OPTIMALISASI HASIL KARYA PENELITIAN UNTU

1

Z.A. Muchlisin
Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas
Syiah Kuala, Banda Aceh 23111. Email: muchlisinza@unsyiah.ac.id
Abstract
Publikasi ilmiah adalah rangkaian dari suatu penelitian dan kegiatan
tersebut tidak dapat dilepaskan dari kehidupan seorang dosen dan mahasiswa.
Namun sayangnya sejauh ini kinerja publikasi ilmiah dosen Universitas Syiah
Kuala khususnya dan Indonesia umumnya masih sangat rendah. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor baik faktor internal, yaitu ; kemauan dan
kapasitas dosen atau mahasiswa; faktor ekternal antara lain; peraturan atau
undang-undang yang tidak mendukumg, fasilitas kurang, dan penghargaan
rendah. Untuk meningkatkan jumlah publikasi ilmiah di jurnal internasional
Unsyiah perlu melakukan tindakan yang extraordinary yang terencana. Disini
penulis mengulas beberapa penyebab dan solusi untuk mengatasi masalah
tersebut, mudah-mudahan dapat menjadi inspirasi bagi pembaca khususnya dosen
dan pimpinan Unsyiah.
Kata Kunci: Scopus, Jurnal, Insentip, Dosen dan Mahasiswa
PENDAHULUAN
Bagi seorang dosen atau

peneliti publikasi adalah suatu hal
yang sangat penting, dan yang perlu
diingat juga bahwa suatu penelitian
belum selesai sebelum hasilnya
dipublikasikan, dan salah satu
media publikasi ilmiah yang paling
terkenal adalah jurnal (Muchlisin,
2013). Tujuan publikasi ilmiah ini
antara
lain
adalah
untuk
penyebarluasan hasil penelitian,
mengembangkan
IPTEK,
meningkatkan reputasi, prestasi dan
prestise si penulis dan lembaga
dimana si penulis berada. Sedangkan
fungsi jurnal ilmiah adalah sebagai
media

registrasi,
diseminasi,
pengarsipan dan sertifikasi hasilhasil penelitian atau dengan kata lain
sebagai jembatan antara penulis dan
pembaca (Rifai, 2012). Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa

jurnal ilmiah menduduki strata
tertinggi berbandingkan dengan jenis
publikasi lainnya, hal ini disebabkan
karena temuan yang dipublikasikan
memiliki tingkat kebaruan yang
tinggi
dan
belum
pernah
dipublikasikan sebelumnya, serta
telah melewati serangkain proses
penilaian yang ketat dari pakar di
bidang tersebut (peer review) .

Seseorang
yang
telah
mengklaim dirinya seorang pakar
maka sepatutnyalah orang tersebut
telah memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan dan atau teknologi
di bidangnya masing-masing, dan ini
dapat diukur salah satunya adalah
dari publikasi internasional yang
telah dilakukannya dan seberapa
dampaknya terhadap perkembangan
ilmu dibidang bersangkutan, jadi
tidak hanya berbicara tentang jumlah

Makalah disampaikan pada Forum Inspirasi BJM Unsyiah
Tanggal 25 Februrai 2014

2


akan tetapi juga menyangkut tentang
kualitas. Kualitas suatu publikasi
ilmiah salah satunya diukur dari
berapa banyak pakar lainnya
mengutip tulisan tersebut dan
mempublikasikannya kembali di
jurnal internasional (Muchlisin,
2013), selain itu reputasi jurnal juga
menentukan kualitas artikel yang
diterbitkan.
Oleh
karena
itu
pemilihan jurnal ilmiah yang
berkualitas juga penting menjadi
perhatian seorang peneliti agar tidak
terjebak pada jurnal abal-abal
(predatory journals).
Seorang peneliti juga perlu

menjadi anggota asosiasi bidang
ilmu masing-masing baik ditingkat
nasional maupun internasional. Hal
ini penting dilakukan agar dikenal
dan diakui kepakarannya oleh
masyarakat global (global society)
bidang ilmu bersangkutan.
Seorang peneliti yang telah
dikenal dan go international, ini
dapat diukur oleh seberapa sering
yang bersangkutan diminta oleh
masyarakat global untuk menilai
(mengreview) naskah-naskah dari
berbagai pejuru dunia sebelum
diterbitkan di jurnal ilmiah, dan
bahkan diundang untuk menjadi
editor diberbagai jurnal internasional
yang bereputasi.
Namun demikian, menurut
saya dalam lingkup kita (Universitas

Syiah Kuala bahkan Indonesia)
jangankan memperdebatkan kualitas,
dari segi jumlah pun kita masih
sangat tertinggal bahkan dari negara
kita serumpun Malaysia, yang
kononnya dulunya mereka ”berguru”
pada kita. Oleh karena itu untuk
tahap awal Universitas Syiah Kuala
(Unsyiah) ada baiknya memfokuskan
usaha untuk meningkatkan jumlah

terlebih dahulu sambil memperbaiki
kualitas secara bertahap (Muchlisin,
2013).
BEBERAPA MASALAH DALAM
PUBLIKASI INTERNASIONAL
Menurut data yang terekam
di database Scimago Journal &
Country
Rank/SJR

(www.scimagojr.com),
pada 19
Februari 2014
posisi Indonesia
menduduki peringkat 61 dibawah
Cuba, jauh dibawah Malaysia yang
menduduki peringkat 40. Posisi
Indonesia naik 2 tingkat jika
dibandingkan pada 2013 lalu. Yang
membanggakan kita orang Asia
adalah China dan Jepang termasuk 5
Besar (Top 5) dalam hal publikasi
internasional. Patut dicatat bahwa
China dan Jepang bukanlah negara
berbasis Bahasa Inggris namun
jumlah publikasinya mengalahkan
Perancis dan Canada. Oleh karena itu
kendalam bahasa tidak dapat
dijadikan alasan kuat minimnya
publikasi

Indonesia
khususnya
Unsyiah.
Menurut data yang terekod di
Scopus (www.scopus.com), sampai
21 Februari 2014, Unsyiah telah
mencatat 371 judul publikasi ilmiah
internasional yang terindek di
Scopus, beda tipis 1 judul dengan
Universitas Andalas dengan 372
judul. Yang patut kita catat bahwa
posisi Unsyiah tidak pernah berubah
selama kurun waktu 5 tahun terakhir
(2009 - 2013) yaitu posisi 2 di
Sumatera di bawah Universitas
Andalas (Unand).
Namun sejak Oktober 2013
Unsyiah berhasil mengejar Unand,
namun sayangnya Unsyiah belum
berhasil melepaskan diri dari

bayang-bayang
Unand
atau

Makalah disampaikan pada Forum Inspirasi BJM Unsyiah
Tanggal 25 Februrai 2014

3

memperlebar jarak aman sehingga
kedua Universitas ini terlibat
persaingan yang sangat ketat,
beberapa kali Unand menyalib
kembali Unsyiah dan sebaliknya,
sampai saat paper ini kami tulis (21
Februari 2014, Pukul 6 sore) Unand
kembali
mengungguli
Unsyiah
dengan beda 1 judul saja. Jika tidak

ada tindakan yang ektra keras dari
dosen dan pimpinan Unsyiah kondisi
ini akan terus berlanjut sampai akhir
tahun, dan bahkan saya khawatir
Unand akan kembali meninggalkan
dan memperlebar jarak aman dengan
Unsyiah, untuk itu kita perlu kerja
lebih extra lagi.
Kini timbul pertanyaan, ”Apa
kompensasi bagi dosen yang mau
bekerja keras untuk menjadikan
Unsyiah Nomor 1 di Sumatera dan
menjaga jarak dengan Unand?.
Pertanyaan ini mungkin bisa dijawab
oleh pimpinan Unsyiah dalam hal ini
Rektor Unsyiah.
Namun dalam
beberapa kali pertemuan yang
diinisiasikan oleh UPT Perpustakaan
Unsyiah, sebenarnya sudah terjawab

bahwa Rektor Unsyiah
akan
melanjutkan ”Insentif’ bagi dosen
yang berhasil mempublikasikan
papernya di jurnal internasional, Pak
Rektor bahkan sesumbar untuk
menaikkan jumlah anggaran untuk
insentif tersebut (kita doakan
bersama
semoga
terkabulkan!).
Tahun lalu lebih lebih dari 50 orang
telah mendapatkan insentif tersebut
dengan jumlah bervariasi, mudahmudahan tahun ini bisa lebih banyak
lagi. Beberapa masukan agar kreteria
penilaian untuk insentif publikasi
disederhanakan, misalnya asalkan
jurnal terindek di Scopus, berhak
mendapatkan insentif,
mungkin
perlu dipertimbangkan. Sehingga

tujuan kita memperlebar jarak
jumlah publikasi yang terindek di
Scopus dengan Unand dapat tercapai.
Secara
umum
jumlah
publikasi Unsyiah naik signifikan
dalam 3 tahun terakhir (Tabel 1),
namun
sayangnya
kontributor
(penulis) didominasi oleh beberapa
orang saja (orang itu-itu saja) Tabel
2), jarang muncul penulis baru, dan
sayangnya beberapa orang yang dulu
aktif beberapa tahun belakangan
kurang atau bahkan tidak produktif
lagi , mungkin merasa sudah nyaman
dengan kedudukan yang telah
dicapai.

Tabel 1. Jumlah publikasi Unsyiah
menurut tahun
No

Tahun

1.

2014
(Februari)
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10

Jumlah
Judul
8

No.

Tahun

11.

2004

Jumlah
Judul
4

69
66
64
37
29
16
20
17
12

12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.

2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
1986

3
5
10
4
1
2
3
1

Oleh karena itu secara umum
kinerja publikasi dosen Unsyiah
masih rendah, jika dibandingkan
dengan jumlah dosen yang ada
dengan rekod publikasi saat ini maka
diperoleh rasio 1: 25 (satu paper
untuk 25 orang dosen), dan dari 1500
orang dosen hanya 11% saja yang
berhasil
mencatatkan
namanya
sebagai kontributor.
Rendahnya kinerja publikasi
dosen Unsyiah mumgkin disebabkan
oleh beberapa hal, antara lain:

Makalah disampaikan pada Forum Inspirasi BJM Unsyiah
Tanggal 25 Februrai 2014

4

Tabel 2. Daftar kontributor dengan jumlah judul lebih dari 10

Catatan: Nama urutan 1 s/d 4 adalah bukan dosen Unsyiah namun memberikan
kontribusi yang sangat signifikan kepada Unsyiah

(1) Menulis belum menjadi
budaya di universitas-univeritas di
Indonesia, ternasuk Unsyiah, budaya
ilmiah di nIndonsia
masih
didominasi dalam bentuk verbal
(Anshori, 2012).
(2) Beberapa kebijakan Dikti
dinilai juga paradok dengan tujuan
yang ingin dicapai, misalnya
pembatasan jumlah publikasi ilmiah
yang diakui dan status publikasi
selama sekolah juga belum jelas,
walaupun sudah ada Surat Dikti No.
No. 2189/E4.3/2013 Tanggal 13
Desember 2013 kepada Rektor
UGM, namun belum sepenuhnya
dijalankan oleh Tim PAK, salah satu
alasan belum ada Juknis dst.
(3)
Kebijakan
Tim
PAK
universitas yang
kadang-kadang
menimbulkan kontraversi karena
sering menafsir ulang aturan yang
masih diwilayah ”abu-abu” dan
bahkan belum adanya kesepahaman
pemahaman terhadap aturan Dikti di
kalangan tim PAK saya duga juga
menjadi penyebab turunnya minat
atau semangat dosen untuk publikasi

di jurnal internasional dan bahkan
nasional. Ironinya apa yang di
Unsyiah tidak boleh, di universitas
lain boleh dan sah-sah saja.
Akibatnya jumlah GB Unsyiah tidak
pernah melebihi 40 orang, sementara
universitas lain terus melejit jumlah
GB dan LK nya sehingga akreditasi
Prodi dan PT mereka juga semakin
baik.
Jika ingin diberi alasan
Unsyiah memperketat kreteria untuk
menjadi
GB
agar
dapat
menghasilkan GB yang berkualitas
tinggi saya menilai tidak juga,
silahkan disimak data-data yang saya
unggkapnya pada poin 8 dibawah ini.
(4) Fasilitas dan kenyamanan
dikampus
yang
belum
mendukung, ada fakultas yang
fasilitas dasar bagi mahasiswa saja
belum terpenuhi, apalagi fasilitas
untuk dosen. Kebijakan Rektor
dalam menyusun anggaran berbasis
kebutuhan
mungkin
dapat
menyelesaikan masalah ini kedepan.
Selama ini pembagian ”kue”
anggaran
berdasarkan
jumlah

Makalah disampaikan pada Forum Inspirasi BJM Unsyiah
Tanggal 25 Februrai 2014

5

mahasiswa
terbukti
membuat
beberapa fakultas miskin tidak dapat
memenuhi standar minimal yang
sepatutnya menjadi tanggung jawab
universitas, bukan Prodi atau
Fakultas semata.
(5) Sumber dana penelitian juga
masih terbatas, walaupun secara
umum jumlah dana penelitian naik
cukup signifikan dari tahun ke tahun,
(6) Dosen Unsyiah lebih banyak
memposisikan
diri
atau
mengambil peran sebagai guru
(pengajar), bukan
sebagai
peneliti, sebagian besar waktu habis
untuk mengajar. Data yang ada
menunjukkan hanya 15% dosen
Unsyiah yang berhasil mendapatkan
dana penelitian pada tahun 2012
(Lemlit Unsyiah, 2013). Seharusnya
untuk menjadi universitas riset
sebagaimana yang dicita-citakan
maka penelitian dan publikasi harus
lebih dominan atau setidaknya
berimbang, dan pengajaran harus
berbasiskan riset, artinya materi yang
diajarkan adalah hasil-hasil riset
terbaru. Dengan mengacu kepada
aturan Dikti yang baru nanti memang
porsi penelitian dan publikasi akan
menjadi lebih besar (>45%) mudahmudahan dapat menjadi pemacu bagi
peningkatan jumlah publikasi.
(7) Kurikulum terutama untuk
program Master dan Doktoral
belum mengarah kepada riset
yang komprehensif, masih dominan
dengan pengajaran dan tutorial, 80%
masih dari pengajaran, hanya 20%
saja untuk penelitian. Dan ironisnya
lagi dosen-dosen yang sudah
overload mengajar di S1 ”dibebani”
lagi dengan mengajar di S2 atau S3
pada hari Sabtu bahkan hari minggu,
tidak ada waktu tersisa untuk
pengembangan
diri
(menulis

proposal hibah, meneliti, membaca
jurnal dan menulis paper).
(8) Produktifitas Guru Besar
Unsyiah masih sangat rendah.
Guru Besar adalah tonggak utama
kemajuan riset disebuah universitas,
Guru Besar (GB) menjadi harapan
dan dipudak merekalah dibebankan
tugas-tugas meneliti dan menulis
yang lebih besar dan tentunya juga
tugas pengajaran, dengan harapan
yang demikian besar maka tidak
heran jika pemerintah memberikan
penghargaan yang juga cukup besar
dari segi finansial bagi seorang GB
(untuk ukuran orang Indonesia),
namun sayangnya hasilnya belum
mengembirakan. Dari data yang
terekod di Scopus hanya 6 orang GB
(15%) dari 40 orang GB Unsyiah
atau dengan total kontribusi 6% dari
371 judul yang telah terekod, atas
nama Unsyiah (mungkin ada
beberapa diantara GB yang pernah
tercatat di Scopus tetapi tidak
membawa nama Unsyiah, mungkin
mereka lakukan saat studi).
Yang cukup mengembirakan
bahkan datang dari beberapa dosen
dengan kualifikasi magister yang
telah mencatatkan namanya masingmasing diatas 10 judul, inilah calon
kontributor Unsyiah dimasa depan,
semoga
saja.
Mudah-mudahan
mereka-mereka ini cepat mendapat
kesempatan melanjutkan studi S3
atau bisa cepat selesai bagi yang
sedang studi.
(9)
Potensi
Mahasiswa
Pascasarjana
Unsyiah
belum
dimaksimalkan.
Kewajiban
publikasi internasional bagi calon
Master
dan
Doktor
belum
sepenuhnya dijalankan, dan masih
ada tawar menawar antara PPS
dengan Prodi-Prodi. Menurut saya

Makalah disampaikan pada Forum Inspirasi BJM Unsyiah
Tanggal 25 Februrai 2014

6

untuk
seorang
calon
Doktor
khususnya tidak ada tawar menawar
“wajib publikasi”.
Patut kita sadari juga bahwa
calon
mahasiswa
Pascasarjana
Unsyiah secara umum kualitasnya
masih menyedihkan. Mohon maaf,
banyak diantara mereka yang
memiliki background dari universitas
atau
fakultas
yang
sistim
pengajarannya
masih
perlu
dipertanyakan, skripsi atau tesisnya
juga tidak jelas siapa yang menulis
dan siapa yang membimbing. Oleh
karena itu jika telah menjadi
mahasiswa Pascasarjana Unsyiah,
maka kewajiban kitalah untuk
membuat mereka dapat mencapai
tahap minimum seorang Master atau
Doktor, jika belum mencapai standar
tersebut, maka dengan sangat
menyesal mereka tidak boleh
“dilepaskan”, karena jika telah lepas
kedalam masyarakat mereka akan
menanggalkan simbol-simbol lama
mereka, dan mereka akan meng
“klaim” sebagai alumni Unsyiah,
sementara
kualitasnya
mengecewakan, maka yang malu
Unsyiah juga. Dan salah satu standar
yang dapat diterapkan adalah
publikasi internasional;
(10)
Masih
lemahnya
pembimbingan untuk mahasiswa
S2 dan S3. Sebagian besar
mahasiswa Pascasarjana Unsyiah
adalah mahasiswa part time, mereka
hanya aktif dikampus pada ujung
minggu (week end), sementara harihari tersebut adalah hari istrihat bagi
dosen, akibatnya adalah tidak semua
dosen membimbing dengan serius
pada hari-hari tersebut. Sangat
sedikit mahasiswa Pascasarjana mau
mengorbankan hari kerjanya (SeninKamis) untuk datang ke kampus

berkonsultasi
dengan
pembimbingnya,
tapi
malah
sebaliknya si pembimbing lah yang
harus mengalah menggunakan waktu
istirahat/libur
mereka
untuk
konsultasi/pembimbingan
mahasiswa,
sungguh
dunia
pendidikan yang aneh saya pikir,
entah kapan Unsyiah bisa keluar dari
kondisi ini!.
Tidak
optimalnya
pembimbinga juga terjadi karena
dibeberapa Prodi Magister, seorang
dosen membimbing terlalu banyak,
bahkan ada yang membimbing 10-15
orang mahasiswa dalam 1 semester,
bahkan ada Prodi yang saya dengar
harus
meluluskan
mahasiswa
magisternya tepat waktu, jika tidak
maka proyek kerjasama tidak
dilanjutkan.
Pengalaman
saya
membimbing di beberapa Prodi
Magister, terus terang saya katakan
bahwa lebih mudah membimbing
mahasiswa S1, bukan karena topik
kajian
akan
tetapi
kapasitas
mahasiswa yang pas-pasan. Dalam
kondisi demikian, saya menilai saya
hanya sanggup membimbing dengan
baik sebanyak 5 mahasiswa pasca
saja setiap semester.
Dengan kondisi tersebut
maka harapan menghasilkan hasil
penelitian mahasiswa pascasarjana
yang dapat dipublikasikan di jurnal
internasional adalah isapan jempol
belaka.
(11)
Alasan klasik lemah
penguasaan bahasa. Beberapa
dosen Unsyiah memberi alasan
kendala bahasa sehingga sehingga
mereka tidak pernah menulis di
jurnal internasional. Menurut saya ini
alasan yang tidak sepenuhnya benar,
jika tidak percaya cuba kita periksa,
adakah dosen yang memberikan

Makalah disampaikan pada Forum Inspirasi BJM Unsyiah
Tanggal 25 Februrai 2014

7

alasan penguasaan bahasa asing
mereka rendah sehingga mereka
tidak dapat menulis di jurnal
internasional
tersebut
memiliki
banyak publikasi dalam bahasa ibu
(Bahasa Indonesia), karena logika
mereka tidak bisa menulis dalam
bahasa asing akan tetapi dalam
bahasa ibu (Indonesia) tentu bisa,
tapi kenyataannya, ehm…tidak ada
juga!!!. Menurut saya bahasa bukan
kendala.
Banyak
cara
dapat
ditempuh, diantaranya memperkuat
kerjasama dengan peneliti asing
sehingga dapat membantu koreksi
bahasa atau setidaknya diikutkan
dalam publikasi bersama, walau
hanya sebagai co-author dengan nilai
KUM kecil, namun sangat bernakna
bagi Unsyiah. Peran pusat bahasa
Unsyiah juga saya nilai belum
maksimal dalam membantu para
dosen mengatasi alasan klasik ini.
Jika Pusat Bahasa masih enggan
terjun langsung mengatasi persoalan
ini, maka peran dan fungsinya dapat
diambil alih oleh “Badan Percepatan
Publikasi”.
(12) Ketrampilan dosen dalam
memilih jurnal yang tepat masih
rendah. Tidak jarang kita dengar
dosen mengeluh, tidak tahu harus
mengirim kemana papernya dan
bagaimana mengakses, mengirim
dan merespond komentar reviewer.
Apalagi saat ini banyak jurnal yang
diduga predator yang siap memangsa
dosen-dosen yang tidak hati-hati dan
cermat.
Jika yang dituju adalah jurnal
yang terindek di Scopus maka kita
dapat memilih jurnal melalui
www.scimagojr.com,
website:
setelah jurnal dipilih maka langkah
selanjutnya
adalah
melakukan
ferifikasi apakah jurnal tersebut

masuk dalam daftar hitam jurnal
yang diduga predator atau tidak,
salah satu langkah yang dapat
dilakukan adalah melihat apakah
publisher jurnal tersebut ada dalam
list Prof. Jeffry Beall melalui link,
http://scholarlyoa.com/2014/01/02/lis
t-of-predatory-publishers-2014/, jika
ternyata masuk dalam list tersebut
maka sebaiknya tinggalkan dan pilih
yang lainnya.
Patut kita ketahui bahwa
beberapa jurnal yang diindek oleh
Scopus juga tidak terlepas dari issue
predatory juga, banyak hal yang
menyebabkannya, oleh karena kita
perlu ektra hati-hati. Kita juga perlu
berhati-hati banyak juga jurnal palsu,
dengan mengambil nama hampir
sama atau bahkan sama persis
dengan jurnal top yang sudah ada,
untuk itu dapat kita identifikasi
melalui nomor ISSNnya, nama
mungkin bisa sama namun ISSN
pasti berbeda.
BEBERAPA SOLUSI YANG
DITAWARKAN
UNTUK
MENGOPTIMALKAN
PUBLIKASI INTERNASIONAL
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
Mengingat potensi yang
dimiliki demikian besar (lebih dari
1500 dosen dan lebih dari 30.000
mahasiswa) dan komitmen dari
pimpinan Unsyiah untuk mendukung
publikasi internasional, sepatutnya
Unsyiah dapat menjadi universitas
besar di Indonesia, tidak hanya di
Sumatera, terutama dalam publikasi
ilmiah. Untuk itu sekali lagi saya
menawarkan beberapa ide agar
Unsyiah menjadi salah satu yang
terbaik di Indonesia dalam hal
publikasi Internasional:

Makalah disampaikan pada Forum Inspirasi BJM Unsyiah
Tanggal 25 Februrai 2014

8

(1) PROYEK SATU DOSEN,
SATU
PUBLIKASI
INTERNASIONAL. Jika program
ini mau dijalankan oleh Unsyiah
maka harus terencana dengan baik
dengan target yang terukur, untuk itu
perlu disusun strategi, berupa strategi
jangka pendek, jangka menengah dan
jangka panjang. Untuk menyusun
strategi dan menjalankannya perlu
dibentuk suatu badan yang disebut
sebagai BADAN PERCEPATAN
PUBLIKASI INTERNASIONAL
UNSYIAH atau sejenisnya.
Satu kabar gembira datang
dari Fakultas Kedokteran Hewan
(FKH), menyadari mereka tertinggal
jauh dengan beberapa fakultas
seperti Teknik, FMIPA dan bahkan
FKP yang baru terbentuk, FKH telah
membantuk
suatu
task
force
percepatan publikasi internasional
yang kabarnya akan didanai melalui
BOPTN.
Ide atau usulan akan perlunya
badan/bidang/tim
untuk
mempercepat
jumlah
publikasi
internasional Unsyiah sudah saya
sampaikan sejak 2009, yaitu pada
salah satu workshop yang diadakan
oleh PPS, dan setelah itu beberapa
kali saya lontarkan melalui Milis
Jambo, namun tanggapan baik dari
pihak
terkait
masih
belum
mengembirakan.
Kita berharap apa yang sudah
dilakukan FKH akan diikuti oleh
fakultas yang lain di lingkungan
Unsyiah dan akan lebih baik lagi jika
diambil alih oleh universitas,
misalnya
melalui
Lembaga
Penelitian (Lemlit).
Cuba kita bayangkan dalam
3-5 tahun mendatang Unsyiah dapat
menghasilkan 1500 judul publikasi
internasional,
secara
otomatis

Unsyiah akan masuk dalam 5 besar
di Indonesia. Sejarah akan mencatat
dengan tinta emas kontribusi atau
usaha rektor yang menjalankan
program tersebut, jadi jangan ragu,
segera dieksekusi he..
(2) Revitalisasi kreteria calon Tim
PAK. Kedepan menurut saya dosen
yang dipilih atau ditujuk untuk
duduk dalam tim PAK universitas
haruslah
dosen-dosen
berpengalaman luas dalam publikasi
terutama di level internasional, tidak
cukup hanya dilihat dari jabatan
fungsional yang dimiliki semata,
tetapi
juga
kredibilitas
dan
reputasinya. Logikanya bagaimana
mungkin bisa menilai publikasi
internasional orang lain jika mereka
sendiri tidak pernah publikasi.
Orang-orang
yang
telah
dipercaya sebagai anggota Tim PAK
tersebut selain harus memahami dan
berpegang kepada aturan juga harus
bijak dalam memutuskan sesuatu dan
tidak membuat penafsiran-penafsiran
sendiri terhadap aturan
yang
sebenarnya sudah jelas. Jika tidak
maka kenaikan pangkat/fungsional
dosen Unsyiah akan banyak yang
terhambat, yang rugi Unsyiah juga,
selain itu juga telah mengagalkan
rencana atau program Rektor
Unsyiah untuk mencetak 200 Guru
Besar di Tahun 2020 mendatang.
Oleh karena itu rektor Unsyiah perlu
menyelesaikan masalah ini.
Yang penting juga bahwa
fakultas sebaiknya tidak asal tunjuk ,
fakultas garus mengirimkan orangorang terbaiknya yang punya
pengalaman luas dan yang paling
penting bijaksana untuk duduk dalam
tim PAK universitas. Oleh karena itu
kita semua berharap setiap keputusan
tim PAK Unsyiah kedepan akan

Makalah disampaikan pada Forum Inspirasi BJM Unsyiah
Tanggal 25 Februrai 2014

9

semakin bijaksana dan menjadi
harapan semua dosen Unsyiah. Jika
terjadi perbedaan pendapat dalam
tim PAK harus dimusyawarahkan
dengan sesama anggota tim dan
dosen pengusul, jika ditemui jalan
menurut saya perlu dilakukan
“voting” agar yang ditetapkan adalah
pendapat orang yang terbanyak, dan
dalam kondisi tertentu pendapat
rektor juga patut didengar.
(3) Melakukan revitalisasi dan
evaluasi ulang terhadap sistim
pendidikan di program Master
dan Doktoral. Salah satunya adalah
dengan program Master atau Ph.D
by research mungkin pilihan terbaik
untuk menuju universitas riset.
Beberapa
universitas
top
di
Indonesia,
sudah
menawarkan
program ini, Unsyiah kapan mau
memulainya? Atau jangan-jangan
sudah ada?!, Selamat jika demikian!
Jika belum, saat inilah waktunya!.
(4) Standarisasi tenaga pengajar di
Pascasarjana
Unsyiah,
untuk
menjadi pengajar dan pembimbing
tesis tidak hanya dilihat dari
kualifikasi pendidikan atau jabatan
fungsional, namun yang lebih
penting adalah memiliki pengalaman
publikasi internasional sekurangnya
dalam 3 tahun terakhir. Menurut
Permenpan No. 46 Tahun 2013.
Dosen dengan kualifikasi S2 dengan
jabatan fungsional Lektor Kepala
dapat ikut membantu mengajar dan
membimbing di Program S2 dan
membantu di Program S3. Namun
menurut saya untuk menjadi
Pembimbing perlu aturan tambahan
yaitu wajib memiliki publikasi
internasional baik yang bergelar S2
maupun S3, apalagi Professor.
Bagaimana mungkin ada
keberanian bagi seorang dosen untuk

mendesak
mahasiswanya
agar
menulis di Jurnal Internasional, atau
bagaimana
mungkin
bisa
membimbing dengan baik sehingga
bisa dihasilkan paper yang layak ke
jurnal interasional, kalau si dosen
sendiri tidak pernah lakukannya.
(5) Dikti perlu memikirkan atau
mengevaluasi ulang beberapa
kebijakan yang kontra produktif
diantaranya telah saya utarakan
diatas. Perlu pembatasan peran Dikti
sebagai regulator tidak perlu masuk
jauh masuk ke wilayah eksekutor,
universitas
perlu
diberikan
wewenang yang lebih luas sebagai
eksekutor karena universitaslah yang
apa yang terbaik untuk dirinya
n(untuk dosen dan mahasiswa).
Beberapa wewenang Dikti perlu
didelegasikan ke universitas yang
dinilai mampu dan kebiasaan Dikti
mengeluarkan aturan/edaran yang
disertai ancaman dan menaku-nakuti
sepatutnya perlu dihindari, yang
patut kita sadari bahwa banyak
pejabat Dikti berasal dari universitas
juga, jadi saya nilai tidak sepatutnya
berlaku demikian.
(6) Pelatihan yang kontinyu. Perlu
dilakukan pelatihan yang berterusan
bagi semua dosen, semua dosen agar
diberi peluang untuk ikut pelatihan
penulisan artikel ilmiah secara
bergilir. Dalam pelatihan ini perlu
lebih
ditekankan
pada aspek
praktisnya yaitu tip dan trik. Peran
ini dapat dilakukan oleh Lemlit.
Sepengetahuan saya program ini
sudah dilakukan oleh Unsyiah
melalui Lemlit, namun perlu lebih
intensif lagi.
PENUTUP
Demikian pemikiran saya
terkait optimalisasikan publikasi

Makalah disampaikan pada Forum Inspirasi BJM Unsyiah
Tanggal 25 Februrai 2014

10

internasional, namun saya menyadari
pemikiran saya mungkin saja ada
keliru dan tidak sejalan dengan
pemikiran pembaca, untuk itu saya
mohon maaf.
Mari kita dorong
Unsyiah kearah yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
1. Anshori,
D.S.
2012.
Mendongkrak Publikasi Karya
Ilmiah. Harian Umum Pikiran
Rakyat
Bandung.
http://berita.upi.edu/2012/02/14/
mendongkrak-publikasi-karyailmiah/
2. Karsidi, R. 2013. Dosen
Bergelar Doktor Minim di
Indonesia.
Lampost.co.
http://lampost.co/berita/dosenbergelar-doktor-minim-diindonesia.
3. Lemlit Unsyiah. 2013. Laporan
Rapat Kerja Lembaga Penelitian
universitas Syiah Kuala 2013.
Lembaga Penelitian Unsyiah,
Banda Aceh.
4. Muchlisin, Z.A. 2013. Menakar
Produktifitas Publikasi
Internasional Universitas Syiah
Kuala ”Si Jantong Hatee Rakyat
Aceh”.
https://unsyiah.academia.edu/m
uchlisinza/Teaching-Documents
5. Rifai, M. 2012. Etika penulisan
dan kode etik penulis. Materi
pelatihan
publikasi
artikel
ilmiah
untuk
jurnal
internasional. Dirjen Dikti,
Jakarta.

Makalah disampaikan pada Forum Inspirasi BJM Unsyiah
Tanggal 25 Februrai 2014

Dokumen yang terkait

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

KADAR TOTAL NITROGEN TERLARUT HASIL HIDROLISIS DAGING UDANG MENGGUNAKAN CRUDE EKSTRAK ENZIM PROTEASE DARI LAMBUNG IKAN TUNA YELLOWFIN (Thunnus albacares)

5 114 11

KAJIAN MUTU FISIK TEPUNG WORTEL (Daucus carota L.) HASIL PENGERINGAN MENGGUNAKAN OVEN

17 218 83

KARAKTERISASI DAN PENENTUAN KOMPOSISI ASAM LEMAK DARI HASIL PEMURNIAN LIMBAH PENGALENGAN IKAN DENGAN VARIASI ALKALI PADA ROSES NETRALISASI

9 139 85

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SINAR MULYA KECAMATAN BANYUMAS KAB. PRINGSEWU

43 182 68

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62