MAKALAH SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA S

MAKALAH SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA
SUKU DAYAK MUALANG

Dosen : Ibu Hanny Purnamasari, S.Sos., M.AP.
Di Susun Oleh:
Yoga Trisna Rusdiansyah
1710631180158

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
PRODI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
TAHUN 2018

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, dan inayah-Nya serta nikmat sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas Sosial Budaya Indonesia dengan selesai. Shalawat serta
salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW dan semoga kita
selalu berpegang teguh pada sunnahnya Amin.
Saya menyampaikan terima kasih kepada dosen mata kuliah SISTEM
SOSIAL BUDAYA INDONESIA, yang telah membimbing dalam pembuatan

makalah ini dan semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini,
sehingga saya dapat menyelesaikannya makalah ini dengan tepat waktu. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi para
pembaca pada umumnya.

2

DAFTAR ISI

Cover................................................................................................................i
Kata pengantar.................................................................................................ii
Daftar isi..........................................................................................................iii
Daftar gambar..................................................................................................iv
BAB I PENDADULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Teknologi.............................................................................................5
2.2 Bahasa..................................................................................................5

2.3 Mata Pencaharian.................................................................................6
2.4 Sistem Pengetahuan.............................................................................6
2.5 Religi atau Keagamaan........................................................................7
2.6 Sistem Kemasyarakatan.......................................................................8
2.7 Kebudayaan..........................................................................................9
BAB III PENUTUP.........................................................................................8
Daftar Pustaka..................................................................................................v

3

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. Ladang Suku Dayak Mualang........................................................5
Gambar 3. Kesenian Suku Dayak Mualang

4

7

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa
dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan
Samudra Hindia. Indonesia negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari
13.487 pulau, oleh karena itu ia di sebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan
Antara). Dengan populasi sebesar 222 juta jiwa pada tahun 2006. Indonesia adalah
negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk
muslim terbesar di dunia, meskipun secara resmi bukanlah negara. Indonesia
mempunya keberagaman aneka hayati mulai dari berbagai macam suku, ras,
maupun agama. Keberagaman inilah yang tidak dimiliki oleh negara lain.
Berbicara suku, ada salah satu suku tertua di Indonesia yakni suku Dayak
Mualang yang terletak di sebagian besar Provinsi Kalimantan Barat.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah diatas tim penulis dapat menyimpulkan perumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana penggunaan teknologi dan peralatan yang di gunakan Suku Dayak
Mualang?

2. Bahasa apa saja yang digunakan Suku Dayak Mualang?
3. Mata pencaharian apa yang dilakukan oleh Suku Dayak Mualang?
4. Sejauh mana sistem pengetahuan yang diketahui oleh Suku Dayak Mualang?
5. Kepercayaan seperti apa yang ada pada Suku Dayak Mualang?
6. Sistem kemasyarakatan yang ada di Suku Dayak Mualang seperti apa?
7. Kesenian apa saja yang ada pada Suku Dayak Mualang?

1

2

1.3

Tujuan
Berdasarkan masalah diatas tim penulis dapat menyimpulkan perumusan masalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dampak penggunaan teknologi dan peralatan yang digunakan
2.
3.
4.

5.
6.
7.

Suku Mualang.
Untuk mengetahui bahasa apa saja yang digunakan Suku Mualang.
Untuk mengetahui mata pencaharian yang dilakukan oleh Suku Mualang.
Untuk mengetahui sistem pengetahuan yang diketahui oleh Suku Mualang.
Untuk mengetahui kepercayaan yang di anut oleh Suku Mualang.
Untuk mengetahui sistem kemasyarakatan yang dilakukan pada Suku Mualang.
Untuk mengetahui kesenian apa saja yang ada pada Suku Mualang.

4

BAB II
PEMBAHASAN
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keragaman
paling besar dalam sebuah negara persatuan. Keragaman tersebut terlihat dari
banyaknya suku bangsa melalui unsur unsur kebudayaan, kesenian, agama,
kepercayaan, dan adat istiadat yang masih berlaku serta menjadi ciri khas masing

masing daerah di Indonesia.
Suku Dayak Mualang adalah salah satu sub suku Dayak Ibanic yang mendiami
Kabupaten Sekadau dan Kabupaten Sintang di Kalimantan Barat, Indonesia, yaitu
Kecamatan :
1. Belitang Hilir, Sekadau
2. Belitang, Sekadau
3. Belitang Hulu, Sekadau
4. Sepauk, Sintang dan sekitarnya
Dayak Mualang Kalbar bermukim di wilayah Sungai belitang dan Sungai Ayak
yang merupakan anak sungai Kapuas. Tertelak diantara wilayah Sanggau
(sekarang Sekadau) dan Sintang. Jumlah Suku Dayak ini kurang lebih 65.000 jiwa
(Florus,1992)
Terdapat kultur yang erat antara Dayak Mualang dan Iban atau Batang Lupar
Kalbar dan Sarawak seperti halnya juga dengan kelompok Kapuas bagian tengah
seperti: Kantuk, Seberuang, Desa, dan kelompok-kelompok Dayak Ketungan
Basin: seperti Banyur, Tabun, dan Bungau. Kemiripan yang tampak ada pada
bahasa, cara bahasa, bertenum, dan menganyam, juga mitos-mitosnya.

5


2.1 Penggunaan teknologi dan peralatan Suku Dayak Mualang.
1. Suku Dayak Mualang dengan senjata Mandaunya terkenal kejam dan ahli
dalam peperangan, kelompok klan mereka melawan bangsa-bangsa lain
yang datang ke pulau kalimantan, termasuk bangsa Melayu dan Bangsa
Austronesia, karena seringnya peperangan antar klan dan bangsa-bangsa
yang datang ke pulau kalimantan, Pedang mandau menjadi terkenal
dengan bilah senjatanya yang tajam dan digunakan untuk memenggal
kepala musuh-musuhnya
2. Lonjo/Tombak. Dibuat dari besi dan dipasang atau diikat dengan anyaman
rotan dan bertangkai dari bantu atau kayu keras.
3. Telawang/Perisai. Terbuat dari kayu ringan, tetapi liat. Ukuran panjang 1-2
meter dengan lebar 30-50cm. sebelah luar diberi ukiran atau lukisan dan
mempunyai makna tertentu. Disebelah dalam dijumpai tempat pegangan.

2.2 Bahasa yang digunakan Suku Dayak Mualang
Segi bahasa yang mereka gunakan dalam melakukan komunikasi antara
satu sama lain di kelompok Ibanic ada beberapa macam yaitu desa, kantuk,
ketungau, bugao, sebaruk, seberuang serta kelompok lainya yang termasuk ke
dalam Ibanic.
Semua bahasa yang digunakan sama saja, yang membedakannya hanya dari segi

logat atau cara pengucapan yang berbeda tiap rumpun, contohnya pada akhiran
yang digunakan. Akhiran yang biasa digunakan adalah kata e, i dan i dan y
contohnya seperti kata kediri dan juga kedire, ari dan are, lalu ada juga
kata inay dan inai, pulay dan pulai serta beragam pengucapan kata dalam suatu
kalimat yang memakai huruf r (R yang berkarat), dan dalam cara
pengucapannnya, meskipun mempunyai makna maupun arti yang serupa.

6

2.3 Mata pencaharian yang dilakukan Suku Dayak Mualang

Gambar 1. Ladang di Suku Dayak Mualang

Masyarakat Dayak Mualang umumnya adalah petani ladang berpindah. Panen
hanya satu kali sekali dalam setahun. Di ladang, selain menanam padi juga
ditanami ubi kayu, jagung, dan berbaai jenis rempah-rempahan. Jenis padi yang
ditanam pun beragam. Musim panen padi antara bulan Maret sampai bulan Mei.
Musim menebas, menebang dan membakar untuk berladang antara bulan Juni
sampai bulan Agustus. Bulan Agustus akhir sampai bulan September musim
menanam padi atau disebut juga menuga. Musim merumput hingga menanam

padi hingga bunting, antara bulan Nopember hingga Januari.

2.4 Sistem pengetahuan Suku Dayak Mualang
Sistem pendidikan informal masyarakat Mualang sudah ada pada komunitas
rumah panjang. Di dalam rumah panjang terjadi proses pembelajaran adat-istiadat
dan pewarisannya. Sedangkan Pendidikan formal mulai ada sekitar tahun 1930-an
dan 1940. Dalam tulisan P.J. Denggol yang berjudul Suka Dukaku Selama
Bertugas Sebagai Guru Agama Katolik di Mualang menyebutkan bahwa pada
waktu itu di seluruh daerah Mualang hanya ada tiga sekolah. Dua
buah Volkschoolatau Sekolah Rakyat, masing-masing bertempat di Nanga
Belitang dan Semadu. Satu sekolah Zending Protestan bertempat di Balai Sepuak
yang hanya mengajarkan pelajaran agama Protestan. Masyarakat Mualang saat ini
hampir 70 % telah menempuh pendidikan formal minimal kelas tiga sekolah
dasar, sedangkan yang taraf pendidikannya setingkat sarjana S-1 tidak lebih dari
300 orang.

7

2.5 Sistem Kepercayaan Suku Dayak Mualang
Masyarakat Mualang meyakini adanya kekuatan dan kekuasaan Ilahi. Mereka

mempercayai bahwa alam semesta ini ada yang menguasainya sehingga manusia
(masyarakat Mualang) harus menghormati dan meminta restu kepada Yang Maha
Kuasa agar diperkenankan memanfaatkan alam semesta serta isinya. Mereka
menyebut Yang Maha Kuasa itu adalah Petara yakni penguasa utama jagad raya
beserta isinya. Petara ini berada di langit tingkat ke tujuh. Ia mempunyai enam
asisten yakni pertama, Petara Seniba, berada di langit. Bertugas menguasai langit
juga bumi. Ia adalah asisten pertama Petara. Kedua, Puyang Gana, penguasa
tanah. Setiap aktivitas penguasaan tanah untuk berladang atau berkebun harus
meminta izin kepada Puyang Gana. Ketiga, Raja Juata, penguasa lubuk dan
sungai. Keempat, Daranimia, penguasa lalausebagai tempat lebah penghasil madu
bersarang. Lalau adalah nama atau sebutan untuk pohon yang biasa sebagai
tempat lebah madu bersarang (bahasa Mualang: muanyik). Kelima, adalah Dara
Kiarak. Biasa juga disebut Antu Buta’. Ia menguasai pohon Kiara’ (Latin: ficus.
Indonesia: beringin). Keenam adalah Kama’ Baba. Ia menguasai rimba.
Pengaruh agama Islam terhadap agama asli masyarakat Mualang mulai terjadi
sekitar abad XIV pada masa pemerintahan Pangeran Nata.[13] Pangeran Nata
yang berkuasa dan berkedudukan di Nanga Belitang waktu itu tidak begitu gencar
dan fanatik Islam. Di samping itu masyarakat Mualang memang diberi otonomi
khusus untuk mengurus dirinya termasuk masalah agama.
Agama Katolik dan Protestan masuk di daerah Mualang tahun 1940-an. Lebih

awal agama Protestan. Pusat penyebarannya di daerah Mualang Hulu. Agama
Katolik mulai disebarkan tahun 1940 di Mualang Hilir dan pusat penyebarannya
di Janang Ran kecamatan Belitang Hilir.[14]
Agama Katolik dan Protestan tumbuh subur di daerah ini. Banyak misionaris yang
berasal dari Mualang. Salah satunya adalah pemimpin tertinggi umat Katolik di
Kalimantan yakni Uskup Agung Pontianak Hieronimus Bumbun O.F.M.Cap. Ia
putra asli Dayak Mualang asal Kampung Menawai Tekam Kecamatan Belitang
Hilir Kabupaten Sekadau.

8

Banyak perubahan yang sangat fundamental ketika kedua agama ini menancapkan
dan mendoktrinkan ajarannya. Kebudayaan Mualang nyaris berubah 70%.
Masyarakat Mualang meninggalkan agama asli, tidaklah mengherankan apabila
sekarang 90% masyarakat Mualang beragama Kristen Katolik dan Protestan, dan
10%-nya beragama asli dan Islam.

2.6 Sistem kemasyarakatan di Suku Dayak Mualang


Berdasarkan kehidupan yang berjalan di Tampun Juah, penggolongan
masyarakatnya dibagi menjadi tiga stratifikasi antara lain:



Bangsa Suka atu disebut juga Bangsa Masuka yang termasuk ke dalam
purih raja yaitu kaum kaya. Kaum ini merupakan kumpulan orang yang
termasuk memiliki harta cukup untuk kehidupannya serta mempunyai
kerabat yang merupakan salah satu orang penting seperti purih raja.



Bangsa melur. Bangsa ini merupakan masyarakat yang biasa atau termasuk
ke dalam kaum bebas. Kaum ini merupakan kumpulan orang-orang yang
dalam kehidupannya termasuk ke dalam ekonomi sedang atau scenderung
termasuk ke bagian menengah bawah. Namun meskipun mereka adalah
orang yang menengah ke bawah dalam masalah ekonomi, utang piutang
tidak terjadi dalam kehidupan mereka.



Bangsa melawang. Bangsa ini merupakan masyarakat yang termasuk ke
dalam golongan biasa atau kaum miskin. Kaun ini merupakan kumpulan
orang-orang yang dalam perjalanan kehidupannya mempunyai ikatan
sebagai karyawan kontrak dan ekonomi yang miskin. Bahkan mereka
selalu bergelut dengan masalah hutang piutang untuk memenuhi segala
kebutuhan yang ada di dalam kehidupanya . Memang mereka menerima
kontrak kerja semata-mata untuk membebaskan mereka dari berbagai
macam hutang yang ada pada mereka. Hanya satu keinginan mereka yaitu
tidak mempunyai lilitan hutang piutang.

Hukum Perkawinan
Pada awalnya belum ada hukum perkawinan. Ketika itu mereka masih berada di
Benua Tampun Jauh (di daerah Segumon Kecamatan Balai Karangan, Kabupaten
Sanggau). Aturan satu-satunya adalah tidak memperbolehkan pernikahan orang
yang masih terikat hubungan darah. Bila aturan ini dilanggar, malapetaka akan
terjadi di bumi. Untuk menghentikan malapetaka tersebut mempelai haram ini di
ikatt dalam keadaan berpelukan kemudian dihembuskan dengan tombak,
kemudian mayat mereka dilemparkan ke sungai. Inilah yang dialami oleh Juah

9

dan Sangka yang kawin masih dalam saudara sepupu. Peraturan itu akhirnya
diubah ketika salah satu seorang Putri Petara Seniba sendiri yang membuat
kesalahan.

2.7 Sistem kesenian di Suku Dayak Mualang

Gambar 3. Tari Ajat Temuai Datai

Masyarakat Suku Dayak Mualang menggunakan Tari Ajat Temuai Datai
menjadikan tarian ini sebagai tari menyambut tamu. Di Kalimantan Barat, tari
Ajat Temuai Datai , kini menjadi tari penyambutan tamu kenegaraan . Seringkali,
tari ini juga dimainkan ketika ada wisatawan berkunjung ke kampung Dayak
Mualang di Kalimantan Barat. Arti dari kata ajat temuai datai sebenarnya tidak
dapat diartikan secara langsung kata perkata. Namun, secara umum ajat temuai

10

datai jika diartikan memiliki maksud proses pengucapan rasa syukur kepada sang
pencipta atas kedatangan tamu atau temuai di tanah Kalimantan dengan berupa
tari penyambutan tamu. Pada zaman dahulu, Tari Ajat Temuai Datai dianggap
sebagai tarian sakral . Di kampung Dayak Mualang, tarian ini hanya
diperuntukkan bagi para pahlawan yang pulang membawa potongan kepala
musuh dari medan perang. Perang merupakan kebiasaan Dayak Mualang di masa
lampau, Suku Dayak Mualang berperang untuk perebutan kekuasaan

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suku Dayak Mualang adalah salah satu sub Suku Dayak Ibanic, Terdapat
hubungan kultur yang erat antara Dayak Mualang dan Iban atau Batang Lupar
Kalbar dan Sarawak seperti halnya juga dengan kelompok Kapuas bagian tengah
seperti: Kantuk, Seberuang, Desa, dan kelompok-kelompok Dayak Ketungau
Basin: seperti Banyur, Tabun, dan Bugau. Pada masa lalu masyarakat yang kini
disebut Mualang ini hidup dan bergabung dengan kelompok serumpun Iban
lainnya dan masa itu mereka tergabung sebagai masyarakat Pangau Banyau
( kumpulan orang-orang khayangan dan manusia ) kemudian kesemuanya itu
disebut Urang Negeri Panggau/Orang Menua artinya orang yang berasal dari
tanah ini (Borneo). Masyarakat Suku Dayak Mualang ini mudah membaur dengan
masyarakat non Mualang.
Masyarakat Suku Mualang modern telah membaur dengan suku suku
disekitarnya, pendidikan di Suku Mualang pun sudah disetarakan dengan
pendidikan setempat sehingga tidak menjadi daerah tertinggal.

8

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Mualangmiga 3 Oktober, 2009.
https://mualangmiga.wordpress.com/category/artikel-2
Maquet, J. Introduction to Aesthetic Anthropology, 1971, dalam Metode
Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa. Oleh Soedarsono, R.M.
Bandung : MSPI, 2001.

Rasheed Muzzafar 14 Desember, 2013
http://dayakofborneo.blogspot.co.id/2013/07/suku-dayak-mualang.html

v