Pengaruh Berbagai Tingkatan Fungi Mikoriza Arbuskula terhadap Produktivitas Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum Schamach ) pada Tanah Ultisol

  

TlNJAUAN PUSTAKA

Tanah Ultisol

  Ultisol umunya bereaksi masam, produktifitasnya rendah, kapasitas tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB) yang rendah kejenuhan Aluminium (Al) yang tinggi, kandungan bahan organik rendah dan peka terhadap erosi. Masalah utama pada ultisol ini adalah jumlah kelarutan dan kejenuhan Al yang tinggi sehingga mengakibatkan fosfor (P) membentuk senyawa yang tidak larut dengan Al. Akibatnya ketersediaan P sangat rendah bagi tanaman sehingga pertumbuhan tanaman terganggu (Sanchez, 1992).

  Ciri morfologi dari tanah Ultisol yaitu: pada umumnya Ultisol berwarna kuning kecokelatan hingga merah, tekstur tanah Ultisol bervariasi dan dipengaruhi oleh bahan induk tanahnya. Tanah Ultisol dari granit yang kaya akan mineral kuarsa umumnya mempunyai tekstur yang kasar seperti liat berpasir, sedangkan tanah Ultisol dari batu kapur, batuan andesit, dan tufa cenderung mempunyai tekstur yang halus seperti liat dan liat halus. Ciri morfologi yang penting pada Ultisol adalah adanya peningkatan fraksi liat daslam jumlah tertentu pada horizon seperti yang disyaratkan dalam Soil Taxonomy. Horizon tanah dengan peningkatan liat tersebut dikenal sebagai horizon argilik. Horizon tersebut dapat dikenali dari fraksi liat hasil analisis di laboratorium maupun dari penampang profil tanah. Horizon argilik umumnya kaya akan Al sehingga peka terhadap perkembangan akar tanaman, yang menyebabkan akar tanaman tidak dapat menembus horizon ini dan hanya bserkembang di atas horizon argilik (Hardjowigeno, 2003).

  Kekahatan P di tanah ultisol merupakan masalah keharaan yang paling penting, sebab kekahatan P itu tidaklah semata-mata karena kandungan P tanah yang memang rendah akan tetapi juga karena sebagian besar P dalam keadaan tersemat (Hardjowigeno, 2003).

  Lynch (1983), menyatakan bahwa teknologi tanah yang dikombinasikan dengan praktek-praktek usaha tani merupakan alat yang sangat penting untuk mengembangkan pertanian pada tanah mineral masam tropika. Teknologi ini mencakup segala upaya memanipulasi jasad renik tanah dan proses metabolik mereka untuk mengoptimumkan produksi tanaman. Penggunaan jasad renik mikoriza telah mulai diupayakan dalam kebijaksanaan pengelolaan tanah mineral masam tropika. Widada dan Kabirun (1995) menemukan bahwa mikoriza mempunyai peranan yang besar dalam pengelolaan tanah mineral masam tropika.

  Pada tanah-tanah tersebut ditemukan beberapa spesies mikoriza yang mempunyai ketahanan tinggi terhadap kemasaman dan keracunan Al serta berpotensi besar dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.

  Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)

  Mikoriza adalah suatu struktur khas pada sistem perakaran yang terbentuk sebagai manifestasi adanya simbiosis mutualisme antara cendawan (myces) dan perakaran (rhiza) dari tumbuhan tingkat tinggi. Berdasarkan struktur dan cara infeksinya pada sistem perakaran inang maka mikoriza dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar yaitu ektomikoriza dan endomikoriza. Endomikoriza dapat dibedakan dengan ektomikoriza dengan memperlihatkan karakteristik sbb : 1). Sistem perakaran yang kena infeksi tidak membesar (tidak merubah morfologi akar). 2). Cendawannya membentuk struktur lapisan hifa tipis dan tidak merata pada permukaan akar. 3). Hifa menyerang ke dalam individu sampai jaringan korteks. 4). Pada umunya ditemukan struktur percabangan hifa yang disebut arbuskula dan struktur khusus berbentuk oval yang disebut dengan vesikel (Smith dan Read, 1997).

  Diantara sel-sel terdapat hifa yang membelit atau struktur hifa yang bercabang-cabang yang disebut arbuskula. Pembengkakan yang terbentuk pada hifa yang berbentuk oval disebut vesikula. Arbuskula merupakan tempat pertukaran metabolit antara jamur dan tanaman. Adanya arbuskula sangat penting untuk mengidentifikasi bahwa telah terjadi infeksi pada akar tanaman (Scannerini dan Bonfante-Fosolo, 1983 dalam Delvian, 2003), sedangkan vesikula merupakan organ penyimpan makanan dan berfungsi sebagai propagul (organ reproduktif). Selanjutnya dikatakan bahwa seluruh endofit dan yang termasuk genus Gigaspora, Scutellospora, Glomus, Sclerocystis dan Acaulospora mampu membentuk arbuskula.

  Pengaruh mikoriza terhadap pertumbuhan secara umum dinyatakan bahwa tanaman yang bermikoriza tumbuh lebih baik dari tanaman tanpa mikoriza.

  Penyebab utama adalah mikoriza secara efektif dapat meningkatkan unsur hara, baik unsur hara makro maupun mikro. Selain dari pada itu akar yang bermikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan tidak tersedia bagi tanaman (Gianina dan Diem, 1982).

  Tanaman yang mampu tumbuh pada tempat dengan kondisi tanah yang tidak menguntungkan (ultisol) yaitu jenis tanaman yang akarnya bersimbiosis dengan jamur mikoriza, karena mikoriza mampu membantu tanaman dalam mengambil unsur hara (Noli, et. al., 1999).

  Menurut Setiadi (1989) dalam Wicaksono dan Ricky (2010), mikoriza memberikan manfaat bagi tanaman diantaranya adalah: 1) meningkatkan serapan unsur hara, 2) meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan, 3) kerusakan jaringan korteks akibat kekeringan pada perakaran bermikoriza tidak bersifat permanen, 4) memperluas penyebaran hifa dalam tanah sehingga dapat mengambil air relatif lebih banyak, serta 5) memproduksi hormon dan zat pengatur tumbuh seperti auxin, sitokinin, giberelin dan vitamin bagi inangnya.

  Wicaksono dan Ricky (2010), dalam penelitiannya dengan level mikoriza 0g, 5g dan 10 g menyatakan bahwa penggunaan mikoriza level 10g memberikan hasil terbaik pada tanaman kentang (Solanum tuberosum L.), yang ditandai dengan tingkat kandungan protein tertinggi dan karbohidrat 22,48%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan cendawan mikoriza terhadap daya serap nutrient tanah dengan menggunakan indikator jumlah daun, tinggi tanaman, berat umbi, jumlah umbi yang terinfeksi akar serta pengaruhnya terhadap kandungan protein, k a r b o h i d r a t , l e m a k d a n s e r a t .

  Pengaruh Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) pada Tanaman

  Fungi mikoriza arbuskula merupakan tipe mikoriza yang paling banyak mendapat perhatian, karena diketahui dapat bersimbiosis dengan sekitar 80% spesies tanaman (Brundrett et al., 1996). Secara alami terdapat asosiasi mikoriza antara fungi dan tanaman dalam bentuk simbiosis mutualisme. Manfaat fungsional yang diperoleh FMA dapat dilihat dari adanya pembentukan struktur arbuskula dan vesikula di dalam sel-sel akar serta produksi spora yang tinggi. Perkembangan FMA dan produksi spora membutuhkan energi yang diperoleh melalui penyerapan karbon organik dari tanaman inang (Smith dan Read, 1997). Sementara itu, tanaman inang dapat memanfaatkan fungi simbiosis berupa hara mineral dan air yang penyerapannya dibantu oleh FMA sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman meningkat.

  Adanya fungi mikoriza sangat penting bagi ketersediaan unsur hara seperti P, Mg, K, Fe dan Mn untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini terjadi melalui pembentukan hifa pada permukaan akar yang berfungsi sebagai perpanjangan akar terutama di daerah yang kondisinya miskin unsur hara, pH rendah dan kurang air. Akar tanaman bermikoriza ternyata meningkatkan penyerapan seng dan sulfur dari dalam tanah lebih cepat daripada tanaman yang tidak bermikoriza (Abbot dan Robson 1984). Manfaat fungi mikoriza ini secara nyata terlihat jika kondisi tanahnya miskin hara atau kondisi kering, sedangkan pada kondisi tanah yang subur peran fungi ini tidak begitu nyata (Setiadi, 2001 dalam Lakitan, 2000).

  Menurut Marx (1982), hubungan antara jumlah spora dengan pertumbuhan tanaman menunjukkan hubungan positif dalam hal menyerap unsur hara.

  Hubungan yang positif tersebut cukup memberikan indikasi yang jelas tentang peluang penggunaan fungi mikoriza untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, membantu memperbaiki dan meningkatkan sifat-sifat struktur agregat tanah. Akar tanaman yang terbungkus oleh fungi mikoriza menyebabkan akar tersebut terhindar dari serangan penyakit dan hama. Infeksi patogen terhambat, disamping itu fungi mikoriza menggunakan semua kelebihan dan eksudat akar lainnya, sehingga tercipta lingkungan yang tidak cocok bagi pertumbuhan patogen.

  Adanya simbiosis dengan FMA telah banyak diketahui mampu memperbaiki hara tanaman inang melalui penyerapan hara dan air yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Inokulasi FMA pada cabai dapat meningkatkan serapan P (Haryantini dan Santoso, 2001) dan meningkatkan adaptasi terhadap kekeringan. Fungi mikoriza arbuskula yang menginfeksi sistem perakaran tanaman inang akan memproduksi jalinan hifa eksternal yang dapat tumbuh secara ekspansif dan menembus lapisan subsoil sehingga kapasitas akar dalam penyerapan hara dan air meningkat.

  Tanaman yang bermikoriza biasanya tumbuh lebih baik dari pada tanaman yang tidak bermikoriza. Mikoriza memiliki peranan bagi pertumbuhan dan produksi tanaman, peranan mikoriza bagi tanaman sebagai berikut : a) mikoriza meningkatkan penyerapan unsur hara, b) mikoriza melindungi tanaman inang dari pengaruh yang merusak yang disebabkan oleh stres kekeringan, c) mikoriza dapat beradaptasi dengan cepat pada tanah yang terkontaminasi, d) mikoriza dapat melindungi tanaman dari patogen akar e) mikoriza dapat memperbaiki produktivitas tanah dan tanah memantapkan struktur tanah (Rungkat, 2009).

  Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum schamach )

  Rumput gajah merupakan salah satu rumput pakan berproduksi dan berkualitas tinggi serta bersifat palatabilitas atau disukai oleh ternak. Produksi rumput gajah pada kondisi ideal mencapai 290-300 ton bahan segar (BS)/ha/th (Soegiri dkk., 1982) dan menurut Reksohadiprodjo (1985) produksi hijauan rumput gajah (Pennisetum purpureum) mencapai 270 ton per ha di daerah basah dengan irigasi yang baik per tahunnya.

  Reksohadiprodjo (1985), menyatakan bahwa rumput gajah secara umum merupakan tanaman tahunan yang berdiri tegak, berakar dalam dan tinggi dengan rimpang yang pendek. Tinggi batang dapat mencapai 2-4 meter (bahkan mencapai

  6-7 meter) dengan diameter batang dapat mencapai lebih dari 3 cm dan terdiri sampai 20 ruas/buku. Rumput gajah merupakan tumbuhan yang memerlukan hari dengan waktu siang yang pendek dan fotoperiode kritis antara 13 - 12 jam. Serta rumput gajah diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom: Plantae (Tumbuhan), Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh), Super Divisi:

  Spermatophyta (Menghasilkan biji), Divisi: Magnoliophyta, (Tumbuhan

  berbunga), Kelas: Liliopsida (berkeping satu/monokotil), SubKelas:

  Commelinidae Ordo: Poales Family Spesies: Pennisetum purpureum Schumacher.

  Rumput gajah mini berasal dari Amerika, bahasa latinnya disebut pennisetum purpureum schamach. Rumput gajah mini memiliki karakter unik. Ciri-ciri rumput gajah mini adalah daunnya berwarna hijau pekat, dilihat dari pola pertumbuhannya, daun rumput gajah mini ini tumbuh menyamping, sehingga tampilan rumput jadi lebih bagus, tekstur daunnya tidak tinggi. Mirip rumput gajah biasa, namun pola hidupnya saja yang merayap atau menyamping.

  Rumput gajah mini (Pennisetum Purpureum schamach) adalah salah satu jenis rumput gajah yang baru dikembangkan sekarang ini. Ukurannya yang lebih kecil dari rumput gajah, membuatnya juga sering di sebut rumput gajah kerdil. Rumput ini dapat tumbuh pada berbagai macam tanah, sampai liat alkalis, dan sangat responsif terhadap pemupukan.

  Rumput gajah mini (Pennisetum purpureum schamach) merupakan jenis rumput unggul yang mempunyai produktivitas dan kandungan zat gizi yang cukup tinggi serta memiliki palatabilitas yang tinggi bagi ternak ruminansia.Tanaman ini merupakan salah satu jenis hijauan pakan ternak yang berkualitas dan disukai ternak. Rumput ini dapat hidup diberbagai tempat, tahan lindungan, respon terhadap pemupukan, serta menghendaki tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Rumput gajah mini tumbuh merumpun dengan perakaran serabut yang kompak, dan terus menghasilkan anakan apabila dipangkas secara teratur. Morfologi rumput gajah mini yang rimbun, dapat mencapai tinggi lebih dari 1meter sehingga dapat berperan sebagai penangkal angin (wind break) terhadap tanaman utama (Syarifuddin, 2006) Rumput ini secara umum merupakan tanaman tahunan yang berdiri tegak, berakar dalam, dan tinggi dengan rimpang yang pendek. Tinggi batang dapat mencapai 2-3 m, dengan diameter batang dapat mencapai lebih dari 3 cm dan terdiri sampai 20 ruas / buku. Tumbuh berbentuk rumpun dengan lebar rumpun hingga 1 meter. Pelepah daun gundul hingga berbulu pendek, helai daun bergaris dengan dasar yang lebar, dan ujungnya runcing (Harrison et al, 1994).

  Rumput gajah mini dibudidayakan dengan potongan batang (stek) atau sobekan rumpun (pols) sebagai bibit. Bahan stek berasal dari batang yang sehat dan tua, dengan panjang stek 20 – 25 cm (2 – 3 ruas atau paling sedikit 2 buku atau mata). Waktu yang terbaik untuk memotong tanaman yang akan dibuat silase adalah pada fase vegetatif, sebelum pembentukan bunga (Reksohadiprodjo, 1994 dan Regan, 1997). Fase pertumbuhan tanaman pada waktu pembuatan silase besar pengaruhnya terhadap kecernaan dan komposisi kimia silase (Harrison et al, 1994). Rumput gajah mini ditanam pada lingkungan hawa panas yang lembab, tetapi tahan terhadap musim panas yang tinggi. Rumput ini juga dapat tumbuh dan beradaptasi pada berbagai macam tanah meskipun hasilnya akan berbeda. Akan tetapi rumput ini tidak tahan hidup di daerah yang curah hujannya tinggi. Secara alamiah rumput ini dapat dijumpai terutama di sepanjang pinggiran hutan (Rungkat, 2009). Pada pemotongan batang rumput gajah mini sebaiknya ditinggalkan ± 10 cm dari permukaan tanah. Pemotongan batang tanaman yang terlalu pendek menyebabkan semakin lambatnya pertumbuhan kembali, namun jika batang yang ditinggalkan terlalu panjang maka tunas batang saja yang akan berkembang sedangkan jumlah anakan akan berkurang. Untuk mendapatkan hasil dan ketahanan tinggi, sebaiknya Rumput ini ditanam dengan pengairan yang teratur dan pemupukan yang cukup (Jonnes dan Mannetje, 2000). Kekurangan secara umum dari rumput gajah mini ialah cepat menua sehingga kandungan nutrisi cepat menurun, dan cepat menghabiskan unsur hara yang terdapat didalam tanah . Oleh karena itu untuk mengatasi kekurangan dari rumput gajah mini maka dianjurkan dilakukan penanaman campuran dengan legum. Pertanaman campuran antara rumput-rumputan dengan legum merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produksi, mutu hijauan dan memperbaiki kesuburan tanah (Dartius, 1995).

  Kualitas Hijauan Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum schamach) Tabel 1. Analisa beberapa spesies rerumputan pada umur 3 - 4 minggu.

  Spesies Protein Kasar Serat Kasar 3-4 Minggu Rataan 3-4 Minggu Rataan

  Andropogon sp

  13.2 7.6 26.9 31.0

  Cloris gayana

  14.9 8.4 27.4 30.1

  Panicum maximum

  13.5 8.2 28.3 33.8

  Pennisetum sp

  14 9.2 26 30

  Setaria sp

  10.9 6.5 30.8 33 Sumber : Mc Ilroy (1977). Mutu hijauan ditentukan oleh kadar proteinnya. Di daerah tropis, seperti Indonesia dengan curah hujan dan intensitas sinar matahari yang tinggi mengakibatkan pertumbuhan hijauan relatif cepat daripada di daerah subtropis.

  Rumput yang lebih cepat menua yang diakibatkan oleh tingginya intensitas sinar matahari akan memiliki nilai gizi yang rendah. Mutu hijauan erat kaitannya dengan zat gizi yang dikandungnya. Hijauan mempunyai kadar air 60%-90%, tergantung pada jenis dan umurnya. Disamping itu, selulosa yang banyak terdapat dalam rumput yang sudah menua dapat dimanfaatkan oleh ternak (Ditjennak, 1978).

Kadar protein kasar tanaman penggembalaan 8 −10% dari bahan kering

  Pada musim hujan dapat menghasilkan produksi yang tinggi karena batang akan cepat panjang dan fase berbunga akan terjadi sebelum musim kemarau. Tanaman akan berkurang kandungan protein, mineral dan karbohidratnya dengan meningkatnya umur tanaman, sedangkan kadar serat kasar dan lignin akan bertambah (Reksohadiprodjo, 1985). Pertumbuhan sebagai proses diferensiasi terutama pada akumulasi bahan kering yang digunakan sebagai karakteristik pertumbuhan tanaman (Dartius, 1995).

  Pada saat tanaman rumput dipotong, bagian yang ditinggalkan tidak boleh terlalu pendek ataupun terlalu tinggi. Sebab semakin pendek bagian tanaman yang ditinggalkan dan semakin sering dipotong pertumbuhan kembali tanaman tersebut akan semakin lambat karena persediaan energi (karbohidrat) dan pati yang ditinggalkan pada tunggulpun semakin sedikit (Nasution, 1991).

  Produksi bahan kering dari hijauan tiap unit tanah tergantung pada jenis tanaman yang dipakai, jumlah radiasi sinar matahari, tersedianya kelembaban tanah dan zat-zat makanan untuk tanaman serta cara pengolahan (Williamson and Payne, 1993).

  Salah satu faktor yang mempengaruhi petumbuhan adalah persediaan karbohidrat di dalam akar yang ditinggalkan setelah pemotongan, kadar protein akan menurun sesuai dengan meningkatnya umur tanaman, sedangkan serat kasar semakin tinggi. Pada pemotongan 4 - 5 minggu batang rumput masih rendah, kandungan air dan proteinnya tinggi (Rismunandar, 1986).

  Rumput gajah mini dapat dipanen sepanjang tahun. Biasanya rumput ini diberikan dalam bentuk segar, tetapi dapat juga diawetkan sebagai silase. Hasil bahan kering setiap tahun diharapkan berkisar 2 - 10 ton/hektar untuk tanaman yang tidak dipupuk atau dengan pupuk yang sedikit, tetapi yang menggunakan banyak pupuk N dan P hasilnya berkisar antara 6 - 40 ton/hektar. Prospek rumput gajah cukup baik bila dilakukan pemupukan yang baik pula. Dengan memanen pada pertumbuhan yang masih muda atau dengan menggunakan kultivar yang baik akan mencapai nilai pakan yang tinggi. Keuntungan dari jenis ini adalah kemampuannya berproduksi, dapat ditanam dalam jumlah besar atau kecil, dan dapat diusahakan secara mekanis atau juga untuk pertanian/peternakan skala kecil (Kusmiyati, dkk., 2000).

  Pertumbuhan Tanaman

  Pertumbuhan adalah suatu perkembangan yang bersifat progressif dari suatu organisme. Pertumbuhan ini dapat dinyatakan dalam berbagai cara antara lain terhadap panajng lamina daun, tinggi tanaman, diameter batang atau seluruh organ tanaman seperti berat basah, produksi kering dan lain-lain. Perilaku pertumbuhan tanaman antara lain merupakan respons terhadap macam-macam perlakuan termasuk pemupukan.

  Rumput gajah dapat ditanam pada lingkungan hawa panas yang lembab, tetapi tahan terhadap musim panas yang cukup tinggi dan dapat tumbuh dalam keadaan yang tidak seberapa dingin. Rumput ini juga dapat tumbuh dan beradaptasi pada berbagai macam tanah meskipun hasilnya akan berbeda. Akan tetapi rumput ini tidak tahan hidup di daerah hujan yang terus menerus. Secara alamiah rumput ini dapat dijumpai terutama di sepanjang pinggiran hutan.

  Perkembang biakan vegetatif dilakukan baik dengan cara membagi rumpun akar dan bonggol maupun dengan stek batang (minimal 3 ruas, 2 ruas terbenam di tanah) (Sumarsono, et. al,. 2006.).

  Petumbuhan tanaman ditunjukkan oleh adanya pertambahan ukuran dan bahan kering yang mencerminkan pertambahan dari protoplasma. Defoliasi sebaiknya dilakukan pada masa pertumbuhan vegetatif, karena pada masa pertumbuhan vegetatif ini tanaman mengalami tiga proses penting yaitu: pembelahan sel, perpanjangan sel dan diffrensiasi sel. Ketiga proses ini akan mengembangkan batang, daun dan sistim perakaran tanaman (Harjadi, 1983).

  Selama hidupnya tanaman mengalami tiga masa pertumbuhan, yaitu: masa perkecambahan, pertumbuhan vegetatif dan masa pertumbuhan generatif.

  Defoliasi sebaiknya dilakukan pada masa pertumbuhan vegetatif karena tidak membahayakan pertumbuhan kembali, kandungan gizinya masih tinggi, kandungan serat kasarnya belum begitu tinggi serta rasanya masih enak (Deptan, 1989).

  Pada tahap pertumbuhan vegetatif, air digunakan oleh tanaman untuk melangsungkan proses pembelahan dan pembesaran sel yang terlihat dari pertambahan tinggi tanaman, diameter, perbanyakan daun, dan petumbuhan akar. Fitter dan Hay (1991) menyatakan bahwa cekaman air menyebabkan penurunan turgor pada sel tanaman dan berakibat pada penurunan proses fisiologi. mempengaruhi produktivitas rumput yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan yang mencakup keadaan tanah dan kesuburannya, pengaruh iklim termasuk cuaca dan perlakuan manusia atau manajemen.

  McIlroy (1977) menjelaskan bahwa produktivitas rumput tergantung pada faktor-faktor seperti persistensi, agresivitas, kemampuan tumbuh kembali, sifat tahan kering dan tahan dingin, penyebaran produksi musiman, kesuburan tanah, dan iklim. Proses fisiologi yang menunjukkan toleransi tanaman terhadap cekaman kekeringan antara lain, mengurangi dehidrasi sel dengan merendahkan konduktansi stomata terhadap penguapan air, tekanan osmotik atau osmoregulasi, dan laju fotosintesis bersih.

  Polakitan dan Agustinus (2009), dalam penelitiannya menyatakan bahwa produksi bahan segar rumput gajah tertinggi diperoleh pada pemotongan umur 60 HSP yaitu sebesar 26,72 kg/plot jika dibandingkan dengan produksi 40 HSP dan 50 HSP yang masing-masing sebesar 12,79 kg/plot dan 19,74 kg/plot.

  Crowder and Chheda (1982) menyatakan bahwa interval pemotongan berpengaruh terhadap produksi hijauan, nilai nutrisi, kemampuan untuk tumbuh kembali, komposisi botani dan ketahanan spesies. Ferkuensi pemotongan berlaku, bahwa pada batas tertentu frekuensi yang semakin rendah akan mengakibatkan produksi kumulatif bahan kering semakin tinggi dibandingkan produksi kumulatif oleh pemotongan yang lebih sering.

  Susetyo (1980) mengatakan bahwa pemotongan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap produksi bahan segar, bahan kering, jumlah anakan, nilai gizi, daya cerna maupun tingkat konsumsi oleh ternak. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Nasution (1991) bahwa produksi segar hijauan terus mengalami peningkatan seiiring dengan meningkatnya interval pemotongan.

  Dengan melakukan pemotongan berarti menghilangkan meristem apikal dibagian pucuk tanaman sebagai penghasil auxin, sehingga daya aktif auxin akan mengalami gangguan. Keadaan inilah yang akan merangsang berkembangnya tunas-tunas lateral (Prawiranata, et. al., 1981).

  Lingga (2000) menyatakan bahwa untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi yang optimum maka hara dalam tanah harus tersedia bagi tanaman, bentuk larutan dalam air, dalam jumlah yang cukup dan berimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman dalan bentuk dan dapat diserap oleh sistem perakaran.

  Produksi bahan kering dari hijauan tiap unit tanah tergantung pada jenis tanaman yang dipakai, jumlah radiasi sinar matahari, tersedianya kelembaban tanah dan zat-zat makanan untuk tanaman dan cara pengolahan (Williamson and Payne, 1993).

  Pada musim penghujan secara umum rumput gajah sudah dapat dipanen pada usia 40-45 hari. Sedangkan pada musim kemarau berkisar 50-55 hari. Lebih dari waktu tersebut, kandungan nutrisi semakin turun dan batang semakin keras sehingga bahan yang terbuang (tidak dimakan oleh ternak) semakin banyak.

  Sedangkan mengenai panen pertama setelah tanam, menurut pengalaman kami dapat dilakukan setelah rumput berumur minimal 60 hari. Apabila terlalu awal, tunas yang tumbuh kemudian tidak sebaik yang di panen lebih dari usia 2 bulan (Admin, 2011).

  Guritno dan Soehono (1980), mengatakan bahwa untuk menanam rumput gajah hibrida dianjurkan suatu jarak tanam 60 cm - 90 cm dan untuk daerah tropik lembab jarak tanam lebih baik lebih sempit karena akan memberi hasil yang tinggi. Demikian penting sekali artinya mengatur jarak tanam atau pemakaian populasi tanaman untuk memperoleh hasil yang baik. Jumlah anakan tiap rumpun akan rendah dengan meningkatnya populasi tanaman.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Komposisi Limbah Sekam Padi Dan Abu Sekam Padi Sebagai Pengisi Komposit Hibrid Limbah Botol Plastik Kemasan Minuman

0 0 20

DAFTAR ISI - Pengaruh Komposisi Limbah Sekam Padi Dan Abu Sekam Padi Sebagai Pengisi Komposit Hibrid Limbah Botol Plastik Kemasan Minuman

0 1 17

Lampiran 2 PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Efektifitas Latihan Range of Motion (ROM) terhadap Peningkatan ROM pada Pasien Post Mastektomi RSUP Haji Adam Malik Medan

0 1 20

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanker Payudara 2.1.1 Definisi Kanker Payudara - Efektivitas Latihan Range Of Motion (ROM) Bahu terhadap Peningkatan ROM pada Pasien Post Mastektomi di RSUP H. Adam Malik Medan

0 0 10

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 - Efektivitas Latihan Range Of Motion (ROM) Bahu terhadap Peningkatan ROM pada Pasien Post Mastektomi di RSUP H. Adam Malik Medan

0 0 7

Peran Keluarga dalam Pemenuhan Kebutuhan Interaksi Sosial pada Lansia di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

0 0 28

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Peran Keluarga dalam Pemenuhan Kebutuhan Interaksi Sosial pada Lansia di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

0 0 25

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Tekanan Darah 1.1.Pengertian - Pengaruh Latihan Fleksibility Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisa di Klinik Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan

0 0 26

Pengaruh Latihan Fleksibility Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisa di Klinik Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan

0 0 12

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kamus - Perancangan Fitur Autocomplete pada Aplikasi Kamus Istilah Teknologi Informasi Menggunakan Algoritma Boyer-Moore

0 0 16