PERKEMBANGAN INDUSTRI DI ERA GLOBALISASI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada saat sekarang ini, negara Indonesia sedang giat-giatnya
melaksanakan pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan
rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk mewujudkan tujuan nasional
sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, Alinea
ke 4, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Tujuan negara tersebut, pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan suatu
masyarakat yang adil dan makmur yang merata, materiil dan spiritual berdasarkan
Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu dan berkedaulatan rakyat
dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis
dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
Guna mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia tersebut di atas, pemerintah
telah berupaya melakukan berbagai kegiatan, termasuk salah satu diantaranya
adalah mendorong laju perekonomian nasional. Pertumbuhan laju industri
merupakan andalan pemerintah dalam upaya meningkatkan perekonomian di
Indonesia.
Perekonomian di Indonesia tidak akan berkembang tanpa dukungan dari
peningkatan perindustrian sebagai salah satu sektor perekonomian yang sangan
dominan di jaman sekarang. Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis
berkeinginan mengangkat masalah perkembangan perindustrian terhadap
perekonomian ke dalam bentuk penulisan makalah sekaligus sebagai bahan
diskusi yang berjudul “PERKEMBANGAN INDUSTRI DI ERA GLOBALISASI
EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA”. Di
makalah ini juga terdapat sejumlah faktor industri yang berperan penting dalam
perkembangan ekonomi di era globalisasi ini.
1.2
RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH
Dalam penulisan makalah ini, permasalahan yang akan dibahas
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh perkembangan perindustrian terhadap perekonomian?
2. Bagaimanakah upaya pemerintah dalam meningkatkan perindustrian di
Indonesia?
1.3
TUJUAN dan MANFAAT
Dalam penulisan makalah ini, tujuan yang diharapkan dapat dicapai adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh perkembangan perindustrian terhadap
perekonomian.
2. Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam meningkatkan perindustrian di
Indonesia
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1
Pengertian Industri
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau
barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah
untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga
reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang,
tetapi juga dalam bentuk jasa.
Industri adalah bidang matapencaharian yang menggunakan ketrampilan dan
ketekunan kerja (bahasa Inggris: industrious) dan penggunaan alat-alat di bidang
pengolahan hasil-hasil bumi dan distribusinya sebagai dasarnya. Maka industri
umumnya dikenal sebagai mata rantai selanjutnya dari usaha-usaha mencukupi
kebutuhan (ekonomi) yang berhubungan dengan bumi, yaitu sesudah pertanian,
perkebunan dan pertambangan yang berhubungan erat dengan tanah. Kedudukan
industri semakin jauh dari tanah, yang merupakan basis ekonomi, budaya, dan
politik.
2.2
Jenis Industri
A. Jenis Industri berdasarkan Bahan Baku
1. Industri ekstraktif
Industri ekstraktif adalah industri yang bahan baku diambil langsung dari alam
sekitar.
- Contoh : pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, peternakan,
pertambangan, dan lain lain.
2. Industri nonekstaktif
Industri nonekstaktif adalah industri yang bahan baku didapat dari tempat lain
selain alam sekitar.
3. Industri fasilitatif
Industri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah berbentuk jasa
yang dijual kepada para konsumennya.
- Contoh : Asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi, dan lain sebagainya.
B. Golongan / macam industri berdasarkan besar kecil modal
1. Industri padat modal
adalah industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk
kegiatan operasional maupun pembangunannya
2. Industri padat karya
adalah industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah besar tenaga kerja
atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya.
C. Jenis-jenis / macam industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya
berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986
1. Industri kimia dasar
contohnya seperti industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk, dsb
2. Industri mesin dan logam dasar
misalnya seperti industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil, dll
3. Industri kecil
Contoh seperti industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak, dll
4. Aneka industri
misal seperti industri pakaian, industri makanan dan minuman, dan lain-lain.
D. Jenis-jenis / macam industri berdasarkan jumlah tenaga kerja
1. Industri rumah tangga
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 1-4 org.
2. Industri kecil
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 5-19org.
3. Industri sedang atau industri menengah
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 20-99
4. Industri besar
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 100
F. Pembagian / penggolongan industri berdasakan pemilihan lokasi
1. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar
Adalah industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target
konsumen. Industri jenis ini akan mendekati kantong-kantong di mana konsumen
potensial berada. Semakin dekat ke pasar akan semakin menjadi lebih baik.
2. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja / labor
Adalah industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman penduduk
karena bisanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja / pegawai
untuk lebih efektif dan efisien.
3. Industri yang berorientasi atau menitik beratkan pada bahan baku
Adalah jenis industri yang mendekati lokasi di mana bahan baku berada
untuk memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar.
E. Macam-macam / jenis industri berdasarkan produktifitas perorangan
1. Industri primer
adalah industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan
langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu
Contohnya adalah hasil produksi pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan,
dan sebagainya.
2. Industri sekunder
industri sekunder adalah industri yang bahan mentah diolah sehingga
menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali.
Misalnya adalah pemintalan benang sutra, komponen elektronik, dan sebagainya.
3. Industri tersier
Adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa.
Contoh seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan masih
banyak lagi yang lainnya.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Pengaruh Perkembangan Perindustrian Terhadap
Perekonomian
Arti penting perindustrian terhadap perkembangan perekonomian dapat
dilihat dari arah kebijakan ekonomi yang tertuang dalam GBHN 2000-2004, yaitu
“Mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai kemajuan
teknologi dengan membangun keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulan
komparatif sebagai negara maritim dan agraris sesuai kompetensi dan produk
unggulan di setiap daerah, terutama pertanian dalam arti luas, kehutanan,
kelautan, pertambangan, pariwisata serta industri kecil dan kerajinan rakyat, serta
mengembangkan kebijakan industri, perdagangan dan investasi dalam rangka
meningkatkan daya saing global dengan membuka aksesbilitas yang sama
terhadap kesempatan kerja dan berusaha bagi segenap rakyat dan seluruh daerah
melalui keunggulan kompetitif terutama berbasis keunggulan SDA dan SDM
dengan menghapus segala bentuk perlakuan diskriminatif dan hambatan”.
Selanjutnya disebutkan dalam Undang-Undang No 25 tahun 2001 tentang
Program Pembangunan Ekonomi Nasional (Propenas) yang mengamanatkan
bahwa dalam rangka memacu penigkatan daya saing global dirumuskan lima
strategi utama, yaitu pengembangan ekspor, pengembangan industri, penguatan
institusi pasar, pengembangan pariwisata dan peningkatan kemampuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas dapat diketahui bahwa perkembangan
industri sangat penting untuk menghadapi persaingan ketat, baik di pasar dalam
negeri maupun pasar ekspor dalam era globalisasi dan liberalisasi perdagangan
dunia. Hal tersebut kembali dipertegas dalam konsiderans Undang-Undang
Perindustrian (Undang-Undang Nomor 5 Th. 1984) yang menyatakan bahwa
untuk mencapai sasaran pembangunan di bidang ekonomi dalam pembangunan
nasional, industri memegang peranan yang menentukan dan oleh karenanya perlu
lebih dikembangkan secara seimbang dan terpadu dengan meningkatkan peran
serta masyarakat secara aktif serta mendayagunakan secara optimal seluruh
sumber daya alam, manusia, dan dana yang tersedia.
Dari uraian tersebut di atas dapat ditarik pengertian bahwa perkembangan industri
membawa pengaruh yang sangat besar sekali terhadap perkembangan
perekonomian Indonesia. Industri memegang peranan yang menentukan dalam
perkembangan perekonomian sehingga benar-benar perlu didukung dan
diupayakan perkembangannya.
3.2
Upaya Pemerintah Dalam Meningkatkan Perindustrian Di
Indonesia.
Berbagai kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah dalam upayanya mendorong
laju perkembangan perindustrian di Indonesia. Baik kegiatan di bidang
penyusunan regulasi yang diperkirakan dapat mendorong laju perkembangan
perindustrian, maupun kebijakan riil melalui pemberdayaan departemen yang
terkait.
Sasaran pembangunan sektor industri dan perdagangan pada tahun 2008 adalah
sebagai berikut :
a. Terwujudnya pengembangan industri yang mempunyai keunggulan kompetitif
berdasarkan keunggulan komparatif dengan mengacu kepada pengembangan
klaster industri, sehingga tercipta struktur industri yang kokoh dan seimbang;
b. Terwujudnya peningkatan daya saing nasional melalui peningkatan kemampuan
profesionalisme sumber daya manusia, penguasaan penggunaan teknologi dan
inovasi, serta pemenuhan ketentuan standar keamanan, kesehatan, dan lingkungan
baik nasional maupun internasional;
c. Terciptanya perluasan lapangan usaha dan kesempatan kerja secara merata di
sektor industri dan perdagangan;
d. Terciptanya peningkatan utilisasi kapasitas produksi, sehingga mampu
meningkatkan kinerja sektor industri dan perdagangan;
e. Tersedianya kebutuhan masyarakat luas dengan harga yang wajar dan mutu
yang bersaing melalui kelancaran distribusi barang dan peningkatan pelayanan
informasi pasar yang terintegrasi;
f. Terciptanya profesionalisme pelaku usaha dan kelembagaan perdagangan,
sehingga kegiatan perdagangan barang dan jasa di dalam negeri semakin
berkembang;
g. Terwujudnya iklim usaha yang kondusif dengan menerapkan mekanisme pasar
tanpa distorsi, serta terjaminnya perlindungan konsumen sehingga tercipta
pemahaman konsumen akan hak dan kewajibannya dalam upaya tertib mutu,
tertib usaha dan tertib ukur;
h. Terselenggaranya kegiatan Bursa Berjangka sebagai tempat lindung nilai
(hedging) dan tempat pembentukan harga (price discovery) secara efisien dan
memiliki daya saing yang kuat;
i. Terselenggaranya pengembangan Ware House Receipt System (WRS) yang
mendukung peningkatan efisiensi distribusi nasional dan memperlancar
pembiayaan dalam perdagangan komoditi (trade financing);
j. Terselenggaranya sistem Pasar Lelang Lokal (PLL) melalui mekanisme pasar
yang transparan dan
efisien yang memungkinkan produsen/petani memperoleh pendapatan yang
proporsional dengan harga yang terjadi di tingkat nasional atau internasional;
k. Terwujudnya peningkatan partisipasi Indonesia melalui peningkatan diplomasi
perdagangan, baik dalam kegiatan kerjasama bilateral, regional maupun
multilateral yaitu dalam forum negosiasi persetujuan-persetujuan WTO, ASEAN,
APEC, Kerjasama Komoditi Internasional, serta kerjasama Badan-Badan Dunia
lainnya;
l. Terwujudnya peningkatan penyediaan dan penyebarluasan informasi pasar
mengenai peluang pasar internasional dan hasil-hasil kerjasama industri dan
perdagangan kepada dunia usaha, khususnya usaha kecil menengah;
m. Terwujudnya peningkatan penggunaan bahan baku dalam negeri;
n. Terwujudnya budaya organisasi yang lebih berorientasi kepada pencapaian
sasaran;
o. Terwujudnya keterpaduan peran pemerintah di sektor industri dan perdagangan;
p. Terwujudnya peningkatan sinergi dalam pemanfaatan sumber daya serta
peningkatan kinerja pelayanan sesuai dengan aspirasi masyarakat dalam era
otonomi daerah.
Di bidang regulasi, untuk mewujudkan sasaran di atas, diperlukan perangkat
hukum yang secara jelas mampu melandasi upaya pengaturan, pembinaan, dan
pengembangan dalam arti yang seluas-luasnya tatanan dan seluruh kegiatan
industri. Dalam rangka kebutuhan inilah sudah saatnya untuk melakukan
pembaharuan Undang-Undang Perindustrian yang berlaku, dimana UndangUndang tersebut sudah sangat dirasakan tidak sesuai lagi dengan perkembangan
perekonomian dan perindustrian yang ada pada saat ini.
Masalah ini menjadi semakin terasa penting, terutama apabila dikaitkan dengan
kenyataan yang ada hingga saat ini bahwa peraturan-peraturan yang digunakan
bagi pengaturan, pembinaan, dan pengembangan industri selama ini dirasakan
kurang mencukupi kebutuhan karena hanya mengatur beberapa segi tertentu saja
dalam tatanan dan kegiatan industri, dan itupun seringkali tidak berkaitan satu
dengan yang lain.
Selanjutnya di bidang birokrasi, optimalisasi atas pemberdayaan departemendepartemen yang terkait sangat dibutuhkan dalam rangka mewujudkan
perkembangan perindustrian sebagaimana yang telah digariskan dalam cita-cita
pembangunan nasional. Kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui peningkatan
SDM, pemangkasan birokrasi dalam perijinan usaha dan lain sebagainya yang
tujuan utamanya adalah meningkatkan perkembangan perindustrian.
3.3
Tahap Perkembangan Industri
Pada akhir abad Pertengahan kota-kota di Eropa berkembang sebagai pusat
kerajinan dan perdagangan. Warga kota (kaum Borjuis) yang merupakan warga
berjiwa bebas menjadi tulang punggung perekonomian kota. Mereka bersaing
secara bebas untuk kemajuan dalam perekonomian. Pertumbuhan kerajinan
menjadi industri melalui beberapa tahapan, seperti berikut.
Sistem Domestik
Tahap ini dapat disebut sebagai tahap kerajinan rumah (home industri). Para
pekerja bekerja di rumah masing-masing dengan alat yang mereka miliki sendiri.
Bahkan, kerajinan diperoleh dari pengusaha yang setelah selesai dikerjakan
disetorkan kepadanya. Upah diperoleh berdasarkan jumlah barang yang
dikerjakan. Dengan cara kerja yang demikian, majikan yang memiliki usaha
hanya membayar tenaga kerja atas dasar prestasi atau hasil. Para majikan tidak
direpotkan soal tempat kerja dan gaji.
Manufaktur
Setelah kerajinan industri makin berkembang diperlukan tempat khusus untuk
bekerja agar majikan dapat mengawasi dengan baik cara mengerjakan dan mutu
produksinya. Sebuah manufaktur (pabrik) dengan puluhan tenaga kerja didirikan
dan biasanya berada di bagian belakang rumah majikan. Rumah bagian tengah
untuk tempat tinggal dan bagian depan sebagai toko untuk menjual produknya.
Hubungan majikan dengan pekerja (buruh) lebih akrab karena tempat kerjanya
jadi satu dan jumlah buruhnya masih sedikit. Barang-barang yang dibuat kadangkadang juga masih berdasarkan pesanan.
Sistem pabrik
Tahap sistem pabrik sudah merupakan industri yang menggunakan mesin.
Tempatnya di daerah industri yang telah ditentukan, bisa di dalam atau di luar
kota. Tempat tersebut untuk untuk tempat kerja, sedangkan majikan tinggal di
tempat lain. Demikian juga toko tempat pemasaran hasil industri diadakah di
tempat lain. Jumlah tenaganya kerjanya (buruhnya) sudah puluhan, bahkan
ratusan. Barang-barang produksinya dibuat untuk dipasarkan.
3.4
Pertumbuhan Industri di Indonesia Era Globalisasi
Pertumbuhan Ekonomi (PDB) Indonesia pada Triwulan II-2011
dibandingkan Triwulan II-2010 (y-on-y) mengalami pertumbuhan sebesar 6,49
persen. Pertumbuhan ini didukung oleh semua sektor, yang mana pertumbuhan
tertinggi dihasilkan oleh Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 10,65 persen,
Perdagangan Hotel & Restoran sebesar 9,64 persen, dan Konstruksi sebesar 7,4
persen. Industri pengolahan non migas tumbuh sebesar 6,61 persen. Hal ini lebih
tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan yang sama tahun 2010 yang
hanya tumbuh sebesar 5,12 persen.
Sampai pada tahun 2011 triwulan II, struktur Perekonomian Indonesia masih tetap
didominasi oleh sektor industri pengolahan sebesar 24,30 persen ini jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan
perikanan (15,6 persen) dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (13,7 persen).
Kontribusi sektor industri pada Triwulan II-2011 ini juga lebih tinggi
dibandingkan dengan triwulan I tahun 2011 sektor industri pengolahan non
migas pada triwulan I tahun 2011 menyumbang sekitar 21,1 persen. Sektor
industri telah memberikan sumber pertumbuhan ekonomi yang terbesar yaitu
sebesar 1,6 persen. Sama halnya dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran
yang juga memberikan sumber pertumbuhan ekonomi sebesar 1,6 persen. Sektor
pengangkutan dan komunikasi sebesar 1,0 persen, sedangkan sumber
pertumbuhan dari sektor lainnya masih kecil yaitu dibawah 1,0 persen.
Ditinjau dari komponen-komponen penggunaan PDB bahwa pengeluaran
konsumsi rumah tangga mempunyai konstribusi terbesar terhadap PDB yaitu
sebesar 54,3 persen pada triwulan II tahun 2011 dengan laju pertumbuhan sebesar
2,6 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 31,63 persen dengan sumber
pertumbuhan sebesar 2,1 persen.
Berdasarkan analisis pertumbuhan per cabang industri Triwulan II/ 2011, untuk
pertama kalinya sejak 2005 pertumbuhan industri non migas berada di atas
pertumbuhan ekonomi (ekonomi hanya sebesar 6,4 persen dan sektor pengolahan
industri non-migas 6,61 persen). Dan dari 9 cabang industri non
migas seluruhnyamemiliki pertumbuhan positif. Pertumbuhan industri non migas
tertinggi dicapai oleh Industri Logam Dasar, Besi dan Baja sebesar 15,48 persen
diikuti Industri Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 9,34 persen dan
Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki sebesar 8,03 persen. Adapun nilai
pertumbuhan industri non migas terendah dicapai oleh Industri Barang Kayu dan
Hasil Hutan Lainnya sebesar 3,01 persen. Namun, secara keseluruhan hasil
tersebut cukup menggembirakan karena pertumbuhan sektor industri barang kayu
tersebut pada beberapa tahun sebelumnya memiliki nilai negatif.
Sampai dengan Triwulan II ini pertumbuhan industri yang dapat dicapai sebesar
6,61 persen dengan nilai PDB sebesar Rp. 144.750,6 miliar. Pertumbuhanpada
triwulan II tahun 2011 mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan
pada triwulan yang sama tahun 2010 (5,12 persen). Hal ini didukung oleh kinerja
semua cabang industri yang semakin membaik, dan memiliki pertumbuhan positif
seperti industri logam dasar, besi dan baja; industri Makanan, Minuman dan
Tembakau; serta industri tekstil, barang kulit & alas kaki.
Pertumbuhan industri non-migas selama semester I/2011 dibandingkan dengan
semester I/2010 mencapai pertumbuhan sebesar 6,20 persen lebih tinggi
dibandingkan dengan semester I/2010 sebesar 4,72 persen, namun masih lebih
rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi semester I/2011 yang sebesar 6,48
persen.
Kondisi tersebut menggambarkan bahwa perkembangan sektor industri
sudah bangkit. Dalam rangka menjaga nilai pertumbuhan Industri Non Migas
yang saat ini sudah berada di atas pertumbuhan ekonomi perlu diciptakan iklim
investasi yang kondusif dan meminimalkan biaya ekonomi tinggi melalui
akselerasi pembangunan infrastruktur dan hilirisasi. Di samping itu, perlu
diperhatikan lingkungan global saat ini yang persaingannya semakin ketat
sehingga pembangunan industri perlu dipercepat dan dilakukan secara terintegrasi
dengan sektor ekonomi lainnya.
Ditinjau dari aspek regional, struktur perekonomian Indonesia pada Triwulan II2011 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Jawa dan Sumatera. Kelompok
provinsi di Jawa memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar
57,7 persen, kemudian diikuti oleh Sumatera sebesar 23,5 persen, Kalimantan
9,5 persen, Sulawesi 4,7 persen, Bali dan Nusa Tenggara 2,5 persen serta Maluku
dan Papua 2,1 persen.
Provinsi yang memberikan sumbangan terbesar di Jawa adalah DKI
Jakarta (16,2 persen), Jawa Timur (14,8 persen), Jawa Barat (14,3 persen) dan
Jawa Tengah (8,4 persen). Sedangkan provinsi penyumbang
terbesar di Sumatera adalah Riau (6,6 persen), Sumatera Utara (5,3 persen) dan
Sumatera Selatan (3,1persen). Adapun provinsi penyumbang terbesar di
Kalimantan adalah Kalimantan Timur sebesar 6,4 persen, sedangkan provinsi
penyumbang terbesar di Sulawesi adalah Sulawesi Selatan sebesar 2,3 persen.
Berdasarkan hal tersebut, percepatan pembangunan industri di daerah perlu terus
dilakukan melalui pendekatan:
Pertama, mengkonsentralisasikan lokasi pembangunan industri pada wilayah
yang memiliki potensi keunggulan komperatif yang besar melalui pembangunan
pusat-pusat pertumbuhan industri (growth center), dilengkapi dengan
mengembangkan klaster industri dan pengembangan kompetensi inti industri
daerah. Pendekatan ini dilakukan secara terpadu dengan sektor ekonomi lainnya.
Kedua : meningkatkan kemampuan masyarakat dilokasi industri tersebut,
sehingga dituntut masyarakat untuk investasi di bidang pendidikan di dukung oleh
fasilitas yang disediakan pemerintah dan swasta, sehingga akan memberikan
dampak positif bagi pembangunan industri yang semakin efisien dan efektif serta
memberikan dampak berguna bagi daerah setempat.
Ketiga : Meningkatkan investasi di sektor industri yang dapat dilakukan oleh
pihak swasta dan investasi infrastruktur yang diharapkan dilakukan
oleh pihak pemerintah dan swasta.
Keempat : Peningkatan penguasaan pasar dalam negeri melalui upaya pemanfaat
produk dalam negeri dan penguasaan pasar internasional.
Pendekatan yang digunakan dalam mempercepat pembangunan industri dilakukan
dengan mengkombinasikan pendekatan sektoral yaitu mengembangkan klaster
industri dan pendekatan regional yang berlandaskan pada keunggulan komparatif
yang dimiliki oleh masing-masing daerah.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
1. Pengaruh atau dampak perkembangan industri sangat besar sekali terhadap
perkembangan perekonomian Indonesia. Industri memegang peranan yang
menentukan dalam perkembangan perekonomian sehingga benar-benar perlu
didukung dan diupayakan perkembangannya.
2. Upaya pemerintah dalam meningkatkan perindustrian di Indonesia dapat
dilakukan melalui dua cara, yaitu dari segi regulasi yang dilakukan dengan
memperbarui Undang-Undang Perindustrian yang sudah tidak sesuai lagi dengan
keadaan, dan dari segi birokrasi yang dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
kualitas SDM dan mempermudah pengurusan ijin usaha.
4.2
Saran
Dengan melihat pengaruh perindustrian terhadap perkembangan perekonomian,
maka sudah selayaknya apabila pemerintah bersikap serius dan segera melakukan
perubahan, baik terhadap regulasi maupun birokrasi yang terkait dengan
perindustrian agar pendapatan ekonomi nasional ikut semakin meningkat seiring
berkembangnya era globalisasi.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada saat sekarang ini, negara Indonesia sedang giat-giatnya
melaksanakan pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan
rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk mewujudkan tujuan nasional
sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, Alinea
ke 4, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Tujuan negara tersebut, pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan suatu
masyarakat yang adil dan makmur yang merata, materiil dan spiritual berdasarkan
Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu dan berkedaulatan rakyat
dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis
dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
Guna mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia tersebut di atas, pemerintah
telah berupaya melakukan berbagai kegiatan, termasuk salah satu diantaranya
adalah mendorong laju perekonomian nasional. Pertumbuhan laju industri
merupakan andalan pemerintah dalam upaya meningkatkan perekonomian di
Indonesia.
Perekonomian di Indonesia tidak akan berkembang tanpa dukungan dari
peningkatan perindustrian sebagai salah satu sektor perekonomian yang sangan
dominan di jaman sekarang. Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis
berkeinginan mengangkat masalah perkembangan perindustrian terhadap
perekonomian ke dalam bentuk penulisan makalah sekaligus sebagai bahan
diskusi yang berjudul “PERKEMBANGAN INDUSTRI DI ERA GLOBALISASI
EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA”. Di
makalah ini juga terdapat sejumlah faktor industri yang berperan penting dalam
perkembangan ekonomi di era globalisasi ini.
1.2
RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH
Dalam penulisan makalah ini, permasalahan yang akan dibahas
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh perkembangan perindustrian terhadap perekonomian?
2. Bagaimanakah upaya pemerintah dalam meningkatkan perindustrian di
Indonesia?
1.3
TUJUAN dan MANFAAT
Dalam penulisan makalah ini, tujuan yang diharapkan dapat dicapai adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh perkembangan perindustrian terhadap
perekonomian.
2. Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam meningkatkan perindustrian di
Indonesia
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1
Pengertian Industri
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau
barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah
untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga
reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang,
tetapi juga dalam bentuk jasa.
Industri adalah bidang matapencaharian yang menggunakan ketrampilan dan
ketekunan kerja (bahasa Inggris: industrious) dan penggunaan alat-alat di bidang
pengolahan hasil-hasil bumi dan distribusinya sebagai dasarnya. Maka industri
umumnya dikenal sebagai mata rantai selanjutnya dari usaha-usaha mencukupi
kebutuhan (ekonomi) yang berhubungan dengan bumi, yaitu sesudah pertanian,
perkebunan dan pertambangan yang berhubungan erat dengan tanah. Kedudukan
industri semakin jauh dari tanah, yang merupakan basis ekonomi, budaya, dan
politik.
2.2
Jenis Industri
A. Jenis Industri berdasarkan Bahan Baku
1. Industri ekstraktif
Industri ekstraktif adalah industri yang bahan baku diambil langsung dari alam
sekitar.
- Contoh : pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, peternakan,
pertambangan, dan lain lain.
2. Industri nonekstaktif
Industri nonekstaktif adalah industri yang bahan baku didapat dari tempat lain
selain alam sekitar.
3. Industri fasilitatif
Industri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah berbentuk jasa
yang dijual kepada para konsumennya.
- Contoh : Asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi, dan lain sebagainya.
B. Golongan / macam industri berdasarkan besar kecil modal
1. Industri padat modal
adalah industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk
kegiatan operasional maupun pembangunannya
2. Industri padat karya
adalah industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah besar tenaga kerja
atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya.
C. Jenis-jenis / macam industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya
berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986
1. Industri kimia dasar
contohnya seperti industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk, dsb
2. Industri mesin dan logam dasar
misalnya seperti industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil, dll
3. Industri kecil
Contoh seperti industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak, dll
4. Aneka industri
misal seperti industri pakaian, industri makanan dan minuman, dan lain-lain.
D. Jenis-jenis / macam industri berdasarkan jumlah tenaga kerja
1. Industri rumah tangga
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 1-4 org.
2. Industri kecil
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 5-19org.
3. Industri sedang atau industri menengah
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 20-99
4. Industri besar
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 100
F. Pembagian / penggolongan industri berdasakan pemilihan lokasi
1. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar
Adalah industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target
konsumen. Industri jenis ini akan mendekati kantong-kantong di mana konsumen
potensial berada. Semakin dekat ke pasar akan semakin menjadi lebih baik.
2. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja / labor
Adalah industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman penduduk
karena bisanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja / pegawai
untuk lebih efektif dan efisien.
3. Industri yang berorientasi atau menitik beratkan pada bahan baku
Adalah jenis industri yang mendekati lokasi di mana bahan baku berada
untuk memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar.
E. Macam-macam / jenis industri berdasarkan produktifitas perorangan
1. Industri primer
adalah industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan
langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu
Contohnya adalah hasil produksi pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan,
dan sebagainya.
2. Industri sekunder
industri sekunder adalah industri yang bahan mentah diolah sehingga
menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali.
Misalnya adalah pemintalan benang sutra, komponen elektronik, dan sebagainya.
3. Industri tersier
Adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa.
Contoh seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan masih
banyak lagi yang lainnya.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Pengaruh Perkembangan Perindustrian Terhadap
Perekonomian
Arti penting perindustrian terhadap perkembangan perekonomian dapat
dilihat dari arah kebijakan ekonomi yang tertuang dalam GBHN 2000-2004, yaitu
“Mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai kemajuan
teknologi dengan membangun keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulan
komparatif sebagai negara maritim dan agraris sesuai kompetensi dan produk
unggulan di setiap daerah, terutama pertanian dalam arti luas, kehutanan,
kelautan, pertambangan, pariwisata serta industri kecil dan kerajinan rakyat, serta
mengembangkan kebijakan industri, perdagangan dan investasi dalam rangka
meningkatkan daya saing global dengan membuka aksesbilitas yang sama
terhadap kesempatan kerja dan berusaha bagi segenap rakyat dan seluruh daerah
melalui keunggulan kompetitif terutama berbasis keunggulan SDA dan SDM
dengan menghapus segala bentuk perlakuan diskriminatif dan hambatan”.
Selanjutnya disebutkan dalam Undang-Undang No 25 tahun 2001 tentang
Program Pembangunan Ekonomi Nasional (Propenas) yang mengamanatkan
bahwa dalam rangka memacu penigkatan daya saing global dirumuskan lima
strategi utama, yaitu pengembangan ekspor, pengembangan industri, penguatan
institusi pasar, pengembangan pariwisata dan peningkatan kemampuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas dapat diketahui bahwa perkembangan
industri sangat penting untuk menghadapi persaingan ketat, baik di pasar dalam
negeri maupun pasar ekspor dalam era globalisasi dan liberalisasi perdagangan
dunia. Hal tersebut kembali dipertegas dalam konsiderans Undang-Undang
Perindustrian (Undang-Undang Nomor 5 Th. 1984) yang menyatakan bahwa
untuk mencapai sasaran pembangunan di bidang ekonomi dalam pembangunan
nasional, industri memegang peranan yang menentukan dan oleh karenanya perlu
lebih dikembangkan secara seimbang dan terpadu dengan meningkatkan peran
serta masyarakat secara aktif serta mendayagunakan secara optimal seluruh
sumber daya alam, manusia, dan dana yang tersedia.
Dari uraian tersebut di atas dapat ditarik pengertian bahwa perkembangan industri
membawa pengaruh yang sangat besar sekali terhadap perkembangan
perekonomian Indonesia. Industri memegang peranan yang menentukan dalam
perkembangan perekonomian sehingga benar-benar perlu didukung dan
diupayakan perkembangannya.
3.2
Upaya Pemerintah Dalam Meningkatkan Perindustrian Di
Indonesia.
Berbagai kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah dalam upayanya mendorong
laju perkembangan perindustrian di Indonesia. Baik kegiatan di bidang
penyusunan regulasi yang diperkirakan dapat mendorong laju perkembangan
perindustrian, maupun kebijakan riil melalui pemberdayaan departemen yang
terkait.
Sasaran pembangunan sektor industri dan perdagangan pada tahun 2008 adalah
sebagai berikut :
a. Terwujudnya pengembangan industri yang mempunyai keunggulan kompetitif
berdasarkan keunggulan komparatif dengan mengacu kepada pengembangan
klaster industri, sehingga tercipta struktur industri yang kokoh dan seimbang;
b. Terwujudnya peningkatan daya saing nasional melalui peningkatan kemampuan
profesionalisme sumber daya manusia, penguasaan penggunaan teknologi dan
inovasi, serta pemenuhan ketentuan standar keamanan, kesehatan, dan lingkungan
baik nasional maupun internasional;
c. Terciptanya perluasan lapangan usaha dan kesempatan kerja secara merata di
sektor industri dan perdagangan;
d. Terciptanya peningkatan utilisasi kapasitas produksi, sehingga mampu
meningkatkan kinerja sektor industri dan perdagangan;
e. Tersedianya kebutuhan masyarakat luas dengan harga yang wajar dan mutu
yang bersaing melalui kelancaran distribusi barang dan peningkatan pelayanan
informasi pasar yang terintegrasi;
f. Terciptanya profesionalisme pelaku usaha dan kelembagaan perdagangan,
sehingga kegiatan perdagangan barang dan jasa di dalam negeri semakin
berkembang;
g. Terwujudnya iklim usaha yang kondusif dengan menerapkan mekanisme pasar
tanpa distorsi, serta terjaminnya perlindungan konsumen sehingga tercipta
pemahaman konsumen akan hak dan kewajibannya dalam upaya tertib mutu,
tertib usaha dan tertib ukur;
h. Terselenggaranya kegiatan Bursa Berjangka sebagai tempat lindung nilai
(hedging) dan tempat pembentukan harga (price discovery) secara efisien dan
memiliki daya saing yang kuat;
i. Terselenggaranya pengembangan Ware House Receipt System (WRS) yang
mendukung peningkatan efisiensi distribusi nasional dan memperlancar
pembiayaan dalam perdagangan komoditi (trade financing);
j. Terselenggaranya sistem Pasar Lelang Lokal (PLL) melalui mekanisme pasar
yang transparan dan
efisien yang memungkinkan produsen/petani memperoleh pendapatan yang
proporsional dengan harga yang terjadi di tingkat nasional atau internasional;
k. Terwujudnya peningkatan partisipasi Indonesia melalui peningkatan diplomasi
perdagangan, baik dalam kegiatan kerjasama bilateral, regional maupun
multilateral yaitu dalam forum negosiasi persetujuan-persetujuan WTO, ASEAN,
APEC, Kerjasama Komoditi Internasional, serta kerjasama Badan-Badan Dunia
lainnya;
l. Terwujudnya peningkatan penyediaan dan penyebarluasan informasi pasar
mengenai peluang pasar internasional dan hasil-hasil kerjasama industri dan
perdagangan kepada dunia usaha, khususnya usaha kecil menengah;
m. Terwujudnya peningkatan penggunaan bahan baku dalam negeri;
n. Terwujudnya budaya organisasi yang lebih berorientasi kepada pencapaian
sasaran;
o. Terwujudnya keterpaduan peran pemerintah di sektor industri dan perdagangan;
p. Terwujudnya peningkatan sinergi dalam pemanfaatan sumber daya serta
peningkatan kinerja pelayanan sesuai dengan aspirasi masyarakat dalam era
otonomi daerah.
Di bidang regulasi, untuk mewujudkan sasaran di atas, diperlukan perangkat
hukum yang secara jelas mampu melandasi upaya pengaturan, pembinaan, dan
pengembangan dalam arti yang seluas-luasnya tatanan dan seluruh kegiatan
industri. Dalam rangka kebutuhan inilah sudah saatnya untuk melakukan
pembaharuan Undang-Undang Perindustrian yang berlaku, dimana UndangUndang tersebut sudah sangat dirasakan tidak sesuai lagi dengan perkembangan
perekonomian dan perindustrian yang ada pada saat ini.
Masalah ini menjadi semakin terasa penting, terutama apabila dikaitkan dengan
kenyataan yang ada hingga saat ini bahwa peraturan-peraturan yang digunakan
bagi pengaturan, pembinaan, dan pengembangan industri selama ini dirasakan
kurang mencukupi kebutuhan karena hanya mengatur beberapa segi tertentu saja
dalam tatanan dan kegiatan industri, dan itupun seringkali tidak berkaitan satu
dengan yang lain.
Selanjutnya di bidang birokrasi, optimalisasi atas pemberdayaan departemendepartemen yang terkait sangat dibutuhkan dalam rangka mewujudkan
perkembangan perindustrian sebagaimana yang telah digariskan dalam cita-cita
pembangunan nasional. Kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui peningkatan
SDM, pemangkasan birokrasi dalam perijinan usaha dan lain sebagainya yang
tujuan utamanya adalah meningkatkan perkembangan perindustrian.
3.3
Tahap Perkembangan Industri
Pada akhir abad Pertengahan kota-kota di Eropa berkembang sebagai pusat
kerajinan dan perdagangan. Warga kota (kaum Borjuis) yang merupakan warga
berjiwa bebas menjadi tulang punggung perekonomian kota. Mereka bersaing
secara bebas untuk kemajuan dalam perekonomian. Pertumbuhan kerajinan
menjadi industri melalui beberapa tahapan, seperti berikut.
Sistem Domestik
Tahap ini dapat disebut sebagai tahap kerajinan rumah (home industri). Para
pekerja bekerja di rumah masing-masing dengan alat yang mereka miliki sendiri.
Bahkan, kerajinan diperoleh dari pengusaha yang setelah selesai dikerjakan
disetorkan kepadanya. Upah diperoleh berdasarkan jumlah barang yang
dikerjakan. Dengan cara kerja yang demikian, majikan yang memiliki usaha
hanya membayar tenaga kerja atas dasar prestasi atau hasil. Para majikan tidak
direpotkan soal tempat kerja dan gaji.
Manufaktur
Setelah kerajinan industri makin berkembang diperlukan tempat khusus untuk
bekerja agar majikan dapat mengawasi dengan baik cara mengerjakan dan mutu
produksinya. Sebuah manufaktur (pabrik) dengan puluhan tenaga kerja didirikan
dan biasanya berada di bagian belakang rumah majikan. Rumah bagian tengah
untuk tempat tinggal dan bagian depan sebagai toko untuk menjual produknya.
Hubungan majikan dengan pekerja (buruh) lebih akrab karena tempat kerjanya
jadi satu dan jumlah buruhnya masih sedikit. Barang-barang yang dibuat kadangkadang juga masih berdasarkan pesanan.
Sistem pabrik
Tahap sistem pabrik sudah merupakan industri yang menggunakan mesin.
Tempatnya di daerah industri yang telah ditentukan, bisa di dalam atau di luar
kota. Tempat tersebut untuk untuk tempat kerja, sedangkan majikan tinggal di
tempat lain. Demikian juga toko tempat pemasaran hasil industri diadakah di
tempat lain. Jumlah tenaganya kerjanya (buruhnya) sudah puluhan, bahkan
ratusan. Barang-barang produksinya dibuat untuk dipasarkan.
3.4
Pertumbuhan Industri di Indonesia Era Globalisasi
Pertumbuhan Ekonomi (PDB) Indonesia pada Triwulan II-2011
dibandingkan Triwulan II-2010 (y-on-y) mengalami pertumbuhan sebesar 6,49
persen. Pertumbuhan ini didukung oleh semua sektor, yang mana pertumbuhan
tertinggi dihasilkan oleh Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 10,65 persen,
Perdagangan Hotel & Restoran sebesar 9,64 persen, dan Konstruksi sebesar 7,4
persen. Industri pengolahan non migas tumbuh sebesar 6,61 persen. Hal ini lebih
tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan yang sama tahun 2010 yang
hanya tumbuh sebesar 5,12 persen.
Sampai pada tahun 2011 triwulan II, struktur Perekonomian Indonesia masih tetap
didominasi oleh sektor industri pengolahan sebesar 24,30 persen ini jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan
perikanan (15,6 persen) dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (13,7 persen).
Kontribusi sektor industri pada Triwulan II-2011 ini juga lebih tinggi
dibandingkan dengan triwulan I tahun 2011 sektor industri pengolahan non
migas pada triwulan I tahun 2011 menyumbang sekitar 21,1 persen. Sektor
industri telah memberikan sumber pertumbuhan ekonomi yang terbesar yaitu
sebesar 1,6 persen. Sama halnya dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran
yang juga memberikan sumber pertumbuhan ekonomi sebesar 1,6 persen. Sektor
pengangkutan dan komunikasi sebesar 1,0 persen, sedangkan sumber
pertumbuhan dari sektor lainnya masih kecil yaitu dibawah 1,0 persen.
Ditinjau dari komponen-komponen penggunaan PDB bahwa pengeluaran
konsumsi rumah tangga mempunyai konstribusi terbesar terhadap PDB yaitu
sebesar 54,3 persen pada triwulan II tahun 2011 dengan laju pertumbuhan sebesar
2,6 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 31,63 persen dengan sumber
pertumbuhan sebesar 2,1 persen.
Berdasarkan analisis pertumbuhan per cabang industri Triwulan II/ 2011, untuk
pertama kalinya sejak 2005 pertumbuhan industri non migas berada di atas
pertumbuhan ekonomi (ekonomi hanya sebesar 6,4 persen dan sektor pengolahan
industri non-migas 6,61 persen). Dan dari 9 cabang industri non
migas seluruhnyamemiliki pertumbuhan positif. Pertumbuhan industri non migas
tertinggi dicapai oleh Industri Logam Dasar, Besi dan Baja sebesar 15,48 persen
diikuti Industri Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 9,34 persen dan
Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki sebesar 8,03 persen. Adapun nilai
pertumbuhan industri non migas terendah dicapai oleh Industri Barang Kayu dan
Hasil Hutan Lainnya sebesar 3,01 persen. Namun, secara keseluruhan hasil
tersebut cukup menggembirakan karena pertumbuhan sektor industri barang kayu
tersebut pada beberapa tahun sebelumnya memiliki nilai negatif.
Sampai dengan Triwulan II ini pertumbuhan industri yang dapat dicapai sebesar
6,61 persen dengan nilai PDB sebesar Rp. 144.750,6 miliar. Pertumbuhanpada
triwulan II tahun 2011 mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan
pada triwulan yang sama tahun 2010 (5,12 persen). Hal ini didukung oleh kinerja
semua cabang industri yang semakin membaik, dan memiliki pertumbuhan positif
seperti industri logam dasar, besi dan baja; industri Makanan, Minuman dan
Tembakau; serta industri tekstil, barang kulit & alas kaki.
Pertumbuhan industri non-migas selama semester I/2011 dibandingkan dengan
semester I/2010 mencapai pertumbuhan sebesar 6,20 persen lebih tinggi
dibandingkan dengan semester I/2010 sebesar 4,72 persen, namun masih lebih
rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi semester I/2011 yang sebesar 6,48
persen.
Kondisi tersebut menggambarkan bahwa perkembangan sektor industri
sudah bangkit. Dalam rangka menjaga nilai pertumbuhan Industri Non Migas
yang saat ini sudah berada di atas pertumbuhan ekonomi perlu diciptakan iklim
investasi yang kondusif dan meminimalkan biaya ekonomi tinggi melalui
akselerasi pembangunan infrastruktur dan hilirisasi. Di samping itu, perlu
diperhatikan lingkungan global saat ini yang persaingannya semakin ketat
sehingga pembangunan industri perlu dipercepat dan dilakukan secara terintegrasi
dengan sektor ekonomi lainnya.
Ditinjau dari aspek regional, struktur perekonomian Indonesia pada Triwulan II2011 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Jawa dan Sumatera. Kelompok
provinsi di Jawa memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar
57,7 persen, kemudian diikuti oleh Sumatera sebesar 23,5 persen, Kalimantan
9,5 persen, Sulawesi 4,7 persen, Bali dan Nusa Tenggara 2,5 persen serta Maluku
dan Papua 2,1 persen.
Provinsi yang memberikan sumbangan terbesar di Jawa adalah DKI
Jakarta (16,2 persen), Jawa Timur (14,8 persen), Jawa Barat (14,3 persen) dan
Jawa Tengah (8,4 persen). Sedangkan provinsi penyumbang
terbesar di Sumatera adalah Riau (6,6 persen), Sumatera Utara (5,3 persen) dan
Sumatera Selatan (3,1persen). Adapun provinsi penyumbang terbesar di
Kalimantan adalah Kalimantan Timur sebesar 6,4 persen, sedangkan provinsi
penyumbang terbesar di Sulawesi adalah Sulawesi Selatan sebesar 2,3 persen.
Berdasarkan hal tersebut, percepatan pembangunan industri di daerah perlu terus
dilakukan melalui pendekatan:
Pertama, mengkonsentralisasikan lokasi pembangunan industri pada wilayah
yang memiliki potensi keunggulan komperatif yang besar melalui pembangunan
pusat-pusat pertumbuhan industri (growth center), dilengkapi dengan
mengembangkan klaster industri dan pengembangan kompetensi inti industri
daerah. Pendekatan ini dilakukan secara terpadu dengan sektor ekonomi lainnya.
Kedua : meningkatkan kemampuan masyarakat dilokasi industri tersebut,
sehingga dituntut masyarakat untuk investasi di bidang pendidikan di dukung oleh
fasilitas yang disediakan pemerintah dan swasta, sehingga akan memberikan
dampak positif bagi pembangunan industri yang semakin efisien dan efektif serta
memberikan dampak berguna bagi daerah setempat.
Ketiga : Meningkatkan investasi di sektor industri yang dapat dilakukan oleh
pihak swasta dan investasi infrastruktur yang diharapkan dilakukan
oleh pihak pemerintah dan swasta.
Keempat : Peningkatan penguasaan pasar dalam negeri melalui upaya pemanfaat
produk dalam negeri dan penguasaan pasar internasional.
Pendekatan yang digunakan dalam mempercepat pembangunan industri dilakukan
dengan mengkombinasikan pendekatan sektoral yaitu mengembangkan klaster
industri dan pendekatan regional yang berlandaskan pada keunggulan komparatif
yang dimiliki oleh masing-masing daerah.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
1. Pengaruh atau dampak perkembangan industri sangat besar sekali terhadap
perkembangan perekonomian Indonesia. Industri memegang peranan yang
menentukan dalam perkembangan perekonomian sehingga benar-benar perlu
didukung dan diupayakan perkembangannya.
2. Upaya pemerintah dalam meningkatkan perindustrian di Indonesia dapat
dilakukan melalui dua cara, yaitu dari segi regulasi yang dilakukan dengan
memperbarui Undang-Undang Perindustrian yang sudah tidak sesuai lagi dengan
keadaan, dan dari segi birokrasi yang dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
kualitas SDM dan mempermudah pengurusan ijin usaha.
4.2
Saran
Dengan melihat pengaruh perindustrian terhadap perkembangan perekonomian,
maka sudah selayaknya apabila pemerintah bersikap serius dan segera melakukan
perubahan, baik terhadap regulasi maupun birokrasi yang terkait dengan
perindustrian agar pendapatan ekonomi nasional ikut semakin meningkat seiring
berkembangnya era globalisasi.