STRATEGI STRATEGI PEMBELAJARAN MEMADUKAN. pdf

STRATEGI-STRATEGI PEMBELAJARAN:
MEMADUKAN TEKNOLOGI DAN MEDIA
Muhammad Alqadri Burga
NIM. 80100316062
Program Pascasarjana (S3) UIN Alauddin Makassar
Email: qadriburga@gmail.com

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an menyampaikan ada dua strategi Allah swt. dalam mengajar
manusia, yaitu pembelajaran langsung dan pembelajaran tidak langsug.
Pembelajaran langsung dapat melalui wahyu atau ilham, seperti yang dialami oleh
para nabi dan orang-orang saleh lainnya. Pembelajaran tidak langsung melalui
media Al-Qur’an dan fenomena alam dengan memanfaatkan potensi akal manusia
(Ilmi, 2017). Sebagaimana disebutkan dalam QS Ali Imran/3: 190.

َۡ َ َ َ
َۡ ۡ ْ ُ ِ َ
ۡ َ
َ ۡ َ
َ

َ
َ
ۡ
ٰ
ٰ
ٰ
ََ٠ََِ ‫َۡو َِِٱۡلب‬
َ ِ ِ ‫ۡضَ َوٱخت‬
َِ َ‫فَٱ‬
َ ِ ۡ‫تَ َوٱ‬
َِ ٰ ‫إِنََ َِِخل ِقَٱلس ٰو‬
ِ ‫ت‬
ٖ ‫لَ َوٱنه َرَِٓي‬
Terjemahnya:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal
(Departemen Agama RI., 2010: 96).
Ayat tersebut menunjukkan fenomena alam sebagai media pembelajaran
yang digunakan oleh Allah swt. Diharapkan dengan mempelajari ciptaan-Nya
dapat mengantarkan manusia kepada Sang Maha Pencipta.

Berdasarkan petunjuk Al-Qur’an tersebut, dipahami bahwa penggunaan
media pembelajaran sangat diperlukan dalam upaya pencapaian tujuan
pembelajaran. Lebih lanjut dijelaskan Danim dalam Mahnun (2012: 27), bahwa

1

2

hasil penelitian telah banyak membuktikan efektivitas penggunaan media dalam
proses pembelajaran di kelas. Terbatasnya media yang dipergunakan dalam kelas
diduga merupakan salah satu penyebab lemahnya pencapaian belajar peserta
didik. Dengan demikian, penggunaan media dalam pembelajaran di kelas
merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Hal ini dapat dipahami
mengingat proses belajar yang dialami peserta didik tertumpu pada berbagai
kegiatan menambah ilmu dan wawasan untuk bekal hidup di masa sekarang dan
masa akan datang. Salah satu upaya yang harus ditempuh adalah menciptakan
situasi belajar yang memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar pada diri
peserta didik dengan menggerakkan segala sumber belajar dan cara belajar yang
efektif dan efisien (Mahnun, 2012: 27).
Media pembelajaran merupakan salah satu pendukung yang efektif dalam

membantu terjadinya proses belajar. Bila dikaitkan dengan teori behaviorisme,
semakin menarik media pembelajaran, maka semakin efektif fungsinya sebagai
alat pembelajaran. Oleh karea itu, pendidik perlu lebih kreatif dan inovatif dalam
mempersiapkan media pembelajaran.
Dewasa ini, teknologi menjadi kebutuhan masyarakat. Bukan hanya orang
dewasa, namun juga remaja bahkan anak-anak yang notabenenya sebagai objek
pendidikan (peserta didik). Mestinya fenomena ini direspon oleh pengembang
pendidikan (pendidik) untuk menciptakan berbagai media pembelajaran yang
berbasis teknologi. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas mengenai
berbagai strategi pembelajaran yang memadukan antara teknologi dan media serta
implementasinya dalam pembelajaran.

3

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dirumuskan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hakikat strategi pembelajaran yang memadukan antara
teknologi dan media?
2. Apa saja strategi-strategi pembelajaran yang memadukan antara teknologi

dan media serta implementasinya?
3. Apa saja hambatan-hambatan dalam pengimplementasian strategi-strategi
pembelajaran yang memadukan antara teknologi dan media?
C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan
1. Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan tersebut, maka makalah
ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui hakikat strategi pembelajaran yang memadukan antara teknologi
dan media.
b. Mendeskripsikan macam-macam strategi pembelajaran yang memadukan
antara teknologi dan media serta proses pengimplementasiannya.
c. Menemukan solusi dari hambatan-hambatan dalam pengimplementasian
strategi-strategi pembelajaran yang memadukan antara teknologi dan media.
2. Kegunaan Penulisan
a. Memberi sumbangsih pemikiran dalam teori teknologi pendidikan, khususnya
mengenai strategi-strategi pembelajaran yang memadukan teknologi dan
media.

4


b. Memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Pendidikan pada Program Doktor
(S3) Pascasarjana UIN Alauddin Makassar.

II. PEMBAHASAN
A. Hakikat Strategi Pembelajaran yang Memadukan Antara Teknologi dan
Media

Sebelum memaparkan berbagai strategi pembelajaran yang memadukan
antara media dan teknologi, terlebih dahulu penulis mengemukakan pengertian
strategi, teknologi, dan media dalam pembelajaran sebagai langkah awal dalam
memahami implementasi dan urgensinya. Hal ini dilakukan karena seringkali
seseorang sulit membedakannya dengan berbagai istilah lain, seperti pendekatan,
metode, teknik, taktik, atau desain dalam pembelajaran.
Milan Rianto (2006: 3-4) mengutip beberapa pendapat para pakar
mengenai pengertian strategi pembelajaran, diantaranya: Menurut T. Raka Joni
(1991), strategi adalah ilmu dan kiat dalam memanfaatkan segala sumber yang
dimiliki dan/atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. A.J. Romiszowski (1981) berpendapat bahwa strategi adalah suatu
pandangan umum tentang rangkaian tindakan yang diadaptasi dari perintahperintah terpilih untuk metode pembelajaran. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
strategi pembelajaran itu banyak ragamnya, ibarat berada dalam satu rentangan

(continum) antara dua ujung yang saling berlawanan, yaitu ekspositori dan
diskoveri/inkuiri. Selanjutnya, Dick & Carey (1990) menyatakan bahwa strategi
menunjukan komponen umum suatu set bahan ajar instruksional dan prosedur
yang akan digunakan bersama bahan ajar tersebut untuk memperoleh hasil belajar

5

tertentu. Komponen yang dimaksud, meliputi kegiatan prainstruksional, penyajian
informasi, partisipasi peserta didik, tes, dan tindak lanjut.
Rothwell dan Kazanas dalam Yaumi (2015: 188-189) menjelaskan bahwa
strategi pembelajaran kadang-kadang dipahami sebagai keseluruhan rencana yang
mengarahkan pengalaman belajar, seperti mata pelajaran, mata kuliah, atau
modul. Hal ini mencakup cara yang direncanakan oleh pendidik untuk membantu
peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, strategi
pembelajaran juga dipahami sebagai rencana khusus yang mengarahkan setiap
bagian dari pengalaman belajar, seperti satuan atau pelajaran dalam suatu mata
pelajaran, mata kuliah atau modul.
Definisi pertama disebut dengan strategi pembelajaran makro dan yang
kedua disebut strategi pembelajaran mikro. Selanjutnya, strategi pembelajaran
makro adalah berbagai aspek untuk memilih strategi penyampaian, urutan, dan

pengelompokkan rumpun (cluster) isi, menggambarkan komponen belajar yang
dimasukan

dalam

pembelajaran,

menentukan

bagaimana

peserta

didik

dikelompokkan selama pembelajaran, mengembangkan struktur pelajaran, dan
menyeleksi media dalam menyampaikan pembelajaran. Sedangkan, strategi mikro
adalah berbagai aktivitas pembelajaran, seperti diskusi kelompok, membaca
independen, studi kasus, ceramah, simulasi komputer, lembar kerja, projek
kelompok kooperatif, dan sebagainya. Strategi mikro itulah yang disebut dengan

metode pembelajaran. Jadi metode pembelajaran berfungsi sebagai cara dalam
menyajikan (menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan) isi pelajaran
kepada peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu (Yaumi, 2015: 189).

6

Berdasarkan berbagai pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa strategi
pembelajaran merupakan perencanaan tentang rangkaian kegiatan yang disusun
secara sistematis (didesain) untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Di dalam
rancangan strategi pembelajaran inilah salah satu komponennya adalah media
pembelajaran yang pengembangannya dapat dipadukan dengan teknologi.
Istilah media berasal dari bahasa Latin medius yang berarti tengah,
perantara atau pengantar. Meurut Gearly & Ely dalam Arsyad (2011: 3), “media
adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat
peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap”.
Definisi tersebut menunjukkan bahwa media pembelajaran merupakan alat yang
secara fisik digunakan untuk menyampaikan materi dalam pembelajaran.
Kaitannya dengan memadukan media dan teknologi dalam pembelajaran,
menurut Arsyad (2011: 32), bahwa “pada dasarnya program media pembelajaran
berbasis komputer ini menggunakan layar kaca untuk menyajikan informasi

kepada peserta didik”. Pendapat tersebut mengindikasikan bahwa media
pembelajaran yang berbasis teknologi adalah yang menggunakan berbagai produk
teknologi sebagai media pembelajaran, dalam hal ini komputer, jaringan internet,
smart phone, dan lain sebagainya.

Yaumi (2016b: 194-195) menganggap teknologi pembelajaran sebagai
media. Berdasarkan pada sejarah dan perkembangan teknologi pembelajaran yang
pada awalnya menggunakan alat bantu visual, kemudian menjadi audio visual,
dan berkembang menjadi gambar bergerak sebagai cikal bakal lahirnya video,

7

film, dan televisi. Pendapat ini mengindikasikan bahwa berbagai teknologi yang
digunakan sebagai alat pembelajaran merupakan media pembelajaran.
Berdasarkan berbagai pengertian strategi, media, dan teknologi dalam
pembelajaran tersebut, dapat dipahami bahwa strategi pembelajaran yang
memadukan antara media dan teknologi merupakan rangkaian cara yang disusun
secara

sistematis


untuk

mencapai

tujuan

pendidikan

tertentu

dengan

memanfaatkan media berbasis teknologi sebagai alat transformasi materi.
B. Macam-macam Strategi Pembelajaran yang Memadukan Antara Teknologi
dan Media Beserta Implementasinya

Direktorat Tenaga Kependidikan dalam Yaumi (2016: 231) menjelaskan,
bahwa strategi pembelajaran dikembangkan dari pendekatan pembelajaran.
Pendekatan yang berpusat pada pendidik (teacher-centred approach) menurunkan

strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau
pembelajaran ekspositori. Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik (student-centred approach) menurunkan strategi pembelajaran discovery,
inkuiri, dan strategi pembelajaran induktif. Berbagai strategi pembelajaran
tersebut dapat dilaksanakan dengan menggunakan media berbasis teknologi dalam
proses pembelajaran. Upaya yang dapat dilakukan guna tercapainya hal tersebut
adalah menciptakan, menggunakan, dan mengelola sumber daya dan proses
teknologi yang sesuai (Januszewski dan Molenda dalam Adiatma 2014: 4).

8

1. Strategi Pembelajaran Ekspositori
a. Pengertian
Menurut Anitah (2008: 7) dalam strategi pembelajaran ekspositori,
pendidik hanya memberikan informasi yang berupa teori, generalisasi, hukum
atau dalil beserta bukti-bukti yang mendukung. Peserta didik hanya menerima saja
informasi yang diberikan oleh pendidik. Pembelajaran telah diorganisasikan oleh
pendidik sehingga siap disampaikan kepada peserta didik, dan peserta didik
diharapkan belajar dari informasi yang diterimanya itu.
Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008: 30), strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran
yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang
pendidik kepada sekelompok peserta didik dengan maksud agar peserta didik
dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Dalam strategi ini materi
pelajaran disampaikan langsung oleh pendidik. Peserta didik tidak dituntut untuk
menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi. Karena strategi
ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga
dinamakan strategi ”chalk and talk”.
Berdasarkan berbagai pengertian ekspositori tersebut, dapat dipahami
bahwa ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang mengharuskan
penguasaan materi dan kemampuan berkomunikasi dengan baik oleh pendidik,
karena dalam pengaplikasiannya, pendidik memegang peran yang sangat
dominan, yaitu dituntut untuk menjelaskan materi pembelajaran secara
komprehensif kepada peserta didik.

9

b. Implementasi
Yusufhadi Miarso dalam Mahnun (2012: 29) menyatakan bahwa hal
pertama yang harus dilakukan pendidik dalam penggunaan media secara efektif
adalah mencari, menemukan, dan memilih media yang memenuhi kebutuhan
belajar peserta didik, menarik minat peserta didik, sesuai dengan perkembangan
kematangan dan pengalamannya serta karakteristik khusus yang ada pada
kelompok belajarnya. Karaketristik ini antara lain adalah kematangan peserta
didik dan latar belakang pengalamannya serta kondisi mental yang berhubungan
dengan usia perkembangannya. Selain masalah ketertarikan peserta didik terhadap
media, keterwakilan pesan yang disampaikan pendidik juga hendaknya
dipertimbangkan dalam pemilihan media.
Setidaknya ada tiga fungsi yang bergerak bersama dalam keberadaan
media. Pertama , fungsi stimulasi yang menimbulkan ketertarikan untuk
mempelajari dan mengetahui lebih lanjut segala hal yang ada pada media. Kedua ,
fungsi mediasi yang merupakan perantara antara pendidik dan peserta didik.
Dalam hal ini media menjembatani komunikasi antara pendidik dan peserta didik.
Ketiga , fungsi informasi yang menampilkan penjelasan yang ingin disampaikan

pendidik. Dengan keberadaan media, peserta didik dapat menangkap keterangan
atau penjelasan yang dibutuhkannya atau yang ingin disampaikan oleh pendidik.
Fungsi stimulasi yang melekat pada media dapat dimanfaatkan pendidik
untuk membuat proses pembelajaran yang menyenagkan dan tidak membosankan.
Kondisi ini dapat terjadi jika media yang ditampilkan oleh pendidik adalah
sesuatu yang baru dan belum pernah diketahui oleh peserta didik baik tampilan

10

fisik maupun yang non-fisik. Selain itu, isi pesan pada media tersebut hendaknya
juga merupakan suatu hal yang baru dan atraktif, misalnya dari segi warna
maupun desainnya. Semakin atraktif bentuk dan isi media, semakin besar pula
keinginan peserta didik untuk lebih jauh mengetahui apa yang ingin disampaikan
pendidik atau bahkan timbul keinginan untuk berinteraksi dengan media tersebut
(Mahnun, 2012: 29). Hal inilah yang penting diketahui dan dipersiapkan oleh
pendidik bila ingin menggunakan strategi ekspositori dengan memadukan
teknologi dan media dalam pembelajarannya.
Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan (2008: 33-34), ada lima langkah
dalam pengimplementasian strategi ekspositori, yaitu:
1) Persiapan (Preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta didik untuk
menerima pelajaran. Dalam strategi ekspositori, langkah persiapan merupakan
langkah yang sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan strategi ekspositori sangat tergantung pada langkah persiapan
(Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008: 34). Penulis juga memasukkan kesiapan
media

berbasis

teknologi

dalam

ruangan

kelas,

seperti

hard

media

(komputer/laptop/note book, proyektor) dan soft media (power point, video yang
relevan) sebagai alat dan bahan pembelajaran.
Bebagai hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan adalah:
a) Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif.
b) Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai.
c) Bukalah file dalam otak peserta didik.

11

2) Penyajian (Presentation)
Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pembelajaran
sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Hal yang harus diperhatikan
pendidik dalam penyajian ini adalah bagaimana materi pembelajaran dapat dengan
mudah dipahami oleh peserta didik. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini, yaitu: (1) penggunaan bahasa, (2)
intonasi suara, (3) menjaga kontak mata dengan peserta didik, dan (4)
menggunakan berbagai joke yang menyegarkan (Direktorat Tenaga Kependidikan,
2008: 34).
3) Korelasi (Correlation)
Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan
pengalaman peserta didik atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan peserta
didik dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah
dimilikinya.
Langkah korelasi dilakukan untuk memberikan makna terhadap materi
pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang telah
dimilikinya maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan
kemampuan motorik peserta didik.
4) Menyimpulkan (Generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti (core) dari materi
pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah yang
sangat penting dalam strategi ekspositori, sebab melalui langkah menyimpulkan
peserta didik akan dapat mengambil inti sari dari proses penyajian.

12

5) Mengaplikasikan (Application)
Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan peserta didik setelah
mereka menyimak penjelasan pendidik. Langkah ini merupakan langkah yang
sangat penting dalam proses pembelajaran ekspositori, sebab melalui langkah ini
pendidik akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan
pemahaman materi pelajaran oleh peserta didik. Teknik yang biasa dilakukan pada
langkah ini di antaranya: (1) dengan membuat tugas yang relevan dengan materi
yang telah disajikan, (2) dengan memberikan tes yang sesuai dengan materi
pelajaran yang telah disajikan (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008: 34).
Memperhatikan langkah-langkah strategi pembelajaran ekspositori, penulis
memahami bahwa bila ingin memadukan antara teknologi dan media dalam
pembelajaran tersebut, maka berbagai media pembelajaran (komputer, jaringan
internet) cukup digunakan oleh pendidik saja sebagai bahan transformasi materi.
Hal ini berlaku untuk pembelajaran tatap muka (dalam kelas), lain halnya bila
menggunakan e-learning.
Menurut Gozali dan Lo (2012: 48),
E-learning adalah segala jenis proses transfer skill dan pengetahuan melalui
media komputer, jaringan komputer atau internet. Jenis aplikasi e-learning
dapat dalam bentuk aplikasi berbasis web, aplikasi berbasis komputer,
pendidikan virtual dan segala konten digital yang mendukung proses
pengajaran seperti audio, gambar, video, dan animasi.

Proses pembelajaran dengan menggunakan applikasi e-learning mempunyai karakteristik, dimana proses belajar mengajar bisa terjadi dimana saja dan
kapan saja dengan dan tanpa interaksi secara langsung dengan pengajar (Gozali

13

dan Lo (2012: 49). Dilihat dari karakteristik tersebut, penerapan teknologi dalam
proses pembelajaran menyebabkan lima pergeseran, yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)

Pergeseran dari pelatihan ke penampilan;
Pergeseran dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja;
Pergeseran dari kertas ke “on line” atau saluran;
Pergeseran fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja; dan
Pergeseran dari waktu siklus ke waktu nyata (Riwayadi, 2009).
Perkembangan teknologi pembelajaran ditandai dengan dipergunakannya

e-learning 2.0, setelah e-learning 1.0 (primitif) yang merupakan sistem

konvensional pembelajaran elektronik. e-learning 1.0 biasanya berbasis pada
paket pelajaran yang disampaikan kepada siswa dengan menggunakan teknologi
internet. Peran siswa dalam pembelajaran terdiri dari pembacaan dan
mempersiapkan tugas. Kemudian tugas dievaluasi oleh guru. Sebaliknya, elearning 2.0 memiliki penekanan pada pembelajaran yang bersifat sosial dan

penggunaan perangkat lunak sosial (social networking).
Perbedaan E-Learning 1.0 (primitif) dan E-Learning 2.0 dapat dilihat pada
Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Perbedaan E-Learning 1.0 dan E-Learning 2.0

Arah Komunikasi
Distribusi Proses
Pembelajaran

E-Learning 1.0
Satu arah
Berasal Pengajar

Materi

Dalam bentuk power
point, document (tulisan
maupun gambar)

Media

LMS yang berisi
repository materi
kuliah dan tugas

E-Learning 2.0
Dua arah
Terdistribusi secara rata
untuk semua partisipan,
baik pengajar maupun
murid
Dalam bentuk Web
Confrence, Simulasi
dalam bentuk Animasi,
Video dan Audio
LMS yang diintegrasikan
dengan fitur social
networking, seperti blog,
wiki, podcast, audio dan

14

Peran E-learning

Definisi Penilaian dan
Pencapaian
Penilaian

Suplemen dari proses
kegiatan belajar mengajar
konvensional di kelas
Dari pengajar, sesuai
dengan standard dari
Institusi Pendidikan
Dari Pengajar

video, web conference,
hingga animasi atau
simulasi
Substitusi dari proses
belajar mengajar di kelas
Dari murid, dengan
bantuan dari pengajar
Dari murid, dengan
bantuan dari pengajar

Sumber: (Gozali dan Lo, 2012: 50)
EBerdasarkan data Tabel 2.1 tersebut, dapat dipahami bahwa e-learning 1.0
merupakan penerapan dari pendekatan pembelajaran berpusat pada pendidik
dengan strategi ekspositori. Sementara e-learning 2.0 menerapkan pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
2. Strategi Pembelajaran Inkuiri
a. Pengertian
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang berarti “proses bertanya
dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan”. Depdikbud
dalam Yuniastuti (2016: 82) mengemukakan bahwa inkuiri ialah proses yang
bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan observasi, merumuskan pertanyaan
yang relevan, mengevaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain secara kritis,
merencanakan penyelidikan/investigasi, mengulas apa yang telah diketahui,
melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk
memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi
dan mengkomunikasikan hasilnya.
Menurut Yahdi (2016: 324), inkuiri meliputi kategori strategi belajar yang
menekankan pada peran dan tanggung jawab peserta didik dalam belajar. Peserta

15

didik diberi banyak kesempatan untuk mencari, memahami, menganalisa dan
menyintesis dengan cara mereka sendiri. Strategi ini untuk memahami bahwa
setiap peserta didik memiliki kemampuan untuk menemukan kemampuan mereka
sendiri dan dasar-dasarnya di setiap pembelajaran dapat dikembangkan untuk
menemukan informasi dengan sendirinya. Peserta didik memahami materi
pelajaran dan benda lain dengan langsung terlibat mencari dan menemukan.
Pendapat ini mengindikasikan bahwa pembelajaran inkuiri menghendaki
pemahaman peserta didik merupakan hasil proses yang dilakukan sendiri.
Menurut Trowbridge & Bybee dalam Rustaman (2005: 9), ditinjau dari
tingkat kompleksitasnya, strategi pembelajaran inkuiri dibedakan menjadi tiga
tingkatan. Tingkatan pertama adalah pembelajaran penemuan (discovery),
Tingkatan kedua adalah pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry).
Tingkatan ketiga merupakan yang paling kompleks adalah inkuiri terbuka atau
bebas (open inquiry). Dalam pembelajaran penemuan peserta didik diajak
melakukan pencarian konsep melalui kegiatan yang melibatkan pertanyaan,
inferensi, prediksi, berkomunikasi, interpretasi dan menyimpulkan. Namun pada
pembelajaran ini masalah yang diperhadapkan kepada pesrta didik direkayasa oleh
pendidik (Kemdikbud, 2013: 1). Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing masalah
dimunculkan oleh pendidik. Sementara dalam pembelajaran inkuiri terbuka atau
inkuiri bebas, masalah berasal dari peserta didik dengan bantuan arahan dari
pendidik sampai peserta didik menemukan apa yang dipertanyakan dan mungkin
berakhir dengan pertanyaan atau masalah baru yang perlu ditindaklanjuti pada
kegiatan pembelajaran berikutnya. Salah satu kesamaan dari ketiga tingkatan

16

pembelajaran inkuiri tersebut adalah ketiganya dapat menggunakan media
berbasis teknologi dalam proses pembelajaran.
b. Implementasi
1) Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)
Menurut Carin dan Sund dalam Wahyudin, Sutikno, dan Isa (2016: 59),
pada inkuiri terbimbing, guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan
siswa sebagai penerima informasi, tetapi guru membuat rencana pembelajaran
atau langkah-langkah percobaan. Siswa melakukan percobaan atau penyelidikan
untuk menemukan konsep-konsep yang telah ditetapkan guru.
Jadi pendidik harus menyiapkan masalah beserta langkah-langkah
penyelesaian masalahnya dengan memanfaatkan teknologi sebagai media
pembelajaran. Jika memungkinkan, pendidik mengondisikan peserta didik
menggunakan media yang berbasis teknologi dalam penyelesaian masalahnya.
2) Inkuiri Terbuka/Bebas (Open Inquiry)
Strategi pembelajaran inkuiri terbuka/bebas umumnya digunakan pada
sistem pembelajaran paedagogik (orang dewasa) seperti yang dilakukan pada
perguruan tinggi. Materi diberikan oleh pendidik dalam bentuk tema/topik inti,
kemudian peserta didik berusaha menemukan sendiri permasalahan, merumuskan
permasalahan, menemukan solusi, kemudian menyampaikan hasilnya di ruang
kelas baik dalam bentuk presentasi maupun diskusi. Pendidik hanya sebagai
fasilitator guna mengarahkan peserta didik pada tujuan pembelajaran.
Bentuk pemaduan teknologi dan media dalam proses pembelajaran adalah
dengan memanfaatkan jaringan internet untuk menemukan materi-materi/bahan-

17

bahan yang diperlukan guna menyelesaikan permasalahan atau membahas
tema/topik inti yang telah diberikan pendidik. Diskusi dapat dilakukan dengan
memanfaatkan aplikasi yang menyediakan layanan video call seperti skype atau
aplikasi chat. Sehingga pembelajaran bisa saja dilakukan diluar alokasi waktu
yang telah ditentukan.
Berdasarkan implemnetasi strategi pembelajaran inkuiri yang memadukan
antara teknologi dan media, penulis memahami bahwa media pembelajaran dalam
proses pembelajaran tersebut disamping digunakan oleh pendidik, juga digunakan
oleh peserta didik. Bukan hanya pendidik yang memiliki dan menggunakan
komputer yang memiliki koneksi internet, tetapi peserta didik juga harus memiliki
dan menggunakannya.
C. Hambatan-hambatan

dalam

Pengimplementasian

Strategi-strategi

Pembelajaran yang Memadukan Antara Teknologi dan Media

Ada tiga hambatan utama dalam pengimplementasian strategi-strategi
pembelajaran yang memadukan antara teknologi dan media, yaitu hambatan
fasilitas, kompetensi pendidik dan integrasi metode.
1. Hambatan Fasilitias
Tidak semua lembaga pendidikan memiliki atau menyediakan fasilitas
media yang berbasis teknologi, misalnya jaringan internet. Tidak hanya itu, pada
umumnya daerah di Indonesia belum dapat mengakses internet karena provider
penyedia jasa komunikasi belum menyediakannya. Hal ini membutuhkan
perhatian dari pemerintah agar pembangunan khususnya di sektor teknologi lebih
merata dan cepat, sehingga ada pemerataan modernisasai pada sektor pendidikan.

18

2. Kompetensi Pendidik
Pembelajaran yang memadukan teknologi dan media membutuhkan
Sumber Daya Mausia (SDM)/pendidik yang mengerti IT dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu, perlu upaya pengembangan kompetensi pendidik
dalam hal teknologi pendidikan sehingga lebih kreatif dan inovatif dalam
menyiapkan dan mengoperasikan media yang berbasis teknologi. Tidak jarang
perencanaan dalam pengintegrasian dengan sistem yang telah ada pengembangan
hanya terfokus pada teknologi saja, namun tidak pada metode pengajaran.
3. Integrasi Metode dengan Media Berbasis Teknologi
Masalah yang dihadapi dalam hambatan ini seperti, kegagalan untuk fokus
pada peserta didik dan ketidakcocokan penggunaan e-learning sebagai metode
pembelajaran yang mandiri (Gozali dan Lo, 2012: 49). Strategi yang didesain
dalam bentuk blue print terkadang sulit mengintegrasikan berbagai metode
dengan tetap memanfaatkan teknologi sebagai media. Strategi pembelajaran yang
direncanakan pendidik dalam pengaplikasiaannya hanya terfokus pada teknologi
saja, namun tidak pada metode pembelajaran. Pendidik fokus pada pengoperasian
teknologi tanpa memperhatikan keberhasilan metode pembelajaran. Masalah ini
dapat diselesaikan dengan melakukan penelitian tindakan.

III. Penutup
A. Kesimpulan

1. Strategi pembelajaran yang memadukan antara teknologi dan media
merupakan rancangan pembelajaran yang disusun secara sistematis dengan

19

memanfaatkan media yang berbasis teknologi atau menjadikan teknologi
sebagai alat transformasi materi/bahan pembelajaran.
2. Strategi-strategi pembelajaran yang memadukan antara teknologi dan
media adalah (1) Ekspositori, pengimplementasiannya dapat melalui
presentasi power point atau dengan e-learning 1.0. (2) Inkuiri, pengaplikasiannya dapat melalui e-learning 2.0.
3. Hambatan-hambatan dalam pengimplementasian strategi pembelajaran
yang memadukan antara teknologi dan media ada tiga, yaitu hambatan
fasilitas, kompetensi pendidik, dan integrasi metode ke dalam pemanfaatan
media berbasis teknologi.
B. Saran

1. Pemerintah agar lebih memperhatikan pembangunan teknologi, khususnya
dalam pendidikan. Melengkapi fasilitas internet disetiap lembaga
pendidikan, dan mulai merancang kurikulum teknologi pembelajaran agar
peserta didik sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran berbasis teknologi
sejak beada di tingkat sekolah menengah.
2. Pendidik hendaknya terus meningkatkan kompetensinya, khususnya dalam
mengoperasikan media pembelajaran berbasis teknologi, demi merespon
modernisasi serta menghasilkan out put (peserta didik) yang kopetitif
dalam persaingan global.

20

DAFATAR PUSTAKA
Adiatma, Dian Saiful. (2014). "Pengembangan Media CAI Berbasis Android Pada
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Materi Struktur dan Fungsi
Jaringan Tumbuhan Untuk Siswa Kelas VIII SMPN 1 Tembelang
Jombang". Teknologi Pendidikan, 2(3).
Anitah, Sri. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Arsyad, Azhar. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Departemen Agama RI. (2010). Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Pustaka AsSalam.
Direktorat Tenaga Kependidikan. (2008). Strategi Pembelajaran
Pemilihannya . Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Ilmi,

dan

Baytul. "Filsafat Al-Quran". (Diakses 25 Oktober 2017).
https://baytulilmi.blogspot.co.id/2010/07/filsafat-alquran.html?showComment= 1508936446996#c2235560212544406594.

Kemdikbud. (2013). Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning).
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Gozali, Ferrianto dan Billion Lo. (2012). "Pemanfaatan Teknologi Open Source
dalam Pengembangan Proses Belajar Jarak Jauh di Perguruan Tinggi".
Jurnal Nasional Pendidikan Teknik Informatika (JANAPATI), 1(1).
Mahnun, Nunu. (2012). "Media Pembelajaran: Kajian terhadap Langkah-langkah
Pemilihan Media dan Implementasinya dalam Pembelajaran". Pemikiran
Islam, 37(1).
Rianto, Milan. (2006). Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran. Malang:
Pusat Pengembangan Penataran Guru IPS dan PMP Malang.
Riwayadi, Purwo. (2009). "Pemanfaatan Perkembangan Teknologi Informasi dan
Komunikasi Untuk Kemajuan Pendidikan di Indonesia". Diarsipkan Oleh
PLS UM untuk Imadiklus.com.
Rustaman, Nuryani Y. (2005). "Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis
Inkuiri dalam Pendidikan Sains". Makalah, Dipresentasikan dalam
Seminar Nasional II Himpunan Ikatan Sarjana dan Pemerhati Pendidikan
IPA Idonesia Bekerjasama dengan FPMIPA. Universitas Pendidikan
Indonesia . Bandung.

21

Wahyudin, Sutikno, dan A. Isa. (2016). "Keefektifan Pembelajaran Berbantuan
Multimedia Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing untuk
Meningkatkan Minat dan Pemahaman Siswa". Pendidikan Fisika
Indonesia , 6(1).
Yahdi,

Muhammad. (2016).
Pendidikan, 5(2).

"Strategi

Pembelajaran

Inkuiri".

Inspiratif

Yaumi, Muhammad. (2015). "Desain Strategi Pembelajaran Untuk
Mengembangkan Kecerdasan Verbal-Linguistik Peserta Didik". Auladuna ,
2(2).
_________. (2016a). Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran: Disesuaikan dengan
Kurikulum 2013. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
_________. (2016b). "Terminologi Teknologi Pembelajaran: Suatu Tinjauan
Historis". Inspiratif Pendidikan, 5(1).
Yuniastuti, Euis. (2016). "Peningkatan Keterampilan Proses, Motivasi, dan Hasil
Belajar Biologi dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada
Siswa Kelas VII SMP Kartika V-1 Balikpapan". Penelitian Pendidikan ,
13(1).

Dokumen yang terkait

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN SEPEDA MOTOR HONDA MELALUI PENDEKATAN BOSTON CONSULTING GROUP PADA PT. MPM MOTOR DI JEMBER

7 89 18

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

2 5 46

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

6 77 70

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62