ANALISIS RESIKO GEMPA KOTA LARANTUKA DI (1)

ANALISIS RESIKO GEMPA KOTA LARANTUKA DI FLORES DENGAN
MENGGUNAKAN METODE PROBABILISTIC SEISMIC HAZARD
Yohanes Laka Suku 1; F. X. Maradona Manteiro1; Emilianus Evaristus2
1

Program Studi Teknik Sipil Universitas Flores
Email : mayokoco@yahoo.co.id
2
Alumni Program Studi Teknik Sipil Universitas Flores

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui angka rata-rata kejadian gempa tahunan
terlewati (annual rate of exeedance) dan membuat kurva resiko gempa (seismic hazard curve). Dari
hasil analisa resiko gempa, dilakukan proyeksi kemungkinan kejadian gempa untuk periode ulang
tertentu.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka, yaitu dengan mengumpulkan data
kejadian gempa dari beberapa katalog sumber seperti Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika (BMKG), NEIC-USGS, ANSS dan International Seismological Centre (ISC). Parameter
data kejadian gempa dibatasi selama 50 tahun terakhir dengan besar magnitude M ³ 4, kedalaman
fokus 0 - 150 km dan radius 300 km dari site Kota Larantuka.
Dari data yang diperoleh selanjutnya dilakukan analisa dengan mengombinasikan metode statistik

total dan metode Probabilistic Seismic Hazard (PSHA) sesuai persamaan atenuasi Joyner, Boore
dan Fumal (1997). Hasilnya diperoleh mean annual rate of exeedance Kota Larantuka untuk PHA
0.01 gal sebesar 0.104 %, 0.1 gal sebesar 0.0065 % dan 1 gal sebesar 0.0002 %. Untuk resiko gempa
Kota Larantuka dengan percepatan horizontal maksimum (Peak Horizontal Acceleration-PHA)
terlewati 0,01 g (9.81 gal) sebesar 102.45 gal dan 1,0 g (981 gal) sebesar 0.22 gal sedangkan
percepatan gempa maksimumnya untuk periode ulang 5 tahun sebesar 42.32 gal, periode ulang 25
tahun sebesar 169.95 gal dan periode ulang 50 tahun sebesar 271.53 gal.
Berdasarkan hasil analisis, terlihat bahwa Kota Larantuka mempunyai resiko gempa yang cukup
tinggi sehingga untuk mengurangi bahaya kerusakan akibat gempa (seismic hazard), maka dalam
mendesain bangunan sipil perlu mempertimbangkan aspek resikonya.
Kata Kunci: Probabilistic Seismic Hazard , Annual rate of exeedance dan Resiko Gempa

1.

PENDAHULUAN

Latar belakang
Wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan kawasan aktif gempa tektonik karena berada dekat lempeng
Australia yang menyusup ke lempeng Eurasia. Selain itu, terdapat sesar Busur Muka dan Sesar Sungkup (Busur
Belakang) di bagian utara Pulau Flores. Kota Larantuka khususnya merupakan daerah yang mempunyai resiko

gempa yang cukup besar dilihat dari kondisi geologinya dan letaknya pada peta persebaran gempa yang berada pada
wilayah gempa IV. Untuk mengurangi resiko gempa yang terjadi di kemudian hari perlu diketahui besarnya
percepatan gempa pada periode ulang tertentu. Untuk menentukan besarnya percepatan gempa periode ulang yang
terjadi maka perlu mengetahui besarnya angka kejadian gempa rata-rata pertahun pada kota Larantuka berdasarkan
data-data kejadian gempa pada waktu yang lampau. Untuk dapat memperkirakan besarnya kejadian gempa yang
akan datang serta besarnya beban gempa pada setiap periode ulang diperlukan data-data kejadian gempa dalam
jangka waktu tertentu. Data tersebut kemudian akan dianalisis dan diolah menggunakan metode statistik
probabilistik seismic hazard, sehingga didapat besar beban gempa yang terjadi pada suatu daerah. Dari hasil tersebut
dapat memberikan gambaran sejarah terjadinya gempa pada suatu daerah tertentu dan dapat diprediksi besarnya
gempa rata-rata yang akan terjadi pada daerah tersebut.
Dalam penelitian ini akan dianalisis data-data kejadian gempa yang ada dan memprediksi besarnya beban gempa
yang akan terjadi pada kota Larantuka yang merupakan ibu kota kabupaten Flores Timur dan terletak di sebelah
ujung timur pulau Flores. Kota Larantuka berada pada koordinat 8,33950 LS dan 122,98770 BT, luas wilayah
1.812,85 Km2 dengan batas wilayah Utara berbatasan dengan Laut Flores, Timur berbatasan dengan Kabupaten
Lembata, Barat berbatasan dengan Kabupaten Sikka, dan arah Selatan berbatasan dengan Laut Sawu. Gempa yang
terjadi di kota Larantuka sebagian besar bersumber pada daerah-daerah di mana terdapat lempeng Australia yang
menghujam ke lempeng Eurasia yang berada pada sisi utara kota Larantuka. Data kejadian gempa yng diperoleh
dalam penelitian ini adalah data kejadian dari tahun 1961-2010.

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5

Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

G-109

Geoteknik

Untuk memudahkan perhitungan, maka analisa gempa kota Larantuka didasarkan pada data kejadian gempa yakni
pada radius 0-300 Km dari pusat gempa yang dibagi dalam 3 zone yaitu zone I radius 0-100 Km, zone II radius 100200 Km dan zone III radius 200-300 Km dengan magnitude lebih besar sama dengan 4 (M≥4), karena dianggap
pada magnitude tersebut bangunan akan mengalami kerusakan sedangkan data dengan magnitude yang lebih kecil
dari 4 sangat sedikit jumlahnya sehingga kurang baik untuk dilakukan analisis. Kedalaman fokus gempa 0-150 km
yang dikategorikan sebagai gempa dangkal dan menegah.

Signifikasi penelitian
Penelitian ini penting dilakukan karena dari penelitian ini akan diperoleh gambaran mengenai: 1) jumlah gempa
rata-rata yang terlewati pertahun (annual rate of exeedance) pada gempa dengan magnitude atau percepatan gempa
yang lebih besar atau sama dengan nilai tertentu, 2) kurva resiko gempa (Seismic Hazard Curve) dan 3) besarnya
percepatan gempa maksimum (Peak Horizontal Accceleration). Data-data ini penting sebagai bahan masukan bagi
pemerintah daerah Flores Timur didalam mengambil kebijakan yang berhubungan dengan program penanggulangan
bencana berhubungan dengan resiko gempa.


2.

LANDASAN TEORI

Pemilihan fungsi atenuasi
Fungsi atenuasi merupakan prediksi hubungan empiris untuk parameter gempa yang melemah sejalan dengan
bertambahnya jarak, seperti percepatan puncak, yang mendeskripsikan parameter gerakan tanah. Fungsi atenuasi
adalah suatu fungsi yang menggambarkan korelasi antara intensitas gerak tanah setempat (I), magnitude (M) dan
jarak (R) dari suatu titik ke daerah sumber.
Ada beberapa fungsi atenuasi yang dikembangkan, diantaranya fungsi atenuasi Donovan (1970, 1972), Fukushima
dan Tanaka (1990), Crouse (1991), Joyner dan Boore (1981, 1988, 1993, 1997) dan lain-lainnya. Funsi-fungsi
atenuasi tersebut diturunkan berdasarkan data pengamatan kegempaan di masa yang lalu dengan memakai metode
penyesuaian kuadrat terkecil terhadap data pengamatan terbesar. Secara umum, fungsi-fungsi atenuasi di atas
mengambil bentuk sebagai berikut (Kramer, 1996):
Ag (M . R) = C1 . C2 . M . (R + r0)c3

(1)

Dimana: Ag = percepatan maksimum tanah di lokasi yang ditinjau (gal); M = magnitude gempa (skala Richter); R=
jarak hiposenter gempa; dan C1, C2, C3, r0 = konstanta

Persamaan di atas dapat dikonversikan ke dalam bentuk fungsi logaritma normal (log normal) menjadi :
ln (Ag (M . R)) = C1 + C2 M + C3 ln (R + r0)

(2)

Fungsi atenuasi yang digunakan di sini adalah fungsi atenuasi Joyner dan Boore (1993) dan fungsi atenuasi Joyner,
Boore dan Fumall (1997) . Fungsi atenuasi yang diperoleh Joyner dan Boore adalah fungsi atenuasi untuk
percepatan horisontal maksimum, kecepatan horisontal maksimum dan pseudo spectral relative velocity. Khusus
untuk percepatan horizontal maksimum, persamaan yang diusulkan oleh Joyner dan Boore adalah (Kramer, 1996).
b1 + b2 (Mw - 6) + b3 (Mw -6)2 + b4 R + b5 log R + b6 GB + b7 GC

log PHA (g) =

(3)

Hubungan antara atenuasi Boore (1993) dinyatakan dalam hubungan logaritma biasa (basis 10). Pembagian lokasi
berdasarkan kecepatan rata-rata gelombang geser di atas 30 m (100 ft), Tabel 1. Koefisien hubungan atenuasi
dikembangkan untuk dua ukuran percepatan maksimum yaitu komponen orientasi acak dan komponen horisontal
terbesar, Tabel 2.
Tabel 1. Pembagian Site oleh Boore (1993)

Site Class
A
B
C

di atas 30 m (100 ft)
> 750 m/detik (2500 ft/detik)
360 – 750 m/detik (1200 – 2500 ft/detik)
180 – 360 m/detik (600 – 1200 ft/detik)

Tabel 2. Koefisien Hubungan Atenuasi (Boore, 1993)

Random
Larger

S-110

b1
-0,105
-0,038


b2
0,229
0,216

b3
0
0

Component
b4
b5
0
-0,778
0
-0,777

b6
0,162
0,158


b7
0,251
0,254

h
5,57
5,48

logPHA
0,23
0,205

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5
Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

Geoteknik

Pada tahun 1997, fungsi atenuasi tersebut disempurnakan kembali oleh Boore, Joyner dan Fumall menjadi:


(4)
dengan VS = kecepatan rata-rata gelombang geser; b1 = (b1SS, b1RS, b1All); b1 SS = -0,313 untuk gempa mekanisme
strike slip; b1RS = -0,117 untuk gempa mekanisme reverse-slip; b1All = -0,242 untuk gempa tidak teratur.

Analisis probabilistik resiko gempa
Metoda Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA) dapat digunakan untuk menganalisa resiko gempa.
Metodologi PSHA ini serupa dengan metoda yang dikembangkan oleh Cornell (1968) dan Algermissen et al. (1982)
(Kramer, 1996). Tujuannya adalah untuk mengkuantifikasi probabilitas terlampauinya berbagai tingkat percepatan
tanah akibat setiap gempa bumi yang mungkin terjadi di suatu lokasi

Sum ber 3

Sum ber 1
S it e

R

R

Sum ber 2


1
2
3

M a g n it u d e x

R

LANGKAH

LANGKAH

1

2

P (a > a *)

P a ra m e te r g e ra k a n ta n a h


lo g ( # g e m p a > m )

Analisis probabilitis resiko gempa atau PSHA dapat digambarkan sebagai prosedur 4 langkah (four steps process)
dapat dilihat pada Gambar 1. berikut:

J a ra k R

LANGKAH

3

N ila i p a r a m e t e r a *

LANGKAH

4

Gambar 1. Empat Langkah Analisis Probabilistik Resiko Gempa (Kramer, 1996)

Menentukan jarak sumber ke Site
Misalkan bumi berupa bola dengan pusat titik asal, bahwa sumbu z positif melalui kutub utara dan bahwa sumbu x
positif melalui meridian utara. Menurut perjanjian, bujur diperinci dalam derajat timur atau barat dari meridian
utama dan lintang dalam derajat utara dan selatan katulistiwa. Jarak antara sumber ke site dapat ditentukan dengan
menggunakan hubungan antara koordinat bola (ρ, θ, f) dan koordinat kartesius (x, y, z). Jika ρ (huruf yunani rho) adalah
jarak OP dari titik asal ke P, θ adalah sudut kutub yang berhubungan dengan proyeksi P’ dari P ke bidang xy dan f adalah
sudut antara sumbu z positif dan ruas garis OP, maka hubungan antara koordinat bola dan koordinat kartesius adalah
sebagai berikut (Konstantinus, 2003) : Xs = R cos θ cos f; Ys = R cos f sin θ; dan Zs= R sin f, dengan θ = θs *
π/180 (radian); f = fs * π/180 (radian); X = titik dalam arah sumbuh X; Y = titik dalam arah sumbu Y; dan Z= titik
dalam arah sumbu Z. Jika diketahui dua titik P1 (X1, Y1, Z1) dan P2 (X2, Y2, Z2) maka dapat ditentukan jarak antara
dua titik dalam ruang dimensi tiga adalah:
{P1P2} =

3.

(5)

METODELOGI

Jenis dan variabel penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan, dan variable bebas yang digunakan dalam penelitian
ini adalah besarnya percepatan gempa yang akan terjadi pada kota Larantuka pada berbagai periode ulang dan
variabel terikat adalah magnitude gempa, jarak dari lokasi ke site dan kedalaman focus dari riwayat gempa yang
terjadi pada kota Larantuka.

3.2. Jenis data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh dari literatur berupa
katalog gempa dan data-data kejadian gempa yang tercatat baik secara nasional maupun internasional, seperti
katalog gempa dari Badan meteorologi dan Geofisika (BMG) Indonesia, National Earthquake Information Center-

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5
Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

S-111

Geoteknik

United States Geological Survey (NEIC-USGS), International Seismological Centre (ISC) dan Advanced National
Seismic System (ANSS). Data yang diperoleh meliputi nama stasiun pencatat, waktu terjadinya gempa, magnitude,
depth (jarak episentrum, Km), koordinat gempa serta kedalaman focus.
Data-data yang dikumpulkan adalah data kejadian gempa dengan magnitude lebih besar sama dengan 4 (M ≥ 4) dari
tahun 1961-2010. Jarak yang digunakan adalah pada radius 300 Km dan kedalaman focus 0-150 Km yang termasuk
gempa dangkal dan gempa menengah.

Pengolahan dan analisa data
Langkah-langkah dalam pengolahan dan menganalisa data sebagai berikut : 1) Pengumpulan data frekuensi gempa
4 dan jarak focus ke site; 2) Pengolahan data yang terdiri dari : Pengolahan data frekwensi gempa untuk
membuat persamaan regresi, Perhitungan probabilitas berdasarkan jarak dan magnitude dan Membuat perkiraan
kejadian gempa pertahun; 3) Analisa data yang terdiri dari: Menghitung Annual Rate of Exeedance, Membuat Kurva
Resiko Gempa dan Menghitung Percepatan Horisontal Maksimum; 4) Membuat Kesimpulan dan Saran.

4.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Fokus gempa Kota Larantuka
Dari hasil analisis menentukan jarak epicenter dan jarak Hipocenter, dan dengan menggunakan hubungan antara
jarak Hipocenter, kedalaman fokus serta jarak epicenter, dengan hukum phitagoras maka dapat ditentukan jarak
epicenter antara site dan sumber gempa. Berdasarkan jarak episentrum kemudian itentukan jumlah data dalam
radius 0-300 km yakni sebanyak: 1531 data, data tersebut kemudian digolongkan dalam beberapa zona yaitu: Zona I
(0-100 Km) sebanyak 213 data, Zona II (100-200 Km) sebanyak 646 data dan Zona III (200-300 Km) sebanyak 672
data. Peta persebaran fokus gempa Kota Larantuka seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta Persebaran Sumber Gempa Site Kota Larantuka Tahun 1961-2010

Menentukan angka kejadian gempa pertahun (annual rate of exeedance)
Dengan mengasumsikan bahwa gempa bumi dengan magnitude gempa kurang dari 4,00 tidak memberikan pengaruh
terhadap resiko gempa, angka kejadian gempa pertahun untuk magnitude M ≥ 4 (annual rate of exeedance of
magnitude 4,00 events) dari masing-masing zona sumber dengan menggunakan persamaan
Zona I

=

Zona II

=

Zona III

=

adalah:

Percepatan horizontal maksimum (PHA) menurut persamaan atenuasi Joyner, Boore dan Fumall (1997) dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan :
log PHA (g)

=

b1 + 0,527 (Mw - 6) + b3 (Mw -6)2 + b4 R + b5 log R+ b6 GB + b7 GC log (VS/1396)

=

S-112

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5
Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

Geoteknik

sedangkan persamaan atenuasi Joyner, Boore dan Fumall (1997) untuk menentukan percepatan gempa maksimum
pada kota Larantuka dapat ditulis sebagai berikut:
log PHA(gal) = -0,242 + 0,527 (MW - 6) - 0,778 . log R - 0,371 log (VS/1396)
slog PHA
= 1,0994
Untuk magnitude gempa M = MINT = 4,12425 dan R = RINT = 12,3553 km, log PHA = -1,1494541947 g.
Hasil perhitungan angka kejadian gempa (annual rate of exeedance) pada tingkat percepatan horizontal tertentu
untuk zone I, zone II dan zone III dapat dilihat pada Tabel 3.. dan Grafik hubungan antara annual rate of exeedance
of PHA dengan PHA pada zona I, zona II dan zona III dapat dilihat pada Gambar 3.
Tabel 3. Mean Annual Rate of Exeedance (Gal)
PHA
0,010
0,025
0,050
0,075
0,100
0,250
0,500
0,750
1,000

Zona I
25,4903710652
9,0151424982
3,8241515558
2,2501151817
1,5246543167
0,4107338889
0,1415409588
0,0736979591
0,0457736395

Zona II
62,0379381764
23,2372406871
10,3550365001
6,2837919463
4,3555659668
1,2660542996
0,4634864326
0,2502295161
0,1595063411

Zona III
14,9236020705
4,3078482654
1,5704129720
0,8466595335
0,5395215600
0,1200170241
0,0359511454
0,0172820843
0,0101523982

Total
102,4519113121
36,5602314508
15,7496010279
9,3805666615
6,4197418436
1,7968052125
0,6409785367
0,3412095595
0,2154323787

Dari Tabel di atas diketahui bahwa pada masing-masing probability exeedance, menunjukan kecenderungan yang
semakin kecil untuk masing-masing percepatan gempa maksimum tertentu yang terlewati. Pada PHA 0,010 gal nilai
probability exeedance adalah 0,1044 %, untuk PHA 0,10 gal nilai probability exeedance adalah 0,0065 % dan untuk
PHA 1,00 gal nilai probability exeedance adalah 0,00022 %.

Gambar 3. Kurva Seismic Hazard Tiap Zona
Dari kurva di atas diketahui bahwa nilai PHA pada masing-masing probability exeedance, menunjukan
kecenderungan yang semakin kecil untuk penurunan periode waktu yang terlampaui. Hal ini dikarenakan
kemungkinan terjadinya dalam kurun waktu yang singkat lebih kecil dibandingkan dengan kurun waktu yang lebih
lama.

Kurva hubungan antara periode ulang dengan PHA menurut persamaan Atenuasi Joyner, Boore
dan Fumall (1997)
Periode ulang merupakan perbandingan terbalik dari resiko gempa. Resiko gempa pada site untuk masing-masing
persamaan attenuasi merupakan penjumlahan dari resiko gempa pada semua zone sumber yang dihasilkan. Setelah
itu dapat ditentukan besarnya periode ulang gempa dari tiap-tiap persamaan attenuasi Joyner, Boore dan Fumall
(1997). Dengan demikian dapat dibuat grafik hubungan antara periode ulang gempa dengan PHA. Besarnya periode
ulang pada masing-masing persamaan attenuasi dapat dilihat pada tabel 4.

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5
Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

S-113

Geoteknik

Tabel 4. Hubungan antara periode Ulang Gempa dengan Peak Horizontal Acceleration (PHA)
PHA (Gal)
9,8100
24,5250
49,0500
73,5750
98,1000
245,2500
490,5000
735,3500
981,0000

Annual Rate Exeedance
102,4519113
36,56023145
15,74960103
9,380566662
6,419741844
1,796805213
0,640978537
0,34120956
0,215432379

Periode Ulang T (Tahun)
0,009760677
0,027352124
0,063493672
0,106603368
0,155769504
0,556543354
1,560114641
2,930750245
4,641827779

Grafik hubungan antara resiko gempa dengan PHA untuk persamaan attenuasi Joyner, Boore dan Fumall (1997)
dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Kurva Hubungan antara PHA dengan Periode Ulang Kota Larantuka
Berdasarkan grafik hubungan antara resiko gempa dengan PHA maka dapat diperkirakan percepatan gempa
maksimum dalam periode ulang tertentu. Besarnya percepatan gempa pada periode ulang tertentu terdapat pada
Tabel 5. dan gambar 5. menggambarkan hubungan antara periode ulang dengan percepatan gempa maksimum pada
periode ulang tertentu berdasarkan persamaan attenuasi Joyner, Boore dan Fumall (1997).
Tabel 5. Hubungan antara Peak Horizontal Acceleration (PHA) dengan Periode Ulang Gempa Tertentu
Periode Ulang T (Tahun)
5
10
20
25
50
75
100
200
250
500
1000

S-114

Annual Rate of Exeedance
0,04314004
0,08136764
0,14585915
0,17323668
0,27678848
0,34572747
0,39560842
0,51056826
0,54416553
0,63706774
0,72618371

PHA (Gal)
42,320382
79,821658
143,087830
169,945187
271,529502
339,158652
388,091856
500,867461
533,826388
624,963449
712,386224

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5
Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

Geoteknik

Gambar 5. Kurva Hubungan antara Periode Ulang Kota Larantuka dengan PHA
Dari table dan gambar di atas diketahui bahwa besarnya percepatan gempa maksimum Kota Larantuka dari
persamaan atenuasi Joyner, Boore dan Fumall (1997) adalah 712,39 gal untuk periode ulang 1000 tahun. Nilai
minimumnya adalah 42,32 gal untuk periode ulang 5 tahun.

5.

KESIMPULAN

1) Probabilitas dari Annual Rate of Exeedance pada tingkat percepatan horisontal (PHA) tertentu menunjukan
kecenderungan yang semakin kecil untuk masing-masing percepatan gempa maksimum tertentu yang terlewati.
Pada PHA 0,010 gal nilai probability exeedance adalah 0,1044 %, untuk PHA 0,10 gal nilai probability
exeedance adalah 0,0065 % dan untuk PHA 1,00 gal nilai probability exeedance adalah 0,00022%.
2) Dari kurva resiko gempa Kota Larantuka dapat dilihat bahwa nilai PHA pada masing-masing probability
exeedance, menunjukan kecenderungan yang semakin kecil untuk penurunan periode waktu yang terlampaui.
Hal ini dikarenakan kemungkinan terjadinya dalam kurun waktu yang singkat lebih kecil dibandingkan dengan
kurun waktu yang lebih lama.
3) Percepatan Horizontal Maksimum (Peak Horizontal Acceleration) Kota Larantuka dari persamaan atenuasi
Joyner, Boore dan Fumall (1997) adalah 712,39 gal untuk periode ulang 1000 tahun. Nilai minimumnya adalah
42,32 gal untuk periode ulang 5 tahun.

DAFTAR PUSTAKA
ANSS Earthquake Catalog Search. http://www.isc.ac.uk/cgi-bin/agency-get?agency=anss diakses 2 Oktober 2010
Irsyam, M. (1998). “Seismic Risk Analysis”. Geoteknik di Indonesia Menjelang Milenium ke 3, 14-15 Januari.
http://digilib.itb.ac.id/index.php diakses 28 Agustus 2010
ISC Catalog. Online Bulletin of International Seismological Centre. http://www.isc.ac.uk/cgi-bin/agencyget?agency=isc diakses 2 Oktober 2010
Kramer, S.L. (1996). Geotechnical Earthquake Engineering. Prentice-Hall Inc. New Jersey - USA
Lassa, J. (2009). “Bencana Yang Terlupakan? Mengingat Kembali Bencana Larantuka dan Lembata 1979-2009
(The Forgotten Disasters? Remembering The Larantuka and Lembata Disaster 1979-2009)”. Journal of NTT
Studies. University of Bonn : Germany. http://ntt-academia.org/nttstudies/LLlassa2009.pdf diakses 21
September 2010
NEIC-USGS
Catalog.
Earthquake
Database
of
United
State
Geological
Survey.
http://neic.usgs.gov/cgibin/epic/epic.cgi? diakses 4 Oktober 2010

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5
Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

S-115

Geoteknik

S-116

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5
Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011