KESADARAN HUKUM MASYARAKAT DALAM KEPEMIL (1)
Volume 1 No. 01 Desember 2014
KESADARAN HUKUM MASYARAKAT DALAM KEPEMILIKAN HAK MILIK ATAS
TANAH
oleh :
Odang Suparman & Lendra Febriana
Program Studi PPKn
Universitas Islam Nusantara
ABSTRAK
Tanah merupakan tempat kesejahteraan manusia yang strategis di dalam kehidupan manusia.
Sepanjang hidup manusia bahkan hingga berpulang menghadap Yang Maha Kuasa, manusia
tidak bisa dipisahkan dan dilepaskan dengan tanah. Berkaitan dengan hal ini setiap orang berhak
memiliki tanah namun tentunya orang yang memiliki tanah tersebut harus memiliki bukti
kepemilikannya berupa sertifikat hak milik atas tanah hal ini untuk memberikan kepastian hukum
dan perlindungan kepada pemeggang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hakhak lain yang terdaftar agar dengan mudah membuktikan dirinya sebagai pemeggang hak yang
bersangkutaan. Berdasarkan latar belakang tersebut permasalahan yang dikaji dalam penelitian
ini adalah bagimana kesadaran Masyarakat dalam kepemilikan Hak Milik atas Tanah di Desa
Sukarapih Kecamatan Sukasari kabupaten Sumedang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
Kesadaran Masyarakat dalam kepemilikan hak milik atas tanah. Mengetahui usaha-usaha
masyarakat dalam kepemilikan hak milik atas tanah. Mengetahui fungsi pegawai badan
pertanahan nasional (BPN), kecamatan dan desa. Pendekatan dalam penelitian ini yaitu
pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Sedangkan responden dalam penelitian ini yaitu
masyarakat, tokoh masyarakat, Masyarakt Desa Sukarapih serta RT/RW, teknik pengumpulan
data menggunakan metode wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
Kesadaran Hukum Masyarakat Desa Sukarapih Kecamatan Sukasari semakin baik. Hal ini
terbukti dengan semakin banyak masyarakat yang berusaha mensartifikatkan tanahnya melalui
Desa.
Kata Kunci : Kesadaran Hukum Masyarakat, Kepemilikan Hak Milik Atas Tanah
Pendahuluan
Tanah merupakan tempat kesejahtraan manusia yang strategis di dalam kehidupan
manusia. Sepanjang hidup manusia bahkan hingga berpulang menghadap Yang Maha Kuasa,
manusia tidak bisa dipisahkan dan dilepaskan dengan tanah. Oleh karena itu, sesuai dengan
konsepsi Hukum Tanah Nasional harus mengindahkan unsur-unsur yang bersandar dan
bersetandar pada hukum agama (Komunalistik Religius), Bangsa Indonesia meyakini bahwa
seluruh tanah yang terdapat di wilayah Republik Indonesia adalah Karunia Tuhan Yang Maha
Esa, yang memungkinkan penguasaan tanah secara individual, dengan hak-hak atas tanah yang
19
Volume 1 No. 01 Desember 2014
bersifat pribadi sekaligus kebersamaan. Manusia bekerja untuk mengejar materi, akan tetapi
tidak sedikit yang mengambil jalan pintas dengan cara yang dapat merugikan pihak lain. Atas
dasar itulah lahir aturan-aturan, perintah-perintah dan larangan-larangan yang membatasi prilaku
manusia dan demi terciptanya ketertiban dalam kehidupan, aturan dan larangan tersebut lebih
dikenal dengan nama hukum.
Karena itu hukum merupakan salah satu sarana untuk menjaga keserasian dan keutuhan
masyarakat serta pembaharu masyarakat yang didasarkan pada moral dan agama, oleh karena itu
fungsi hukum menjadi sarana pengendali sosial dan usaha-usaha dalam pembangunan. Selain itu
fungsi hukum sebagai alat untuk menggerakan masyarakat agar berprilaku sesuai dengan caracara baru sesuai dengan yang telah dicita-citakan dan juga mengarahkan masyarakat pada polapola baru berarti mengubah atau bahkan menghapus kebisaaan-kebisaaan lama yang sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan zaman.
Selain itu juga dalam proses pembangunan hukum diperlukan suatu cara atau jalan seperti yang
telah diungkapkan oleh Soekanto bahwa : “Pembangunan bidang hukum dilakukan dengan jalan
yaitu ; peningkatan dan penyempurnaan pembinaan hukum nasional dengan antara lain
mengadakan pembaharuan, kodifikasi serta unifikasi hukum dibidang-bidang tertentu dengan
memperhatikan kesadaran hukum dalam masyarakat.”(Soekanto, 1983:10)
Pernyataan di atas jelas bahwa suatu pembangunan hukum pada hakekatnya mencakup
pembinaan hukum serta pembaharuan hukum dengan usaha meningkatkan kesadaran hukum
dalam masyarakat. Kesadaran hukum merupakan yang perlu ditanamkan kepada seluruh warga
Negara, sebagai usaha pembangunaan nasional dalam rangka meningkatkan kualitas manusia dan
masyarakat Indonesia secara berkelanjutan.
Metode Penelitian
Metode merupakan cara utama mencapai suatu tujuan dengan menggunakan teknik serta
alat-alat tertentu. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam penelitian yang sesuai
dengan kerangka teoritis yang kita asumsikan. Penelitian ini berusaha untuk melihat bagaimana,
Kesadaran Hukum Masyarakat dalam Kepemilikan Hak Milik Atas Tanah. Untuk itu metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Untuk mengadakan pengkajian selanjutnya terhadap istilah penelitian kualitatif, perlu
kiranya dikemukakan beberapa definisi. Menurut Bogdam dan Taylor (dalam Moleong, 2008:4)
didefinisikan sebagai :
”Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif brupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut
20
Volume 1 No. 01 Desember 2014
secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu dan organisasi ke
dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagaian dari suatu keutuhan”.
Wawancara Mendalam
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua
pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2008: 186).
Observasi
Sugiyono (2007:64) mengutip peryataan nasution (1998) bahwa observasi adalah dasar
ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia
kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan
alat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) dapat di observasi.
Studi Pustaka dan Analisis Dokumentasi
Studi dokumen merupakan pelengkap dari pengunaan metode observasi dan wawancara
dalam penelitian kualitatif. (Sugiyono,2007:82)
Pembahasan
1. Kesadaran Hukum Masyarakat dalam kepemilikan Hak milik atas Tanah di
Desa Sukarapih Kecamatan Sukasari kabupaten Sumedang.
Pada dasarnya masyarakat Desa Sukarapih Kecamatan Sukasari Tanjungsari Kabupaten
Sumedang dalam hal mengurus sertifikat hak milik atas tanah yang mereka miliki, sebagian
masyarakat sudah menyadari akan pentingnya memiliki sartifikat, dilihat dari beberapa
masyarakat desa sukarapih sudah mengurus dan memiliki sartifikat hak milik atas tanah. Setelah
Badan Pertanahan Nasional (BPN) melakukan sosialisasi yang dibantu oleh perangkat Desa,
RT/RWuntuk melakukan sosialisasi kesadaran dalam membuat sertifikat hak milik atas tanah,
dan bisa dikatakan sangat efektif itu ditandai masyarakat mulai faham secara hukum pentingnya
mengurus atau memiliki sertifikat hak milik atas tanah yang mereka miliki.
Sebagimana di ungkapkan oleh salah satu warga masyarakat RT 01 berinisil (A)
mengungkapkan :“Sebagian masyarakat menilai cukup baik dilaksanakan sosialisasi kepemilikan
hak milik atas tanah oleh desa setempat melalui tingkat Rt/Rw kemudian Rt/Rw menyampaikan
kepada warga masyarakat setempat mengenai langkah-langkah pertama pembuatan sertifikat hak
milik atas tanah, dan minimal warga masyarakat mempunyai akta”.
Hal senada diungkapkan oleh RW yang diwakili oleh RW01 berinisial (M) diperoleh keterangan
bahwa :“Masyarakat menilai cukup baik dengan adanya sosialisasi mengenai pentingnya
21
Volume 1 No. 01 Desember 2014
memiliki sartifikat hak milik atas tanah kesetiap Rt/Rw masyarakat menjadi sadar dan peka
terhadap kepemilikan sertifikat hak milik atas tanah”.
Dengan adanya sosialisasi tentang kepemilikan hak milik atas tanah, masyarakat desa
sukarapih kecamatan sukasari tanjungsari ,sebagian warga masyarakatnya menjadi antusias dan
sadar akan pentingnya dalam hal mengurus sertifikat hak milik atas tanah yang mereka miliki.
Maka dari itu masyarakat telah dan sedang mengurus sertifikat hak milik atas tanah baik secara
sendiri-sendiri datang langsung ke Badan Pertanahan Nasional (BPN) adapun sebagian
masyarakat melalui jasa notaris dan ada yang dikolektifkan melalui desa setempat.
Selain dari sosialisasi pentingnya mempunyai sertifikat hak milik atas tanah masyarakat desa
sukarpih biasanya mengetahui keharusan mensertifikatkan hak milik atas tanah yang mereka
miliki dari berbagi informasi yang warga masyarakat peroleh diantaranya. Di ungkapkan oleh
salah satu aparatur tingkat RW 01 berinisial (M) mengatakan : “Masyarakat biasanya mengetahui
kepemilikan sertifikat hak milik atas tanah dari desa setempat dan notaris mengenai pengurusan
sertifikat hak milik atas tanah yang warga miliki”.
Sedangkan menurut warga masyarakat RW 03 yang berinisila (D) menuturkan bahwa :
“Mengetahui mengenai pensertifikatan hak milik atas tanah dari desa kecamatan serta dari orang
yang menjual tanah.
Maka dari itu penulis menyimpulkan bahwa masyarakat desa sukarapih mengetahui dalam
hal pensertifikatan hak milik atas tanah yang warga masyarakat miliki, mereka mengatuhi tidak
hanya di desa saja melainkan dari berbagai pihak seperti notaries, media elektronika (TV), Bank.
Setelah adanya sosialisasi dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang datang khusus ke
desa sukarapih kecamatan sukasari mengenai pentingnya mensertifikatkan hak milik atas tanah,
warga masyarakat sukarapih semakin antusias untuk mensertifikatkan hak milik atas tanah yang
mereka miliki. Program pronas dianggap menarik oleh warga masyarakat karena gratis dan
dinilai sangat efektif bilah dilihat dari segi waktu penerbitan sartifikat hak milik atas tanah. Hal
ini dikatakan oleh aparatur pemerintahan tingkat RW 02 berinisial (R) sebagi berikut :
“Mengurus pembuatan sertifikat hak milik atas tanah maksimal waktu yang dibutuhkan sampai
selasai bila melalui jalur pronas 1-3 bulan sedangkan kalau dikolektifkan melalui desa 3-4 bulan
dan bisa bertahun-tahun”.
Dengan demikan dapat disimpulkan bahwa efektifnya pembuatan atau permohonan
pensertifikatan hak milik atas tanah di desa sukarapih bilah dilihat dari segi waktu, yaitu ketika
ada program pronas ketimbang tidak ada program pronas.
22
Volume 1 No. 01 Desember 2014
2. Usaha - usaha Masyarakat untuk memperoleh Hak Milik atas Tanah yang telah
diperoleh dan di Miliki
Peran masyarakat Desa Sukarapih Kecamatan Sukasari,dalam usaha untuk memperoleh
sertifikat hak milik atas tanah seperti yang di ungkapkan oleh salah satu aparatur pemerintahan
tingkat RW 01 yang di wakili oleh (M) mengatakan : “Warga masyarakat selalu mencari
informasi langsung kedesa bagaimana cara mensertifikatkan hak milik atas tanah yang mereka
miliki”.
Ketika upaya masyarakat ingin mengurus atau mendapatkan sertefikat hak milik atas tanah
yang diawali prosesnya dari Desa setempat, masyarakat menilai peran pemerintah ditingkat Desa
dan Kecamatan dalam melayani warga masyarakat sudah cukup baik, ketika melayani
masyarakat yang ingin mendaftarkan sertefikat hak milik atas tanah. Sebagimana di ungkapkan
oleh aparatur pemerintahan tingkat RW 02 yang diwakili oleh (R) Mengatakan “Kinerja
pemerintahan desa cukup baik melayani masyarakat mengenai pembuatan sertifikat hak milik
atas tanah”.
Adapun ketika upaya masyarakat Desa Sukarapih Kecamatan Sukasari yang ingin
mendapatkan sertifikat hak milik atas tanahnya,terdapat beberapa kendala. Seperti yang di
ungkapkan oleh Ketua RW 03 (D) Mengatakan “Kendalanya hanya dipersyaratan dan biaya saja
yang dialami oleh warga kami dalam pengurusan pembuatan sertifikat hak milik atas tanah”.
Masyarakat desa sukarapih kecamatan sukasari sebagian besar tidak pernah mengurus
pensertifikatan hak milik atas tanahnya sendiri. Seperti yang dikemukan oleh Ketua RW 01 (M)
Mengatakan “Masyarakat kami sebgaian besar mengurus pensertifikatan hak milik atas tanahnya
selalu di kolektifkan ke desa atau melalui jasa notaris”. Hal yang sama dikemukan oleh salah satu
warga masyarakat RW 02 (H) Mengatakan “Tidak pernah mengurus sertifikat hak milik atas
tanah secara sendiri Cuma mengurus sampai tingkat desa”.
Adapun peran pemerintah dalam melayani atau memberi informasi mengenai pentingnya
pensertifikatan hak milik atas tanah selaku Badan Pertanahan Nasional (BPN), yaitu program
dari pemerintah mengenai pentingnya sertifikat hak milik atas tanah secara gratis (pronas).
Seperti yang dikemukakan oleh Ketua RW 03 (D) “Tepatnya pada bulan juli 2013 memang ada
dari kantor BPN mendatangi desa untuk mensosialisasikan program pronas serta menemuai
warga masyarakat yang belum mempunyai sertifikat hak milik atas tanah”.
23
Volume 1 No. 01 Desember 2014
3. Fungsi Badan Pertanahan Nasional (BPN), Kecamatan, Desa dalam melayani
masyarakat dalam kepemilikian hak milik atas tanah
Masyarakat menilai fungsi Badan Pertanahan Nasional (BPN), Kecamatan maupun desa
telah menjalankan fungsinya sebagai pelayan masyarakat dengan baik. Hal ini terbukti dengan
dilaksanakannya penyuluhan yang diberikan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN), kecamatan
dan desa, Sebagimana diungkapkan oleh ketua RW 01 (M) Mengatakan bahwa :” Penyuluhan
yang diberikan pihak BPN, Kecamatan, Desa cukup baik tentang pentingnya sertifikat hak milik
atas tanah berupa penyuluhan mengenai program pembuatan sertifikatan masal secara gratis
(Pronas)”. Begitu juga dengan pendapat ketua RW 02 menemukakan bahwa : “Sejauh ini sangat
baik pelayanan yang di berikan di tingkat desa dan kecamatan dalam hal melayani masyarakat
yang mengurus sertifikat hak milik atas tanah”.
Badan Pertanahan Nasional (BPN) sudah memenuhi salah satu fungsinya yaitu
mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai pentingnya pembuatan sertifikat hak milik atas
tanah serta melayani masyarakat yang ingin memperoleh sertefikat hak milik atas tanah.
Berikut ini ungkapan masyarakat desa sukarapih yang di wakili oleh RW 01 (M) mengatakan
“Bahwa Badan Pertanahan Nasional (BPN) pernah melayani secara langsung kesetiap
masyarakat kususnya di desa sukarapih”.
Pelayanan yang diberikan di tingkat kecamatan, Desa sampai Badan Pertanahan Nasional
(BPN) menurut masyarakat desa sukarapih dalam hal pelayanan sertifikat hak milik atas tanah
sudah teramat baik melayani masyarakat. Seperti yang di ungkapkan oleh ketua RW 01 (M)
Mengatakan : “Pelayanan yang diberikan di tingkat kecamatan,Desa sampai BPN mengenai
permohonan pensertifikatan hak milik atas tanah cukup baik dan bisa diterima oleh masyarakat
umumnya”.
Adapun tanggapan lain dari sebagian warga kususnya menyoroti kinerja Badan Pertanahan
Nasional (BPN). mereka menggap kinerja di tingkat badan pertanahan Nasional (BPN) belum
cukup maksimal dalam melayani masyarakat seprti yang dilontarkan oleh salah satu masyarakat
RT 03 ( Y) Mengatakan “Untuk sejauh ini belum memuaskan seperti janji waktu selesai
pembuatan sertifikat 1 bulan ternyata tidak selesai dengan jangka waktu yang di janjikan oleh
pihak BPN”. Pentingnya kerjasama antara Badan Pertanahn Nasional (BPN), kecamatan beserta
desa dan perangkat desa lainnya sangat dibutuhkan kerjasama yang baik untuk mewujudkan
masyarakat yang sadar akan hukum agraria.
Kesadaran masyarakat Desa Sukarapih Kecamatan Sukasari Tanjungsari dalam hal
kepemilikan hak milik atas tanah, sudah semakin baik. Setelah adanya sosialisasi yang dilakukan
oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan desa beserta kecamatan mengenai pentingnya
24
Volume 1 No. 01 Desember 2014
memiliki sertifikat hak milik atas tanah. Masyarakat sudah menyadari mengenai pentingnya
memiliki sertifikat hak milik atas tanah yang mereka miliki dengan alasan untuk mendapatkan
legalitas. Dengan demikian warga sudah memiliki kesadaran hukum akan pentingnya memiliki
sertifikat hak milik atas tanah.
Kesadaran bahwa hukum itu penting karena memberikan perlindungan terhadap berbagai
kepentingan manusia, adapun efek kesadaran hukum bagi masyarakat desa sukarapih dalam hal
mensertifikatkan hak milik atas tanahnya yaitu untuk mewujudkan rasa keadilan, menciptakan
kepastian hukum dalam masyarakat dan memberikan manfaat bagi anggota masyarakat yang
bersangkutan maka pemeliharan tertib hukum itu mutlak diperlukan. Sanusi (1991 : 227),
mengartikan kesadaran hukum secara luas yaitu :”sebagai potensi memasyarakat dan
membudaya dengan kaidah –kaidah mengikat dan dapat dipaksakan”.Sedangkan dalam
pengertian yang sempit, kesadaran hukum diartikan sebagai potensi atau daya yang mengandung:
1. Presepsi, pengenalan, ketahuan, ingatan, dan pengertian tentang hukum, termasuk
kosekuensi-konsekuensinya.
2. Harapan, kepercayaan bahwa hukum dapat memberi sesuatu kegunaan serta member
perlindungan dan jaminannya dengan kepastian dan rasa keadilan.
Kesadaran akan kepemilikan sertifikat hak milik atas tanah bisa dikatakan warga
masyarakat desa sukarapih sudah semakin baik. Hal ini nampak terlihat dilapangan dengan
banyaknya sebagian warga masyarakat yang sudah mempunyai sertifikat hak milik atas tanah
dan ada yang sedang mengurus pembuatan sertifikat hak milik atas tanah. Salah satu faktor yang
menjadi pendorong masayarakat menjadi lebih sadar dan efektif dalam hal pensertifikatan hak
milik atas tanah di desa sukarapih yaitu kepala desa
memberikan sosialisasi dengan cara
pemberitahuan kepada warga melalui para ketua RT/RW, untuk memberikan pengetahuan
kepada warga mengenai pesartifikatan hak milik atas tanah.
Meningkatnya kesadaran masyarakat desa sukarapih dalam memiliki sartifikat hak milik atas
tanah, terlihat setelah berperannya kepala desa dalam mempengaruhi warganya dengan cara
memberikan penyuluhan kepada warga mengenai pentingnya memiliki sartifikat hak milik atas
tanah, kemudian RT/RW juga digerakan untuk memberikan contoh yang baik dengan
mensertifikatkan semua tanah yang dimilikinya.
3.
Usaha-usaha Masyarakat untuk memperoleh Hak Milik Atas Tanah yang telah
diperoleh dan dimiliki
Masyarakat merupakan faktor yang sangat penting untuk mewujudkan masyarakat akan
sadar hukum, khususnya dalam hal ini untuk memperoleh sertifikat hak milik atas tanah,
masyarakat sangat mendukung program-program pemerintah khususnya program mengenai
25
Volume 1 No. 01 Desember 2014
kepemilikan sertifikat hak milik atas tanah, sehingga terjadi kesinambungan antara warga
masyarakat dan desa.
Dalam melaksanakan program ini, dukungan dan partisipasi dari masyarakat, secara
langsung dapat mensukseskan program tersebut. peran masyarakat dalam usaha memperoleh
sertifikat hak milik atas tanah, dengan berbagai kondisi masyarakat yang beraneka ragam dan
dilihat dari segi pendidikannya, pekerjaan serta strata sosial yang berbeda –beda. Masyarakat
desa sukarapih dalam usaha untuk mengurus atau meperoleh sertifikat hak milik atas tanah yang
mereka miliki berbeda-beda cara untuk mendapatkannya, misalnya masyarakat ekonomi
menengah keatas mereka cenderung lebih memilih jasa notaries, sedangkan bagi masyarakat
yang ekonominya menengah kebawah mereka selalu dikolektifkan melalui desa setempat.
Meskipun demikian masyarakat mempunyai usaha dan juga peran yang begitu besar dalam
memperoleh sertifikat hak milik atas tanah, hal ini di dukung oleh desa atau pemerintah yang
mempasilitasi dan melayani masyarakat dengan baik, Dalam kaitan ini, hubungan masyarakat
dengan desa, sangat erat satu sama lain, masyarakat dan desa saling membutuhkan, dengan
demikian masyarakat dan pemerintah saling mendukung untuk mewujudkan tujuan bersama.
Masyarakat desa sukarapih adalah masyarakat yang sangat majemuk dan memiliki
solidaritas yang kuat. Hal ini terbukti dengan adanya upaya saling mengingatkan satu sama lain,
mengenai pentingnya pensertifikatan hak milik atas tanah. Shadilly (1983:47) mengemukakan
bahwa masyarakat golongan besar kecil terdiri atas beberapa manusia, yang dengan atau karena
sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh-mempengaruhi satu sama lain. Dalam hal ini
tentunya saling mempengaruhi untuk memiliki kesadaran hukum khususnya mentaati hukum
agraria, maka dari itu kesadaran masyarakat bisa tercipta oleh masyarakat itu sendiri dengan cara
saling mengingatkan dan saling mempengaruihi antar warga.
4.
Fungsi Badan Pertanahan Nasional (BPN), Kecamatan, Desa dalam melayani
masyarakat dalam kepemilikian hak milik atas tanah
Badan Pertanahan Nasional (BPN), Kecamatan, dan Desa memiliki fungsi penting untuk
membuat sertifikat hak milik atas tanah bagi masyarakat yang belum memilikinya. Ketiga
instansi pemerintahan tersebut harus bekerjasama dalam penerbitan atau permohonan sertifikatan
hak milik atas tanah. Sebab jika salah satu instansi tersebut tidak menjalankan fungsi peran
sebagaimana mestinya bisa dipastikan akan mempengaruhi langsung terhadap
pelayanan
masyarakat yang akan mensartifikatkan hak milik atas tanah.
Berdasarkan analisis penulis bahwa fungsi Badan Pertanahan Nasional (BPN), kecamatan
dan desa sukarapih sudah memenuhi fungsinya dengan baik dalam melayani masyarakat. Hal ini
terbukti dengan dilakukannya sosialisasi mengenai permohonan pembuatan sertifikat hak milik
26
Volume 1 No. 01 Desember 2014
atas tanah, seperti yang dilakukan oleh ketiga instansi tersebut yaitu mensosialisasikan kepada
warga mengenai pentingnya pensartifikatan hak milik atas tanah, maka dari itu fungsi serta peran
pemerintah sangat dibutuhkan sekali untuk memfasilitasi masyarakat, dan melayani masyarakat
dengan sepenuh hati. Berdasarkan hasil peneliti dilapangan, pelayanan yang nyata diberikan
kepada masyarakat dari ketiga instansi tersebut sudah dilakukan antara lain, mengadakan
sosialisasi kepada setiap perwakilan warga yang di wakili oleh Rt/Rw. Kemudian pihak Rt/Rw
melanjutkan ke masyarakat.
Kesimpulan
1. Kesadaran masyarakat Desa Sukarapih Kecamatan sukasari mengenai kepemilikan sertifikat
hak milik atas tanah yang mereka miliki sudah semakin baik dan banyak masyarakat yang
sedang mengurus sertifikat tanah.
2. Usaha-usaha masyarakat untuk memperoleh sertifikat hak milik atas tanah, sudah ada, dilihat
dari usaha masyarakat Desa Sukarapih dalam memperoleh sertifikat hak milik atas tanah
yang mereka miliki melalui berbagai cara, mulai dari dikolektifkan oleh Desa, sampai ke jasa
Notaries.
3. Fungsi Badan Pertanahan Nasional (BPN), fungsi kecamatan dan fungsi desa sudah
memenuhi kewajiban dalam melayani masyarakat yaitu dengan cara memfasilitasi
masyarakat yang akan mengurus sertifikat hak milik atas tanah yang mereka miliki
Saran
Dalam kesempatan ini, penulis mengajukan saran sebagai berikut :
1. Kesadaran hukum masyarakat harus lebih ditingkatkan dan dipertahankan untuk menuju
masyarakat yang sadar hukum khususnya hukum agraria.
2. Peran usaha masyarakat dalam memperoleh sertifikat hak milik atas tanah harus lebih di
dukung lagi oleh pemerintah dan di permudah dalam pengurusannya.
3. Pelayanan yang diberikan oleh ketiga instansi pemerintahan sudah cukup baik, namun harus
ditingkatkan lagi seperti sering mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai pentingnya
mengurus sertifikat hak milik atas tanah dan minimal dalam satu tahun ada sosialisasi kepada
masyarakat dua kali sehingga akan lebih efektif.
27
Volume 1 No. 01 Desember 2014
Daftar Pustaka
Acmad Sanusi. 1991. Masalah Kesadaran Hukum dalam Masyarakat Indonesia Dewasa ini.
dalam “Seminar Hukum Nasional ke-4 Tahun 1978, Buku III”. Jakarta : Bina Cipta.
Awan, Dasim dan Gurniawan,. 2004. Dinamika Masyarakat Indonesia. Bandung: PT.
Genesindo.
Moleong, J Lexy. 2008. Metodelogi Penelitian Kualitaif. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung, Alfabeta.
Soekanto, Soerjono. 1983. Penegakan Hukum. Bandung. Bina Cipta.
Soerjono Soekanto. 1982. Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, Jakarta Rajawali Press.
Soerjono Soekanto, dan Mustafa Abdullah. 1987. Sosiologi Hukum dalam Masyarakat, Jakarta,
Rajawali
28
KESADARAN HUKUM MASYARAKAT DALAM KEPEMILIKAN HAK MILIK ATAS
TANAH
oleh :
Odang Suparman & Lendra Febriana
Program Studi PPKn
Universitas Islam Nusantara
ABSTRAK
Tanah merupakan tempat kesejahteraan manusia yang strategis di dalam kehidupan manusia.
Sepanjang hidup manusia bahkan hingga berpulang menghadap Yang Maha Kuasa, manusia
tidak bisa dipisahkan dan dilepaskan dengan tanah. Berkaitan dengan hal ini setiap orang berhak
memiliki tanah namun tentunya orang yang memiliki tanah tersebut harus memiliki bukti
kepemilikannya berupa sertifikat hak milik atas tanah hal ini untuk memberikan kepastian hukum
dan perlindungan kepada pemeggang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hakhak lain yang terdaftar agar dengan mudah membuktikan dirinya sebagai pemeggang hak yang
bersangkutaan. Berdasarkan latar belakang tersebut permasalahan yang dikaji dalam penelitian
ini adalah bagimana kesadaran Masyarakat dalam kepemilikan Hak Milik atas Tanah di Desa
Sukarapih Kecamatan Sukasari kabupaten Sumedang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
Kesadaran Masyarakat dalam kepemilikan hak milik atas tanah. Mengetahui usaha-usaha
masyarakat dalam kepemilikan hak milik atas tanah. Mengetahui fungsi pegawai badan
pertanahan nasional (BPN), kecamatan dan desa. Pendekatan dalam penelitian ini yaitu
pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Sedangkan responden dalam penelitian ini yaitu
masyarakat, tokoh masyarakat, Masyarakt Desa Sukarapih serta RT/RW, teknik pengumpulan
data menggunakan metode wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
Kesadaran Hukum Masyarakat Desa Sukarapih Kecamatan Sukasari semakin baik. Hal ini
terbukti dengan semakin banyak masyarakat yang berusaha mensartifikatkan tanahnya melalui
Desa.
Kata Kunci : Kesadaran Hukum Masyarakat, Kepemilikan Hak Milik Atas Tanah
Pendahuluan
Tanah merupakan tempat kesejahtraan manusia yang strategis di dalam kehidupan
manusia. Sepanjang hidup manusia bahkan hingga berpulang menghadap Yang Maha Kuasa,
manusia tidak bisa dipisahkan dan dilepaskan dengan tanah. Oleh karena itu, sesuai dengan
konsepsi Hukum Tanah Nasional harus mengindahkan unsur-unsur yang bersandar dan
bersetandar pada hukum agama (Komunalistik Religius), Bangsa Indonesia meyakini bahwa
seluruh tanah yang terdapat di wilayah Republik Indonesia adalah Karunia Tuhan Yang Maha
Esa, yang memungkinkan penguasaan tanah secara individual, dengan hak-hak atas tanah yang
19
Volume 1 No. 01 Desember 2014
bersifat pribadi sekaligus kebersamaan. Manusia bekerja untuk mengejar materi, akan tetapi
tidak sedikit yang mengambil jalan pintas dengan cara yang dapat merugikan pihak lain. Atas
dasar itulah lahir aturan-aturan, perintah-perintah dan larangan-larangan yang membatasi prilaku
manusia dan demi terciptanya ketertiban dalam kehidupan, aturan dan larangan tersebut lebih
dikenal dengan nama hukum.
Karena itu hukum merupakan salah satu sarana untuk menjaga keserasian dan keutuhan
masyarakat serta pembaharu masyarakat yang didasarkan pada moral dan agama, oleh karena itu
fungsi hukum menjadi sarana pengendali sosial dan usaha-usaha dalam pembangunan. Selain itu
fungsi hukum sebagai alat untuk menggerakan masyarakat agar berprilaku sesuai dengan caracara baru sesuai dengan yang telah dicita-citakan dan juga mengarahkan masyarakat pada polapola baru berarti mengubah atau bahkan menghapus kebisaaan-kebisaaan lama yang sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan zaman.
Selain itu juga dalam proses pembangunan hukum diperlukan suatu cara atau jalan seperti yang
telah diungkapkan oleh Soekanto bahwa : “Pembangunan bidang hukum dilakukan dengan jalan
yaitu ; peningkatan dan penyempurnaan pembinaan hukum nasional dengan antara lain
mengadakan pembaharuan, kodifikasi serta unifikasi hukum dibidang-bidang tertentu dengan
memperhatikan kesadaran hukum dalam masyarakat.”(Soekanto, 1983:10)
Pernyataan di atas jelas bahwa suatu pembangunan hukum pada hakekatnya mencakup
pembinaan hukum serta pembaharuan hukum dengan usaha meningkatkan kesadaran hukum
dalam masyarakat. Kesadaran hukum merupakan yang perlu ditanamkan kepada seluruh warga
Negara, sebagai usaha pembangunaan nasional dalam rangka meningkatkan kualitas manusia dan
masyarakat Indonesia secara berkelanjutan.
Metode Penelitian
Metode merupakan cara utama mencapai suatu tujuan dengan menggunakan teknik serta
alat-alat tertentu. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam penelitian yang sesuai
dengan kerangka teoritis yang kita asumsikan. Penelitian ini berusaha untuk melihat bagaimana,
Kesadaran Hukum Masyarakat dalam Kepemilikan Hak Milik Atas Tanah. Untuk itu metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Untuk mengadakan pengkajian selanjutnya terhadap istilah penelitian kualitatif, perlu
kiranya dikemukakan beberapa definisi. Menurut Bogdam dan Taylor (dalam Moleong, 2008:4)
didefinisikan sebagai :
”Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif brupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut
20
Volume 1 No. 01 Desember 2014
secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu dan organisasi ke
dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagaian dari suatu keutuhan”.
Wawancara Mendalam
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua
pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2008: 186).
Observasi
Sugiyono (2007:64) mengutip peryataan nasution (1998) bahwa observasi adalah dasar
ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia
kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan
alat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) dapat di observasi.
Studi Pustaka dan Analisis Dokumentasi
Studi dokumen merupakan pelengkap dari pengunaan metode observasi dan wawancara
dalam penelitian kualitatif. (Sugiyono,2007:82)
Pembahasan
1. Kesadaran Hukum Masyarakat dalam kepemilikan Hak milik atas Tanah di
Desa Sukarapih Kecamatan Sukasari kabupaten Sumedang.
Pada dasarnya masyarakat Desa Sukarapih Kecamatan Sukasari Tanjungsari Kabupaten
Sumedang dalam hal mengurus sertifikat hak milik atas tanah yang mereka miliki, sebagian
masyarakat sudah menyadari akan pentingnya memiliki sartifikat, dilihat dari beberapa
masyarakat desa sukarapih sudah mengurus dan memiliki sartifikat hak milik atas tanah. Setelah
Badan Pertanahan Nasional (BPN) melakukan sosialisasi yang dibantu oleh perangkat Desa,
RT/RWuntuk melakukan sosialisasi kesadaran dalam membuat sertifikat hak milik atas tanah,
dan bisa dikatakan sangat efektif itu ditandai masyarakat mulai faham secara hukum pentingnya
mengurus atau memiliki sertifikat hak milik atas tanah yang mereka miliki.
Sebagimana di ungkapkan oleh salah satu warga masyarakat RT 01 berinisil (A)
mengungkapkan :“Sebagian masyarakat menilai cukup baik dilaksanakan sosialisasi kepemilikan
hak milik atas tanah oleh desa setempat melalui tingkat Rt/Rw kemudian Rt/Rw menyampaikan
kepada warga masyarakat setempat mengenai langkah-langkah pertama pembuatan sertifikat hak
milik atas tanah, dan minimal warga masyarakat mempunyai akta”.
Hal senada diungkapkan oleh RW yang diwakili oleh RW01 berinisial (M) diperoleh keterangan
bahwa :“Masyarakat menilai cukup baik dengan adanya sosialisasi mengenai pentingnya
21
Volume 1 No. 01 Desember 2014
memiliki sartifikat hak milik atas tanah kesetiap Rt/Rw masyarakat menjadi sadar dan peka
terhadap kepemilikan sertifikat hak milik atas tanah”.
Dengan adanya sosialisasi tentang kepemilikan hak milik atas tanah, masyarakat desa
sukarapih kecamatan sukasari tanjungsari ,sebagian warga masyarakatnya menjadi antusias dan
sadar akan pentingnya dalam hal mengurus sertifikat hak milik atas tanah yang mereka miliki.
Maka dari itu masyarakat telah dan sedang mengurus sertifikat hak milik atas tanah baik secara
sendiri-sendiri datang langsung ke Badan Pertanahan Nasional (BPN) adapun sebagian
masyarakat melalui jasa notaris dan ada yang dikolektifkan melalui desa setempat.
Selain dari sosialisasi pentingnya mempunyai sertifikat hak milik atas tanah masyarakat desa
sukarpih biasanya mengetahui keharusan mensertifikatkan hak milik atas tanah yang mereka
miliki dari berbagi informasi yang warga masyarakat peroleh diantaranya. Di ungkapkan oleh
salah satu aparatur tingkat RW 01 berinisial (M) mengatakan : “Masyarakat biasanya mengetahui
kepemilikan sertifikat hak milik atas tanah dari desa setempat dan notaris mengenai pengurusan
sertifikat hak milik atas tanah yang warga miliki”.
Sedangkan menurut warga masyarakat RW 03 yang berinisila (D) menuturkan bahwa :
“Mengetahui mengenai pensertifikatan hak milik atas tanah dari desa kecamatan serta dari orang
yang menjual tanah.
Maka dari itu penulis menyimpulkan bahwa masyarakat desa sukarapih mengetahui dalam
hal pensertifikatan hak milik atas tanah yang warga masyarakat miliki, mereka mengatuhi tidak
hanya di desa saja melainkan dari berbagai pihak seperti notaries, media elektronika (TV), Bank.
Setelah adanya sosialisasi dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang datang khusus ke
desa sukarapih kecamatan sukasari mengenai pentingnya mensertifikatkan hak milik atas tanah,
warga masyarakat sukarapih semakin antusias untuk mensertifikatkan hak milik atas tanah yang
mereka miliki. Program pronas dianggap menarik oleh warga masyarakat karena gratis dan
dinilai sangat efektif bilah dilihat dari segi waktu penerbitan sartifikat hak milik atas tanah. Hal
ini dikatakan oleh aparatur pemerintahan tingkat RW 02 berinisial (R) sebagi berikut :
“Mengurus pembuatan sertifikat hak milik atas tanah maksimal waktu yang dibutuhkan sampai
selasai bila melalui jalur pronas 1-3 bulan sedangkan kalau dikolektifkan melalui desa 3-4 bulan
dan bisa bertahun-tahun”.
Dengan demikan dapat disimpulkan bahwa efektifnya pembuatan atau permohonan
pensertifikatan hak milik atas tanah di desa sukarapih bilah dilihat dari segi waktu, yaitu ketika
ada program pronas ketimbang tidak ada program pronas.
22
Volume 1 No. 01 Desember 2014
2. Usaha - usaha Masyarakat untuk memperoleh Hak Milik atas Tanah yang telah
diperoleh dan di Miliki
Peran masyarakat Desa Sukarapih Kecamatan Sukasari,dalam usaha untuk memperoleh
sertifikat hak milik atas tanah seperti yang di ungkapkan oleh salah satu aparatur pemerintahan
tingkat RW 01 yang di wakili oleh (M) mengatakan : “Warga masyarakat selalu mencari
informasi langsung kedesa bagaimana cara mensertifikatkan hak milik atas tanah yang mereka
miliki”.
Ketika upaya masyarakat ingin mengurus atau mendapatkan sertefikat hak milik atas tanah
yang diawali prosesnya dari Desa setempat, masyarakat menilai peran pemerintah ditingkat Desa
dan Kecamatan dalam melayani warga masyarakat sudah cukup baik, ketika melayani
masyarakat yang ingin mendaftarkan sertefikat hak milik atas tanah. Sebagimana di ungkapkan
oleh aparatur pemerintahan tingkat RW 02 yang diwakili oleh (R) Mengatakan “Kinerja
pemerintahan desa cukup baik melayani masyarakat mengenai pembuatan sertifikat hak milik
atas tanah”.
Adapun ketika upaya masyarakat Desa Sukarapih Kecamatan Sukasari yang ingin
mendapatkan sertifikat hak milik atas tanahnya,terdapat beberapa kendala. Seperti yang di
ungkapkan oleh Ketua RW 03 (D) Mengatakan “Kendalanya hanya dipersyaratan dan biaya saja
yang dialami oleh warga kami dalam pengurusan pembuatan sertifikat hak milik atas tanah”.
Masyarakat desa sukarapih kecamatan sukasari sebagian besar tidak pernah mengurus
pensertifikatan hak milik atas tanahnya sendiri. Seperti yang dikemukan oleh Ketua RW 01 (M)
Mengatakan “Masyarakat kami sebgaian besar mengurus pensertifikatan hak milik atas tanahnya
selalu di kolektifkan ke desa atau melalui jasa notaris”. Hal yang sama dikemukan oleh salah satu
warga masyarakat RW 02 (H) Mengatakan “Tidak pernah mengurus sertifikat hak milik atas
tanah secara sendiri Cuma mengurus sampai tingkat desa”.
Adapun peran pemerintah dalam melayani atau memberi informasi mengenai pentingnya
pensertifikatan hak milik atas tanah selaku Badan Pertanahan Nasional (BPN), yaitu program
dari pemerintah mengenai pentingnya sertifikat hak milik atas tanah secara gratis (pronas).
Seperti yang dikemukakan oleh Ketua RW 03 (D) “Tepatnya pada bulan juli 2013 memang ada
dari kantor BPN mendatangi desa untuk mensosialisasikan program pronas serta menemuai
warga masyarakat yang belum mempunyai sertifikat hak milik atas tanah”.
23
Volume 1 No. 01 Desember 2014
3. Fungsi Badan Pertanahan Nasional (BPN), Kecamatan, Desa dalam melayani
masyarakat dalam kepemilikian hak milik atas tanah
Masyarakat menilai fungsi Badan Pertanahan Nasional (BPN), Kecamatan maupun desa
telah menjalankan fungsinya sebagai pelayan masyarakat dengan baik. Hal ini terbukti dengan
dilaksanakannya penyuluhan yang diberikan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN), kecamatan
dan desa, Sebagimana diungkapkan oleh ketua RW 01 (M) Mengatakan bahwa :” Penyuluhan
yang diberikan pihak BPN, Kecamatan, Desa cukup baik tentang pentingnya sertifikat hak milik
atas tanah berupa penyuluhan mengenai program pembuatan sertifikatan masal secara gratis
(Pronas)”. Begitu juga dengan pendapat ketua RW 02 menemukakan bahwa : “Sejauh ini sangat
baik pelayanan yang di berikan di tingkat desa dan kecamatan dalam hal melayani masyarakat
yang mengurus sertifikat hak milik atas tanah”.
Badan Pertanahan Nasional (BPN) sudah memenuhi salah satu fungsinya yaitu
mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai pentingnya pembuatan sertifikat hak milik atas
tanah serta melayani masyarakat yang ingin memperoleh sertefikat hak milik atas tanah.
Berikut ini ungkapan masyarakat desa sukarapih yang di wakili oleh RW 01 (M) mengatakan
“Bahwa Badan Pertanahan Nasional (BPN) pernah melayani secara langsung kesetiap
masyarakat kususnya di desa sukarapih”.
Pelayanan yang diberikan di tingkat kecamatan, Desa sampai Badan Pertanahan Nasional
(BPN) menurut masyarakat desa sukarapih dalam hal pelayanan sertifikat hak milik atas tanah
sudah teramat baik melayani masyarakat. Seperti yang di ungkapkan oleh ketua RW 01 (M)
Mengatakan : “Pelayanan yang diberikan di tingkat kecamatan,Desa sampai BPN mengenai
permohonan pensertifikatan hak milik atas tanah cukup baik dan bisa diterima oleh masyarakat
umumnya”.
Adapun tanggapan lain dari sebagian warga kususnya menyoroti kinerja Badan Pertanahan
Nasional (BPN). mereka menggap kinerja di tingkat badan pertanahan Nasional (BPN) belum
cukup maksimal dalam melayani masyarakat seprti yang dilontarkan oleh salah satu masyarakat
RT 03 ( Y) Mengatakan “Untuk sejauh ini belum memuaskan seperti janji waktu selesai
pembuatan sertifikat 1 bulan ternyata tidak selesai dengan jangka waktu yang di janjikan oleh
pihak BPN”. Pentingnya kerjasama antara Badan Pertanahn Nasional (BPN), kecamatan beserta
desa dan perangkat desa lainnya sangat dibutuhkan kerjasama yang baik untuk mewujudkan
masyarakat yang sadar akan hukum agraria.
Kesadaran masyarakat Desa Sukarapih Kecamatan Sukasari Tanjungsari dalam hal
kepemilikan hak milik atas tanah, sudah semakin baik. Setelah adanya sosialisasi yang dilakukan
oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan desa beserta kecamatan mengenai pentingnya
24
Volume 1 No. 01 Desember 2014
memiliki sertifikat hak milik atas tanah. Masyarakat sudah menyadari mengenai pentingnya
memiliki sertifikat hak milik atas tanah yang mereka miliki dengan alasan untuk mendapatkan
legalitas. Dengan demikian warga sudah memiliki kesadaran hukum akan pentingnya memiliki
sertifikat hak milik atas tanah.
Kesadaran bahwa hukum itu penting karena memberikan perlindungan terhadap berbagai
kepentingan manusia, adapun efek kesadaran hukum bagi masyarakat desa sukarapih dalam hal
mensertifikatkan hak milik atas tanahnya yaitu untuk mewujudkan rasa keadilan, menciptakan
kepastian hukum dalam masyarakat dan memberikan manfaat bagi anggota masyarakat yang
bersangkutan maka pemeliharan tertib hukum itu mutlak diperlukan. Sanusi (1991 : 227),
mengartikan kesadaran hukum secara luas yaitu :”sebagai potensi memasyarakat dan
membudaya dengan kaidah –kaidah mengikat dan dapat dipaksakan”.Sedangkan dalam
pengertian yang sempit, kesadaran hukum diartikan sebagai potensi atau daya yang mengandung:
1. Presepsi, pengenalan, ketahuan, ingatan, dan pengertian tentang hukum, termasuk
kosekuensi-konsekuensinya.
2. Harapan, kepercayaan bahwa hukum dapat memberi sesuatu kegunaan serta member
perlindungan dan jaminannya dengan kepastian dan rasa keadilan.
Kesadaran akan kepemilikan sertifikat hak milik atas tanah bisa dikatakan warga
masyarakat desa sukarapih sudah semakin baik. Hal ini nampak terlihat dilapangan dengan
banyaknya sebagian warga masyarakat yang sudah mempunyai sertifikat hak milik atas tanah
dan ada yang sedang mengurus pembuatan sertifikat hak milik atas tanah. Salah satu faktor yang
menjadi pendorong masayarakat menjadi lebih sadar dan efektif dalam hal pensertifikatan hak
milik atas tanah di desa sukarapih yaitu kepala desa
memberikan sosialisasi dengan cara
pemberitahuan kepada warga melalui para ketua RT/RW, untuk memberikan pengetahuan
kepada warga mengenai pesartifikatan hak milik atas tanah.
Meningkatnya kesadaran masyarakat desa sukarapih dalam memiliki sartifikat hak milik atas
tanah, terlihat setelah berperannya kepala desa dalam mempengaruhi warganya dengan cara
memberikan penyuluhan kepada warga mengenai pentingnya memiliki sartifikat hak milik atas
tanah, kemudian RT/RW juga digerakan untuk memberikan contoh yang baik dengan
mensertifikatkan semua tanah yang dimilikinya.
3.
Usaha-usaha Masyarakat untuk memperoleh Hak Milik Atas Tanah yang telah
diperoleh dan dimiliki
Masyarakat merupakan faktor yang sangat penting untuk mewujudkan masyarakat akan
sadar hukum, khususnya dalam hal ini untuk memperoleh sertifikat hak milik atas tanah,
masyarakat sangat mendukung program-program pemerintah khususnya program mengenai
25
Volume 1 No. 01 Desember 2014
kepemilikan sertifikat hak milik atas tanah, sehingga terjadi kesinambungan antara warga
masyarakat dan desa.
Dalam melaksanakan program ini, dukungan dan partisipasi dari masyarakat, secara
langsung dapat mensukseskan program tersebut. peran masyarakat dalam usaha memperoleh
sertifikat hak milik atas tanah, dengan berbagai kondisi masyarakat yang beraneka ragam dan
dilihat dari segi pendidikannya, pekerjaan serta strata sosial yang berbeda –beda. Masyarakat
desa sukarapih dalam usaha untuk mengurus atau meperoleh sertifikat hak milik atas tanah yang
mereka miliki berbeda-beda cara untuk mendapatkannya, misalnya masyarakat ekonomi
menengah keatas mereka cenderung lebih memilih jasa notaries, sedangkan bagi masyarakat
yang ekonominya menengah kebawah mereka selalu dikolektifkan melalui desa setempat.
Meskipun demikian masyarakat mempunyai usaha dan juga peran yang begitu besar dalam
memperoleh sertifikat hak milik atas tanah, hal ini di dukung oleh desa atau pemerintah yang
mempasilitasi dan melayani masyarakat dengan baik, Dalam kaitan ini, hubungan masyarakat
dengan desa, sangat erat satu sama lain, masyarakat dan desa saling membutuhkan, dengan
demikian masyarakat dan pemerintah saling mendukung untuk mewujudkan tujuan bersama.
Masyarakat desa sukarapih adalah masyarakat yang sangat majemuk dan memiliki
solidaritas yang kuat. Hal ini terbukti dengan adanya upaya saling mengingatkan satu sama lain,
mengenai pentingnya pensertifikatan hak milik atas tanah. Shadilly (1983:47) mengemukakan
bahwa masyarakat golongan besar kecil terdiri atas beberapa manusia, yang dengan atau karena
sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh-mempengaruhi satu sama lain. Dalam hal ini
tentunya saling mempengaruhi untuk memiliki kesadaran hukum khususnya mentaati hukum
agraria, maka dari itu kesadaran masyarakat bisa tercipta oleh masyarakat itu sendiri dengan cara
saling mengingatkan dan saling mempengaruihi antar warga.
4.
Fungsi Badan Pertanahan Nasional (BPN), Kecamatan, Desa dalam melayani
masyarakat dalam kepemilikian hak milik atas tanah
Badan Pertanahan Nasional (BPN), Kecamatan, dan Desa memiliki fungsi penting untuk
membuat sertifikat hak milik atas tanah bagi masyarakat yang belum memilikinya. Ketiga
instansi pemerintahan tersebut harus bekerjasama dalam penerbitan atau permohonan sertifikatan
hak milik atas tanah. Sebab jika salah satu instansi tersebut tidak menjalankan fungsi peran
sebagaimana mestinya bisa dipastikan akan mempengaruhi langsung terhadap
pelayanan
masyarakat yang akan mensartifikatkan hak milik atas tanah.
Berdasarkan analisis penulis bahwa fungsi Badan Pertanahan Nasional (BPN), kecamatan
dan desa sukarapih sudah memenuhi fungsinya dengan baik dalam melayani masyarakat. Hal ini
terbukti dengan dilakukannya sosialisasi mengenai permohonan pembuatan sertifikat hak milik
26
Volume 1 No. 01 Desember 2014
atas tanah, seperti yang dilakukan oleh ketiga instansi tersebut yaitu mensosialisasikan kepada
warga mengenai pentingnya pensartifikatan hak milik atas tanah, maka dari itu fungsi serta peran
pemerintah sangat dibutuhkan sekali untuk memfasilitasi masyarakat, dan melayani masyarakat
dengan sepenuh hati. Berdasarkan hasil peneliti dilapangan, pelayanan yang nyata diberikan
kepada masyarakat dari ketiga instansi tersebut sudah dilakukan antara lain, mengadakan
sosialisasi kepada setiap perwakilan warga yang di wakili oleh Rt/Rw. Kemudian pihak Rt/Rw
melanjutkan ke masyarakat.
Kesimpulan
1. Kesadaran masyarakat Desa Sukarapih Kecamatan sukasari mengenai kepemilikan sertifikat
hak milik atas tanah yang mereka miliki sudah semakin baik dan banyak masyarakat yang
sedang mengurus sertifikat tanah.
2. Usaha-usaha masyarakat untuk memperoleh sertifikat hak milik atas tanah, sudah ada, dilihat
dari usaha masyarakat Desa Sukarapih dalam memperoleh sertifikat hak milik atas tanah
yang mereka miliki melalui berbagai cara, mulai dari dikolektifkan oleh Desa, sampai ke jasa
Notaries.
3. Fungsi Badan Pertanahan Nasional (BPN), fungsi kecamatan dan fungsi desa sudah
memenuhi kewajiban dalam melayani masyarakat yaitu dengan cara memfasilitasi
masyarakat yang akan mengurus sertifikat hak milik atas tanah yang mereka miliki
Saran
Dalam kesempatan ini, penulis mengajukan saran sebagai berikut :
1. Kesadaran hukum masyarakat harus lebih ditingkatkan dan dipertahankan untuk menuju
masyarakat yang sadar hukum khususnya hukum agraria.
2. Peran usaha masyarakat dalam memperoleh sertifikat hak milik atas tanah harus lebih di
dukung lagi oleh pemerintah dan di permudah dalam pengurusannya.
3. Pelayanan yang diberikan oleh ketiga instansi pemerintahan sudah cukup baik, namun harus
ditingkatkan lagi seperti sering mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai pentingnya
mengurus sertifikat hak milik atas tanah dan minimal dalam satu tahun ada sosialisasi kepada
masyarakat dua kali sehingga akan lebih efektif.
27
Volume 1 No. 01 Desember 2014
Daftar Pustaka
Acmad Sanusi. 1991. Masalah Kesadaran Hukum dalam Masyarakat Indonesia Dewasa ini.
dalam “Seminar Hukum Nasional ke-4 Tahun 1978, Buku III”. Jakarta : Bina Cipta.
Awan, Dasim dan Gurniawan,. 2004. Dinamika Masyarakat Indonesia. Bandung: PT.
Genesindo.
Moleong, J Lexy. 2008. Metodelogi Penelitian Kualitaif. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung, Alfabeta.
Soekanto, Soerjono. 1983. Penegakan Hukum. Bandung. Bina Cipta.
Soerjono Soekanto. 1982. Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, Jakarta Rajawali Press.
Soerjono Soekanto, dan Mustafa Abdullah. 1987. Sosiologi Hukum dalam Masyarakat, Jakarta,
Rajawali
28