KEBEBASAN INFORMASI DAN BEREKSPRESI dengan

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA
“KEBEBASAN INFORMASI DAN BEREKSPRESI”

Oleh:
ADLI FIKRIE KURNIAWAN
2014200071

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
KOTA TANGERANG SELATAN
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
kebebasan dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana memungkinkan untuk tersedia
nya berbagai macam informasi yang dapat diberikan,diperoleh,didapatkan serta disebarkan oleh
masyarakat luas.kebebasan menjadikan berbagai informasi dapat di ketahui oleh khalayak luas.
sikap terbuka adalah sikap untuk bersedia memberitahukan dan sikap untuk bersedia menerima
pengetahuan atau informasi dari pihak-pihak lain.
sikap terbuka dapat dimiliki oleh setiap orang,masyarakat dan warga negara. orang yang terbuka

akan mempermudah nya untuk mendapatkan berbagai informasi dan pengetahuan,mempererat
persaudaraan,serta memperkuat persatuan. sikap yang tertutup justru akan sangat merugikan
dirinya sendiri sebab dia akan tertitnggal dan tertatih-tatih mengikuti perkembangan masyarakat
di era globalisasi seperti ini.
kebebasan merupakan suatu kondisi yang memungkinkan timbulnya partisipasi masyarakat
dalam kehidupan bernegara. bukankan kita tinggal di negara yang demokratis, dimana kebebasan
merupakan hal yang sudah seharus nya di junjung tinggi dan hormati sebab memang sudah
menjadi dasar dan akar kebudayaan masyarakat nya.kebebasan menjadi bukti bahwa pemerintah
sanggup bertanggung jawab terhadap kegiatan yang dilakukan nya terhadap rakyat. kebebasan
dapat dilakukan dengan berbagai macam hal seperti kebebasan dalam berpendapat, kebebasan
dalam berserikat,kebebasan dalam berkumpul ,maupun kebebasan dalam berseluncur di dunia
maya. Namun kebebasan dalam berkespresi juga dapat menimbulkan berbagai macam
permasalahan mulai dari penghinaan,pelecehan bahkan tindak asusila yang tak main-main.

1.2 Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan tugas ini adalah untuk mempelajari tentang kebebasan berkomunikasi,
mendapatkan informasi,dan untuk memberikan ruang dalam berekspresi serta untuk memenuhi
tugas Pendidikan pancasila.

1.3 Rumusan Masalah

1. apakah HAM itu?
2.apakah kebebasan informasi itu ?
3.bagaimana dengan kebebasan yang melampaui batas?

1.4 metode
Dalam pembuatan tugas ini, kami menggunakan bantuan media internet. Kami merangkum,
mengutip, kemudian menuliskannya dalam bentuk makalah ini dan seluruh sumbernya telah
kami muat dalam daftar pustaka.

BAB II
PEMBAHASAN
1.Pengertian HAM
Sebelum melangkah terlalu jauh dan berbicara mengenai kebebasan informasi yang merupakan
inti dari materi ini, ada baik nya kita pahami terlebih dahulu mengenai pengertian HAM.
HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia,tanpa hak-hak itu manusia tidak
dapat hidup layak sebagai manusia.Menurut John Locke HAM adalah hak-hak yang diberikan
langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. Dalam pasal 1 UndangUndang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta

perlindungan harkat dan martabat manusia”.
Hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga keselamatan
eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan perseorangan
dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi
Hak Asasi Manusia menjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara individu, pemeritah
(Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun Militer),dan negara. HAM berlaku secara universal.
Dasar-dasar HAM tertuang dalam deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat (Declaration of
Independence of USA) dan tercantum dalam UUD 1945 Republik Indonesia, seperti pada pasal
27 ayat 1, pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 30 ayat 1, dan pasal 31 ayat 1.
a. Berdasarkan Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998
HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia secara kodrati, universal dan
abadi sebagai anugerah Tuhan YME, meliputi hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak
mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak keamanan, dan
hak kesejahteraan yang oleh karena itu tidak boleh diabaikan atau dirampas oleh siapapun
Macam-macam HAM yang tercantum dalam TAP MPR di atas :
1.
Hak untuk hidup
2.
Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan
3.

Hak keadilan
4.
Hak kemerdekaan
5.
Hak atas kebebasan informasi
6.
Hak kemananan
7.
Hak kesejahteraan

8.
Kewajiban
9.
Perlindungan dan pemajuan
b.
Berdasarkan UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM :
HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan YME dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan
serta perlindungan harkat dan martabat manusia

HAM menurut UU No. 39/1999 di atas meliputi :
1.
Hak untuk hidup
2.
Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan
3.
Hak mengembangkan diri
4.
Hak keadilan
5.
Hak kemerdekaan (kebebasan pribadi)
6.
Hak rasa aman
7.
Hak kesejahteraan
8.
Hak turut serta dalam pemerintahan
9.
Hak wanita dan anak
c.

Dalam UUD 1945 (amandemen) dicantumkan HAM ini pada Pasal 28A s.d28J
1.
Pasal 28A : mempertahankan hidup dan keturunan
2.
Pasal 28B
: membentuk keluarga, keturunan dan perlindungan anak dari
kekerasan dan diskriminasi
3.
Pasal 28C
: mengembangkan dan memajukan diri, serta mendapat pendidikan
dan manfaat dari Iptek
4.
Pasal 28D
: pengakuan yang sama di hadapan hukum, hak untuk bekerja dan
kesempatan yang sama dalam pemerintahan
5.
Pasal 28E
: kebebasan beragama, meyakini kepercayaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal, kebebasan berserikat, berkumpul dan berpendapat
6.

Pasal 28F : berkomunikasi dan memperoleh informasi
7.
Pasal 28G : perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta
benda, serta bebas dari penyiksaan
8.
Pasal 28H : hidup sejahtera lahir dan batin, memperoleh layanan kesehatan
9.
Pasal 28I
: tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut dan bebas dari
perlakuan diskriminatif
10. Pasal 28J
: berkewajiban menghargai hak orang dan pihak lain serta tunduk
kepada pembatasan UU

2.KEBEBASAN INFORMASI

Setelah kita mengetahui apa itu HAM maka kita akan masuk kedalam inti materi yaitu mengenai
Kebebasan informasi. kebebasan informasi merupakan suatu hak asasi manusia yang diakui oleh
hukum internasional dalam mendapatkan informasi dengan bebas, yang mencakup bukan hanya
dalam teks dan gambar saja tetapi juga pada sarana berekspresi itu sendiri terutama dalam

pemanfaatan teknologi informasi.

Kebebasan informasi terutama dalam mendapatkan hak akses informasi dari Internet serta media
massa lainnya seperti televisi, radio, surat kabar, buku dan lain sebagainya, juga merupakan nilai
dasar dalam kehidupan berdemokrasi. Oleh karena itu kebebasan memperoleh informasi bagi
masyarakat dapat menjadi dasar dalam meningkatan partisipasi dari masyarakat itu sendiri,
mengingat ketersediaan informasi yang memadai tentunya akan dapat mendorong masyarakat
untuk lebih mampu berpartisipasi dalam proses pembuatan kebijakan secara efektif dan berarti.

Sebagai manusia kita mempunyai hak mendasar yang disebut dengan hak asasi. Apakah itu hak
asasi?
Seperti yang tertuang tadi bahwa .Hak asasi adalah hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah dan
setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Selain hak asasi, sebagai warga Negara kita juga mempunyai hak atas informasi. Sebagaimana
hak asasi, hak atas informasi juga melekat pada setiap diri warga Negara. Hak atas informasi ini
dijamin oleh Konstitusi atau UUD 1945. Pada pasal 28F dinyatakan: “Setiap orang berhak untuk
berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan
sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan

menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.”
Untuk menguatkan ketentuan dalam UUD 1945 tersebut, maka disusunlah Undang-Undang No
14/2008 tentang Kebebasan Informasi Publik (UU KIP).
UU KIP memberikan jaminan kepada setiap warga negara untuk memperoleh informasi yang
dikuasai oleh badan publik. UU KIP memberikan acuan yang sangat jelas kepada warga negara
tentang tata cara memperoleh informasi dan menyebarkan informasi dari badan publik.

UU KIP juga mengatur tentang apa yang harus dilakukan oleh warga negara (pemohon informasi
publik) jika niatnya untuk memperoleh informasi dari badan publik dihambat oleh pejabat di
dalam publik tersebut. Penyelesaian sengketa permintaan informasi tersebut akan diselesaikan
oleh komisi informasi.
Melalui UU KIP masyarakat dapat melihat setiap kebijakan, aktivitas maupun anggaran badanbadan publik berkaitan dengan penyelenggaraan negara maupun yang berkaitan dengan
kepentingan publik lainnya.
Namun dewasa ini banyak sekali kasus mengenai hal ini mulai dari Intimidasi, penahanan, dan
penyiksaan saat ini banyak menimpa blogger, web master, netizen,jurnalis online yang
menyuarakan pendapatnya terhadap kondisi sosial politik,pemerintahan, rekomendasi, kecaman,
opini, masukan mengenai sesuatu, mempromosikan, mengekspresikan diri, dll) melalu berbagai
sosial media seperti twitter, tumblr, facebook, dll..
Bukan kah itu bagian dari akibat berdemokrasi? Mengapa masih dibatasi?
Pemahaman yang kurang mendalam dan kegagapan dalam menyikapi perkembangan internet

akan berujung pada permasalahan di ranah dunia maya, baik antara Pemerintah dan masyarakat
maupun di antara masyarakat itu sendiri. Perkembangan yang terjadi saat ini di negeri kita
Indonesia telah menunjukkan indikasi timbulnya gesekan-gesekan karena kurangnya pemahaman
tentang hal ini.

3. Kebebasan Yang melampaui batas
Memang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sudah hal yang wajar bahkan menjadi suatu
keharusan dilindunginya kebebasan bagi warga negaranya dalam berpendapat dan berekspresi
namun jika melihat kebelakang sudah banyak kasus yang menyeret para pengguna hak tersebut
ke dalam ranah hukum yang menyebabkan dikenai sanksi bagi pelaku nya .
Masih segar dalam ingatan Indonesia, pada tahun 2009 Prita Mulyasari, seorang ibu, dipidana
karena menuliskan keluhan tentang pelayanan rumah sakit swasta di email pribadi.
Kasus ini terjadi pada seorang ibu rumah tangga bernama Prita Mulyasari, mantan pasien Rumah
Sakit Omni Internasional Alam Sutra Tangerang. Saat dirawat Prita Mulyasari tidak
mendapatkan kesembuhan, malah penyakitnya bertambah parah. Pihak rumah sakit tidak
memberikan keterangan yang pasti mengenai penyakit serta rekam medis yang diperlukan
pasien. Kemudian Prita Mulyasari Vila - warga Melati Mas Residence Serpong ini mengeluhkan pelayanan rumah sakit tersebut lewat surat elektronik yang kemudian menyebar ke
berbagai mailing list di dunia maya. Akibatnya, pihak Rumah Sakit Omni Internasional marah,
dan merasa dicemarkan. Lalu RS Omni International mengadukan Prita Mulyasari secara pidana.
Sebelumnya Prita Mulyasari sudah diputus bersalah dalam pengadilan perdata. Kejaksaan Negeri

Tangerang telah menahan Prita Mulyasari di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tangerang sejak
13 Mei 2009 karena dijerat pasal pencemaran nama baik dengan menggunakan Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE)

Banyak pihak yang menyayangkan penahanan Prita Mulyasari yang dijerat pasal 27 ayat 3
Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE),
karena akan mengancam kebebasan berekspresi. Pasal ini menyebutkan : "Setiap orang dengan
sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat
diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan
penghinaan dan/atau pencemaran nama baik."

Beberapa aliansi menilai : bahwa rumusan pasal tersebut sangatlah lentur dan bersifat keranjang
sampah dan multi intrepretasi. Rumusan tersebut tidak hanya menjangkau pembuat muatan tetapi
juga penyebar dan para moderator milis, maupun individu yang melakukan forward ke alamat
tertentu. Kasus ini juga akan membawa dampak buruk dan membuat masyarakat takut
menyampaikan pendapat atau komentarnya di ranah dunia maya. Pasal 27 ayat 3 ini yang juga
sering disebut pasal karet, memiliki sanksi denda hingga Rp. 1 miliar dan penjara hingga enam
tahun.

KASUS KE 2

BAB III
PENUTUP
Memang benar bahwa setiap manusia yang lahir di dunia ini telah memiliki hak yang hakiki
dalam berpendapat dan berekspresi namun tentu dalam batas-batas koridor yang telah ditetapkan.
Jangan sampai kebebasan yang diberikan dan di lindungi oleh negara di salah gunakan untuk
melanggar aturan yang telah ada. Jangan sampai justru karena hak tersebut membuat hak-hak
orang lain tertindas. Maka sudah pasti harus ada kedewasaan serta kewibawaan dalam menyikapi
nya.
Banyak orang yang menggunakan tameng HAM untuk berlindung dari jerat hukum, bahkan tak
jarang juga mereka yang berteriak-teriak dengan lantang menggunakan ayat-ayat al-qur’an untuk
menutupi kesalahan nya, maka sudah seharusnya masyarakat lah yang mampu menilai dan
memperbaiki diri sehingga permasalahan seperti ini tidak terulang lagi di kemudian hari.

Daftar pustaka.
http://anggaiest.blogspot.com
http://mitra-pelajar-computer.blogspot.com