah antara cardigan (yang terbuka
bagian depan) dan pullover (yang tidak terbuka). Kalau sweater tidak ada
lengan, umumnya disebut rompi sweater atau tank top. Garmen jenis ini
disebut sweater karena didisain untuk menyerap keringat (bahasa ingris:
sweat) yang dikeluarkan dari badan orang. Untuk model kuliahan ala
eropa. Terkesan berkelas. Milikilah setidaknya 1 untuk variasi gaya.
Daripada menggunakan Hoodie kebesaran, lebih baik gunakan Sweatshirt
atau yang lebih dikenal dengan Sweater. Cari yang bermodel Crewneck
dan Slim-Fit. Bisa digunakana dengan T-Shirt atau dengan Kemeja Oxford
untuk terlihat lebih rapih.
5. Cardigan
Cardigan adalah sweater yang terbuka di bagian depan dan dapat diberi
variasi dengan kancing atau ritsleting. Nama cardigan berasal dari James
Thomas Brudenell, Earl of Cardigan, seorang kommandan militer Ingris.
Cardigan ini dapat dibuat menggunakan mesin atau manual dari bahan wol
atau katun. Seperti fusion Sweater dan Jacket, Cardigan sangat versatile, ia
bisa digunakan hampir kapan saja. Bisa digunakan dengan T-Shirt, kemeja
dan terlihat keren dibalik blazer. Trik nya adalah jangan keliahatan seperi
nenek-nenek dan kakek-kakek. Cari potongan yang pas, tidak kebesaran
dan tidak terlalu ketat.
6. Navy Blazer
Blazer adalah sejenis jaket yang dipakai sebagai pakaian yang santai
namun tetap cukup rapi. Sebuah blazer bentuknya menyerupai jas dengan
potongan yang lebih santai. Bahan untuk membuat blazer biasanya tahan
lama, karena ia merupakan jaket olahraga luar ruangan. Blazer sering
dijadikan sebagai pakaian seragam, misalnya untuk penerbangan, sekolah,
dan klub olahraga. Navy Blazer di Indonesia sangat underrated, orang
12
lebih memilih menggunakan jas/blazer hitam yang jelas-jelas digunakan
untuk Nightlife atau pemakaman. Gunakan Blazer yang pas.
7. Rok
Rok adalah bagian busana khususnya busana wanita mulai dari batas
pinggang ke bawah melalui panggul sampai panjang yang di inginkan.
Rok dibuat terpisah dengan busana bagian atasnya dan dikenakan oleh
wanita sebagai pasangan blus. Fungsi rok yaitu untuk menutup dan
melindungi tubuh bagian bawah dari sengatan matahari, udara dingin,
debu, dan untuk memenuhi syarat kesusilaan dan kesopanan.
8. Jeans
Jeans adalah celana yang terbuat dari denim atau kain dungaree.
Seringkali istilah "jeans" mengacu pada gaya celana tertentu, yang disebut
"blue jeans" dan diciptakan oleh Jacob Davis dan Levi Strauss pada tahun
1873. Mulai tahun 1950-an, jeans yang awalnya dirancang untuk koboi,
menjadi populer di kalangan remaja. Merek yang melegenda termasuk
diantaranya Levi, Lee, dan Wrangler. Jeans memiliki berbagai model,
diantaranya skinny, tapered, slim, straight, boot cut, narrow bottom, low
waist, anti-fit dan flare. Jeans sekarang merupakan pakaian kasual yang
sangat populer di seluruh dunia. Mereka juga memiliki berbagai style dan
warna, namun, blue jeans yang paling sering diidentifikasi dengan budaya
Amerika, terutama Amerika Old West. You can never go wrong
with Jeans. Gunakan jeans dengan fit yang pas dan berbahan Raw. Karena
kuliah adalah waktu sebelum dunia kerja dimana Mahasiswi bisa
menggunakan Jeans hampir tiap hari, sepanjang semester, selama 4-5
tahun.
9. Sneakers
Sneakers adalah sepatu dengan sol karet yang fleksibel sementara bagian
atasnya berbahan kulit atau kanvas. Footwear satu ini memliki sol karet
yang fleksibel, awalnya terbuat hanya untuk keperluan olahraga. Sekarang
orang-orang memakai sepatu jenis ini untuk keperluan sehari-hari. Sepatu
ini kebanyakan terbuat dari kulit, kanvas, atau material sintetis. Dengan
detail lain pada pada sneakers ialah tali Jeans ditambah t-shirt putih/hitam
ditambah sneakers adalah resep untuk tampil casual dan gaya.
13
10. Loafer
Loafer adalah sebutan untuk sepatu pantofel. Sepatu model loafers
memiliki sol datar ataupun berbentuk selop, paling pas dipadankan dengan
celana pantalon atau kapri. Jenis loafer untuk wanita biasanya berhak tapi
tidak terlalu tinggi. Haknya berbentuk kotak dengan bentuk sepatu yang
tertutup.
Bagi Anda yang memiliki kaki jenjang, loafer bisa dipadukan dengan rok
mid-length. Padukan celana chino, long sleeve motif garis, tas tali panjang
dengan loafer datar untuk memberikan tampilan musim panas yang edgy.
Sepatu berhak datar tanpa tali dengan bagian depan yang tertutup.
Biasanya terbuat dari bahan kulit dengan aksen gesper, rumbai, atau coin
holder. Untuk saat-saat formal lainnya dimana Sneakers tidak cukup,
gunakan sepasang penny Loafers.
11. Ballet-Flat Shoes
Sepatu jenis ini adalah sepatu yang paling santai & menjadi favorit para
remaja. Sepatu didesain dengan bentuk datar tanpa hak. Ada yang
berbentuk tertutup, tapi ada juga yang dibuat terbuka di bagian depan
seperti peep toe.
Bagi yang termasuk pribadi yang casual, simpel, dan lebih mengutamakan
kenyamanan saat menggunakan sepatu, sepatu jenis ini bisa jadi pilihan
pas untuk anda. Sepatu ini sesuai digunakan dengan jenis baju apapun.
Jeans, celana kapri, dan baju casual lainnya sangat cocok dipadu padankan
dengan sepatu ini. Sepatu hak datar atau biasa disebut flat shoes
merupakan sepatu sehari-hari yang nyaman. Biasanya sepatu ini banyak
dikenakan saat santai. Pakaian apa saja pun cocok dipadukan dengan flat
shoes, asalkan selalu sesuaikan warna dan model flat shoes dengan busana
Anda. Hindari pemakaian sepatu datar dengan rok selutut, outfit anda
terlihat berat dibawah, sangat kuno dan membuat kaki terlihat pendek.
Sepatu ini memang lebih banyak digunakan remaja perempuan, tetapi
wanita eksekutif tetap dapat bergaya dengannya. Pilihlah ballet flat yang
dihiasi dengan permata-permata cantik atau pita.
12. Tas
Tas adalah wadah tertutup yang dapat dibawa bepergian. Materi untuk
14
membuat tas antara lain adalah kertas, plastik, kulit, kain, dan lain-lain.
Biasanya digunakan untuk membawa pakaian, buku, dan lain-lain. Tas yang
dapat digendong di punggung disebut ransel, sedangkan tas yang besar untuk
memuat pakaian disebut koper (dari bahasa Belanda koffer).Ada pula tas
yang hanya berbentuk kotak yang biasanya dipergunakan oleh kaum wanita
untuk membawa peralatan kecantikannya, biasanya disebut dengan tas
kecantikan atau beauty case . Sekarang tas menjadi salah satu industri yang
sangat menggiurkan. Rata-rata penduduk di dunia ini, menghabiskan sebagian
dari uangnya untuk membelanjakan tas. Oleh karena itu, para pengusaha
sangat tertarik untuk mengembangkan bisnisnya di industri tas ini. Sekarang
ada tas yang terbuat dari batik.Modelnya tidak kalah menarik dari tas-tas
lainnya.Selain itu, tas ini memeliki corak yang menarik yang dapat menarik
perhatian para konsumen.
2.1.3
Gaya Fashion Mahasiswi yang Disukai
Gaya berpakaian merupakan cerminan dari pribadi seseorang. Gaya
berpakaian seseorang memang bukan sesuatu yang terjadi dalam waktu semalam.
Orang yang memiliki gaya penampilan yang luwes dan menarik adalah orang
yang sadar dan mau belajar untuk tampil menarik. Berikut adalah panduan gaya
berpakaian mahasiswi di kampus menurut hipwee.com yang telah menyurvei
beberapa pendapat pria mengenai busana muslimah yang disukai Mahasiswa:
1. Tidak Berlebihan dan tampil Kasual
Seringkali mahasiswi berlomba untuk mengenakan pakaian terbaik
dan termodis untuk menarik perhatian lawan jenis. Ironisnya, bukan gaya
berpakaian seperti itulah yang paling cowok sukai Menurut para cowok,
justru gaya yang santai dan kasuallah yang seringkali membuat mata
mereka melirik. Menggunakan tank top warna dasar seperti hitam atau
krem dipadukan dengan luaran cardigan, kemeja, atau blazer menjadi
pilihan yang tepat. Paduan ini pun akan terlihat menyenangkan untuk
dikenakan ke kampus. Selain itu paduan blazer dan tank top di padukan
dengan celana jeans berwarna netral, seperti biru navy atau hitam, supaya
cocok dengan motif dan warna apapun. Flat shoes dapat menambah gaya
15
kasual menjadi lebih manis. Jika ingin terlihat lebih sporty, dapat
dipadukan dengan mengenakan sepatu kets sebagai alas kaki pilihan yang
cocok.
2. Berpakaian Sopan
Pilih pakaian yang sopan. Tidak terlalu pendek, tidak terlalu ketat,
dan pastinya tidak terlalu terbuka. Menurut cowok, cewek yang berpakaian
sopan itu berarti menghargai dan memiliki rasa peduli pada tubuhnya
sendiri.
3. Memadukan Motif atau Warna
Memadukan warna atau motif pakaian dengan baik adalah poin
tambah tersendiri bagi para cowok. Menurut mereka, gaya berpakaian apa
saja asalkan warna dan motifnya dipadukan dengan baik akan tetap terlihat
menarik. Pilih warna dan motif yang sesuai dengan warna kulit
4. Mengenakan Dress
Pilih kaos atau blus yang bermotif sederhana, misalnya motif
floral atau garis-garis dan tambahkan kalung dengan bentuk dan liontin
yang sederhana sebagai pemanis. Dan sebagai pelengkap gaya girly yang
feminim berikan paduaan flat shoes yang memiliki warna yang sesuai
untuk dipadukan.
5. Sesuaikan Gaya dengan Karakter Tubuh
Apabila anda memiliki badan yang gemuk fokuslah pada bagian
pinggang dan hindari pakaian yang terlampau ketat. Atau untuk yang
berkulit gelap, kenakan pakaian yang berwarna cerah supaya kulitmu juga
ikut terlihat bercahaya. Menggunakan pakaian yang tepat, walaupun tidak
sesuai dengan tren yang ada, akan tetap membuat terlihat menarik dan
modis.
6. Sesuai Dengan Acara
Membiasakan rajin untuk menyesuaikan diri, walaupun mungkin
gaya berpakaian yang diharuskan tidak sesuai dengan dirimu. Bukan
hanya semata-mata supaya enak dipandang, tetapi juga menghargai yang
telah mengundang. Begitu juga saat ke kampus. Tidak perlu terlalu berhias
diri, cukup yang sederhana namun rapi. Kalau kamu terlalu berhias diri,
bisa-bisa kamu hanya akan menjadi buah omongan saja di kampus nanti.
7. “Fashion fades, style remains.”
Walaupun sudah punya gaya sendiri, Anda juga masih tetap bisa
16
mengikuti tren. Misalnya bergaya kasual, Anda bisa tetap mengikuti tren
dengan memakai celana jeans atau sepatu kets model terbaru. Untuk
bergaya feminin, motif dress dan bentuk rok yang sedang in saat ini juga
bisa digunakan tanpa menghilangkan gaya dan jati diri.
8. Gaya Berpakaian Nyaman dan percaya diri
Rasa percaya diri itu bisa muncul karena apabila ada rasa yakin
tidak ada yang salah dari diri ataupun pakaian dan anda merasa nyaman
mengenakannya. Kalau selama ini anda masih takut dengan apa yang akan
orang katakan mengenai penampilan anda, berarti anda belum dapat
dibilang nyaman dan percaya diri dengan gaya berpakaian anda.
2.1.4 Gaya Fashion Mahasiswi yang Tidak Disukai
Berikut ini adalah beberapa gaya fashion mahasiswi yang tidak disukai:
1. Celana legging bermotif
Celana legging adalah celana yang sangat ketat dan tipis. Fashion
item yang satu ini dibenci oleh pria karena pria beranggapan bahwa tubuh
wanita akan terlihat lebih besar jika menggunakan legging bermotif ini.
Pria juga menganggap legging bermotif ini terlihat ramai dan norak.
2. Jumpsuit
Jumpsuit adalah pakaian gabungan atasan dan celana yang menjadi
satu. Jumpsuit ini dapat menjadi pakaian yang praktis, nyaman dan
longgar saat digunakan. Tetapi para pria akan memandangnya cenderung
tidak akan tertatik. Bahkan terlihat aneh di mata pria.
3. Skinny jeans
Skinny jeans adalah celana jeans yang ketat hingga membentuk
lekuk tubuh pada penggunanya. Skinny jeans tidak akan cocok digunakan
oleh wanita dengan ukuran tubuh besar. Meskipun nyaman dikenakan,
skinny jeans iniakan membuat lemak-lemak yang ada di tubuh semakin
terlihat.
4. Celana berpinggang tinggi
Celana dengan model pinggang yang tinggi ini adalah salah satu
fashion item yang sedang tren. Celana dengan model pinggang yang
17
tinggi ini akan membuat pria memandang aneh karena menurut mereka
celana dengan model ini seperti popok bayi bila digunakan.
5. Pakaian bermotif kulit binatang
Pakaian-pakaian baik baju maupun celana dengan motif kulit
binatang ini merupakan pakaian yang tidak disukai pria karena
kebanyakan dari mereka tidak suka melihat wanita yang menggunakan
pakaian-pakaian dengan motif kulit binatang.
18
2.2 Pengertian Persepsi
Persepsi adalah proses mengatur dan mengartikan informasi sensoris untuk
memberikan makna.(King,A Laura, 2014) Menurut kamus lengkap psikologi,
persepsi adalah: (1) Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian
objektif dengan bantuan indera, (2) Kesadaran dari proses-proses organis, (3)
(Titchener) satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang
berasal dari pengalaman di masa lalu, (4) variabel yang menghalangi atau ikut
campur tangan, berasal dari kemampuan organisasi untuk melakukan pembedaan
diantara perangsang-perangsang, (5) kesadaran intuitif mengenai kebenaran
langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu (Chaplin, 2008).
Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses yang menggabungkan dan
mengorganisir data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan
sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar
akan diri kita sendiri (Shaleh, 2009). Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi
adalah proses pengolahan informasi dari lingkungan yang berupa stimulus, yang
diterima melalui alat indera dan diteruskan ke otak untuk diseleksi,
diorganisasikan sehingga menimbulkan penafsiran atau penginterpretasian yang
berupa penilaian dari penginderaan atau pengalaman sebelumnya.
2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi
Menurut Rakhmat, Krech dan Crutchfield (dalam Sobur, 2005)
factor-faktor yang mempengaruhi persepsi dapat dikategorikan menjadi:
1. Faktor Fungsional
Faktor Fungsional dihasilkan dari kebutuhan, kegembiraan (suasana
hati), pelayanan, dan pengalaman masa lalu seseorang individu.
2. Faktor-Faktor Struktural
Faktor-faktor struktural berarti bahwa faktor-faktor tersebut timbul atau
dihasilkan dari bentuk stimuli dan efek-efek netral yang ditimbulkan
dari sistem syaraf individu.
3. Faktor - Faktor Situasional
Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal. Petunjuk
proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, petunjuk paralinguistik
adalah beberapa dari faktor situasional yang mempengaruhi persepsi.
4. Faktor Personal
Faktor Personal ini terdiri atas pengalaman, motivasi dan kepribadian.
Menurut Sholeh (2009) persepsi lebih bersifat psikologis daripada
19
merupakan proses penginderaan saja maka ada beberapa faktor yang
mempengaruhi:
a) Perhatian yang selektif, individu memusatkan perhatiannya pada
rangsangrangsang tertentu saja.
b) Ciri-ciri rangsang, rangsang yang bergerak di antara rangsang yang
diam akan lebih menarik perhatian.
c) Nilai dan kebutuhan individu
d) Pengalaman dahulu, pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi
bagaimana seseorang mempersepsi dunianya.
Dari beberapa poin diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi
dapat dipengaruhi oleh suasana hati, sistem syaraf individu, factor situasi
dan pengalaman, motivasi serta kepribadian.
2.2.2 Macam - Macam Persepsi
Secara garis besar persepsi manusi dibagi menjadi dua bagian,
yaitu (Mulyana, 2005: 171-176): persepsi terhadap objek (lingkungan
fisik) dan persepsi terhadap manusia (interpersonal).
1. Persepsi Objek (lingkungan fisik)
Persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) merupakan sebuah proses
persepsi yang menggunakan benda sebagai objek, bukan manusia.
Stimulus yang ditangkap bukan dari komunikasi nonverbal, melankan
dari gelombang cahaya, gelombang suara, temperatur, dll. sifat- sifat luar,
sedangkan persepsi terhadap orang menanggapi sifat- sifat luar dan
dalam
(perasaan,motif,
harapan,
dan
sebagainya).
Orang
akan
mempersepsi anda pada saat anda mempersepsi mereka. Dengan kata
lain, persepsi terhadap manusiabersifat interaktif. Objek yang kita
persepsi tidak memberikan reaksi kepada kita dan kita juga tidak
memberikan reaksi emosional kepada objek tersebut, dan objek yang kita
jadikan sebagai bahan persepsi relatif tetap. Persepsi objek terdiri 3
jenis, yaitu :
a) Persepsi Jarak
Contoh awan semakin kita memandang jauh semakin nampak rendah
seolah-olah kita dapat menggapainya
b) Persepsi Gerak
20
Contoh saat kita berada di dalam kereta dan bersebelahan dengan
rumah penduduk atau pohon terkadang kita bingung, kita yang
bergerak atau rumah penduduk itu yang bergerak
c) Persepsi Total
Pada persepsi total baru akan tampak jelas kalau dilihat secara
keseluruhan.
2. Persepsi terhadap manusia (interpersonal)
Persepsi terhadap manusia merupakan proses presepsi dimana manusia
merupakan objeknya. Stimulus disampaikan melalui lambang-lambang
verbal maupun nonverbal. Reaksi dari yang dipersepsi ada kemungkinan
bias, karena manusia selalu berubah-ubah.
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah dengan menggunakan Mix
Method, yaitu dengan memadukan Desain penelitian Kuantitafif dan Kualitatif.
Desain penelitian Kuantitatif bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh
variable bebas terhadap variable terikat yaitu dengan uji perbandingan antara foto
1 dan foto 2. Kemudian desain penelitian Kualitatif, peneliti gunakan untuk
memperjelas dan untuk menggali informasi lebih dalam lagi melalui interview
dengan subjek penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode
Eksperimental.
Metode
eksperimental
adalah
penelitian
yang
menggunakan eksperimen sehingga, Peneliti memiliki konrol sepenuhnya
terhadap jalannya suatu eksperimen.
Adapun variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel independen / bebas: Gaya berpakaian
2. Variabel dependen / terikat
: Persepsi
3.2 Populasi Sampel
Populasi adalah sejumlah individu yang setidaknya memiliki beberapa sifat
yang sama. Populasi yang terlibat dalam penelitian ini adalah Mahasiswa UIN
Sunan Ampel Surabaya. Subjek penelitian yang dipilih adalah sebagian dari
keseluruhan populasi yang dinamakan sampel. Sampel adalah sebagian dari
populasi yang setidaknya memiliki satu sifat yang sama dengan populasi.
Untuk membatasi rumusan masalah dan meminimalkan bias, peneliti
menetapkan subjek penelitian sebanyak 30 orang. Adapun karakteristik subjek
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya
2. Masih aktif mengikuti perkuliahan
3. Berjenis kelamin laki-laki
4. Sebelumnya tidak pernah bertemu dengan objek penelitian (tidak kenal)
.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik nonprobability
22
sampling, yaitu tidak memberi peluang atau kesempatan bagi anggota populasi
untuk menjadi sampel.
Untuk objek penelitian ini, peneliti menggunakan 1 partisipan yaitu
Mahasiswi yang diberi perlakuan berupa perubahan gaya berpakaian untuk
menentukan persepsi social mahasiswa yang telah memenuhi kriteria untuk
menjadi subjek penelitian.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Untuk teknik pengumpulan data dengan metode kuantitatif, peneliti
menggunakan teknik Scoring, yaitu dengan menetapkan skor 1-10 untuk
memberikan nilai pada foto 1 dan foto 2 (skor 1 untuk nilai tingkat fashionable
paling rendah dan skor 10 untuk nilai tingkat fashionable paling tinggi). Teknik ini
digunakan untuk mengukur sejauh mana kisaran nilai yang diberikan oleh subjek
penelitian terhadap objek foto yang telah diberi perlakuan oleh peneliti. Dengan
menggunakan Scoring, peneliti akan mendapatkan taksiran tingkat persepsi atas
foto tersebut melalui analisis data terlebih dahulu. Untuk menentukan skala atas
foto tersebut, peneliti mengajukan 3 pertanyaan sebagai berikut:
1. Berapa nilai yang anda berikan pada objek dalam kedua foto tersebut? (skala
penilaian 1-10)
2. Atas dasar apa anda memberikan nilai tersebut?
Untuk teknik pengumpulan data kualitatif primer, peneliti menggunakan
teknik interview, agar data yang diperoleh akan lebih mendalam dan mampu
menggali pemikiran atau pendapat secara detail. Untuk mendapatkan hasil yang
akurat, peneliti membuat sejumlah pertanyaan yang sudah didesain untuk subjek
penelitian setelah memberikan nilai pada kedua objek foto tersebut, dengan
pertanyaan sebagai berikut :
1. Apa yang ada dipikiran anda saat melihat kedua foto tersebut?
2. Berdasarkan kedua foto tersebut, manakah foto yang anda anggap paling
anda sukai?
3. Menurut anda, Mahasiswi yang fashionable itu seperti apa? Dan yang
tidak itu seperti apa?
Kemudian untuk teknik pengumpulan data kualitatif yang sekunder, peneliti
23
menggunakan metode observasi, yaitu metode yang tidak hanya mengukur sikap
dari responden, namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena
yang terjadi. Metode observasi yang digunakan adalah participant observation,
yaitu peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatan atau situasi yang diamati
sebagai sumber data.
3.4 Analisis Data
Analisis data yang digunakan untuk melihat apakah ada pengaruh gaya
berpakaian terhadap persepsi Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, yaitu
dengan menggunakan Uji Komparasi dengan “Paired Sample T-Test” / Between
Treament oleh Software SPSS 16.0 for windows yang digunakan untuk
membandingkan mean dari suatu sampel yang berpasangan (paired). Sampel
berpasangan adalah sebuah kelompok sampel dengan subjek yang sama namun
mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang beda. Yaitu untuk menguji
perbedaan yaitu dengan membandingkan Foto 1 dengan Foto 2 dengan skala 1-10
untuk menentukan tingkat fashionable objek penelitian. Selain itu, untuk
mendapatkan data kualitatif, peneliti juga menggunakan teknik Verbatim (dengan
memberikan koding dalam transkrip wawancara) untuk mendukung hasil data
kuantitatif dan menjawab atas rumusan masalah dalam penelitian ini.
24
BAB IV
PEMBAHASAN
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Nama
Sisno
Zainuri
Adly
Alfat
Badrus
Bayu
Cahya
Imron
Nabil
Ulinas
Rizal
Robi
luhur
Dimas
Wildan
Alfan
Ghoni
Hilmi
Bagus
Faisal
Debi
Yasin
Alvis
Ali
Roni
Rizky
Febri
Dicky
Rifki
Khoiri
Jurusan
Skor untuk
Skor Untuk
Psikologi
Psikologi
Psikologi
Ilmu kelautan
Psikologi
Psikologi
Sistem Informasi
Ilmu Kelautan
Psikologi
Manajemen Dakwah
KPI
KPI
Psikologi
KPI
Ilmu Komunikasi
Ilmu Komunikasi
KPI
KPI
Psikologi
Psikologi
Psikologi
Psikologi
Psikologi
Psikologi
Psikologi
Psikologi
Psikologi
PAI
PGMI
Ilmu kelautan
Foto 1
8
8
4
7
2
2
7
4
3
8
5
5
3.5
1
5
4
2
2
1
7,5
4
4
3
2
7
3
6
7
5
4
Foto 2
6
8
8
8
8
3
8
7
5
6
7
9
8.5
5
8
7
9
6
7
8,5
7
6
7
9
7
6
7
8
7
7
4.1 Identifikasi Subjek
25
4.2 Hasil Analisis Data Kuantitatif
T-Test
T-TEST PAIRS=sebelum WITH sesudah (PAIRED)
/CRITERIA=CI(.9500)
/MISSING=ANALYSIS.
[DataSet0]
Paired Samples Statistics
Paired Samples Correlations
Mean
N
Std.
Std. Error
N
Correlation
Sig.
Deviation
Mean
Pair 1 sebelum perlakuan &
30
.236
.209
Pair 1 Sebelum perlakuan
4.47
30
2.189
.400
sesudah perlakuan
sesudah perlakuan
7.10
30
1.342
.245
26
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Std.
Interval of the
Deviatio Std. Error
Mean
n
-2.633
2.282
Mean
Sig. (2-
Difference
Lower
Upper
t
df
tailed)
Pair sebelum
1
perlakuan sesudah
.417
-3.485
-1.781 -6.322
29
perlakuan
27
.000
Keterangan :
Correlation : Nilai Korelasi antara 2 variabel tersebut
Sig
: tingkat signifikansi hubungan
Df
: degree of freedom (derajat kebebasan) : Untuk uji T Paired selalu
N- 1. Di mana N adalah jumlah sampel.
Interpretasi :
Pada Paired Sample Statistics, dapat dilihat rata- rata pemberian nilai
terhadap foto subjek secara umum sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan
bahwa rata- rata nilai yang diberikan meningkat dari 4.47 menjadi 7.10, N
menunjukkan banyak nya data yaitu sebelum dan sesudah sebanyak 30, standar
deviasi yang menunjukkan ke heterogenan yang terjadi dalam data sebelum dan
sesudah perlakuan adalah 2.189 dan 1.342 dan standart error of mean sebelum dan
sesudah perlakuan adalah 400 dan 245 . Standart ini menunjukkan sebaran rataratas ample terhadap rata-rata dari rata-rata keseluruhan kemungkinan sample.
Bagian Dua. Paired samples Correlatian, Hasil uji menunjukkan bahwa nilai
sig (0.209) >α (0.05 ) maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang
signifikan antara sebelum dan sesudah perlakuan.. Dapat juga dilihat korelasinya
yang menunjukkan korelasi yang tidak begitu tinggi yakni sebesar 0.236.
Pada bagian ketiga Paired Samples Test :
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan adalah :
Ho : rata-rata Persepsi adalah sama
H1 : rata-rata Persepsi adalah berbeda
Tingkat signifikasi
=5%
28
Hasil uji Hipotesis
Nilai t hitung adalah sebesar -6322 degan sig 0.000 Karena sig < 0.05
maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, artinya rata-rata persepsi sebelum dan
sesudah perlakuan terhadap foto subjek adalah tidak sama (berbeda).Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa perlakuan yang diberikan terhadap foto objek
mempengaruhi persepsi subjek penilitian.
4.3 Hasil Analisis Data Kualitatif
Fokus penelitian ini apakah gaya berpakaian dapat mempengaruhi
persepsi, Berdasarkan hasil wawancara yang mengacu pada ciri dari Herriot
(1996) dan Palmer (1999) ditemukan beberapa temuan lapangan yang dapat
digambarkan berikut ini, dan temuan tersebut di masukkan ke dalam tema-tema
yang akan didiskripsikan berikut ini. (transkrip wawancara ada di lampiran)
Mengawali hasil temuan penelitian, ditemukan pentingnya persepsi bagi
subyek penelitian yang merupakan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya,
dengan memberikan foto objek penelitian yang telah diberi perlakuan dalam gaya
berpakaiannya (foto ada di lampiran).
4.3.1 Persepsi Antara Foto 1 Dan Foto 2
Petikan hasil wawancara pada subjek tentang bagaimana persepsi antara
foto 1 dan foto 2 dari objek penelitian adalah sebagaimana berikut ini;
“Ya lebih sederhana aja pakaiannya. Terus warnanya lebih warna-warni, cuma
lebih sederhana. Kalo yang foto yang kanan ini warnanya lebih simple, terus
gimana ya. Hehe“. (PF.3.4.19)
“Apa yaaa? Emm, yang pertama mungkin dari desa, trus yang kedua lebih kekotakotaan. Tapi kalau pun dari desa yang kedua pasti ter.. apa ya? Terkontaminasi
dengan perubahan apa ya? Dengan trend dikotalah. Artinya sudah mulai adaptasi
dengan style yang ada di kota.” (PF.6.10.13)
“Emm, apa yaa, warna kulit, terus penampilan juga berbeda, yang satu lebih
modis yang satu terkesan apa ya? Terkesan nggak enak diliat lah.” (PF.8.14.11)
“Emm, ini kelihatannya ya, secara jelas dan terang-terangan sudah berbeda. Mulai
dari, ya, cara berpakaiannya sudah berbeda. Orangnya juga pun berbeda.”
29
(PF.10.19.16)
“Ini mungkin kalo menurut saya ya? Ini dari gaya busananya aja udah kelihatan
ya. Yang satu kayak apa ya, mohon maaf ya.” (PF.11.21.15)
4.3.2 Skor yang Diberikan Subjek Penelitian Terhadap Foto 1 Dan Foto 2
Petikan hasil wawancara pada subjek tentang berapa skor yang diberikan
subjek penelitian terhadap foto 1 dan foto 2 dari objek penelitian adalah
sebagaimana berikut ini;
“Kalo foto satu itu tiga. Kalo foto lima itu lima. Eh foto lima, foto dua, lima.”
(SF.1.1.23)
“Dua sama tiga. Foto satu, dua, foto dua, tiga.” (SF.2.3.15)
“Yang kiri tujuh, yang kanan delapan lah.” (SF.3.5.32)
“Foto satu ini berapa ya skornya, lima lah, yang satu, kalo yang ini, tujuh sampai
delapanan lah.” (SF.11.21.39)
“Foto yang kedua, delapan koma lima lah.” (SF.13.26.43)
4.3.3 Alasan Pemberian Skor Oleh Subjek Penelitian Terhadap Foto 1 Dan
Foto 2
Petikan hasil wawancara pada subjek tentang alasan skor yang diberikan
subjek penelitian terhadap foto 1 dan foto 2 dari objek penelitian adalah
sebagaimana berikut ini;
“Iya, dia nggak ada usaha untuk terlihat cantik gitu. Fashionnya juga buruk. Beda
dengan yang nomer dua, kan dia mau apa itu namanya, mau dandan udah,
walaupun, walaupun gimana gitu.” (AS.1.1.33)
“Dari penampilannya juga dia sebenernya pengen tampil tapi kurang berani.
Warnanya. Hehe, warnanya nggak cocok.” (AS.2.3.25)
“Emm, warnanya terlalu. Kalo menurut saya warnanya terlalu ramai. Yang kanan
ini lebih simple warnanya.” (AS.3.5.41)
“Ya hanya apa ya, rasa-rasanya saja. Rasanya ini kurang klop gitu lho, eh, serasi
antara warna satu dengan warna lainnya. Jadinya, nggak enak dipandang, menurut
saya.” (AS.4.6.31)
“Yang foto pertama karena masih mempertahankan karakter dia atau karakter
model dia dari kota katakanlah dia masih mempertahankan katakanlah cirinya dia
sendiri, artinya tidak mudah terpengaruh dengan kota. Kalau yang ini 8 karena
memang apa ya? Katakanlah ya memang fashionable.” (AS.6.11.39)
30
4.3.4 Foto yang Disukai Subjek Penelitian Antara Foto 1 dan Foto 2
Petikan hasil wawancara pada subjek tentang foto yang disukai subjek
penelitian antara foto 1 dan foto 2 dari objek penelitian adalah sebagaimana
berikut ini;
“Yang disukai yang pertama.” (FD.5.9.55)
“Harus milih ya? Haduh, repot ini. Kalau dua-duanya gak bisa? Saya lebih ke foto
yang nomer dua.” (FD.6.11.54)
“Pilihan yang disukai? Foto satu lah.” (FD.10.19.51)
“Foto dua.” (FD.9.17.49)
“Pribadi ya? Kalau saya pilih satu.” (FD.21.41.63)
4.3.5 Pandangan Subjek Penelitian Tentang Mahasiswi yang Fashionable
Petikan hasil wawancara pada subjek tentang bagaimana pandangan
subjek penelitian tentang mahasiswi yang fashionable adalah sebagaimana berikut
ini;
“Kalo yang fashionable itu ya, dandan secukupnya aja. Dandanan seperti apa sih
yang pantes buat kuliah. Nah itu yang fashionable, ukuran mahasiswi. Kalo yang
tidak fashionable ya yang kebalikannya dia, dandanannya terlalu, apa ya, terlalu
dilebih-lebihkan. Ya juga nggak dandan, gitu aja. Nggak fashionable kan?”
(MF.1.2.49)
“Fashionable ya, emm, fashionable itu apa ya, ya mungkin penampilannya itu
biasa tapi terlihat mewah. Itu terlihat dari orangnya sendiri. Nggak perlu
penampilan yang.” (MF.2.3.48)
“Emm, kalo menurut saya sih ya yang pakai rok sama yang gimana ya, ya
hijabnya simple gitu, nggak terlalu banyak warnanya. Tapi ya, ya tetep syar'i gitu.
Nggak, nggak di, nggak banyak dilipet ke belakang gini. (MF.3.5.68)
Kalo fashionable, ya gampangannya enak dilihat mata, eye-catching. Terus kalo
yang nggak fashionable, yang kayak kurang sedap dandanannya.” (MF.4.7.52)
“Mahasiswa yang fashion? Mahasiswa yang fashion saya pikir mahasiswa yang
mampu menempatkan cara berpakaian ataupun cara berbusananya menyesuaikan
tempat, emm, maksudnya bagaimana seorang yang menggunakan busana tersebut
mampu menempatkan diri dalam situasi dan kondisi tertentu. Jadi nggak, nggak
selalu harus, ketika ada di kampus kita harus makai seperti pakaian atau busana
layaknya ketika datang ke kondangan atau ke pengajian. Kan berbeda. Dari
situnya sendiri kan memang nggak cocok. Ya seperti itu memang fashionable,
definisi fashionable menurut saya ya seperti itu.” (MF.12.27.85)
31
4.4 Pengaruh Gaya Berpakaian terhadap Persepsi
Berdasarkan hasil analisis data kuantitatif, telah didapatkan hasil bahwa
perlakuan yang diberikan terhadap foto objek mempengaruhi persepsi subjek
penelitian. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh gaya berpakaian
terhadap persepsi Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya. Hal ini dapat
dibuktikan dengan pengertian Persepsi itu sendiri yang telah dijelaskan di Bab 2.
Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses yang menggabungkan dan
mengorganisir data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan
sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar
akan diri kita sendiri (Shaleh, 2009). Mengapa perlakuan yang diberikan oleh
peneliti terhadap objek penelitian mempengaruhi persepsi subjek? Karena
Persepsi terhadap manusia merupakan proses presepsi dimana manusia
merupakan objeknya. Stimulus disampaikan melalui lambang-lambang verbal
maupun nonverbal. Reaksi dari yang dipersepsi ada kemungkinan bias, karena
manusia selalu berubah-ubah. (Persepsi Interpersonal).
Hal ini didukung dengan hasil analisis data kualitatif, yang telah
didapatkan hasil data variatif, dimana persepsi subjek penelitian atas penilaian
terhadap Foto 1 dan 2 yang beragam. Hal ini dapat dibuktikan dengan
beragamnya jawaban subjek penelitian terhadap pertanyaan-pertanyaan yang
peneliti utarakan. (transkrip wawancara ada di lampiran). Ada yang cenderung
memilih foto 1 dan ada yang cenderung memilih foto 2. Pada foto 1, peneliti telah
memberikan perlakuan kepada objek penelitian dengan indicator gaya berpakaian
yang tidak disukai mahasiswa dan pada foto 2, peneliti juga memberikan
perlakuan kepada objek penelitian dengan indikator gaya berpakaian yang disukai
oleh mahasiswa sesuai dengan landasan teori pada Bab 2. Karena seperti yang
sudah peneliti uraikan sebelumnya, bahwa persepsi interpersonal manusia selalu
berubah-ubah dan tidak ada indicator keotentikan dalam persepsi manusia. Dan
persepsi bersifat subjektif. Persepsi terbentuk berdasarkan pengalamanpengalaman sebelumnya terhadap penilaian suatu objek yang di pengaruhi oleh
lingkungan sosialnya sehingga terbentuklah frasa persepsi itu sendiri.
32
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Gaya berpakaian sering juga diartikan dengan Fashion. Menurut The
Contemporary English Indonesian Dictionary Oleh drs. Peter Salim (1985),
Fashion berarti mode gaya cara busana pakaian, bentuk, jenis, macam, pembuatan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses pengolahan
informasi dari lingkungan yang berupa stimulus, yang diterima melalui alat indera
dan diteruskan ke otak untuk diseleksi, diorganisasikan sehingga menimbulkan
penafsiran atau penginterpretasian yang berupa penilaian dari penginderaan atau
pengalaman sebelumnya.
Salah satu acuan utama dalam menilai seseorang adalah dilihat dari
penampilannya, terutama jika orang tersebut baru pertama kali kita kenal. Hal
yang menjadi perhatian yakni dengan melihat gaya berpakaiannya, bentuk
tubuhnya, wajah, tingkah laku, gerak-gerik, tatanan rambut yang kesemuanya
dapat menimbulkan berbagai kesan baik positif maupun negatif. Penampilan fisik
sering menimbulkan persepsi mengenai karakteristik seseorang, seperti gambaran
mengenai kepribadiannya atau kompetensi yang dimilikinya. Bahkan dengan
hanya melihat fisiknya saja bisa menimbulkan pengaruh terhadap sebuah
hubungan interpersonal. Tentu saja hal ini akan berpengaruh kepada interaksi di
masa mendatang.
Berdaasarkan hasil penelitian kuantitatif diatas, peneliti mendapatkan hasil
bahwa perlakuan yang diberikan terhadap Foto Objek mempengaruhi Persepsi
Subjek penelitian. . Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh Gaya
Berpakaian terhadap Persepsi Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya. Hal ini
didukung oleh hasil penelitian kualitatif yang menyatakan beragamnya jawaban
atas pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Ada yang cenderung lebih menyukai
foto 1. Dan banyak mahasiswa yang cenderung lebih menyukai foto 2. Semuanya
kembali tergantung pada persepsi masing-masing.
5.2 Saran
33
Bagi subjek penelitian, khususnya Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya,
peneliti menyarankan “don’t judge someone by the cover.” Dan untuk mahasiswi,
jadilah diri sendiri. Gaya berpakaian kita menentukan bagaimana penilaian orang
lain terhada kita. Kita boleh sekreatif mungkin dalam gaya berpakaian. Tapi ingat
harus tetap ada batasan yang syar’i sesuai dengan identitas kita sebagai mahasiswi
yang islami.
DAFTAR PUSTAKA
A, Charles etc. (2014). Enclothed Cognition and Controlled Attention During
Insight Problem-Solving: Journal of Problem Solving Vol.7
Adam, Hajo etc. (2012). Enclothed Cognition: Journal of Experimental Social
Psychology
Aliakbari, Mohammad etc. (2013). Does it Matter What We Wear? A
Sociolinguistic Study of Clothing and Human Values: International
Journal of Linguistic Vol.5 No.2
Baron, Robert. (2003). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga
Dunbar, Norah etc. (2011). Clothing and Teacher Credibility: Journal of
34
International Scholarly Research Network
Forsythe, Sandra etc. (1985). Influence of Applicant’s Dress on Interviewer’s
Selection Decisions: Journal of Applied Psychology Vol.70 No.2
Fortenberry, James etc. (1978). Mode of Dress As a Perceptual Cue to Deference:
The Journal of Social Psychology
Furnham, Adam etc. (2014). What to Wear? The Influence of Attire on The
Perceived Professionalism of Dentists and Lawyers: Journal of Applied
Social Psychology
L, Tracy etc. (1996). Fashion In The Classroom: Effects of Attire on Student
Perceptions of Instructors in College Classes: Journal of Communication
Education Vol.45
Lightstone, Karen etc. (2011). University Faculty Style of Dress and Students
Perception of Instructor Credibility: International Journal of Business and
Social Science Vol.2 No.15
Mcdermott, Lauren etc. (2011). The Influence of Clothing Fashion and Race on
The Perceived Socioeconomic Status and Person Perception of College
Students: Journal of Psychology & Society Vol.4
Naimie, Zahra etc. (2012). Have You Heard About The New Fashion?: Journal of
Social and Behavioral Sciences
U, Dorothy etc (1991). Influence of Dress on Perception of Intelligence and
Expectations of Scholastic Achievement: Clothing and Textiles Research
Journal Vol.9
Reddy, Shweta etc. (2013). Relationship Between Body Image and Clothing
Perceptions: International Journal of Arts and Commerce
35
LAMPIRAN
FOTO OBJEK PENELITIAN
36
Keterangan:
Foto 1 = Sebelum mendapat perlakuan
Foto 2 = Setelah mendapat perlakuan
37
TRANSKRIP WAWANCARA
Identitas Subjek 1
Nama
: Nabil
Fakultas/Jurusan
: Psikologi dan Kesehatan/Psikologi
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu/20 Mei 2015
Tempat Wawancara
: Utara Auditorium UINSA
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Subjek
Interviewer
Interviewee
Interviewer
Interviewee
Interviewer
Interviewee
Interviewer
Hasil Wawancara
Masnya namanya siapa?
Nabil
Siapa?
Nabil.
Nabil. Dari fakultas, jurusan apa?
Dari jurusan Psikologi
Oke, ya. Mas bisa dilihat ini fotonya.
Foto objek yang kami gunakan.
Interviewee Iya.
Interviewer Yang ada di dalam pikiran mas Nabil
ini apa saat melihat kedua foto ini?
Interviewee Boleh jujur ya?
Interviewer Iya, gak pa pa.
Interviewee Eneg.
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Interviewer
Koding
Keterangan
PF.1.1.14
Persepsi foto,
subjek 1, hal. 1,
baris 14
Yang mana? Yang buat eneg yang
mana?
Interviewee Ya semuanya sih.
Interviewer Semuanya? Oh gitu. Emm, berapa skor
yang mas Nabil berikan dari satu
persatu foto ini? Foto satu diberikan
skor berapa? Rentangnya satu sampai
sepuluh.
Interviewee Kalo foto satu itu tiga. Kalo foto
SF.1.1.23
lima itu lima. Eh foto lima, foto dua,
lima.
Interviewer Oh iya, terus atas dasar apa mas Nabil
ini memberi foto itu nilai segitu?
Interviewee Kalo foto satu itu tiga ya? Dia itu
AS.1.1.28
pasrah banget, keliatan dia nggak
ada usaha untuk menampilkan
Skor foto,
su