RANCANG BANGUN MODEL PERSEDIAAN DAN PEMILIHAN PEMASOK BAHAN BAKU KELAPA PARUT KERING DI PT. X

RANCANG BANGUN MODEL PERSEDIAAN DAN PEMILIHAN
PEMASOK BAHAN BAKU KELAPA PARUT KERING DI PT. X
Siti Wardah, Tiena G. Amran, Parwadi Moengin
Program Studi Magister Teknik Industri Universitas Trisakti
sitiwardahst@yahoo.co.id, tiena_amran@yahoo.com,
parwadi@trisakti.ac.id
ABSTRACT
PT. X is an integrated agro-industry coconut company. The main products produced are
desicated coconut from coconut grain with a shelf life of 7 days as raw materials. The company
currently constrained in 30-40% expired stock at the warehouse and insufficient capacity of the
warehouse. Another problem is the supply of raw materials (desicated coconut) from suppliers
around 20-35% did not comply with the specifications of diameter ≥ 10 cm. Seeing these conditions
required the model design of inventory and supplier selection with a balance of shelf life and
storage capacity as well as alternative suppliers that capable to provide raw materials (desicated
coconut) with a diameter ≥ 10 cm continually. The method used in the design of this model is the
development of methods Economic Order Quantity (EOQP) and lagrange multiplier used for the
economic lot size ordering and fulfillment warehouse storage capacity as well as methods
Analitycal Hierarchy Process (AHP) for the selection of alternative suppliers that meet the
specifications of raw materials and economical ordering quantity lots. The results of the design of
this model produced economically ordering lot size 300.000 coconuts with total inventory cost Rp.
55,5 million and is the District 1 alternative suppliers. In accordance with the results of analysis

and expert opinion that the study design was verified and valid models.

Keywords: inventory, supplier selection, EOQP , lagrange multiplier, AHP.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Strategi perusahan yang efektif
merupakan
modal
penting
agar
perusahaan
mampu
bersaing
dan
berkompetisi dalam persaingan yang
semakin ketat dewasa ini. Untuk dapat
memenangkan persaingan tersebut, setiap
perusahaan harus mampu meningkatkan
kuantitas dan kualitas dari produk yang
telah ada, sehingga menuntut perusahaan

lebih berinovasi serta memiliki komitmen
yang kuat untuk dapat memenuhi
permintaan para konsumen agar tetap
diterima oleh pasar. Perkembangan yang
pesat terjadi di berbagai bidang termasuk
dalam bidang agroindustri.
Pada
umumnya,
dalam
Agroindustri memiliki karakteristik yang
khas dalam hal bahan baku yaitu (1)
produk pertanian bersifat mudah rusak,
(2) proses penanaman, pertumbuhan dan
pemanenan tergantung pada iklim dan
musim (3) hasil panen memiliki bentuk

dan ukuran yang bervariasi, (4) produk
pertanian bersifat kamba perishable
sehingga produk pertanian sulit untuk
ditangani(Austin, 1992; Brown, 1994)

serta mengurangi ketidakpastian dalam
bisnis. Sehingga harus dipertimbangkan
dalam perencanaan bahan baku, karena
menyangkut kontinyuitas bahan baku.
Keberhasilan suatu perusahaan
yang bergerak dalam Agroindustri tidak
lepas dari peranan sistem persediaan
bahan baku (inventory raw material)
yang baik. Pada Agroindustri setiap
bahan baku memiliki batas umur simpan
bahan baku yang relatif singkat. Tujuan
utama dari pengendalian persediaan
adalah
agar
perusahaan
selalu
mempunyai persediaan dalam jumlah
yang tepat, pada waktu yang tepat, dan
dalam spesifikasi atau mutu yang telah
ditentukan sehingga kontinuitas usaha

dapat terjamin (tidak terganggu).
Persediaan yang terlalu banyak dapat
mengakibatkan biaya persediaan semakin

Raancang Bangun Model (Siti Wardah, dkk)

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 20

1.
1.1

meningkat karena terdapatnya bahan
yang rusak, sedangkan persediaan yang
terlalu sedikit dapat mengakibatkan
hilangnya kesempatan perusahaan untuk
mendapatkan
keuntungan
jika
permintaaan nyatanya lebih besar
daripada permintaan yang diperkirakan

(Nasution dan Prasetyawan, 2008).
Persediaan merupakan kekayaan
perusahaan yang memiliki peranan
penting dalam operasi bisnis, maka
perusahaan perlu melakukan manajemen
persediaan proaktif, artinya perusahaan
harus mampu mengantisipasi keadaan
mapun tantangan yang ada dalam
manajemen persediaan untuk mencapai
sasaran
akhir
dalam
manajemen
persediaan, yaitu untuk meminimasi total
biaya yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan untuk penanganan persediaan
(Yamit, 2002).
Peranan persediaan begitu penting,
maka perlu adanya kelancaran pasokan
bahan baku sesuai kuantitas dan

spesifikasi bahan baku yang diinginkan
dengan harga yang pantas dari pemasok
agar tidak terjadi penurunan produktivitas
persediaan bahan baku untuk diproduksi
(Sofjan Assauri, 1975). Oleh karena itu
perlu diadakan pemilihan pemasok.
Disamping itu dengan adanya pemilihan
pemasok yang tepat secara signifikan
akan mengurangi biaya pembelian
material dan meningkatkan daya saing
perusahaan (Xia & Wu, 2007).
PT. X merupakan anak perusahaan
Group A yang bergerak dalam bidang
Agroindustri. Produk yang dihasilkan
adalah kelapa parut kering sebagai
produk utama, minyak kelapa dan
bungkil kelapa. Seperti Agroindustri pada
umumnya PT. Kokonako Indonesia
mengalami kendala dalam kontinyuitas
persediaan bahan baku.

Dalam persediaan pasokan bahan
baku PT. X berasal dari Kecamatan 1,
Kecamatan 2, Kecamatan 3, dan
Kecamatan 4. Adapun model konfigurasi
persediaan bahan baku untuk produk

kelapa parut kering seperti yang tertuang
pada Gambar 1. Dimana kompleksitasnya
dalam pasokan bahan baku kelapa butir
mengakibatkan PT. X tidak bisa
memastikan bahwa jumlah pasokan
bahan baku yang mereka kirim sudah
sesuai dengan spesifikasi bahan baku
yang diminta oleh perusahaan. Adapun
spesifikasi bahan baku yang digunakan
oleh perusahaan adalah kelapa butir
dengan diameter ≥10 cm dan dengan
umur simpan (perishable) 7 hari.

Raancang Bangun Model (Siti Wardah, dkk)


Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 21

Gambar 1. Model Persediaan Bahan
Baku Kelapa Parut Kering di PT.X
Disamping itu belum adanya sistem
perencanaan persediaan bahan baku
kelapa butir yang memberikan tingkat
pemesanan dan persediaan bahan baku
kelapa butir yang optimal dengan
mempertimbangkan umur simpan bahan
baku selama 7 hari. Selain itu PT. X juga
hanya memiliki kapasitas gudang
penyimpanan bahan baku yang terbatas
sehingga menjadi salah satu kendala
dalam melakukan pemesanan bahan baku
untuk persediaan bahan baku. Sehingga
mengakibatkan banyaknya bahan baku
yang
mengalami

kerusakan
dan
kadaluwarsa yang berkisar antara 30 – 40
%.
Melihat kondisi tersebut dibutuhkan
rancang bangun model persediaan dan
pemilihan pemasok bahan baku kelapa
parut kering agar dapat mengurangi
bahan baku yang rusak atau kadaluarsa
sehingga dapat meminimalisir biaya
persediaan dan adanya kontunyuitas

pasokan bahan baku yaang sesuai
spesifikasi serta kuantitas bahan baku
yang dibutuhkan.
Dalam mengendalikan persediaan,
telah banyak model yang digunakan
untuk mendapatkan hasil yang optimal
diantaranya yaitu dengan menggunakan
model Economic Order Quantity (EOQ)

dan Material Requirement Planning
(MRP) (Bedworth dan Bailey, 1987),
model persediaan continuous review,
periodic review dan hybrid system
(Krajewski , 2002), model persediaan
Joint Economic Lot Size (JELS) (Goyal,
1976).
Sedangkan
dalam
model
pemilihan pemasok, telah banyak model
juga yang digunakan untuk mendapatkan
hasil yang optimal diantaranya yaitu
dengan menggunakan model Technique
for Order Preference by Similarity to
Ideal Solution (TOPSIS) (Lotfi, 2007 dan
Sachdeva et al, 2009), Analytical
Hierarchy Process (AHP) (Saaty, 1993)
dan
Analytical

Network
Process
(ANP)(Saaty, 1996).
Dalam
model
persediaan
menggunakan model Economic Order
Quantity
Pengembangan
(EOQp)
(Indrianti,dkk
2001)
dan
pengali
Lagrange yang memasukan parameter
umur simpan dan kapasitas gudang
penyimpanan sehingga mendapatkan
hasil yang lebih optimal sedangkan dalam
pemilihan pemasok digunakan metode
Analytical Hierarchy Process (AHP)
karena merupakan metoda pengambilan
keputusan yang melibatkan sejumlah
kriteria dan alternatif yang dipilih
berdasarkan pertimbangan semua kriteria
terkait (Saaty, 1993).

dan kendala kapasitas penyimpanan serta
menentukan alternatif pemilihan pemasok
yang sesuai spesifikasi bahan baku.
Sehingga dari hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjawab pertanyaan
sebagai berikut :
a. Bagaimana model persediaannya
yang mempertimbangan umur
simpan dan kapasitas gudang
penyimpanan
b. Bagaimana
model
pemilihan
pemasok
agar
diperoleh
kontunyuitas bahan baku yang
sesuai spesifikasi dan ukuran lot
ekonomis yang dibutuhkan
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang
dihadapi di PT. Kokonako Indonesia
maka Penelitian ini bertujuan untuk
menghasilkan rancang bangun model
persediaan dan pemilihan pemasok bahan
baku kelapa parut kering di PT.
Kokonako Indonesia.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah
membahas model persediaan bahan baku
kelapa parut kering yang dimulai dari
pemasok hingga ke perusahaan dengan
mempertimbangkan umur simpan bahan
baku dan kapasitas gudang penyimpanan

Berdasarkan uraian tersebut di atas,
tahap penting yang diperlukan untuk
memperbaiki persediaan dan pemilihan
pemasok bahan baku adalah tahap
analisis
yang
bertujuan
untuk
perencanaan dan pengendalian persediaan
dengan mempertimbangkan umur simpan

TINJAUAN PUSTAKA
Persediaan
Pada prinsipnya, persediaan hampir
selalu diperlukan, baik dalam kehidupan
pribadi, rumah tangga, perkantoran dan
dalam unit usaha. persediaan adalah suatu
sumber
daya
menganggur
(idle
resources)
yang
keberadaannya
menunggu proses lebih lanjut (Nasution,
2008). Sedangkan menurut Biegel
(2009), bahwa Persediaan adalah sebagai
bahan yang disimpan dalam gudang
untuk kemudian digunakan atau dijual.
Menurut Heizer dan Render (2001),
fungsi-fungsi
persediaan
adalah

Raancang Bangun Model (Siti Wardah, dkk)

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 22

Perumusan Permasalahan

2.
2.1

Biaya Simpan (Holding Cost), Biaya
Kekurangan Persediaan (shortage cost).

Melakukan “decouple” perusahaan dari
fluktuasi permintaan dan menyediakan
persediaan barang-barang yang akan
memberikan pilihan bagi pelanggan,
Mengambil keuntungan dari diskon
kuantitas karena pembelian dalam jumlah
besar dapat mengurangi biaya pengiriman
barang, Melindungi terhadap inflasi dan
kenaikan harga. Sedangkan menurut
Aquilano (2004) bahwa perusahaan yang
menggunakan just in time (JIT),
persediaan memiliki fungsi diantaranya
Untuk menjaga kebebasan dari setiap
operasi, supply material yang baik pada
stasiun kerja mengakibatkan operasi
menjadi lebih terjamin, stasiun yang
bekerja tanpa kekurangan bahan baku
akan menjamin aliran pada assembly line,
Agar variasi permintaan produk dapat
dipenuhi, Agar penjadualan produksi
dapat
lebih
fleksibel,
Persediaan
berfungsi membebaskan sistem produksi
dari tekanan untuk dapat membuat barang
jadi, Sebagai penjaga dari waktu
kedatangan bahan baku yang bervariasi.
Pada saat material dipesan dari vendor,
delay pada bagian produksi dapat terjadi
apabila terjadi keterlambatan pengiriman,
Untuk mendapat keuntungan ekonomis
dari pembelian dari pembelian pada order
size.
Dalam suatu sistem manufaktur,
persediaan dapat ditemui dalam beberapa
kategori pengelompokkan diantaranya
persediaan berdasarkan aspek fungsional
(Tersine,
1994)
dan
persediaan
berdasarkan aspek fisik (Nasution dan
Prasetyawan,
2008),
persediaan
berdasarkan lamanya waktu penyimpanan
(Hiller dkk, 2005). Disamping itu
menurut Tersine (1994) bahwa komponen
persediaan terdiri atas permintaan,
pemesanan kembali dan pemabatas atau
kendala. Adapun komponen biaya yang
dapat digunakan dalam sistem persediaan
yaitu (Tersine, 1994) diantaranya Biaya
Pembelian (Purchase Cost), Biaya
Pemesanan (Order Cost atau Setup Cost),

2.1.1 Model persediaan
Model sistem persediaan dapat
digolongkan berdasarkan jenis datanya,
yaitu model persediaan deterministik dan
probabilistik dan masing-masing model
dibedakan lagi ke dalam jenis data
konstan/statis
dan
variabel/dinamis.
Model Persediaan Deterministik (Tersine,
1994)
adalah
digunakan
untuk
menentukan ukuran lot ekonomis untuk
item independent baik item yang dibeli
maupun
yang
diproduksi
suatu
perusahaan.
Model persediaan deterministik
statis secara umum memiliki beberapa
asumsi yang mendukung diantarnaya
Laju permintaan tetap, konstan, dan
diketahui pasti Laju produksi diketahui
dan konstan, Lead time diketahui dan
konstan,
Keseluruhan
ukuran
lot
ditambahkan ke dalam persediaan pada
saat yang sama, Tidak diperbolehkan
adanya kekurangan stok. Mengingat
permintaan dan lead time diketahui, maka
stockout dapat dihindari, Struktur biaya
persediaan tetap dan tidak ada potongan
harga, Tidak ada batasan sumber daya
baik secara fisik maupun finansial
(Tersine, 1994). Sedangkan dalam
Persediaan
deterministik
dinamis,
permintaan barang diketahui secara pasti
dan besarnya tidak selalu sama antara
satu periode dengan periode lainnya.
Pada hal ini permintaan hanya terjadi
pada awal periode dan akan dipenuhi
pada periode tersebut tanpa ditunda. Pada
permintaan kontinu, permintaan terjadi di
sepanjang horison perencanaan dengan
tingkat permintaan tertentu. Sedangkan
pada permintaan dinamis, permintaan
akan datang dengan dengan kecepatan
dan jumlah yang berbeda antar satu
periode ke periode berikutnya selama
horizon perencanaannya.
2.1.2 Perhitungan Model Persediaan

Raancang Bangun Model (Siti Wardah, dkk)

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 23

Dalam membuat suatu model
persediaan, yang harus dilakukan pertama
kali
adalah
menentukan
apakah
permintaan yang ada termasuk dependent
atau
independent.
Permintaan
independent tidak dipengaruhi oleh
permintaan
produk
lain
sedang
permintaan dependent tergantung pada
permintaan produk pada level produk
yang lebih tinggi. Untuk permintaan
independent,
digunakan
filosofi
pemenuhan
ulang
(replenishment
philosophy).
Ketika
stok
barang
digunakan, barang tersebut akan diisi lagi
agar material yang ada mencukup
permintaan pelanggan. Ketika persediaan
yang ada mulai berkurang, pesanan untuk
tambahan material akan dikeluarkan
sehingga persediaan akan penuh kembali.
Filosofi
permintaan
(requirement
philosophy) digunakan untuk permintaan
dependent.
Dalam
menentukan
model
persediaan bahan baku dengan kendala
umur
simpan
bahan
diperlukan
pengamatan
yang
seksama
agar
menghasilkan solusi yang optimal. Untuk
menentukan
besarnya
persediaan
dilakukan perhitungan pengendalian
persediaan dengan mempertimbangkan
umur
simpan
bahan
dengan
menggunakan model pengembangan dari
Economic Order Quantity (EOQ) yang
disebut dengan model EOQp sehingga
diharapkan mencari solusi pemecahan
untuk perencanaan persediaan bahan

baku
yang
memberikan
tingkat
pemesanan dan persediaan yang optimal
dengan mempertimbangkan umur simpan
bahan. Terdapat 2 kriteria utama yang
harus ditentukan untuk mendapatkan
hasil perhitungan yang optimal yaitu
besar umur simpan (m) ≤ periode
pemesanan (t) atau besar umur simpan
(m) > periode pemesanan (t). Pada
sistem ini, level persediaan selalu ditinjau
pada setiap transaksi, dan ketika
persediaan mencapai posisi tertentu maka
sebuah order dengan kuantitas yang tetap
diadakan. Maka dua parameter yang
digunakan adalah reorder point (r) dan
ukuran lot kuantitas pemesanan (Q).
Adapun Gambar Siklus Persediaan Pada
Model Persediaan Economic Order
Quantity Pengambangan (EOQp) seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Siklus Persediaan Pada Model
Persediaan Economic Order Quantity
Pengambangan (EOQp)

Setelah dilakukan kriteria apah m>t
atau m≤ t, maka kita lakukan langkahlangkah perhitungan dilakukan melalui
pendekatan metode Indriati dkk (2001)
dan Tersine (1994) seperti yang
ditunjukkan pada Gambar

Raancang Bangun Model (Siti Wardah, dkk)

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 24

Q =

2. D .C p
T .C s

Qkn =

t1 =

TC = Q **

+

(P − J )

2

D2

( C s − C k )C s T 2

( t * − m ) .Q *

Q * −Q kn
t *
Q *

t*

TC=

Q2 −Qkn2 CT
D Q2
D
s
+Cp + kn CT
k +Qkn(P−J)
Q 2
Q 2Q
Q

t1 =

Q * −Q kn
t *
Q *

C sT
D
+Cp
Q
2

Gambar 3.
Model Perhitungan Perencanaan Bahan
Baku dengan Metode EOQp

Q=

Gambar 5. Model Perhitungan Luas Area
Penyimpanan Bahan Baku & Perhitungan
Pengali Lagrange

2C p D j
C s .T

Qj(χ ) =

TC =

Qkn =

( t * − m ) .Q *

t1 =

2C p D

(P − J )2 D 2

+

( CsT + 2 χ wi ) ( Cs − C k ) ( CsT 2 + 2 χ wi )

Q * C sT
D
+ Cp
2
Q*

Q * −Qkn
t*
Q*

t*

Gambar 4.
Model Perhitungan Perencanaan Bahan
Baku dengan Metode EOQ

Q kn =

t1 =

TC =

Q j ( χ ) .C s .T
2

+ Cp

Q * −Q kn
t*
Q *

(t * − m )Q j ( χ ) *
t*

t1 =

Q * −Qkn
t*
Q*

Q *2−Q2CT D Q2
D
TC= j(χ) kn s +Cp + kn CkT+QPJ
kn( − )
Qj(χ)* 2 Qj(χ)* 2Qj(χ)*
Qj(χ)*

D
Q j(χ)

Gambar 6 Model Perhitungan Perencanaan
Kebutuhan Bahan Baku Dengan EOQp
Dan Aktivasi Lagrange
Raancang Bangun Model (Siti Wardah, dkk)

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 25

Q=

2C p D j
C s .T

TC =

Q kn =

t1 =

Q * C sT
D
+Cp
2
Q*

( t * − m ) .Q *
t*

Q * −Q kn
t*
Q *

Gambar 7 Model Perhitungan
Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku
Dengan EOQp Dan Aktivasi Lagrange
2.2

Pemilihan Pemasok
Menurut Sofjan Assauri (1975)
bahwa dalam setiap proses produksi,
suatu perusahaan harus mempunyai
kemampuan untuk dapat menggunakan
sumber-sumber didalam perusahaan
sebanding dengan bahan-bahan dan jasajasa yang diolah menjadi produk. Dengan
demikian terlihat bahwa banyaknya
bahan-bahan yang dapat disediakan akan
menentukan
besarnya
penggunaan
sumber-sumber didalam perusahaan
pabrik tersebut, dan demikian pula
kelancarannya. Berhasilnya pembelian
yang dilakukan perusahaan itu adalah
merupakan
kemampuan
perusahaan
tersebut untuk mengadakan bahan-bahan
dan jasa-jasa dengan biaya yang rendah
dan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai seperti kwalitas, penyerahannya
dan pelayanan yang diinginkan. Oleh

Raancang Bangun Model (Siti Wardah, dkk)

karena itu bagian pembelian haruslah
dapat mencari dan memilih dengan teliti
pemasok yang tepat pada harga yang
pantas sehingga persediaan bahan baku
akan berjalan lancar dan sesuai kuantitas
dan spesifikasi bahan baku yang
diinginkan.
Kesalahan
dalam
pemilihan
pemasok bahan baku akan berdampak
pada penurunan produktivitas persediaan
bahan baku untuk di produksi. Jika
pemasok tidak memenuhi persediaan
yang di butuhkan oleh perusahaan akan
berakibat pada terhentinya proses
produksi
karena
lamanya
waktu
pengiriman. Disamping itu kesalahan
pemilihan pemasok yang salah dapat
memperburuk posisi seluruh rantai suplai,
keuangan dan operasional (Araz &
Orkarahan, 2007) dan pemilihan pemasok
yang tepat secara signifikan akan
mengurangi biaya pembelian material dan
meningkatkan daya saing perusahaan
(Xia & Wu, 2007). Oleh karena itu para
ahli percaya bahwa seleksi pemasok
adalah aktivitas yang paling penting dari
sebuah departemen pembelian (Xia &
Wu, 2007)
Beberapa
hal
yang
perlu
diperhatikan dalam melakukan pemilihan
Pemasok selain cost, juga consistencynya (quality and delivery), reliability,
relationship, flexibilitas dan juga service
levelnya. Hal ini yang ditekankan dalam
pemilihan Pemasok adalah buyersupplier relationship yaitu kemampuan
keduanya
untuk
bekerja
sama
(cooperative) dengan menyamakan visi
dan misi keduanya, sehingga hubungan
tak hanya untuk short term saja. Rasa
saling percaya (goodwill trust) dalam
suatu hubungan adalah hal yang penting
karena dengan rasa saling percaya kedua
belah pihak dapat saling mengandalkan,
dan hubungan kerja sama yang baik dapat
terbentu, yang tentu saja hal tersebut
dapat memberikan keuntungan bagi
kedua belah pihak (Sartin, 2005).
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 26

Saat memilih Pemasok ada
beberapa poin pertimbangan biasanya
diperhatikan antara lain kualitas dari
produk, service/pelayanan dan ketepatan
waktu pengiriman adalah hal yang
penting, meskipun ada beberapa faktor
lain yang harus dipertimbangkan. Faktor
utama yang dipertimbangkan oleh suatu
perusahaan ketika memilih supplier
adalah Harga Kualitas Pelayanan Lokasi
Kebijakan
persediaan
supplier
Fleksibilitas (William J Stevenson, 2000)
Disamping itu, menurut Pujawan (2005)
menunjukkan bahwa kriteria pemilihan
pemasok bisa sangat beragam yang terdiri
dari 23 kriteria yang teridentifikasi oleh
penelitian yang dilakukan Dickson
diantaranya
Quality,Delivery,
Performance History, Warranties and
claim policies ,Production facilities and
capacity, Price, Technical capability
Financial
position,
Prosedural
compliance, Communication system
Reputation and position in industry,
Desire for business Management and
organization Operating controls Repair
services Attitudes Impression Packaging
ability
Labor
relations
records,
Geographical location, Amount of past
bussiness, Training aids, Reciprocal
arrangements. Dilain pihak Sim dkk
(2010)
bahwa
kriteria
pemilihan
diantaranya Cost, Quality, Delivery,
Oleh karena itu, proses analisis ini
dinamakan hirarki. Ada dua jenis hirarki,
yaitu lengkap dan tidak lengkap. Dalam
hirarki lengkap, semua elemen pada suatu
tingkat memiliki sifat yang ada pada
elemen tingkat berikutnya. Jika tidak
demikian, dinamakan hirarki tidak
lengkap.
Apabila masalah yang dihadapi
adalah memilih alternatif maka ini
merupakan tujuan menyeluruh dan
selanjutnya menderetkan semua alternatif
tersebut pada tingkat dasar. Tingkat
berikutnya setelah goal harus terdiri dari
kriteria dan jika ada ditambah subkriteria
untuk mempertimbangkan alternatif.

Services,
Supplier
Relationship,
Management and Organization. Banyak
metode yang dapat digunakan dalam
pengambilan keputusan pada pemilihan
pemasok. Salah satu metode tersebut
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode analytical hierarchy
process (AHP). Konsep metode AHP
adalah merubah nilai-nilai kualitatif
menjadi nilai kuantitatif. Sehingga
keputusan-keputusan yang diambil bisa
lebih obyektik.
Dalam menyelesaikan permasalahan
dengan metode AHP ada beberapa
prinsip-prinsip
dasar
yang
harus
dipahami. Prinsip-prinsip dasar AHP
adalah prinsip-prinsip berpikir analitis,
yaitu prinsip yang mendasari logika
manusia dalam menganalisis dan
memecahkan suatu masalah yang
dibedakan dalam 3 bagian (Saaty, 1993)
yaitu :
a.
Prinsip Menyusun Hirarki
Setelah persoalan didefinisikan,
maka perlu dilakukan decomposition,
yaitu memecah persoalan yang utuh
menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin
mendapatkan hasil yang akurat, maka
pemecahan terhadap unsur-unsurnya
dilakukan hingga tidak memungkinkan
dilakukan pemecahan lebih lanjut.
Pemecahan tersebut akan menghasilkan
beberapa tingkatan dari suatu persoalan.
Persoalan yang akan diselesaikan,
diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu
kriteria dan alternatif, kemudian disusun
menjadi struktur hirarki seperti pada
Gambar 8.
Dalam menyusun struktur hirarki
tidak ada batasan penting yang harus
diikuti, semuanya bergantung pada
kemampuan pengambil keputusan dalam
memahami permasalahan. Sebaiknya
dalam suatu subsistem hirarki jangan
sampai terlalu banyak elemen. Karena
setiap elemen akan dibandingkan dengan
elemen lainnya dalam subsistem hirarki
yang sama, maka elemen tersebut harus
setara dalam hal kualitas.

Raancang Bangun Model (Siti Wardah, dkk)

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 27

Gambar 8. Struktur Hirarki (Saaty, 1993)
b.

Prinsip Menentukan Prioritas
Setelah
menyusun
hirarki,
diberikan penilaian tentang kepentingan
relatif dua elemen pada suatu tingkat
tertentu yang berkaitan dengan tingkat
diatasnya. Penilaian ini merupakan inti
dari AHP karena berpengaruh terhadap
prioritas elemen-elemen. Hasil penilaian
ini tampak lebih baik bila disajikan dalam
bentuk
matriks
perbandingan
berpasangan (pairwise comparison). Dari
setiap matriks perbandingan berpasangan
(pairwise comparison) dapat ditentukan
dengan
nilai
eigenvactor
untuk
mendapatkan prioritas daerah (local
priority).
Oleh
karena
matriks
perbandingan berpasangan terdapat pada
setiap tingkat, maka global priority dapat

Raancang Bangun Model (Siti Wardah, dkk)

diperoleh dengan melakukan sintesa di
antara
prioritas
daerah.
Prosedur
melakukan sintesa berbeda menurut
hirarki.
Peringkat
elemen–elemen
menurut kepentingan relatif melalui
prosedur sintesa dinamakan priority
setting.
c.
Prinsip Konsistensis Logis
Konsistensi memiliki dua makna,
pertama adalah objek-objek yang serupa
dapat dikelompokkan sesuai dengan
keseragaman dan relevansi. Kedua
menyangkut tingkat hubungan antara
objek-objek yang didasarkan pada kriteria
tertentu. Setiap elemen dikelompokkan
secara logis dan diperingkatkan secara
konsisten sesuai dengan kriteria yang
logis. Perhitungan konsistensi logis
bertujuan untuk melihat nilai konsistensi
logis sampai persentase tertentu yaitu
10% atau kurang masih diperbolehkan.
Namun sebaliknya jika > 10% maka
perlu dilakukan perbaikan. (Saaty, 1993)
2.3 Posisi Penelitian
Ada beberapa penelitian yang
mendasari penelitian ini yaitu penelitian
persediaan dan pemilihan pemasok.
Beberapa penelitian tersebut dapat di
lihat pada Gambar posisi penelitian yang
ditunjukkan pada Gambar 9.

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 28

Gambar 9. Posisi Penelitian
3.

TAHAPAN PENELITIAN
Tahapan dalam penelitian ini
seperti yang tertuang pada Gambar 6,7
dan 8 sedangkan model perhitungan
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 6. Tahapan penelitian
Raancang Bangun Model (Siti Wardah, dkk)

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 29

MODEL YANG DIHASILKAN
Dari hasil analisis diperoleh model
seperti di tunjukkan pada Gambar 9, 10
dan 11.
Pada Gambar 9 diatas pemesanan
dilakukan pada posisi mencapai 200.000
butir. Barang yang dipesan akan datang
setelah 2 hari dan posisi persediaan akan
kembali penuh sebesar 300.000 butir.
Siklus persediaan dan lama penyimpanan
bahan baku selama 3 hari. Begitu
seterusnya siklus persediaannya sampai
perencanaan selama 0,5 tahun

Gambar 7. Diagram alir pengembangan
model persediaan bahan baku

Gambar 9. Model Siklus Persediaan
Yang dihasilkan
Dari Gambar 10 dihasilkan urutan
peringkat pemasok dari peringkat
pertama sampai
keempat
dengan
mempertimbangkan
kriteria
dan
subkriteria. Adapun urutan peringkatnya
adalah Kec. 1 (Kecamtan Tempuling),
Kec. 2 (Kecamatan Tembilahan), Kec. 4
(Kecamatan Enok) dan Kec. 3
(Kecamatan Batang Tuaka). Dengan hasil
urutan tersebut PT. Kokonako Indonesia
dapat mengambil keputusan, pasokan
bahan baku dari Kecamatan mana yang
yang dapat diambil untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku kelapa kering.
Gambar 8. Diagram alir pengembangan
model pemilihan pemasok

Raancang Bangun Model (Siti Wardah, dkk)

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 30

Gambar 10. Model Pemilihan Pemasok Yang dihasilkan

Gambar 11. Model Persediaan dan Pemilihan Pemasok
Dari Gambar 11 di atas bahwa untuk
memenuhi kebutuhan baku kelapa parut
kering yang berdiameter ≥ 10 cm pada
lantai produksi sebesar 18.000.000
butir/0,5
tahun
dengan
mempertimbangkan
ukuran
gudang

penyimpanan bahan baku kelapa parut
kering sebesar 175 m3 dan umur simpan
bahan baku kelapa parut kering selama 7
hari maka ukuran lot pemesanan
ekonomis bahan baku kelapa parut kering
sebesar 300.000 butir reorder point pada

Raancang Bangun Model (Siti Wardah, dkk)

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 31

saat posisi bahan baku kelapa parut
kering
200.000
butir,
frekuensi
pemesanannya sebanyak 60 kali dengan
siklus persediaan selama 3 hari dan total
biaya persediaan Rp.55.500.000. untuk
memenuhi ukuran lot pemesanan
ekonomis bahan baku kelapa parut kering
yang berdiameter ≥ 10 cm sebesar
300.000 butir maka dilakukan pemilihan
pemasok.
Hal
ini
disebabkan
kompleksitasnya bahan baku dari sisi
jumlah pemasok yang banyak dan
bervariasinya ukuran bahan baku. Dari
pemilihan pemasok dihasilkan bahwa
alternatif pemasok yang dapat memenuhi
ukuran lot pemesanan ekonomis bahan
baku kelapa parut kering adalah Kec. 1
(Kecamatan
Tempuling)
dengan
kapasitas pasokan bahan baku kelapa
parut kering sebesar 350.000.
VERIFIKASI
MODEL

DAN

VALIDASI

Verifikasi model dilakukan pada model
persediaan dan pemilihan pemasok
melalui perunutan algoritma perhitungan
berdasarkan teoritik yang relevan, yaitu
dengan
memperhatikan
komponenkomponen pada setiap model yang
dirancang. Disamping itu dilakukan
dengan konsultasi dan konfirmasi pakar
yang terkait dengan sistem yang
dimodelkan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa model yang dirancang adalah
verified.
Validasi Model adalah proses
menentukan apakah model konseptual
merefleksikan sistem nyata dengan tepat.
Menurut Harrell dkk (2003) dan Martis
(2006) bahwa validasi model dapat
dilakukan diantaranya adalah dengan
melakukan analisa sensitivitas dan face
validity. Dari hasil analisa sensitivitas
model persediaan dan pemilihan pemasok
diatas bahwa pada model persediaan
optimum effort adalah pada ukuran lot
300.000 butir sedangkan pada pemilihan
pemasok dengan menurunkan dan
manaikkan bobot 5 % dan 10 % pada
Raancang Bangun Model (Siti Wardah, dkk)

kriteria dan subkriteia tidak merubah
urutan alternatif pemasok. face validity
dilakukan dengan pendapat para pakar di
PT. Kokonako
Indonesia dengan
berdasarkan skema kriteria pertanyaan
oleh Khazanchi (1996). Hasil pendapat
kabag (Pakar 1) dan wakil kabag (Pakar
2) Departemen Pembelian dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil pendapat pakar mengenai
model persediaan dan pemilihan pemasok
yang dihasilkan
No
Kriteria
Jawaban Pakar
Pertanyaan
Pakar Pakar
1
2
1 Apakah model
Ya
Ya
yang dihasilkan
plausible/
reasonable?
2 Apakah model
Ya
Ya
yang dihasilkan
feasible?
3 Apakah model
Ya
Ya
yang dihasilkan
effective?
4 Apakah model
Ya
Ya
yang dihasilkan
pragmatic?
5 Apakah model
Ya
Ya
yang dihasilkan
empirical?
6 Apakah model
Ya
Ya
yang dihasilkan
predictive
7 Apakah model
ya
ya
yang dihasilkan
inter-subjectively
certifiable?
8 Apakah model
Ya
Ya
yang dihasilkan
intermethodologically
certifiable?
Berdasarkan
hasil
analisa
sensitivitas dan face validity diatas dapat
diketahui bahwa model persediaan dan
pemilihan pemasok yang dihasilkan
adalah valid.
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 32

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1

2

3

4

5

Pada penelitian ini dihasilkan
model yang terintegrasi dari
model persediaan dan model
pemilihan pemasok.
Pada
model
persediaan
digunakan integrasi metode
Economic Order Quantity
pengembangan (EOQp) dan
pengali Lagrange karena bahan
baku kelapa kering memiliki
umur simpan selama 7 hari dan
keterbatasan volume gudang
penyimpanan sebesar 175 m3
sedangkan
pada
model
pemilihan pemasok digunakan
metode Analytic Hierarchy
Process
(AHP)
karena
kompleksnya pasokan bahan
baku kelapa parut kering oleh
pemasok untuk ketersediaan
bahan baku yang berdiameter ≥
10 cm dan sesuai kuantitas
bahan baku kelapa parut
kering.
Pada
model
persediaan
dihasilkan bahwa ukuran lot
pemesanan ekonomis 300.000
butir dengan kebutuhan gudang
penyimpanan sebanyak 6 petak
dan reorder point dilakukan
setiap 3 hari pada posisi bahan
baku kelapa parut kering
sebesar 200.000 butir dengan
total biaya persediaan sebesar
Rp. 55.500.000.
Pada
model
pemilihan
pemasok dihasilkan alternatif
pemasok adalah Kecamatan
Tempuling.
Dari hasil integrasi model
persediaan
dan
model
pemilihan pemasok tersebut
tidak terdapat bahan baku
kelapa parut kering yang
mengalami kadaluarsa dan
kapasitas gudang mencukupi

Raancang Bangun Model (Siti Wardah, dkk)

6

serta adanya kontunyuitas
pasokan bahan baku kelapa
parut kering oleh pemasok
yang memenuhi spesifikasi dan
kuantitas ukuran lot ekonomis
yang yang dibutuhkan.
Berdasarkan hasil verifikasi
dan validasi bahwa rancang
bangun model persediaan dan
pemilihan
pemasok
yang
dihasilkan verified dan valid.

Saran
1. Perusahaan
sebaiknya
menjadwalkan
pemesanan
bahan baku kelapa parut kering
kepada Pemasok Kecamatan
Tempuling setiap 3 hari pada
saat posisi bahan baku kelapa
parut kering 200.000 butir
dengan ukuran lot pemesanan
sebesar 300.000 butir karena
mengingat ketidakpastian bahan
baku kelapa parut kering.
2. Model ini dapat dikembangkan
ke
arah
supply
chain
management (SCM).
3. Model ini dapat dikembangkan
untuk memproduksi jenis kelapa
cair dengan mempertimbangkan
bahan baku kadaluarsa
7. DAFTAR PUSTAKA
[1] Araz, C and Orkarahan. Supplier
Evaluation and Management System
for Strategic Sourcing Based on a
New Multicriteria Sorting Procedure.
International Journal of Production
Economics, 106, pp.585-606, 2007.
[2] Al-Rafati M H. The Use of Analytic
Hierarchy Process in Supplier
Selection:Vendors of Photocopying
Machines to Palestinian Ministry of
Finance as a Case Study. Tesis
diterbitkan. Gaza : The Islamic
University-Gaza Higher Education
Deanship
Commerce
College

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 33

Business
Administration
Department, 2008.
[3] Assauri S. Perencanaan dan
Pengendalian
Produksi.
Edisi
Pertama, Surabaya : Guna Widya,
1975.
[4] Austin JE. Agroindustrial Project
Analysis. Maryland: The John
Hopkins University Press, 1981.
[5] Baroto, T. Perencanaan dan
Pengendalian produksi. Jakarta :
Ghalia Indonesia, 2002.
[6] Bedworth, D.D and Bailey, J.E.
Integrated
Production
Control
Systems. Singapore : John Wiley &
Sons, 1987.
[7] Biegel J.E. Production Control :
Aquantitative Approach. Edisi ke-2.
Terjemahan oleh Cornel Naibaho.
Jakarta: CV Akademika Pressindo,
2009.
[8] Brown JG. Agroindustrial Investment
and Operations. Washington: The
World Bank, 1994.
[9] Christopher, M.. Logistics and Supply
Chain Management: Creating Value
Adding Networks. London: PrenticeHall Inc, 2005
[10] Fogarty, Donald W., et al.
Production
and
Inventory
Management. USA: South-Western
Publishing Co , 1991.
[11] Goyal, S. K. An Integrated Inventory
Model for A Single Supplier–Single
Customer Problem. International
Journal of Production Research,
Vol. 15, pp. 107-111. 1976.
[12] Harrell, C., B.K. Ghosh and R.O.
Bowden, Jr. Simulation Using
Promodel, 2nd ed. Singapore:
McGraw-Hill, 2003.
[13] Heizer, J., dan Render, B.
Manajemen Operasi. Edisi ke-9
Buku 2. Terjemahan oleh Chriswan
Sungkono. Jakarta: Salemba Empat,
2010
[14] Indriati N, Ming T dan Toha. Model
Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku
dengan Mempertimbangkan Waktu

Kadaluarsa Bahan. Jurnal Media
Teknik, 2001
[15] Krajewski, and Lee J. Operations
Management : Strategy and
Analysis. USA: Prentice Hall ,
2002.
[16] Lin Shui-Shun, and Ying-Shen
Juang. Selecting Green Suppliers
with Analytic Hierarchy Process for
Biotechnology Industry. Journal of
Operations And Supply Chain
Management. Volume 1, pp. 115129, 2008.
[17] Martis, M S. Validation of
Simulation Based Models: A
Theoretical Outlook. The Electronic
Journal of Business Research
Methods, Volume 4 Issue 1, pp 3946, 2006.
[18] Nasution A.H, dan Prasetyawan Y.P.
Perencanaan dan Pengendalian
Produksi.
Edisi
Pertama,
Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008.
[19] Özkan Betül Özkan, Hüseyin
Başlıgil, Nergis Şahin. Supplier
Selection Using Analytic Hierarchy
Process: An Application From
Turkey. Proceedings of the World
Congress on Engineering, Vol II,
2011.
[20] Pujawan IN, Supply Chain
Management. Surabaya: Penerbit
Guna Widya, 2005.
[21] Puspitawaty T. Model Simulasi
Pengendalian Persediaan Bahan
Baku Untuk
Industri Kelapa
Parut Kering. Skripsi diterbitkan.
Bogor: IPB, 1992.
[22] Saaty. Pengambilan Keputusan Bagi
Para Pemimpin. Edisi ke-2.
Terjemahan oleh Ir. Liana Setiono.
Jakarta: Gramediat, 1993
[23] Saaty, T. Decision Making In
Complex Environments. Pittsburgh:
Katz Graduate School of Business
University of Pittsburgh , 2003.
[24] Sachdeva, Kumar, P. Kumr. Multifactor Failure Mode Critically
Analysis Using TOPSIS. Journal

Raancang Bangun Model (Siti Wardah, dkk)

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 34

[25]

[26]

[27]

[28]

[29]
[30]

[31]

[32]

Of
Industrial
Engineering
International, Vol. 5, No 8, 2009.
Samadhi A, Watuna N, Prudensy,
Mamuaja N. Usulan Sistem
Pengendalian Persediaan Kelapa.
Jurnal Teknik Industri Undip.
(Online). Vol 4 (1). Works Cited
Setiawan Alexander, Andreas
Handojo,
Erik
Budi
S.
Perancangan
Sistem
Pengambilan Keputusan dalam
Penentuan
Supplier
Menggunakan
Analytical
Hierarchy Process (AHP) Pada
Perusahaan Jasa Konstruksi.
skripsi diterbitkan. Surabaya:
Jurusan Teknik Informatika,
Fakultas Teknologi Industri –
Universitas Kristen Petra
Siagian, YM. Aplikasi Supply
Chain Management dalam Dunia
Bisnis. Jakarta : PT. Grasindo,
2005.
Sim H.K and Omar, et al. A
Survey on Supplier Selection
Criteria in the Manufacturing
Industry in Malaysia.. Jurnal The
11th Asia Pacific Industrial
Engineering and Management
Systems Conference and The 14th
Asia Pacific Regional Meeting of
International Foundation for
Production Research. 2010.
Stevenson J. William. Production
and Operation Management, Mc
Graw – Hill, 2000.
Surjasa D. Rancang Bangun Model
Sistem Penunjang Keputusan
Cerdas Untuk Sistem Rantai
Pasokan Beras di Propinsi DKI
Jakarta. Disertasi diterbitkan.
Bogor : Institut Pertanian Bogor,
2011.
Tersine Ricard J. Principles Of
Inventory
and
Materials
Management. USA: Prentice Hall,
Inc. 1994.
Xia, W. and Z. Wu. Supplier
Selection with Multiple Criteria in

Raancang Bangun Model (Siti Wardah, dkk)

Volume Discount Environments.
The International Journal of
Management Science (Omega).
35, pp.494-504, 2007
[33] Yamit. M. Manajemen Produksi
Dan
Operasi.
Yogyakarta:
Ekonisia FE UII 2002.
[34] Yusuf, M. Pendekatan Analytic
Hierarchy Process Dan Goal
Programming Untuk Menentukan
Model
Pemasok.
Jurnal
Teknologi, Volume 2 Nomor 2,
Hal 137-142. 2009.

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 35