PROSES MANAJEMEN RISIKO pada pemasaran
PROSES MANAJEMEN RISIKO
Latar Belakang
Risiko ada dimana mana , bisa datang kapan saja, dan sulit dihindari. Jika risiko
itu menimpa suatu organisasi, maka organisasi tersebut bisa mengalami kerugaian
yang signifikan. Dalam beberapa situasi, risiko tersebut bisa mengakibatkan
kehancuran organisasi tersebut.
Sehubungan dengan kenyataan tersebut semua orang (khususnya pengusaha)
selalu
harus
berusaha
untuk
menanggulanginya,
artinya
berupaya
untuk
meminimalkan ketidakpastian (risiko), agar kerugian yang ditimbulkan dapat
dihilangkan atau paling tidak diminimalkan. Penanggulangan risiko tersebut dapat
dilakukan dengan berbagai cara dan pengelolaan berbagai cara penanggulangan
risiko inilah yang disebut manajemen risiko.
Risiko
Istilah (risk) risiko memiliki berbagai definisi. Risiko dikaitkan dengan
kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan
dan sasaran organisasi. Vaughan (1978) mengemukakan beberapa definisi risiko
sebagai berikut :
1. Risk is the chance of loss (Risiko adalah kerugian).
Chance of loss berhubungan dengan suatu exposure (keterbukaan) terhadap
kemungkinan kerugian. Dalam ilmu statistik, chance dipergunakan untuk
menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu. Sebagian
penulis menolak definisi ini karena terdapat perbedaan antara tingkat risiko
dengan tingkat kerugian. Dalam hal chance of loss 100%, berarti kerugian
adalah pasti sehingga risiko tidak ada.
2. Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian).
Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada diantara
nol dan satu. Namun, definisi ini kurang cocok dipakai dalam analisis secara
kuantitatif.
Dari berbagai definisi diatas, risiko dihubungkan dengan kemungkinan
terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Dengan
kata lain, kemungkinan itu sudah menunjukkan adanya ketidakpastian. Atau juga
bisa disebut ketidakpastian tentang kejadian di masa depan.
Sedangkan manajemen risiko adalah upaya-upaya dalam bentuk aturan
maupun tindakan yang ditujukan untuk mengoptimalkan (meminimalisir) risiko atas
suatu portfolio sesuai dengan Kebijakan Investasi masing-masing dana kelolaan.
Penerapan sistem manajemen risiko mengacu pada peraturan serta ketentuan yang
tertuang dalam kebijakan perusahaan.
Tujuan Manajemen Risiko
a. Melindungi perusahaan dari risiko signifikan yang dapat menghambat
pencapaian tujuan perusahaan.
b. Memberikan kerangka kerja manajemen risiko yang konsisten atas risiko
yang ada pada proses bisnis dan fungsi-fungsi dalam perusahaan.
c. Mendorong menajemen untuk bertindak proaktif mengurangi risiko kerugian,
menjadikan pengelolaan risiko sebagai sumber keunggulan bersaing, dan
keunggulan kinerja perusahaan.
d. Mendorong setiap insan perusahaan untuk bertindak hati-hati dalam
menghadapi risiko perusahaan, sebagai upaya untuk memaksimalkan nilai
perusahaan.
e. Membangun kemampuan mensosialisasikan pemahaman mengenai risiko
dan pentingnya pengelolaan risiko.
f. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui penyediaan informasi tingkat risiko
yang dituangkan dalam peta risiko (risk map) yang berguna bagi manajemen
dalam pengembangan strategi dan perbaikan proses manajemen risiko
secara terus menerus dan berkesinambungan.
Klasifikasi Risiko :
1. Risiko strategic adalah risiko terjadinya serangkaian kondisi yang tidak
terduga
yang
dapat
mengurangi
kemampuan
manajer
untuk
mengimplementasikan strateginya secara signifikan.
2. Risiko operasional adalah risiko yang timbul karena tidak berfungsinya sistem
internal yang berlaku, kesalahan manusia, atau kegagalan sistem. Sumber
terjadinya risiko operasional paling luas dibanding risiko lainnya yakni selain
bersumber dari aktivitas di atas juga bersumber dari kegiatan operasional dan
jasa, akuntansi, sistem tekhnologi informasi, sistem informasi manajemen
atau sistem pengelolaan sumber daya manusia.
3. Risiko Finansial adalah resiko yang diderita oleh investor sebagai akibat dari
ketidakmampuan
emiten
saham
dan
obligasi
memenuhi
kewajiban
pembayaran deviden atau bunga atau bunga serta pokok pinjaman.
Risiko dapat dikategorikan ke dalam beberapa bentuk :
1. Risiko Spekulatif,
2. Risiko Murni,
3. Risiko Fundamental,
4. Risiko Particular.
Risiko spekulatif
Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang
dapat memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian.
Risiko spekulatif kadang-kadang dikenal pula dengan istilah risiko bisnis(business
risk). Seseorang yang menginvestasikan dananya disuatu tempat menghadapi dua
kemungkinan. Kemungkinan pertama investasinya menguntungkan atau malah
investasinya merugikan. Risiko yang dihadapi seperti ini adalah risiko spekulatif.
Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi yang dapat memberikan
keuntungan dan juga dapat menimbulkan kerugian.
Risiko murni
Risiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat
merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu
contoh
adalah
kebakaran,
apabila
perusahaan
menderita
kebakaran,maka
perusahaan tersebut akan menderita kerugian. kemungkinan yang lain adalah tidak
terjadi kebakaran. Dengan demikian, kebakaran hanya menimbulkan kerugian,
bukan menimbulkan keuntungan, kecuali ada kesengajaan untuk membakar dengan
maksud-maksud tertentu. Risiko murni adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat
merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu
cara menghindarkan risiko murni adalah dengan asuransi. Dengan demikian
besarnya kerugian dapat diminimalkan. itu sebabnya risiko murni kadang dikenal
dengan istilah risiko yang dapat diasuransikan ( insurable risk ).
Perbedaan utama antara risiko spekulatif dengan risiko murni adalah
kemungkinan untung ada atau tidak, untuk risiko spekulatif masih terdapat
kemungkinan untung sedangkan untuk risiko murni tidak dapat kemungkinan untung.
Risiko Fundamental
Risiko fundamental adalah suatu peristiwa yang baik sebab maupun akibat
yang ditimbulkannya bukan berasal dari individu dan dampaknya pada umumnya
menimpa orang banyak dan biasanya bersifat katastropal (dalam skala besar)
seperti perang, inflasi, dll.
Risiko Particular
Risiko partikular adalah suatu risiko yang penyebabnya dilakukan oleh
individu-individu
dan
individu/seseorang
dampaknya
yang
terbatas,
menyebabkannya.
di
mana
Misalnya,
kita
dapat
kebakaran,
menunjuk
pencurian,
kecelakaan dll. Ketidakpastian dapat menimbulkan dua akibat yang berbeda yaitu
positif atau negative.
Manajemen Risiko dan Proses Manajemen Risko
Manajemen risiko adalah suatu proses mengidentifikasi, mengukur risiko, serta
membentuk strategi untuk mengelolanya melalui sumber daya yang tersedia.
Manajemen
risiko bertujuan untuk mengelola risiko tersebut sehinga kita dapat
memperoleh hasil yang optimal. Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan melalui
proses-proses berikut ini :
1. Identifikasi Risiko
Proses ini meliputi identifikasi risiko yang mungkin terjadi dalam suatu
aktivitas usaha. Identifikasi risiko secara akurat dan komplet sangatlah vital
dalam manajemen risiko. Salah satu aspek penting dalam identifikasi risiko
adalah mendaftar risiko yang mungkin terjadi sebanyak mungkin. Teknikteknik yang dapat digunakan dalam identifikasi risiko antara lain:
a) Brainstorming
b) Survei
c) Wawancara
d) Informasi historis
e) Kelompok kerja, dll.
Berbagai tipe risiko utama diantaranya yaitu:
A. Risiko Pasar
1) Interest Rate Risk: Risiko dimana pergerakan tingkat bunga
berpengaruh negatif terhadap pendapatan bersih bunga.
2) Foreign Exchange Risk: Risiko kerugian yang disebabkan oleh
pergerakan negatif tingkat pertukaran mata uang.
3) Commodity/ Equity Price Risk: Risiko kerugian yang disebabkan
oleh pergerakan negatif harga komoditi.
B. Risiko Likuiditas:
Risiko dimana perusahaan tidak dapat memenuhi obligasi cash flow
dikarenakan ketidakmampuan perusahaan untuk melikuidasi aset,
atau memperoleh pendapatan yang cukup.
C. Risiko Mitra Kerja: Risiko kegagalan yang diakibatkan gagalnya mitra
kerja untuk memenuhi obligasi financial dan/ atau kontraktual dalam
hal jangka waktu dan kondisi yang telah disepakati.
D. Risiko Operasional: Risiko kegagalan yang disebabkan oleh gagalnya
kebijakan, proses, sistem, orang dan faktor eksternal lainnya.
E. Risiko Stratejik: Risiko yang berhubungan dengan rencana dan strategi
bisnis perusahaan di masa datang, meliputi risiko masuknya bisnis
baru, perluasan proses produksi yang ada, merger dan akuisisi,
pemakaian metodologi dan cara baru untuk produksi, ketidakmampuan
untuk mengantisipasi/ bertindak terhadap pesaing, atau meningkatkan
infrastruktur (misalnya: plant feronikel, alumina, hydro power plant, IT
dan networking).
F. Risiko Hukum: Risiko kegagalan yang diakibatkan oleh lawsuit, tidak
adanya aturan/ hukum penunjang dan kontrak yang tidak dapat
dipaksakan.
G. Risiko Kepatuhan: Risiko kegagalan yang diakibatkan adanya
penundaan, pelanggaran atau non-conformity dengan aturan dan
hukum eksternal/internal.
H. Risiko Reputasi: Risiko kerugian yang disebabkan oleh publikasi
negatif berkaitan dengan kegiatan bisnis perusahaan atau adanya
persepsi negatif mengenai perusahaan.
I. Risiko Lingkungan: Risiko yang berhubungan dengan kegagalan dalam
mengelola standar minimum lingkungan, nilai masyarakat, kesehatan
dan keselamatan manusia.
2. Analisa Risiko
Setelah melakukan identifikasi risiko, maka tahap berikutnya adalah
pengukuran risiko dengan cara melihat potensial terjadinya seberapa besar
severity (kerusakan) dan probabilitas terjadinya risiko tersebut.
Penentuan probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subyektif dan
lebih berdasarkan nalar dan pengalaman. Beberapa risiko memang mudah
untuk diukur, namun sangatlah sulit untuk memastikan probabilitas suatu
kejadian yang sangat jarang terjadi.
Sehingga, pada tahap ini sangtalah penting untuk menentukan dugaan
yang terbaik supaya nantinya kita dapat memprioritaskan dengan baik dalam
implementasi perencanaan manajemen risiko. Kesulitan dalam pengukuran
risiko adalah menentukan kemungkinan terjadi suatu risiko karena informasi
statistik tidak selalu tersedia untuk beberapa risiko tertentu. Selain itu,
mengevaluasi dampak severity (kerusakan) seringkali cukup sulit untuk asset
immateriil.
Menurut J. W. Meritt, terdapat beberapa hal atau langkah yang perlu
diperhatikan dalam menerapkan metode analisis resiko secara umum, yaitu
sebagai berikut:
a) Pertama, menentukan ruang lingkup (scope statement). Hal ini harus
dipercayai oleh semua kalangan pihak yang menaruh perhatian pada
masalah. Dalam menentukan ruang lingkup ini, ada tiga hal yang harus
diperhatikan, yaitu menentukan secara tepat apa yang harus
dievaluasi, mengemukakan apa jenis analisis resiko yang akan
digunakan, dan mengajukan hasil yang diharapkan.
b) Menetapkan aset (asset pricing). Pada langkah kedua ini, semua
sistem informasi ditentukan secara spesifik ke dalam ruang lingkup
yang telah dirancang, kemudian ditaksir ‘harga’ (price)-nya.
c) Risks and Threats.
Resiko (risk) adalah sesuatu yang dapat
menyebabkan kerugian atau mengurangi nilai kegunaan operasional
sistem. Sedangkan ancaman (threats) adalah segala sesuatu yang
harus dipertimbangkan karena kemungkinannya yang dapat terjadi
secara bebas di luar sistem sehingga memunculkan satu resiko.
d) Menentukan koefisien dampak. Semua aset memiliki kerentanan yang
tidak sama terhadap suatu resiko. Oleh sebab itu perlu dicermati dan
diteliti sejauh mana sebuah aset dikenali sebagai hal yang rentan
terhadap sesuatu, serta perbandingannya dengan aset yang justru
kebal sama sekali.
e) Single loss expectancy atau ekspetasi kerugian tunggal. Pada poin ini,
Meritt menjelaskan bahwa aset-aset yang berbeda akan menanggapi
secara berbedap pula ancaman-ancaman yang diketahui.
f) Group evaluation atau evaluasi kelompok, yaitu langkah lanjutan yang
melibatkan sebuah kelompok pertemuan yang terdiri dari para
pemangku kepentingan terhadap sistem yang dianalisis (diteliti).
Pertemuan ini harus terdiri dari individu yang memiliki pengetahuan
tentang
komponen-komponen
yang
beragam
tersebut,
tentang
ancaman dan kerentanan dari sistem serta pengelolaan dan tanggung
jawab operasi untuk memberikan bantuan dalam penentuan secara
keseluruhan. Pada langkah ini lah biasanya metode hibrida dalam
analisis resiko dilakukan.
g) Melakukan kalkulasi (penghitungan) dan analisis. Terdapat dua macam
analisis. Pertama, across asset, yaitu analisis yang bertujuan untuk
menunjukkan aset-aset tertentu yang perlu mendapat perlindungan
paling utama. Kedua, across risk, yaitu analisis yang bertujuan untuk
menunjukkan ancaman apa dan bagaimana yang paling harus dijaga.
h) Controls atau pengendalian, yaitu segala hal yang kemudian
diterapkan untuk mencegah, mendeteksi, dan meredakan ancaman
serta memperbaiki sistem.
i) Melakukan analisis terhadai control atau pengendalian. Ada dua
metode yang dapat dilakukan dalam menganalisis aksi kontrol ini, yaitu
cost and benefit ratio dan risk or control.
3. Evaluasi Risiko
Proses yang biasa digunakan untuk menentukan manajemen risiko dengan
membandingkan tingkat risiko terhadap standar yang telah ditentukan, target
tingkat risiko dan kriteria lainnya.
Tujuan Evaluasi :
Mengetahui yang memiliki tingkat prioritas tertinggi hingga terendah
Menentukan risiko mana yang ditindaklanjuti dengan Penanganan &
risiko mana saja yang hanya perlu dipantau
Konsep Evaluasi Risiko :
Konsisten dengan konteks yang telah ditetapkan
Perlu tidaknya dilakukan analisis risiko lanjutan
Risiko-risiko yang perlu mendapatkan penanganan
Prioritas dapat didasarkan pada level risiko atau hal lain seperti :
1. Kemungkinan suatu peristiwa tertentu.
2. Besarnya dampak penanganan tersebut terhadap konteks yang
lebih luas.
4. Pengelolaan risiko
Jenis-jenis cara mengelola risiko:
a) Risk avoidance
Yaitu memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang mengandung
risiko sama sekali. Dalam memutuskan untuk melakukannya, maka
harus dipertimbangkan potensial keuntungan dan potensial kerugian
yang dihasilkan oleh suatu aktivitas.
b) Risk reduction
Risk reduction atau disebut juga risk mitigation yaitu merupakan
metode yang mengurangi kemungkinan terjadinya suatu risiko ataupun
mengurangi dampak kerusakan yang dihasilkan oleh suatu risiko.
c) Risk transfer
Yaitu memindahkan risiko kepada pihak lain, umumnya melalui suatu
kontrak (asuransi) maupun hedging.
d) Risk deferral
Dampak suatu risiko tidak selalu konstan. Risk deferral meliputi
menunda aspek suatu proyek hingga saat dimana probabilitas
terjadinya risiko tersebut kecil.
e) Risk retention
Walaupun risiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara mengurnagi
maupun mentransfernya, namun beberapa risiko harus tetap diterima
sebagai bagian penting dari aktivitas.
5. Implementasi Manajemen Risiko
Setelah memilih respon yang akan digunakan untuk menangani risiko, maka
saatnya untuk mengimplementasikan metode yang telah direncanakan
tersebut.
6. Monitoring Risiko
Mengidentifikasi, menganalisa dan merencanakan suatu risiko merupakan
bagian penting dalam perencanaan suatu proyek. Namun, manajemen risiko
tidaklah berhenti sampai disana saja. Praktek, pengalaman dan terjadinya
kerugian akan membutuhkan suatu perubahan dalam rencana dan keputusan
mengenai penanganan suatu risiko. Sangatlah penting untuk selalu
memonitor proses dari awal mulai dari identifikasi risiko dan pengukuran risiko
untuk mengetahui
keefektifan
respon
yang
telah
dipilih
dan
untuk
mengidentifikasi adanya risiko yang baru maupun berubah. Sehingga, ketika
suatu
risiko
terjadi
maka
respon
yang
dipilih
akan
sesuai
dan
diimplementasikan secara efektif.
Kesimpulan
Risiko ada dimana mana , bisa datang kapan saja, dan sulit dihindari. Jika risiko
itu menimpa suatu organisasi, maka organisasi tersebut bisa mengalami kerugaian
yang signifikan. Dalam beberapa situasi, risiko tersebut bisa mengakibatkan
kehancuran organisasi tersebut. Maka risiko perku di kelola dengan baik untuk
meminimalisir risiko. Adapun proses manejemen risiko adalah :
1. Identifikasi risiko
2. Analisa risiko
3. Pengelolaan risiko
4. Evaluasi Risiko
5. Implementasi risiko
6. Monotoring risiko
Risiko sendiri memiliki berbagai definisi. Namun secara garis besar risiko adalah
berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurang atau tidak
tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi.
Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau
merugikan. Menurut Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan
menguntungkan
dikenal
dengan
istilah
peluang
(Opportunity),
sedangkan
ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang merugikan dikenal dengan istilah
risiko (Risk).
Latar Belakang
Risiko ada dimana mana , bisa datang kapan saja, dan sulit dihindari. Jika risiko
itu menimpa suatu organisasi, maka organisasi tersebut bisa mengalami kerugaian
yang signifikan. Dalam beberapa situasi, risiko tersebut bisa mengakibatkan
kehancuran organisasi tersebut.
Sehubungan dengan kenyataan tersebut semua orang (khususnya pengusaha)
selalu
harus
berusaha
untuk
menanggulanginya,
artinya
berupaya
untuk
meminimalkan ketidakpastian (risiko), agar kerugian yang ditimbulkan dapat
dihilangkan atau paling tidak diminimalkan. Penanggulangan risiko tersebut dapat
dilakukan dengan berbagai cara dan pengelolaan berbagai cara penanggulangan
risiko inilah yang disebut manajemen risiko.
Risiko
Istilah (risk) risiko memiliki berbagai definisi. Risiko dikaitkan dengan
kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan
dan sasaran organisasi. Vaughan (1978) mengemukakan beberapa definisi risiko
sebagai berikut :
1. Risk is the chance of loss (Risiko adalah kerugian).
Chance of loss berhubungan dengan suatu exposure (keterbukaan) terhadap
kemungkinan kerugian. Dalam ilmu statistik, chance dipergunakan untuk
menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu. Sebagian
penulis menolak definisi ini karena terdapat perbedaan antara tingkat risiko
dengan tingkat kerugian. Dalam hal chance of loss 100%, berarti kerugian
adalah pasti sehingga risiko tidak ada.
2. Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian).
Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada diantara
nol dan satu. Namun, definisi ini kurang cocok dipakai dalam analisis secara
kuantitatif.
Dari berbagai definisi diatas, risiko dihubungkan dengan kemungkinan
terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Dengan
kata lain, kemungkinan itu sudah menunjukkan adanya ketidakpastian. Atau juga
bisa disebut ketidakpastian tentang kejadian di masa depan.
Sedangkan manajemen risiko adalah upaya-upaya dalam bentuk aturan
maupun tindakan yang ditujukan untuk mengoptimalkan (meminimalisir) risiko atas
suatu portfolio sesuai dengan Kebijakan Investasi masing-masing dana kelolaan.
Penerapan sistem manajemen risiko mengacu pada peraturan serta ketentuan yang
tertuang dalam kebijakan perusahaan.
Tujuan Manajemen Risiko
a. Melindungi perusahaan dari risiko signifikan yang dapat menghambat
pencapaian tujuan perusahaan.
b. Memberikan kerangka kerja manajemen risiko yang konsisten atas risiko
yang ada pada proses bisnis dan fungsi-fungsi dalam perusahaan.
c. Mendorong menajemen untuk bertindak proaktif mengurangi risiko kerugian,
menjadikan pengelolaan risiko sebagai sumber keunggulan bersaing, dan
keunggulan kinerja perusahaan.
d. Mendorong setiap insan perusahaan untuk bertindak hati-hati dalam
menghadapi risiko perusahaan, sebagai upaya untuk memaksimalkan nilai
perusahaan.
e. Membangun kemampuan mensosialisasikan pemahaman mengenai risiko
dan pentingnya pengelolaan risiko.
f. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui penyediaan informasi tingkat risiko
yang dituangkan dalam peta risiko (risk map) yang berguna bagi manajemen
dalam pengembangan strategi dan perbaikan proses manajemen risiko
secara terus menerus dan berkesinambungan.
Klasifikasi Risiko :
1. Risiko strategic adalah risiko terjadinya serangkaian kondisi yang tidak
terduga
yang
dapat
mengurangi
kemampuan
manajer
untuk
mengimplementasikan strateginya secara signifikan.
2. Risiko operasional adalah risiko yang timbul karena tidak berfungsinya sistem
internal yang berlaku, kesalahan manusia, atau kegagalan sistem. Sumber
terjadinya risiko operasional paling luas dibanding risiko lainnya yakni selain
bersumber dari aktivitas di atas juga bersumber dari kegiatan operasional dan
jasa, akuntansi, sistem tekhnologi informasi, sistem informasi manajemen
atau sistem pengelolaan sumber daya manusia.
3. Risiko Finansial adalah resiko yang diderita oleh investor sebagai akibat dari
ketidakmampuan
emiten
saham
dan
obligasi
memenuhi
kewajiban
pembayaran deviden atau bunga atau bunga serta pokok pinjaman.
Risiko dapat dikategorikan ke dalam beberapa bentuk :
1. Risiko Spekulatif,
2. Risiko Murni,
3. Risiko Fundamental,
4. Risiko Particular.
Risiko spekulatif
Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang
dapat memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian.
Risiko spekulatif kadang-kadang dikenal pula dengan istilah risiko bisnis(business
risk). Seseorang yang menginvestasikan dananya disuatu tempat menghadapi dua
kemungkinan. Kemungkinan pertama investasinya menguntungkan atau malah
investasinya merugikan. Risiko yang dihadapi seperti ini adalah risiko spekulatif.
Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi yang dapat memberikan
keuntungan dan juga dapat menimbulkan kerugian.
Risiko murni
Risiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat
merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu
contoh
adalah
kebakaran,
apabila
perusahaan
menderita
kebakaran,maka
perusahaan tersebut akan menderita kerugian. kemungkinan yang lain adalah tidak
terjadi kebakaran. Dengan demikian, kebakaran hanya menimbulkan kerugian,
bukan menimbulkan keuntungan, kecuali ada kesengajaan untuk membakar dengan
maksud-maksud tertentu. Risiko murni adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat
merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu
cara menghindarkan risiko murni adalah dengan asuransi. Dengan demikian
besarnya kerugian dapat diminimalkan. itu sebabnya risiko murni kadang dikenal
dengan istilah risiko yang dapat diasuransikan ( insurable risk ).
Perbedaan utama antara risiko spekulatif dengan risiko murni adalah
kemungkinan untung ada atau tidak, untuk risiko spekulatif masih terdapat
kemungkinan untung sedangkan untuk risiko murni tidak dapat kemungkinan untung.
Risiko Fundamental
Risiko fundamental adalah suatu peristiwa yang baik sebab maupun akibat
yang ditimbulkannya bukan berasal dari individu dan dampaknya pada umumnya
menimpa orang banyak dan biasanya bersifat katastropal (dalam skala besar)
seperti perang, inflasi, dll.
Risiko Particular
Risiko partikular adalah suatu risiko yang penyebabnya dilakukan oleh
individu-individu
dan
individu/seseorang
dampaknya
yang
terbatas,
menyebabkannya.
di
mana
Misalnya,
kita
dapat
kebakaran,
menunjuk
pencurian,
kecelakaan dll. Ketidakpastian dapat menimbulkan dua akibat yang berbeda yaitu
positif atau negative.
Manajemen Risiko dan Proses Manajemen Risko
Manajemen risiko adalah suatu proses mengidentifikasi, mengukur risiko, serta
membentuk strategi untuk mengelolanya melalui sumber daya yang tersedia.
Manajemen
risiko bertujuan untuk mengelola risiko tersebut sehinga kita dapat
memperoleh hasil yang optimal. Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan melalui
proses-proses berikut ini :
1. Identifikasi Risiko
Proses ini meliputi identifikasi risiko yang mungkin terjadi dalam suatu
aktivitas usaha. Identifikasi risiko secara akurat dan komplet sangatlah vital
dalam manajemen risiko. Salah satu aspek penting dalam identifikasi risiko
adalah mendaftar risiko yang mungkin terjadi sebanyak mungkin. Teknikteknik yang dapat digunakan dalam identifikasi risiko antara lain:
a) Brainstorming
b) Survei
c) Wawancara
d) Informasi historis
e) Kelompok kerja, dll.
Berbagai tipe risiko utama diantaranya yaitu:
A. Risiko Pasar
1) Interest Rate Risk: Risiko dimana pergerakan tingkat bunga
berpengaruh negatif terhadap pendapatan bersih bunga.
2) Foreign Exchange Risk: Risiko kerugian yang disebabkan oleh
pergerakan negatif tingkat pertukaran mata uang.
3) Commodity/ Equity Price Risk: Risiko kerugian yang disebabkan
oleh pergerakan negatif harga komoditi.
B. Risiko Likuiditas:
Risiko dimana perusahaan tidak dapat memenuhi obligasi cash flow
dikarenakan ketidakmampuan perusahaan untuk melikuidasi aset,
atau memperoleh pendapatan yang cukup.
C. Risiko Mitra Kerja: Risiko kegagalan yang diakibatkan gagalnya mitra
kerja untuk memenuhi obligasi financial dan/ atau kontraktual dalam
hal jangka waktu dan kondisi yang telah disepakati.
D. Risiko Operasional: Risiko kegagalan yang disebabkan oleh gagalnya
kebijakan, proses, sistem, orang dan faktor eksternal lainnya.
E. Risiko Stratejik: Risiko yang berhubungan dengan rencana dan strategi
bisnis perusahaan di masa datang, meliputi risiko masuknya bisnis
baru, perluasan proses produksi yang ada, merger dan akuisisi,
pemakaian metodologi dan cara baru untuk produksi, ketidakmampuan
untuk mengantisipasi/ bertindak terhadap pesaing, atau meningkatkan
infrastruktur (misalnya: plant feronikel, alumina, hydro power plant, IT
dan networking).
F. Risiko Hukum: Risiko kegagalan yang diakibatkan oleh lawsuit, tidak
adanya aturan/ hukum penunjang dan kontrak yang tidak dapat
dipaksakan.
G. Risiko Kepatuhan: Risiko kegagalan yang diakibatkan adanya
penundaan, pelanggaran atau non-conformity dengan aturan dan
hukum eksternal/internal.
H. Risiko Reputasi: Risiko kerugian yang disebabkan oleh publikasi
negatif berkaitan dengan kegiatan bisnis perusahaan atau adanya
persepsi negatif mengenai perusahaan.
I. Risiko Lingkungan: Risiko yang berhubungan dengan kegagalan dalam
mengelola standar minimum lingkungan, nilai masyarakat, kesehatan
dan keselamatan manusia.
2. Analisa Risiko
Setelah melakukan identifikasi risiko, maka tahap berikutnya adalah
pengukuran risiko dengan cara melihat potensial terjadinya seberapa besar
severity (kerusakan) dan probabilitas terjadinya risiko tersebut.
Penentuan probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subyektif dan
lebih berdasarkan nalar dan pengalaman. Beberapa risiko memang mudah
untuk diukur, namun sangatlah sulit untuk memastikan probabilitas suatu
kejadian yang sangat jarang terjadi.
Sehingga, pada tahap ini sangtalah penting untuk menentukan dugaan
yang terbaik supaya nantinya kita dapat memprioritaskan dengan baik dalam
implementasi perencanaan manajemen risiko. Kesulitan dalam pengukuran
risiko adalah menentukan kemungkinan terjadi suatu risiko karena informasi
statistik tidak selalu tersedia untuk beberapa risiko tertentu. Selain itu,
mengevaluasi dampak severity (kerusakan) seringkali cukup sulit untuk asset
immateriil.
Menurut J. W. Meritt, terdapat beberapa hal atau langkah yang perlu
diperhatikan dalam menerapkan metode analisis resiko secara umum, yaitu
sebagai berikut:
a) Pertama, menentukan ruang lingkup (scope statement). Hal ini harus
dipercayai oleh semua kalangan pihak yang menaruh perhatian pada
masalah. Dalam menentukan ruang lingkup ini, ada tiga hal yang harus
diperhatikan, yaitu menentukan secara tepat apa yang harus
dievaluasi, mengemukakan apa jenis analisis resiko yang akan
digunakan, dan mengajukan hasil yang diharapkan.
b) Menetapkan aset (asset pricing). Pada langkah kedua ini, semua
sistem informasi ditentukan secara spesifik ke dalam ruang lingkup
yang telah dirancang, kemudian ditaksir ‘harga’ (price)-nya.
c) Risks and Threats.
Resiko (risk) adalah sesuatu yang dapat
menyebabkan kerugian atau mengurangi nilai kegunaan operasional
sistem. Sedangkan ancaman (threats) adalah segala sesuatu yang
harus dipertimbangkan karena kemungkinannya yang dapat terjadi
secara bebas di luar sistem sehingga memunculkan satu resiko.
d) Menentukan koefisien dampak. Semua aset memiliki kerentanan yang
tidak sama terhadap suatu resiko. Oleh sebab itu perlu dicermati dan
diteliti sejauh mana sebuah aset dikenali sebagai hal yang rentan
terhadap sesuatu, serta perbandingannya dengan aset yang justru
kebal sama sekali.
e) Single loss expectancy atau ekspetasi kerugian tunggal. Pada poin ini,
Meritt menjelaskan bahwa aset-aset yang berbeda akan menanggapi
secara berbedap pula ancaman-ancaman yang diketahui.
f) Group evaluation atau evaluasi kelompok, yaitu langkah lanjutan yang
melibatkan sebuah kelompok pertemuan yang terdiri dari para
pemangku kepentingan terhadap sistem yang dianalisis (diteliti).
Pertemuan ini harus terdiri dari individu yang memiliki pengetahuan
tentang
komponen-komponen
yang
beragam
tersebut,
tentang
ancaman dan kerentanan dari sistem serta pengelolaan dan tanggung
jawab operasi untuk memberikan bantuan dalam penentuan secara
keseluruhan. Pada langkah ini lah biasanya metode hibrida dalam
analisis resiko dilakukan.
g) Melakukan kalkulasi (penghitungan) dan analisis. Terdapat dua macam
analisis. Pertama, across asset, yaitu analisis yang bertujuan untuk
menunjukkan aset-aset tertentu yang perlu mendapat perlindungan
paling utama. Kedua, across risk, yaitu analisis yang bertujuan untuk
menunjukkan ancaman apa dan bagaimana yang paling harus dijaga.
h) Controls atau pengendalian, yaitu segala hal yang kemudian
diterapkan untuk mencegah, mendeteksi, dan meredakan ancaman
serta memperbaiki sistem.
i) Melakukan analisis terhadai control atau pengendalian. Ada dua
metode yang dapat dilakukan dalam menganalisis aksi kontrol ini, yaitu
cost and benefit ratio dan risk or control.
3. Evaluasi Risiko
Proses yang biasa digunakan untuk menentukan manajemen risiko dengan
membandingkan tingkat risiko terhadap standar yang telah ditentukan, target
tingkat risiko dan kriteria lainnya.
Tujuan Evaluasi :
Mengetahui yang memiliki tingkat prioritas tertinggi hingga terendah
Menentukan risiko mana yang ditindaklanjuti dengan Penanganan &
risiko mana saja yang hanya perlu dipantau
Konsep Evaluasi Risiko :
Konsisten dengan konteks yang telah ditetapkan
Perlu tidaknya dilakukan analisis risiko lanjutan
Risiko-risiko yang perlu mendapatkan penanganan
Prioritas dapat didasarkan pada level risiko atau hal lain seperti :
1. Kemungkinan suatu peristiwa tertentu.
2. Besarnya dampak penanganan tersebut terhadap konteks yang
lebih luas.
4. Pengelolaan risiko
Jenis-jenis cara mengelola risiko:
a) Risk avoidance
Yaitu memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang mengandung
risiko sama sekali. Dalam memutuskan untuk melakukannya, maka
harus dipertimbangkan potensial keuntungan dan potensial kerugian
yang dihasilkan oleh suatu aktivitas.
b) Risk reduction
Risk reduction atau disebut juga risk mitigation yaitu merupakan
metode yang mengurangi kemungkinan terjadinya suatu risiko ataupun
mengurangi dampak kerusakan yang dihasilkan oleh suatu risiko.
c) Risk transfer
Yaitu memindahkan risiko kepada pihak lain, umumnya melalui suatu
kontrak (asuransi) maupun hedging.
d) Risk deferral
Dampak suatu risiko tidak selalu konstan. Risk deferral meliputi
menunda aspek suatu proyek hingga saat dimana probabilitas
terjadinya risiko tersebut kecil.
e) Risk retention
Walaupun risiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara mengurnagi
maupun mentransfernya, namun beberapa risiko harus tetap diterima
sebagai bagian penting dari aktivitas.
5. Implementasi Manajemen Risiko
Setelah memilih respon yang akan digunakan untuk menangani risiko, maka
saatnya untuk mengimplementasikan metode yang telah direncanakan
tersebut.
6. Monitoring Risiko
Mengidentifikasi, menganalisa dan merencanakan suatu risiko merupakan
bagian penting dalam perencanaan suatu proyek. Namun, manajemen risiko
tidaklah berhenti sampai disana saja. Praktek, pengalaman dan terjadinya
kerugian akan membutuhkan suatu perubahan dalam rencana dan keputusan
mengenai penanganan suatu risiko. Sangatlah penting untuk selalu
memonitor proses dari awal mulai dari identifikasi risiko dan pengukuran risiko
untuk mengetahui
keefektifan
respon
yang
telah
dipilih
dan
untuk
mengidentifikasi adanya risiko yang baru maupun berubah. Sehingga, ketika
suatu
risiko
terjadi
maka
respon
yang
dipilih
akan
sesuai
dan
diimplementasikan secara efektif.
Kesimpulan
Risiko ada dimana mana , bisa datang kapan saja, dan sulit dihindari. Jika risiko
itu menimpa suatu organisasi, maka organisasi tersebut bisa mengalami kerugaian
yang signifikan. Dalam beberapa situasi, risiko tersebut bisa mengakibatkan
kehancuran organisasi tersebut. Maka risiko perku di kelola dengan baik untuk
meminimalisir risiko. Adapun proses manejemen risiko adalah :
1. Identifikasi risiko
2. Analisa risiko
3. Pengelolaan risiko
4. Evaluasi Risiko
5. Implementasi risiko
6. Monotoring risiko
Risiko sendiri memiliki berbagai definisi. Namun secara garis besar risiko adalah
berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurang atau tidak
tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi.
Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau
merugikan. Menurut Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan
menguntungkan
dikenal
dengan
istilah
peluang
(Opportunity),
sedangkan
ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang merugikan dikenal dengan istilah
risiko (Risk).