3 MENCIPTAKAN SUASANA BELAJAR YANG KONDUSIF DAN EFEKTIF DALAM MENDUKUNG PROSES PEMBELAJARAN YANG BERKUALITAS Muhammad Yusup Dosen Tetap Prodi Pendidikan Agama Islam STAI Muara Bulian muhammadyusup57yahoo.co.id Abstract - View of MENCIPTAKAN SUASANA BELAJA

3
MENCIPTAKAN SUASANA BELAJAR YANG KONDUSIF
DAN EFEKTIF DALAM MENDUKUNG PROSES
PEMBELAJARAN YANG BERKUALITAS

Muhammad Yusup *
* Dosen Tetap Prodi Pendidikan Agama Islam STAI Muara Bulian
muhammadyusup57@yahoo.co.id
Abstract
Efforts to improve the quality of education continue to be
done by the various parties, both conventional and
innovative. This business is a lot based on the mandate
embodied in Republic Act No. 20 of 2003 on Chapter II,
Article 3, which says: "National education serves to
develop skills and membentukk character and civilization
of the nation's dignity in the context of educating the
nation that aims to develop students' potentials to
become a man of faith and piety to God Almighty, noble,
healthy, knowledgeable, skilled, creative, independent
and become citizens of a democratic and accountable.
Many factors need to be considered in creating an

atmosphere conducive to quality learning and to improve
student achievement. As several factors to consider,
among other things, namely: First, learning approaches
should be oriented on how students learn (student
centered); Secondly, the appreciation of teachers to the
active participation of students in any learning context.
Third, teachers should be democratic in memeneg
learning activities. Fourth, any problems that arise in the
learning process should be addressed in dialogue. Fifth,
the classroom environment should be set such that
motivate student learning and encourage the process of
learning. Sixth, providing a variety of learning resources
or information related to a variety of learning resources
that can be accessed or students are learning quickly.
Teaching and Learning is at the core of the process of
formal education with the teacher as the main character.

35

At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 1, September 2016: 35-52


Teachers will determine the atmosphere of teaching and
learning in the classroom. Competent teachers will be
better able to create a learning environment that is
effective and efficient in the classroom, so that student
learning outcomes are at the optimal level. The success,
influenced by many factors mainly lies in educators
(teachers) and taught (students), who serves as actors
and subjects in the process.
Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan terus
dilakukan oleh berbagai pihak, baik konvensional dan
inovatif. bisnis ini banyak didasarkan pada mandat yang
terkandung di Republik Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Bab II, Pasal 3, yang mengatakan:
"Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan karakter membentukk dan peradaban
bangsa yang bermartabat dalam konteks mendidik
bangsa yang bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik untuk menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Banyak faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam menciptakan suasana kondusif
untuk belajar kualitas dan meningkatkan prestasi siswa.
Seperti beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan,
antara lain, yaitu: Pertama, pendekatan pembelajaran
harus berorientasi pada bagaimana siswa belajar
(student centered); Kedua, apresiasi guru untuk
partisipasi aktif siswa dalam konteks pembelajaran.
Ketiga, guru harus demokratis dalam kegiatan belajar
memeneg. Keempat, setiap masalah yang timbul dalam
proses pembelajaran harus ditangani dalam dialog.
Kelima, lingkungan kelas harus diatur sedemikian rupa
sehingga memotivasi belajar siswa dan mendorong
proses pembelajaran. Keenam, menyediakan berbagai
sumber daya atau informasi yang berhubungan dengan
berbagai sumber belajar yang dapat diakses atau siswa
belajar dengan cepat belajar. Mengajar dan Belajar
merupakan inti dari proses pendidikan formal dengan

guru sebagai karakter utama. Guru akan menentukan
suasana mengajar dan belajar di kelas. guru yang
kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan
belajar yang efektif dan efisien di dalam kelas, sehingga

Menciptakan Suasana Belajar Yang Kondusif... – Muhammad Yusup 36

hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal.
Keberhasilan, dipengaruhi oleh banyak faktor terutama
terletak pada pendidik (guru) dan mengajar (siswa),
yang berfungsi sebagai aktor dan subyek dalam proses.
Keyword: Suasana
Berkualitas

Belajar,

Kondusif,

Efektif,


Pendahuluan
Proses pembelajaran seharusnya mampu menciptakan suasana
kelas atau iklim kelas yang kondusif untuk mendukung terciptanya
kualitas proses pembelajaran. Namun sayangnya proses
pembelajaran yang terjadi selama ini masih cenderung satu arah,
kurang memperhatikan partisipasi aktif siswa dalam proses
pembelajaran. Akibatnya proses pembelajaran yang terjadi selama ini
kurang bermakna bagi siswa, sehingga belum mampu
mengembangkan kompetensi dan potensi kemampuan siswa secara
lebih optimal. Suatu proses pembelajaran di sekolah yang penting
bukan saja materi yang diajarkan atau pun siapa yang mengajarkan,
melainkan bagaimana materi tersebut diajarkan. Bagaimana guru
menciptakan iklim kelas (Classroom Climate) dalam proses
pembelajaran tersebut.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan
peningkatan dan penyempurnaan pendidikan, yang berkaitan erat
dengan peningkatan mutu Proses Belajar Mengajar (PBM) secara
operasional yang berlangsung dalam kelas yang baik sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Karenanya manajemen kelas memegang
peranan yang sangat menentukan dalam PBM. Manajemen kelas

menurut Suharsini Arikunto adalah usaha yang dilakukan oleh guru
membantu tercapainya kondisi yang optimal, sehingga terlaksananya
kegiatan belajar sebagaimana yang diharapkan.1
Seorang pelajar merasa senang datang ke sekolahnya,
dikarenakan pada pikirannya tergambar sebuah ruangan kelas yang
nyaman, pengajar-pengajar yang baik, dan berkompeten, temanteman yang baik, fasilitas-fasilitas pengajaran yang lengkap dan
mendukung, sehingga dia mampu berpikir produktif, bekerja sama
dengan teman-temannya, mampu menyerap informasi yang
disampaikan. Inilah sebuah gambaran di mana sebuah lingkungan
belajar mampu mendorong siswa untuk datang ke sekolah. Berbeda
halnya dengan seorang pelajar yang memiliki sebuah lingkungan
belajar yang kotor, pengajar-pengajar yang tidak baik, suasana kelas
yang berantakan, teman-teman yang individualis, serta fasilitas
1

Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan
Evaluatif ( Jakarta: Rajawali Pers, 1992), hlm. 67.

37


At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 1, September 2016: 35-52

pengajaran yang tidak sesuai, tentunya akan menimbulkan kesan
malas, dan membosankan, sehingga tidak timbul rasa semangat pada
saat proses belajar mengajar berlangsung dan berdampak pada
kegagalan proses belajar-mengajar, dikarenakan suasana lingkungan
belajar yang tidak kondusif dan efektif.
Gambaran di atas menunjukkan bahwa salah satu faktor
penting yang menentukan hasil belajar adalah lingkungan belajar.
Dalam lingkungan yang menyenangkan, siswa akan senang belajar,
dan secara langsung akan meningkatkan hasil belajar. Sebaliknya
jika lingkungan belajar tidak nyaman maka tidak akan mendukung
hasil belajar yang maksimal.
Pendidikan merupakan unsur penting dalam menentukan
kemajuan suatu bangsa dan negara. Berdasarkan Sisdiknas Nomor 20
Tahun 2003 (2006: 2), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting
dalam menciptakan lingkungan kelas yang tertib dan kondusif dan
suasana pembelajaran yang menarik.Pengelolaan kelas merupakan
suatu tindakan yang menunjukan kepada kegiatan-kegiatan yang
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi
terjadinya proses belajar- mengajar. Tindakan optimal yang
dilakukan guru dalam melakukan kegiatan pengelolaan kelas
bukanlah tindakan yang imaginatif semata-mata akan tetapi
memerlukan kegiatan yang sistematik berdasarkan langkah-Iangkah
bagaimana seharusnya kegiatan itu dilakukan. Jadi prosedur
pengelolaan kelas merupakan langkah-langkah bagaimana
kegiatan pengelolaan kelas dilakukan untuk terciptanya kondisi
belajar yang optimal serta rnempetahankan kondisi tersebut agar
proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan
efesien. Menurut Milan Rianto(2007:1), tingkat keberhasilan
pembelajaran amat ditentukan oleh kondisi yang terbangun selama
pembelajaran. Kondisi pembelajaran yang semakin kondusif, maka
tingkat keberhasilan peserta didik dalam belajarnya akan semakin
tinggi dansebaliknya. Atau terciptanya kondisi pembelajaran yang

efektif akan menjadikan proses pembelajaran berlangsung secara
efektif dan efisien dan peserta didik berhasil dalam mewujudkan
tujuan/kompetensi yang diharapkan sebagai dampaknya. Menurut
Reigeluth dalam Milan Rianto, hasil belajar peserta didik yang
efektif, efisien dan mempunyai daya tarik dipengaruhi oleh kondisi
pembelajaran.Berdasarkan beberapa pendapat tersebut penulis

Menciptakan Suasana Belajar Yang Kondusif... – Muhammad Yusup 38

menyimpulkan bahwa kondisi pembelajaran yang kondusif akan
berbanding lurus dengan hasil peerolehan sisiwa pada materi yang
diberikan.
Kendatipun demikian, pendidik perlu berupaya bagaimana
menciptakan kondisi yang kondusif, menyenangkan, menantang,
sehingga materi ajar yang disajikan dapat mengintervensi kompetensi
yang diharapkan dalam diri peserta didik. Melalui serangkaian
kegiatan pembelajaran yang berlangsung dalam kondisi yang
menyenangkan akan berpeluang bagi peserta didik untuk dapat
mengungkap
arti

dan
makna
yang
berbeda
atas
interpretasinya terhadap obyek, materi yang tersajikan. Untuk
menciptakan kondisi tersebut, pendidik pada umumnya perlu
melakukan pengelolaan terhadap sarana dan prasarana kelas yang
tersedia serta mencegah dan/atau mengendalikan timbulnya perilaku
peserta didik yang mengganggu aktivitas selama proses
pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas jelaslah bahwa guru
merupakan kunci keberhasilan dalam pengelolaan proses belajar
mengajar, sehingga sudah seharusnya guru harus memiliki
kemampuan profesional termasuk kemampuan memanajemeni kelas
agar dapat tercipta suatu lingkungan belajar yang kondusif di dalam
kelas. Maka dalam makalah ini akan membahas mengenai upaya
yang dapat dilakukan untuk menciptakan suatu kondisi lingkungan
yang kondusif namun dibatasi pada permasalahan yang timbul dari
tindakan siswa.

Hakikat Proses Pembelajaran
Proses Belajar Mengajar merupakan komunikasi dua arah,
dimana kegiatan guru sebagai pendidik harus mengajar dan siswa
sebagai terdidik yang belajar. Dari sisi siswa sebagai pelaku belajar
dan sisi guru sebagai pembelajar, dapat ditemukan adanya perbedaan
dan persamaan. Hubungan guru dan siswa adalah hubungan
fungsional, dalam arti pelaku pendidik dan pelaku terdidik. Dari segi
tujuan akan dicapai baik guru maupun siswa sama-sama mempunyai
tujuan sendiri-sendiri. Meskipun demikian, tujuan guru dan siswa
tersebut dapat dipersatukan dalam tujuan instruksional.
Dari segi proses, belajar dan perkembangan merupakan
proses internal siswa. Pada belajar dan perkembangan, siswa sendiri
yang mengalami, melakukan, dan menghayatinya. Inilah yang
dimaksud dengan pembelajaran, dimana proses interaksi terjadi
antara guru dengan siswa, yang bertujuan untuk meningkatkan
perkembangan mental, sehingga menjadi mandiri dan utuh,
disamping itu pula proses belajar tersebut terjadi berkat siswa
memperoleh sesuatu yang ada dilingkungan sekitar.

39

At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 1, September 2016: 35-52

Dalam Proses belajar tersebut, siswa menggunakan
kemampuan mentalnya untuk mempelajari bahan belajar.
Kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dibelajarkan
dengan bahan belajar menjadi suku rinci dan menguat. Adanya
informasi tentang sasaran belajar, penguatan, evaluasi dan
keberhasilan belajar, menyebabkan siswa semakin sadar akan
kemampuan dirinya.
Dari kegiatan interaksi belajar-mengajar tersebut, guru
membelajarkan siswa dengan harapan bahwa siswa belajar. Maka,
ranahranah tersebut semakin berfungsi. Sebagai ilustrasi, pada ranah
kognitif siswa dapat memiliki pengetahuan, pemahaman, dapat
menerapkan, menganalisis, sintesis dan mengevaluasi. Pada ranah
afektif siswa dapat melakukan penerimaan, partisipasi, menentukan
sikap, mengorganisasi dan membentuk pola hidup. Sedangkan pada
ranah psikomotorik siswa dapat mempersepsi, bersiap diri, membuat
gerakan-gerakan sederhana dan kompleks, membuat penyesuaian
pola gerak dan menciptakan gerakgerak baru.2
Walaupun kita tahu bahwa belajar mungkin saja terjadi tanpa
pembelajaran atau dilakukan secara insidental, namun demikian
dampak pembelajaran tersebut terhadap belajar sangat bermanfaat
dan biasanya mudah diamati. Apabila pembelajaran dirancang untuk
mencapai suatu tujuan belajar tertentu (a specific learning
objective),maka pembelajaran itu mungkin akan lebih berhasil atau
lebih efektif dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Proses Belajar Mengajar mencakup peristiwa-peristiwa yang
dihasilkan atau ditimbulkan oleh sesuatu yang bisa berupa bahan
cetakan (buku teks, surat kabar, majalah, dsb), gambar, program
televisi, atau kombinasi dari obyek-obyek fisik, dsb. Peristiwa ini
mencakup semua ranah atau domain hasil belajar (learning
outcomes). Secara singkat, dapat kita katakan bahwa pembelajaran
merupakan serangkaian peristiwa yang dapat mempengaruhi si
belajar sedemikian rupa, sehingga akan mempermudah ia dalam
belajar, atau belajar yang dilakukan oleh si belajar dapat dipermudah/
difasilitasi.
Maka Proses Belajar Mengajar dapat dikatakan efektif,
apabila dapat memfasilitasi pemerolehan pengetahuan dan
keterampilan si belajar melalui penyajian informasi dan aktivitas
yang dirancang untuk membantu memudahkan siswa dalam rangka
mencapai tujuan khusus belajar yang diharapkan.3

2

Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta,
1999), hlm. 7.
3
Punaji Setyosari, Rancangan Pembelajaran Teori dan Praktek (Malang:
Elang Mas, 2001), hlm. 4.

Menciptakan Suasana Belajar Yang Kondusif... – Muhammad Yusup 40

Menciptakan Suasana Belajar Yang Kondusif
Suasana kelas yang kondusif akan mampu mengantarkan
pada prestasi akademik dan non-akademik siswa, maupun kelasnya
secara keseluruhan. Kelas yang kondusif di antaranya memiliki ciriciri; tenang, dinamis, tertib, suasana saling menghargai, saling
mendorong, kreativitas tinggi, persaudaraan yang kuat, saling
berinteraksi dengan baik, dan bersaing sehat untuk kemajuan.
Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam menciptakan
Suasana belajar yang yang kondusif dalam mendukung proses
pembelajaran yang berkualitas. Adapun beberapa faktor yang perlu
diperhatikan tersebut antara lain, yaitu:
Pendekatan pembelajaran hendaknya berorientasi pada
bagaimana siswa belajar (student centered);
Adanya penghargaan guru terhadap partisipasi aktif siswa
dalam setiap konteks pembelajaran.
1. Guru hendaknya bersikap demokratis dalam memeneg kegiatan
pembelajaran.
2. Setiap permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran
sebaiknya dibahas secara dialogis.
3. Lingkungan kelas sebaiknya disetting sedemikian rupa sehingga
memotivasi belajar siswa dan mendorong terjadinya proses
pembelajaran.
Salah satu hal yang harus dikedepankan dalam menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan adalah menyertakan partisipasi
siswa di dalam kelas. Selain untuk membangun komunikasi dengan
siswa, pengajar juga dapat mengetahui apa yang menjadi kebutuhan
bagi para siswa. Jika situasi ini tak terbangun, bisa jadi siswa akan
merasa canggung berbicara dengan guru dan komunikasi tidak akan
berjalan baik. Akibatnya, pengajar juga akan mengalami kesulitan
untuk mengetahui apa yang menjadi keinginan siswa. Beberapa tips
yang dapat menjadi panduan dalam menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan:
1. Ciptakan iklim yang nyaman buat anak didik Anda
Iklim yang nyaman akan menghilangkan kecanggungan
siswa, baik sesama guru maupun antar siswa sendiri. Hal ini juga
bisa mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan, sehingga
komunikasi antara pendidik dan anak didik dapat terbangun.
Sebagai pengajar, Anda dapat menjelaskan kepada siswa bahwa
tidak akan ada siswa lain yang akan mengejek ketika ia bertanya.
Beri motivasi kepada siswa bahwa dengan bertanya, akan
memudahkannya untuk lebih mengetahui tentang sesuatu hal
daripada hanya diam mendengarkan.
2. Dengarkan dengan serius setiap komentar atau pertanyaan yang
diajukan oleh siswa Anda

41

At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 1, September 2016: 35-52

Jika siswa Anda mengajukan pertanyaan, sebisa mungkin
fokus dan memperhatikannya. Meski sederhana, hal ini akan
menumbuhkan kepercayaan diri siswa karena ia merasa
diperhatikan. Seringkali siswa merasa kurang percaya diri
sehingga enggan untuk memberikan kontribusi di dalam kelas.
Nah, tugas Anda sebagai pengajar, membangun kepercayaan diri
siswa dengan menunjukkan perhatian-perhatian saat siswa
merasa sedang ingin didengarkan.
3. Jangan ragu memberikan pujian kepada siswa
Anda juga bisa mencoba dengan memuji setiap komentar
yang diajukan oleh anak didik Anda. Misalnya, "Oh, itu ide yang
sangat bagus" ,atau "Pertanyaan kamu bagus, itu tidak pernah
saya pikirkan sebelumnya”.
4. Beri pertanyaan yang mudah dijawab
Jika hal di atas belum juga berhasil untuk mengajak siswa
memberikan komentar atau pertanyaan, giliran Anda untuk
mengajukan pertanyaan memancing yang bisa membuat anak
didik Anda tidak lagi bungkam di dalam kelas. Pastikan
pertanyaan Anda mampu dijawab oleh siswa, sehingga saat
menjawab secara tidak langsung melatih siswa untuk berbicara.
Saat siswa sudah mulai merespon, beri senyum kepada
siswa yang sudah berkomentar. Hal ini akan mengurangi rasa
canggung yang biasa ia perlihatkan.
5. Biarkan siswa mengetahui pelajaran sebelum kelas dimulai
Minta agar para siswa mempelajari bahan yang nantinya
akan Anda tanyakan. Sehingga, ia akan mempersiapkannya
terlebih dulu. Jika saat anda bertanya dan para siswa tidak
merespon, ubah format pertanyaan anda yang hanya
membutuhkan jawaban "ya" atau "tidak".
6. Controlling
Kontrol para siswa dengan alat kontrol yang Anda miiliki.
Gunanya adalah untuk mengetahui seberapa banyak siswa yang
biasanya berpartisipasi dalam kelas. Jika Anda menemukan
beberapa siswa yang tingkat partisipasinya dalam kelas sangat
kurang, maka ajak ia berkomunikasi secaraa pribadi. Mungkin
dengan begitu ia akan merasa percaya diri. Selain itu, jika yang
Anda temukan hanyalah permasalahan kurang percaya yang
menjadikannya diam selama kelas berlangsung, maka tugas Anda
selanjutnya adalah memberi ia tugas yang bisa membantunya
untuk berkomunikasi. Misalnya, tugas berpidato dalam kelas.
Susana yang kondusif dalam belajar adalah suasana yang tidak
ada tekanan di dalamnya, sehingga tercipta kondisi yang releks,
lingkungan yang mentoleransi terhadap kesalahan namun berharap
pada kesuksesan tinggi. Dalam hal ini Allah pun telah menunjukkan

Menciptakan Suasana Belajar Yang Kondusif... – Muhammad Yusup 42

sebuah pembelajaran yang mampu menciptakan suasana yang
kondusif dan bebas dari resiko, misalnya dengan tidak adanya
paksaan dalam memeluk Islam, melainkan atas kesadaran dan
keikhlasan.

ِّ ‫اَل إِ ْكراه ِِف‬
) 256: ‫الر ْش ُد ِم ان الْغا ِّي … (البقرة‬
ُّ ‫َّي‬
‫الدي ِن قا ْد تابا ن ا‬
‫اا‬

Artinya : “Tidak ada paksaan untuk memasuki agama (Islam),
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dan jalan yang sesat.”4
Dari kutipan ayat diatas, telah memberikan inspirasi bahwa
pembelajaran yang berlangsung tidaklah merupakan sebuah paksaan,
sehingga peserta didik akan secara sadar dan ikhlas dalam melakukan
proses pembelajarannya. Dan dengan iu, perlulah kiranya
menumbuhkan motivasi yang ada dalam diri peserta didik untuk mau
belajar, yang nantinya akan membuahkan hasil bagi diri mereka
sendiri.
Demi menarik minat para pembelajar dalam proses
pembelajaran, tentunya diperlukan beberapa hal yang dapat dijadikan
sebagai sarana untuk menarik minat tersebut. al-Qur’an telah
diturunkan dengan gaya bahasa yang semenarik mungkin, sehingga
dapat menjadi perhatian bagi ummat Muhammad saw saat
diturunkannya. Selain itu Allah telah berfirman:

ِ
ِ ِ ْ ‫اْلِ ْكم ِة والْمو ِعظاِة‬
ِ ‫ْادعُ إِ اَل سبِ ِيل ربِّ ا‬
‫اح اس ُن‬
ْ ‫اْلا اسناة او اجاد ْْلُ ْم بِالنِِت ى اي أ‬
ْ‫ك ب ْ ا ا ا‬
‫ا ا‬
ِ ِ
ِِ ِ
)125:‫ين (النحل‬
‫إِ نن اربن ا‬
‫ك ُى او أ ْاعلا ُم ِِبا ْن ا‬
‫ض نل اع ْن اسبيلو اوُى او أ ْاعلا ُم بالْ ُم ْهتاد ا‬
Artinya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan
hikmah, dan pelajaran yang baik dan berbantahlah mereka dengan
cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Selain itu, keakraban antara guru dan siswa sangat menentukan
keberhasilan belajar bagi siswa. Jika hal ini terjalin suasana belajar
akan lebih santai dan siswa akan lebih mudah menangkap pelajaran.
Siswa tidak akan merasa sungkan bertanya jika mereka tidak
mengerti karena salah satu jalan membuat siswa cepat mengerti
adalah dengan cara bertanya. Mengajar kelompok kecil dan
perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang
memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta
didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan
peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik yang
lain. Khusus dalam melakukan pembelajaran perorangan perlu
diperhatikan kemampuan dan kematangan berfikir peserta didik, agar
apa yang disampaikan bisa diserap dan diterima oleh peserta didik.
4

Al Qur’an dan terjemahan Surah Al Baqarah ayat 256

43

At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 1, September 2016: 35-52

Penguasaan terhadap semua ketrampilan mengajar di atas harus utuh
dan terintegrasi, sehingga diperlukan latihan yang sistematis,
misalnya melalui pembelajaran mikro.
Seluruh sekolah yang bertaraf nasional dan internasional,
jumlah siswa dibatasi dalam setiap kelas maksimal 32 siswa. Hal ini
ditetapkan agar guru bisa lebih mudah memberikan pelajaran dengan
baik dan siswa juga akan mudah menangkap yang nantinya akan
mendapatkan hasil yang baik pula. Selain itu juga bagian sarana dan
prasarana disekolah akan lebih mudah menyediakan alat praktikum
sesuai dengan jumlah siswa seperti komputer, alat praktik IPA,
peralatan olahraga, labor bahasa dan lain-lain. Dan juga guru
menyampaikan materi pembelajaran dikelas dengan menggunakan
alat multimedia. Bagi guru yang kreatif mereka membuat animasi
karikatur dalam pembelajaran sehingga siswa tidak merasa
jenuh. Bagian kurikulum juga harus memikirkan bagaimana agar
siswa juga dapat menerima pembelajaran dengan baik dengan cara
menyusun jadwal pelajaran dengan rapi. Dalam satu hari siswa
jangan diberikan pelajaran yang berumus, harus diselingi dengan
mata pelajaran yang lainnya.
Strategi Inovatif Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Gairah
Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran
Sering kita temukan di lapangan bahwa kondisi persekolahan
kita, khususnya Sekolah Dasar, dikelola apa adanya dan ala
kadarnya. Terutama hal yang berhubungan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan lingkungan sekolah dan keadaan ruangan kelas. Seperti
terlihat pada kondisi ruang kelas yang ditata monoton dan
konvensional, dengan tampilan apa adanya seperti tampak pada
pengecatan dinding sekolah atau pun ruangan kelas yang kebanyakan
dicat dengan warna putih polos, kuning polos, dan warna–warna lain
yang serba polos. Ini sudah lumayan bagus, artinya kondisi kelas
yang demikian sudah terlihat bersih.
Gambar–gambar yang dapat menciptakan nuansa keindahan
dan nuansa lain dari suatu kegiatan dan kebiasaan yang bersifat
konvensional jarang kita temukan. Memang kita sadari bahwa
eksistensi persekolahan di negara kita tercinta ini cukup bervariasi,
mulai dari yang tidak layak pakai mungkin karena dinding mau
roboh, genteng yang mau berjatuhan, plafon banyak yang jebol, dan
siap untuk berjatuhan dan berbagai kondisi lain yang sangat
memprihatinkan. Kita berharap kondisi yang sedemikian parah
semacam ini segera dibenahi dan ditangani. Karena bagaimana bisa
kita menciptakan suatu lingkungan yang indah kalau kondisinya saja
sangat memprihatinkan.

Menciptakan Suasana Belajar Yang Kondusif... – Muhammad Yusup 44

Namun tidak berarti bahwa komunitas yang ada pada sekolah
yang ada pada kondisi yang demikian menjadikan guru dan warga
sekolahnya menjadi kehilangan kreatifitas untuk menciptakan hal–
hal yang inovatif demi terciptanya lingkungan belajar yang indah,
asri dan elok dipandang mata sehingga pada akhirnya tercipta
suasana yang menyenangkan. Bab ini mengacu pada adanya suatu
inovasi, yaitu bagaimana mengoptimalkan kondisi kelas (classical
conditioning) dan penciptaan lingkungan sekolah agar dapat dipakai
dan dimanfaatkan, dan dioptimalkan sehingga merupakan bagian
yang tidak terpisahkan atau merupakan bagian yang integral dengan
kegiatan pembelajaran. Artinya ruangan kelas jangan hanya menjadi
dinding pembatas yang membatasi siswa di ruang kelas pada satu
sisi, dengan lingkungan di luar kelas pada sisi lain. Demikian pula
dengan lingkungan sekitar sekolah, terutama dinding–dinding
sekolah jangan hanya menjadi benda mati yang menjadi dinding
pemisah antara lokal yang satu dengan lokal yang lain, atau menjadi
pembatas antara lingkungan sekolah sendiri dengan lingkungan luar
sekolah.
Stretegi inovatif yang dapat dilakukan adalah bagaimana
eksistensi dinding–dinding kelas yang pada dasarnya benda mati
tersebut menjadi bermakna dan berbicara terhadap siswa pada
khususnya dan bagi seluruh warga sekolah pada umumnya. Yang
menjadi pertanyaan adalah bagaimana menciptakan dinding–dinding
sekolah dan ruang–ruang kelas yang mati ini menjadi lebih hidup,
menjadi bermakna, dan pada akhirnya dapat menggairahkan nafsu
belajar siswa?
Jawaban dari pertanyaan di atas tidak lain adalah diperlukan
suatu langkah kreatifitas dari seorang guru, dan hal ini tentunya
merupakan suatu langkah inovatif yang pada kenyataannya akan
berbeda dengan kondisi realita dan mayoritas yang ada di lapangan
saat ini. Pada kebanyakan orang dan pada kebanyakan guru bisa saja
hal ini dianggap kegiatan yang mengada–ada. Namun justru di
sinilah letak nilai inovatif itu sendiri muncul, sebab kegiatan yang
bersiafat inovatif akan dirasakan hal yang asing oleh orang lain,
sebab hal semacam itu sebelumnya jarang atau bahkan mungkin
belum ada.
Pertanyaan yang mungkin timbul yaitu bagaimana, dan
kreatifitas semacam apa yang dapat membedakan kondisi ruang kelas
dan kondisi lingkungan sekolah konvensional dengan kondisi ruang
kelas dan lingungan sekolah yang disentuh dengan nuansa kreatifitas
sehingga memiliki nuansa estetis dan bermakna bagi siswa? Kegiatan
ini merupakan suatu keniscayaan untuk dilakukan oleh guru di
lapangan, yaitu dengan memberikan sentuhan–sentuhan seni pada
dinding–dinding ruang kelas, gedung, dan pagar sekolah. Sentuhan

45

At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 1, September 2016: 35-52

seni itu berupa penuangan warna-warna ceria, serasi dan kolaborasi
beberapa warna pada dinding kelas atau pun dinding sekolah. Tidak
hanya sampai di sini di samping pemaduan beberapa warna ceria
yang relevan dengan dunia anak, kita juga harus mengisi ruang–
ruang yang kosong dari dinding tersebut, dengan lukisan yang
sengaja dibuat oleh guru, bersifat monumental dan bernilai estetis. Di
samping itu dapat dipadukan gambar-gambar yang bervariasi dan
relevan dengan pembelajaran. Relevan dengan pembelajaran
maksudnya gambar yang dituangkan merupakan upaya untuk
mendekatkan anak dengan materi pelajaran yang dipelajari pada
kelas tertentu, misalnya pada pelajaran IPA, ada meteri-materi
tertentu yang bisa berupa sajian gambar yang menarik siswa bila
dituankan pada dinding sekolah, seperti : gambar gerhana, solar
sistem,
simbiosis,
pertumbuhan
tumbuhan,
cara–cara
perkembangbiakan, dan lain–lain.
Demikian juga seperti materi pelajaran IPS seperti gambar
tipe –tipe hewan: Asiatis , Peralihan, Australis, dan gambar bendera
dan lambang ASEAN, merupakan gambar yang sangat menarik bagi
siswa. Apabila materi semacam ini disajikan berupa lukisan atau
gambar yang menarik pada dinding sekolah, materi tersebut pada
akhirnya bukan merupakan hal yang asing bagi siswa. Sebab setiap
hari dan setiap saat siswa dapat mengamati dan melihatnya. Hal itu
dimaksudkan supaya dinding sekolah dan ruang kelas menjadi suatu
yang integral dengan kegiatan pembelajaran bernuansa estetis dan
menyenangkan. Lukisan yang tertuang harus menciptakan nuansa
dan nilai keindahan artinya bila kita memandang lukisan itu dapat
tercipta suasana batin yang damai, menyejukkan kalbu. Kondisi
semacam ini akan memiliki dampak psikologis yang sangat dalam
bagi penikmat lukisan tersebut khususnya siswa, yaitu dapat
memberikan nuansa rekreatif yang dapat menciptakan suasana
relaksasi bagi otot–otot syaraf yang tegang stress dan semacamnya.
Hanya saja hal yang harus diperhatikan yaitu tata letak dan
penempatan dari lukisan itu sendiri. Lukisan hendaknya ditata
sedemikian rupa sehingga eksistensinya tidak memecahkan
konsentrasi siswa pada saat menerima pembelajaran.
Hal semacam ini memang berbeda dan dapat menghapus
cara–cara lama dalam memanfaatkan ruangan kelas pada khususnya
dan lingkungan sekitar agar lebih bermakna dan menyenangkan bagi
siswa untuk tetap berada di dalamnya. Sehingga dengan kondisi
kelas yang semacam ini siswa dan guru atau siapa saja yang masuk
ke kelas ini beranggapan dan merasa bahwa kelasku adalah istanaku,
atau dia beranggapan bahwa sekolahku adalah sorgaku. Penciptaan
ruang kelas dan lingkungan sekolah yang sedemikian rupa memang
memerlukan kerja ekstra, sebab tidak semua guru dapat melukis.

Menciptakan Suasana Belajar Yang Kondusif... – Muhammad Yusup 46

Apabila hal itu terjadi tentu perlu mengundang orang yang pandai
melukis. Upaya–upaya seperti yang telah dipaparkan oleh penulis
tidak lain adalah suatu kiat agar siswa tidak bosan di sekolah, siswa
lebih bergairah dalam pembelajaran yang pada akhirnya tentunya
tercapainya prestasi siswa yang optimal sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan.
Belajar yang efisien dapat tercapai apabila dapat
menggunakan strategi belajar yang tepat. Strategi belajar diperlukan
untuk dapat mencapai hasil semaksimal mungkin. Adapun cara
belajar yang baik dengan petunjuk sebagai berikut :
1. Keadaan Jasmani
Belajar merupakan tenaga yang harus dijaga, karena itu untuk
mencapai hasil yang baik diperlukan keadaan jasmani yang sehat
agar tidak mudah sakit, dsb.
2. Keadaan Emosional dan Sosial
Siswa yang merasa jiwanya tertekan, selalu dalam keadaan takut
akan kegagalan, mengalami kegoncangan karena emosi yang
tidak kuat, tidak mungkin dapat belajar secara efektif. Maka,
keadaan tersebut harus dijaga dengan baik.
3. Keadaan Lingkungan
Tempat belajar hendaknya tenang, tanpa gangguan dari luar.
Begitu juga sebelum pelajaran dimulai, hendaknya apa-apa yang
dibutuhkan dipersiapkan terlebih dahulu.
4. Memulai Belajar
Dalam hal ini, sering menunda dan enggan untuk memulai
belajar.
Maka,
kita
harus
mengatasinya
dengan
suatu “perintah“pada diri sendiri untuk memulai pekerjaan
tersebut tepat pada waktunya.
5. Membagi Pekerjaan
Dengan semboyan “Devide et Impera“ kita dapat menyelesaikan
pekerjaan yang banyak sekaligus. Dengan pintar-pintar memilih
mana yang lebih penting dan harus dikerjakan terlebih dahulu,
daripada hal-hal yang dianggap kurang menguntungkan.
6. Adakan Kontrol
Selidiki kembali pada akhir belajar, sampai sejauh manakah
bahan tersebut dapat dikuasai. Jika hasilnya kurang memuaskan
kiranya memerlukan latihan khusus, sebaliknya jika hasilnya
sudah bagus perlu ditingkatkan dan dipertahankan lagi.
7. Pupuk sikap optimistis
Adakan persaingan dengan diri sendiri, niscaya prestasi akan
meningkat dan karena itu memupuk sikap optimistis sangat
penting.
8. Waktu bekerja

47

At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 1, September 2016: 35-52

Waktu yang tepat kita jadikan alat untuk memerintah diri kita
sendiri. Karena, jika kita menyimpang dari waktu yang telah
direncanakan maka akan mengalami kegagalan.
9. Buatlah suatu rencana kerja
Dengan adanya suatu rencana kerja dengan pembagian waktu,
tampaklah bahwa selalu cukup waktu untuk belajar. Hanya
dengan rencana kerja yang teliti kita dapat menggunakan waktu
dengan efisien.
10. Menggunakan waktu
Menggunakan waktu tidak berarti bekerja lama sampai habis
tenaga, melainkan bekerja sungguh-sungguh dengan sepenuh
tenaga dan perhatian untuk menyelesaikan suatu tugas yang
khusus.
11. Belajar keras tidak merusak
Belajar dengan penuh konsentrasi itu tidak merusak. Yang
merusak ialah menggunakan waktu tidur untuk belajar, karena
dapat mengurangi waktu istirahat.
12. Cara mempelajari buku
Sebelum kita mulai membaca buku, terlebih dahulu kita coba
memperoleh gambaran tentang buku melalui garis besarnya
dengan menyelidiki daftar isi buku tersebut.
13. Mempertinggi kecepatan membaca
Seorang pelajar harus sanggup menghadapi isi yang sebanyakbanyaknya dari bacaan dalam waktu sesingkatsingkatnya.
Seorang pelajar harus mencapai kecepatan membaca sekurangkurangnya 200 perkataan dalam satu menit. Ini hanya mungkin
jika
kita
membaca
dengan “lompatan
mata“ tanpa
mengucapkannya dengan menggerakkan bibir atau dalam hati,
karena pengucapan itu dapat memperlambat kecepatan.
14. Jangan membaca belaka;
Membaca bukan sekedar mengetahui kata-katanya, melainkan
juga mengikuti jalan pikiran si pengarang, reading may be
regarded as reasoning. Setelah kita membaca satu bagian, kita
harus mengatakannya kembali dengan kata-kata sendiri sambil
merenungkan isinya secara kritis dan membandingkannya dengan
apa yang telah kita ketahui. Jadi, kita harus mengadakan reaksi
terhadap apa yang kita baca, dengan mengajak orang lain untuk
berdiskusi.
Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Dalam Belajar
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam
proses belajar mengajar. Faktor ini diantaranya adalah ketenangan,
kesabaran, kasih sayamg, dan kebetahan siswa dalam kelas. Selama
ini sering kita jumpai di kelas ketika proses belajar mengajar

Menciptakan Suasana Belajar Yang Kondusif... – Muhammad Yusup 48

berlangsung, saat guru menerangkan beberapa murid asyik bercerita
dengan temanya, berjalan-jalan, atau bermain sendiri.
Tentu saja hal seperti diatas bisa membuat guru merasa
tersinggung dan tidak dihormati. Tetapi mungkin juga guru merasa
cuek,terserah yang penting sudah melaksanakan kewajibannya.
Pengalaman seperti itu merupakan hal menarik untuk disimak.
Sebagai guru kreatif, inovatif dan profesionaltentu kita tidak ingin
mengalami hal-hal seperti itu. Sebaiknya kita belajar dan terus
belajar supaya peristiwa tersebut tidak menimpa kita sebagai guru.
1. Pembelajaran yang monoton
Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya permasalahan
dikelas adalah guru yang selalu menoton dalam mengajar. Mereka
hanya menyampaikan pengetahuan secara sepihak tanpa berusaha
melibatkan mental psikologi anak.
Dalam Kegiatan Belajar mengajar (KBM). Guru hanya
memposisikan anak secara pasif. Siswa hanya dipersiapkan
menerima ilmu pengetahuan dari guru yang menggunakan metode
ceramah dengan program 30 CH (duduk,dengar,diam,catat, dan
hafal). Seperti kita ketahui siswa adalah makhluk unik, sehingga
pendidik harus memiliki pemahaman terhadap kebutuhan peserta
didiknya. Sebagai guru profesional sudah selayaknya berusaha
meningkatkan penguasaan materi pembelajaran dengan beberapa
pendekatan yang bisa memberikan hasil belajar yang optimal.
Siswa usia SD berada pada fase paling kreatif dalam hidup
manusia karena mereka dalam usi bermain. Kenyataanya sejak pagi
hingga siang, mereka harus belajar di kelas dengan kondisi tersiksa,
mereka tidak boleh bicara, tapi harus duduk rapi, tangan di meja
melihat bapak ibu guru menyampaikan materi. Oleh karena itu,
seorang guru yang profesional harus bisa mencari dan menggunakan
metode yang sesuai, sehingga suasana belajar di kelas tanpa
tekanan.paksaan.
2. Pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM.
Sebagai seorang kreator proses belajar mengajar, seharusnya
guru mengembangkan suasana bebas bagi siswa untuk mengkaji apa
yang menarik minat, bakat, serta mengekspresikan ide-ide dan
kreatifitasnya. Tapi pada kenyataanya masih banyak pembelajaran
yang cenderung bersifat teoritis dan tidak terkait dengan lingkungan
siswa berada.
Kondisi seperti ini menyebabkan peserta didik ( siswa ) jenuh
dan tidak betah di kelas. Agar tugas guru dalam KBM menjadi
maksimal. Siswa merasa nyaman dan senang ketika pembelajaran
berlangsung, maka guru harus pandai meramu KBM tersebut.
PAIKEM merupakan salah satu pendekatan pembelajaran
yang bisa membuat suasana di kelas menjadi asyik dan efektif.

49

At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 1, September 2016: 35-52

PAIKEM singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif, dan menyenangkan.5
Aktif dimaksudkan dalam pembelajaran guru garus
menciptakan suasana yanga membuat siswa aktif bertanya serta
mengemukakan pendapat.
Peran aktif siswa sangat penting dalam rangka pembentukan
generasi kretif yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan
dirinya dan orang lain. Inovatif, guru harus mampu membuat
perubahan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
berbagai metode, sehingga siswa merasa enjoy belajar.
Kreatif, juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan
belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat
kemampuan siswa. Menyenangkan tentu saja suasana belajar
mengajar yang menyenangkan.
Dengan pendekatan PAIKEM diharapkan siswa dapat
memusatkan perhatian secara penuh pada waktu belajar. Sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar. Secara garis besar PAIKEM bisa
digambarkan sebagai berikut, Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan
untuk mengembangkan pemahaman dan kemampuan dengan
penekanan pada belajar melalui berbuat. Guru menggunakan
berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkit semangat,
termasuk menggunakan lingkungan sebagi sumber belajar untuk
menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan dan cocok bagi
siswa.
3. Mengajar Menggunakan Bahasa Cinta
Untuk membuat suasana belajar dikelas menyenangkan dan
menarik minat siswa untuk belajr lebih giat, maka guru harus dapat
menciptakan hubungan yang harmonis dengan siswa. Karena siswa
itu sendiri sebagai manusia yang memiliki rasa cinta jangan sampai
membuat julukan negatif pada seorang guru gara-gara selalu marah
dan berteriak
Bahasa cinta merupakan salah satu kunci sukses bagi semua
guru untuk membangun sebuah hubungan yang indah dengan
siswaagar tercipta suasana menyenangkan. Seorang guru dapat
membangun hubungan yang indah dengan siswa jika mau berbuat.
Diantaranya :
a. Mengakui kesalahan yang pernah dilakukan
Guru adalah sosok yang di kagumi, dihormati, sehingga akan
menjadi sangat memalukan baginya untuk mengakui kesalahan
yang mungkin telah di perbuat kepada para siswanya.
Kewibawaan seorang guru akan terlihat dari apa yang telah ia
lakukan. Sikap mengakui kesalahan dan mau minta maaf
5

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dlam Intreraksi
Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000). hlm. 17

Menciptakan Suasana Belajar Yang Kondusif... – Muhammad Yusup 50

menunjukkan kebersihan hati seseorang .
b. Pujian untuk meningkatkan motivasi belajar
Jangan pelit memberi pujian kepada siswa atas keberhasilan yang
di capai. Setiap usaha yang telah dia lakukan dalam pembelajaran
tenyata mampu meningkatkan motivasi belajar dengan memberi
pujian berarti seorang guru sedang menumbuhkan kepercayaan
diri pada siswanya.
c. Memberi kesempatan berfikir kreatif
Menanyakan dan memberikan pilihan kepada siswa dalam proses
pembelajaran akan membuat siswa berlatih mengambil
keputusam sendiri tanpa ada paksaan. Siswa akan terdidik untuk
berpikir kreatif dalam mencari pemecahan suatu masalah.
d. Mau menghargai orang lain
Kata terimah kasih merupakan ungkapan yang bermakna luas,
ketika seorang siswa mampu mengatakan terimah kasih baik
kepada teman atau gurunya berarti dia memiliki kepekaan bahwa
apa apa yang telah berhasil ia dapatkan bukan semata-mata
kehebatanya sendiri melainkan ada orang lain yang turut
membantu.
Dari sinilah siswa dapat belajar untuk menyadari bahwa
bekerja sama merupakan hal yang sangat baik untuk di lakukan.
Dengan bahasa cinta, hubungan yang kaku antara guru dan murid
sudah saatnya di ubah menjadi hubungan yang harmonis penuh kasih
sayang. Dengan demikian akan mencetak calon-calon generasi yang
unggul di masa mendatang.
Sebaik apapun metode belajar-mengajar yang diterapkan oleh
seorang dosen, semuanya akan tetap menjadi sia-sia apabila dosen
tersebut lupa bagaimana cara membangun hubungan yang baik
dengan para mahasiswanya. Menurut DePorter satu-satunya hal yang
dapat menarik minat siswa untuk belajar adalah hubungan sebagai
manusia yang dapat mereka bangun dengan sang dosen. Oleh karena
itu, bahasa cinta adalah salah satu kunci sukses bagi semua dosen
untuk membangun sebuah hubungan yang indah dengan mahasiswa
agar tercipta suasana belajar yang menyenangkan. 6
Apabila seorang guru telah mampu berkata-kata dalam bahasa
cinta kepada siswanya dan begitu juga sebaliknya, maka akan terjalin
hubungan yang harmonis antara dosen dan mahasiswa. Hal inilah
yang akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Belajar
bukan lagi sebuah hal yang membebani dan menakutkan, tetapi
belajar adalah sesuatu yang menyenangkan, bebas, santai, penuh
ketakjuban dan menggairahkan.
6

De Porter, Bobbi., dkk., Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum
Learning di Ruang-Ruang Kelas. (Bandung: Kaifa, t.t), hlm. 5.

51

At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 1, September 2016: 35-52

Penutup
Suasana yang dihadapi siswa dalam pembelajaran di sekolah
dapat dibedakan tiga jenis yaitu pertama suasana autokratis dengan
sikap guru yang otoriter, kedua, suasana Laissez-faire dengan sikap
guru yang permisif, dan ketiga, suasana demokratis dengan sikap
guru yang riil. Dari ketiga jenis suasana pembelajaran tersebut,
suasana demokratis dengan sikap guru yang riil lebih memungkinkan
untuk memberi peluang dalam mencapai hasil belajar yang optimal.
Suatu proses pembelajaran di sekolah yang penting bukan
saja materi yang diajarkan atau pun siapa yang mengajarkan,
melainkan bagaimana materi tersebut diajarkan. Bagaimana guru
menciptakan iklim kelas (Classroom Climate) dalam proses
pembelajaran tersebut.
Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam menciptakan
suasana belajar yang berkualitas, antara lain yaitu: pertama,
pendekatan pembelajaran hendaknya berorientasi pada bagaimana
siswa belajar (student centered); Kedua, adanya penghargaan guru
terhadap partisipasi aktif siswa dalam setiap konteks pembelajaran.
Ketiga, guru hendaknya bersikap demokratis dalam memenej
kegiatan pembelajaran. Keempat, setiap permasalahan yang muncul
dalam proses pembelajaran sebaiknya dibahas secara dialogis.
Kelima, lingkungan kelas sebaiknya disetting sedemikian rupa
sehingga memotivasi belajar siswa dan mendorong terjadinya proses
pembelajaran. Keenam, menyediakan berbagai jenis sumber belajar
atau informasi yang berkaitan dengan berbagai sumber belajar yang
dapat diakses atau dipelajari siswa dengan cepat.
Bibliografi
Abu Ahmadi, Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar,
Bandung: Pustaka Setia, 2005.
Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka
Cipta, 1991.
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung:
PT.Al-Ma’arif, 1989.
Ali Imran dkk., Manajemen Pendidikan, Malang: Universitas Negeri
Malang, 2003.
Cece Wijaya, A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam
Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya,
1994.
DePorter, Bobbi., dkk. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum
Learning di Ruang-Ruang Kelas. Bandung: Kaifa, 2007.

Menciptakan Suasana Belajar Yang Kondusif... – Muhammad Yusup 52

Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka
Cipta, 1999.
Mujamil Qomar, Meniti Jalan Pendidikan Islam, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset, 2002.
Punaji Setyosari, Rancangan Pembelajaran Teori dan Praktek,
Malang: Elang Mas, 2001.
Slameto, Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya
Jakarta: Rineka Cipta, 1991.
Sudirman N, dkk, Ilmu Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya,
1992.
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa
Pendekatan Evaluatif, Jakarta: Rajawali Pers, 1992.

Sebuah

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dlam Intreraksi
Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Bandung: Citra Umbara, 2003.
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grasindo, 1991.