PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA TERHADAP IK
PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA TERHADAP IKLAN DI TELEVISI
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai Negara Hukum, maka konsekuesinya hanya harus menjunjung
tinggi hukum yang berlaku, hal tersebut berpangkal pada kesadaran dan kepatuhan hukum
dari masing-masing individu, sehingga semua tindakan yang dilakukan oleh warga negara
atau negara, harus berdasarkan hukum dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum.
Dalam konsepsi hukum perdata, keberadaan hak cipta adalah merupakan bagian dari
hak kebendaan yang bergerak dan tidak berwujud atau imateriil, Hak cipta sebagai benda
bergerak dan milik kebendaan. Di dalam pasal 570 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
pemilikan di sebutkan bahwa :
“Hak milik adalah hak untuk menikmati kegudaan sesuatu benda dengan leluasa dan
berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan sepenuhnya, asal tidak
ditetapkan oleh undang-undang , atau peraturan umum yang ditetapkan oleh sesuatu
kekuasaan yang berhak menetapkannya dan tidak mengganggu hak-hak orang lain;
kesemuanya itu dengan tidak mengurangi kemugkinan akan pencabutan hak itu demi
kepentingan umum berdasarkan atas ketentuan undang-undang dan pembayaran ganti
rugi”
Kesimpulan bahwa setiap hak milik mempunyai unsur :
1. Kemampuan untuk menikmati atas benda atau hak yang menjadi obyek hak milik
tersebut.
2. Kemampuan untuk mengawasi , atau menguasai benda yang menjadi obyek hak
milik itu, yaitu misalnya untuk mengalihkan hak milik itu kepada orang lain atau
memusnahkannya .
Hak cipta dianggap sebagai benda bergerak dan tidak berwujud, maka peralihan
hak cipta tersebut tidak dapat dilakukan dengan cara lisan, harus dengan akta otentik
atau akta dibawah tangan. Persetujuan secara lisan saja tidak diakui oleh undangundang hak cipta. Hal ini untuk menjaga jangan sampai timul penyimpanganpenyimpangan terhadap hak dan kewajiban dikemudian hari, sehingga di dalam akta
perjanjian / surat kontrak kerja harus dibuat sejelas mungkin hak-hak yang
dipindahkan atau yang dialihkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari para yang
membuat perjanjian.
Iklan sebagai jenis ciptaan yang dilindungi oleh undang-undang hak cipta, di
Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Iklan adalah suatu karya
intelektual manusia yang mendapat perlindungan hukum, Jika pihak lain ingin
menggunakannya sepatuhnya meminta meminta izin kepada si pemilik Hak Cipta,
perkembangan tersebut terlihat dengan banyaknya pembuat iklan yang membuat
iklan-iklan yang bermanfaat.
Dalam sebuah iklan yang berupa dua dimensi bisa terdapat beberapa Ciptaan
terpisah di dalamnya, yaitu gambar/foto dan naskah/tulisan. Sedangkan dalam iklan
yang berupa tiga dimensi, di dalamnya terdapat beberapa Ciptaan yang memiliki hak
cipta masing-masing di dalamnya, yaitu: video, rekaman suara, lagu, naskah/script,
gambar, foto, dan lain-lain.
Sebuah iklan biasanya dikerjakan secara tim. Untuk sebuah pekerjaan yang dilakukan
dalam tim, Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (“UUHC”) telah
mengatur dalam Pasal 6 UUHC sebagai berikut :
Pasal 6 UUHC:
Jika suatu Ciptaan terdiri atas beberapa bagian tersendiri yang diciptakan oleh dua
orang atau lebih, yang dianggap sebagai Pencipta ialah orang yang memimpin serta
mengawasi penyelesaian seluruh Ciptaan itu, atau dalam hal tidak ada orang
tersebut, yang dianggap sebagai Pencipta adalah orang yang menghimpunnya
dengan tidak mengurangi Hak Cipta masing-masing atas bagian Ciptaannya itu.
Jadi, pada sebuah iklan yang di dalamnya terdiri dari beberapa karya cipta yang masingmasing memiliki hak cipta, yang dianggap sebagai Pencipta dari iklan tersebut
adalah orang yang memimpin serta mengawasi penyelesaian seluruh Ciptaan itu,
atau dalam hal tidak ada orang tersebut, yang dianggap sebagai Pencipta adalah orang
yang menghimpunnya.
2. Perlindungan hak cipta sebuah iklan di Indonesia sama dengan perlindungan hak cipta
yang ada pada Pasal 12 UUHC. Jika iklan tersebut dibuat dalam bentuk dua dimensi dan
ditayangkan dalam bentuk tulisan atau gambar, maka hak ciptanya adalah hak cipta atas
tulisan atau gambar iklan tersebut. Apabila iklan dibuat dalam bentuk tiga dimensi, maka
iklan tersebut termasuk dalam kategori ciptaan yang dilindungi atas sinematografi atau
bisa juga termasuk dalam hak cipta atas rekaman suara (drama/lagu/musik dengan atau
tanpa teks).
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), terutama teknologi informasi yang
sangat pesat dewasa ini ternyata mampu menembus batas-batas negara yang paling
dirahasiakan. Manusia modern adalah setiap orang yang cenderung pada kemajuan dengan
berkembangnya budaya teknologi (technology of culture). Kini tidak ada sesuatu pun yang
dapat disembunyikan oleh seseorang atau suatu negara dengan maksud tertentu guna meraih
keuntungan dengan cara-cara tidak terhormat yang merugikan orang atau negara lain melalui
hasil ciptaan yang dilindungi oleh perangkat hukum. Perkembangan iptek lambat laun akan
mampu mengungkapkan adanya kecurangan yang terjadi selama ini terhadap ciptaan yang
bernilai ekonomis. Berkembangnya paradigma baru pada perlindungan atas hak kekayaan
intelektual, maka perbuatan seperti membajak, meniru, memalsukan ataupun mengakui
sebagai hasil ciptaan sendiri atas hak cipta orang lain atau pemegang izin dari ciptaan tersebut
merupakan perbuatan yang dilarang dan dapat diancam dengan sanksi hukum. Perbuatan
demikian amat merugikan bagi masa depan perkembangan iptek dan kepentingan para
pencipta yang telah berusaha dengan susah payah guna tercipta suatu penemuan baru untuk
kemaslahatan umat manusia. Perkembangan ini menyebabkan semua sektor kehidupan
seperti ekonomi, hukum dan budaya perlu pula “berpacu dengan waktu” untuk mengejar
ketinggalannya dalam era persaingan global yang kini semakin diskriminatif, komparatif dan
kompetitif. Persaingan usaha dalam perkembangan masyarakat modern merupakan hal yang
wajar menuju masa depan yang lebih baik.
Adanya persaingan global tersebut, bukan berarti setiap orang atau negara untuk
mencapai tujuannya dapat menghalalkan segala cara. Iklim persaingan usaha secara sehat
harus dapat dipertahankan dengan menjunjung tinggi moral, etika, kejujuran, keadilan dan
pengharapan atas karya orang lain. Semua ini bertujuan untuk dapat menghasilkan tingkat
dedikasi, apresiasi dan prestasi yang tinggi dari setiap orang mengingat pada abad ke-21
terjadi perubahan yang sangat cepat di bidang teknologi, moneter, industri, dan kegiatan
bisnis/usaha sehingga membutuhkan sumber daya manusia yang betul-betul andal untuk
mampu bersaing pada segenap aspek kehidupan. Masalahnya tidak setiap orang dapat
bersikap jujur dan mau menghargai jerih payah orang lain dengan mudahnya melakukan
pelanggaran hak cipta. Terminologi yang digunakan dalam industri periklanan dan secara
konvensional membedakan antar media periklanan dan sarana. Media periklanan merupakan
metode komunikasi secara umum yang membawa pesan periklanan, yaitu televisi, radio,
majalah, surat kabar, buletin dsb (billboard, internet, brosur). Sarana (vehicles) adalah
program siaran khusus atau pilihan posisi cetak dimana iklan dipasang. Setiap media dan
setiap sarana memiliki sifat atau karekteristik dan kelebihannya yang unik. Para pengiklan
berusaha untuk memilih media dan sarana yang karakteristiknya paling cocok dangan merek
yang diiklanankan untuk mencapai khalayak sasarannya dan menyampaikan pesan yang
dimaksud. Untuk menampilkan manfaatkan produk, televisi merupakan yang terbaik. Televisi
sangat kuat dalam kaitannya dengan hiburan dan nilai kesenangan serta kemampuannya
untuk mempengaruhi penonton. Sebagai media periklanan, keunikan televisi adalah sangat
personal dan demonstratif, tetapi juga mahal dan dianggap sebagai penyebab ketidakteraturan
/ kacau (chutter) dalam persaingan. Dewasa ini, televisi boleh dikatakan telah mendominasi
hampir semua waktu luang setiap orang. Di Indonesia pemakaian televisi dikalangan anakanak meningkat pada waktu libur, bahkan bisa melebihi 8 jam perhari. Hal ini karena televisi
memiliki sejumlah kelebihan terutama kemampuannya dalam menyatukan antara fungsi
audio dan visual, ditambah dengan kemampunnya dalam memainkan warna. Penonton
leluasa menentukan saluran mana mereka senangi. Selain itu,televisi juga mampu mengatasi
jarak dan waktu, sehingga penonton yang tinggal di daerah-daerah terpencil dapat menikmati
siaran televisi, pendek kata televisi membawa bioskop ke dalam rumah tangga, mendekatkan
dunia yang jauh ke depan tanpa perlu membuang waktu dan uang untuk mengunjungi tempattempat tersebut. Pelanggaran hak cipta akan membawa dampak buruk bagi pengembangan
i1mu pengetahuan, teknologi, seni dan sastra. Tanpa adanya perlindungan hukum yang
memadai atas hak cipta seseorang, maka daya inovasi dan kreativitas pencipta akan menurun
tajam yang dapat merugikan semua pihak. Masuk akal dalam pemikiran para pencipta, untuk
apa mencipta atau berkreativitas dalam ilmu pengetahuan, sastra dan seni, jika hasil ciptaan
mereka selalu dibajak oleh pihak-plhak yang tidak bertanggung jawab. Sudah menjadi
kewajiban dari negara melalui instansi yang berwenang untuk mampu melindungi hasil
ciptaan tersebut dengan melakukan penegakan hukum terhadap para pelangganya.
Sebaliknya, penegakan hukum hak cipta harus hati-hati dalam memilah bentuk pelanggaran
yang dilakukan dan justru diharapkan adalah petugas penegak hukum yang betul-betul dapat
memahami tentang makna akan hak cipta sesungguhnya tanpa menggeneralisasikan begitu
saja suatu perbuatan pelanggaran hak cipta dalam pemikiran orang atau masyarakat awam.
Sanksi hukum diharapkan dapat mengurangi atau menjerakan para pembajak tanpa izin dan
prosedur hukum (illegal) menggunakan ciptaan orang lain dengan maksud tertentu untuk
mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. Pemberian sanksi hukum dalam ketentuan UU No.
19 Tahun 2002 tidak akan menjamin pelanggaran hak cipta dapat berkurang, sejauh
kesadaran hukum masyarakat masih rendah dan kurang menghargal hasil karya orang atau
bangsa lain. Menghargai karya cipta ini perlu ditingkatkan mengingat adanya sanksi
internasional bagi setiap bangsa yang membajak ciptaan orang lain tanpa izin atau melalui
prosedur hukum yang benar.
B. Perumusan Masalah
1.
Bagaimanakah pengaturan dalam Undang-Undang hak cipta iklan di TV?
2.
Bagaimana sanksi terhadap lembaga penyiaran untuk pelanggar hak cipta iklan di TV?
3.
Bagaimana perlindungan hukum pemilik/pemegang iklan terhadap pelanggaran hak
cipta iklan di TV?
C. TUJUAN DAN KEGUAAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kekuatan hak cipta iklan di TV
2. Untuk mengetahui perlindungan hukum untuk pemilik hak cipta iklan terhadap
pelanggaran hak cipta di TV
Adapun kegunaan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Merupakan Informasi bagi penulis/mahasiswa/dosen/praktisi hukum dalam
memahami aspek landasan hukum terhadap para pemegang hak cipta iklan.
2. Menambah ilmu pengetahuan tentang undang-undang hak cipta iklan di TV.
D. KERANGKA TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
a. Pengertian Hak Cipta
Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin kepada
orang lain untuk mengumumkan atau memperbanyak dengan tidak mengurangi
batasan-batasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Menurut Pasal 1 Undang-Undang nomor 6 tahun 1982 tentang hak cipta. Dalam
undang-undang ini yang di maksud dengan :
a. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas
inspirasinya lahir satu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi,
kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang
khas dan bersifat pribadi
b. Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, atau prang
yang menerima hak tersebut dari Pencipta atau orang lain yang menerima
lebih lanjut hak dari orang tersebut di atas;
c. Ciptaan adalah hasil setiap karya Pecipta dalam bentuk khas apapun juga
dalam lapangan ilmu, seni dan sastra;
d. Pengumuman adalah pembacaan , penyuaraan, penyiaran atau penyebaran
sesuatu dan dengan menggunaan alat apapun dan dengan cara sedemikian rupa
sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar atau dilihat oleh orang lain;
e. Perbanyakan adalah menambah jumlah sesuatu ciptaan, dengan pembuatan
yang sama, hampir sama atau menyerupai ciptaan tersebut dengan
mempergunakan bahan-bahan yang sama maupun tidak sama, termasuk
mengalihkwujudkan sesuatu ciptaan;
f. Potret adalah gambaran dengan cara dan alat apapun dari wajah orang yang
digambarkan baik bersama bagian tubuh lainnya maupun tidak;
g. Program Komputer atau Komputer Program adalah program yang diciptaan
secara khusus sehingga memungkinkan komputer melakukan fungsi tertentu
b. Fungsi dan Sifat Hak Cipta
Pada pasal 2 UU No.19 tahun 2002 dalam hal ini menjelaskan mengenai fungsi dan sifat
hak cipta itu sendiri. Bunyi dari pasal tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara
otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan
menurut peraturan perundangundangan yang berlaku.
b.
Pencipta dan/atau Pemegang Hak Cipta atas karya sinematografi dan Program
Komputer memiliki hak untuk memberikan izin atau melarang orang lain yang
tanpa persetujuannya menyewakan Ciptaan tersebut unt uk kepentingan yang
bersifat komersial.
Sifat-Sifat Hak Cipta
Sifat-sifat hak cipta terdiri dari enam bagian, sifat-sifat tersebut antara lain adalah
sebagai berikut:
a. Pencipta atau Pemegang Hak Cipta atas karya sinematografi dan
Program Komputer memiliki hak untuk memberikan izin atau melarang
orang lain yang tanpa persetujuannya menyewakan Ciptaan tersebut
untuk kepentingan yang bersifat komersial.
b. Hak Cipta dianggap sebagai benda bergerak. Hak Cipta dapat beralih
atau dialihkan, baik seluruhnya maupun sebagian karena :
Pewarisan;
Wasiat;
Hibah;
Perjanjian tertulis atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh
peraturan perundang-undangan.
c. Jika suatu Ciptaan terdiri atas beberapa bagian tersendiri yang
diciptakan oleh dua orang atau lebih, yang dianggap sebagai Pencipta
ialah orang yang memimpin serta mengawasi penyelesaian seluruh
Ciptaan itu, atau dalam hal tidak ada orang tersebut, yang dianggap
sebagai Pencipta adalah orang yang menghimpunnya dengan tidak
mengurangi Hak Cipta masing-masing atas bagian Ciptaannya itu.
d. Jika suatu Ciptaan yang dirancang seseorang diwujudkan dan
dikerjakan oleh orang lain di bawah pimpinan dan pengawasan orang
yang merancang, Penciptanya adalah orang yang merancang Ciptaan
itu.
e. Jika suatu Ciptaan dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain
dalam lingkungan pekerjaannya, Pemegang Hak Cipta adalah pihak
yang untuk dan dalam dinasnya Ciptaan itu dikerjakan, kecuali ada
perjanjian lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak
Pencipta apabila penggunaan Ciptaan itu diperluas sampai ke luar
hubungan dinas.
f. Jika suatu Ciptaan dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan
pesanan, pihak yang membuat karya cipta itu dianggap sebagai Pencipta
dan Pemegang Hak Cipta, kecuali apabila diperjanjikan lain antara
kedua pihak
Iklan atau dalam bahasa Indonesia formalnya pariwara ada promosi benda atau jasa
serta tempat usaha atau ide yang harus dibayar oleh sponsor . Pemasaran melihat klanik
sebagai bagian dari strategi promosi secara keseluruhan. Komponen lainnya dari promosi
termasuk publisitas, hubungan masyarakat, penjualan dan promosi penjualan.
Di Indonesia perlindungan Hak Cipta diatur dalam Undang-undang RI No. 19 tahun
2002 tentang Hak Cipta yang mulai berlaku 12 (dua belas) bulan sejak diundangkan pada
tanggal 29 Juli 2002. Perlindungan Hak Cipta di Indonesia telah dimulai dari zaman Hindia
Belanda dengan berlakunya Auteurswet 1912 Stbl. 600/1912. Sejalan dengan berlakunya
Undang-undang Dasar tahun 1945, keberlakuan Auteurswet 1912 tetap dipertahankan hingga
terbitnya Undang-undang No. 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta yang terus diubah hingga kini
berlaku Undang-undang No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta yang berlaku sekarang.
Sekarang ini Indonesia telah secara resmi meratifikasi beberapa konvensi
internasional di bidang Hak Cipta seperti Berne Convention dengan Keputusan Presiden RI
No. 18 Tahun 1997 serta WIPO Copyright Treaty dengan Keputusan Presiden RI No. 19
Tahun 1997. Pasal 1 angka (1) Undang-undang Hak Cipta menggariskan Hak Cipta
merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaanya, yang timbul secara otomatis (deklaratif) setelah suatu Ciptaan
dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Ada beberapa pengecualian jangka waktu perlindungan Hak Cipta menurut ketentuan
Undang-undang Hak Cipta, seperti:
1. Hak Cipta atas folklore, hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama seperti
cerita, hikayat, dongeng, legenda, lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi
serta karya seni lainnya yang dipegang oleh Negara berlaku tanpa batas waktu.
2. Hak Cipta atas Program Komputer, sinematografi, fotografi, database, perwajahan
karya tulis hasil pengalihwujudan yang berlaku 50 (lima puluh) tahun sejak pertama
kali diumumkan atau diterbitkan.
3. Hak Cipta atas Potret seseorang yang berlaku hingga 10 (sepuluh) tahun sejak orang
yang dipotret meninggal dunia.
4. Hak Terkait bagi pelaku berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak Ciptaan tersebut
pertama kali dipertunjukkan atau dimasukkan ke dalam media audio atau audiovisual
5. Hak Terkait bagi Produser Rekaman Suara berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak
Ciptaan tersebut selesai direkam.
6. Hak Terkait bagi Lembaga Penyiaran berlaku selama 20 (dua puluh) tahun sejak
siaran tersebut pertama kali disiarkan.
7. Hak Moral berlaku tanpa batas waktu.
Terhadap terjadinya pelanggaran di bidang Hak Cipta berupa:
1. Gugatan ganti kerugian secara perdata yang diajukan Pencipta atau Ahli Warisnya
dalam hal-hal, sebagai berikut:
1. Peniadaan atau penghapusan nama Pencipta yang tercantum dalam Ciptaan;
2. Pengakuan atas suatu Ciptaan oleh pihak ketiga;
3. Penggantian atau pengubahan Judul Ciptaan; dan/atau
4. Pengubahan isi Ciptaan.
2. Bersamaan dengan diajukannya Gugatan, Pencipta atau Ahli Warisnya juga berhak
meminta Penetapan Sementara kepada Pengadilan Negeri untuk menyita,
menyerahkan atau menghentikan pengumuman atau perbanyakan Ciptaan yang
dilanggar tersebut guna mencegah berlanjutnya pelanggaran Hak Cipta, menyimpan
dan mengamankan alat bukti serta meminta kepada pihak yang melanggar untuk
menyerahkan alat bukti terkait.
3. Selain diajukan Gugatan, secara terpisah, Negara, sebagai delik biasa dapat menindak,
atau Pencipta atau Ahli Warisnya dapat melaporkan dugaan pelanggaran Tindak
Pidana Hak Cipta kepada pihak yang berwenang, yakni Kepolisian RI dan Ditjen
HKI. Ancaman hukuman terhadap pelanggar Hak Cipta minimal pidana penjara 1
(satu) bulan dan maksimal 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
5.000.000.000,00 (lima milyar Rupiah) apabila terbukti melakukan pelanggaran
berupa pengumuman dan/atau perbanyakan Ciptaan tanpa izin Pencipta atau Ahli
Warisnya.
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai Negara Hukum, maka konsekuesinya hanya harus menjunjung
tinggi hukum yang berlaku, hal tersebut berpangkal pada kesadaran dan kepatuhan hukum
dari masing-masing individu, sehingga semua tindakan yang dilakukan oleh warga negara
atau negara, harus berdasarkan hukum dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum.
Dalam konsepsi hukum perdata, keberadaan hak cipta adalah merupakan bagian dari
hak kebendaan yang bergerak dan tidak berwujud atau imateriil, Hak cipta sebagai benda
bergerak dan milik kebendaan. Di dalam pasal 570 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
pemilikan di sebutkan bahwa :
“Hak milik adalah hak untuk menikmati kegudaan sesuatu benda dengan leluasa dan
berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan sepenuhnya, asal tidak
ditetapkan oleh undang-undang , atau peraturan umum yang ditetapkan oleh sesuatu
kekuasaan yang berhak menetapkannya dan tidak mengganggu hak-hak orang lain;
kesemuanya itu dengan tidak mengurangi kemugkinan akan pencabutan hak itu demi
kepentingan umum berdasarkan atas ketentuan undang-undang dan pembayaran ganti
rugi”
Kesimpulan bahwa setiap hak milik mempunyai unsur :
1. Kemampuan untuk menikmati atas benda atau hak yang menjadi obyek hak milik
tersebut.
2. Kemampuan untuk mengawasi , atau menguasai benda yang menjadi obyek hak
milik itu, yaitu misalnya untuk mengalihkan hak milik itu kepada orang lain atau
memusnahkannya .
Hak cipta dianggap sebagai benda bergerak dan tidak berwujud, maka peralihan
hak cipta tersebut tidak dapat dilakukan dengan cara lisan, harus dengan akta otentik
atau akta dibawah tangan. Persetujuan secara lisan saja tidak diakui oleh undangundang hak cipta. Hal ini untuk menjaga jangan sampai timul penyimpanganpenyimpangan terhadap hak dan kewajiban dikemudian hari, sehingga di dalam akta
perjanjian / surat kontrak kerja harus dibuat sejelas mungkin hak-hak yang
dipindahkan atau yang dialihkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari para yang
membuat perjanjian.
Iklan sebagai jenis ciptaan yang dilindungi oleh undang-undang hak cipta, di
Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Iklan adalah suatu karya
intelektual manusia yang mendapat perlindungan hukum, Jika pihak lain ingin
menggunakannya sepatuhnya meminta meminta izin kepada si pemilik Hak Cipta,
perkembangan tersebut terlihat dengan banyaknya pembuat iklan yang membuat
iklan-iklan yang bermanfaat.
Dalam sebuah iklan yang berupa dua dimensi bisa terdapat beberapa Ciptaan
terpisah di dalamnya, yaitu gambar/foto dan naskah/tulisan. Sedangkan dalam iklan
yang berupa tiga dimensi, di dalamnya terdapat beberapa Ciptaan yang memiliki hak
cipta masing-masing di dalamnya, yaitu: video, rekaman suara, lagu, naskah/script,
gambar, foto, dan lain-lain.
Sebuah iklan biasanya dikerjakan secara tim. Untuk sebuah pekerjaan yang dilakukan
dalam tim, Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (“UUHC”) telah
mengatur dalam Pasal 6 UUHC sebagai berikut :
Pasal 6 UUHC:
Jika suatu Ciptaan terdiri atas beberapa bagian tersendiri yang diciptakan oleh dua
orang atau lebih, yang dianggap sebagai Pencipta ialah orang yang memimpin serta
mengawasi penyelesaian seluruh Ciptaan itu, atau dalam hal tidak ada orang
tersebut, yang dianggap sebagai Pencipta adalah orang yang menghimpunnya
dengan tidak mengurangi Hak Cipta masing-masing atas bagian Ciptaannya itu.
Jadi, pada sebuah iklan yang di dalamnya terdiri dari beberapa karya cipta yang masingmasing memiliki hak cipta, yang dianggap sebagai Pencipta dari iklan tersebut
adalah orang yang memimpin serta mengawasi penyelesaian seluruh Ciptaan itu,
atau dalam hal tidak ada orang tersebut, yang dianggap sebagai Pencipta adalah orang
yang menghimpunnya.
2. Perlindungan hak cipta sebuah iklan di Indonesia sama dengan perlindungan hak cipta
yang ada pada Pasal 12 UUHC. Jika iklan tersebut dibuat dalam bentuk dua dimensi dan
ditayangkan dalam bentuk tulisan atau gambar, maka hak ciptanya adalah hak cipta atas
tulisan atau gambar iklan tersebut. Apabila iklan dibuat dalam bentuk tiga dimensi, maka
iklan tersebut termasuk dalam kategori ciptaan yang dilindungi atas sinematografi atau
bisa juga termasuk dalam hak cipta atas rekaman suara (drama/lagu/musik dengan atau
tanpa teks).
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), terutama teknologi informasi yang
sangat pesat dewasa ini ternyata mampu menembus batas-batas negara yang paling
dirahasiakan. Manusia modern adalah setiap orang yang cenderung pada kemajuan dengan
berkembangnya budaya teknologi (technology of culture). Kini tidak ada sesuatu pun yang
dapat disembunyikan oleh seseorang atau suatu negara dengan maksud tertentu guna meraih
keuntungan dengan cara-cara tidak terhormat yang merugikan orang atau negara lain melalui
hasil ciptaan yang dilindungi oleh perangkat hukum. Perkembangan iptek lambat laun akan
mampu mengungkapkan adanya kecurangan yang terjadi selama ini terhadap ciptaan yang
bernilai ekonomis. Berkembangnya paradigma baru pada perlindungan atas hak kekayaan
intelektual, maka perbuatan seperti membajak, meniru, memalsukan ataupun mengakui
sebagai hasil ciptaan sendiri atas hak cipta orang lain atau pemegang izin dari ciptaan tersebut
merupakan perbuatan yang dilarang dan dapat diancam dengan sanksi hukum. Perbuatan
demikian amat merugikan bagi masa depan perkembangan iptek dan kepentingan para
pencipta yang telah berusaha dengan susah payah guna tercipta suatu penemuan baru untuk
kemaslahatan umat manusia. Perkembangan ini menyebabkan semua sektor kehidupan
seperti ekonomi, hukum dan budaya perlu pula “berpacu dengan waktu” untuk mengejar
ketinggalannya dalam era persaingan global yang kini semakin diskriminatif, komparatif dan
kompetitif. Persaingan usaha dalam perkembangan masyarakat modern merupakan hal yang
wajar menuju masa depan yang lebih baik.
Adanya persaingan global tersebut, bukan berarti setiap orang atau negara untuk
mencapai tujuannya dapat menghalalkan segala cara. Iklim persaingan usaha secara sehat
harus dapat dipertahankan dengan menjunjung tinggi moral, etika, kejujuran, keadilan dan
pengharapan atas karya orang lain. Semua ini bertujuan untuk dapat menghasilkan tingkat
dedikasi, apresiasi dan prestasi yang tinggi dari setiap orang mengingat pada abad ke-21
terjadi perubahan yang sangat cepat di bidang teknologi, moneter, industri, dan kegiatan
bisnis/usaha sehingga membutuhkan sumber daya manusia yang betul-betul andal untuk
mampu bersaing pada segenap aspek kehidupan. Masalahnya tidak setiap orang dapat
bersikap jujur dan mau menghargai jerih payah orang lain dengan mudahnya melakukan
pelanggaran hak cipta. Terminologi yang digunakan dalam industri periklanan dan secara
konvensional membedakan antar media periklanan dan sarana. Media periklanan merupakan
metode komunikasi secara umum yang membawa pesan periklanan, yaitu televisi, radio,
majalah, surat kabar, buletin dsb (billboard, internet, brosur). Sarana (vehicles) adalah
program siaran khusus atau pilihan posisi cetak dimana iklan dipasang. Setiap media dan
setiap sarana memiliki sifat atau karekteristik dan kelebihannya yang unik. Para pengiklan
berusaha untuk memilih media dan sarana yang karakteristiknya paling cocok dangan merek
yang diiklanankan untuk mencapai khalayak sasarannya dan menyampaikan pesan yang
dimaksud. Untuk menampilkan manfaatkan produk, televisi merupakan yang terbaik. Televisi
sangat kuat dalam kaitannya dengan hiburan dan nilai kesenangan serta kemampuannya
untuk mempengaruhi penonton. Sebagai media periklanan, keunikan televisi adalah sangat
personal dan demonstratif, tetapi juga mahal dan dianggap sebagai penyebab ketidakteraturan
/ kacau (chutter) dalam persaingan. Dewasa ini, televisi boleh dikatakan telah mendominasi
hampir semua waktu luang setiap orang. Di Indonesia pemakaian televisi dikalangan anakanak meningkat pada waktu libur, bahkan bisa melebihi 8 jam perhari. Hal ini karena televisi
memiliki sejumlah kelebihan terutama kemampuannya dalam menyatukan antara fungsi
audio dan visual, ditambah dengan kemampunnya dalam memainkan warna. Penonton
leluasa menentukan saluran mana mereka senangi. Selain itu,televisi juga mampu mengatasi
jarak dan waktu, sehingga penonton yang tinggal di daerah-daerah terpencil dapat menikmati
siaran televisi, pendek kata televisi membawa bioskop ke dalam rumah tangga, mendekatkan
dunia yang jauh ke depan tanpa perlu membuang waktu dan uang untuk mengunjungi tempattempat tersebut. Pelanggaran hak cipta akan membawa dampak buruk bagi pengembangan
i1mu pengetahuan, teknologi, seni dan sastra. Tanpa adanya perlindungan hukum yang
memadai atas hak cipta seseorang, maka daya inovasi dan kreativitas pencipta akan menurun
tajam yang dapat merugikan semua pihak. Masuk akal dalam pemikiran para pencipta, untuk
apa mencipta atau berkreativitas dalam ilmu pengetahuan, sastra dan seni, jika hasil ciptaan
mereka selalu dibajak oleh pihak-plhak yang tidak bertanggung jawab. Sudah menjadi
kewajiban dari negara melalui instansi yang berwenang untuk mampu melindungi hasil
ciptaan tersebut dengan melakukan penegakan hukum terhadap para pelangganya.
Sebaliknya, penegakan hukum hak cipta harus hati-hati dalam memilah bentuk pelanggaran
yang dilakukan dan justru diharapkan adalah petugas penegak hukum yang betul-betul dapat
memahami tentang makna akan hak cipta sesungguhnya tanpa menggeneralisasikan begitu
saja suatu perbuatan pelanggaran hak cipta dalam pemikiran orang atau masyarakat awam.
Sanksi hukum diharapkan dapat mengurangi atau menjerakan para pembajak tanpa izin dan
prosedur hukum (illegal) menggunakan ciptaan orang lain dengan maksud tertentu untuk
mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. Pemberian sanksi hukum dalam ketentuan UU No.
19 Tahun 2002 tidak akan menjamin pelanggaran hak cipta dapat berkurang, sejauh
kesadaran hukum masyarakat masih rendah dan kurang menghargal hasil karya orang atau
bangsa lain. Menghargai karya cipta ini perlu ditingkatkan mengingat adanya sanksi
internasional bagi setiap bangsa yang membajak ciptaan orang lain tanpa izin atau melalui
prosedur hukum yang benar.
B. Perumusan Masalah
1.
Bagaimanakah pengaturan dalam Undang-Undang hak cipta iklan di TV?
2.
Bagaimana sanksi terhadap lembaga penyiaran untuk pelanggar hak cipta iklan di TV?
3.
Bagaimana perlindungan hukum pemilik/pemegang iklan terhadap pelanggaran hak
cipta iklan di TV?
C. TUJUAN DAN KEGUAAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kekuatan hak cipta iklan di TV
2. Untuk mengetahui perlindungan hukum untuk pemilik hak cipta iklan terhadap
pelanggaran hak cipta di TV
Adapun kegunaan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Merupakan Informasi bagi penulis/mahasiswa/dosen/praktisi hukum dalam
memahami aspek landasan hukum terhadap para pemegang hak cipta iklan.
2. Menambah ilmu pengetahuan tentang undang-undang hak cipta iklan di TV.
D. KERANGKA TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
a. Pengertian Hak Cipta
Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin kepada
orang lain untuk mengumumkan atau memperbanyak dengan tidak mengurangi
batasan-batasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Menurut Pasal 1 Undang-Undang nomor 6 tahun 1982 tentang hak cipta. Dalam
undang-undang ini yang di maksud dengan :
a. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas
inspirasinya lahir satu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi,
kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang
khas dan bersifat pribadi
b. Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, atau prang
yang menerima hak tersebut dari Pencipta atau orang lain yang menerima
lebih lanjut hak dari orang tersebut di atas;
c. Ciptaan adalah hasil setiap karya Pecipta dalam bentuk khas apapun juga
dalam lapangan ilmu, seni dan sastra;
d. Pengumuman adalah pembacaan , penyuaraan, penyiaran atau penyebaran
sesuatu dan dengan menggunaan alat apapun dan dengan cara sedemikian rupa
sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar atau dilihat oleh orang lain;
e. Perbanyakan adalah menambah jumlah sesuatu ciptaan, dengan pembuatan
yang sama, hampir sama atau menyerupai ciptaan tersebut dengan
mempergunakan bahan-bahan yang sama maupun tidak sama, termasuk
mengalihkwujudkan sesuatu ciptaan;
f. Potret adalah gambaran dengan cara dan alat apapun dari wajah orang yang
digambarkan baik bersama bagian tubuh lainnya maupun tidak;
g. Program Komputer atau Komputer Program adalah program yang diciptaan
secara khusus sehingga memungkinkan komputer melakukan fungsi tertentu
b. Fungsi dan Sifat Hak Cipta
Pada pasal 2 UU No.19 tahun 2002 dalam hal ini menjelaskan mengenai fungsi dan sifat
hak cipta itu sendiri. Bunyi dari pasal tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara
otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan
menurut peraturan perundangundangan yang berlaku.
b.
Pencipta dan/atau Pemegang Hak Cipta atas karya sinematografi dan Program
Komputer memiliki hak untuk memberikan izin atau melarang orang lain yang
tanpa persetujuannya menyewakan Ciptaan tersebut unt uk kepentingan yang
bersifat komersial.
Sifat-Sifat Hak Cipta
Sifat-sifat hak cipta terdiri dari enam bagian, sifat-sifat tersebut antara lain adalah
sebagai berikut:
a. Pencipta atau Pemegang Hak Cipta atas karya sinematografi dan
Program Komputer memiliki hak untuk memberikan izin atau melarang
orang lain yang tanpa persetujuannya menyewakan Ciptaan tersebut
untuk kepentingan yang bersifat komersial.
b. Hak Cipta dianggap sebagai benda bergerak. Hak Cipta dapat beralih
atau dialihkan, baik seluruhnya maupun sebagian karena :
Pewarisan;
Wasiat;
Hibah;
Perjanjian tertulis atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh
peraturan perundang-undangan.
c. Jika suatu Ciptaan terdiri atas beberapa bagian tersendiri yang
diciptakan oleh dua orang atau lebih, yang dianggap sebagai Pencipta
ialah orang yang memimpin serta mengawasi penyelesaian seluruh
Ciptaan itu, atau dalam hal tidak ada orang tersebut, yang dianggap
sebagai Pencipta adalah orang yang menghimpunnya dengan tidak
mengurangi Hak Cipta masing-masing atas bagian Ciptaannya itu.
d. Jika suatu Ciptaan yang dirancang seseorang diwujudkan dan
dikerjakan oleh orang lain di bawah pimpinan dan pengawasan orang
yang merancang, Penciptanya adalah orang yang merancang Ciptaan
itu.
e. Jika suatu Ciptaan dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain
dalam lingkungan pekerjaannya, Pemegang Hak Cipta adalah pihak
yang untuk dan dalam dinasnya Ciptaan itu dikerjakan, kecuali ada
perjanjian lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak
Pencipta apabila penggunaan Ciptaan itu diperluas sampai ke luar
hubungan dinas.
f. Jika suatu Ciptaan dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan
pesanan, pihak yang membuat karya cipta itu dianggap sebagai Pencipta
dan Pemegang Hak Cipta, kecuali apabila diperjanjikan lain antara
kedua pihak
Iklan atau dalam bahasa Indonesia formalnya pariwara ada promosi benda atau jasa
serta tempat usaha atau ide yang harus dibayar oleh sponsor . Pemasaran melihat klanik
sebagai bagian dari strategi promosi secara keseluruhan. Komponen lainnya dari promosi
termasuk publisitas, hubungan masyarakat, penjualan dan promosi penjualan.
Di Indonesia perlindungan Hak Cipta diatur dalam Undang-undang RI No. 19 tahun
2002 tentang Hak Cipta yang mulai berlaku 12 (dua belas) bulan sejak diundangkan pada
tanggal 29 Juli 2002. Perlindungan Hak Cipta di Indonesia telah dimulai dari zaman Hindia
Belanda dengan berlakunya Auteurswet 1912 Stbl. 600/1912. Sejalan dengan berlakunya
Undang-undang Dasar tahun 1945, keberlakuan Auteurswet 1912 tetap dipertahankan hingga
terbitnya Undang-undang No. 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta yang terus diubah hingga kini
berlaku Undang-undang No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta yang berlaku sekarang.
Sekarang ini Indonesia telah secara resmi meratifikasi beberapa konvensi
internasional di bidang Hak Cipta seperti Berne Convention dengan Keputusan Presiden RI
No. 18 Tahun 1997 serta WIPO Copyright Treaty dengan Keputusan Presiden RI No. 19
Tahun 1997. Pasal 1 angka (1) Undang-undang Hak Cipta menggariskan Hak Cipta
merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaanya, yang timbul secara otomatis (deklaratif) setelah suatu Ciptaan
dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Ada beberapa pengecualian jangka waktu perlindungan Hak Cipta menurut ketentuan
Undang-undang Hak Cipta, seperti:
1. Hak Cipta atas folklore, hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama seperti
cerita, hikayat, dongeng, legenda, lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi
serta karya seni lainnya yang dipegang oleh Negara berlaku tanpa batas waktu.
2. Hak Cipta atas Program Komputer, sinematografi, fotografi, database, perwajahan
karya tulis hasil pengalihwujudan yang berlaku 50 (lima puluh) tahun sejak pertama
kali diumumkan atau diterbitkan.
3. Hak Cipta atas Potret seseorang yang berlaku hingga 10 (sepuluh) tahun sejak orang
yang dipotret meninggal dunia.
4. Hak Terkait bagi pelaku berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak Ciptaan tersebut
pertama kali dipertunjukkan atau dimasukkan ke dalam media audio atau audiovisual
5. Hak Terkait bagi Produser Rekaman Suara berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak
Ciptaan tersebut selesai direkam.
6. Hak Terkait bagi Lembaga Penyiaran berlaku selama 20 (dua puluh) tahun sejak
siaran tersebut pertama kali disiarkan.
7. Hak Moral berlaku tanpa batas waktu.
Terhadap terjadinya pelanggaran di bidang Hak Cipta berupa:
1. Gugatan ganti kerugian secara perdata yang diajukan Pencipta atau Ahli Warisnya
dalam hal-hal, sebagai berikut:
1. Peniadaan atau penghapusan nama Pencipta yang tercantum dalam Ciptaan;
2. Pengakuan atas suatu Ciptaan oleh pihak ketiga;
3. Penggantian atau pengubahan Judul Ciptaan; dan/atau
4. Pengubahan isi Ciptaan.
2. Bersamaan dengan diajukannya Gugatan, Pencipta atau Ahli Warisnya juga berhak
meminta Penetapan Sementara kepada Pengadilan Negeri untuk menyita,
menyerahkan atau menghentikan pengumuman atau perbanyakan Ciptaan yang
dilanggar tersebut guna mencegah berlanjutnya pelanggaran Hak Cipta, menyimpan
dan mengamankan alat bukti serta meminta kepada pihak yang melanggar untuk
menyerahkan alat bukti terkait.
3. Selain diajukan Gugatan, secara terpisah, Negara, sebagai delik biasa dapat menindak,
atau Pencipta atau Ahli Warisnya dapat melaporkan dugaan pelanggaran Tindak
Pidana Hak Cipta kepada pihak yang berwenang, yakni Kepolisian RI dan Ditjen
HKI. Ancaman hukuman terhadap pelanggar Hak Cipta minimal pidana penjara 1
(satu) bulan dan maksimal 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
5.000.000.000,00 (lima milyar Rupiah) apabila terbukti melakukan pelanggaran
berupa pengumuman dan/atau perbanyakan Ciptaan tanpa izin Pencipta atau Ahli
Warisnya.